ASKEP apendisitis

10
 ASKEP APENDISITIS Posted on Maret 27, 2008 by harnawatiaj Pengertian Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001). Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. ( Anonim, Apendisitis, 2007) Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bi sa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Str ukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007) Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis, 2007) Klasifikasi Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni : Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua. Anatomi dan Fisiologi Appendiks merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang tidak b erfungsi) yang melekat sepertiga jari. Letak apendiks. Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat. Ukuran dan isi apendiks. Panjang apendiks rata-rata 6  9 cm. Lebar 0,3  0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin. Posisi apendiks. Laterosekal: di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen. Pelvis minor. Etiologi Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid. (Irga, 2007) Patofisiologi Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit ( massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus. Manifestasi Klinik Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian ba wah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007) Pemeriksaan diagnostik Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. P anas (karena kuman yang menetap di dinding usus). Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri. Pemeriksaan yang lain Lokalisasi. Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terj adi pada seluruh perut, tetapi paling terasa nyeri p ada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney. Test rektal. Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi. Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang. Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pa da keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal. Pemeriksaan radiologi Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.

Transcript of ASKEP apendisitis

5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 1/10

ASKEP APENDISITIS

Posted on Maret 27, 2008 by harnawatiaj

Pengertian

Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut

pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling

umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai

cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan,

tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan

penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat,

angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan

shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim,

Apendisitis, 2007)

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu

atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan

pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa

pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya

buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum

(cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan

terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus

lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang

senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)

Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks

( Anonim, Apendisitis, 2007)

Klasifikasi

Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :

Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau

segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal.

Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.

Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau

parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis

kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukanpada usia tua.

Anatomi dan Fisiologi Appendiks merupakan organ yang

kecil dan vestigial (organ yang tidak berfungsi) yang melekat

sepertiga jari.

Letak apendiks.

Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah

anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan medial

dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia

anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak 

pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang

menghubungkan sias kanan dengan pusat.Ukuran dan isi apendiks.

Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi

0,1 cc, cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin.

Posisi apendiks.

Laterosekal: di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal:

membelok ke arah di dinding abdomen. Pelvis minor.

Etiologi

Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi

bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus

terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi

pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini

biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras

( fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit,

Patofisiologi

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai aki

terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa k

dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkat

tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas a

menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam

terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen.

Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.

Manifestasi Klinik 

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang te

dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan

bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di pe

sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan

muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyer

berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter men

daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika

penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. De

bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.

Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, d

semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil,

nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpu

tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan dem

bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa

menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007)

Pemeriksaan diagnostik 

Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan

anamnese ditambah dengan pemeriksaan laboratorium se

pemeriksaan penunjang lainnya.

Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 ha

yang penting adalah: Nyeri mula-mula di epigastrium (ny

viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke peru

kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (kkuman yang menetap di dinding usus).

Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan,

penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di pe

terasa nyeri.

Pemeriksaan yang lain Lokalisasi.

Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluru

perut, tetapi paling terasa nyeri pada daerah titik Mc. Bur

Jika sudah infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang da

menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumo

titik Mc. Burney.

Test rektal.Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan

penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.

Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai re

fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganis

yang menyerang.

Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosi

yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal.

endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis

infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeks

pada ginjal. Pemeriksaan radiologi Pada foto tidak dapat

menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut,

kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat

ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit flui

5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 2/10

Penatalaksanaan

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah

ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai

pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah

diagnosa ditegakkan. Apendektomi (pembedahan untuk 

mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk 

menurunkan resiko perforasi.

Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau

spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi,

yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep

Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu

dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga

klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan

dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik 

(pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan

dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena

banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi

dan juga terhadap penerimaan anastesi.

Untuk melengkapi hal tersebut, maka perawat di dalam

melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan langkah-

langkah sebagai berikut:

Pengkajian

Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,

agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,

alamat, dan nomor register.

Identitas penanggung Riwayat kesehatan sekarang.

Keluhan utama Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar

epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan

Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian

setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam

beberapa waktu lalu.

Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilangatau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang

menyertai Biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah,

panas. Riwayat kesehatan masa lalu Biasanya berhubungan

dengan masalah kesehatan klien sekarang Pemeriksaan fisik 

Keadaan umum Klien tampak sakit ringan/sedang/berat.

Berat badan Sebagai indicator untuk menentukan pemberian

obat.

Sirkulasi : Klien mungkin takikardia. Respirasi : Takipnoe,

pernapasan dangkal. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi

Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang. Distensi

abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atautidak ada bising usus.

Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan

umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik 

Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau

napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi

ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.

Keamanan Demam, biasanya rendah.

Data psikologis Klien nampak gelisah.

Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Ada perasaan

takut. Penampilan yang tidak tenang.

Diagnosa keperawatan

Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan

adanya mual dan muntah.

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya

berhubungan dengan informasi kurang.

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intak

menurun.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ya

dirasakan

Intervensi keperawatan .

Rencana tujuan dan intervensi disesuaikan dengan diagno

dan prioritas masalah keperawatan.

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

adanya rasa mual dan muntah, ditandai dengan : Kadang-

kadang diare. Distensi abdomen. Tegang. Nafsu makan

berkurang. Ada rasa mual dan muntah. Tujuan :

Mempertahankan keseimbangan volume cairan dengan

kriteria : Klien tidak diare. Nafsu makan baik. Klien tidak

mual dan muntah.

Intervensi : Monitor tanda-tanda vital.

Rasional : Merupakan indicator secara dini tentang

hypovolemia.

Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine.

Rasional : Menurunnya out put dan konsentrasi urine aka

meningkatkan kepekaan/endapan sebagai salah satu kesan

adanya dehidrasi dan membutuhkan peningkatan cairan.

Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering.

Rasional : Untuk meminimalkan hilangnya cairan.

Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak 

adekuatnya pertahanan tubuh, ditandai dengan : Suhu tub

atas normal. Frekuensi pernapasan meningkat. Distensi

abdomen. Nyeri tekan daerah titik Mc. Burney Leuco >

10.000/mm3 Tujuan : Tidak akan terjadi infeksi dengan

kriteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi post operatif (tida

panas, kemerahan).Intervensi : Bersihkan lapangan operasi dari beberapa

organisme yang mungkin ada melalui prinsip-prinsip

pencukuran.

Rasional : Pengukuran dengan arah yang berlawanan

tumbuhnya rambut akan mencapai ke dasar rambut, sehin

benar-benar bersih dapat terhindar dari pertumbuhan mik

organisme.

Beri obat pencahar sehari sebelum operasi dan dengan

melakukan klisma.

Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic us

sehingga bab dapat lancar. Sedangkan klisma dapatmerangsang peristaltic yang lebih tinggi, sehingga dapat

mengakibatkan ruptura apendiks.

Anjurkan klien mandi dengan sempurna.

Rasional : Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar

terhadap timbulnya mikro organisme.

HE tentang pentingnya kebersihan diri klien.

Rasional : Dengan pemahaman klien, klien dapat bekerja

dalam pelaksaan tindakan.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan disten

 jaringan intestinal, ditandai dengan : Pernapasan tachipne

Sirkulasi tachicardia. Sakit di daerah epigastrum menjalar

daerah Mc. Burney Gelisah. Klien mengeluh rasa sakit pa

perut bagian kanan bawah.

5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 3/10

Intervensi : Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.

Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan

merupakan indiaktor secara dini untuk dapat memberikan

tindakan selanjutnya.

Anjurkan pernapasan dalam.

Rasional : Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara

adekuat sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga dapat

mengurangi rasa nyeri.

Lakukan gate control.

Rasional : Dengan gate control saraf yang berdiameter besar

merangsang saraf yang berdiameter kecil sehingga rangsangan

nyeri tidak diteruskan ke hypothalamus.

Beri analgetik.

Rasional : Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa

nyeri (apabila sudah mengetahui gejala pasti).

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya

berhubungan dengan informasi kurang. Gelisah. Wajah

murung. Klien sering menanyakan tentang penyakitnya. Klien

mengeluh rasa sakit. Klien mengeluh sulit tidur

Tujuan : Klien akan memahami manfaat perawatan post

operatif dan pengobatannya.

Intervensi : Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang

akan digunakan setelah operasi.

Rasional : Klien dapat memahami dan dapat merencanakan

serta dapat melaksanakan setelah operasi, sehingga dapat

mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh.

Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi

periode istirahat setelah operasi.

Rasional : Mencegah luka baring dan dapat mempercepat

penyembuhan.

Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian

verband, pembatasan mandi, dan penyembuhan latihan.Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik 

dapat mempercepat proses penyembuhan.

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake

menurun. Nafsu makan menurun Berat badan menurun Porsi

makan tidak dihabiskan Ada rasa mual muntah

Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri

Intervensi : Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien

Rasional : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.

Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang

nafsu makan sampai minimal

Rasional : Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisiberfokus pada masalah membuat suasana negatif dan

mempengaruhi masukan.

Timbang berat badan sesuai indikasi

Rasional : Mengawasi keefektifan secara diet.

Beri makan sedikit tapi sering

Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi

dapat ditingkatkan.

Anjurkan kebersihan oral sebelum makan

Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan

Tawarkan minum saat makan bila toleran.

Rasional : Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.

Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang

menyebabkan distres.

Memberi makanan yang bervariasi

Rasional : Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan

makan klien.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ya

dirasakan. Kuku nampak kotor Kulit kepala kotor Klien

nampak kotor

Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri

Intervensi : Mandikan pasien setiap hari sampai klien ma

melaksanakan sendiri serta cuci rambut dan potong kuku

klien.

Rasional : Agar badan menjadi segar, melancarkan pered

darah dan meningkatkan kesehatan.

Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih.

Rasional : Untuk melindungi klien dari kuman dan

meningkatkan rasa nyaman

Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingn

kebersihan diri.

Rasional : Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untu

menjaga personal hygiene.

Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya.

Rasional : Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooper

dalam kebersihan

Bimbing keluarga / istri klien memandikan

Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan

Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien.

Rasional : Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersi

serta mencegah terjadinya infeksi.

Implementasi

Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secar

nyata berupa serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan

perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Pada tah

ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimilidalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien

baik secara umum maupun secara khusus pada klien post

apendektomi. Pada pelaksanaan ini perawat melakukan

fungsinya secara independen, interdependen dan depende

Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua keg

yang diprakarsai oleh perawat itu sendiri sesuai dengan

kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya Pada fun

interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan deng

bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu yang lain dalam

keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fun

dependen adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawatberdasarkan atas pesan orang lain.

Evaluasi.

Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan

keperawatan yang telah dilakukan pada klien perlu dilaku

evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut

Apakah klien dapat mempertahankan keseimbangan caira

dalam tubuh?. Apakah klien dapat terhidar dari bahaya

infeksi?. Apakah rasa nyeri akan dapat teratasi?. Apakah

sudah mendapat informasi tentang perawatan dan

pengobatannya.

Sumber :

1.Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku

5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 4/10

3.Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu

Bedah, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. 4.Smeltzer,

Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah,

Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

ASKEP APENDISITIS

A.  Pengertian

Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan

penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer,2000).

Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti

kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dzri

sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah

abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai

aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi

(Wilson & Goldman, 1989).

Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut

melalui peradangan, obstruksi dan iskemia di dalam jangka

waktu bervariasi (Sabiston, 1995).

Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi

akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab

paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).

Askep Appendiksitis

B. Etiologi

1. Menurut Syamsyuhidayat, 2004 :

* Fekalit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat.* Tumor apendiks.

* Cacing ascaris.

* Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica.

* Hiperplasia jaringan limfe.

2. Menurut Mansjoer , 2000 :

* Hiperflasia folikel limfoid.

* Fekalit.

* Benda asing.

* Striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya.

* Neoplasma.

3. Menurut Markum, 1996 :

* Fekolit

* Parasit

* Hiperplasia limfoid

* Stenosis fibrosis akibat radang sebelumnya

* Tumor karsinoid

Askep Appendiksitis

C. Patofisiologi

Menurut Mansjoer, 2000:

asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumn

atau neoplasma. Feses yang terperangkap dalam lumen

apendiks akan menyebabkan obstruksi dan akan mengala

penyerapan air dan terbentuklah fekolit yang akhirnya seb

kausa sumbatan. Obstruksi yang terjadi tersebut menyeba

mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.

Semakin lama mukus semakin banyak, namun elastisitas

dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga

menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan

tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatk

edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukus. Pada saat

terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri

epigastrium. Sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbil

dan epigastrium, nausea, muntah. invasi kuman E Coli da

spesibakteroides dari lumen ke lapisan mukosa, submuko

lapisan muskularisa, dan akhirnya ke peritoneum parietal

terjadilah peritonitis lokal kanan bawah.Suhu tubuh mula

naik.Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan teru

meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi ven

edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.

Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum

setempat sehingga menimbulkan nyeri di area kanan baw

Keadaan ini yang kemudian disebut dengan apendisitis

supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark 

diding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium in

disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang

telah rapuh pecah, akan menyebabkan apendisitis perfora

Bila proses tersebut berjalan lambat, omentum dan usus y

berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul

suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis.Peradangan apendiks tersebut akan menyebabkan abses a

bahkan menghilang.

Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apend

lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan dem

ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang

memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang

perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembu

darah.

Tahapan Peradangan Apendisitis

1. Apendisitis akuta (sederhana, tanpa perforasi)

2. Apendisitis akuta perforate ( termasuk apendisitis

gangrenosa, karena dinding apendiks sebenarnya sudah te

mikroperforasi)

D. Manifestasi Klinik 

1. Menurut Betz, Cecily, 2000 :

* Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadra

kanan bawah

* Anoreksia

5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 5/10

* Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada

peritonotis.

* Nyeri lepas.

* Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.

* Konstipasi.

* Diare.

* Disuria.

* Iritabilitas.

* Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4

sampai 6 jam setelah munculnya gejala pertama.

2. Manifestasi klinis menurut Mansjoer, 2000 :

Keluhan apendiks biasanya bermula dari nyeri di daerah

umbilicus atau periumbilikus yang berhubungan dengan

muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan

bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau

batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam

yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi,

tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah. Pada

permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen

yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen

bawah akan semakin progresif, dan denghan pemeriksaan

seksama akan dapat ditunjukkan satu titik dengan nyeri

maksimal. Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat

membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme

biasanya juga muncul. Bila tanda Rovsing, psoas, dan

obturatorpositif, akan semakin meyakinkan diagnosa klinis.

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri

dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan

bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perutsebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan

muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri

berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan

daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika

penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam

bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.

Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di

semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil,

nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya

tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demambisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa

menyebabkan syok.

E. Komplikasi

1. Menurut Hartman, dikutip dari Nelson, 1994 :

* Perforasi.

* Peritonitis.

* Infeksi luka.

* Abses intra abdomen.

* Obstruksi intestinum.

2. Menurut Mansjoer, 2000 :

Apendiksitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan

pertama, observasi aman untuk dilakukan dalam masa

tersebut.

Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spas

otot dinding perut kuadran kanan bawah dengan tanda

peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, dem

malaise, leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan

peritonitis umum atau pembentukan abses telah terjadi sej

klien pertam akali datang, diagnosis dapat ditegakkan den

pasti.

Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakuk

adalah operasi untuk menutup asal perforasi. Sedangkan

tindakan lain sebagai penunjang : tirah baring dalam posi

fowler medium, pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan

elektrolit, pemberian penenang, pemberian antibiotik 

berspektrum luas dilanjutkan dengan pemberian antibiotik

yang sesuai dengan kultur, transfusi utnuk mengatasi anem

dan penanganan syok septik secara intensif, bila ada.

Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadr

kanan bawah yang cenderung menggelembung ke arah re

atau vagina. Terapi dini dapat diberikan kombinasi antibi

(misalnya ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau

klindamisin). Dengan sediaan ini abses akan segera

menghilang, dan apendiktomi dapat dilakaukan 6-12 min

kemudian. Pada abses yang tetap progresif harus segera

dilakukan drainase. Abses daerah pelvis yang menonjol k

arah rektum atau vagina dengan fruktuasi positif juga per

dibuatkan drainase.

Tromboflebitis supuratif dari sistem portal jarang terjadi merupakan komplikasi yang letal. Hal ini harus dicurigai

ditemukan demam sepsis, menggigil, hepatomegali, dan

ikterus setelah terjadi perforasi apendiks. Pada keadaan in

diindikasikan pemberian antibiotik kombinasi dengan

drainase. Komplikasi lain yang terjadi ialah abses subfren

dan fokal sepsis intraabdominal lain. Obstruksi intestinal

dapat terjadi akibat perlengketan.

F. Pemeriksaan

Pemeriksaan menurut Betz(2002), Catzel(1995),Hartman(1994), antara lain :

1. Anamnesa

Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 ha

yang penting adalah :

* Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang

beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah

* Muntah oleh karena nyeri viseral.

* Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).

* Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu maka

penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di pe

terasa nyeri.

5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 6/10

peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran

sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena

adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). pada

keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam

diafragma.

3. Laboratorium

Pemeriksaan darah : lekosit ringan umumnya pada apendisitis

sederhana lebih dari 13000/mm3 umumnya pada apendisitis

perforasi. Tidak adanya lekositosis tidak menyingkirkan

apendisitis. Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri.

Pemeriksaan urin : sediment dapat normal atau terdapat

lekosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang

meradang menempel pada ureter atau vesika. Pemeriksaan

laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis

untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang

menyerang.

Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis

yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju

endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis

infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi

pada ginjal.

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 :

1. Sebelum operasi

* Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi

* Pemasangan kateter untuk control produksi urin.

* Rehidrasi

* Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikansecara intravena.

* Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti

menggigil, largaktil untuk membuka pembuluh – pembuluh

darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.

* Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.

2. Operasi

* Apendiktomi.

* Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi

bebas,maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan

antibiotika.* Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya

mungkin mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase

dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan

bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai

3 bulan.

3. Pasca operasi

* Observasi TTV.

* Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga

aspirasi cairan lambung dapat dicegah.

* Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.

* Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi

gangguan, selama pasien dipuasakan.

menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan s

dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.

* Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk t

di tempat tidur selama 2x30 menit.

* Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar

kamar.

* Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehk

pulang.

Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang

masih aktif yang ditandai dengan :

* Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh m

tinggi

* Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah

masih jelas terdapat tanda-tanda peritonitis

* Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitun

 jenis terdapat pergeseran ke kiri.

Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah

klien dipersiapkan, karena dikuatirkan akan terjadi abses

apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan pembedaha

harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infek

luka lebih tiggi daripada pembedahan pada apendisitis

sederhana tanpa perforasi.

Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang

telah mereda ditandai dengan :

* Umumnya klien berusia 5 tahun atau lebih.

* Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sak

suhu tubuh tidak tinggi lagi.

* Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda

peritonitis dan hanya teraba massa dengan jelas dan nyeritekan ringan.

* Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.

Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan

pemberian antibiotik dan istirahat di tempat tidur. Tindak

bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih

banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk le

dari satu minggu sejak serangan sakit perut.Pembedahan

dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses deng

atau tanpa peritonitis umum.

Asuhan Keperawatan Anak dengan Apendiksitis 

A. Pengkajian

Pengkajian menurut Wong (2003), Doenges (1999), Catz

(1995), Betz (2002), antara lain :

1. Wawancara

Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya

mengenai :

* Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar

epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul kelu

Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudia

setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam

beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-

5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 7/10

* Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan

masalah. kesehatan klien sekarang ditanyakan kepada orang

tua.

* Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.

* Kebiasaan eliminasi.

2. Pemeriksaan Fisik 

* Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit

ringan/sedang/berat.

* Sirkulasi : Takikardia.

* Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.

* Aktivitas/istirahat : Malaise.

* Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-

kadang.

* Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan,

penurunan atau tidak ada bising usus.

* Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan

umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik 

Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau

napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi

ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.

* Demam lebih dari 380C.

* Data psikologis klien nampak gelisah.

* Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.

* Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan

penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.

* Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian

obat.

3. Pemeriksaan Penunjang

* Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran

 perselubungan mungkin terlihat “ileal atau caecal ileus”(gambaran garis permukaan cairan udara di sekum atau

ileum).

* Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan

apendisitis infiltrat.

* Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada

ginjal.

* Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil.

* Pada enema barium apendiks tidak terisi.

* Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi,

abses apendiks.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang muncul pada anak dengan kasus apendiksitis

berdasarkan rumusan diagnosa keperawatan menurut NANDA

(2006) antara lain :

Pre Operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia.

Post Operasi

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

 jaringan.

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi menurut Mc.Closkey (1996) Nursing Intervent

Classsification (NIC), dan hasil yang diharapkan menurut

Johnson (2000) Nursing Outcome Classification ( NOC)

antara lain :

Pre Operasi

Dx I. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan :Nyeri dapat berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :

* Nyeri berkurang

* Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah

* Kegelisahan atau keteganganotot

* Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.

* Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk menca

kenyamanan.

Intervensi

* Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi

lokasi, keparahan, factor presipitasinya.

* Observasi ketidaknyamanan non verbal.

* Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadi

dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya

dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawata

yang tidak terburu-buru.

* Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaru

respon pasien terhadap ketidaknyamanan.

* Anjurkan pasien untuk istirahat.

* Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak

* Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.

Dx II. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharap

nutrisi pasien adekuat.

Kriteria Hasil :

* Mempertahankan berat badan.

* Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.

* Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.

* Turgor kulit baik.

Intervensi

* Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhnutrisi.

* Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupa

* Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi

bagaimana memenuhinya.

* Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan

muntah.

* pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan

Post Operasi

Dx. I. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

 jaringan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharap

nyeri dapat berkurang atau hilang.

5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 8/10

* Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.

* Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai

kenyamanan.

Intervensi

* Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi

lokasi, keparahan.

* Observasi ketidaknyamanan non verbal

* Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir

dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya

dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan

yang tidak terburu-buru.

* Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi

respon pasien terhadap ketidaknyamanan.

* Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik 

relaksai saat nyeri.

* Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak.

* Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.

Dx II. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

asupan cairan yang tidak adekuat.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

keseimbangan cairan pasien normal dan dapat

mempertahankan hidrasi yang adekuat.

Kriteria Hasil :

* Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB,

BJ urine normal, HT normal.

* Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.

* Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit,

membran mukosa lembab.

* Tidak ada rasa haus yang berlebihan.

Intervensi

* Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.* Monitor vital sign dan status hidrasi.

* Monitor status nutrisi

* Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan

waktu pembekuan.

* Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.

* Atur kemungkinan transfusi darah.

Daftar Pustaka

Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri,

Edisi 3. Jakarta: EGC

Catzel, Pincus.1995. Kapita Selekta Pediatri. Jakarta: EGC.Dongoes. Marilyn. E.dkk 1999. Rencana Asuhan

Keperawatan Pedoman Untuk Perencana Pendokumentasian

Perawatan Klien. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Johnson, Marion,dkk. Nursing Outcome Classification

(NOC). St. Louis, Missouri: Mosby Yearbook,Inc.

Markum.1991.Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI.

Mansjoer. A. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2.

Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius.

Mc. Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention

Classsification (NIC). St. Louis, Missouri: Mosby

Yearbook,Inc.

Nelson.1994.Ilmu Kesehatan Anak.Vol 2.Jakarta: EGC.

Sabiston, D.C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC.

Edisi 4. Jakarta: EGC

____, 2007, apendisitis, terdapat pada:www.

harnawatiarjwordpress.com diakses tanggal 1 Juni 2008.

ASUHAN KEPERAWATAN APPENDISITIS

I.  PENGERTIAN

Appendisitis adalah inflamasi akut pada appen

verniformis dan merupakan penyebab paling umum u

bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997)

II.  ETIOLOGI

Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh:

a.  Fekalis/ massa keras dari feses

b.  Tumor, hiperplasia folikel limfoid

c.  Benda asing

III.  PATOFISIOLOGI

Appendisitis yang terinflamasi dan mengalami edema. P

inflamasi meningkatkan tekanan intra luminal, menimb

nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara pro

dalam beberapa jam, trlokalisasi di kuadran kanan bawah

abdomen. Appendiks terinflamasi berisi pus

IV.  PATHWAYS

http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/07/pathway-

appendicitis.html

V. TANDA DAN GEJALA

  Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ring

  Mual, muntah

  Anoreksia, malaisse

  Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney

  Spasme otot

  Konstipasi, diare

(Brunner & Suddart, 1997)

VI.  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

  Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, ne

meningkat sampai 75%

  Urinalisis : normal, tetapi eritrosit/leukosit mu

ada

  Foto abdomen: Adanya pergeseran material

appendiks (fekalis) ileus terlokalisir

  Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi ku

bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri

terasa dikuadran kanan bawah

(Doenges, 1993; Brunner & Suddart, 1997)

VII.  KOMPLIKASI

  Komplikasi utama adalah perforasi appediks yang

berkembang menjadi peritonitis atau abses apendiks

  Tromboflebitis supuratif 

  Abses subfrenikus

  Obstruksi intestinal

VIII.  PENATALAKSANAAN

  Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis

ditegakkan

  Antibiotik dan cairan IV diberikan sa

pembedhan dilakukan

5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 9/10

A l ik dib ik l h di di kk

(Brunner & Suddart, 1997)

IX.  PENGKAJIAN

1.  Aktivitas/ istirahat: Malaise

2.  Sirkulasi : Tachikardi

3.  Eliminasi

  Konstipasi pada awitan awal

  Diare (kadang-kadang)

  Distensi abdomen

 Nyeri tekan/lepas abdomen

  Penurunan bising usus

4.  Cairan/makanan : anoreksia, mual, muntah

5.  Kenyamanan

Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang

meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney

meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam

6.  Keamanan : demam

7.  Pernapasan

  Tachipnea

  Pernapasan dangkal

(Brunner & Suddart, 1997)

X.  DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN

INTERVENSI

1.  Resiko tinggi terjadi infeksi b.d tidak

adekuatnya pertahanan utama, perforasi,peritonitis

sekunder terhadap proses inflamasi

Tujuan : tidak terjadi infeksi

Kriteria:

  Penyembuhan luka berjalan baik 

  Tidak ada tanda infeksi seperti eritema,

demam, drainase purulen

  Tekanan darah >90/60 mmHg

  Nadi < 100x/menit dengan pola dan

kedalaman normal

  Abdomen lunak, tidak ada distensi

  Bising usus 5-34 x/menit

 Intervensi:

a. Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Waspadai

nyeri yang menjadi hebat

b.  Awasi dan catat tanda vital terhadap

peningkatan suhu, nadi, adanya pernapasan cepat dan dangkal

c.  Kaji abdomen terhadap kekakuan dan

distensi, penurunan bising usus

d.  Lakukan perawatan luka dengan tehnik 

aseptik 

e.  Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik 

drainase luka/drain, eriitema

f.  Kolaborasi: antibiotik 

2.  Nyeri b.d distensi jaringan usus oleh

onflamasi, adanya insisi bedah

Kriteria hasil:

  Persepsi subyektif tentang nyeri menurun

Tampak rileks

Pasien dapat istirahat dengan cukup

 Intervensi:

a.  Kaji nyeri. Catat lokasi, karakteristik nyeri

d.  Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik la

untuk membantu melepaskan otot yang tegang

e.  Hindari tekanan area popliteal

f.  Berikan antiemetik, analgetik sesuai program

3.  Resiko tinggi kekurangan cairan tubuhb.d infla

peritoneum dengan cairan asing, muntah praope

pembatasan pasca operasi

Kriteria hasil;

  Membran mukosa lembab

  Turgor kulit baik 

  Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg BB/jam

  Tanda vital stabil

 Intervensi:

a.  Awasi tekanan darah dan tanda vial

b.  Kaji turgor kulit, membran mukosa, capilary refill

c.  Monitor masukan dan haluaran . Catat w

urin/konsentrasi

d.  Auskultasi bising usus. Catat kelancara flatus

e.  Berikan perawatan mulut sering

f.  Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pema

peroral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai tole

g.  Berikan cairan IV dan Elektrolit

4.  Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis

kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi

Kriteria:

  Menyatakan pemahamannya tentang proese pen

pengobatan

  Berpartisipasidalam program pengobatan

 Intervensi

a.  Kaji ulang embatasan aktivitas paska oerasi

b.  Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan pe

istirahatperiodik 

c.  Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti ba

pembatasan mandi

d.  Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi m

contoh peningkatan nyeri, edema/eritema luka, ad

drainase

(Doenges, 1993)

DAFTAR PUSTAKA

1.  Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana As

Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC

2.  Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi PrProses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EG

3.  Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperaw

Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8. Volu

Jakarta, EGC

Swearingen. (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Edi

K\Jakarta. EG

Pathway Appendicitis

5/14/2018 ASKEP apendisitis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-apendisitis-55a93183b2d63 10/10

b P t h k i ti h t d i i i f l

 

Infeksi akibat bakteri, virus, jamur, feses yang membatu, pola hidup,

benda asing.

Apendiksitis

Inflamasi

Edema

Infeksi

Apendik

(bawah kanan

Rangsang syaraf 

reseptor

Nyeri

Bakteri flora

usus

Konstipasi

Obs. usus

Abses

sekunder

HatiDiafragmaPelvis

Jumlah

lekosit

Hiperthermy