Askep Bronkitis Pada Anak
-
Upload
khalimah-ganies -
Category
Documents
-
view
252 -
download
21
Transcript of Askep Bronkitis Pada Anak
ASKEP BRONKITIS PADA ANAK
KONSEP BRONKHITIS PADA ANAK
1.1 PENGERTIAN
Bronkhitis berasal dari bronchus (saluran napas) dan itis artinya menunjukkan adanya
suatu peradangan. “Bisa disimpulkan bronkitis merupakan suatu gejala penyakit pernapasan.”
Sebetulnya ada dua pengertian bronkitis. Pertama, berdasarkan radiologi/ahli rontgen,
bronkhitis merupakan gambaran foto paru-paru dengan kelainan pada saluran napas. Pada
gambaran tersebut cirinya akan tampak “sangat ramai” dan jelas. Berbeda bila dalam keadaan
normal, gambaran saluran napas tak begitu jelas terlihat karena berisi udara. “Tapi pada kasus
bronkhitis akan muncul gambaran sebagian saluran napasnya tersumbat lendir atau ada
peradangan.”
Kedua, menurut medis/dokter, bronkhitis merupakan kelainan pada saluran napas
yang ditandai dengan adanya bunyi napas penuh lendir, seperti bunyi ‘grok-grok’, bisa
terdengar di bagian dada maupun punggung.
Bronkhitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terdapat pada orang
dewasa. Pada anak, bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas
lain, namun ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri.
Secara harfiah bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh adanya
inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu
penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan
dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan
bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 )
Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit
tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas
atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis,
Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994)
Sebagai penyakit tersendiri, bronkhitis merupakan topik yang masih diliputi
kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan
diagnosa yang sering ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri,
walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama.(Taussig, 1982; Rahayu, 1984)
Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada anak bertambah karena kurangnya konsesus
mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan karena data hasil penyelidikan tentang
hal ini masih sangat kurang.
1.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke
dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang
kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan
CO2 hasil dari metabolisme .
a. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh
sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran.
Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis
media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat
di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel
getah bening.
c. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di
depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di
bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang
dilapisi oleh sel epitelium berlapis.
d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari
tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan
napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang
disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-
sama dengan udara pernapasan.
e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra
thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel
yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 –
8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2
cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan
terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.
f. Bronkiolus
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus
respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara
pertukaran gas.
g. Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel
alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel – sel
yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan
dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang
merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan penting.
h. Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di
sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari
darah.
1.2.1 Fisiologi sistem pernafasan
Pernafasan mencakup 2 proses, yaitu :
1) Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran carbondioksida
(CO2) secara keseluruhan.
2) Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya
(penggunaan oksigen dalam sel).
Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses yaitu:
a. Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.
b. Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru.
c. Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.
1.3 KLASIFIKASI
Bronkhitis dapat diklasifikasikan sebagai :
1. Bronkhitis Akut
Bronkhitis akut pada bayi dan anak biasanya bersama juga dengan trakheitis,
merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut (ISNA) bawah yang sering dijumpai.
Penyebab utama penyakit ini adalah virus. Batuk merupakan gejala yang menonjol dan
karena batuk berhubungan dengan ISNA atas. Berarti bahwa peradangan tersebut meliputi
laring, trachea dan bronkus. Gangguan ini sering juga disebut laringotrakeobronkhitis akut
atau croup dan sering mengenai anak sampai umur 3 tahun dengan gejala suara serak, stridor,
dan nafas berbunyi.
2. Bronkhitis Kronis atau Batuk Berulang
Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronchitis kronik, yang ada ialah
mengenai batuk kronik dan atau berulang yang di singkat (BKB). BKB ialah keadaan klinis
yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-
kurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan,
dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya. Dengan memakai
batasan ini secara klinis jelas bahwa bronchitis kronik pada anak adalah batuk kronik
dan atau berulang (BKB) yang telah disingkirkan penyebab-penyebab BKB itu
misalnya asma atau infeksi kronik saluran napas dan sebagainya.
Walaupun belum ada keseragaman mengenai patologi dan patofisiologi bronchitis
kronik, tetapi kesimpulan akibat jangka panjang umumnya sama. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa bayi sampai anak umur 5 tahun yang menderita bronchitis
kronik akan mempunyai resiko lebih besar untuk menderita gangguan pada saluran
napas kronik setelah umur 20 tahun, terutama jika pasien tersebut merokok akan
mempercepat menurunnya fungsi paru.
1.4 ETIOLOGI
Penyebab bronchitis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada
kenyataannya kasus-kasus bronchitis dapat timbul secara congenital maupun didapat.
1. Kelainan kongenital
Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan. Factor genetic atau
factor pertumbuhan dan factor perkembangan fetus memegang peran penting.
Bronchitis yang timbul congenital ini mempunyai ciri sebagai berikut :
a. Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru.
b. Bronchitis konginetal sering menyertai penyakit-penyakit konginetal lainya, misalnya :
mucoviscidosis ( cystic pulmonary fibrosis ), sindrom kartagener ( bronkiektasis konginetal,
sinusitis paranasal dan situs inversus ), hipo atau agamaglobalinemia, bronkiektasis pada
anak kembar satu telur ( anak yg satu dengan bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga
menderita bronkiektasis), bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan congenital
berikut : tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan, kifoskoliasis
konginetal.
2. Kelainan didapat
Kelaianan didapat merupakan akibat proses berikut :
a. Infeksi
Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita pneumonia yang sering kambuh dan
berlangsung lama, pneumonia ini merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang
diderita semasa anak, tuberculosis paru dan sebagainya.
b. Obstruksi bronkus
Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab :
korpus alineum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar terhadap bronkus
Penyebab utama penyakit Bronkhitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh
Rhinovirus, Respiratory Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus,
Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut sering terjadi pada anak yang menderita
Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang
meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak.
Infeksi sekunder oleh bakteri dapat terjadi, namun ini jarang di lingkungan sosio-ekonomi
yang baik.
Faktor predisposisi terjadinya bronchitis akut adalah alergi, perubahan cuaca,
polusi udara, dan infeksi saluran napas atas kronik, memudahkan terjadinya
bronchitis.
Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut :
a. A . Spesifik
1. Asma
2. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia,
pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5. Sindrom aspirasi.
6. Penekanan pada saluran napas
7. Benda asing
8. Kelainan jantung bawaan
9. Kelainan sillia primer
10. Defisiensi imunologis
11. Kekurangan anfa-1-antitripsin
12. Fibrosis kistik
13. Psikis
B . Non-spesifik
1. Asap rokok
2. Polusi udara
1.5 PATOFISIOLOGI
Virus (penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel
silia - Berlanjut - Masuk saluran pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran pernapasan -
Bronkitis - Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 – 4 hari - Batuk (mula-
mula kering kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar -
Suara ronchi basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika tidak hilang
setelah tiga minggu - Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama)
(Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)
Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui diduga erat
hubungannya dengan genetic serta factor pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam
kandungan. Pada bronchitis yang didapat patogenesisnya diduga melelui beberapa
mekanisme : factor obstruksi bronkus, factor infeksi pada bronkus atau paru-paru, fibrosis
paru, dan factor intrinsik dalam bronkus atau paru.
Patogenesis pada kebanyakan bronchitis yang didapat melalui dua mekanisme
dasar:
1. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronchitis.
Infeksi pada bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding bronkus
daerah infeksi dan kemudian timbul bronchitis.
2. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada bagian
distal obstruksi dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus.
Bronchitis merupakan penyakit paru yang mengenai paru dan sifatnya kronik. Keluhan-
keluhan yang timbul juga berlangsung kronik dan menetap . keluhan-keluhan yang timbul
erat dengan : luas atau banyaknya bronkus yang terkena, tingkatan beratnya penyakit, lokasi
bronkus yang terkena, ada atau tidaknya komplikasi lanjut.. keluhan-keluhan yang timbul
umumnya sebagai akibat adanya beberapa hal : adanya kerusakan dinding bronkus, akibat
komplikasi, adanya kerusakan fungsi bronkus.
Mengenai infeksi dan hubungannya dengan patogenesis bronchitis, data dijelaskan
sebagai berikut ;
1. Infeksi pertama ( primer )
Kecuali pada bentuk bronchitis kongenital. Masih menjadi pertanyaan apakah infeksi
yang mendahului terjadinya bronchitis tersebut disebabkan oleh bakteri atau virus. Infeksi
yang mendahului bronchitis adalah infeksi bacterial yaitu mikroorgansme penyebab
pneumonia. Dikatakan bahwa hanya infeksi bakteri saja yang dapat menyebabkan kerusakan
pada dinding bronkus sehingga terjadi bronchitis, sedangkan infeksi virus tidak dapat
( misalnya adenovirus tipe 21, virus influenza, campak, dan sebagainnya ).
2.Infeksi sekunder
Tiap pasien bronchitis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada lesi, apabila sputum
pasien yang semula berwarna putih jernih kemudian berubah warnanya menjadi kuning atau
kehijauan atau berbau busuk berarti telah terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob
misalnya : fusifomis fusiformis, treponema vincenti, anaerobic streptococci. Kuman yang
erring ditemukan dan menginfeksi bronkus misalnya : streptococcus pneumonie, haemophilus
influenza, klebsiella ozaena.
1.6 TANDA DAN GEJALA
Biasanya penyakit dimulai dengan tanda-tanda infeksi saluran napas akut (ISNA) atas
yang disebabkan oleh virus. Batuk mula-mula kering, setelah 2 atau 3 hari batuk mulai
berdahak dan menimbulkan suara lender. Pada anak dahak yang mukoid (kental) susah
ditemukan karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning dan kental tetapi tidak
selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri sekunder. Anak besar sering mengeluh rasa sakit
retrosternal dan pada anak kecil dapat terjadi sesak napas.
Pada beberapa hari pertama tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan dada tetapi
kemudian dapat timbul ronchi basah kasar dan suara napas kasar. Batuk biasanya akan
menghilang setelah 2-3 minggu. Bila setelah 2 minggu batuk masih tetap ada, mungkin telah
terjadi kolaps paru segmental atau terjadi infeksi paru sekunder.
Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada pasien bronchitis. Mengi dapat murni
merupakan tanda bronchitis akut, tetapi juga kemungkinan merupakan manifestasi asma pada
anak tersebut, lebih-lebih bila keadaan ini sudah terjadi berulang kali.
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu:
a. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
b. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
c. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
d. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar
Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama,
yaitu:
a. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien kurang istirahat
b. Daya tahan tubuh klien yang menurun
c. Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik
d. Kesenangan anak untuk bermain terganggu
e. Konsentrasi belajar anak menurun
Gejala awal Bronkhitis, antara lain :
1) Batuk membandel
Batuk kambuhan, berdahak-tidak, berat-tidak. Kendati ringan harus tetap diwaspadai
karena bila keadaan batuk terus menerus bisa menghebat dan berlendir sampai
sesak napas.
2) Sulit disembuhkan
Bisa sering atau tidak tapi sulit disembuhkan. Dalam sebulan batuk pileknya lebih
dari seminggu dan baru sembuh dua minggu, lalu berulang lagi.
3) Terjadi kapan saja
Batuknya bisa muncul malam hari, baru tidur sebentar batuknya ‘grok-grok’ bahkan
sampai muntah. Bisa juga batuk baru timbul menjelang pagi. “Atau habis lari-lari, ia
kemudian batuk-batuk sampai muntah.
1.7 KOMPLIKASI
a) Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
b) Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat
terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c) Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
d) Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis
e) Gagal jantung kongestif
f) Pneumonia
1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
b. Laboratorium : Leukosit > 17.500.
1.9 PENATALAKSANAAN
a. Tindakan Perawatan
1. Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan
lender/secret.
2. Sering mengubah posisi.
3. Banyak minum.
4. Inhalasi.
5. Nebulizer
6. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu diberikan
minum susu atau makanan lain.
Pasien dengan bronchitis tidak dirawat di Rumahsakit kecuali ada komplikasi yang
menurut dokter perlu perawatan di Rumahsakit, oleh karenanya perawatan lebih ditujukan
sebagai petunjuk kepada orang tua. Masalah yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk
yang lama dan resiko terjadi komplikasi.
a) Akibat batuk yang lama
Pada bronchitis gejala batuk sangat menonjol, dan sering terjadi siang dan malam
terutama pagi-pagi sekali yang menyebabkan pasien kurang istirahat atau tidur; pasien akan
terganggu rasa aman dan nyamannya. Akibat lain adalah terjadinya daya tahan tubuh pasien
yang menurun, anoreksia, sehingga berat badannya sukar naik. Pada anak yang lebih besar
batuk-batuk yang terus menerus akan mengganggu kesenangannya bermain, dan bagi
anak yang sudah sekolah batuk mengganggu konsentrasi belajar bagi dirinya sendiri,
saudara, maupun teman-temannya.
Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah
banyak dengan memberikan obat secara benar dan membatasi aktivitas anak untuk mencegah
keluar banyak keringat, karena jika baju basah akan menyebabkan batuk-batuk (karena
dingin). Untuk mengurangi batuk pada malam hari berikan obat batuk yang terakhir sebelum
tidur. Anak yang batuk apalagi bronchitis lebih baik tidak tidur di kamar yang ber AC atau
memakai kipas angin. Jika suhu udara dingin pakaikan baju yang hangat, bila ada yang
tertutup leherya. Obat gosok membuat anak merasa hangat dan dapat tidur tenang.Bila batuk
tidak segera berhenti berikan minum hangat tidak manis.
Pada anak yang sudh agak besar jika ada dahak di dalm tenggorokannya beritahu
supaya dibuang karena adanya dahak tersebut juga merangsang batuk.Usahakan mengurangi
batuk dengan menghindari makanan yang merangsang seperti gorng-gorengan,permen,atau
minum es.Jangan memandikan anak terlalu pagi atau sore,dan memandikan dengan air
hangat.
b) Terjadi komplikasi
Bronkhitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi bronchitis kronik,
sedangkan bronchitis kronik memungkinkan anak mudah mendapat infeksi. Gangguan
pernafasan secara langsung sebagai akibat bronchitis kronik ialah bila lendir tetap tinggal di
dalam paru akan menyebabkan terjadinya atelektasis atau bronkiektasis, kelainan ini akan
menambah penderitaan pasien lebih lama.
Untuk menghindarkan terjadinya komplikasi ini pasien bronchitis harus mendapatkan
pengobatan dan perawatan yang benar sehingga lender tidak selalu tertinggal dalam paru.
Berikan banyak minum untuk membantu mengencerkan lendir; berikan buah dan makanan
bergizi untuk mempertinggi daya tahan tubuh
Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana sikapnya jika ia sedang batuk
dan apa yang perlu dilakukan. Pada bayi batuk-batuk yang keras sering diakhiri dengan
muntah; biasanya bercampur lendir. Setelah muntah bayi menjadi agak tenang. Tetapi bila
muntah berkelanjutan, maka dengan keluarnya makanan dapat menyebabkan bayi menjadi
kurus serta menurunkan daya tahan tubuh. Untuk mengurangi kemungkinan tersebut setelah
bayi muntah dan tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain.
b. Tindakan Medis
1. Jangan beri obat antihistamin berlebih
2. Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
3. Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari
4. Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative
Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum ada obat kausal.
Antibiotik tidak berguna. Obat yang diberikan biasanya untuk penurun demam, banyak
minum terutama sari buah-buahan. Obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk yang
banyak lendir, lebih baik diberi banyak minum. Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan
setelah 2 minggu maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh
diberikan, asal sudah disingkirkan adanya asma atau pertusis. Pemberian antibiotic yang
serasi untuk M. Pneumoniae dan H. Influenzae sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya
amoksisilin, kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotik diberikan 7-10 hari dan jika
tidak berhasil maka perlu dilakukan foto thorak untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps
paru segmental dan lobaris, benda sing dalam saluran napas, dan tuberkolusis.
1.10 PENCEGAHAN
Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan
agar batuk tidak bertambah parah.
a. Membatasi aktivitas anak
b. Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya
c. Hindari makanan yang merangsang
d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air
hangat
e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
g. Jangan mengkonsumsi makanan seperti telur ayam, karena bisa menambah
produksi lendirnya. Begitu juga minuman bersoda bisa jadi pencetus karena saat
diminum maka sodanya akan naik ke hidung dan merangsang daerah saluran
pernapasan.
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BRONKHITIS
A. Dasar data pengkajian pasien
1. Identitas Klien : Nama, umur, alamat, pendidikan, agama, no. register,
diagnose medis
2. Riwayat kesehatan :
Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic, riwayat tentang disfungsi pernapasan
sebelumnya, bukti terbaru penularan terhadap infeksi, allergen, atau iritan lain, trauma.
3. Pemeriksaan Fisik :
a) B1 (Breathing)
Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan membrane mukosa pucat dan
cyanosis, adanya suara serak, stridor dan batuk. Pada anak yang menderita bronchitis
biasanya disertai dengan demam ringan, secara bertahap mengalami peningkatan distress
pernapasan, dispnea, batuk non produktif paroksimal, takipnea dengan pernapasan cuping
hidung dan retraksi, emfisema,
Gejala
1) Takipnea (barat saat aktivitas)
2) Batuk menetap dengan sputum terutama pagi hari
3) Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak sekali
4) Riwayat infeksi saluran nafas berulang
5) Riwayat terpajan polusi(rokok dll)
Tanda
1) Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk bernafas
2) Penggunaan otot bantu nafas
3) Cuping hidung
4) Bunyi nafas krekel(kasar)
5) Perkusi redup(pekak)
6) Kesulitan bicara kalimat(umumnya hanya kata-kata yang terputus-putus)
7) Warna kulit pucat,normal atau sianosis
8) Clubing finger(jari tabuh)
b) B2 (Blood)
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena jugularis, Bunyi jantung redup(karena
cairan di paru-paru), Warna kulit normal atau sianosis
c) B3 (Brain)
Klien tampak gelisah, peka terhadap rangsang, ketakutan, nyeri dada,
d) B4 (Bladder)
Tidak ditemukan masalah, tidak ditemukan adanya kelainan.
e) B5 (Bowel)
Gejala
1) Mual/muntah
2) Nafsu makan menurun
3) Ketidakmampuan makan karena distres pernafasan
4) Penurunan berat badan.
5) Nyeri abdomen
Tanda
1) Turgor kulit buruk
2) Edema
3) Berkeringat
4) Palpitasi abdomial dapat menunjukkan hepatomegali
f) B6 (Bone)
Gejala
1) Keletihan,kelelahan
2) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena sulit bernafas
3) Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi duduk tinggi
4) Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda
1) Keletihan
2) Gelisah
3) Insomnia
B. Pemeriksaaan diagnostik
1. Rongent
Peningkatan tanda bronkovaskuler
2. Tes fungsi paru
Memperkirakan derajad disfungsi paru
3. Volume residu
Meningkat
4. GDA
Memperkirakan progresi penyakit(Pa02 menurun dan PaCO2 meningkat atau normal)
5. Bronkogram
Pembesaran duktus mukosa
6. Sputum
Kultur untuk menentukan adanya infeksi,identifikasi pathogen
7. EKG
Disritmia arterial
8. EKG latihan
Membantu dalam mengkaji derajad disfungsi paru untuk program latihan
C. Prioritas perawatan
1. Mempertahankan patensi jalan nafas
2. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
3. Mempertahankan pola nafas yang efektif
4. Meningkatkan masukan nutrisi
5. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi serta mencegah
infeksi
6. Mengurangi kecemasan yang dialami klien
7. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program
pengobatan
D. Diagnosa perawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme
bronchus.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual
muntah.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit
kronis.
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
7. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit dan perawatan di rumah
E. Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten.
Rencana Tindakan:
a. Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas
dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
b. Kaji/pantau frekuensi pernafasan.
Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan
selama / adanya proses infeksi akut.
c. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir
Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan
menurunkan jebakan udara.
d. Observasi karakteristik batuk
Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit
akut atau kelemahan
e. Tingkatkan masukan cairan sampai 1500-2000 ml/hari
Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah
pengeluaran.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
sekresi, spasme bronchus.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Rencana Tindakan:
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses
penyakit.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
c. Latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.
Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area
konsolidasi
d. Awasi tanda vital dan irama jantung
Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan
efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
e. Awasi GDA
Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia
terjadi derajat lebih besar/kecil.
f. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA
Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.
Rencana Tindakan:
a. Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir
Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini
pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.
b. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat
Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres
berlebihan.
c. Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskan
Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe,
anoreksia, mual muntah.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan.
Rencana Tindakan:
a. Kaji kebiasaan diet.
Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi
sputum.
b. Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
c. Berikan perawatan oral
Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat
mual dan muntah.
d. Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan
rencana nutrisi.
e. Konsul ahli gizi
Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan
nutrisi maksimal.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses
penyakit kronis.
Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi
Rencana Tindakan:
a. Awasi suhu.
Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.
b. Observasi warna, bau sputum.
Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi.
c. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.
Rasional : mencegah penyebaran patogen.
d. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan
tekanan darah terhadap infeksi.
e. Berikan anti mikroba sesuai indikasi
Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan
kultur.
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.
Rencana tindakan:
a. Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).
Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan
tindakan selanjutnya.
b. Berikan dorongan emosional.
Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima
keadaan penyakit yang dialami.
c. Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah
Rasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran
yang dirasakan
d. Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan
Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau
bekerjasama dalam tindakan perawatan dan pengobatan.
e. Beri dorongan spiritual
Rasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan
menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya.
7. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit dan perawatan di rumah
Tujuan : Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
Intervensi :
a. Jelaskan proses penyakit individu
Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana
pengobatan.
b. Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.
Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan
nafas dan meningkatkan toleransi aktivitas
c. Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk,
asap tembakau.
Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan
produksi sekret jalan nafas.
F. Impelementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu
dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan
jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah
komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses
penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan)
G. Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap
perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan,
respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan
kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang
mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu :
jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat,
infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien
memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)
DAFTAR PUSTAKA
- Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, Monica
Ester, Edisi 3, Jakarta : EGC
- Dona L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Jakrta : Buku
Kedokteran EGC
- Keliat, Budi Anna, Proses Keperawatan
- Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit, Jakarta : Buku Kedokteran EGC
- dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN BRONKHITIS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Biodata
Nama : An. S
Tempat tanggal lahir : Ponorogo, 10 Maret 1999
Usia : 11 tahun (anak pertama)
Jenis kelamin : Laki-laki.
Nama ayah/ ibu : Tn. B/ Ny. D
Pendidikan ayah/ ibu : SMA/ SMA
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Ds. Bdg Kec. Po
No. Register : 02235
Tanggal MRS : 5 September 2010 pukul 07.30 WIB
Tanggal Pengkajian : 5 September 2010 pukul 10.00 WIB
Sumber informasi : Ibu dan anak
Diagnosa medis : Bronkhitis alergika.
b. Keluhan utama
Ibu mengungkapkan An. S sejak makan semangka batuk terus menerus
selama 2 hari, bila untuk lari anak merasa sesak.
c. Riwayat penyakit sekarang
2 hari sebelum kunjungan ke Poli Anak, klien makan semangka. +½ jam
setelah klien makan semangka klien batuk-batuk, diserta dengan riak dan rasa
sesak. Sesak bertambah berat saat anak lari-lari. Kemudian oleh ibu anak dibawa ke
Poli Anak RSUD Dr. Harjono Ponorogo
d. Riwayat penyakit dahulu
Klien menderita alergi sejak usia 10 bulan dengan keluhan batuk disertai
dengan sesak kemudian berobat dan sembuh. Pada usia anak 2 tahun kambuh lagi
kemudian klien periksa dan rutin kontrol selama + ½ tahun. Pada usia 10 tahun
kambuh lagi setelah memakan buah melon. Klien bisa memenuhi kebutuhan
tidurnya, ibu mengungkapkan sulit mengontrol makanan yang dikonsumsi anakanya
terutama buah-buahan yang dapat menyebabkan alergi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengungkapkan bahwa ayah klien alergi terhadap debu rumah dan buah
kelengkeng, tetapi didalam anggota keluarga tidak ada yang menderita asma.
f. Riwayat kehamilan dan persalinan
Klien lahir dengan berat badan lahir 3100 gram, lahir langsung menangis,
menurut ibu klien selama hamil ibu periksa ke bidan praktek. Klien minum ASI
sampai usia 6 bulan, PASI dan bubur susu diberikan sampai anak berusia 5 tahun.
Susu yang diberikan adalah Lactogen.
g. Riwayat imunisasi
Klien telah mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap yaitu: BCG, Polio,
DPT, Campak dan hepatitis.
h. Riwayat nutrisi
Ibu mengungkapkan An. S diberikan ASI sampai usia 6 bulan, PASI dimulai
pada saat usia anak mencapai 4 bulan, makanan tambahan berupa bubur susu
diberikan pada saat anak berusia 4 bulan. Pada saat pengkajian BB 34 Kg, TB 140
cm. Ibu mengungkapkan anak sulit makan selama sakit ini, makanan yang disajikan
tidak pernah dihabiskan.
i. Riwayat tumbuh kembang
Pada saat ini anak memasuki masa Industri Vs Inferior. Pada saat ini
bersekolah di SD kelas 5. Selama sekolah ini klien tidak pernah tinggal kelas, anak
sering menghias kamarnya.
j. Data Psikososial
Ibu mengungkapkan bertempat tinggal di daerah yang penduduknya padat.
Pendapatan keluarga + 750.000,-/ bulan.
k. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Anak duduk di meja pemeriksaan kesadaran compomentis, anak tampak
batuk-batuk, tampak agak sesak, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 92 x/mnt, suhu
37OC, pernafasan 26 x/mnt teratur.
2) Kepala dan leher
Kepala berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan penyebarannya merata,
terpotong pendek.
Mata tidak ada anemi, ikterus tidak ada.
Telinga tidak ada serumen.
Hidung tidak terdapat pernafasan cuping hidung.
Mulut bersih, tidak terdapat karies gigi.
Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar, klien mampu menelan tanpa terasa sakit/
nyeri, tidak ada kaku kuduk.
3) Dada dan thoraks
Pergerakan dada simetris, Wheezing +/+, Ronchi +/+, retraksi otot bantu
pernafasan ringan. Pemeriksaan jantung, ictus cordis terletak di midclavicula sinistra
ICS 4-5, S1S2 tunggal tidak ada bising/ murmur.
4) Abdomen
Bentuk simetris, bising usus + normal 5 x/ mnt, tidak ada nyeri tekan, hepar dan
limpa tidak teraba.
5) Ekstrimitas
Tidak ada kelainan dalam segi bentuk, uji kekuatan otot adalah 5 untuk masing-
masing ekstrimitas, GCS 15. Klien mampu menggerakkan ekstrimitas sesuai dengan
arah gerak sendi.
l. Pemeriksaan penunjang medis Tanggal 5 September 2010
DL:
Hb 12,2 gr %, LED 41/ 70, leukosit 9000, diff. Count -/ -/ 3/ 56 / 40/ 1
Pemeriksaan alergi:
House dust 10,3 mm, coklat 12,7 mm, udang 12,5 mm, histamin 30,8 mm.
Foto thoraks:
Tidak didapatkan kelainan, sinus phrenicostalis tajam.
2. Analisa data
Nama : An S Ruang :
Delima
Umur : 11 thn No register :
02235
Data Etiologi Masalah
S:
O:
Ibu mengungkapkan anak batuk disertai
riak dengan sesak sejak 2 hari yang lalu.
Pemeriksaan fisik dada :
- Wheezing +/+.
- Rhonci +/+.
- RR 26 x/mnt, teratur.
- Retraksi intercosta ringan.
- Pergerakan dada simetris, irama
nafas teratur.
- TTV :
TD : 100/70 mmHg,
N : 92 x/mnt,
S : 37OC,
RR : 26 x/mnt teratur.
Peningkatan produksi secret Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
S:
O:
- Ibu mengungkapkan sulit mengontrol
makanan yang dimakan oleh anak yang
menjadi sumber alergi.
- Klien menderita alergi sejak 10
bulan dan kambuh kembali pada
usia 2 dan 10 tahun.
- Klien batuk disertai sputum, agak
sesak, RR 26 x/mnt.
- Pemeriksaan Penunjang :
DL:
Hb 12,2 gr %, LED 41/ 70, leukosit
9000, diff. Count -/ -/ 3/ 56 / 40/ 1
Pemeriksaan alergi:
House dust 10,3 mm, coklat 12,7
mm, udang 12,5 mm, histamin 30,8
mm.
Foto thoraks:
Ketidakpatuhan Ketidakefektifan
penatalaksanaan
regimen pengobatan
Tidak didapatkan kelainan, sinus
phrenicostalis tajam.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : An. S Ruang : Delima
Umur : 11 thn No register : 02235
No Tanggal Muncul Diagnosa Keperawatan Tanggal
Teratasi
TT
1 5 Sept 2010 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret yang ditandai dengan Ibu
mengungkapkan anak batuk disertai riak
dengan sesak sejak 2 hari yang lalu,
Wheezing +/+, Rhonci +/+, RR 26 x/mnt,
teratur, Retraksi intercosta ringan. TTV :
TD: 100/70, N: 92 x/mnt, S: 37OC
-
2 5 Sept 2010 Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen
pengobatan berhubungan dengan
ketidakpatuhan yang ditandai dengan Ibu
mengungkapkan sulit mengontrol
makanan yang dimakan oleh anak yang
menjadi sumber alergi
-
C. RENCANA TINDAKAN
Nama : An. S Ruang : Delima
Umur : 11 thn No register : 02235
No Dx. Kep Tujuan Kriteria hasil Rencana tindakan Rasional
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
Jalan nafas
bersih dan
patent setelah
- Pada saat
bernafas tidak
menggunakan otot-
1. Jelaskan pada klien
dan keluarga
beberapa tindakan
1. Pengetahuan yang
memadai
memungkinkan
berhubungan
dengan
peningkatan
produksi sekret
mendapat
tindakan
keperawatan.
otot bantu.
- frekwensi
nafas dalam
batas normal 15-
30 x/mnt.
- suara nafas
bronchovesikuler.
- Orang tua
mengetahui faktor-
faktor yang
mempengaruhi
timbulnya alergi.
- Orang tua
yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan
proses pengeluaran
sekret.
2. Anjurkan kepada
klien dan keluarga
agar memberikan
minum lebih
banyak dan hangat
kepada klien.
3. Ajarkan pada
keluarga fisioterapi
nafas dan latihan
batuk efektif
4. Lakukan suction
dan nebulizer
5. Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian :
efedrin 0,5 – 1
mg/KgBB tiga kali
sehari
Chloral hidrat 30
mg/Kg BB sebagai
sedative
1. Berikan penyuluhan
pada keluarga tentang
bahan-bahan terutama
makanan yang
menjadi bahan
alergen bagi anak.
keluarga dan klien
kooperatif dalam
tindakan perawatan.
2. Peningkatan hidrasi
cairan akan
mengencerkan sekret
sehingga sekret akan
lebih mudah
dikeluarkan.
3. Fisoterapi nafas
melepaskan sekret dari
tempat perlekatan,
postural drainase
memudahkan
pengaliran sekret,
batuk efektif
mengeluarkan sekret
secara adekuat.
4. Mengeluarkan secret
5. Untuk mempercepat
penyembuhan klien
Pengetahuan yang
memadai
memungkinkan klien
dan keluarga koopertif
terhadap tindakan
perawatan.
2. Ketidakefektifan
penatalaksanaan
regimen
pengobatan
berhubungan
dengan
ketidakpatuhan
Orang tua
menunjukkan
keinginan untuk
berperan aktif
dalam
penatalaksanaan
pengobatan dan
perawatan agar
efektif setelah
mendapat
penjelasan dari
petugas.
mengetahui cara
dan tindakan
yang dilakukan
untuk
menghindari
kontak dengan
alergen.
2. Diskusikan dengan
keluarga mengenai
alternatif tindakan
yang mungkin
dilakukan untuk
menghindari kontak
dengan alergen.
3. Berikan positif
reinforcementpada
orang tua dan anak
jika kooperatif.
4. Kolab Imunoterapi
dalam pemberian
nebulizer
.
Alternatif cara yang
dipilih oleh keluarga
merupakan jalan
keluar yang sesuai
dengan keadaan
keluarga.
Positif reinforcement
meningkatkan rasa
percaya diri dan
motivasi keluarga
untuk berperan aktif
dalam perawatan klien
Untuk mengencerkan
sekret
D. IMPLEMENTASI
Nama : An. S Ruang : Delima
Umur : 11 thn No register :
02235
Tgl/ Pukul No. Dx Pelaksanaan tindakan
5 Sept 2010
1.30 WIB
1. 1. Menjelaskan kepada ibu bahwa sekret dapat dikeluarkan dengan
batuk, tetapi bila sekret kental akan mempersulit pengeluaran
sekret. Oleh karena itu sekret perlu diencerkan dengan minum lebih
banyak dan hangat, minum obat sesuai dosis dan tepat waktu.
2. Menganjurkan kepada ibu agar memberikan minum yang lebih
banyak kepada anak dan yang hangat.
3. Mengajarkan kepada ibu dan klien cara batuk efektif yaitu
menghirup nafas dalam 2 kali kemudian dibatukkan dengan keras
sampai riak keluar.
4. Memberikan penjelasan tentang pengobatan (ECD) dan perawatan
klien dirumah.
5. Melakukan suction
5 Sept 2010
2.30 WIB
2. 1. Memberikan penjelasan tentang faktor alergen yang seharusnya
dihindari oleh anak.
2. Mendiskusi dengan keluarga tentang tindakan yang dapat
dilakukan untuk menghindari alergen yaitu:
Membersihkan rumah.
Tidak menyajikan makanan yang menjadi sumber alergen.
Mengganti jenis makanan yang menjadi sumber alergen dengan
makanan yang lain.
Memotivasi anak agar tidak mengkonsumsi makanan yang menjadi
sumber alergen.
Memberikan pujian dan dorongan terhadap rencana tindakan
keluarga yang positif.
Mengevaluasi
6 Sept 2010
08.00 WIB
1. 1. Menganjurkan kepada ibu agar memberikan minum yang lebih
banyak kepada anak dan yang hangat.
2. Mengajarkan kepada ibu dan klien cara batuk efektif yaitu
menghirup nafas dalam 2 kali kemudian dibatukkan dengan keras
sampai riak keluar.
3. Memberikan terapi nebulizer
6 Sept 2010
10.00 WIB
2. 1. Mendiskusi dengan keluarga tentang tindakan yang dapat
dilakukan untuk menghindari alergen yaitu:
Membersihkan rumah.
Tidak menyajikan makanan yang menjadi sumber alergen.
Mengganti jenis makanan yang menjadi sumber alergen dengan
makanan yang lain.
Memotivasi anak agar tidak mengkonsumsi makanan yang menjadi
sumber alergen.
E. EVALUASI
Nama : An S Ruang : Delima
Umur : 11 thn No register :
02235
No Tanggal 5 Septembet 2010 Tanggal 6 Septembet 2010 TT
1. Subyektif :
Ibu mengungkapkan dapat memahami
penjelasan yang diberikan oleh
petugas tentang tindakan yang
Subyektif :
Ibu mengungkapkan dapat
memahami penjelasan yang
diberikan oleh petugas tentang
mungkin dilakukan untuk
memudahkan pengeluaran riak.
Obyektif :
- Ibu mampu menjelaskan
kembali apa yang telah dijelaskan
petugas sesuai dengan bahasa
ibu sendiri.
- Ibu tampak menganggukkan
kepala saat dijelaskan oleh
petugas.
- Batuk (+), Wheezing +/+, ronchi
+/+.
TTV :
TD : 100/70 mmHg,
N : 92 x/mnt,
S : 37OC,
RR : 26 x/mnt teratur.
Assesment :
Masalah belum teratasi.
Planning :
Ibu mengerti tentang penjelasan
tentang tindakan untuk membantu
pengeluaran sekret.
tindakan yang mungkin dilakukan
untuk memudahkan pengeluaran riak.
Obyektif :
- Ibu mampu menjelaskan
kembali apa yang telah dijelaskan
petugas sesuai dengan bahasa
ibu sendiri.
- Batuk (+), Wheezing +/+,
ronchi +/+.
TTV :
TD : 110/70 mmHg,
N : 90 x/mnt,
S : 36,5OC,
RR : 28 x/mnt teratur.
Assesment :
Masalah teratasi sebagian
.
Planning :
Ibu mengerti tentang penjelasan
tentang tindakan untuk
membantu pengeluaran sekret.
Kontrol 3 minggu lagi
2. Subyektif :
Ibu mengungkapkan belum begitu
mengerti penjelasan tentang faktor
yang menjadi penyebab batuk batuk
dan sesak pada anaknya dan cara
untuk menghindarinya.
Obyektif :
Ibu dapat menjelaskan kembali
tentang alergen dan usaha untuk
menghindarinya namun belum
lancer
Assesment :
Masalah belum teratasi.
Planning :
Berikan health education tentang
allergen kepada keluarga atau ibu
Subyektif :
Ibu mengungkapkan sudah mengerti
penjelasan tentang faktor yang
menjadi penyebab batuk batuk dan
sesak pada anaknya dan cara untuk
menghindarinya.
Obyektif :
Ibu dapat menjelaskan kembali
tentang alergen dan usaha untuk
menghindarinya.
Assesment :
Masalah teratasi.
Planning :
Rencana perawatan dihentikan,
kontrol dihentikan.