Askep Ibu Hamil Dengan Anemia

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan gizi karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung.Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut mengindikasikan bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan. Penyakit ini terjaid akibat rendahnya kandungan Hb dalam tubuh semasa mengandung. Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel darah merah di dalam darah daripada biasanya. Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nosional 65% yang setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang-kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal. Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun 1

description

asdfgh

Transcript of Askep Ibu Hamil Dengan Anemia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ibu hamil merupakan salah satu kelompok  rawan kekurangan gizi karena terjadi

peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang

dikandung.Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak nafas,

wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut

mengindikasikan bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa

kehamilan.

Penyakit ini terjaid akibat rendahnya kandungan Hb dalam tubuh semasa mengandung.

Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel darah merah di

dalam darah daripada biasanya.

Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nosional 65% yang

setiap daerah mempunyai variasi berbeda.

Anemia gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi

sekurang-kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal

yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal.

Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat

ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia beresiko

membutuhkan tranfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan tipe

anemia defisiensi besi, sisanya mancakup kasus anemia herediter dan berbagai variasi

anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan talasemia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan anemia pada ibu hamil ?

2. Bagaimana etiologi ibu hamil dengan anemia ?

3. Apa saja klasifikasi ibu hamil dengan anemia ?

4. Bagaimana patofisiologis ibu hamil dengan anemia ?

5. Apa saja gejala anemia pada ibu hamil ?

1

6. Bagaimana manifestasi klinis anemia pada ibu hamil ?

7. Komplikasi anemia pada ibu hamil ?

8. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada ibu hamil dengan anemia ?

9. Bagaimana Asuhan Keperawatan ibu hamil dengan anemia ?

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi

hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigan dari paru-paru ke

jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh

difesiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah sebelumnya atau asupan besi yang

tidak adekuat.

Anemia merupakan kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya

kurang dari 12 gr. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar

haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester

II. Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, dan merupakan

jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia kehamilan disebut

“potential danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena

itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan

kesehatan.

2.2 Etiologi

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan

perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002).

Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:

1.      Kurang gizi (malnutrisi)

2.      Kurang zat besi dalam diit

3.      Malabsorpsi

4.      Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain

5.      Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

3

2.3 Klasifikasi

Klasifikasi anemia dalam kehamilan adalah sebagai berikut :

1. Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi disebabkan oleh kurangnya mengkonsumsi makanan yang

mengandung zat besi.

2. Anemia megaloblastik

Anemia yang disebabkan karena kurangnya asupan asam folik. Anemia ini mulcul

akibat dari malnutrisi dan infeksi yang menahun (kronik).

3. Anemia hipoplastik

Anemia yang disebabkan oleh menurunnya fungsi sumsum tulang dalam

membentuk sel darah merah baru.

4. Anemia hemolitik

Anemia yang disebabkan oleh proses pemecahan sel darah merah yang lebih

cepat dari pembentukannya.

2.4 Patofisiologis

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan

sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat

kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang

tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi)

pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak

sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel

darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam

system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini

bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap

kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan

bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl

mengakibatkan ikterik pada sclera.

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar

hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan

4

dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan

kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak

terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti

komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa

diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

2.5 Gejala anemia pada ibu hamil

Gejala anemia pada ibu hamil, yaitu:

Ibu mengeluh cepat lelah

Sering pusing

Mata berkunang-kunang

Malaise

Lidah luka

Nafsu makan turun (anoreksia)

Konsentrasi hilang

Nafas pendek (pada anemia parah)

Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda

2.6 Manifestasi Klinis

Riwayat

1.      Mentruasi berlebihan

2.      Kehilangan darah kronik

3.      Riwayat keluarga

4.      Diet yang tidak adekuat

5.      Jarak kehamilan yang terlalu dekat

6.      Anemia pada kehamilan sebelumnya

7.      Pika ( nafsu makan terhadap bahan bukan makanan )

Tanda dan Gejala

1.      Keletihan,  malaise, atau mudah megantuk

2.      Pusing atau kelemahan

3.      Sakit kepala

5

4.      Lesi pada mulut dan lidah

5.      Aneroksia,mual, atau muntah

6.      Kulit pucat

7.      Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat

8.      Dasar kuku pucat

9.      Takikardi

2.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Jumlah darah lengkap : hemoglobin dan hemalokrit menurun

2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume

korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan

mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia

(aplastik).

3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum

tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).

4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat

mengindikasikan tipe khusus anemia)

5.  LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan

kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.

6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal :

pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.

Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).

7. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat

(hemolitik) atau menurun (aplastik).

Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi

(hemolitik)

8. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.

Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).

Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan

defisiensi masukan/absorpsi

9. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)

6

10. TBC serum : meningkat (DB)

11.  Feritin serum : meningkat (DB)

12. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)

13. LDH serum : menurun (DB)

14.  Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)

15. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan

perdarahan akut / kronis (DB).

16. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam

hidroklorik bebas (AP).

17. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam

jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:

peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).

18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan

GI (Doenges, 1999).

2.8 Komplikasi

a. Keguguran

b. Lahir sebelum waktunya

c. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

d. Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan

e. Dapat menimbulkan kematian

2.9 Penatalaksanaan Medis

 Tindakan umum :

1. Transpalasi sel darah merah.

2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen

5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

7

1. Anemia defisiensi besi : Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan

makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.

Pemberian preparat fe, Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan

Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.

2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan

dan transfusi darah.

8

ASUHAN KEPERAWATAN

IBU HAMIL DENGAN ANEMIA

A. PENGKAJIAN

     Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara

menyeluru(Boedihartono, 1994).

Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;

penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan

untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,

menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan

penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai,

berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.

2. Sirkulasi

     Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,

menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat

endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).

Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi

melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan

pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik

(DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva,

mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat

tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning

lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler

melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku :

mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah

putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

9

3. Integritas ego

Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya

penolakan transfusi darah.

      Tanda : depresi

4. Eleminasi

Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).

Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan

haluaran urine.

     Tanda : distensi abdomen.

5. Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan

produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada

faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak

pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat,

dan sebagainya (DB).

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin

B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak

kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis,

misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).

6. Neurosensori

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan

berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.

Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;

klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.

Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak

mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP).

Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia,

penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).

7. Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

10

8. Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9. Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada

radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.

Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan

penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.

Ptekie dan ekimosis (aplastik).

10. Seksualitas

Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).

Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.

      Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan untuk mencerna makanan

3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak

adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon

inflamasi)

4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan.

11

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan/Kriteria hasil Intevensi Rasional

1. Intoleransi aktivitas

b/d

ketidakseimbangan

antara suplai dan

kebutuhan oksigen.

Melaporkan peningkatan

toleransi

aktivitas(termasuk

aktivitas sehari-hari.

1. Kaji kemampuan

pasien untuk

melakukan untuk

melakukan tugas/AKS

normal.

2. Kaji

kehilangan/gangguan

keseimbangan gaya

jalan, kelemahan otot.

3. Awasi tekanan

darah, nadi,

pernapasan selama

dan sesudah aktivitas.

4. Berikan lingkungan

tenang.

5. Ubah posisi pasien

dengan perlahan dan

pantau terhadap

pusing.

6. Anjurkan pasien

untuk menghentikan

aktivitas bila palpitasi.

1. Mempengaruhi

pilihan

intervensi/bantuan

2. Menunjukkan

perubahan neurologi

karena defesiensi

vitamin B12

mempengaruhi

keamanan

pasien/resiko cedera.

3. Manifestasi

kardiopulmonal dari

upaya jantung dan

paru untuk membawa

jumlah oksigen

adekuat ke jaringan.

4. Meningkatkan

istirahat untuk

menurunkan

kebutuhan oksigen

tubuh dan

menurunkan regangan

jantung dan paru.

5. Hipotensi postural

atau hipoksia serebral

dapat menyebabkan

pusing, berdenyut dan

12

peningkatan resiko

cedera.

6. Regangan/stres

kardiopulmonal

berlebihan/stres dapat

menimbulkan

kegagalan.

2. Ketidakseimbangan

nutrisi: kurang dari

kebutuhan tubuh b/d

ketidakmampuan

untuk mencerna

makanan.

Menunjukkan

peningkatan berat badan

atau berat badan stabil

dengan nilai

laboratorium normal.

1. Kaji riwayat nutrisi,

termasuk makanan

yang disukai.

2. Observasi dan catat

masukan makanan

pasien.

3. Timbang berat

badan tiap hari.

4. Berikan makan

sedikit dan frekuensi

sering dan/atau makan

diantara waktu makan.

5. Observasi dan catat

kejadian mual/muntah,

flatus dan gejala lain

yang berhubungan.

6. Berikan dan bantu

hygiene mulut yang

baik sebelum dan

sesudah makan,

gunakan sikat gigi

halus untuk

penyikatan yang

lembut. Berikan

1. Mengidentifikasi

defisiensi, menduga

kemungkinan

intervensi.

2. Mengawasi

masukan kalori atau

kualitas kekurangan

konsumsi makanan.

3. Mengawasi

penurunan berat

badan atau efektivitas

intervensi nutrisi.

4. Makan sedikit

dapat menurunkan

kelemahan dan

meningkatkan

pemasukan juga

mencegah distensi

gaster.

5. Gejala GI dapat

menunjukkan efek

anemia (hipoksia)

pada organ.

6. Meningkatkan

13

pencuci mulut yang

diencerkan bila

mukosa oral luka.

7. Kolaborasi :

1.Berikan obat sesuai

indikasi, mis.Vitamin

dan suplemen mineral,

seperti

sianokobalamin

(vitamin B12), asam

folat (Flovite); asam

askorbat (vitamin C),

2.Besi dextran

(IM/IV.)

nafsu makan dan

pemasukan oral,

menurunkan

pertumbuhan bakteri,

meminimalkan

kemungkinan infeksi.

Teknik perawatan

mulut khusus

mungkin diperlukan

bila jaringan

rapuh/luka/perdarahan

dan nyeri berat.

7. Kolaborasi :

1. Kebutuhan

penggantian

tergantung pada tipe

anemia dan/atau

adanya masukan oral

yang buruk dan

defisiensi yag

diidentifikasi.

2. Diberikan sampai

defisit diperkirakan

teratasi dan disimpan

untuk yang tak dapat

diabsorpsi atau terapi

besi oral, atau bila

kehilangan darah

terlalu cepat untuk

penggantian oral

menjadi efektif.

14

3. Resiko infeksi b/d

pertahanan tubuh

sekunder yang tidak

adekuat (mis:

penurunan

hemoglobin,

eukopenia,

supresi/penurunan

respon inflamasi).

Mngidentifikasi perilaku

untuk

mencegah/menurunkan

resiko infeksi.

1. Tingkatkan cuci

tangan yang baik oleh

oemberi perawatan

dan pasien.

2. Pertahankan teknik

aseptic ketat pada

prosedur/ perawatan

luka.

3. Tingkatkan

masukan cairan

adekuat.

4. Pantau suhu, catat

adanya menggigil dan

takikardia dengan atau

tanpa demam

5. Kolaborasi: berikan

antiseptic topical,

antibiotic sistemik.

1. Mencegah

kontaminasi silang.

2. Menurunkan resiko

infeksi bakteri.

3. Membantu dalam

pengenceran secret

pernafasan untuk

mempermudah

pengeluaran dan

mencegah statis

cairan tubuh.

4. Adnya proses

inflamasi/infeksi

membutuhkan

evaluasi/pengobatan.

5. Mungkin

digunakan secara

propilaktik untuk

menurunkan

kolonisasi atau untuk

pengobatan proses

infeksi local.

4. Konstipasi b/d

perubahan pada pola

makan.

Membuat/kembali pola

normal dari fungsi usus.

1. Observasi warna

feses, konsistensi,

frekuensi, dan jumlah.

2. Auskultas bunyi

usus

3. Awasi masukan dan

haluaran dengan

perhatian khusus pada

makanan/cairan.

1. Membantu

mengidentifikasi

penyebab/ factor

pemberat dan

intervensi yang tepat.

2. Bunyi usus secara

umum meningkat

pada diare dan

menurun pada

15

4. Kaji kondisi kulit

perianal dengan

sering.

5. Kolaborasi: berikan

obat anti diare,

misalnya: difenoxsilat

hidroklorida.

konstipasi.

3. Dapat

mengidentifikasi

dehidrasi, kehilangan

berlebihan atau alat

dalam

mengidentifikasi

defisiensi diet.

4. Mencegah

ekskoriasi kulit dan

kerusakan kulit.

5. Menurunkan

multilitas usus bila

diare terjadi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anemia merupakan kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya

kurang dari 12 gr. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar

16

haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester

II. Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, dan merupakan

jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia kehamilan disebut

“potential danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena

itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan

kesehatan. Klasifikasi anemia dalam kehamilan yaitu : Anemia defisiensi besi, Anemia

megaloblastik, Anemia hipoplastik dan Anemia hemolitik. Gejala anemia pada ibu hamil

yaitu, Ibu mengeluh cepat lelah, Sering pusing, Mata berkunang-kunang, Malaise, Lidah

luka, Nafsu makan turun (anoreksia), Konsentrasi hilang, Nafas pendek (pada anemia

parah) dan Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. Anemia merupakan

penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah

merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ

tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat

menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel

bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya

lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah,

1998).

3.2 Saran

1. Bagi ibu hamil disarankan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi.

2. Bagi tenaga kesehatan diharapkan memberikan penyuluhan kepada calon ibu dan ibu

hamil untuk selalu memperhatikan kesehatannya dan bayi.

17