AsKep Anemia
-
Upload
nurul-ismawati-fajri -
Category
Documents
-
view
64 -
download
0
description
Transcript of AsKep Anemia
![Page 1: AsKep Anemia](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9cd3550346d033ab30d5/html5/thumbnails/1.jpg)
AsKep Anemia (Diagnosa Nanda 2011)
Author: www.upik.tk | Filed Under: Asuhan Keperawatan | di 18.48 |
BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi medis dapat memperburuk kehamilan. Kondisi medis yang paling
sering muncul ialah anemia, khususnya anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi
atau asam fola, penyakit atau galur sel sabit (sickle cell trait) dan talasemia.
Gangguan autoimun, pulmoner, saluran cerna, integument, dan neorologi juga dapat
ditemukan. Aspek - aspek terkait kehamilan pada kondisi ini dibahas dalam bagian
berikut.
Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nosional
65% yang setiap daerah mempunyai variasi berbeda.
Anemia, gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil,
mempengaruhi sekurang – kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden
komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan
nilai hematologi normal.
Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen.
Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung.
Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular.
Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia)
dapat mengakibatkan jantung kongestif.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah
pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia
berisiko membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil
merupakan anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya
mencakup kasus anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk
anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan talasemia.
BAB II
KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL
![Page 2: AsKep Anemia](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9cd3550346d033ab30d5/html5/thumbnails/2.jpg)
A. DEFINISI
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau
konsentraisi hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigan
dari paru-paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan
biasanya disebabkan oleh difesiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah
sebalumnya atau asupan besi yang tidak a jarang dekuat.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau
kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang
disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan
murah.
Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita
yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.
B. ETIOLOGI
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002).
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
C. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai
berikut:
1. Anemia Defisiensi Zat Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya
yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang
dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
![Page 3: AsKep Anemia](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9cd3550346d033ab30d5/html5/thumbnails/3.jpg)
a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat
atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb
sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg
besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral,
dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa
kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum
dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat
meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan
dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb
dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Hb 11 gr% : Tidak anemia
2) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3) Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4) Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan
ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi
digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg
lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100
kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan
2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan
dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg
sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
2. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali
karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a. Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
![Page 4: AsKep Anemia](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9cd3550346d033ab30d5/html5/thumbnails/4.jpg)
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan
transfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel
darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya
adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
4. Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan
gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan
pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila
disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat
penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil.
Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
D. GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL
Gejala anemia pada kehamilan yaitu:
Ibu mengeluh cepat lelah,
Sering pusing,
Mata berkunang-kunang,
Malaise,
Lidah luka,
Nafsu makan turun (anoreksia),
Konsentrasi hilang,
Nafas pendek (pada anemia parah); dan
Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
E. GAMBARAN KLINIS
A. Riwayat
![Page 5: AsKep Anemia](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9cd3550346d033ab30d5/html5/thumbnails/5.jpg)
1. Mentruasi berlebihan
2. Kehilangan darah kronik
3. Riwayat keluarga
4. Diet yang tidak adekuat
5. Jarak kehamilan yang terlalu dekat
6. Anemia pada kehamilan sebelumnya
7. Pika ( nafsu makan terhadap bahan bukan makanan )
B. Tanda dan Gejala
1. Keletihan, malaise, atau mudah megantuk
2. Pusing atau kelemahan
3. Sakit kepala
4. Lesi pada mulut dan lidah
5. Aneroksia,mual, atau muntah
6. Kulit pucat
7. Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat
8. Dasar kuku pucat
9. Takikardi
F. TES LABORATORIUM
Hitung sel darah lengkap dan Apusan darah: untuk tujuan praktis, maka
anemia selama kehamilan dapat didefinisikan sabagai hemoglobin kurang dari pada
10 atau 11 gr/100 ml dan hematokrit kurang dari pada 30% sampai 33% .
Apusan darah tepi memberikan evaluasi morfologo eritrosit, hitung jenis
leukosit dan perkiraan keadekutan trombosit.
G. DIAGNOSA BANDING
Anemia hipokrom mikrositik: produksi eritrosit norma,tetapi sintesis
hemoglobin terganggu. Defiesiensi besi dipengaruhi oleh sintesis hemetalasemia
lemah dalam mensientesis globulin. Sel-sel kecil, dengan penurunan dengan
konsentrasi hemoglobin. Nilai besi serum (serum iron) membantu mambedakan dua
kelaianan : besi serum menurun pada defisiensi besi dan normal ( atau meningkat )
pada talasemia.
Anemia megaloblastik makrositik disebabkan oleh gangguan apa pun yang
mempengaruhi sintesis DNA sel, tetepi membiarkan hemoglibinasi normal .
![Page 6: AsKep Anemia](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9cd3550346d033ab30d5/html5/thumbnails/6.jpg)
Anemia normokrom normositik disertai dengan perdarahan berlebihan atu
gagalnya aktivitas sumsum tulang.
H. PENATALAKSANAAN
A. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
1. Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia
glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.
2. Kaji riwayat keluarga
B. Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan awal.
1. Morfologi
a. Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang
b. SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat besi
c. SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
2. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
a. Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan
hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi
b. Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal dan
sehat.
c. Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar yang rendah,
namun masih normal.
d. Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
(1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
(2) Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti
Slow-Fe setiap hari
e. Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia
megaloblastik.
(1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
(2) Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3
kali/hari.
f. Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap
pengobatan di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
(1) Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
(2) Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut:
(a) Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan laboratorium)
![Page 7: AsKep Anemia](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9cd3550346d033ab30d5/html5/thumbnails/7.jpg)
(b) Kadar kosentrasizat besi serum
(c) Kapasitas pegikat zat besi
(d) Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
(e) Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
(f) Hitung trombosit
(g) uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
(h) Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
(i) Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien keturunan
Afika-Amerika.
(3) Konsultasikan dengan dokter
(4) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
C. Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28 minggu
kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1. Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-
Penatalaksanaan B2).
2. Konsultasikan ke dokter bila:
a. Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah mendapat terapi
b. Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya
(singkirkan kesalahan labotaturium).
c. Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
d. Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.
I. AKIBAT LANJUTAN
Pada ibu hamil yang anemia dapat mengalami:
1. Keguguran.
2. Lahir sebelum waktunya.
3. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
4. Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan.
5. Dapat menimbulkan kematian.
ANEMIA: DEFISIENSI ZAT BESI
I. Definisi dan Etiologi
![Page 8: AsKep Anemia](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9cd3550346d033ab30d5/html5/thumbnails/8.jpg)
A. Anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang paling umum saat kehamilan,
sekitar 95% anemia terkait kehamilan tergolong anemia defisiensi zat besi.
B. Morfologi terdiri dari SDM hipokrom mikrositik.
C. Zat besi serum menurun dan kapasitas pengikat zat besi meningkat.
II. Gambaran Klinis
A. Curigai adanya anemia defisiensi zat besi bila terdapat:
1. Satu atau lebih factor-faktor predisposisi anemia
2. Kadar Ht < 30%
B. Konfirmasi diagnosis sebagai anemia defisiensi zat besi bila terdapat:
1. Morfologi menunjukkan SDM hipokrom mikrositik
2. Saturasi zat besi serum <15% setelah terapi zat besi pasien dihentikan selama satu
minggu.
III. Penatalaksaan
A. Skrining rutin
1. Pada kunjungan awal, tanyakan tentang riwayat anemia atau masalah pembekuan
darah sebelumnya.
2. Minta hitung darah lengkap pada kunjungaan awal.
3. Diskusikan pentingnya mengonsumsi vitamin prenatal (disertai zat besi).
4. Periksa ulang Ht pada 28 minggu kehamilan.
B. Terapi anemia:
1. Terapi oral ialah dengan pemberian : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat.
2. Bila Hb <10 g/dl dan Ht <30%, lakukan tindakan berikut:
a. Berikan konseling gizi.
(1) Tinjau diet pasien.
(2) Diskusikan sumber-sumber zat besi dalam diet.
(3) Berikan kepada pasien selebaran mengenai makanan tinggi zat besi.
(4) Rujuk ke ahli gizi.
b. Sarankan suplemen zat besi sebagai tambahan vitamin paranatal. Kebutuhan zat besi
saat kehamilan adalah 60 mg unsure zat besi.
(1) Tablet zat besi time-release merupaka pilihan terbaik, namun lebih mahal. Setiap
sediaan garam zat besi standar sudah mencukupi kebutuhan zat besi.
(2) Minum 1-3 tablet per hari dalam dosis yang terbagi.
(3) Zat besi diabsorbsi lebih baik pada keadaan lambung kosong. Minum 1 jam sebelum
makan atau 2 jam sesudahnya.
![Page 9: AsKep Anemia](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9cd3550346d033ab30d5/html5/thumbnails/9.jpg)
(4) Vitamin C membantu absorbs zat besi. Minum zat besi disertai jus yang tinggi
vitamin C atau tablet vitamin C.
(5) Antasid dan produk susu dapat mengganggu absorbs zat besi.
(6) Lebih baik mengkonsumsi zat besi bersama antasid atau makanan daripada tidak
mengkonsumsi sama sekali.
3. Bila Hb <9 g/dl dan Ht <27% pertimbangkan anemia megaloblastik. Kelola pasien ini
menurut panduan terapi anemia.
4. Bila kadar Hb <9 g/dl dan Ht ≤27% saat mulai persalinan, pertimbangkan pemberian
cairan IV atau heparin lock saat persalinan.
5. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 g%/bulan.
Efek samping pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada pemberian preparat Na-
fero bisitrat dibandingkan dengan ferosulfat.
6. Kini program nasional mengajukan kombinasi 60 mg besi dan 50µg asam folat untuk
profilaksis anemia.
7. Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml)
intravena atau 2 x 10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat
yaitu 2 g%. Pemberian parenteral ini mempunyai indikasi : intoleransi besi pada
gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. Efek samping utama
ialah reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5 cc/im dan bila tak
ada reaksi, dapat diberikan seluruh dosis.
ANEMIA: MEGALOBLASTIK
I. Definisi dan Etiologi
A. Anemia megaloblastik adalah penyakit yang ditandai dengan penurunan jumlah SDM
(sel darah merah) dan hipokrom makrositik.
B. Umumnya terkait dengan anemia defisiensi zat besi. Jarang dijumpai kasus anemia
megaloblastik saja.
C. Anemia megaloblastik berhubungan dengan kurangnya sayuran segar atau protein
hewani dalam diet.
II. Gambaran klinis
A. Gejala
1. Mual dan muntah
2. Anoreksia
B. Morfologi
1. SDM hipokrom makrositik
![Page 10: AsKep Anemia](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9cd3550346d033ab30d5/html5/thumbnails/10.jpg)
2. Kadar Hb dan Ht rendah serta tidak berespon terhadap terapi zat besi
C. Riwayat diet menunjukkan asupan rendah sayuran segar, protein hewani, atau
keduanya.
III. Penatalaksanaan
A. Suplemen
1. Vitamin prenatal yang mengandung asam folat dan zat besi
2. Satu sampai dua milligram asam folat per hari untuk memperbaiki defisiens asam
folat.
3. Suplemen zat besi, dengan pertimbangan bahwa anemia megaloblastik jarang terjadi
tanpa anemia defisiensi zat besi.
B. Konseling gizi
1. Kaji diet pasien
2. Rekomendasikan sumber-sumber asam folat dalam diet
3. Rujuk ke ahli gizi
C. Hitung darah lengkap
1. Ulangi hitung darah lengkap dalam 1 bulan.
2. Perhatikan adanya peningkatan hitung retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3 minggu,
dan sedikit peningkatan pada hitung Hb dan Ht.
ANEMIA: HEMOLITIK DIDAPAT (ACQUIRED HEMOLYTIC ANEMIA)
I. Definisi. Suatu defek enzimatik yang terkait-kromosom X dan diturunkan, yang
ditandai dengan ketidak mampuan tubuh memproduksi enzim G6PD, yaitu enzim
yang berfungsi sebagai katalis penggunaan glukosa secara aerob oleh SDM. Anemia
ini dapat ditemukan pada keturunan Afrika-Amerika, Asia, dan Mediterania.
II. Insidens. Dua persen dari semu wanta keturunan Afrika-Amerika menderita
penyakit ini.
III. Etiologi. Infeksi dan beberapa obat oksidik pada kondisi defisiensi G6PD akan
memicu hemolisis SDM yang megakibatkan anemia hemolitik ringan sampai berat.
IV. Penatalaksanaan
A. Skrining: Pasien keturunan Afrika-Amerika yang mengalami anemia atau kerap
mengalami infeksi saluran kemih (ISK) berulang harus menjalani skrining G6PD.
B. Terapi
1. Resepkan 1 mg asam folat setiap hari.
2. Berikan daftar obat-obatan yang perlu dihindari.
![Page 11: AsKep Anemia](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9cd3550346d033ab30d5/html5/thumbnails/11.jpg)
3. Bila pasien hamil, lakukan kultur dan sensitivitas (culture and sensitivity, C&S) urine
bulanan.
4. Konsultasikan dengan dokter bila pasien dalam keadaan krisis atau mengalami
anemia berat.
C. Pengobatan: Pasien harus menghindari obat-obat berikut:
1. Aldomet
2. Asam askorbat (dosis besar)
3. Asam nalidiksik
4. Asam para-aminosalisilat
5. Aspirin
6. Diafenilsulfon
7. Fenasetin
8. Isoniazid
9. Kloramfenikol
10. Kuinakrin (atabrine)
11. Kuinidin
12. Kuinin
13. Kuinosid
14. Methylene blue
ANEMIA: PERNISIOSA
I. Defisiensi dan Etologi
A. Anemia pernisiosa disebabkan kekurangan faktor intrinsik pada asam lambung, yang
diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dari makanan . karena B12 tidak dapat
diabsorbsi, SDM tidak matang dengan normal.
B. Kasus ini jarang dijumpai pada individu dibawah usia 35 tahun.
II. Gambaran Klinis
A. Anemia pernisiosa ditandai dengan SDM makrositik, yang bias juga normokrom atau
hipekrom.
B. SDM pada anemia sulit dibedakan dengan SDM pada defisiensi asam folat.
C. Terapi asam folat dapat menyamarkan anemia pernisiosa karena SDM menjadi
normositik, meskipun penyakit ini masih ada.
III. Diagnosis
A. Curigai adanya anemia pernisiosa bila setelah terapi asam folat, morfologi SDM
menjadi normal, namun hematokrit tdak meningkat.
![Page 12: AsKep Anemia](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9cd3550346d033ab30d5/html5/thumbnails/12.jpg)
B. Diagnosis ditegakkan bila terjadi perbaikan setelah percobaan terapi dengan 1000 mg
vitamin B12 per parenteral selama 3 bulan.
IV. Penatalaksanaan
A. Kaji diet pasien terhadap produk hewani. Bila asupan dietnya kurang sumber-sumber
vitamin B12 berikan konseling gizi.
B. Berikan 1 cc (1000 ng) vitamin B12 parenteral per IM setiap bulan.
C. Tawarkan rujukan ke ahli gizi.
D. Ulangi hitung sel darah lengkap dalam 1 bulan.
1. Kondisinya membaik bila:
a. Morfologi normal
b. Kadar Ht meningkat
2. Bila tidak ada perubahan, konsultasikan ke dokter.
ANEMIA: SEL SABIT
I. Definisi dan Etiologi
A. Jenis
1. Pada sifat (trait) sel sabit, ada satu gen normal dan satu gen Hb-S. gejala tidak
tampak kecuali pada keadaan deprivasi oksigen berat.
2. Pada penyakit sel sabit, kedua gen adalah Hb-S. penyakit ini kronik dan melemahkan.
Angka morbiditas dan mortalitas penyakit ini tinggi.
B. Insidens
1. Satu dari 12 keturunan Afrika-Amerika membawa sifat sel sabit.
2. Satu dari 500 keturuna Afrika-Amerika menderita penyakit ini.
II. Penatalaksanaan
A. Programkan skrining sel sabit pada semua pasien Afrika-Amerika:
1. Bila uji negatif, kedua gen normal dan tidak ada masalah.
2. Bila uji positif, minta pemeriksaan elektroforesis hemoglobin.
a. Bila gen homozigot,pasien dianggap beresiko tinggi dan harus dirujuk ke dokter.
b. Bila gen heterozigot, pasien dianggap beresiko rendah dapat dikelola secara normal
selama kehamilan dan persalinan.
B. Pertimbangkan kultur dan sensitivitas urine bulanan karena peningkatan resiko ISK
selama kehamilan.
C. Beri konseling kepada pasien:
1. Jelaskan kepada pasien mengenai sifat sel sabit yang dibawanya.
![Page 13: AsKep Anemia](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9cd3550346d033ab30d5/html5/thumbnails/13.jpg)
2. Sarankan pemeriksaan ayah bayi. Bila gen ayah juga heterozigot, ada kemungkinan
bayinya menderita penyakit ini.
3. Rujuk pasien untuk konseling genetik bila perlu.
![Page 14: AsKep Anemia](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9cd3550346d033ab30d5/html5/thumbnails/14.jpg)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur
dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan
penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai,
berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi
berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis
infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran
atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB).
Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon
terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat
(penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah
patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
![Page 15: AsKep Anemia](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9cd3550346d033ab30d5/html5/thumbnails/15.jpg)
4. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak
pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat,
dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis,
misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis :
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan
rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
![Page 16: AsKep Anemia](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9cd3550346d033ab30d5/html5/thumbnails/16.jpg)
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie
dan ekimosis (aplastik).
10. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang
libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat
(mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)
4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria hasil Intevensi
1. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan
oksigen.
Melaporkan peningkatan
toleransi aktivitas(termasuk
aktivitas sehari-hari.
1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan tugas/AKS normal.
2. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
3. Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas.
4. Berikan lingkungan tenang.5. Ubah posisi pasien dengan
perlahan dan pantau terhadap pusing.
6. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi.
1. Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
2. Menunjukkan perubahan neurologi karena defesiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera.
3. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
4. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
5. Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera.
6. Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan kegagalan.
2. Ketidakseimbangan Menunjukkan peningkatan 1. Kaji riwayat nutrisi, 1. Mengidentifikasi defisiensi,
![Page 17: AsKep Anemia](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9cd3550346d033ab30d5/html5/thumbnails/17.jpg)
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk
mencerna makanan.
berat badan atau berat badan
stabil dengan nilai
laboratorium normal.
termasuk makanan yang disukai.
2. Observasi dan catat masukan makanan pasien.
3. Timbang berat badan tiap hari.
4. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan.
5. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan.
6. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka.
7. Kolaborasi :1.Berikan obat sesuai indikasi,
mis.Vitamin dan suplemen mineral, seperti sianokobalamin (vitamin B12), asam folat (Flovite); asam askorbat (vitamin C),
2.Besi dextran (IM/IV.)
menduga kemungkinan intervensi.2. Mengawasi masukan kalori atau
kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3. Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
5. Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
6. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
7. Kolaborasi :1. Kebutuhan penggantian tergantung
pada tipe anemia dan/atau adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yag diidentifikasi.
2. Diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat diabsorpsi atau terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk penggantian oral menjadi efektif.
3. Resiko infeksi
berhubungan dengan
pertahanan tubuh sekunder
yang tidak adekuat (mis:
penurunan hemoglobin,
eukopenia,
supresi/penurunan respon
inflamasi).
Mngidentifikasi perilaku untuk
mencegah/menurunkan resiko
infeksi.
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh oemberi perawatan dan pasien.
2. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/ perawatan luka.
3. Tingkatkan masukan cairan adekuat.
4. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
5. Kolaborasi: berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik.
1. Mencegah kontaminasi silang.2. Menurunkan resiko infeksi bakteri.3. Membantu dalam pengenceran secret
pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh.
4. Adnya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
5. Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.
4. Konstipasi berhubungan
dengan perubahan pada
Membuat/kembali pola normal
dari fungsi usus.
1. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi, dan jumlah.
1. Membantu mengidentifikasi penyebab/ factor pemberat dan intervensi yang tepat.
2. Bunyi usus secara umum meningkat pada
![Page 18: AsKep Anemia](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071708/55cf9cd3550346d033ab30d5/html5/thumbnails/18.jpg)
pola makan. 2. Auskultas bunyi usus3. Awasi masukan dan haluaran
dengan perhatian khusus pada makanan/cairan.
4. Kaji kondisi kulit perianal dengan sering.
5. Kolaborasi: berikan obat anti diare, misalnya: difenoxsilat hidroklorida.
diare dan menurun pada konstipasi.3. Dapat mengidentifikasi dehidrasi,
kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet.
4. Mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan kulit.
5. Menurunkan multilitas usus bila diare terjadi.
D. EVALUASI1. Terjadi penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis, nadi, pernapasan, dan TD masih
dalamrentang normal pasien.
2. A. Tidak ada tanda terjadinya malnutrisi.
B. Klien menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.
3. Perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dapat diidentifikasi.
4. Fungsi usus mulai kembali normal.
DAFTAR PUSTAKA
Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.
Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.
Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan
Ginekologi.Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan
Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.
Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB.Jakarta:EGC
http://heldaupik.blogspot.com/2012/02/askep-anemia-diagnosa-nanda-2011.html