Askep Ibu Hamil Dengan Anemia
-
Upload
dwiindahrahmadiantia -
Category
Documents
-
view
57 -
download
8
description
Transcript of Askep Ibu Hamil Dengan Anemia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan gizi karena terjadi
peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang
dikandung.Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak nafas,
wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut
mengindikasikan bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa
kehamilan.
Penyakit ini terjaid akibat rendahnya kandungan Hb dalam tubuh semasa mengandung.
Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel darah merah di
dalam darah daripada biasanya.
Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nosional 65% yang
setiap daerah mempunyai variasi berbeda.
Anemia gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi
sekurang-kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal
yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat
ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia beresiko
membutuhkan tranfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan tipe
anemia defisiensi besi, sisanya mancakup kasus anemia herediter dan berbagai variasi
anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan talasemia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anemia pada ibu hamil ?
2. Bagaimana etiologi ibu hamil dengan anemia ?
3. Apa saja klasifikasi ibu hamil dengan anemia ?
4. Bagaimana patofisiologis ibu hamil dengan anemia ?
5. Apa saja gejala anemia pada ibu hamil ?
1
6. Bagaimana manifestasi klinis anemia pada ibu hamil ?
7. Komplikasi anemia pada ibu hamil ?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada ibu hamil dengan anemia ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan ibu hamil dengan anemia ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi
hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigan dari paru-paru ke
jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh
difesiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah sebelumnya atau asupan besi yang
tidak adekuat.
Anemia merupakan kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester
II. Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, dan merupakan
jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia kehamilan disebut
“potential danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena
itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan
kesehatan.
2.2 Etiologi
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002).
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
3
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi anemia dalam kehamilan adalah sebagai berikut :
1. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi disebabkan oleh kurangnya mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi.
2. Anemia megaloblastik
Anemia yang disebabkan karena kurangnya asupan asam folik. Anemia ini mulcul
akibat dari malnutrisi dan infeksi yang menahun (kronik).
3. Anemia hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh menurunnya fungsi sumsum tulang dalam
membentuk sel darah merah baru.
4. Anemia hemolitik
Anemia yang disebabkan oleh proses pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembentukannya.
2.4 Patofisiologis
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi)
pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel
darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini
bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan
4
dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan
kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak
terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti
komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa
diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
2.5 Gejala anemia pada ibu hamil
Gejala anemia pada ibu hamil, yaitu:
Ibu mengeluh cepat lelah
Sering pusing
Mata berkunang-kunang
Malaise
Lidah luka
Nafsu makan turun (anoreksia)
Konsentrasi hilang
Nafas pendek (pada anemia parah)
Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda
2.6 Manifestasi Klinis
Riwayat
1. Mentruasi berlebihan
2. Kehilangan darah kronik
3. Riwayat keluarga
4. Diet yang tidak adekuat
5. Jarak kehamilan yang terlalu dekat
6. Anemia pada kehamilan sebelumnya
7. Pika ( nafsu makan terhadap bahan bukan makanan )
Tanda dan Gejala
1. Keletihan, malaise, atau mudah megantuk
2. Pusing atau kelemahan
3. Sakit kepala
5
4. Lesi pada mulut dan lidah
5. Aneroksia,mual, atau muntah
6. Kulit pucat
7. Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat
8. Dasar kuku pucat
9. Takikardi
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Jumlah darah lengkap : hemoglobin dan hemalokrit menurun
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik).
3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum
tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia)
5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal :
pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
8. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi
9. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
6
10. TBC serum : meningkat (DB)
11. Feritin serum : meningkat (DB)
12. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
13. LDH serum : menurun (DB)
14. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
15. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan
perdarahan akut / kronis (DB).
16. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).
17. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:
peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan
GI (Doenges, 1999).
2.8 Komplikasi
a. Keguguran
b. Lahir sebelum waktunya
c. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
d. Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan
e. Dapat menimbulkan kematian
2.9 Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
7
1. Anemia defisiensi besi : Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan
makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe, Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan
dan transfusi darah.
8
ASUHAN KEPERAWATAN
IBU HAMIL DENGAN ANEMIA
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan
untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan
penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai,
berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat
endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan
pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik
(DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat
tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning
lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku :
mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah
putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
9
3. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi
4. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak
pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat,
dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis,
misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP).
Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia,
penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
10
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak
adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon
inflamasi)
4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan.
11
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan/Kriteria hasil Intevensi Rasional
1. Intoleransi aktivitas
b/d
ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
Melaporkan peningkatan
toleransi
aktivitas(termasuk
aktivitas sehari-hari.
1. Kaji kemampuan
pasien untuk
melakukan untuk
melakukan tugas/AKS
normal.
2. Kaji
kehilangan/gangguan
keseimbangan gaya
jalan, kelemahan otot.
3. Awasi tekanan
darah, nadi,
pernapasan selama
dan sesudah aktivitas.
4. Berikan lingkungan
tenang.
5. Ubah posisi pasien
dengan perlahan dan
pantau terhadap
pusing.
6. Anjurkan pasien
untuk menghentikan
aktivitas bila palpitasi.
1. Mempengaruhi
pilihan
intervensi/bantuan
2. Menunjukkan
perubahan neurologi
karena defesiensi
vitamin B12
mempengaruhi
keamanan
pasien/resiko cedera.
3. Manifestasi
kardiopulmonal dari
upaya jantung dan
paru untuk membawa
jumlah oksigen
adekuat ke jaringan.
4. Meningkatkan
istirahat untuk
menurunkan
kebutuhan oksigen
tubuh dan
menurunkan regangan
jantung dan paru.
5. Hipotensi postural
atau hipoksia serebral
dapat menyebabkan
pusing, berdenyut dan
12
peningkatan resiko
cedera.
6. Regangan/stres
kardiopulmonal
berlebihan/stres dapat
menimbulkan
kegagalan.
2. Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan.
Menunjukkan
peningkatan berat badan
atau berat badan stabil
dengan nilai
laboratorium normal.
1. Kaji riwayat nutrisi,
termasuk makanan
yang disukai.
2. Observasi dan catat
masukan makanan
pasien.
3. Timbang berat
badan tiap hari.
4. Berikan makan
sedikit dan frekuensi
sering dan/atau makan
diantara waktu makan.
5. Observasi dan catat
kejadian mual/muntah,
flatus dan gejala lain
yang berhubungan.
6. Berikan dan bantu
hygiene mulut yang
baik sebelum dan
sesudah makan,
gunakan sikat gigi
halus untuk
penyikatan yang
lembut. Berikan
1. Mengidentifikasi
defisiensi, menduga
kemungkinan
intervensi.
2. Mengawasi
masukan kalori atau
kualitas kekurangan
konsumsi makanan.
3. Mengawasi
penurunan berat
badan atau efektivitas
intervensi nutrisi.
4. Makan sedikit
dapat menurunkan
kelemahan dan
meningkatkan
pemasukan juga
mencegah distensi
gaster.
5. Gejala GI dapat
menunjukkan efek
anemia (hipoksia)
pada organ.
6. Meningkatkan
13
pencuci mulut yang
diencerkan bila
mukosa oral luka.
7. Kolaborasi :
1.Berikan obat sesuai
indikasi, mis.Vitamin
dan suplemen mineral,
seperti
sianokobalamin
(vitamin B12), asam
folat (Flovite); asam
askorbat (vitamin C),
2.Besi dextran
(IM/IV.)
nafsu makan dan
pemasukan oral,
menurunkan
pertumbuhan bakteri,
meminimalkan
kemungkinan infeksi.
Teknik perawatan
mulut khusus
mungkin diperlukan
bila jaringan
rapuh/luka/perdarahan
dan nyeri berat.
7. Kolaborasi :
1. Kebutuhan
penggantian
tergantung pada tipe
anemia dan/atau
adanya masukan oral
yang buruk dan
defisiensi yag
diidentifikasi.
2. Diberikan sampai
defisit diperkirakan
teratasi dan disimpan
untuk yang tak dapat
diabsorpsi atau terapi
besi oral, atau bila
kehilangan darah
terlalu cepat untuk
penggantian oral
menjadi efektif.
14
3. Resiko infeksi b/d
pertahanan tubuh
sekunder yang tidak
adekuat (mis:
penurunan
hemoglobin,
eukopenia,
supresi/penurunan
respon inflamasi).
Mngidentifikasi perilaku
untuk
mencegah/menurunkan
resiko infeksi.
1. Tingkatkan cuci
tangan yang baik oleh
oemberi perawatan
dan pasien.
2. Pertahankan teknik
aseptic ketat pada
prosedur/ perawatan
luka.
3. Tingkatkan
masukan cairan
adekuat.
4. Pantau suhu, catat
adanya menggigil dan
takikardia dengan atau
tanpa demam
5. Kolaborasi: berikan
antiseptic topical,
antibiotic sistemik.
1. Mencegah
kontaminasi silang.
2. Menurunkan resiko
infeksi bakteri.
3. Membantu dalam
pengenceran secret
pernafasan untuk
mempermudah
pengeluaran dan
mencegah statis
cairan tubuh.
4. Adnya proses
inflamasi/infeksi
membutuhkan
evaluasi/pengobatan.
5. Mungkin
digunakan secara
propilaktik untuk
menurunkan
kolonisasi atau untuk
pengobatan proses
infeksi local.
4. Konstipasi b/d
perubahan pada pola
makan.
Membuat/kembali pola
normal dari fungsi usus.
1. Observasi warna
feses, konsistensi,
frekuensi, dan jumlah.
2. Auskultas bunyi
usus
3. Awasi masukan dan
haluaran dengan
perhatian khusus pada
makanan/cairan.
1. Membantu
mengidentifikasi
penyebab/ factor
pemberat dan
intervensi yang tepat.
2. Bunyi usus secara
umum meningkat
pada diare dan
menurun pada
15
4. Kaji kondisi kulit
perianal dengan
sering.
5. Kolaborasi: berikan
obat anti diare,
misalnya: difenoxsilat
hidroklorida.
konstipasi.
3. Dapat
mengidentifikasi
dehidrasi, kehilangan
berlebihan atau alat
dalam
mengidentifikasi
defisiensi diet.
4. Mencegah
ekskoriasi kulit dan
kerusakan kulit.
5. Menurunkan
multilitas usus bila
diare terjadi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anemia merupakan kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
16
haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester
II. Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, dan merupakan
jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia kehamilan disebut
“potential danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena
itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan
kesehatan. Klasifikasi anemia dalam kehamilan yaitu : Anemia defisiensi besi, Anemia
megaloblastik, Anemia hipoplastik dan Anemia hemolitik. Gejala anemia pada ibu hamil
yaitu, Ibu mengeluh cepat lelah, Sering pusing, Mata berkunang-kunang, Malaise, Lidah
luka, Nafsu makan turun (anoreksia), Konsentrasi hilang, Nafas pendek (pada anemia
parah) dan Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. Anemia merupakan
penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah
merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ
tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat
menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya
lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah,
1998).
3.2 Saran
1. Bagi ibu hamil disarankan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi.
2. Bagi tenaga kesehatan diharapkan memberikan penyuluhan kepada calon ibu dan ibu
hamil untuk selalu memperhatikan kesehatannya dan bayi.
17