Askep Bronkitis Pada Anak

31
ASKEP BRONKITIS PADA ANAK KONSEP BRONKHITIS PADA ANAK 1.1 PENGERTIAN Bronkhitis berasal dari bronchus (saluran napas) dan itis artinya menunjukkan adanya suatu peradangan. “Bisa disimpulkan bronkitis merupakan suatu gejala penyakit pernapasan.” Sebetulnya ada dua pengertian bronkitis. Pertama, berdasarkan radiologi/ahli rontgen, bronkhitis merupakan gambaran foto paru-paru dengan kelainan pada saluran napas. Pada gambaran tersebut cirinya akan tampak “sangat ramai” dan jelas. Berbeda bila dalam keadaan normal, gambaran saluran napas tak begitu jelas terlihat karena berisi udara. “Tapi pada kasus bronkhitis akan muncul gambaran sebagian saluran napasnya tersumbat lendir atau ada peradangan.” Kedua, menurut medis/dokter, bronkhitis merupakan kelainan pada saluran napas yang ditandai dengan adanya bunyi napas penuh lendir, seperti bunyi ‘grok-grok’, bisa terdengar di bagian dada maupun punggung. Bronkhitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terdapat pada orang dewasa. Pada anak, bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain, namun ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri. Secara harfiah bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh adanya inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 ) Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994) Sebagai penyakit tersendiri, bronkhitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi dan ketidakjelasan di antara

Transcript of Askep Bronkitis Pada Anak

Page 1: Askep Bronkitis Pada Anak

ASKEP BRONKITIS PADA ANAK

KONSEP  BRONKHITIS PADA ANAK

 1.1    PENGERTIAN

Bronkhitis berasal dari bronchus (saluran napas) dan itis artinya menunjukkan adanya

suatu peradangan. “Bisa disimpulkan bronkitis merupakan suatu gejala penyakit pernapasan.”

Sebetulnya ada dua pengertian bronkitis. Pertama, berdasarkan radiologi/ahli rontgen,

bronkhitis merupakan gambaran foto paru-paru dengan kelainan pada saluran napas. Pada

gambaran tersebut cirinya akan tampak “sangat ramai” dan jelas. Berbeda bila dalam keadaan

normal, gambaran saluran napas tak begitu jelas terlihat karena berisi udara. “Tapi pada kasus

bronkhitis akan muncul gambaran sebagian saluran napasnya tersumbat lendir atau ada

peradangan.”

Kedua, menurut medis/dokter, bronkhitis merupakan kelainan pada saluran napas

yang ditandai dengan adanya bunyi napas penuh lendir, seperti bunyi ‘grok-grok’, bisa

terdengar di bagian dada maupun punggung.

Bronkhitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terdapat pada orang

dewasa. Pada anak, bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas

lain, namun ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri.

Secara harfiah bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh adanya

inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu

penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan

dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan

bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 )

Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit

tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas

atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis,

Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994)

Sebagai penyakit tersendiri, bronkhitis merupakan topik yang masih diliputi

kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan

diagnosa yang sering ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri,

walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama.(Taussig, 1982; Rahayu, 1984)

Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada anak bertambah karena kurangnya konsesus

mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan karena data hasil penyelidikan tentang

hal ini masih sangat kurang.

1.2    ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN

Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke

dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari

Page 2: Askep Bronkitis Pada Anak

oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang

kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan

CO2 hasil dari metabolisme .

a.       Hidung

Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh

sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran.

Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis

media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.

 b.      Faring

Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat

di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang

leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel

getah bening.

c.       Laring

Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di

depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di

bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang

dilapisi oleh sel epitelium berlapis.

d.      Trakea

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari

tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan

napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang

disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-

sama dengan udara pernapasan.

e.       Bronkus

Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra

thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel

yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 –

8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2

cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan

terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.

f.       Bronkiolus

Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak

mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus

respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara

pertukaran gas.

g.                            Alveoli

Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel

alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel – sel

yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan

Page 3: Askep Bronkitis Pada Anak

dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang

merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai

mekanisme pertahanan penting.

h.      Paru-paru

Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di

sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari

darah.

1.2.1 Fisiologi sistem pernafasan

Pernafasan mencakup 2 proses, yaitu :

1)   Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran carbondioksida

(CO2) secara keseluruhan.

2)   Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya

(penggunaan oksigen dalam sel).

Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses yaitu:

a. Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.

b. Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru.

c. Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.

 1.3    KLASIFIKASI

Bronkhitis dapat diklasifikasikan sebagai :

1.         Bronkhitis Akut

Bronkhitis akut pada bayi dan anak biasanya bersama juga dengan trakheitis,

merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut (ISNA) bawah yang sering dijumpai.

Penyebab utama penyakit ini adalah virus. Batuk merupakan gejala yang menonjol dan

karena batuk berhubungan dengan ISNA atas. Berarti bahwa peradangan tersebut meliputi

laring, trachea dan bronkus. Gangguan ini sering juga disebut laringotrakeobronkhitis akut

atau croup dan sering mengenai anak sampai umur 3 tahun dengan gejala suara serak, stridor,

dan nafas berbunyi.

 2.                  Bronkhitis Kronis atau Batuk Berulang

Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronchitis kronik, yang ada ialah

mengenai batuk kronik dan atau berulang yang di singkat (BKB). BKB ialah keadaan klinis

yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-

kurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan,

dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya. Dengan memakai

batasan ini secara klinis jelas bahwa bronchitis kronik pada anak adalah batuk kronik

dan atau berulang (BKB) yang telah disingkirkan penyebab-penyebab BKB itu

misalnya asma atau infeksi kronik saluran napas dan sebagainya.

Walaupun belum ada keseragaman mengenai patologi dan patofisiologi bronchitis

kronik, tetapi kesimpulan akibat jangka panjang umumnya sama. Berbagai penelitian

menunjukkan bahwa bayi sampai anak umur 5 tahun yang menderita bronchitis

kronik akan mempunyai resiko lebih besar untuk menderita gangguan pada saluran

Page 4: Askep Bronkitis Pada Anak

napas kronik setelah umur 20 tahun, terutama jika pasien tersebut merokok akan

mempercepat menurunnya fungsi paru.

1.4    ETIOLOGI

Penyebab bronchitis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada

kenyataannya kasus-kasus bronchitis dapat timbul secara congenital maupun didapat.

1.      Kelainan kongenital

Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan. Factor genetic atau

factor pertumbuhan dan factor perkembangan fetus memegang peran penting.

Bronchitis yang timbul congenital ini mempunyai ciri sebagai berikut :

a.       Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru.

b.      Bronchitis konginetal sering menyertai penyakit-penyakit konginetal lainya, misalnya :

mucoviscidosis ( cystic pulmonary fibrosis ), sindrom kartagener ( bronkiektasis konginetal,

sinusitis paranasal dan situs inversus ), hipo atau agamaglobalinemia, bronkiektasis pada

anak kembar satu telur ( anak yg satu dengan bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga

menderita bronkiektasis), bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan congenital

berikut : tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan, kifoskoliasis

konginetal.

2.    Kelainan didapat

Kelaianan didapat merupakan akibat proses berikut :

a.          Infeksi

Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita pneumonia yang sering kambuh dan

berlangsung lama, pneumonia ini merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang

diderita semasa anak, tuberculosis paru dan sebagainya.

b.         Obstruksi bronkus

Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab :

korpus alineum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar terhadap bronkus

Penyebab utama penyakit Bronkhitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh

Rhinovirus, Respiratory Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus,

Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut sering terjadi pada anak yang menderita

Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang

meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak.

Infeksi sekunder oleh bakteri dapat terjadi, namun ini jarang di lingkungan sosio-ekonomi

yang baik.

Faktor predisposisi terjadinya bronchitis akut adalah alergi, perubahan cuaca,

polusi udara, dan infeksi saluran napas atas kronik, memudahkan terjadinya

bronchitis.

Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut :

a.                     A . Spesifik

1.         Asma

Page 5: Askep Bronkitis Pada Anak

2.         Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).

3.         Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia,

pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.

4.         Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.

5.         Sindrom aspirasi.

6.         Penekanan pada saluran napas

7.         Benda asing

8.         Kelainan jantung bawaan

9.         Kelainan sillia primer

10.     Defisiensi imunologis

11.     Kekurangan anfa-1-antitripsin

12.     Fibrosis kistik

13.     Psikis

B . Non-spesifik

1.         Asap rokok

2.         Polusi udara

1.5    PATOFISIOLOGI

Virus (penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel

silia - Berlanjut - Masuk saluran pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran pernapasan -

Bronkitis - Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 – 4 hari - Batuk (mula-

mula kering kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar -

Suara ronchi basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika tidak hilang

setelah tiga minggu - Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama)

(Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)

Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui diduga erat

hubungannya dengan genetic serta factor pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam

kandungan. Pada bronchitis yang didapat patogenesisnya diduga melelui beberapa

mekanisme : factor obstruksi bronkus, factor infeksi pada bronkus atau paru-paru, fibrosis

paru, dan factor intrinsik dalam bronkus atau paru.

Patogenesis pada kebanyakan bronchitis yang didapat melalui dua mekanisme

dasar:

1. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronchitis.

Infeksi pada bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding bronkus

daerah infeksi dan kemudian timbul bronchitis.

2. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada bagian

distal obstruksi dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus.

Bronchitis merupakan penyakit paru yang mengenai paru dan sifatnya kronik. Keluhan-

keluhan yang timbul juga berlangsung kronik dan menetap . keluhan-keluhan yang timbul

erat dengan : luas atau banyaknya bronkus yang terkena, tingkatan beratnya penyakit, lokasi

bronkus yang terkena, ada atau tidaknya komplikasi lanjut.. keluhan-keluhan yang timbul

Page 6: Askep Bronkitis Pada Anak

umumnya sebagai akibat adanya beberapa hal : adanya kerusakan dinding bronkus, akibat

komplikasi, adanya kerusakan fungsi bronkus.

Mengenai infeksi dan hubungannya dengan patogenesis bronchitis, data dijelaskan

sebagai berikut ;

 1. Infeksi pertama ( primer )

 Kecuali pada bentuk bronchitis kongenital. Masih menjadi pertanyaan apakah infeksi

yang mendahului terjadinya bronchitis tersebut disebabkan oleh bakteri atau virus. Infeksi

yang mendahului bronchitis adalah infeksi bacterial yaitu mikroorgansme penyebab

pneumonia. Dikatakan bahwa hanya infeksi bakteri saja yang dapat menyebabkan kerusakan

pada dinding bronkus sehingga terjadi bronchitis, sedangkan infeksi virus tidak dapat

( misalnya adenovirus tipe 21, virus influenza, campak, dan sebagainnya ).

2.Infeksi sekunder

Tiap pasien bronchitis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada lesi, apabila sputum

pasien yang semula berwarna putih jernih kemudian berubah warnanya menjadi kuning atau

kehijauan atau berbau busuk berarti telah terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob

misalnya : fusifomis fusiformis, treponema vincenti, anaerobic streptococci. Kuman yang

erring ditemukan dan menginfeksi bronkus misalnya : streptococcus pneumonie, haemophilus

influenza, klebsiella ozaena.

1.6    TANDA DAN GEJALA

Biasanya penyakit dimulai dengan tanda-tanda infeksi saluran napas akut (ISNA) atas

yang disebabkan oleh virus. Batuk mula-mula kering, setelah 2 atau 3 hari batuk mulai

berdahak dan menimbulkan suara lender. Pada anak dahak yang mukoid (kental) susah

ditemukan karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning dan kental tetapi tidak

selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri sekunder. Anak besar sering mengeluh rasa sakit

retrosternal dan pada anak kecil dapat terjadi sesak napas.

Pada beberapa hari pertama tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan dada tetapi

kemudian dapat timbul ronchi basah kasar dan suara napas kasar. Batuk biasanya akan

menghilang setelah 2-3 minggu. Bila setelah 2 minggu batuk masih tetap ada, mungkin telah

terjadi kolaps paru segmental atau terjadi infeksi paru sekunder.

Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada pasien bronchitis. Mengi dapat murni

merupakan tanda bronchitis akut, tetapi juga kemungkinan merupakan manifestasi asma pada

anak tersebut, lebih-lebih bila keadaan ini sudah terjadi berulang kali.

Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu:

a.                 Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah

b.                Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak

c.                 Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis

d.                Pada paru didapatkan suara napas yang kasar

Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama,

yaitu:

a.       Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien kurang istirahat

Page 7: Askep Bronkitis Pada Anak

b.      Daya tahan tubuh klien yang menurun

c.       Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik

d.      Kesenangan anak untuk bermain terganggu

e.       Konsentrasi belajar anak menurun

Gejala awal Bronkhitis, antara lain :

1)      Batuk membandel

Batuk kambuhan, berdahak-tidak, berat-tidak. Kendati ringan harus tetap diwaspadai

karena bila keadaan batuk terus menerus bisa menghebat dan berlendir sampai

sesak napas.

2)      Sulit disembuhkan

Bisa sering atau tidak tapi sulit disembuhkan. Dalam sebulan batuk pileknya lebih

dari seminggu dan baru sembuh dua minggu, lalu berulang lagi.

3)      Terjadi kapan saja

Batuknya bisa muncul malam hari, baru tidur sebentar batuknya ‘grok-grok’ bahkan

sampai muntah. Bisa juga batuk baru timbul menjelang pagi. “Atau habis lari-lari, ia

kemudian batuk-batuk sampai muntah.

1.7    KOMPLIKASI

a)    Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik

b)   Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat

terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia

c)    Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi

d)   Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis

e)    Gagal jantung kongestif

f)    Pneumonia 

1.8    PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia

b. Laboratorium : Leukosit > 17.500. 

1.9    PENATALAKSANAAN

a. Tindakan Perawatan

1.    Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan

lender/secret.

2.    Sering mengubah posisi.

3.    Banyak minum.

4.    Inhalasi.

5.    Nebulizer

6.    Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu diberikan

minum susu atau makanan lain.

Pasien dengan bronchitis tidak dirawat di Rumahsakit kecuali ada komplikasi yang

menurut dokter perlu perawatan di Rumahsakit, oleh karenanya perawatan lebih ditujukan

Page 8: Askep Bronkitis Pada Anak

sebagai petunjuk kepada orang tua. Masalah yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk

yang lama dan resiko terjadi komplikasi.

a)      Akibat batuk yang lama

Pada bronchitis gejala batuk sangat menonjol, dan sering terjadi siang dan malam

terutama pagi-pagi sekali yang menyebabkan pasien kurang istirahat atau tidur; pasien akan

terganggu rasa aman dan nyamannya. Akibat lain adalah terjadinya daya tahan tubuh pasien

yang menurun, anoreksia, sehingga berat badannya sukar naik. Pada anak yang lebih besar

batuk-batuk yang terus menerus akan mengganggu kesenangannya bermain, dan bagi

anak yang sudah sekolah batuk mengganggu konsentrasi belajar bagi dirinya sendiri,

saudara, maupun teman-temannya.

Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah

banyak dengan memberikan obat secara benar dan membatasi aktivitas anak untuk mencegah

keluar banyak keringat, karena jika baju basah akan menyebabkan batuk-batuk (karena

dingin). Untuk mengurangi batuk pada malam hari berikan obat batuk yang terakhir sebelum

tidur. Anak yang batuk apalagi bronchitis lebih baik tidak tidur di kamar yang ber AC atau

memakai kipas angin. Jika suhu udara dingin pakaikan baju yang hangat, bila ada yang

tertutup leherya. Obat gosok membuat anak merasa hangat dan dapat tidur tenang.Bila batuk

tidak segera berhenti berikan minum hangat tidak manis.

Pada anak yang sudh agak besar jika ada dahak di dalm tenggorokannya beritahu

supaya dibuang karena adanya dahak tersebut juga merangsang batuk.Usahakan mengurangi

batuk dengan menghindari makanan yang merangsang seperti gorng-gorengan,permen,atau

minum es.Jangan memandikan anak terlalu pagi atau sore,dan memandikan dengan air

hangat.

b)      Terjadi komplikasi

Bronkhitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi bronchitis kronik,

sedangkan bronchitis kronik memungkinkan anak mudah mendapat infeksi. Gangguan

pernafasan secara langsung sebagai akibat bronchitis kronik ialah bila lendir tetap tinggal di

dalam paru akan menyebabkan terjadinya atelektasis atau bronkiektasis, kelainan ini akan

menambah penderitaan pasien lebih lama.

Untuk menghindarkan terjadinya komplikasi ini pasien bronchitis harus mendapatkan

pengobatan dan perawatan yang benar sehingga lender tidak selalu tertinggal dalam paru.

Berikan banyak minum untuk membantu mengencerkan lendir; berikan buah dan makanan

bergizi untuk mempertinggi daya tahan tubuh

Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana sikapnya jika ia sedang batuk

dan apa yang perlu dilakukan. Pada bayi batuk-batuk yang keras sering diakhiri dengan

muntah; biasanya bercampur lendir. Setelah muntah bayi menjadi agak tenang. Tetapi bila

muntah berkelanjutan, maka dengan keluarnya makanan dapat menyebabkan bayi menjadi

kurus serta menurunkan daya tahan tubuh. Untuk mengurangi kemungkinan tersebut setelah

bayi muntah dan tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain.  

b. Tindakan Medis

1.      Jangan beri obat antihistamin berlebih

Page 9: Askep Bronkitis Pada Anak

2.      Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial

3.      Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari

4.      Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative

Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum ada obat kausal.

Antibiotik tidak berguna. Obat yang diberikan biasanya untuk penurun demam, banyak

minum terutama sari buah-buahan. Obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk yang

banyak lendir, lebih baik diberi banyak minum. Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan

setelah 2 minggu maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh

diberikan, asal sudah disingkirkan adanya asma atau pertusis. Pemberian antibiotic yang

serasi untuk M. Pneumoniae dan H. Influenzae sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya

amoksisilin, kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotik diberikan 7-10 hari dan jika

tidak berhasil maka perlu dilakukan foto thorak untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps

paru segmental dan lobaris, benda sing dalam saluran napas, dan tuberkolusis.  

1.10          PENCEGAHAN

Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan

agar batuk tidak bertambah parah.

a.       Membatasi aktivitas anak

b.      Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya

c.       Hindari makanan yang merangsang

d.      Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air

hangat

e.       Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan

f.       Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

g.      Jangan mengkonsumsi makanan seperti telur ayam, karena bisa menambah

produksi lendirnya. Begitu juga minuman bersoda bisa jadi pencetus karena saat

diminum maka sodanya akan naik ke hidung dan merangsang daerah saluran

pernapasan.

                           

Page 10: Askep Bronkitis Pada Anak

BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BRONKHITIS

A.      Dasar data pengkajian pasien

1. Identitas Klien : Nama, umur, alamat, pendidikan, agama, no. register,

diagnose medis

2.   Riwayat kesehatan :

Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic, riwayat tentang disfungsi pernapasan

sebelumnya, bukti terbaru penularan terhadap infeksi, allergen, atau iritan lain, trauma.

3. Pemeriksaan Fisik :

a) B1 (Breathing)

Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan membrane mukosa pucat dan

cyanosis, adanya suara serak, stridor dan batuk. Pada anak yang menderita bronchitis

biasanya disertai dengan demam ringan, secara bertahap mengalami peningkatan distress

pernapasan, dispnea, batuk non produktif paroksimal, takipnea dengan pernapasan cuping

hidung dan retraksi, emfisema,

Gejala

1)      Takipnea (barat saat aktivitas)

2)      Batuk menetap dengan sputum terutama pagi hari

3)      Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak sekali

4)      Riwayat infeksi saluran nafas berulang

5)      Riwayat terpajan polusi(rokok dll)

Tanda

1)      Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk bernafas

2)      Penggunaan otot bantu nafas

3)      Cuping hidung

4)      Bunyi nafas krekel(kasar)

5)      Perkusi redup(pekak)

6)      Kesulitan bicara kalimat(umumnya hanya kata-kata yang terputus-putus)

7)      Warna kulit pucat,normal atau sianosis

8)      Clubing finger(jari tabuh)

b) B2 (Blood)

Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah

Tanda :  Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena jugularis, Bunyi jantung redup(karena

cairan di paru-paru), Warna kulit normal atau sianosis

c)    B3 (Brain)

Klien tampak gelisah, peka terhadap rangsang, ketakutan, nyeri dada,

d)   B4 (Bladder)

Tidak ditemukan masalah, tidak ditemukan adanya kelainan.

e)    B5 (Bowel)

Page 11: Askep Bronkitis Pada Anak

Gejala

1)      Mual/muntah

2)      Nafsu makan menurun

3)      Ketidakmampuan makan karena distres pernafasan

4)      Penurunan berat badan.

5)      Nyeri abdomen

Tanda

1)      Turgor kulit buruk

2)      Edema

3)      Berkeringat

4)      Palpitasi abdomial dapat menunjukkan hepatomegali

f)    B6 (Bone)

Gejala

1)        Keletihan,kelelahan

2)        Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena sulit bernafas

3)        Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi duduk tinggi

4)        Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan

Tanda

1)      Keletihan

2)      Gelisah

3)      Insomnia

B. Pemeriksaaan diagnostik

1.      Rongent

Peningkatan tanda bronkovaskuler

2.      Tes fungsi paru

Memperkirakan derajad disfungsi paru

3.      Volume residu

Meningkat

4.      GDA

Memperkirakan progresi penyakit(Pa02 menurun dan PaCO2 meningkat atau normal)

5.      Bronkogram

Pembesaran duktus mukosa

6.      Sputum

Kultur untuk menentukan adanya infeksi,identifikasi pathogen

7.      EKG

Disritmia arterial

8.      EKG latihan

Membantu dalam mengkaji derajad disfungsi paru untuk program latihan

C. Prioritas perawatan

1. Mempertahankan patensi jalan nafas

Page 12: Askep Bronkitis Pada Anak

2. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas

3. Mempertahankan pola nafas yang efektif

4. Meningkatkan masukan nutrisi

5. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi serta mencegah

infeksi

6. Mengurangi kecemasan yang dialami klien

7. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program

pengobatan

D. Diagnosa perawatan

1.                  Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

2.    Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme

bronchus.

3.    Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.

4.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual

muntah.

5.    Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit

kronis.

6.    Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

7.    Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses

penyakit dan perawatan di rumah

E. Intervensi

1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi

sekret.

Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten.

Rencana Tindakan:

a.       Auskultasi bunyi nafas

Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas

dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.

b.      Kaji/pantau frekuensi pernafasan.

Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan

selama / adanya proses infeksi akut.

c.       Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir

Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan

menurunkan jebakan udara.

d.      Observasi karakteristik batuk

Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit

akut atau kelemahan

Page 13: Askep Bronkitis Pada Anak

e.       Tingkatkan masukan cairan sampai 1500-2000 ml/hari

Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah

pengeluaran.

2.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh

sekresi, spasme bronchus.

Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat

dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

 Rencana Tindakan:

a.       Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.

Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses

penyakit.

b.      Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.

Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan

c.       Latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.

Auskultasi bunyi nafas.

Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area

konsolidasi

d.      Awasi tanda vital dan irama jantung

Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan

efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

e.       Awasi GDA

Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia

terjadi derajat lebih besar/kecil.

f.       Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA

Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.

3.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.

 Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.

Rencana Tindakan:

a.       Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir

Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini

pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.

b.      Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat

Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres

berlebihan.

Page 14: Askep Bronkitis Pada Anak

c.       Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskan

Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.

4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe,

anoreksia, mual muntah.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan.

Rencana Tindakan:

a.       Kaji kebiasaan diet.

Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi

sputum.

b.      Auskultasi bunyi usus

Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.

c.       Berikan perawatan oral

Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat

mual dan muntah.

d.      Timbang berat badan sesuai indikasi.

Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan

rencana nutrisi.

e.       Konsul ahli gizi

Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan

nutrisi maksimal.

5.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses

penyakit kronis.

Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi

Rencana Tindakan:

a.       Awasi suhu.

Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.

b.      Observasi warna, bau sputum.

Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi.

c.       Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.

Rasional : mencegah penyebaran patogen.

d.      Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.

Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan

tekanan darah terhadap infeksi.

e.       Berikan anti mikroba sesuai indikasi

Page 15: Askep Bronkitis Pada Anak

Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan

kultur.

6.      Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.

Rencana tindakan:

a.       Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).

Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan

tindakan selanjutnya.

b.      Berikan dorongan emosional.

Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima

keadaan penyakit yang dialami.

c.       Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah

Rasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran

yang dirasakan

d.      Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan

Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau

bekerjasama dalam tindakan perawatan dan pengobatan.

e.       Beri dorongan spiritual

Rasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan

menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya.

7.      Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

proses penyakit dan perawatan di rumah

Tujuan : Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

Intervensi :

a.       Jelaskan proses penyakit individu

Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana

pengobatan.

b.      Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.

Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan

nafas dan meningkatkan toleransi aktivitas

c.       Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk,

asap tembakau.

Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan

produksi sekret jalan nafas.

F. Impelementasi

Page 16: Askep Bronkitis Pada Anak

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam

rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu

dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon

pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan

perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan

jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah

komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses

penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan)

G. Evaluasi

Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap

perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,

Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan,

respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan

kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang

mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu :

jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat,

infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien

memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)

 DAFTAR PUSTAKA

-   Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, Monica

Ester, Edisi 3, Jakarta : EGC

-  Dona L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Jakrta : Buku

Kedokteran EGC

-    Keliat, Budi Anna, Proses Keperawatan

-    Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit, Jakarta : Buku Kedokteran EGC

-   dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN BRONKHITIS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

a. Biodata

Nama                                  : An. S

Tempat tanggal lahir           : Ponorogo, 10 Maret 1999

Usia                                    : 11 tahun (anak pertama)

Jenis kelamin                      : Laki-laki.

Nama ayah/ ibu                  : Tn. B/ Ny. D

Page 17: Askep Bronkitis Pada Anak

Pendidikan ayah/ ibu          : SMA/ SMA

Agama                                : Islam

Suku bangsa                       : Jawa/ Indonesia

Alamat                                : Ds. Bdg Kec. Po

No. Register                        : 02235

Tanggal MRS                      : 5 September 2010 pukul 07.30 WIB

Tanggal Pengkajian             : 5 September 2010 pukul 10.00 WIB

Sumber informasi               : Ibu dan anak

Diagnosa medis                  : Bronkhitis alergika.

b.    Keluhan utama

Ibu mengungkapkan An. S sejak makan semangka batuk terus menerus

selama 2 hari, bila untuk lari anak merasa sesak.

c.    Riwayat penyakit sekarang

2 hari sebelum kunjungan ke Poli Anak, klien makan semangka.  +½ jam

setelah klien makan semangka klien batuk-batuk, diserta dengan riak dan rasa

sesak. Sesak bertambah berat saat anak lari-lari. Kemudian oleh ibu anak dibawa ke

Poli Anak RSUD Dr. Harjono Ponorogo

d.   Riwayat penyakit dahulu

Klien menderita alergi sejak usia 10 bulan dengan keluhan batuk disertai

dengan sesak kemudian berobat dan sembuh. Pada usia anak 2 tahun kambuh lagi

kemudian klien periksa dan rutin kontrol selama + ½ tahun. Pada usia 10 tahun

kambuh lagi setelah memakan buah melon. Klien bisa memenuhi kebutuhan

tidurnya, ibu mengungkapkan sulit mengontrol makanan yang dikonsumsi anakanya

terutama buah-buahan yang dapat menyebabkan alergi.

e.  Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengungkapkan bahwa ayah klien alergi terhadap debu rumah dan buah

kelengkeng, tetapi didalam anggota keluarga tidak ada yang menderita asma.

f.  Riwayat kehamilan dan persalinan

Klien lahir dengan berat badan lahir 3100 gram, lahir langsung menangis,

menurut ibu klien selama hamil ibu periksa ke bidan praktek. Klien minum ASI

sampai usia 6 bulan, PASI dan bubur susu diberikan sampai anak berusia 5 tahun.

Susu yang diberikan adalah Lactogen.

g. Riwayat imunisasi

Klien telah mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap yaitu: BCG, Polio,

DPT, Campak dan hepatitis.

h. Riwayat nutrisi

Ibu mengungkapkan An. S diberikan ASI sampai usia 6 bulan, PASI dimulai

pada saat usia anak mencapai 4 bulan, makanan tambahan berupa bubur susu

diberikan pada saat anak berusia 4 bulan. Pada saat pengkajian BB 34 Kg, TB 140

Page 18: Askep Bronkitis Pada Anak

cm. Ibu mengungkapkan anak sulit makan selama sakit ini, makanan yang disajikan

tidak pernah dihabiskan.

i.   Riwayat tumbuh kembang

Pada saat ini anak memasuki masa Industri Vs Inferior. Pada saat ini

bersekolah di SD kelas 5. Selama sekolah ini klien tidak pernah tinggal kelas, anak

sering menghias kamarnya.

j.   Data Psikososial

Ibu mengungkapkan bertempat tinggal di daerah yang penduduknya padat.

Pendapatan keluarga + 750.000,-/ bulan.

k. Pemeriksaan fisik

1)   Keadaan umum

Anak duduk di meja pemeriksaan kesadaran compomentis, anak tampak

batuk-batuk, tampak agak sesak, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 92 x/mnt, suhu

37OC, pernafasan 26 x/mnt teratur.

 2)   Kepala dan leher

 Kepala berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan penyebarannya merata,

terpotong pendek.

   Mata tidak ada anemi, ikterus tidak ada.

   Telinga tidak ada serumen.

   Hidung tidak terdapat pernafasan cuping hidung.

   Mulut bersih, tidak terdapat karies gigi.

 Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar, klien mampu menelan tanpa terasa sakit/

nyeri, tidak ada kaku kuduk.

3)   Dada dan thoraks

Pergerakan dada simetris, Wheezing +/+, Ronchi +/+, retraksi otot bantu

pernafasan ringan. Pemeriksaan jantung, ictus cordis terletak di midclavicula sinistra

ICS 4-5, S1S2 tunggal tidak ada bising/ murmur.

4)   Abdomen

Bentuk simetris, bising usus + normal 5 x/ mnt, tidak ada nyeri tekan, hepar dan

limpa tidak teraba.

5)   Ekstrimitas

Tidak ada kelainan dalam segi bentuk, uji kekuatan otot adalah 5 untuk masing-

masing ekstrimitas, GCS 15. Klien mampu menggerakkan ekstrimitas sesuai dengan

arah gerak sendi.

l.      Pemeriksaan penunjang medis Tanggal 5 September 2010

DL:

Hb 12,2 gr %, LED 41/ 70, leukosit 9000, diff. Count -/ -/ 3/ 56 / 40/ 1

Pemeriksaan alergi:

House dust 10,3 mm, coklat 12,7 mm, udang 12,5 mm, histamin 30,8 mm.

Foto thoraks:

Tidak didapatkan kelainan, sinus phrenicostalis tajam.

Page 19: Askep Bronkitis Pada Anak

 2. Analisa data

            Nama : An S                                                                           Ruang        :

Delima

            Umur : 11 thn                                                                          No register :

02235

Data Etiologi Masalah

S:

O:

Ibu mengungkapkan anak batuk disertai

riak dengan sesak sejak 2 hari yang lalu.

Pemeriksaan fisik dada :

-   Wheezing +/+.

-   Rhonci +/+.

-   RR 26 x/mnt, teratur.

-   Retraksi intercosta ringan.

-   Pergerakan dada simetris, irama

nafas teratur.

- TTV :

TD : 100/70 mmHg,

N : 92 x/mnt,

S : 37OC,

RR :  26 x/mnt teratur.

Peningkatan produksi secret Ketidakefektifan

bersihan jalan nafas

S:

O:

-   Ibu mengungkapkan sulit mengontrol

makanan yang dimakan oleh anak yang

menjadi sumber alergi.

-   Klien menderita alergi sejak 10

bulan dan kambuh kembali pada

usia 2 dan 10 tahun.

- Klien batuk disertai sputum, agak

sesak, RR 26 x/mnt.

- Pemeriksaan Penunjang :

DL:

Hb 12,2 gr %, LED 41/ 70, leukosit

9000, diff. Count -/ -/ 3/ 56 / 40/ 1

Pemeriksaan alergi:

House dust 10,3 mm, coklat 12,7

mm, udang 12,5 mm, histamin 30,8

mm.

Foto thoraks:

Ketidakpatuhan Ketidakefektifan

penatalaksanaan

regimen pengobatan

Page 20: Askep Bronkitis Pada Anak

Tidak didapatkan kelainan, sinus

phrenicostalis tajam.

 

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

            Nama : An. S                                                                          Ruang        : Delima

            Umur : 11 thn                                                                          No register : 02235

No Tanggal Muncul Diagnosa Keperawatan Tanggal

Teratasi

TT

1 5 Sept 2010 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

berhubungan dengan peningkatan

produksi sekret yang ditandai dengan Ibu

mengungkapkan anak batuk disertai riak

dengan sesak sejak 2 hari yang lalu,

Wheezing +/+, Rhonci +/+, RR 26 x/mnt,

teratur, Retraksi intercosta ringan. TTV :

TD: 100/70, N: 92 x/mnt, S: 37OC

-

2 5 Sept 2010 Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen

pengobatan berhubungan dengan

ketidakpatuhan yang ditandai dengan Ibu

mengungkapkan sulit mengontrol

makanan yang dimakan oleh anak yang

menjadi sumber alergi

-

 

 

C. RENCANA TINDAKAN

            Nama : An. S                                                                          Ruang       : Delima

            Umur : 11 thn                                                                          No register : 02235

No Dx. Kep Tujuan Kriteria hasil Rencana tindakan Rasional

1. Ketidakefektifan

bersihan jalan

nafas

Jalan nafas

bersih dan

patent setelah

-   Pada saat

bernafas tidak

menggunakan otot-

1.    Jelaskan pada klien

dan keluarga

beberapa tindakan

1.    Pengetahuan yang

memadai

memungkinkan

Page 21: Askep Bronkitis Pada Anak

berhubungan

dengan

peningkatan

produksi sekret

mendapat

tindakan

keperawatan.

otot bantu.

-   frekwensi

nafas dalam

batas normal 15-

30 x/mnt.

-   suara nafas

bronchovesikuler.

- Orang tua

mengetahui faktor-

faktor yang

mempengaruhi

timbulnya alergi.

-   Orang tua

yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan

proses pengeluaran

sekret.

2.    Anjurkan kepada

klien dan keluarga

agar memberikan

minum lebih

banyak dan hangat

kepada klien.

3.    Ajarkan pada

keluarga fisioterapi

nafas dan latihan

batuk efektif

4.    Lakukan suction

dan nebulizer

5.    Kolaborasi dengan

tim medis dalam

pemberian :

      efedrin 0,5 – 1

mg/KgBB tiga kali

sehari

      Chloral hidrat 30

mg/Kg BB sebagai

sedative

1.    Berikan penyuluhan

pada keluarga tentang

bahan-bahan terutama

makanan yang

menjadi bahan

alergen bagi anak.

keluarga dan klien

kooperatif dalam

tindakan perawatan.

2.    Peningkatan hidrasi

cairan akan

mengencerkan sekret

sehingga sekret akan

lebih mudah

dikeluarkan.

3.    Fisoterapi nafas

melepaskan sekret dari

tempat perlekatan,

postural drainase

memudahkan

pengaliran sekret,

batuk efektif

mengeluarkan sekret

secara adekuat.

4.    Mengeluarkan secret

5.    Untuk mempercepat

penyembuhan klien

      Pengetahuan yang

memadai

memungkinkan klien

dan keluarga koopertif

terhadap tindakan

perawatan.

Page 22: Askep Bronkitis Pada Anak

2. Ketidakefektifan

penatalaksanaan

regimen

pengobatan

berhubungan

dengan

ketidakpatuhan

Orang tua

menunjukkan

keinginan untuk

berperan aktif

dalam

penatalaksanaan

pengobatan dan

perawatan agar

efektif setelah

mendapat

penjelasan dari

petugas.

mengetahui cara

dan tindakan

yang dilakukan

untuk

menghindari

kontak dengan

alergen.

2.    Diskusikan dengan

keluarga mengenai

alternatif tindakan

yang mungkin

dilakukan untuk

menghindari kontak

dengan alergen.

3.    Berikan positif

reinforcementpada

orang tua dan anak

jika kooperatif.

4.    Kolab Imunoterapi

dalam pemberian

nebulizer

.

      Alternatif cara yang

dipilih oleh keluarga

merupakan jalan

keluar yang sesuai

dengan keadaan

keluarga.

      Positif reinforcement

meningkatkan rasa

percaya diri dan

motivasi keluarga

untuk berperan aktif

dalam perawatan klien

      Untuk mengencerkan

sekret

 

D. IMPLEMENTASI

            Nama : An. S                                                                          Ruang        : Delima

            Umur : 11 thn                                                                          No register :

02235

Tgl/ Pukul No. Dx Pelaksanaan tindakan

5 Sept 2010

1.30    WIB

1. 1.    Menjelaskan kepada ibu bahwa sekret dapat dikeluarkan dengan

batuk, tetapi bila sekret kental akan mempersulit pengeluaran

sekret. Oleh karena itu sekret perlu diencerkan dengan minum lebih

banyak dan hangat, minum obat sesuai dosis dan tepat waktu.

2.    Menganjurkan kepada ibu agar memberikan minum yang lebih

banyak kepada anak dan yang hangat.

3.    Mengajarkan kepada ibu dan klien cara batuk efektif yaitu

menghirup nafas dalam 2 kali kemudian dibatukkan dengan keras

sampai riak keluar.

4.    Memberikan penjelasan tentang pengobatan (ECD) dan perawatan

klien dirumah.

5.    Melakukan suction

Page 23: Askep Bronkitis Pada Anak

5 Sept 2010

2.30    WIB

2. 1.    Memberikan penjelasan tentang faktor alergen yang seharusnya

dihindari oleh anak.

2.    Mendiskusi dengan keluarga tentang tindakan yang dapat

dilakukan untuk menghindari alergen yaitu:

 Membersihkan rumah.

 Tidak menyajikan makanan yang menjadi sumber alergen.

 Mengganti jenis makanan yang menjadi sumber alergen dengan

makanan yang lain.

 Memotivasi anak agar tidak mengkonsumsi makanan yang menjadi

sumber alergen.

      Memberikan pujian dan dorongan terhadap rencana tindakan

keluarga yang positif.

      Mengevaluasi

6 Sept 2010

08.00 WIB

1. 1.    Menganjurkan kepada ibu agar memberikan minum yang lebih

banyak kepada anak dan yang hangat.

2.    Mengajarkan kepada ibu dan klien cara batuk efektif yaitu

menghirup nafas dalam 2 kali kemudian dibatukkan dengan keras

sampai riak keluar.

3.    Memberikan terapi nebulizer

6 Sept 2010

10.00 WIB

2. 1.         Mendiskusi dengan keluarga tentang tindakan yang dapat

dilakukan untuk menghindari alergen yaitu:

 Membersihkan rumah.

 Tidak menyajikan makanan yang menjadi sumber alergen.

 Mengganti jenis makanan yang menjadi sumber alergen dengan

makanan yang lain.

 Memotivasi anak agar tidak mengkonsumsi makanan yang menjadi

sumber alergen.

 E. EVALUASI

            Nama : An S                                                                           Ruang        : Delima

            Umur : 11 thn                                                                          No register :

02235

No Tanggal 5 Septembet 2010 Tanggal 6 Septembet 2010 TT

1. Subyektif :

Ibu mengungkapkan dapat memahami

penjelasan yang diberikan oleh

petugas tentang tindakan yang

Subyektif :

Ibu mengungkapkan dapat

memahami penjelasan yang

diberikan oleh petugas tentang

Page 24: Askep Bronkitis Pada Anak

mungkin dilakukan untuk

memudahkan pengeluaran riak.

Obyektif :

-   Ibu mampu menjelaskan

kembali apa yang telah dijelaskan

petugas sesuai dengan bahasa

ibu sendiri.

-   Ibu tampak menganggukkan

kepala saat dijelaskan oleh

petugas.

-   Batuk (+), Wheezing +/+, ronchi

+/+.

TTV :

TD : 100/70 mmHg,

N : 92 x/mnt,

S : 37OC,

RR :  26 x/mnt teratur.

Assesment :

Masalah belum teratasi.

Planning :

Ibu mengerti tentang penjelasan

tentang tindakan untuk membantu

pengeluaran sekret.

tindakan yang mungkin dilakukan

untuk memudahkan pengeluaran riak.

Obyektif :

-   Ibu mampu menjelaskan

kembali apa yang telah dijelaskan

petugas sesuai dengan bahasa

ibu sendiri.

-   Batuk (+), Wheezing +/+,

ronchi +/+.

TTV :

TD : 110/70 mmHg,

N : 90 x/mnt,

S : 36,5OC,

RR :  28 x/mnt teratur.

Assesment :

Masalah teratasi sebagian

.

Planning :

Ibu mengerti tentang penjelasan

tentang tindakan untuk

membantu pengeluaran sekret.

Kontrol 3 minggu lagi

2. Subyektif :

Ibu mengungkapkan belum begitu

mengerti penjelasan tentang faktor

yang menjadi penyebab batuk batuk

dan sesak pada anaknya dan cara

untuk menghindarinya.

Obyektif :

Ibu dapat menjelaskan kembali

tentang alergen dan usaha untuk

menghindarinya namun belum

lancer

Assesment :

Masalah  belum teratasi.

Planning :

Berikan health education tentang

allergen kepada keluarga atau ibu

Subyektif :

Ibu mengungkapkan sudah mengerti

penjelasan tentang faktor yang

menjadi penyebab batuk batuk dan

sesak pada anaknya dan cara untuk

menghindarinya.

Obyektif :

Ibu dapat menjelaskan kembali

tentang alergen dan usaha untuk

menghindarinya.

Assesment :

Masalah teratasi.

Planning :

Rencana perawatan dihentikan,

kontrol dihentikan.

Page 25: Askep Bronkitis Pada Anak