ASKEP apendisitis
-
Upload
nurulriani -
Category
Documents
-
view
172 -
download
0
Transcript of ASKEP apendisitis
5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 1/10
ASKEP APENDISITIS
Posted on Maret 27, 2008 by harnawatiaj
Pengertian
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut
pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling
umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai
cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan,
tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat,
angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan
shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim,
Apendisitis, 2007)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu
atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan
pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa
pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya
buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum
(cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan
terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus
lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang
senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks
( Anonim, Apendisitis, 2007)
Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :
Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau
segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal.
Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau
parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis
kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukanpada usia tua.
Anatomi dan Fisiologi Appendiks merupakan organ yang
kecil dan vestigial (organ yang tidak berfungsi) yang melekat
sepertiga jari.
Letak apendiks.
Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah
anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan medial
dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia
anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak
pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang
menghubungkan sias kanan dengan pusat.Ukuran dan isi apendiks.
Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi
0,1 cc, cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin.
Posisi apendiks.
Laterosekal: di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal:
membelok ke arah di dinding abdomen. Pelvis minor.
Etiologi
Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi
bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus
terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi
pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini
biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras
( fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit,
Patofisiologi
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai aki
terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa k
dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkat
tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas a
menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam
terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen.
Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
Manifestasi Klinik
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang te
dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan
bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di pe
sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan
muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyer
berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter men
daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika
penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. De
bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, d
semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil,
nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpu
tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan dem
bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa
menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Pemeriksaan diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan
anamnese ditambah dengan pemeriksaan laboratorium se
pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 ha
yang penting adalah: Nyeri mula-mula di epigastrium (ny
viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke peru
kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (kkuman yang menetap di dinding usus).
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan,
penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di pe
terasa nyeri.
Pemeriksaan yang lain Lokalisasi.
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluru
perut, tetapi paling terasa nyeri pada daerah titik Mc. Bur
Jika sudah infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang da
menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumo
titik Mc. Burney.
Test rektal.Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan
penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai re
fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganis
yang menyerang.
Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosi
yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal.
endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis
infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeks
pada ginjal. Pemeriksaan radiologi Pada foto tidak dapat
menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut,
kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat
ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit flui
5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 2/10
Penatalaksanaan
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah
ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai
pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah
diagnosa ditegakkan. Apendektomi (pembedahan untuk
mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk
menurunkan resiko perforasi.
Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau
spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi,
yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep
Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu
dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga
klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan
dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik
(pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan
dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena
banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi
dan juga terhadap penerimaan anastesi.
Untuk melengkapi hal tersebut, maka perawat di dalam
melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut:
Pengkajian
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
alamat, dan nomor register.
Identitas penanggung Riwayat kesehatan sekarang.
Keluhan utama Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar
epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan
Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian
setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam
beberapa waktu lalu.
Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilangatau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang
menyertai Biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah,
panas. Riwayat kesehatan masa lalu Biasanya berhubungan
dengan masalah kesehatan klien sekarang Pemeriksaan fisik
Keadaan umum Klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
Berat badan Sebagai indicator untuk menentukan pemberian
obat.
Sirkulasi : Klien mungkin takikardia. Respirasi : Takipnoe,
pernapasan dangkal. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi
Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang. Distensi
abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atautidak ada bising usus.
Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan
umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik
Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau
napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi
ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
Keamanan Demam, biasanya rendah.
Data psikologis Klien nampak gelisah.
Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Ada perasaan
takut. Penampilan yang tidak tenang.
Diagnosa keperawatan
Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan
adanya mual dan muntah.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya
berhubungan dengan informasi kurang.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intak
menurun.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ya
dirasakan
Intervensi keperawatan .
Rencana tujuan dan intervensi disesuaikan dengan diagno
dan prioritas masalah keperawatan.
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
adanya rasa mual dan muntah, ditandai dengan : Kadang-
kadang diare. Distensi abdomen. Tegang. Nafsu makan
berkurang. Ada rasa mual dan muntah. Tujuan :
Mempertahankan keseimbangan volume cairan dengan
kriteria : Klien tidak diare. Nafsu makan baik. Klien tidak
mual dan muntah.
Intervensi : Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : Merupakan indicator secara dini tentang
hypovolemia.
Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine.
Rasional : Menurunnya out put dan konsentrasi urine aka
meningkatkan kepekaan/endapan sebagai salah satu kesan
adanya dehidrasi dan membutuhkan peningkatan cairan.
Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering.
Rasional : Untuk meminimalkan hilangnya cairan.
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan tubuh, ditandai dengan : Suhu tub
atas normal. Frekuensi pernapasan meningkat. Distensi
abdomen. Nyeri tekan daerah titik Mc. Burney Leuco >
10.000/mm3 Tujuan : Tidak akan terjadi infeksi dengan
kriteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi post operatif (tida
panas, kemerahan).Intervensi : Bersihkan lapangan operasi dari beberapa
organisme yang mungkin ada melalui prinsip-prinsip
pencukuran.
Rasional : Pengukuran dengan arah yang berlawanan
tumbuhnya rambut akan mencapai ke dasar rambut, sehin
benar-benar bersih dapat terhindar dari pertumbuhan mik
organisme.
Beri obat pencahar sehari sebelum operasi dan dengan
melakukan klisma.
Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic us
sehingga bab dapat lancar. Sedangkan klisma dapatmerangsang peristaltic yang lebih tinggi, sehingga dapat
mengakibatkan ruptura apendiks.
Anjurkan klien mandi dengan sempurna.
Rasional : Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar
terhadap timbulnya mikro organisme.
HE tentang pentingnya kebersihan diri klien.
Rasional : Dengan pemahaman klien, klien dapat bekerja
dalam pelaksaan tindakan.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan disten
jaringan intestinal, ditandai dengan : Pernapasan tachipne
Sirkulasi tachicardia. Sakit di daerah epigastrum menjalar
daerah Mc. Burney Gelisah. Klien mengeluh rasa sakit pa
perut bagian kanan bawah.
5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 3/10
Intervensi : Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan
merupakan indiaktor secara dini untuk dapat memberikan
tindakan selanjutnya.
Anjurkan pernapasan dalam.
Rasional : Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara
adekuat sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri.
Lakukan gate control.
Rasional : Dengan gate control saraf yang berdiameter besar
merangsang saraf yang berdiameter kecil sehingga rangsangan
nyeri tidak diteruskan ke hypothalamus.
Beri analgetik.
Rasional : Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa
nyeri (apabila sudah mengetahui gejala pasti).
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya
berhubungan dengan informasi kurang. Gelisah. Wajah
murung. Klien sering menanyakan tentang penyakitnya. Klien
mengeluh rasa sakit. Klien mengeluh sulit tidur
Tujuan : Klien akan memahami manfaat perawatan post
operatif dan pengobatannya.
Intervensi : Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang
akan digunakan setelah operasi.
Rasional : Klien dapat memahami dan dapat merencanakan
serta dapat melaksanakan setelah operasi, sehingga dapat
mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh.
Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi
periode istirahat setelah operasi.
Rasional : Mencegah luka baring dan dapat mempercepat
penyembuhan.
Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian
verband, pembatasan mandi, dan penyembuhan latihan.Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik
dapat mempercepat proses penyembuhan.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
menurun. Nafsu makan menurun Berat badan menurun Porsi
makan tidak dihabiskan Ada rasa mual muntah
Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri
Intervensi : Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien
Rasional : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.
Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang
nafsu makan sampai minimal
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisiberfokus pada masalah membuat suasana negatif dan
mempengaruhi masukan.
Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : Mengawasi keefektifan secara diet.
Beri makan sedikit tapi sering
Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi
dapat ditingkatkan.
Anjurkan kebersihan oral sebelum makan
Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
Tawarkan minum saat makan bila toleran.
Rasional : Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.
Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang
menyebabkan distres.
Memberi makanan yang bervariasi
Rasional : Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan
makan klien.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ya
dirasakan. Kuku nampak kotor Kulit kepala kotor Klien
nampak kotor
Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri
Intervensi : Mandikan pasien setiap hari sampai klien ma
melaksanakan sendiri serta cuci rambut dan potong kuku
klien.
Rasional : Agar badan menjadi segar, melancarkan pered
darah dan meningkatkan kesehatan.
Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih.
Rasional : Untuk melindungi klien dari kuman dan
meningkatkan rasa nyaman
Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingn
kebersihan diri.
Rasional : Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untu
menjaga personal hygiene.
Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya.
Rasional : Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooper
dalam kebersihan
Bimbing keluarga / istri klien memandikan
Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan
Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien.
Rasional : Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersi
serta mencegah terjadinya infeksi.
Implementasi
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secar
nyata berupa serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan
perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Pada tah
ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimilidalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien
baik secara umum maupun secara khusus pada klien post
apendektomi. Pada pelaksanaan ini perawat melakukan
fungsinya secara independen, interdependen dan depende
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua keg
yang diprakarsai oleh perawat itu sendiri sesuai dengan
kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya Pada fun
interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan deng
bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu yang lain dalam
keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fun
dependen adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawatberdasarkan atas pesan orang lain.
Evaluasi.
Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pada klien perlu dilaku
evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut
Apakah klien dapat mempertahankan keseimbangan caira
dalam tubuh?. Apakah klien dapat terhidar dari bahaya
infeksi?. Apakah rasa nyeri akan dapat teratasi?. Apakah
sudah mendapat informasi tentang perawatan dan
pengobatannya.
Sumber :
1.Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku
5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 4/10
3.Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu
Bedah, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. 4.Smeltzer,
Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah,
Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
ASKEP APENDISITIS
A. Pengertian
Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer,2000).
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti
kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dzri
sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah
abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai
aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi
(Wilson & Goldman, 1989).
Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut
melalui peradangan, obstruksi dan iskemia di dalam jangka
waktu bervariasi (Sabiston, 1995).
Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi
akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab
paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
Askep Appendiksitis
B. Etiologi
1. Menurut Syamsyuhidayat, 2004 :
* Fekalit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat.* Tumor apendiks.
* Cacing ascaris.
* Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica.
* Hiperplasia jaringan limfe.
2. Menurut Mansjoer , 2000 :
* Hiperflasia folikel limfoid.
* Fekalit.
* Benda asing.
* Striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya.
* Neoplasma.
3. Menurut Markum, 1996 :
* Fekolit
* Parasit
* Hiperplasia limfoid
* Stenosis fibrosis akibat radang sebelumnya
* Tumor karsinoid
Askep Appendiksitis
C. Patofisiologi
Menurut Mansjoer, 2000:
asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumn
atau neoplasma. Feses yang terperangkap dalam lumen
apendiks akan menyebabkan obstruksi dan akan mengala
penyerapan air dan terbentuklah fekolit yang akhirnya seb
kausa sumbatan. Obstruksi yang terjadi tersebut menyeba
mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.
Semakin lama mukus semakin banyak, namun elastisitas
dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan
tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatk
edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukus. Pada saat
terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium. Sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbil
dan epigastrium, nausea, muntah. invasi kuman E Coli da
spesibakteroides dari lumen ke lapisan mukosa, submuko
lapisan muskularisa, dan akhirnya ke peritoneum parietal
terjadilah peritonitis lokal kanan bawah.Suhu tubuh mula
naik.Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan teru
meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi ven
edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga menimbulkan nyeri di area kanan baw
Keadaan ini yang kemudian disebut dengan apendisitis
supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark
diding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium in
disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang
telah rapuh pecah, akan menyebabkan apendisitis perfora
Bila proses tersebut berjalan lambat, omentum dan usus y
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul
suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis.Peradangan apendiks tersebut akan menyebabkan abses a
bahkan menghilang.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apend
lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan dem
ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang
perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembu
darah.
Tahapan Peradangan Apendisitis
1. Apendisitis akuta (sederhana, tanpa perforasi)
2. Apendisitis akuta perforate ( termasuk apendisitis
gangrenosa, karena dinding apendiks sebenarnya sudah te
mikroperforasi)
D. Manifestasi Klinik
1. Menurut Betz, Cecily, 2000 :
* Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadra
kanan bawah
* Anoreksia
5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 5/10
* Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada
peritonotis.
* Nyeri lepas.
* Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
* Konstipasi.
* Diare.
* Disuria.
* Iritabilitas.
* Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4
sampai 6 jam setelah munculnya gejala pertama.
2. Manifestasi klinis menurut Mansjoer, 2000 :
Keluhan apendiks biasanya bermula dari nyeri di daerah
umbilicus atau periumbilikus yang berhubungan dengan
muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan
bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau
batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam
yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi,
tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah. Pada
permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen
yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen
bawah akan semakin progresif, dan denghan pemeriksaan
seksama akan dapat ditunjukkan satu titik dengan nyeri
maksimal. Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat
membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme
biasanya juga muncul. Bila tanda Rovsing, psoas, dan
obturatorpositif, akan semakin meyakinkan diagnosa klinis.
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri
dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan
bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perutsebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan
muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri
berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan
daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika
penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam
bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di
semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil,
nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya
tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demambisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa
menyebabkan syok.
E. Komplikasi
1. Menurut Hartman, dikutip dari Nelson, 1994 :
* Perforasi.
* Peritonitis.
* Infeksi luka.
* Abses intra abdomen.
* Obstruksi intestinum.
2. Menurut Mansjoer, 2000 :
Apendiksitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan
pertama, observasi aman untuk dilakukan dalam masa
tersebut.
Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spas
otot dinding perut kuadran kanan bawah dengan tanda
peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, dem
malaise, leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan
peritonitis umum atau pembentukan abses telah terjadi sej
klien pertam akali datang, diagnosis dapat ditegakkan den
pasti.
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakuk
adalah operasi untuk menutup asal perforasi. Sedangkan
tindakan lain sebagai penunjang : tirah baring dalam posi
fowler medium, pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan
elektrolit, pemberian penenang, pemberian antibiotik
berspektrum luas dilanjutkan dengan pemberian antibiotik
yang sesuai dengan kultur, transfusi utnuk mengatasi anem
dan penanganan syok septik secara intensif, bila ada.
Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadr
kanan bawah yang cenderung menggelembung ke arah re
atau vagina. Terapi dini dapat diberikan kombinasi antibi
(misalnya ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau
klindamisin). Dengan sediaan ini abses akan segera
menghilang, dan apendiktomi dapat dilakaukan 6-12 min
kemudian. Pada abses yang tetap progresif harus segera
dilakukan drainase. Abses daerah pelvis yang menonjol k
arah rektum atau vagina dengan fruktuasi positif juga per
dibuatkan drainase.
Tromboflebitis supuratif dari sistem portal jarang terjadi merupakan komplikasi yang letal. Hal ini harus dicurigai
ditemukan demam sepsis, menggigil, hepatomegali, dan
ikterus setelah terjadi perforasi apendiks. Pada keadaan in
diindikasikan pemberian antibiotik kombinasi dengan
drainase. Komplikasi lain yang terjadi ialah abses subfren
dan fokal sepsis intraabdominal lain. Obstruksi intestinal
dapat terjadi akibat perlengketan.
F. Pemeriksaan
Pemeriksaan menurut Betz(2002), Catzel(1995),Hartman(1994), antara lain :
1. Anamnesa
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 ha
yang penting adalah :
* Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang
beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah
* Muntah oleh karena nyeri viseral.
* Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).
* Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu maka
penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di pe
terasa nyeri.
5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 6/10
peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran
sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena
adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). pada
keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam
diafragma.
3. Laboratorium
Pemeriksaan darah : lekosit ringan umumnya pada apendisitis
sederhana lebih dari 13000/mm3 umumnya pada apendisitis
perforasi. Tidak adanya lekositosis tidak menyingkirkan
apendisitis. Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri.
Pemeriksaan urin : sediment dapat normal atau terdapat
lekosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang
meradang menempel pada ureter atau vesika. Pemeriksaan
laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis
untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang
menyerang.
Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis
yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju
endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis
infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi
pada ginjal.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 :
1. Sebelum operasi
* Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
* Pemasangan kateter untuk control produksi urin.
* Rehidrasi
* Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikansecara intravena.
* Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti
menggigil, largaktil untuk membuka pembuluh – pembuluh
darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
* Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
2. Operasi
* Apendiktomi.
* Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi
bebas,maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan
antibiotika.* Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya
mungkin mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase
dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan
bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai
3 bulan.
3. Pasca operasi
* Observasi TTV.
* Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga
aspirasi cairan lambung dapat dicegah.
* Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
* Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi
gangguan, selama pasien dipuasakan.
menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan s
dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.
* Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk t
di tempat tidur selama 2x30 menit.
* Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar
kamar.
* Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehk
pulang.
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang
masih aktif yang ditandai dengan :
* Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh m
tinggi
* Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah
masih jelas terdapat tanda-tanda peritonitis
* Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitun
jenis terdapat pergeseran ke kiri.
Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah
klien dipersiapkan, karena dikuatirkan akan terjadi abses
apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan pembedaha
harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infek
luka lebih tiggi daripada pembedahan pada apendisitis
sederhana tanpa perforasi.
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang
telah mereda ditandai dengan :
* Umumnya klien berusia 5 tahun atau lebih.
* Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sak
suhu tubuh tidak tinggi lagi.
* Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda
peritonitis dan hanya teraba massa dengan jelas dan nyeritekan ringan.
* Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.
Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan
pemberian antibiotik dan istirahat di tempat tidur. Tindak
bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih
banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk le
dari satu minggu sejak serangan sakit perut.Pembedahan
dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses deng
atau tanpa peritonitis umum.
Asuhan Keperawatan Anak dengan Apendiksitis
A. Pengkajian
Pengkajian menurut Wong (2003), Doenges (1999), Catz
(1995), Betz (2002), antara lain :
1. Wawancara
Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya
mengenai :
* Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar
epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul kelu
Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudia
setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam
beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-
5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 7/10
* Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan
masalah. kesehatan klien sekarang ditanyakan kepada orang
tua.
* Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
* Kebiasaan eliminasi.
2. Pemeriksaan Fisik
* Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit
ringan/sedang/berat.
* Sirkulasi : Takikardia.
* Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
* Aktivitas/istirahat : Malaise.
* Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-
kadang.
* Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan,
penurunan atau tidak ada bising usus.
* Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan
umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik
Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau
napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi
ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
* Demam lebih dari 380C.
* Data psikologis klien nampak gelisah.
* Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
* Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan
penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
* Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian
obat.
3. Pemeriksaan Penunjang
* Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran
perselubungan mungkin terlihat “ileal atau caecal ileus”(gambaran garis permukaan cairan udara di sekum atau
ileum).
* Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan
apendisitis infiltrat.
* Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada
ginjal.
* Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil.
* Pada enema barium apendiks tidak terisi.
* Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi,
abses apendiks.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada anak dengan kasus apendiksitis
berdasarkan rumusan diagnosa keperawatan menurut NANDA
(2006) antara lain :
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia.
Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi menurut Mc.Closkey (1996) Nursing Intervent
Classsification (NIC), dan hasil yang diharapkan menurut
Johnson (2000) Nursing Outcome Classification ( NOC)
antara lain :
Pre Operasi
Dx I. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan :Nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
* Nyeri berkurang
* Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
* Kegelisahan atau keteganganotot
* Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.
* Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk menca
kenyamanan.
Intervensi
* Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi
lokasi, keparahan, factor presipitasinya.
* Observasi ketidaknyamanan non verbal.
* Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadi
dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya
dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawata
yang tidak terburu-buru.
* Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaru
respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
* Anjurkan pasien untuk istirahat.
* Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak
* Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
Dx II. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharap
nutrisi pasien adekuat.
Kriteria Hasil :
* Mempertahankan berat badan.
* Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.
* Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.
* Turgor kulit baik.
Intervensi
* Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhnutrisi.
* Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupa
* Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi
bagaimana memenuhinya.
* Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan
muntah.
* pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan
Post Operasi
Dx. I. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharap
nyeri dapat berkurang atau hilang.
5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 8/10
* Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.
* Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai
kenyamanan.
Intervensi
* Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi
lokasi, keparahan.
* Observasi ketidaknyamanan non verbal
* Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir
dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya
dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan
yang tidak terburu-buru.
* Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
* Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik
relaksai saat nyeri.
* Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak.
* Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
Dx II. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
asupan cairan yang tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
keseimbangan cairan pasien normal dan dapat
mempertahankan hidrasi yang adekuat.
Kriteria Hasil :
* Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB,
BJ urine normal, HT normal.
* Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
* Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit,
membran mukosa lembab.
* Tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi
* Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.* Monitor vital sign dan status hidrasi.
* Monitor status nutrisi
* Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan
waktu pembekuan.
* Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.
* Atur kemungkinan transfusi darah.
Daftar Pustaka
Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri,
Edisi 3. Jakarta: EGC
Catzel, Pincus.1995. Kapita Selekta Pediatri. Jakarta: EGC.Dongoes. Marilyn. E.dkk 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman Untuk Perencana Pendokumentasian
Perawatan Klien. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Johnson, Marion,dkk. Nursing Outcome Classification
(NOC). St. Louis, Missouri: Mosby Yearbook,Inc.
Markum.1991.Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI.
Mansjoer. A. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2.
Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius.
Mc. Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention
Classsification (NIC). St. Louis, Missouri: Mosby
Yearbook,Inc.
Nelson.1994.Ilmu Kesehatan Anak.Vol 2.Jakarta: EGC.
Sabiston, D.C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC.
Edisi 4. Jakarta: EGC
____, 2007, apendisitis, terdapat pada:www.
harnawatiarjwordpress.com diakses tanggal 1 Juni 2008.
ASUHAN KEPERAWATAN APPENDISITIS
I. PENGERTIAN
Appendisitis adalah inflamasi akut pada appen
verniformis dan merupakan penyebab paling umum u
bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997)
II. ETIOLOGI
Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh:
a. Fekalis/ massa keras dari feses
b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid
c. Benda asing
III. PATOFISIOLOGI
Appendisitis yang terinflamasi dan mengalami edema. P
inflamasi meningkatkan tekanan intra luminal, menimb
nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara pro
dalam beberapa jam, trlokalisasi di kuadran kanan bawah
abdomen. Appendiks terinflamasi berisi pus
IV. PATHWAYS
http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/07/pathway-
appendicitis.html
V. TANDA DAN GEJALA
Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ring
Mual, muntah
Anoreksia, malaisse
Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney
Spasme otot
Konstipasi, diare
(Brunner & Suddart, 1997)
VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, ne
meningkat sampai 75%
Urinalisis : normal, tetapi eritrosit/leukosit mu
ada
Foto abdomen: Adanya pergeseran material
appendiks (fekalis) ileus terlokalisir
Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi ku
bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri
terasa dikuadran kanan bawah
(Doenges, 1993; Brunner & Suddart, 1997)
VII. KOMPLIKASI
Komplikasi utama adalah perforasi appediks yang
berkembang menjadi peritonitis atau abses apendiks
Tromboflebitis supuratif
Abses subfrenikus
Obstruksi intestinal
VIII. PENATALAKSANAAN
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis
ditegakkan
Antibiotik dan cairan IV diberikan sa
pembedhan dilakukan
5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 9/10
A l ik dib ik l h di di kk
(Brunner & Suddart, 1997)
IX. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/ istirahat: Malaise
2. Sirkulasi : Tachikardi
3. Eliminasi
Konstipasi pada awitan awal
Diare (kadang-kadang)
Distensi abdomen
Nyeri tekan/lepas abdomen
Penurunan bising usus
4. Cairan/makanan : anoreksia, mual, muntah
5. Kenyamanan
Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney
meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam
6. Keamanan : demam
7. Pernapasan
Tachipnea
Pernapasan dangkal
(Brunner & Suddart, 1997)
X. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN
INTERVENSI
1. Resiko tinggi terjadi infeksi b.d tidak
adekuatnya pertahanan utama, perforasi,peritonitis
sekunder terhadap proses inflamasi
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria:
Penyembuhan luka berjalan baik
Tidak ada tanda infeksi seperti eritema,
demam, drainase purulen
Tekanan darah >90/60 mmHg
Nadi < 100x/menit dengan pola dan
kedalaman normal
Abdomen lunak, tidak ada distensi
Bising usus 5-34 x/menit
Intervensi:
a. Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Waspadai
nyeri yang menjadi hebat
b. Awasi dan catat tanda vital terhadap
peningkatan suhu, nadi, adanya pernapasan cepat dan dangkal
c. Kaji abdomen terhadap kekakuan dan
distensi, penurunan bising usus
d. Lakukan perawatan luka dengan tehnik
aseptik
e. Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik
drainase luka/drain, eriitema
f. Kolaborasi: antibiotik
2. Nyeri b.d distensi jaringan usus oleh
onflamasi, adanya insisi bedah
Kriteria hasil:
Persepsi subyektif tentang nyeri menurun
Tampak rileks
Pasien dapat istirahat dengan cukup
Intervensi:
a. Kaji nyeri. Catat lokasi, karakteristik nyeri
d. Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik la
untuk membantu melepaskan otot yang tegang
e. Hindari tekanan area popliteal
f. Berikan antiemetik, analgetik sesuai program
3. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuhb.d infla
peritoneum dengan cairan asing, muntah praope
pembatasan pasca operasi
Kriteria hasil;
Membran mukosa lembab
Turgor kulit baik
Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg BB/jam
Tanda vital stabil
Intervensi:
a. Awasi tekanan darah dan tanda vial
b. Kaji turgor kulit, membran mukosa, capilary refill
c. Monitor masukan dan haluaran . Catat w
urin/konsentrasi
d. Auskultasi bising usus. Catat kelancara flatus
e. Berikan perawatan mulut sering
f. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pema
peroral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai tole
g. Berikan cairan IV dan Elektrolit
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis
kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi
Kriteria:
Menyatakan pemahamannya tentang proese pen
pengobatan
Berpartisipasidalam program pengobatan
Intervensi
a. Kaji ulang embatasan aktivitas paska oerasi
b. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan pe
istirahatperiodik
c. Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti ba
pembatasan mandi
d. Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi m
contoh peningkatan nyeri, edema/eritema luka, ad
drainase
(Doenges, 1993)
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana As
Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC
2. Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi PrProses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EG
3. Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperaw
Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8. Volu
Jakarta, EGC
Swearingen. (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Edi
K\Jakarta. EG
Pathway Appendicitis
5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 10/10
b P t h k i ti h t d i i i f l
Infeksi akibat bakteri, virus, jamur, feses yang membatu, pola hidup,
benda asing.
Apendiksitis
Inflamasi
Edema
Infeksi
Apendik
(bawah kanan
Rangsang syaraf
reseptor
Nyeri
Bakteri flora
usus
Konstipasi
Obs. usus
Abses
sekunder
HatiDiafragmaPelvis
Jumlah
lekosit
Hiperthermy