askep asfiksia edelweis

24
LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA DEFINISI Perinatal asfiksia (berasal dari bahasa Yunani sphyzein yang artinya "denyut yang berhenti") merupakan kondisi kekurangan oksigen pada pernafasan yang bersifat mengancam jiwa. Keadaan ini bila dibiarkan dapat mengakibatkan hipoksemia dan hiperkapnia yang disertai dengan metabolik asidosis . [1] Asfiksia timbul karena adanya depresi dari susunan saraf pusat ( CNS ) yang menyebabkan gagalnya paru-paru untuk bernafasAsfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Suatu kondisi akibat kekurangan oksigen (hipoksia) dan atau gangguan pada berbagai organ yang cukup penting. Jika disertai dengan hipoventilasi dapat menyebabkan hiperkapnia. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan factor yang terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstra uterus.(wikipedia) Asfiksia neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan.(Mochtar.1989) Astiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan

description

asfiksia

Transcript of askep asfiksia edelweis

Page 1: askep asfiksia edelweis

LAPORAN PENDAHULUAN

ASFIKSIA

DEFINISI

Perinatal asfiksia (berasal dari bahasa Yunani sphyzein yang artinya "denyut yang berhenti")

merupakan kondisi kekurangan oksigen pada pernafasan yang bersifat mengancam jiwa. Keadaan

ini bila dibiarkan dapat mengakibatkan hipoksemia dan hiperkapnia yang disertai dengan metabolik

asidosis. [1] Asfiksia timbul karena adanya depresi dari susunan saraf pusat (CNS) yang

menyebabkan gagalnya paru-paru untuk bernafasAsfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru

lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Suatu kondisi akibat

kekurangan oksigen (hipoksia) dan atau gangguan pada berbagai organ yang cukup penting. Jika

disertai dengan hipoventilasi dapat menyebabkan hiperkapnia. Hipoksia yang terdapat pada

penderita asfiksia ini merupakan factor yang terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi

baru lahir terhadap kehidupan ekstra uterus.(wikipedia)

Asfiksia neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara

spontan dan teratur setelah dilahirkan.(Mochtar.1989)

Astiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,

sehingga dapat menurunkan O2 dan semakin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat

buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998)

Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara

spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir. (Mansjoer, 2000)

Asfiksia berartu hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosi, bila proses ini

berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakn otak dan kematian. Asfiksia juga dapat

mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan

PaCO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2) dan asidosis (penurunan pH). (Saiffudin,2001)

Page 2: askep asfiksia edelweis

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara

spontan dan tertur dalam 1 menit setelah lahir. biasanya terjadipada bayi yang dilahirkan dari ibu

dengan komplikasi, misalnya diabetes melitus, preeklamsia berat atau eklamsia, kelahiran kurang

bulan (<34minggu), kelahiran lewat waktu ,plasenta previa koriominitis, hiromion dan

oligohidromion, - gawat janin, serta pemberian obat anastesi atau narkotik sebelum kehamilan.

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara

spontan spontan dan teratur stelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus da

hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau

segera setelah bayi lahir. Akibat akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penangnan bayi

tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan

mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin

timbul.(Prawirohardjo.2001)

Asfiksia neo natorum adalh keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan

teratur segera setelah lahir. Keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia,

hip[erkapnea, dan sampai ke asidosis. Keadaan asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya

kemampuan fungsi orgn bayi seperti pengembangan paru-paru. Proses terjadinya asfiksia

nenatorum ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau dapat segera setelah lahir.

Banyak faktor yang menyebabkannya, diantaranya adanya penyakit pada ibu sewaktu hamil

seperti hipertensi, paru, gangguan kontraksi uterus pada ibu, resiko tinggi kehamilan, dapat

terjadi pada faktor plasenta seperti janin dengan solusio plasenta, atau juga faktor janin itu

sendiri.(Hidayat,2005)

Page 3: askep asfiksia edelweis

ETIOLOGI

Towel (1966) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi yang terdiri

dari :

Faktor ibu

Hipoksia ibu. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. Hipoksia ibu

ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anastesi dalam.

Gangguan aliran darah uterus, mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan

berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian pula ke janin. Hal ini sering

ditemukan pada keadaan (a) gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani

uterus akibat penyakit atau obat, (b) hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, (c)

hipertensi pada penyakit eklampsia, dll.

Faktor Plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin

akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta,

perdarahan plasenta dan lain-lain.

Faktor Fetus

Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah

umbilicus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat

ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher. Kompresi tali pusat

antara janin dan jalan lahir, dll

Faktor neonatus

Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu : (a)

pemakaian obat anestesi/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat

Page 4: askep asfiksia edelweis

menimbulkan depresi pusat pernafasan janin, (b) trauma pada persalinan, (c) kelainan congenital

pada bayi.

FAKTOR PREDISPOSISI

Ante Partum

-Usia > 35 tahun -Kehamilan lebih bulan

-Ibu DM -Kehamilan ganda

-Hipertensi pada kehamilan -Dismaturitas

-Hipertensi kronik -Kecanduan obat pada ibu

-Anemia -Ketuban pecah dini

-Infeksi pada ibu

Intrapartum

-Sungsang atau kelainan letak -Prolaps tali pusat

-Prematur -Plasenta previa

-Ketuban pecah dini >24 jam

-Persalinan lama

Pemakaian anestesia umum

Page 5: askep asfiksia edelweis

Manifestasi

Mayoritas bayi baru lahir yang mengalami asfiksia, tidak menunjukan kelainan neurologis pada tahap akut.Efek yang ditimbulkan bila bayi asfiksia tidak diterapi dengan segera, akan menyebabkan kerusakan dari banyak organ :Bila Apgar score <5 dalam waktu 5 menit, bayi bisa mengalami gangguan yang parah minimal pada 1 organ, dimana 90% bayi dengan Apgar score ≥5 dalam waktu 5 menit, kecil kemungkinan untuk mengalami kelainan organ yang parah. Organ-organ tersebut diantaranya :1.Gangguan saraf : kelainan yang timbul dapat berupa retardasi mental, penurunan IQ, kejang, kerusakan ''spinal cord'', dan depresi pernafasan2. Sistem Kardiovasckular : keadaan yang timbul bisa berupa ''Shock'', hipotensi, insufisiensi trikuspid, nekrosis miokardium, dan gagal jantung

3. Fungsi Ginjal :keadaan yang timbul dapat berupa hematuria, proteinuria, atau gagal ginjal

4. Fungsi Hepar : keadaan yang timbul dapat berupa peningkatan serum ALT, amonia, dan bilirubin indirek

5. Traktus Gastrointestinal

6. Gangguan fungsi pernafasan

Klasifikasi Asfiksia neonatorum sbb:

Asphyksia Ringan ( vigorus baby)

Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.

Asphyksia sedang ( mild moderate asphyksia)

Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit,

tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

Asphyksia Berat

Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x

permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.

Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10

menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama

pada asphyksia berat.

Page 6: askep asfiksia edelweis

A. PATOFISIOLOGIS

Perubahan spontan bayi baru lahir tergantung pada kondisi janin pada kehamilan dan persalinan.

Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi

(asfiksia transient). Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemeroseptor. Pusat

pernafasan agar terjadi primary gasping yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan

teratur. Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat

mengatasinya.

Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan/persalinan

akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila

tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversible

atau tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia.

Pada tingkat pertama gangguan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidosis

respiratorik. Bila gangguan berlanjut, dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme

anaerobic yang berupa glikolisis, glikogen tubuh, sehingga sumber glikogen tubuh, terutama

pada jantung dan hati akan berkurang. Asam organic yang terjadi akibat metabolisme ini akan

menyebabkan timbulnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan

kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :

(a) hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung,

(b) terjadinya asidosis metabolic akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan, termasuk otot

jantung, sehingga menimbulkan kelemahan jantung,

(c) pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya resistensi

pembuluh darah paru, sehingga sirkulasi darah ke paru dan demikian pula ke system sirkulasi

tubuh lain akan mengalami gangguan.

Asidosis dan gangguan kardiovaskular yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel

otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan

bayi selanjutnya.

Page 7: askep asfiksia edelweis

Maclaurin (1970) menggambarkan secara skematus perubahan yang penting dalam tubuh selama

proses asfiksia disertai hubungannya dengan gambaran klinis.

Pada skema tersebut secara sederhana disimpulkan keadaan-keadaan pada asfiksia yang perlu

mendapat perhatian sebaiknya yaitu : (1) menurunnya tekanan O2 darah (PaO2), (2)

meningginya tekanan CO2 darah (PaCO2), (3) menurunnya pH (akibat asidosis respiratorik dan

metabolic), (4) dipakainya sumber glikogen tubuh untuk metabolisme anaerobic, (5) terjadinya

perubahan system kardiovaskular. Mengenal dengan tepat perubahan tersebut di atas sangat

penting, karena hal itu merupakan manifestasi daripada tiingkat asfiksia yang terjadi. Tindakan

yang dilakukan pada bayi asfiksia hanya akan berhasil dengan baik bila perubahan yang terjadi

dapat dikoreksi secara adekuat.

B. MANIFESTASI KLINIS

Patokan yang dinilai adalah : (1) menghitung frekuensi jantung, (2) melihat usaha bernafas, (3)

menilai tonus otot; (4) menilai refleks rangsangan, (5) memperhatikan warna kulit. Setiap criteria

diberi angka tertentu dan penilaian itu sekarang lazim disebut skor Apgar (lihat tabel. Skor

Apgar ini biasanya dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap, yaitu pada saat bayi telah diberi

lingkungan yang baik serta telah dilakukan pnegisapan lender dengan sempurna. Skor Apgar 1

menit ini menunjukkan beratnya asfiksia yang diderita dan baik sekali sebagai pedoman untuk

menentukan cara resusitasi. Skor apgar perlu pula dinilai setelah 5 menit bayi baru lahir, karena

hal ini mempunyai korelasi yang erat dengan morbiditas dan mortalitas normal.

C. SKOR APGAR

Tanda 0 1 2 Jumlah Nilai

Frekuensi

jantung

Tidak ada Kurang dari

100/menit

Lebih dari

100/menit

Pernafasan Tidak ada Tidak teratur Baik

Tonus otot Lemah Sedang Baik

Page 8: askep asfiksia edelweis

Peka rangsang Tidak ada Meringis Menangis

Warna Biru/pucat Tubuh

kemerahan,

ekstremias

biru

Tubuh dan

ekstremitas

merah jambu

Atas dasar pengalaman klinis di atas, asfiksia neonatorum dapat dibagi dalam :

1. Vigorous baby, skor apgar 7-10. dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan

tindakan istimewa

2. Mild-moderate asphyxia (asfiksia sedang). Skor Apgar 4-6. pada pemeriksaan fisis akan

terlhat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurag baik atau baik, sianosis,

refleks iritabiitas tidak ada

3. (a) Asfiksia berat. Skor apgar 0-3. pada pemeriksaan fisis ditemukan frekuensi jantung kurang

dari 100/menit, tons otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas

tidak ada. (b) asfiksia berat dengan henti jantung. Dimaksudkan dengan henti jantung ialah

keadaan (1) bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap,

(2) bunyi jantung bayi menghilang post partum. Dalam hal ini pemeriksaan fisis lainnya

sesuai dengan yang ditemukan pada penderita asfiksia berat.

H. KOMPLIKASI ASFIKSIA NEONATORUM

Komplikasi ini meliputi beberapa organ:

1.9.1 Otak: hipokstik iskemik ensefalopati, edeme serebri, palsi selebralis

1.9.2 Jantung dan paru: hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum, pendarahan paru,

edema paru.

1.9.3 Gastrointestinal: enterokolitis nekotrikans

1.9.4 Ginjal : tubular nekrosis akut

1.9.5 Hematologi

Page 9: askep asfiksia edelweis

BAB III

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI

DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM

1.10 Pengkajian

1) Pengkajian Umum :

a. Identitas klien / bayi dan keluarga

b. Riwayat kehamilan ibu dan persalinan ibu

c. Pengukuran hasil nilai apgar score

Klasifikasi klinik nilai APGAR :

• Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3)

Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Karena

selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml

per kg berat badan, dan cairan glucose 40%1-2 ml/kg berat badan, diberikan via vena

umbilikalis.

• Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6).

Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas kembali.

• Bayi normal atau asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-9).

• Bayi normal dengan nilai APGAR 10

Asfiksia berat dengan henti jantung, dengan keadaan bunyi jantung menghilang setelah

lahir, pemeriksaan fisik yang lain sama dengan asfiksia berat.

2) Pengkajian dasar data neotalus

a. Sirkulasi

- Nadi apical mungkin cepat/tidak dan teratur/tidak.

- Murmur jantung yang dapat didengar.

b. Neurosensori

- Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak buncit.

- Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakkan,

fontanel mungkin besar.

- Reflek tergantung pada usia gestasi.

c. Pernapasan

Page 10: askep asfiksia edelweis

- Nilai apgar mungkin rendah

- Pernapasan mungkin dangkal, tidak teratur

- Mengorok, pernapasan cuping hidung, retrakasi suprasternal

- Adanya bunyi mengi selama fase inspirasi dan ekspirasi

- Warna kulit

d. Keamanan

- Suhu berfluktuasi dengan mudah

- Menangis mungkin lemah

- Menggunakan otot-otot bantu napas

e. Makanan / Cairan

- Berat badan kurang dari 2500 gr

1.11 Diagnosa Keperawatan

a) Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi

b) Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

c) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya hipovolemia

1.12 Intervensi Keperawatan

a) Diagnosa : Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi

• Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan

pola nafas menjadi efektif.

• NOC : Status respirasi : Ventilasi

• Kriteria hasil :

- Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.

- Ekspansi dada simetris.

- Tidak ada bunyi nafas tambahan.

- Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.

• Intervensi :

- Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan

pengisapan lender.

- Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.

- Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi.

- Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alat bantu nafas

Page 11: askep asfiksia edelweis

- Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu.

- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.

b) Diagnosa : Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

• Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan

pertukaran gas teratasi.

• NOC : Status respiratorius : Pertukaran gas

• Kriteria hasil :

- Tidak sesak nafas

- Fungsi paru dalam batas normal

• Intervensi: :

- Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum.

- Pantau saturasi O2 dengan oksimetri

- Pantau hasil Analisa Gas Darah

c) Diagnosa : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya hipovolemia

• Tujuan : Menunjukan peningkatan perfusi sesuai secara individual

• Kriteria hasil:

- Status mental dalam keadaan normal

- Irama jantung dan nadi perifer dalam batas normal

- Tidak ada sianosis sentral atau perifer

- Kulit hangat

- Keluaran urine dan berat jenis dalam batas normal

• Intervensi:

- Mempertahankan output yang normal dengan cara mempertahankan intake dan output

- Kolaborasi dalam pemberian diuretik sesuai indikasi

- Memonitor laboratorium urine lengkap

- Memonitor pemeriksaan darah

1.13 Evaluasi

1) Menunjukan curah jantung dalam batas normal

2) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan

Page 12: askep asfiksia edelweis

nafas lancar.

3) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola

nafas menjadi efektif.

4) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan

pertukaran gas teratasi.

5) Menunjukan peningkatan perfusi sesuai secara individual

6) Mengidentifikasi/ intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi

7) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan risiko

cidera dapat dicegah

8) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suhu

tubuh normal.

9) Menunjukan atau melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat

diukur dengan tidak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, tanda vital dalam rentang

normal.

10) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan koping

keluarga adekuat.

Klasifikasi klinik nilai APGAR:

a) Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3 )

Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Karena

selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml

per kg berat badan, dan cairan glucose 40%1-2 ml/kg berat badan, diberikan via vena

umbilikalis.

b) Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)

Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas kembali.

c) Bayi normal atau asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-9).

d) Bayi normal dengan nilai APGAR 10

Asfiksia berat dengan henti jantung, dengan keadaan bunyi jantung menghilang setelah

lahir, pemeriksaan fisik yang lain sama dengan asfiksia berat.

Page 13: askep asfiksia edelweis

1.14 Pemeriksaan Diagnostik

a) Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 )

b) Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus

otot dan reflek)

c) Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi

d) Pengkajian spesifik

Penatalaksanaan

Tujuan utama mengatasi asfiksia adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan

membatasi gejala sisa (sekuele) yang mungkin timbul di kemudian hari. Tindakan yang

dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi baru lahir.

Sebelum resusitasi dikerjakan, perlu diperhatikan bahwa :

a) Faktor waktu sangat penting. Makin lama bayi menderita asfiksia, pertumbuhan

homeostasis yang timbul makin berat. Resusitasi akan semakin sulit dan kemungkinan

timbulnya sekuele akan meningkat

b) Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia/ hipoksia antenatal tidak dapat

diperbaiki, tetapi kerusakan yang akan terjadi karena anoksia/hipoksia paska natal harus

dicegah dan diatasi.

c) Riwayat kehamilan dan persalinan akan memberikan keterangan yang jelas tentang

faktor penyebab terjadinya depresi pernafasan pada bayi baru lahir

d) Penilaian bayi baru lahir perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat dipilih

dan ditentukan secara cepat dan tepat.

Prinsip dasar resusitasi yang perlu diingat adalah:

a) Membersihkan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernafasan

tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan, yaitu agar oksigenasi dan pengeluaran

CO2 berjalan lancar.

b) Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang menunjukkan usaha

pernafasan lemah.

c) Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi

d) Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik.

Page 14: askep asfiksia edelweis

Tindakan Umum :

a) Pengawasan suhu tubuh

Pertahankan suhu tubuh agar bayi tidak kedinginan, karena hal ini akan memperburuk

keadaan asfiksia.Bayi baru lahir secara relative banyak kehilangan panas yang diikuti oleh

penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh akan mempertinggi metabolisme sel

sehingga kebutuhabn oksigen meningkat. Perlu diperhatikan agar bayi mendapat

lingkungan yang hangat segera setelah lahir. Jangan biarkan bayi kedinginan

(membungkus bayi dengan kain kering dan hangat), Badan bayi harus dalam keadaan

kering, jangan memandikan bayi dengan air dingin, gunakan minyak atau baby oil untuk

membersihkan tubuh bayi. Kepala ditutup dengan kain atau topi kepala yang terbuat dari

plastic

b) Pembersihan jalan nafas

Saluran nafas atas dibersihkan dari lendir dan cairan amnion dengan pengisap lendir,

tindakan ini dilakukan dengan hati- hati tidak perlu tergesa- gesa atau kasar. Penghisapan

yang dilakukan dengan ceroboh akan timbul penyulit seperti: spasme laring, kolap paru,

kerusakan sel mukosa jalan nafas. Pada asfiksia berat dilakukan resusitasi kardiopulmonal.

c) Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan

Bayi yang tidak memperlihatkan usaha bernafas selama 20 detik setelah lahir dianggap

telah menderita depresi pernafasan. Dalam hal ini rangsangan terhadap bayi harus segera

dilakukan. Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung dapat pula merangsang

reflek pernafasan yang sensitive dalam mukosa hidung dan faring. Bila cara ini tidak

berhasil dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan nyeri dengan memukul kedua

telapak kaki bayi.

Therapi cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksi

1. Tujuan Pemberian Cairan untuk Bayi Baru Lahir dengan asfiksia :

a) Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan

b) Memberikan obat- obatan

c) Memberikan nutrisi parenteral

Page 15: askep asfiksia edelweis

d) Keuntungan dan kerugian therapy Cairan

2. Keuntungan :

a) Efek therapy segera tercapai karena penghantaran obat ketempat target berlangsung

cepat

b) Absorbsi total, memungkinkan dosis obat lebih tepat dan therapy lebih dapat diandalkan

c) Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek therapy dapat dipertahankan

maupun dimodifikasi.

d) Ras sakit dan iritasi obat- obat tertentu jika diberikan intramuscular dan subkutan dapat

dihindari.

e) Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorpsi dengan rute lain karena molekul yang

besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinal.

3. Kerugian :

a) Resiko toksisitas/anapilaktik dan sensitivitas tinggi

b) Komplikasi tambahan dapat timbul :

• Kontaminasi mikroba melalui sirkulasi

• Iritasi vaskuler ( spt phlebitis )

• Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.

Peran Perawat terhadap Therapi Cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksia

a) Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infuse maupun

kemasannya.

b) Memastikan cairan infuse diberikan secara benar (pasien, jenis cairan, dosis, cara

pemberian dan waktu pemberian)

c) Memeriksa kepatenan tempat insersi

d) Monitor daerah insersi terhadap kelainan

e) Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan program

f) Monitor kondisi dan reaksi pasien

Page 16: askep asfiksia edelweis

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Hassan, R dkk. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta : Informedika

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid II. Jakarta : Media

Aesculapius.

Santosa, B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Definisi dan Klasifikasi. Jakarta :

Prima Medika.

Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Criteria Hasil

NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC

Manuaba, I. B. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta :

EGC

Erwin Sarwono et al, Asfiksia Neonatorum, Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Ilmu

Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, 1994

Fatimah Indarso, Resusitasi Pada Kegawatan Nafas Bayi Baru Lahir, Kumpulan Makalah

Pelatihan PPGD Bagi Dokter, JICA, RSUD Dr. Soetomo, Dinkesda Tk.I Jatim, 1999 0