225599559 Anemia Ibu Hamil

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia besi merupakan permasalahan kesehatan yang banyak terdapat pada negara berkembang seperti di Indonesia. Penanggulangan anemia di Indonesia sudah berjalan 30 tahun sejak 1974 dengan program pemberian tablet Fe, namun hingga saat in belum menunjukkan penurunan yang berarti. Pada tahun 1995, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga, sekitar 57% anak perempuan (10-14 tahun) dan 39,5% perempuan (15-45 tahun) diketahui menderita anemia. Tingginya prevalensi anemia gizi di Indonesia memerlukan penanganan yang lebih intensif dan komprehensif, mengingat dampak yang cukup membahayakan bagi siapa saja yang terkena. Dan anemia ini merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi kejadian kematian ibu melahirkan akibat pendarahan dan lain- lainnya. Penanganan anemia sudah dimulai sejak tahun 1975 dengan berbagi intervensi termasuk pemberian

description

anemia

Transcript of 225599559 Anemia Ibu Hamil

Page 1: 225599559 Anemia Ibu Hamil

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia besi merupakan permasalahan kesehatan yang banyak terdapat

pada negara berkembang seperti di Indonesia. Penanggulangan anemia di

Indonesia sudah berjalan 30 tahun sejak 1974 dengan program pemberian tablet

Fe, namun hingga saat in belum menunjukkan penurunan yang berarti. Pada

tahun 1995, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga, sekitar 57% anak

perempuan (10-14 tahun) dan 39,5% perempuan (15-45 tahun) diketahui

menderita anemia.

Tingginya prevalensi anemia gizi di Indonesia memerlukan penanganan

yang lebih intensif dan komprehensif, mengingat dampak yang cukup

membahayakan bagi siapa saja yang terkena. Dan anemia ini merupakan salah

satu faktor yang melatarbelakangi kejadian kematian ibu melahirkan akibat

pendarahan dan lain-lainnya. Penanganan anemia sudah dimulai sejak tahun 1975

dengan berbagi intervensi termasuk pemberian suplementasi tablet besi pada ibu

hamil dengan melibatkan berbagai sektor, namun penurunannya belum banyak

menunjukkan perubahan yang menggembirakan (Depkes R.I, 1998).

Menurut data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007, prevalensi anemia

gizi ibu hamil di Indonesia sebesar 24,5%, sedangkan pada Profil Kesehatan

Sulawesi Selatan tahun 2008 menuliskan bahwa terdapat 28,1% penderita anemia

di Sulawesi Selatan. Data hasil kegiatan seksi ibu dan KB Dinas Kesehatan

(Dinkes) Propinsi Sulsel tahun 2010 menunjukkan tujuh kota dengan prevalensi

Page 2: 225599559 Anemia Ibu Hamil

anemia berat tertinggi, yaitu Selayar, Bantaeng, Pinrang, Barru, Wajo, Tator dan

Toraja Utara.

Anemia akan meningkatkan risiko terjadi kematian ibu 3,7 kali lebih tinggi

jika dibandingkan ibu yang tidak anemia. Hal ini menjadi salah satu penyumbang

tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia, yaitu 307/100.000 kelahiran

hidup. Angka kematian ibu tersebut berada di atas AKI negara ASEAN lainnya

(Depkes RI, 2003).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya yaitu besarnya jumlah ibu hamil yang

menderita anemia di Indonesia

C. Tujuan Umum

Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu menekan jumlah ibu hamil yang

anemia di Indonesia.

D. Tujuan Khusus

1. Memperbaiki dan mengevaluasi program pengadaan tablet Fe

2. Memperbaiki pola makan ibu hamil

3. Mengawasi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe

Page 3: 225599559 Anemia Ibu Hamil

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anemia Gizi

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) didalam darah

lebih rendah dari normalnya dan merupakan manifestasi akhir dari kekurangan zat

besi yang sebelumnya didahului oleh deplesi persediaanya. Semakin berat

kekurangan zat besi yang terjadi akan semakin berat pula anemia yang diderita.

Rendahnya kadar Hb itu dapat dilihat apabila bagian dalam kelopak mata terlihat

berwarna pucat. Anemia bisa juga berarti suatu kondisi ketika terdapat defisiensi

ukuran/ jumlah eritrosit atau kandungan hemoglobin. Ketidakcukupan zat besi

dapat diakibatkan oleh berkurangnya pemasukan zat besi, berkurangnya sediaan

zat besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan akan zat besi atau kehilangan

darah yang kronis. Bila semua hal tersebut berlangsung lama, maka defesiensi zat

besi akan menimbulkan anemia (Kesumasari C, 2000).

Anemia ditandai dengan rendahnya konsentrasi hemoglobin (Hb) atau

hematokrit nilai ambang batas (referensi) yang disebabkan oleh rendahnya

produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hb, meningkatnya kerusakan eritrosit

(hemolisisi), atau kehilangan darah yang berlebihan. Defesiensi Fe berperan besar

dalam kejadian anemia , namun defesiensi zat gizi lainnya, kondisi non gizi dan

kelainan genetic (herediter) juga memegang peranan penting pada kejadian

anemia (Suheimi, 2007).

Adapun Nilai ambang batas (cut off point) penentuan status anemia menurut

WHO dapat dilihat pada tabel 1

Page 4: 225599559 Anemia Ibu Hamil

Tabel 1. Nilai Cut Of Points Kategori Anemia

Wanita Kelompok Umur Nilai (gr/dl)

Nak usia 6 bulan - 5 tahun

Anak usia 5-11 tahun

Anak usia 12-13 tahun

Wanita dewasa

Wanita hamil

Laki-laki dewasa

11,0

11,5

12,0

12,0

11,0

13,0

Sumber : indicators for assessing iron deficiency and strategis for its prevention WHO/UNICEF, UNU, 2010

Anemia jiga diartikan kekurangan salah satu zat atau lebih zat gizi yaitu

zat besi, asam folat, vitamin B12, protein dan zat essensial lainnya. Zat gizi yang

paling berperan dan penyebab utama anemia adalah zat besi (Fe). Itulah sebabnya

anemia selalu diidentikkan dengan gizi besi (Suheimi, 2007)

Anemia defesiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat defesiensi besi

dalam diet, atau kehilangan darah secara lambat dan kronis. Zat besi adalah

komponen esensial hemoglobin yang menutupi sebagian besar sel darah merah.

Wanita hamil sering mengalami defesiensi zat besi karena kebutuhan zat besi

untuk pertumbuhan janin. Penurunan jumlah sel darah merah memacu sumsung

tulang untuk meningkatkan pelepasan sel-sel darah merah abnormal yang

berukuran kecil dan kekurangan hemoglobin. Adapun cara yang dapat ditempuh

untuk mencegah terjadinya defesiensi besi yaitu mengkonsumsi bahan makanan

yang kaya akan zat besi seperti daging dan sayuran hijau (Corwin, 2009).

Page 5: 225599559 Anemia Ibu Hamil

Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan. Hal itu disebabkan karena

dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula

perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Dalam kehamilan terjadi

penambahan volume darah yang dikenal dengan istilah hidremia atau hemodolusi,

akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan

bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut

berbanding sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.

Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam

kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama, pengenceran tersebut akan

meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil,

kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah, resistensi perifer

berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu

persalinan, jumlah unsur besi yang hilang akan lebih sedikit dibandingkan dengan

apabila darah itu tetap kental (Corwin, 2009)

WHO menetapkan batas anemia pada ibu hamil yaitu 11 gr/dl. Seorang

wanita hamil yang memiliki Hb kurang dari 11g/100 ml barulah disebut menderita

anemia dalam kehamilan (Supariasa, 2001).

B. Masalah Anemia Di Indonesia

Anemia gizi merupakan masalah gizi yang lazim di dunia dan menjangkiti

lebih dari 600 juta manusia. Perkirakan prevalensi anemia secara global sekitar

51%. Prevalensi anemia ibu hamil sebesar 55% yang menyengsarakan sekitar

44% wanita diseluruh negara sedang berkembang (kisaran angka 13,4-87,5%).

Page 6: 225599559 Anemia Ibu Hamil

Angka tersebut terus meningkat hingga 74% (1997) yang bergerak dari 13,4%

(Thailand) ke 85% (India) (Arisman, 2010).

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007, prevalensi

anemia gizi ibu hamil di Indonesia sebesar 24,5%, sedangkan anemia di Sulawesi

Selatan berdasarkan Profil Kesehatan Sulawesi Selatan tahun 2008, terdapat

28,1%. Data hasil kegiatan seksi ibu dan KB Dinas Kesehatan (Dinkes) Propinsi

Sulsel tahun 2010 menunjukkan tujuh kota dengan prevalensi anemia berat

tertinggi, yaitu selayar, Bantaeng, Pinrang, Barru, Wajo, Tator dan Toraja Utara

Dari data riskesdas tahun 2013 di atas dapat diketahui bahwa anemia

terjadi pada semua tingkatan umur dimana kasus yang terbesar berada pada umur

> 70 tahun. Anemia juga tidak membedakan jenis kelamin meskipun kasus yang

terbesar terjadi pada wanita sedangkan untuk wilayah penyebarannya hampir

sama jumlah kasus di kota maupun di desa meskipun kasus yang berada di desa

Page 7: 225599559 Anemia Ibu Hamil

lebih besar. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa anemia masih menjadi

masalah gizi yang belum terselesaikan sampai sekarang.

C. Program Pencegahan dan penanganan Anemia Gizi di Indonesia

1. Fortifikasi makanan

1) Pengertian fortifikasi

Fortifikasi adalah suatu tindakan menambahkan kandungan

mikronutrien yaitu vitamin dan mineral dalam makanan, sehingga

dapat meningkatkan kualitas gizi dari pasokan makanan dan

memberikan manfaat kesehatan bagi masyarakat dengan resiko

kesehatan yang minimal

Fortifikais makanan mengacu pada penambahan

mikronutrien pada makanan olahan dimana forfifikasi makanan ini

merupakan intervensi yang hemat biaya, namun memiliki

persyaratan harus dikonsumsi oleh masyarakat dalam jumlah yang

cukup agar kebutuhan masyarakat tersebut dapat tercukupi

2) Manfaat fortifikasi

Adapun manfaat fortifikasi yaitu:

a. Pencegahana atau minimalisasi resiko terjadinya defisiensi

mikronutrien pada populasi atau kelompok penduduk tertentu

b. Kontribusi untuk perbaikan defisiensi mikronutrien yang

terdapat pada populasi atau kelompok populasi tertentu

Page 8: 225599559 Anemia Ibu Hamil

c. Meningkatkan kualitas gizi dari produksi pangan olahan yang

digunakan sebagai sumber pangan bergizi

3) Makanan yang dapat difortifikasi

Terdapat dua jenis fortifikasi, yang pertama fortifikasi sukarela

oleh industri pangan kemasan untuk miningkatkan nilai tambah.

Kedua fortifikasi wajib yang bertujuan untuk mengatasi masalah

kekurangan gizi masyarakat, khususnya masyarakat miskin.

Syaratnya yaitu :

a. Makanannya merupakan makanan rumah tangga dan

umumnya dimakan secara teratur dan terus menerus oleh

masyarakat.

b. Makanan itu diproduksi dan diolah oleh produsen yang

terbatas jumlahnya, agar mudah diawasi

c. Tersedia tehnologi fortifikasi untuk makanan yang dipilih

d. Makanan tidak berubah rasa, warna dan konsistensi setelah

difortifikasi

e. Tetap aman dalam arti tidak membahayakan kesehatan

f. Harga makanan setalah di fortifikasi tetap terjangkau.

Adapun makanan- makanan yang difortifikasi di indonesia

yaitu: garam dan tepung yodium, tepung terigu dengan zat

besi, seng asam folat, vitamin B1, dan B2, dan minyak goreng

dengan vitamin A

Page 9: 225599559 Anemia Ibu Hamil

2. Suplementasi Tablet besi

1) Pengertian Tablet Besi

Tablet besi merupakan suatu sediaan farmasi yang berbentuk

tablet mengandung zat besi (ferro), yang disediakan oleh pemerintah,

diutamakan di berikan kepada sasaran yaitu masyarakat

berpenghasilan rendah. Tablet besi ini bertujuan untuk mencegah

anemia yang terutama disebabkan oleh defesiensi zat besi sehingga

prevalensi anemia menurun (Fatmawati, 2003).

2) Penatalaksanaan Pemberian Tablet Besi

Dalam penatalaksanaan pemberian tablet besi perlu ditetapkan

sasaran, yaitu:

a. Ibu hamil sampai masa nifas

Dalam hal ini, ibu hamil mendapatkan prioritas utama karena

kelompok ini yang paling rentan, karena anemia dapat membahayakan

ibu dan bayinya. Sedangkan ibu yang nifas memerlukan besi yang

cukup dalam ASInya untuk diberikan kepada bayinya, tidak diberikan

secara tersendiri. Karena pemberian pada masa kehamilan sudah

dianggap cukup, pada ibu hamil yang pemberian Fe1 pada trimester

III, dapat di teruskan sampai Fe3 pada masa nifas.

b. Balita (6-60 bulan)

Balita memerlukan konsumsi zat besi yang cukup untuk proses

tumbuh kembangnya, di samping itu prevalensi anemia pada balita

Page 10: 225599559 Anemia Ibu Hamil

juga tinggi (55,5%). Oleh karena itu, kelompok ini perlu mendapatkan

prioritas.

c. Anak Usia Sekolah (6-12 tahun)

Prevalensi anemia pada kelompok ini juga relatif tinggi (24-35%).

Disamping itu, kelompok ini mempunyai aktivitas fisik yang cukup

tinggi dan masih dalam proses belajar. Dengan demikian untuk

mendapatkan kondisi yang prima guna meningkatkan prestasi belajar

diperlukan kadar Hb yang normal.

d. Remaja putri (12-18 tahun) dan wanita usia subur (WUS)

Dengan pemberian tablet besi pada kelompok ini, yang mendekati

masa perkawinannya, akan berguna bagi mereka untuk

mempersiapkan masa kehamilannya selain bermanfaat untuk

meningkatkan prestasi belajar kerjanya.

3) Dosis dan Cara Pemberian Tablet Besi

a. Dosis Pencegahan

Diberikan kepada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan kadar Hb.

(1) Ibu hamil sampai masa nifas

Sehari 1 tablet (60 mg elemental iron & 0.25 mg asam folat) berturut-

turut selama minimal 90 hari masa kehamilannya, sampai 42 hari

melahirkan. Mulai pemberian pada waktu pertama kali ibu hamil

memeriksakan kehamilannya (KI).

Page 11: 225599559 Anemia Ibu Hamil

b. Dosis Pengobatan

Diberikan pada sasaran yang anemia (kadar Hb kurang dari batas

normal).

(1) Ibu hamil sampai masa nifas

Bila kadar Hb < 11 gr%, pemberian menjadi 3 tablet sehari selama

90 hari pada kehamilannya sampai 42 hari setelah melahirkan.

(2) Balita

(a) 6-12 bulan : 3x ½ sendok takar selama 60 hari

(b) 12-60 bulan : 3x1 sendok takar selama 60 hari

(3) Anak Usia Sekolah (6-12 tahun)

Bila kadar Hb, <12 % pemberian menjadi 3 tablet sehari selama 10

hari pada waktu haid. (Depkes RI,1996).

4) Indikator Tablet Besi

Untuk mengetahui berapa jumlah sasaran yang telah tercakup

dalam program penanggulangan anemia, adalah dengan cara

memantau jumlah pemakaian tablet atau sirup besi oleh sasaran yang

di kaitkan dengan distribusinya logistiknya. Tolak ukur atrau indikator

yang dipakai adalah sebagai berikut (Fatmawati, 2003):

a. Ibu hamil sampai masa nifas

Fe 1 : Bilamana ibu hamil atau nifas tersebut telah

mendapatkan tablet besi sebanyak 30 tablet pada bulan pertama.

Fe 3 : Bilamana ibu hamil atau nifas tersebut telah

mendapatkan tablet besi sebanyak 90 tablet pada bulan ketiga.

Page 12: 225599559 Anemia Ibu Hamil

b. Bayi (6-12 bulan)

Fe B1 : Bilamana bayi tersebut telah mendapatkan sirup besi

sebanyak ½ botol pada bulan pertama.

Fe B2 : Bilamana bayi tersebut telah mendapatkan sirup besi

sebanyak 1 botol pada bulan kedua.

c. Anak Balita (12-60 bulan)

Fe B1 ; Bilamana anak balita tersebut telah mendapatkan sirup

besi sebanyak 1 botol pada bulan pertama.

Fe B2 ; Bilamana anak balita tersebut telah mendapatkan sirup

besi sebanyak 2 botol pada bulan kedua.

d. Anak Usia Sekolah

Fe S1 : Bilamana anak tersebut mendapatkan tablet besi

sebanyak 4 sampai 5 tablet untuk bulan pertama.

Fe S2 : Bilamana anak tersebut telah mendapatkan tablet besi

sebanyak 12-15 tablet untuk bulan ketiga.

e. Remaja Putri (12-18 tahun) dan WUS

Fe W : Bilamana remaja puteri dan WUS tersebut

mendapatkan 10 tablet untuk setiap bulan.

3. Efektifitas program

Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa 80,7% perempuan usia

10-59 tahun yang hamil mendapat/membeli tablet Fe dengan jumlah hari

minum tablet besi. Masih ada 19,3% ibu hamil yang tidak minum tablet

Fe, dan hanya 18,0% yang minum tablet Fe 90 hari atau lebih. Diantara

Ibu hamil tersebut ada 15,3% yang menjawab tidak tahu. Dan sebanyak

36,3 % mengaku mengkonsumsi tablet besi antara 0-30 hari. Sedangkan

Page 13: 225599559 Anemia Ibu Hamil

untuk Sulawesi Selatan sendiri, menurut Riskesdas 2010 tampak bahwa

15% ibu mengaku tidak mengkonsumsi tablet Fe,14,2% tidak tahu dan

56,8% mengkonsumsi 0-30 hari.

Penelitian yang dilakukan oleh Muliaty di kabupaten Sidrap

menemukan bahwa motivasi ibu hamil menjadi faktor yang paling

berpengrauh terhadap kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet besi, dan

responden yang patuh dalam mengkonsumsi tablet besi sebanyak 73,0%

(Muliaty, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 80% responden

mempunyai kemampuan konsumsi tablet Fe sesuai anjuran Depkes 56,6%

responden mempunyai pendidikan tidak sukses. Tujuh puluh persen (70%)

responden mempunyai pengetahuan baik. Sebanyak 66% responden

mendapatkan motivasi dari keluarga. Terdapat 86,6% responden

mendapatkan motivasi dari tenaga kesehatan. Setelah dianalisis dengan uji

korelasi Fisher exace diperoleh hasil bahwa ada hubungan bermakna

antara pendidikan dengan konsumsi tablet Fe ibu hamil dan pengetahuan

dengan konsumsi tablet Fe ibu hamil (Siamintarsih, 2000).

Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe di Kabupaten Barrru

pada tahun 2009 sebesar 84,4% mengalami sedikit penurunan bila

dibandingkandengan pencapaian tahun 2008 sebesar 84,77% tertinggi

adalah di kecamatan Tanete Riaja yaitu sebesar 106% dan yang terendah

adalah di kecamatan Mallusetasi sebesar 77,14% (Profil Kesehatan Barru,

2010).

Page 14: 225599559 Anemia Ibu Hamil

Sebuah penelitian di kabupaten Barru Perlunya pengkajian lebih

lanjut terhadap pengelolaan tablet Fe yang erat kaitannya dengan

kepatuhan konsumsi tablet Fe dan status hemoglobin ibu hamil di

Kabupaten Barru. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini

terbagi 2 yaitu 1) Untuk pengelolaan Tablet Fe yaitu Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Barru, staf bidang KESGA Dinas Kesehatan

Kabupaten Barru, Kepala Gudang Farmasi, Staf Poli gizi Puskesmas

Tanete Rilau, Bidan Desa Tanete Rilau Kabupaten Barru, 2) Untuk

Kepatuhan, pola konsumsi dan kadar hemoglobin yaitu Ibu hamil

sebanyak 54 orang di wilayah kerja Puskesmas Pekkae Kecamatan Tanete

Rilau Kab. Barru. Pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik

purposive sampling. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat.

Hasil penelitian ini menunjukan variabel pengelolaan tablet Fe yang sesuai

dengan Juknis yang distandarkan yaitu Variabel Pengadaan dan

penggunaan. Sedangkan variabel yang tidak sesuai dengan Juknis yang

telah distandarkan yaitu perencanaan, Penyimpanan, Pendistribusian

tablet, penghapusan, pengendalian tablet Fe. Responden pada umumnya

tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe mencapai 68,5%. Asupan zat gizi

yang pada umumnya cukup yaitu protein (70.4%), vitamin B 12 (85,2%),

sedangkan asupan zat gizi yang pada umumnya kurang yaitu zat besi

(70.4%), asam folat (70.4%), vitamin B6 (51.8%), vitamin C (64.8%),

Zink (70.4%.) Sedangkan untuk pola konsumsi zat pelancar absorpsi zat

Page 15: 225599559 Anemia Ibu Hamil

besi yang kurang yaitu 46.3% sedangkan pola konsumsi zat penghambat

ditemukan masing-masing sebesar 50% (Kurang dan cukup). Ibu hamil

yang anemia sebanyak 55,6%. Disarankan perlunya pendampingan kepada

ibu hamil agar patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe dan zat gizi pelancar

absorpsi zat besi, sedangkan kepada pihak Dinas Kesehatan dan Puskemas

agar memperhatikan pengelolaan tablet Fe.

Hasil penelitian Sri (2001) diperoleh bahwa kartu monitoring dan

model pengawasan oleh bidan dapat memberikan efek yang cukup baik

untuk mengingatkan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi. Dengan

demikian dapat meningkatkan kepatuhan ibu hamil dan menurunkan angka

droup out konsumsi tablet besi. Oleh karena itu selain diberikan tablet

besi, perlu pula disertai suatu perangkat yang berfungsi untuk

mengingatkan ibu hamil agar tidak lupa minum tablet besi tersebut, dan

sekaligus berperan sebagai alat monitoring bagi petugas kesehatan.

Perangkat tersebut dapat berupa kartu seperti yang telah dikembangkan

dalam penelitian ini atau bentuk lainnya, yang perlu dikembangkan lagi.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa masalah utama

efektifitas program pemberian tablet Fe pada ibu hamil adalah rendahnya

cakupan program dan hal itu perlu diatasi dengan Komunikasi Informasi

Edukasi (KIE) yang efektif dan distribusi Fe tidak disamakan dengan obat

lainnya di puskesmas dan pendistribusiannya harus sampai dengan jumlah

dan waktu yang tetap kepada ibu hamil. Agar ibu hamil rajin meminum

tablet di perlukan peningkatan pengetahuan dan motivasi yang tinggi

Page 16: 225599559 Anemia Ibu Hamil

melalui pendekatan KIE yang intensif dan terus menerus. Dan untuk

mengevaluasi kepatuhan ibu hamil tersebut dalam mengkonsumsi tablet Fe

diperlukan monitoring mengenai kepatuhannya agar ibu hamil semakin

terpacu untuk patuh mengkonsumsi tablet Fe tersebut sehingga dapat

meminimalisir terjadinya kasus anemia pada ibu hamil. Masalah anemia

tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan peran serta dari berbagai pihak,

masalah ini muncul karena program penaggulanggannya tidak berjalan

maksimal baik program fortifikasi makanan maupun program pemberian

tablet Besi pada ibu hamil

D. Program pencegahan Anemia Gizi yang di Targetkan

1. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya yaitu tingginya jumlah ibu hamil

yang menderita anemia di Indonesia

2. Tujuan Umum

Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu menekan jumlah ibu hamil

yang anemia di Indonesia.

3. Tujuan Khusus

Meningkatkan kinerja petugas kesehatan dalam pendistribusian tablet

Fe

Meningkatkan partisipasi dan kerjasama antara sektor kesehatan

dengan sektor pendidikan, keagamaan, organisasi dan LSM untuk

penanggulangan masalah anemia gizi.

Memperbaiki pola makan ibu hamil

Mengawasi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe

Page 17: 225599559 Anemia Ibu Hamil

4. Target Kuantitatif

Adapun target yang ingin di capai yaitu mengurangin jumlah ibu

hamil yang anemia sebesar 70% dari jumlah kasus yang ada sekarang.

5. Program Yang Ingin Dijalankan

a. Kesepakatan meliputi jajaran kesehatan, pendidikan, keagamaan serta

organisasi dan LSM untuk menekan jumlah kasus anemia pada ibu

hamil.

b. Penyediaan bahan pedoman/petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis bagi

petugas kesehatan, pendidikan, keagamaan dan petugas lain yang

melakukan penyuluhan mengenai masalah anemia.

c. Penyediaan dan distribusi Tablet Tambah Darah

d. Penyuluhan mengenai bahaya anemia dan langkah-langkah

pencegahan anemia termasuk anjuran untuk patuh mengkonsusmi

tablet besi pada ibu hamil dan pola makan yang baik

e. Pengawasan oleh petugas atau kader mengenai kepatuhan ibu hamil

mengkonsumsi tablet Fe

6. Implementasi program

a. Mengadakan penyuluhan kepada ibu hamil mengenai pentingnya

menjaga pola makan dan mengkonsumsi tablet besi

b. Menjamin tablet besi sampai ketangan ibu hamil dalam waktu dan

jumlah yang tepat (kalau perlu mendatangi rumah ibu hamil tersebut)

c. Mengawasi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe yang

dilakukan oleh petugas/kader kesehatan

d. Melakukan pemeriksaan rutin untuk melihat perkembangan dan

kemajuan program

7. Evaluasi Program

1. Memeriksa kepatuhan konsumsi tablet Fe oleh ibu hamil melalui

catatan dari petugas/kader kesehatan

Page 18: 225599559 Anemia Ibu Hamil

2. Memeriksa kadar Hb ibu hamil untuk melihat kemajuan dari program

Page 19: 225599559 Anemia Ibu Hamil

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Masalah anemia terjadi karena ketidak efektifan program

pemberian tablet Fe sehingga tidak sampai pada beberapa ibu hamil

Dan ketidakpatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe karena

kurangnya pengetahuan dan motivasi serta tidak adanya monitoring

dari petugas kesehatan mengenai tingkat kepatuhan tersebut.

B. Saran

Semua pihak harus bekerja bersama-sama dalam mengatasi

masalah gizi mulai dari pemerintah, petugas kesehatan, kader posyadu,

lembaga-lembaga kesehatan , dan masyarakat umum, diperlukan kerja

keras yang bersinergi untuk mengatasi masalah ini. Pendampingan

sangat dibutuhkan ibu hamil, sehingga deteksi anemia dapat dilakukan

sedini mungkin dan dapat mengambil langkah cepat dalam

menyelesaikannya

Page 20: 225599559 Anemia Ibu Hamil

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Sitti . 2009. Faktot-faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Banggae II. Kabupaten Majene Sulawesi Barat. Skripsi sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin: Makassar.

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Citrakesumasari, 2000. Diktat Anemia Gizi. Jurusan Gizi FKM UNHAS.

Dinas Kesehatan Kab. Barru 2008. Profil Kesehatan Kabupaten Barru.

Dinas Kesehatan Provinsi Sul-Sel, 2009. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan 2010.

Harnany, Afiyah Sri. 2006. Pengaruh Tabu Makanan, Tingkat Kecukupan Gizi, Konsumsi Tablet Besi, dan Teh Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Di Kota Pekalongan Tahun 2006. M.S. Tesis. Universitas Diponegoro: Semarang

Husaini, 1989. Study Nutritional Anemia And Asseement Of Information Complikastion for Supporting Formulating National Policy and program. Direktorat Bina Masyarakat dan Puslitbang Gizi Depkes, Jakarta

Riskesdas. 2007. Laporan Nasional 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia: Jakarta.

Riskesdas. 2013. Laporan Nasional 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia: Jakarta.

Rahmawati, Yetti. 2006. Hubungan Perilaku dan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Gizi pada Ibu Hamil di RSB Pertiwi Makassar. Skripsi sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin: Makassar.

Supariasa, I dewa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Triwidyastuty, Debby. 2011. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Status Hb Ibu Hamil Di Kelurahan Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Skripsi sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin: Makassar.

Tunny, Rahma. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Status Hb Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Negeri Lima Kecamatan Lehitu Kabupaten Maluku Tengah. Skripsi sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin: Makassar.

Page 21: 225599559 Anemia Ibu Hamil

DOSEN : Dr. NURHAEDAR DJAFAR MATA KULIAH : GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PENANGGULANGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

OLEH:

NURUL ULFIANA SAHLAN

(P1803213022)

PROGRAM PASCASARJANA KONSENTRASI GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014