ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL
-
Upload
vinthia-yuriza -
Category
Documents
-
view
133 -
download
4
Transcript of ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia atau lebih dikenal dengan istilah “kurang darah” adalah suatu keadaan
dimana kadar hemoglobin di bawah nilai normal, dimana nilai normal kadar hemoglobin
di dalam tubuh berkisar antara 12-14g%. WHO (World Health Organization) menetapkan
bahwa kadar hemoglobin normal pada wanita hamil adalah > 11g% . Maka, kadar
hemoglobin < 11g% pada wanita hamil dapat sebagai suatu keadaan anemia pada
kehamilan. Namun pada negara berkembang seperti Indonesia dan negara – negara
berkembang lainnya, WHO menetapkan definisi anemia dalam kehamilan adalah suatu
keadaan dimana kadar hemoglobin < 10g%.
Prevalensi terjadinya anemia pada wanita hamil di Indonesia cukup tinggi yaitu
berkisar 20%-80%, tetapi pada umumnya banyak penelitian yang menunjukan prevalensi
anemia pada wanita hamil yang lebih besar dari 50% . Sehingga dapat dikatakan 5 dari 10
wanita hamil di Indonesia menderita Anemia. WHO melaporkan bahwa prevalensi
anemia pada kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester
III.
Dari beberapa penyebab terjadinya anemia pada kehamilan, anemia defisiensi besi
merupakan keadaan yang paling sering ditemukan. Anemia dalam kehamilan dapat
berakibat fatal mulai dari kelahiran prematur sampai kematian ibu dan bayi. Menurut
WHO 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia pada
kehamilan. Mengingat masih tingginya angka prevalensi anemia pada kehamilan dan
fatalnya risiko yang diakibatkan, maka sangatlah penting bagi masyarakat dan para
praktisi kesehatan untuk lebih memperhatikan masalah ini.
Kasus ini mengarah pada salah satu tujuan dari blok ini yaitu mahasiswa
diharapkan mampu memahami konsep penyakit yang berkaitan dengan Hematologi dan
Limfatik . Berdasarkan tujuan dari blok tersebut, maka kami dari kelompok 2 tugas
pengenalan profesi bermaksud untuk melakukan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi
(TPP) dengan judul yaitu “Identifikasi Penyakit Anemia Defisiensi Pada Wanita Hamil
di Puskesmas”.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja gejala dan tanda anemia defisiensi pada wanita hamil ?
2. Apa faktor resiko anemia defisiensi yang sering terjadi pada wanita hamil ?
3. Bagaimana cara mendiagnosis anemia defisiensi pada wanita hamil ?
4. Bagaimana penatalaksanaan anemia defisiensi pada wanita hamil ?
5. Bagaimana tindakan preventif anemia defisiensi pada wanita hamil ?
6. Bagaimana perbandingan gejala anemia defisiensi pada wanita hamil dan wanita tidak
hamil ?
1.3 Tujuan Pelaksanaan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memahami kasus anemia defisiensi pada wanita hamil di puskesmas.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gejala dan tanda anemia defisiensi pada wanita hamil
2. Untuk mengetahui faktor resiko anemia defisiensi yang sering terjadi pada wanita
hamil
3. Untuk mengetahui cara mendiagnosis anemia defisiensi pada wanita hamil
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan anemia defisiensi pada wanita hamil
5. Untuk mengetahui tindakan preventif anemia defisiensi pada wanita hamil
6. Untuk mengetahui perbandingan gejala anemia defisiensi pada wanita hamil dan
wanita tidak hamil ?
1.4 Manfaat
a. Manfaat Teoritis
1.Memahami klasifikasi Anemia
2.Mengetahui Faktor resiko anemia defisiensi yang sering terjadi pada wanita hamil
b. Manfaat Praktik
1. Mahasiswa mampu mengetahui gejala dan tanda anemia defisiensi pada wanita
hamil
2. Mahasiswa mengetahui cara mendiagnosis anemia defisiensi pada wanita hamil
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan anemia defisiensi pada wanita hamil
2
4. Mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung dari orang yang pernah menderita
anemia defisiensi
5. Untuk mengetahui tindakan preventif anemia defisiensi pada wanita hamil
6. mengetahui konseling terhadap wanita hamil yang anemia defisiensi
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Anemia
Menurut definisi, anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal
jumlah SDM, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells (hematokrit) per
100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan suatu
cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis
yang seksama, pemeriksaan fisik, dan korfirmasi laboratorium. (Price and Wilson, 2003)
Karena semua sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan
manifestasi klinis yang luas, bergantung pada (1) kecepatan timbulnya anemia, (2) usia
individu, (3) mekanisme kompensasi, (4) tingkat aktivitasnya, (5) keadaan penyakit yang
mendasarinya, dan (6) beratnya anemia. Karena jumlah efektif SDM berkurang, maka
pengiriman O2 kejaringan menurun. Kehilangan darah yang mendadak (30 % atau lebih)
dapat menyebabkan gejala-gejala hipovolemia, hipoksemia, termasuk kegelisahan,
diaforesis, takikardia, nafas pendek, dan berkembang cepat menjadi kolaps sirkulasi atau
syok. (Price and Wilson, 2003)
Anemia menurut WHO yang dikutip oleh Stuart Gillespie (1996) diartikan sebagai
suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) lebih rendah dari keadaan normal untuk
kelompok yang bersangkutan. WHO telah menggolongkan penetapan kadar normal
hemoglobin dalam berbagai kelompok seperti di bawah ini:
Tabel 1.1
Kadar Hemoglobin Normal
Kelompok Hemoglobin (%)
Dewasa Wanita
Wanita hamil
Laki-laki
12
11
14
Anak - anak 6 bulan - 6 tahun
6 tahun - 14 tahun
11
12
Sumber : WHO, 1993 dalam Stuart Gillespie et all. (1996)
2.2 Jenis-Jenis Anemia
4
Berdasarkan penyebab, jenis anemia dibagi menjadi :
1. Anemia defisiensi besi yaitu anemia yang terjadi karena
kekurangan zat besi.
2. Anemia megaloblastik yaitu anemia yang terjadi karena
kekurangan vitamin B12.
3. Anemia hemolitik yaitu anemia yang terjadi karena pemecahan sel-
sel darah lebih cepat dari pembentukan.
4. Anemia aplastik yaitu anemia yang terjadi karena gangguan
pembentukan sel-sel darah.
Selain itu, Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi dan
etiologi. Klasifikasi morfologi didasarkan pada ukuran dan kandungan
hemoglobin (Mehta, 2006).
Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel :
a. Anemia mikrositik : penyebab utamanya yaitu defisiensi besi dan
talasemia (gangguan Hb)
b. Anemia normositik : contohnya yaitu anemia akibat penyakit
kronis seperti gangguan ginjal.
c. Anemia makrositik : penyebab utama yaitu anemia pernisiosa,
anemia akibat konsumsi alcohol, dan anemia megaloblastik.
Tabel 2.2 Klasifikasi Anemia
Klasifikasi anemia
Makrositik ( MCV >98 fL)Megaloblastik Defisiensi vitamin B12 atau folatLain-lain Alkohol Penyakit hati Miksedema Retikulositosis Kehamilan Mieloma NeonatalNormositik ( MCV <78-98 fL)Sebagian besar anemia hemolitikAnemia sekunderKasus campuran
Mikrositik (MCV <78 fL; MCH biasanya juga <27pg/L)Defisiensi besiTalasemiaDefek hemoglobin lainnyaAnemia pada gangguan kronikAnemia sideroblastik kongenital
5
Sumber ; Mehta,2006
Secara garis besar, etiologi anemia dapat disebabkan karena :
1. Peningkatan destruksi eritrosit, contohnya pada penyakit : gangguan
sistem imun, talasemia.
2. Penurunan produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia
aplastik, kekurangan nutrisi.
3. Kehilangan darah dalam jumlah besar, contohya akibat perdarahan
akut, perdarahan kronis, menstruasi, ulser kronis dan trauma.
Kata anemia menunjukan kemampuan darah mengangkit O2 di bawah
normal dan ditandai oleh hematokrit yang rendah. Anemia dapat
disebabkan karena penurunan laju eritropoesis, kehilangan eritrosit dalam
jumlah besar, atau defisiensi kandungan hemoglobin eritrosit. Berbagai
kausa anemia dapat dikelompokkan menjadi enam kategori (Sherwood,
2012):
1. Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi dalam makanan suatu
faktor yang dibutuhkan untuk eritropoiesis
2. Anemia pernisiosa disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh
menyerap vitamin B12 yang masuk melalui makanan dari saluran
cerna. Vitamin b12 penting untuk pematangan dan pembentukan
SDM.
3. Anemia aplastik disebabkan karena kegagalan sumsum tulang
menghasilkan cukup SDM, meskipun semua bahan yang dibutuhkan
eritropoesis tersedia.berkurangnya kemampuan eritropoesis dapat
disebabkan karena destruksi sumsum tulang merah oleh bahan
kimia toksik, pajanan berlebihan terhadap radiasi, invasi sumsum
tulang oleh sel kanker, atau kemoterapi untuk kanker.
4. Anemia ginjal dapat terjadi akibat penyakit ginjal. Karena
eritropoetin dihasilkan oleh ginjal yang merupakan rangsang
utamayang mendorong eritropoesis.
5. Anemia pendarahan disebabkan karena keluarnya banyak darah,
kehilangan darah yang bersifat akut misalnya karena luka, atau
kronik misalnya darah haid yang berlebihan.
6
6. Anemia hemolitik disebabkan karena pecahnya eritrosit dalam
darah yang berlebihan. Hemolisis, atau ruptur SDM disebabkan
karena faktor internal atau eksternal seperti pada inasi SDM oleh
parasit malaria atau karena kelainan darah misalnya pada penyakit
sel sabit.
2.3 Anemia Pada Ibu Hamil
2.3.1. Definisi Anemia Pada Ibu Hamil
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr%. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu
dengan kadar haemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau
kadar haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas
tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi karena
hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Wiknjosastro, 2002).
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut
hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi
pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut:
plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah
dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai
puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro,
2002).
Anemia kehamilan disebut “Potential Danger to Mother and Child”
(potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia
memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan pada lini terdepan. Pengaruh anemia dalam
kehamilan diantaranya adalah dapat menyebabkan perdarahan (Lenveno,
Kenneth J, 2009).
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi,
kekurangan asam folat, infeksi dan kelainan darah, jenis anemia yang
7
pengobatannya relatif mudah bahkan murah. Anemia pada kehamilan
merupakan masalah Nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan
sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap
kualitas sumber daya manusia (Lenveno, Kenneth J, 2009).
2.3.2. Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil
Penyebab anemia umumnya adalah kurang gizi, kurang zat besi,
kehilangan darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit –penyakit
kronik. Dalam kehamilan penurunan kadar hemoglobin yang dijumpai
selama kehamilan disebabkan oleh karena dalam kehamilan keperluan zat
makanan bertambah dan terjadinya perubahan-perubahan dalam darah
diantaranya penambahan volume plasma yang relatif lebih besar daripada
penambahan massa hemoglobin dan volume sel darah merah. Darah
bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau
hipervolemia. Namun bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi
pengenceran darah (Proverawati ,2011).
Di mana pertambahan tersebut adalah sebagai berikut : plasma
30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap
sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat
bagi wanita hamil tersebut. Pengenceran ini meringankan beban jantung
yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat
hipervolemia tersebut, keluaran jantung (cardiac output) juga meningkat.
Kerja jantung ini lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi
perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik (Proverawati ,2011)
Selama hamil volume darah meningkat 50 % dari 4 ke 6 L, volume
plasma meningkat sedikit menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan
nilai hematokrit.Penurunan ini lebih kecil pada ibu hamil yang
mengkonsumsi zat besi. Kenaikan volume darah berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan perfusi dari uteroplasenta. Ketidakseimbangan
antara kecepatan penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke
dalam sirkulasi ibu biasanya memuncak pada trimester kedua (Proverawati
,2011).
8
Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai
dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif.
Untuk dapat mencapai keseimbangan gizi maka setiap orang harus
menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan
makanan yaitu Karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan
susu. Seringnya ibu hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung zat
yang menghambat penyerapan zat besi seperti teh, kopi, kalsium. Wanita
hamil cenderung terkena anemia pada triwulan III karena pada masa ini
janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai
persediaan bulan pertama setelah lahir (Arisman, 2004).
Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah
tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet Fe,
frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe
merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan
menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi.
Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya
yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia
karena kekurangan asam folat (Depkes, 2009).
Konsumsi tablet besi sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan
kepatuhan ibu hamil. Kesadaran merupakan pendukung bagi ibu hamil
untuk patuh mengkonsumsi tablet Fe dengan baik. Tingkat kepatuhan
yang kurang sangat dipengaruhi oleh rendahnya kesadaran ibu hamil
dalam mengkonsumsi tablet besi, inipun besar kemungkinan mendapat
pengaruh melalui tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan. Kepatuhan ibu
hamil mengkonsumsi tablet besi tidak hanya dipengaruhi oleh kesadaran
saja, namun ada beberapa faktor lain yaitu bentuk tablet, warna, rasa dan
efek samping seperti mual, konstipasi (Lenveno, Kenneth J, 2009).
Pemeriksaan Antenatal adalah pelayanan kesehatan bagi ibu hamil
dan janinnya oleh tenaga profesional meliputi pemeriksaan kehamilan
sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal 4 kali pemeriksaan
selama kehamilan, 1 kali pada trimester satu, 1 kali pada trimester II dan
2 kali pada trimester III. Dengan pemeriksaan antenatal kejadian anemia
pada ibu dapat dideteksi sedini mungkin sehingga diharapkan ibu dapat
9
merawat dirinya selama hamil dan mempersiapkan persalinannya
(Isselbacher, 2012).
Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya
anemia. Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan
pemenuhan kebutuhan zat gizi belum optimal, sudah harus memenuhi
kebutuhan nutrisi janin yang dikandung (Isselbacher, 2012)
2.3.3 Epidemiologi Anemia pada Ibu Hamil
Menurut Arisman, 2004 adapun epidemiologi anemia pada ibu hamil yaitu:
1. Frekuensi ibu hamil dengan anemia cukup tinggi di Indonesia yaitu 63,5%, sedangkan di
amerika hanya 6%. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap ibu hamil
merupakan predisposisi anemia defesiensi pada ibu hamil di Indonesia.
2. Menurut WHO, 40% kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam
kehamilan.
3. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh anemia defesiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.
4. Defeisiensi besi merupakan defisiensi nutrisi yang paling sering ditemukan baik di negara
maju maupun negara berkembang. Risikonya meningkat pada kehamilan dan berkaitan
dengan asupan besi yang tidak adekuat dibandingkan kebutuhan pertumbuhan janin yang
cepat.
2.3.4 Etiologi Anemia defisiensi pada Wanita Hamil
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi. (Arisman, 2004) penyebab anemia
pada umumnya adalah sebagai berikut:
a. Kurang gizi (malnutrisi)
b. Kurang zat besi dalam diit
c. Malabsorpsi
d. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
e. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
Anemia defisiensi besi pada kehamilan disebabkan oleh :
a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.
b.Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.
10
c.Kurangnya zat besi dalam makanan.
d.Kebutuhan zat besi meningkat.
Anemia pada wanita hamil
a. Selama kehamilan seorang wanita mengalami peningkatan plasma darah sampai 30%, sel
darah 18% tetapi Hb hanya bertambah 19%. Akibatnya frekuensi anemia pada kehamilan
cukup tinggi 10% – 20%.
b. Wanita hamil cenderung terkena anemia pada 3 bulan terakhir, karena pada masa itu janin
menimbun cadangan zat besi untuk diri sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah
lahir.
c. Asupan yg kurang seperti pada kasus sangat mempengaruhi anemia yg timbul pada ibu.
d. Karena tambahan volum plasma lebih banyak dibanding dengan tambahan eritrosit, maka
kadar Hb, Ht, dan RBC relatif menurun. Namun, apabila kadar Hb < 11 g% pada terutama
pada akhir kehamilan, merupakan keadaan abnormal yang biasanya disebabkan oleh
kekurangan Fe.
2.3.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil
Menurut Lenveno, Kenneth J (2009) terdapat faktor-faktor yang ikut
berperan dalam terjadinya anemia. Faktor-faktor tersebut antara lain :
Malnutrisi atau kekurangan gizi.
Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan.
Ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah.
1) Malnutrisi atau kekurangan gizi
Di Indonesia kebanyakan ibu hamil menderita anemia kekurangan
gizi, dan pada pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa
kebanyakan anemia yang diderita masyarakat adalah karena
kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi
secara teratur dan peningkatan gizi.
2) Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan
Kehamialan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah dan pembentukan sel darah merah janin dan
plasenta. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan
akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia
pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi anemia
11
karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan
peningkatan volume 30 % sampai 40 % yang puncaknya pada
kehamilan 32 sampai 34 minggu. Setelah persalinan dengan lahirnya
placenta dan perdarahan, ibu akan kehilangan zat besi sekitar 900 mgr.
Saat laktasi, ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimal
sehingga dapat menyaipkan ASI untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia, laktasi tidak mungkin
dapat dilaksanakan dengan baik. Makin sering seorang wanita
mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan
zat besi dan mengalami makin anemis.
3) Ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah
Faktor pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan yang diperolehnya. Pengaruh
pendidikan seseorang menentukan perbedaan dalam menghadapi
masalah. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang pernah
ditempuh seseorang, maka semakin mudah menyerap informasi-
informasi baru. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih
memperhatikan kesehatan diri dan keluarga. Keberdayaan wanita
(woman empowerment) memungkinkan wanita lebih aktif dalam
menentukan sikap dan lebih mandiri dalam memutuskan hal yang
terbaik bagi dirinya termasuk kesehatan atau kehamilannya.
Kemiskinan, ketidakmampuan membayar pelayanan kesehatan yang
baik, keterjangkauan pelayanan kesehatan menyebabkan berkurangnya
akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan .
Disamping faktor-faktor diatas menurut Arisman (2004) terdapat faktor-
faktor lain yang ikut mempengaruhi terjadinya anemia, yaitu :
a) Usia ibu hamil
Yang dimaksud denganstatus reproduksi antara lain usia ibu hamil
(usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun) merupakan usia yang
beresiko untuk hamil dan melahirkan. Dalam kurun reproduksi sehat
dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah
usia 20 sampai 30 tahun. Resiko paling besar dihadapi oleh ibu yang
berusia dibaewah 17 tahun karena pada tahap ini wanita muda
12
masih mengalami pertumbuhan, sedangkan pada usia diatas 35
tahun,besar kemungkinan kesehatan reproduksi sudah tidak optimal
dan dapat menimbulkan berbagai penyulit kehamilan diantaranya
perdarahan dari uterus yang dapat menyebabkan terjadinya anemia.
b) Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu
baik lahir hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering
melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan
berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Semakin
banyak jumlah kelahiran yang dialami oleh seorang wanita akan
semakin tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi.Makin sering
seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin
banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Paritas dua
sampai tiga merupakan paritas paling aman, paritas tinggi (lebih
dari tiga) mempunyai resiko tinggi dan berpeluang pada angka
kematian lebih tinggi.
c) Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui tanpa
menghiraukan dari mana datangnya pengetahuan tersebut. Jadi
pada hakekatnya apa saja kita ketahui walaupun dari mimpi atau
berkhayal panca indera, pikiran, wahyu dan intuisi. Pengetahuan
merupakan dominan terpenting untuk terbentuknya tindakan
seseorang karena dari pengalaman, dari penelitian ternyata perilaku
didasari oleh pengetahuan.
Menurut Ali Khomsan tahun 2000 dalam Arisman 2004 kategori
pengetahuan dibagi dalamtiga kelompok yaitu baik, sedang, dan
kurang dengan kriteria sebagai berikut : baik > 80 %, sedang 60 –
80 %, kurang < 60 %.Kemiskinan, ketidakmampuan membayar
pelayanan yang baik, transportasi yang sulit juga merupakan faktor-
faktor yang ikut berperan.
2.3.6 Manifestasi Klinis Anemia Pada Ibu Hamil
13
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan
tekanan darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi.
Dan secara klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah
(malnutrisi). Guna memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak,
maka dikerjakan pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan darah
tepi. Pemeriksaan Hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan
standar ( Wiknjosastro, 2002).
Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui
beberapa tahap: awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi
dalam bentuk fertin di hati, saat konsumsi zat besi dari makanan tidak
cukup, fertin inilah yang diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat
rendah, Zat besi pada pangan hewan lebih tinggi penyerapannya yaitu 20
–30 % sedangkan dari sumber nabati 1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja
jantung akan dipacu lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan O2 ke semua
organ tubuh, akibatnya penderita sering berdebar dan jantung cepat lelah.
Gejala lain adalah lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang kunang,
mengantuk, selaput lendir , kelopak mata, dan kuku pucat (Mehta, 2006).
2.3.7 Klasifikasi Anemia Pada Ibu Hamil
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Wiknjosastro (2002), adalah
sebagai berikut:
1) Anemia Defisiensi Besi
2) Anemia Megaloblastik
3) Anemia Hipoplastik
4) Anemia Hemolitik
5) Anemia-anemia lain
2.3.8 Derajat Anemia Pada Ibu Hamil Dan Penentuan Kadar
Hemoglobin
Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin atau darah
merahnya kurang dari 11,00 gr%. Menururt Word Health Organzsation
(WHO) anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11 %
. Anemia pada ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu: Tidak
14
anemia : Hb >11 gr%, Anemia ringan : Hb 9-10.9gr%, Anemia sedang: Hb
7-8.9gr%,Anemia berat: Hb < 7 gr%(Depkes, 2009).
Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara
cyanmet, namun cara oxyhaemoglobin dapat pula dipakai asal
distandarisir terhadap cara cyanmet.Sampai saat ini baik di Puskesmas
maupun di Rumah Sakit masih menggunakan alat Sahli.
Dan pemeriksaan darah dilakukan tiap trimester dan minimal dua kali
selama hamil yaitu pada trimester I dan trimester III (Depkes , 2009).
Metoda Cyanmethemoglobin ini cukup teliti dan dianjurkan oleh
International Committee for Standar dization in Hemathology
(ICSH).Menurut cara ini darah dicampurkan dengan larutan drapkin untuk
memecahhemoglobin menjadi cyanmethemoglobin, daya serapnya
kemudian diukur pada 540 mm dalam kalorimeter fotoelekrit atau
spektrofotometer.Cara penentuan Hb yang banyak dipakai di Indonesia
ialah Sahli. Cara ini untuk di lapangan cukup sederhana tapi ketelitiannya
perlu dibandingkan dengan cara standar yang dianjurkan WHO (Depkes,
2009)
2.3.9 Prevalensi Anemia Pada Ibu Hamil
Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema
kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama dinegara
berkembang. Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO)
melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi
besi sekitar 35-75 % serta semakin meningkat seiring dengan
pertambahan usia kehamilan. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang
terhadap ibu hamil merupakan predisposisi anemia defisiensi besi pada
ibu hamil di Indonesia. Kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan
oleh defisiensi zat besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang
keduanya saling berinteraksi (Arisman, 2004).
Anemia lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang
berkembang, ketimbang negara yang sudah maju. Tiga puluh enam
persen (atau kira-kita 1400 juta orang) dari perkiraan populasi 3800 juta
orang di negara sedang berkembang menderita anemia. Sedangkan
15
prealensi di negara maju hanya sekitar 8% (atau kira-kita 100 juta orang)
dari perkiraan populasi 1200 juta orang (Arisman, 2004).
Masalah yang dihadapi pemerintah Indonesia adalah masih tingginya
prevalensi anemia pada ibu hamil dan sebagian besar penyebabnya
adalah kekurangan zat besi untuk pembentukan haemoglobin. Keadaan
kekurangan zat besi pada ibu hamil akan menimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak janin
(Depkes , 2009)
2.3.10 Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan
Perubahan hematology sehubungan dengan kehamilan adalah oleh
Karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45–65 % dari 6
trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan
meningkatnya sekitar 100 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta
kembali normal 3 bulan setelah partus, stimulasi yang meningkat volume
plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldesteron (Isselbacher, 2012).
2.3.11 Anemia Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil
a. Pengertian Anemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi Besi Adalah anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah. kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5
gr% pada trimester II (Depkes RI, 2009 ).
Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat
berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan
besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya menyebabkan
pembentukan hemoglobin berkurang. ADB ditandai oleh anemia
hiprokomik monositer dan hasil laboratorium yang menunjukkan
cadangan besi kososng. Berbeda dengan ADB, pada anemia karena
penyakit kronik penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang oleh
karena pelepasan besi dari system retikoluenditolium system yang
16
terganggu namaun cadangan besi normal. Pada anemia sideroblastik
penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang karena gangguan
mitokondria yang menyebabkan inkorporasi besi ke dalam heme
terganggu. Oleh kaena itu ketiga jenis anemia ini digolongkan sebagai
anemia dengan gangguan metabolisme besi.
(Sudoyo, Aru W, 2009)
Anemia defisiensi besi meruoakan anemia yang paling banyak
dijumpai, terutama di Negara-negara tropic atau Negara dunia ketiga,
karena sangat berkaitan erat dengan taraf social ekonomi. (Sudoyo, Aru
W, 2009)
b. Etiologi Anemia Defisiensi Besi
Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia
defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari
makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun
kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita
hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit
(Arisman, 2004).
Secara umum ada 3 penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu :
1) Kehilangan darah secara kronis, sebagai dampak pendarahan
kronis seperti pada penyakit ulkus peptikum, hemoroid, infestasi
parasit dan proses keganasan;
2) Asupan zat besi tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat;
3) Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel
darah merah yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan
bayi, masa puberstas, masa kehamilan dan menyusui.
Pada ibu hamil terjadi penambahan cairan tubuh (volume plasma)
yang tidak sebanding dengan penambahan sel darah merah.
Akibatnya kadar Hb menurun. Penurunan ini mulai timbul sejak usia
kehamilan 8 minggu sampai minggu ke 32 kehamilan. Walaupun
bervariasi, biasanya penambahan volume plasma pada wanita hamil
17
dapat mencapai 50 %, sedangkan peningkatan massa sel darah
merahnya 25 % saja.
Banyak berpantang makanan tertentu selagi hamil dapat
memperburuk keadaan anemia gizi besi. Biasanya ibu hamil enggan
makan daging, ikan, hati atau pangan hewani lainnya dengan alasan
yang tidak rasional. Padahal pangan hewani merupakan sumber zat
besi yang tinggi absorbsinya. Yakni antara 7 – 22 %, sedangkan pada
makanan nabati hanya sebesar 1 – 6 %. Ditambah dengan kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat
besi (seperti kopi dan teh) secara bersamaan pada waktu makan
dapat menyebabkan serapan zat besi semakin rendah.
Kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit
seperti cacing tambang (ankilostomadan nekator), schistosoma, dan
mungkin pula trichuris trichiura. Kasus-kasus tersebut lazim terjadi di
negara tropis (kebanyakan negara tropis terklasifikasi sebagai negara
belum dan sedang berkembang), lembab serta keadaan sanitasi yang
buruk.(Arisman 2004)
c. Prevalensi Anemia Zat besi
Anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi yang paling lazim
di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Perkiraan
prevalensi anemia secara global adalah sekitar 51%. Bandingkan
dengan prevalensi untuk balita yang sekitar 43%, anak sekolah 37%,
pria dewasa hanya 18% dan wanita tidak hamil 35%. Di tahun 1990,
prevalensi anemia kurang besi pada wanita hamil justru meningkat
sampai 55%. (Arisman, 2004)
d. Kebutuhan Zat Besi Pada Ibu Hamil
Selama kehamilan kebutuhan zat besi bertambah sejalan
perkembangan janin, plasenta dan peningkatan sel darah merah ibu.
Disamping itu pula volume darah ibu meningkat sehingga jumlah zat
besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah juga
mengalami peningkatan.
18
Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan
sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih
lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga volume darah
dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35 %. Ini ekuivalen
dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah.
Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk
janin. Jadi kebutuhan zat besi untuk setiap wanita berbeda-beda
sesuai siklus hidupnya, dimana wanita hamil perlu tambahan zat
besi sekitar 20 mg per hari.
Tabel 2.2 Sumber makanan yang mengandung zat besi
Jenis Zat Besi Sumber
Zat besi heme Daging, ikan, unggas, dan
hasil olahan darah
Bukan heme:
*Zat besi makanan Terutama terdapat dalam
serealia, umbi-umbian,
sayuran, kacang
*Zat besi cemaran Tanah, debu, air, wajan
besi, dll. Ketersedian
hayatinya rendah
*Zat besi fortifikasi Ketersediaan hayatinya
ditentukan oleh makanan
Sumber : Arisman, 2004
Kenaikan volume darah akan meningkat kebutuhan besi atau zat
besi. Jumlah besi yang diperlukan ibu hamil untuk mencegah anemia
akibat meningkatnya volume darah adalah 500Mg. Selama
kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih
1000Mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin
ibu sendiri.
19
Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah janin dan
plasenta (Mehta, 2006).
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil
mengalami Hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume
30 % sampai 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34
minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18 % sampai 30 % dan
hemoglobin sekitar 19 %. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar
11gr % maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan
anemia fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5 % sampai 10gr %
(Mehta, 2006).
d. Diagnosis Anemia Defisiensi Besi
Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat
dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan
keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan
keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. Kepucatan bisa
diperiksa pada telapak tangan, kuku dan konjungtiva palpebra
(Mehta, 2006).
Pemeriksaann kada Hb dan darah tepi, Pemeriksaan Hb
dengan Spektrofotometri merupakan standar. Manifestasi klinis dari
anemia defisiensi besi sangatbervariasi,bisa hampir tanpagejala,bisa
juga gejala–gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun
bisaditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit
dasarnya. Gejala–gejala dapat berupa kepalapusing, palpitasi,
berkunang-kunang dan perubahan jaringan epitel kuku,gangguan
system neurumuskular lesu, lemah, lelah, disphagia dan
pembesaran limpha.Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila
kadarhemoglobin <7 gr/dl maka gejala–gejala dan tanda–tanda
anemia akan jelas. Nilai ambang batas yang digunakan untuk
menentukan statusanemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO
tahun 1972 yangditetapkan dalam 3 kategori yaitu normal
(≥11gr/dl), anemia ringan (9-10gr/dl) dan anemia sedang (8-7 gr/dl)
20
dan anemia (<7 gr/dl). Berdasarkanhasil pemeriksaan darah
ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamiladalah sebesar 11,28
mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7,63 mg/dl dan tertinggi 14 .00
mg/dl.Ada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. (Arisman,
2004).
e. Penatalaksanaan Anemia Defisiensi Besi
Secara alami zat besi diperoleh dari makanan. Besi terdapat dalam
bahan makanan hewani, kacang–kacangan dan sayuran berwarna
hijau tua. Pemenuhan besi yang kurang oleh tubuh memang sering
dialami sebab rendahnya penyerapan besi didalam tubuh terutama
dari sumber besi nabati. Penyerapan besi asal bahan makanan
hewani dapat mencapai 10–20 %. Besi bahan makanan hewani(heme)
lebih mudah dari pada besi nabati (non heme).
Jumlah zat besi yang harus diserap tubuh setiap hari 1 mg atau
setara dengan 10-20 mg zat besi yang terkandung dalam makanan.
Zat besi pada pangan hewani (heme) lebih tinggi penyerapannya
yaitu 20-30% . Sedangkan sumber nabati (non heme) hanya 1-6 %.
Zat besi non heme absorbsinya dapat ditingkatkan apabila terdapat
kadar vitamin C yang cukup. Vitamin C dapat miningkatka absorbsi
zat besi non heme sampai dengan 4 kali lipat.Vitamin C dapat
membantu transfer zat besi dari darah ke dalam bentuk ferritin untuk
disimpan di hati dan membantu memproduksi beberapa enzim yang
mengandung besi. Jika terdapat sekitar 25-30 mg vitamin C dalam
menu makanan yang dapat meningkatkan absorbsi zat besi sebesar
85 %. Sedangkan jika terdapat 25-75mg vitamin C dalam menu
makanan yang dikombinasikan dengan 24-36 gr faktor dapat
meningkatkan absorbsi zat besi non heme sebesar 8
%.Penanggulangan anemia dan pemenuhan kebutuhan zat besi (Besi)
pada wanita hamil sudah dilakukan secara nasional dengan
pemberian suplemen tasi pil zat besi atau Tablet Tambah Darah.
Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet
21
mengandung 200 mg Besirro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan
0,25 asam folat.
Tabel 2.3 Program suplementasi besi pada ibu hamil
Prealensi anemia pada
ibu hamil
Besi Asam folat Lama pemberian
suplementasi
<40% 60mg 400 6 bulan selama
hamil
>40% 60mg 400 6 bulan selama
hamil, dilanjutkan
sampai 3 bulan
setelah melahirkan
Sumber : Arisman, 2004
a) Terapi oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu
ferosulfat, feroglukonat atau Natrium ferobisitrat. Pemberian
preparat besi 60mg/haridapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1
gr% tiap bulan. Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk
profilaksis anemia (Arisman, 2004).
b) Terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan
akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan,
penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua.
f. Dampak Anemia Defisiensi Besi
Dampak anemia pada wanita hamil dapat diamati dari besarnya
angka kesakitan dan kematian maternal, peningkatan angka
kesakitan dan kematian janin, serta peningkatan resiko terjadinya
BBLR. Penyebab utama kematian maternal antara lain pendarahan
pascapartum (disamping eklamsi dan penyakit infeksi) dan plasenta
previa yang kesemuanya bersumber pada anemia difisiensi (Wawan
Haryanta, 2009).
22
Data Depkes RI diketahui bahwa lebih dari 50% ibu hamil
menderita anemia.Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko
mendapatkan bayi berat lahir rendah (BBLR), risiko perdarahan
sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan
kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita
anemiaberat. Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah
nutrisi akan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada
fungsi plesenta terhadap janin.
Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal:
berat badan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini,
anemia pada masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan
lemah, perdarahan intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat
terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada
neonatus : premature, apgar scor rendah, gawat janin Bahaya pada
Trimester II dantrimester III, anemia dapat menyebabkan terjadinya
partus premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis
dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga
kematian ibu (Mehta, 2006)
g. Pendekatan Diagnosis Anemia
Anemia hanyalah suatu sindrom, bukan suatu kesatuan penyakit,
yang dapat disebabkan oleh beberapa penyakit dasar. Hal ini penting
diperhatikan dalam diagnosis anemia. Tahap-yahap dalam diagnosis
anemia yaitu :
Menentukan adanya anemia
Menentukan jenis anemia
Menentukan etiologi atau penyakit dasar anemia
Menentukan ada atau tidaknya penyakit penyertayang akan
memperngarhi hasil pengobatan (Sudoyo, aru W, 2009)
Gejala umum anemia menjaadi jelas (simtomatik)apabila kadar
Gemoglobin telah turun di bawah 7 g/dl. Berat ringannya gejala
23
anemia tergantung pada : a) derajat penurunan hemoglobin, b)
kecepatan penurunan hemoglobin, c) usia, d) adanya kelainan
jantung sebelumnya. Gejala anemia dapat digolongkan menjadi tiga
jenis yaitu :
1. Gejala umum anemia. Gejala umum anemia disebut juga
sindrom anemia. Timbul karena iskemia organ target akibat
mekanisme kompernsasi tubuh terhadap penurunan kadar
hemoglobin. Gejala ini muncul bila penurunan kadar
hemoglobin sampai dengan nilai >7 g/dl. Sindrom anemia
terdiri dari rasa lelah, lemah, lesu, telinga berdenging, mata
berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas, dan
dyspepsia. Pada pemeriksaan pasien tampak pucat, yang
mudah dilihat dalam konjungriva, mukosa mulut, telapak
tangan dan jaringan di bawah kuku.
2. Gejala khas masing-masing anemia. Gejala ini spesifik
untuk masing-masing anemia. Sebagai contoh:
Anemia defisiensi besi : disfagia, atrifi papil lidah,
stomatitis angularis, dan kuku sendok.
Anemia megaloblastik : glositis, gangguan neurologic
pada desisiensi vitamin B12
Anemia hemolitik : ikterus, splenomegali dan
hepatomegali
Anemia aplastik : pendarahan dan tanda-tanda infeksi
3. Gejala penyakit dasar. Gejala yang timbul akibat penyakit
dasar yang menyebabkan anemia sangat bervariasi tergantung
dari penyebab anemia tersebut. Misalnya gejala akibat cacimg
tambang meliputi, sakit perut, pembengkakan parotis dan
waena kuning pada telapak tangan. Pada kasus tertentu sering
gejala penyakit dasar lebih dominan, misalnya anemia oleh
penyakit kronis misalnya arthritis reumathoid. (Sudoyo, Aru W,
2009)
h. Pemeriksaan Khusus Diagnosis Anemia
24
Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, misalnya pada
Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC (Total iron binding
capacity) saturasi trasferin, protoporfin eritrosit, feritin serum,
receptor transferin, dan pengecatan besi sumsum tulang
Anemia megaloblastik : folat serum, vitamin B12 serum, tes
supresi deoksiuridin dan tes Schiling
Anemia hemolitik : bilirubin serum, tes Coomb, elektroforesis,
hemoglobin dan lain-lain
Anemia aplastik : biopsy sumsum tulang
Juga diperlukan pemeriksaan non-hematologik tertentu seperti
misalnya pemeriksaan faal hati, faal ginjal atau faal tiroid (Sudoyo,
Aru W, 2009)
i. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Defisiensi Besi
Sejauh ini ada 4 pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi zat
besi yaitu :
1) Pemberian tablet atau suntikan zat besi
2) Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan
asupan zat besi melalui makanan
3) Pengawasan penyakit infeksi dan
4) Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi. Tablet zat besi
dalam bentuk ferro lebih mudah diserap ketimbang bentuk ferri.
Dosis suplementatif yang dianjurkan dalam satu hari adalah dua
tablet (satu tablet mengandung 60 mg Fe dan 200 mg asam
folat) yang dimakan paruh kedua kehamilan karena pada saat
tersebut kebutuhan akan zat besi sangat tinggi.
Efek samping tablet zat besi berupa pengaruh yang tidak
menyenangkan seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah dan
diare (kadang konstipasi) sehingga orang cenderung menolaknya.
Penolakan tersebut sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan
mereka bahwa selama kehamilan mereka memerlukan tambahan zat
besi. Agar mengerti, para wanita hamil harus diberikan pendidikan
yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat
25
anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab
anemia adalah defisiensi zat besi.Meningkatkan ketersediaan hayati
zat besi yang dimakan, yaitu dengan jalan mempromosikan makanan
yang dapat memacu dan menghindarkan pangan yang bisa
mereduksi penyerapan zat besi (Mehta, 2006).
Pengawasan penyakit infeksi ini memerlukan upaya kesehatan
masyarakat pencegahan seperti: penyediaan air bersih, perbaikan
sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan. Fortifikasi makanan
yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat
merupakan inti pengawasan anemia diberbagai negara.Fortifikasi
makanan merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan
defisiensi besi (Arisman, 2006).
2.3.12 Anemia Megaloblastik
a. Pengertian Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik berhubungan dengan gambaran abnormal
eritroblas sumsum tulang, dimana perkembangan inti (Nukleus)
terlambat dan kromatin inti memiliki gambaran terbuka menyerupai
renda. Terdapat defek pada sintesis DNA yang biasanya disebabkan
oleh defisiensi vitamin B12 atau folat (Mehta, 2006)
Tabel 2.4 Penyebab defisiensi folat
Penyebab defisiensi
folat
Contoh Kasus
Nutrisional Terutama usia lanjut, kebiasaan,
kemiskinan, kelaparan
Malabsorbsi Enteropati yang diinduksi gluten,
dermatitis
Penggunaan berlebih Fisiologis(Kehamilan dan menyusui,
prematuritas) Patologis (penyakit
hematologis, penyakit keganasan,
penyakit inflamasi)
Obat-obatan Antikonvulsan, sulfasalazin
Sumber : Arisman, 2007
26
b. Penatalaksanaan Anemia Megaloblastik
1. Asam folat 15 –mg per hari
2. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
3. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
4. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban
sehingga dapat diberikan transfusi darah (Mehta, 2006)-.
2.3.13 Anemia Hipoplastik
a. Pengertian Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi
sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik
diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi
lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosit.
2.3.14 Anemia Hemolitik
a. Pengertian Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan
penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat
dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi
hamil; apabila ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi lebih
berat. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan
gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila
terjadi kelainan pada organ-organ vital.Pengobatannya tergantung
pada jenis anemia hemolitik dan beratnya anemia. Obat-obat
penambah darah tidak memberi hasil. Tranfusi darah, kadang
dilakukan berulang untuk mengurangi penderitaan ibu dan
menghindari bahaya hipoksia janin (Mehta, 2006)
2.3.15 Anemia-Anemia Lain
Seorang wanita yang menderita anemia, misalnya berbagai jenis
anemia hemolitik herediter atau yang diperoleh seperti anemia
27
karena malaria, cacing tambang, penyakit ginjal menahun, penyakit
hati, tuberkulosis, sifilis, tumor ganas dan sebagainya dapat menjadi
hamil. Dalam hal ini anemianya menjadi lebih berat dan
berpengaruh tidak baik pada ibu dalam masa kehamilan, persalinan,
nifas serta berpengaruh pula bagi anak dalam kandungan.
Pengobatan ditujukan pada sebab pokok anemianya, misalnya
antibiotika untuk infeksi, obat-obat anti malaria, anti sifilis obat
cacing dan lain-lain. (Mehta, 2006)
28
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Nama Kegiatan
Tugas Pengenalan Profesi dengan judul “Anemia Defisiensi pada Wanita Hamil”.
3.2 Lokasi Pelaksanaan
Tugas pengenalan profesi blok VIII dilakukan di tempat yang ditentukan
3.2 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan
3.3.1 Pelaksanaan di Puskesmas
Tempat : Puskesmas Merdeka
Tanggal : 25 September 2014
Waktu : 08.00 – 11.00 WIB
3.4 Subyek Tugas Kelompok
Subyek tugas mandiri pada tugas pengenalan profesi blok VIII adalah wanita hamil
penderita anemia defisiensi yang ada di Puskesmas
3.5 Alat Dan Bahan
1. Alat Tulis.
2. Kamera.
3. Daftar checklist.
3.6 Metode Pelaksanaan
29
Metode pelaksanaan dilakukan dengan wawancara secara langsung pada ibu hamil
yang menderita anemia defisiensi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan TPP di Puskesmas
Pelaksanaan TPP di Puskesmas dilaksanakan pada hari Kamis, 25 Mei 2014 di
Puskesmas Merdeka. Tiba di Puskesmas Merdeka pukul 08.10 WIB. Ketika sampai di
Puskesmas Merdeka, perwakilan kelompok TPP 2 segera menemui kepala Puskesmas
agar mendapatkan izin untuk melakukan observasi pada Pasien ibu hamil yang menderita
Anemia defisiensi dengan cara melakukan Anamnesa dan pemeriksaan fisik Anemia.
Setelah mendapatkan izin untuk melakukan observasi, kepala puskesmas meminta
asistennya untuk mengantarkan kelompok TPP 2 ke ruangan KIA (tempat pasien hamil
melakukan pemeriksaan rutin) dan memperkenalkan kami kepada petugas yang sedang
berjaga di ruangan tersebut. Sebelum melakukan Observasi kelompok TPP 2
merencanakan pembagian tugas karena ruangan KIA tempat melakukan pemeriksaan
kehamilan rutin memiliki tempat yang terbatas. Kelompok TPP 2 melakukan observasi
secara bergiliran. Pemeriksaan kehamilan rutin di Puskesmas Merdeka efektif dari jam
08.00 sampai 11.00 WIB.
Pada pelaksanaan TPP di Puskesmas Merdeka observasi di awali dengan
menanyakan kepada petugas jaga di ruang pemeriksaan kehamilan mengenai hasil
laboratorium pada ibu hamil yang sedang melakukan pemeriksaan rutin dan kemungkinan
menderita anemia dengan melihat hasil laboratorium Hemoglobin (Hb) yang terlampir di
kartu pemeriksaan laboratorium. Pada saat observasi, kami mendapatkan lima pasien ibu
hamil yang sedang melakukan pemeriksaan kehamilan rutin dengan masa kandungan yang
berbeda-beda dan hasil pemeriksaan laboratorium yang berbeda-beda. Setelah melihat
hasil kadar Hemoglobin (Hb) pada ibu hamil yang melakukan pemeriksaan rutin
30
kehamilan, kami melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik anemia kepada ibu hamil
tersebut untuk dapat menegakkan diagnosis Anemia Defisiensi.
4.2 Hasil
Adapun hasil dari observasi dengan Anamnesa dan pemeriksaan fisik pada ke-lima
pasien yang melakukan pemeriksaan kehamilan rutin, adalah sebagai berikut :
Saat diperiksa hasil laboratorium pada wanita hamil yang melakukan pemeriksaan
kehamilan rutin di puskesmas, nilai Hemoglobin (Hb) yang ditemukan pada pasien
wanita hamil di Puskesmas Merdeka yaitu :
1) Nama : Lia
Usia : 22 th
Usia kehamilan : 7,5 bulan
Nilai Hb : 9 gr/dl (Anemia Ringan)
Alamat : 27 ilir
Hasil Anamnesis :
No Pertanyaan Keterangan
1 Apakah badan terasa lemah? Iya, terkadang badan merasa lemah
2 Pada saat kapan merasakan badan lemah?
Disaat malam hari
31
3 Apakah lemah dirasakan saat beraktifitas dan hilang saat beristirahat?
Tidak juga, terkadang saat sedang tidak
beraktifitas tubuh juga dapat merasa lemas
sesekali
4 Apakah Ibu merasakan: Demam
(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Mual(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Sesak nafas(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Pucat(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Konsetrasi menurun(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Mudah mengantuk(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Tidak menentu, memang ada kalau demam, tapi itu ketika usia awal kehamilan
Saat ini saya rasa tidak, tapi ketika usia awal kehamilan memang sering, terlebih ketika mengkonsumsi obat
Saat beraktivitas nafas terasa lebih berat
Pucat
Tidak
Iya, biasanya ketika pagi hari
5 Faktor apa saja yang memperberat keluhan?
Kondisi tubuh yang cepat letih
6 Apakah pernah merasa lemah sebelumnya?
Tidak pernah, rasanya berbeda dengan
ketika belum hamil
7 Pernah mengkonsumsi obat untuk memperingan keluhan?
Iya, obat dan vitamin dari puskesmas
8 Bagaimana pola makan dan minum: Apakah terjadi penurunan
nafsu makan? Apakah mengkonsumsi tablet
Fe dan as folat pada masa kehamilan?
Mengkonsumsi apa saja pada masa kehamilan?
Apakah terdapat pantangan makan saat masa kehamilan?
Sehari makan berapa kali?
Nafsu makan malah bertambah
Iya, konsumsi obat anjuran dari puskesmas
Sering mengkonsumsi roti, daging, ikan laut, tapi sayur jarang
Tidak ada pantangan khusus
32
Bagaimana porsinya? Mengkonsumsi apa utk
meningkatkan nafsu makan? Ekonomi rendah?
6 porsiTidak ada konsumsi khususIya
Tambahan anamnesis :
1) Hamil? Usia kehamilan berapa? Anak keberapa? Apakah anak sebelumnya merasakan keluhan yang sama?/ Apakah sekarang sedang menyusui?Jawab: Usia kehamilan 8 bulan, tidak sedang menyusui
2) Apakah pernah mengalami operasi? / Pendarahan di gusi? /kencing beradarah? / batuk berdarah?/ BAB hitam? / muntah berdarah?/ muntah hitam?Jawab: tidak pernah
3) Apakah merasakan pusing?/ saat beraktivitas, perubahan posisi, atau saat beristirahat?Jawab: saat beraktivitas
4) Apakah berdebar?/ saat beraktivitas, saat beristirahat?Jawab: Jantung terasa berdebar terutama saat beraktivitas
5) Apakah pernah merasakan keluhan serupa sebelumnya?Jawab: Tidak pernah
6) Pernah memiliki riwayat darah sulit membeku?Jawab: Tidak
7) Apakah pernah ada riwayat pernikahan kerabat pada keluarga?Jawab: Tidak ada
8) Menanyakan hasil laboratorium (jika ada)?Jawab: Belum ada
Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi gneralis (kulit pucat)2) Pemeriksaan kepala
Konjungtiva anemis = anemis Skelera = tidak Ujung sudut mulut bercak pucat keputihan / bengkak = tidak Membuka mulut (atrofi papil lidah, lidah licin dan menghilang papilnya,
lidah kotor) = lidah tampak pucat.
33
Mata silau (gangguan penglihatan) = iya Sulit saat menelan = tidak Pembesaran KGB (+/-) = tidak
3) Pemerikasaan ekstremitas atas dan bawah Kuku sendok (koilonychia) = tidak Kuku rapuh = tidak Kuku berwarna pucat = iya Telapak tangan (Pucat) = iya
Sumber : Sudoyo, aru W, 2009; Mehta, 2006
34
2) Nama : Sri Mardiasi
Usia : 33 th
Usia kehamilan : Trimester 3
Nilai Hb : 10 gr/dl (Anemia Ringan)
Alamat : Jl. Remon 27 ilir
Hasil Anamnesis :
No Pertanyaan Keterangan
1 Apakah badan terasa lemah? Untuk saat ini saya tidak merasakan gejala tersebut
2 Pada saat kapan merasakan badan lemah?
3 Apakah lemah dirasakan saat beraktifitas dan hilang saat beristirahat?
Ya, lemah dirasakan ketika sedang beraktifitas
4 Apakah Ibu merasakan: Demam
(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Mual(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Sesak nafas(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Pucat(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Konsetrasi menurun(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Mudah mengantuk(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Tidak ada demam untuk saat ini, tetapi dulunya juga ada terdapat demam sesekali
Pastinya merasa mual, khususnya pada usia awal kehamilan dan ketika mengkonsumsi obat penambah darah
Dari awal usia kehamilan hingga saat ini tidak pernah mengalami gejala sesak nafas
5 Faktor apa saja yang memperberat keluhan? Kecapekan karena kerja berat
35
6 Apakah pernah merasa lemah sebelumnya?
7 Pernah mengkonsumsi obat untuk memperingan keluhan?
Alora 1x sehari dengan anjuran dokter
8 Bagaimana pola makan dan minum: Apakah terjadi penurunan
nafsu makan? Apakah mengkonsumsi
tablet Fe dan as folat pada masa kehamilan?
Mengkonsumsi apa saja pada masa kehamilan?
Apakah terdapat pantangan makan saat masa kehamilan?
Sehari makan berapa kali? Bagaimana porsinya? Mengkonsumsi apa utk
meningkatkan nafsu makan?
Ekonomi rendah?
Mengkonsumsi susu dan vitamin dari dokter
2x sehari (Pagi: susu, siang: nasi dan lauk pauk)
Mengkonsumsi makanan kesukaan (Ikan dan daging-daging)
Tidak, suami-istri bekerja sebagai wiraswasta
Tambahan anamnesis :
1) Hamil? Usia kehamilan berapa? Anak keberapa? Apakah anak sebelumnya merasakan keluhan yang sama?/ Apakah sekarang sedang menyusui?Jawab: Sedang hamil pada trimester ke-3
2) Apakah pernah mengalami operasi? / Pendarahan di gusi? /kencing beradarah? / batuk berdarah?/ BAB hitam? / muntah berdarah?/ muntah hitam?Jawab: Tidak ada semua gejala tersebut
3) Apakah merasakan pusing?/ saat beraktivitas, perubahan posisi, atau saat beristirahat?Jawab: Merasakan pusing hanya ketika melakukan aktivitas yang berat
4) Apakah berdebar?/ saat beraktivitas, saat beristirahat?Jawab: Jantung terasa berdebar terutama saat beraktivitas
5) Apakah pernah merasakan keluhan serupa sebelumnya?Jawab: Tidak pernah
6) Pernah memiliki riwayat darah sulit membeku?Jawab: Tidak
7) Apakah pernah ada riwayat pernikahan kerabat pada keluarga?
36
Jawab: Tidak ada
8) Menanyakan hasil laboratorium (jika ada)?Jawab: Belum ada
Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi gneralis (kulit pucat) = pucat2) Pemeriksaan kepala
Konjungtifa anemis = anemis Skelera = tidak ikterik Ujung sudut mulut bercak pucat keputihan / bengkak = Membuka mulut (atrofi papil lidah, lidah licin dan menghilang papilnya,
lidah kotor) = Lidah tampak pucat Mata silau (gangguan penglihatan)= Sulit saat menelan = Pembesaran KGB (+/-) =
3) Pemerikasaan ekstremitas atas dan bawah Kuku sendok (koilonychia) = Kuku rapuh = Kuku berwarna pucat = Telapak tangan (Pucat) =
Sumber : Sudoyo, aru W, 2009; Mehta, 2006
37
3) Nama : Pipin
Usia : 30 th
Usia kehamilan : 5 bulan
Nilai Hb : 10 gr/dl (Anemia ringan)
Alamat : Jl. Kemang manis
Hasil Anamnesis :
No Pertanyaan Keterangan
1 Apakah badan terasa lemah? Untuk sekarang tidak merasa lemah
2 Pada saat kapan merasakan badan lemah?
Pada saat ingin melakukan aktivitas yang berat, badan dirasakan tidak mampu
3 Apakah lemah dirasakan saat beraktifitas dan hilang saat beristirahat?
Iya saat beraktivitas berat terasa tidak mampu
4 Apakah Ibu merasakan: Demam
(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Mual(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Sesak nafas(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Pucat(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Konsetrasi menurun(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Mudah mengantuk(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Untuk saat ini tidak, tetapi demam juga pernah terjadi dalam masa kehamilan ini
Saat ini tidak merasakan mual, tapi pada trimester awal kehamilan sering terjadi mual
Pernah mengalami sesak nafas
Pucat
Tidak ada
Mudah mengantuk di waktu pagi hari
5 Faktor apa saja yang memperberat keluhan? Kelelahan saat beraktivitas
6 Apakah pernah merasa lemah sebelumnya? Pernah, saat kehamilan 3-4 bulan
38
7 Pernah mengkonsumsi obat untuk memperingan keluhan?
Konsumsi obat dari dokter
8 Bagaimana pola makan dan minum: Apakah terjadi penurunan
nafsu makan? Apakah mengkonsumsi
tablet Fe dan as folat pada masa kehamilan?
Mengkonsumsi apa saja pada masa kehamilan?
Apakah terdapat pantangan makan saat masa kehamilan?
Sehari makan berapa kali? Bagaimana porsinya? Mengkonsumsi apa utk
meningkatkan nafsu makan? Ekonomi rendah?
Iya,di awal kehamilan
Iya, vitamin dan obat dari dokter puskesmas
Konsumsi susu dan buah-buahan
Tidak ada3x sehari dan banyak ngemil
suami kerja buruh, saya IRT
Tambahan anamnesis :
1). Hamil? Usia kehamilan berapa? Anak keberapa? Apakah anak sebelumnya merasakan keluhan yang sama?/ Apakah sekarang sedang menyusui?Jawab: Usia kehamilan trimester ke-2
2). Apakah pernah mengalami operasi? / Pendarahan di gusi? /kencing beradarah? / batuk berdarah?/ BAB hitam? / muntah berdarah?/ muntah hitam?Jawab: Tidak pernah, semua keadaan normal
3) Apakah merasakan pusing?/ saat beraktivitas, perubahan posisi, atau saat beristirahat?Jawab: Sedikit pusing ketika beraktivitas
4) Apakah berdebar?/ saat beraktivitas, saat beristirahat?Jawab: Jantung terasa berdebar terutama saat beraktivitas
5) Apakah pernah merasakan keluhan serupa sebelumnya?Jawab: Tidak pernah
6) Pernah memiliki riwayat darah sulit membeku?Jawab: Tidak
7) Apakah pernah ada riwayat pernikahan kerabat pada keluarga?
39
Jawab: Tidak ada
8) Menanyakan hasil laboratorium (jika ada)?Jawab: Belum ada
Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi gneralis (kulit pucat) = tidak2) Pemeriksaan kepala
Konjungtiva anemis = anemis Skelera = Tidak ikterik Ujung sudut mulut bercak pucat keputihan / bengkak = Membuka mulut (atrofi papil lidah, lidah licin dan menghilang papilnya,
lidah kotor) = Lidah tampak pucat Mata silau (gangguan penglihatan) = Penglihatan gelap Sulit saat menelan = tidak Pembesaran KGB (+/-) = tidak ada
3) Pemerikasaan ekstremitas atas dan bawah Kuku sendok (koilonychia) = tidak ada Kuku rapuh = tidak ada Kuku berwarna pucat = tidak ada Telapak tangan (Pucat) = tidak ada
Sumber : Sudoyo, aru W, 2009; Mehta, 2006
40
4) Nama : Feni
Usia : 26 th
Usia kehamilan : 8 bulan
Nilai Hb : 10,5 (Anemia Ringan)
Alamat : Jl. Sekanak
Hasil Anamnesis :
No Pertanyaan Keterangan
1 Apakah badan terasa lemah? Ya, badan terasa lemah
2 Pada saat kapan merasakan badan
lemah?
Badan terasa lemah khususnya ketika
melakukan aktivitas
3 Apakah lemah dirasakan saat
beraktifitas dan hilang saat
beristirahat?
Dulunya ketika awal-awal masa kehamilan
memang sering sekali merasa lemah walaupun
tidak melakukan aktivitas apalagi ketika
melakukan aktivitas.
4 Apakah Ibu merasakan: Demam
(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Mual(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Sesak nafas(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Pucat(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Konsetrasi menurun(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Mudah mengantuk(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Saat ini tidak, tapi demam juga sering datang tapi pada saat yang tidak menentu
Sering sekali merasa mual, khususnya ketika
mengkonsumsi pil, obat penambah darah
Sejak awal masa kehamilan tidak pernah merasakan sesak nafas
Sampai saat ini rasanya saya tidak pernah pucat
Tidak pernah
Ya, mudah mengantuk, khususnya di waktu
pagi hari. Rasanya ketika mau beraktivitas
41
menjadi sungkan karena kantuk.
5 Faktor apa saja yang memperberat keluhan? -----------
6 Apakah pernah merasa lemah sebelumnya? Kalau sebelum usia kehamilan kondisi tubuh
normal-normal saja
7 Pernah mengkonsumsi obat untuk memperingan keluhan?
Sering, karena dianjurkan dokter mengonsumsi
dengan merk “samkobion”.
8 Bagaimana pola makan dan minum: Apakah terjadi penurunan
nafsu makan? Apakah mengkonsumsi
tablet Fe dan as folat pada masa kehamilan?
Mengkonsumsi apa saja pada masa kehamilan?
Apakah terdapat pantangan makan saat masa kehamilan?
Sehari makan berapa kali? Bagaimana porsinya? Mengkonsumsi apa utk
meningkatkan nafsu makan?
Ekonomi rendah?
Tidak, saya selalu mengonsumsi makanan sehat
Iya, dikonsumsi rutin
Sayuran, daging, nasi, dll.
Tidak ada pantanganMakan 3 x sehariPorsinya cukup seperti biasa
Kalau untuk peningkatan nafsu tidak ada menggunakan obat
Penghasilan berkecukupan
Tambahan anamnesis :
1) Hamil? Usia kehamilan berapa? Anak keberapa? Apakah anak sebelumnya merasakan keluhan yang sama?/ Apakah sekarang sedang menyusui?Jawab: Usia hamil 8 bulan, mengandung anak ke-3.
2) Apakah pernah mengalami operasi? / Pendarahan di gusi? /kencing beradarah? / batuk berdarah?/ BAB hitam? / muntah berdarah?/ muntah hitam?Jawab: Tidak pernah
3) Apakah merasakan pusing?/ saat beraktivitas, perubahan posisi, atau saat beristirahat?Jawab: Kepala terasa pusing dan berat saat melakukan aktivitas yang cukup berat
4) Apakah berdebar?/ saat beraktivitas, saat beristirahat?Jawab: Jantung terasa berdebar terutama saat beraktivitas
5) Apakah pernah merasakan keluhan serupa sebelumnya?Jawab: Tidak pernah
42
6) Pernah memiliki riwayat darah sulit membeku?Jawab: Tidak
7) Apakah pernah ada riwayat pernikahan kerabat pada keluarga?Jawab: Tidak ada
8) Menanyakan hasil laboratorium (jika ada)?Jawab: Belum ada
Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi gneralis (kulit pucat) = tidak pucat2) Pemeriksaan kepala
Konjungtiva anemis = tidak anemis Skelera = tidak ikterik Ujung sudut mulut bercak pucat keputihan / bengkak = terdapat becak putih Membuka mulut (atrofi papil lidah, lidah licin dan menghilang papilnya,
lidah kotor) = lidah tampak pucat Mata silau (gangguan penglihatan) = tidak Sulit saat menelan = tidak Pembesaran KGB (+/-) = tidak ada
3) Pemerikasaan ekstremitas atas dan bawah Kuku sendok (koilonychia) = tidak ada Kuku rapuh = tidak ada Kuku berwarna pucat = iya Telapak tangan (Pucat) = sedikit pucat
43
Pasien Anemia (tidak hamil)
5) Nama : Usmel
Usia : 18 th
Nilai Hb : 9,3
Alamat : Jl. Poligon
Hasil Anamnesis :
No Pertanyaan Keterangan
1 Apakah badan terasa lemah?
2 Pada saat kapan merasakan badan
lemah?
3 Apakah lemah dirasakan saat
beraktifitas dan hilang saat
beristirahat?
4 Apakah Ibu merasakan: Demam
(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Mual(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Sesak nafas(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Pucat(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Konsetrasi menurun(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
Mudah mengantuk(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)
5 Faktor apa saja yang memperberat keluhan?
44
6 Apakah pernah merasa lemah sebelumnya?
7 Pernah mengkonsumsi obat untuk memperingan keluhan?
8 Bagaimana pola makan dan minum: Apakah terjadi penurunan
nafsu makan? Apakah mengkonsumsi
tablet Fe dan as folat pada masa kehamilan?
Mengkonsumsi apa saja pada masa kehamilan?
Apakah terdapat pantangan makan saat masa kehamilan?
Sehari makan berapa kali? Bagaimana porsinya? Mengkonsumsi apa utk
meningkatkan nafsu makan?
Ekonomi rendah?
Tambahan anamnesis :
1) Keluhan apa yang paling sering dialami?Jawab:
2) Apakah pernah mengalami operasi? / Pendarahan di gusi? /kencing beradarah? / batuk berdarah?/ BAB hitam? / muntah berdarah?/ muntah hitam?Jawab:
3) Apakah merasakan pusing?/ saat beraktivitas, perubahan posisi, atau saat beristirahat?Jawab:
4) Apakah berdebar?/ saat beraktivitas, saat beristirahat?Jawab:
5) Apakah pernah merasakan keluhan serupa sebelumnya?Jawab:
6) Pernah memiliki riwayat darah sulit membeku?Jawab:
45
7) Apakah pernah ada riwayat pernikahan kerabat pada keluarga?Jawab:
8) Menanyakan hasil laboratorium (jika ada)?Jawab:
Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi gneralis (kulit pucat) = 2) Pemeriksaan kepala
Konjungtiva anemis = Skelera = Ujung sudut mulut bercak pucat keputihan / bengkak = Membuka mulut (atrofi papil lidah, lidah licin dan menghilang papilnya,
lidah kotor) = Mata silau (gangguan penglihatan) = Sulit saat menelan = Pembesaran KGB (+/-) =
3) Pemerikasaan ekstremitas atas dan bawah Kuku sendok (koilonychia) = Kuku rapuh = Kuku berwarna pucat = Telapak tangan (Pucat) =
46
4.3 Pembahasan
Pada pelaksanaan Observasi TPP blok VIII ini ditemukan 4 pasien anemia defisiensi
pada wanita hamil dan 1 pasien anemia defisiensi pada wanita tidak hamil di Puskesmas
Merdeka. Nilai minimal hemoglobin pada wanita hamil yang melakukan pemeriksaan di
puskesmas Merdeka adalah 9 gr/dl dan nilai maksimal hemoglobin pada ibu hamil di
puskesmas merdeka adalah 10,5 gr/dl. Pasien ibu hamil dikatakan menderita anemia jika
nilai hemoglobin < 11 gr/dl atau > 5 gr/dl dan nilai Hemoglobin untuk pasien wanita
anemia yang tidak hamil 9,5 gr/dl. Pasien Wanita tidak hamil dikatakan anemia jika nilai
hemoglobin < 12,5 gr/dl.
Pada hasil pemeriksaan Anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ibu hamil yang
menderita anemia defisiensi tidak banyak ditemukan gejala khas anemia defisiensi besi
maupun anemia defisiensi asam folat, namun hanya ditemukan gejala sindrom anemia
secara umum saja. Seperti wajah, konjungtiva palpebra dan bibir terlihat pucat, disertai
lemah, pusing, demam, mudah mengantuk, sesak nafas dan pandangan gelap saat akan
berdiri dari duduk. Tidak ditemukan gejala khas seperti koilonikia, cheilitis, disphagia
pada anemia defisiensi Fe dan gangguan neurologis pada anemia defisiensi asam folat. hal
ini kemungkinan terjadi karena gejala sindrom anemia defisiensi dipengaruhi oleh kadar
Hb, kadar Fe dan Asam folat yang turun tidak terlalu rendah dan masih tercukupi untuk
proses pembentukan hemoglobin. Untuk gejala khas anemia defisiensi besi yang paling
sering ditemukan adalah atrofi papil lidah. Tidak ditemukan juga adanya tanda-tanda
perdarahan dan kelainan pada BAB dan BAK yang mengindikasikan adanya penyebab
anemia selain defisiensi. Tanda vital dari masing-masing penderita anemia defisiensi juga
masih menunjukkan keadaan normal. Ibu hamil yang menderita anemia defisiensi
mengaku pernah mengalami keluhan bertambah berat saat masa kehamilan di trimester
awal dan trimester tengah lalu perlahan-lahan mulai kembali seperti normal saat di
trimester terakhir, hal ini kemungkinan terjadi akibat peningkatan kebutuhan zat besi di
trimester awal dan tengah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil dan janinnya.
Untuk mengatasi dan mencegah keluhan anemia defisiensi selama masa kehamilan,
mereka mengaku rutin mengkonsumsi obat atau vitamin penambah darah 3x1 perhari
yang diberikan oleh pihak puskesmas dari masa kehamilan awal sampai akhir masa
kehamilan dan dianjurkan dikonsumsi sampai 3 bulan setelah melahirkan. Vitamin dan
obat penambah darah tersebut berkhasiat untuk membantu mencegah terjadinya anemia
defisiensi pada kehamilan, namun tetap saja ada pasien ibu hamil yang menderita anemia
defisiensi, hal ini kemungkinan dikarenakan kurangnya kepatuhan pasien dalam
47
mengkonsumsi obat yang dianjurkan dan ditambah kurangnya asupan nutrisi melalui porsi
makanan sehari-hari karena ada ibu hamil yang mengaku nafsunya makannya berkurang
pada trimester awal dan hanya makan 2x dalam 1 hari, namun kebanyakan dari mereka
mengaku jika porsi makanan yang biasa mereka makan cukup memenuhi kebutuhan
seperti nasi, daging, ikan laut, sayur, buah dan susu. Faktor resiko lain yang dapat
menimbulkan sindrom anemia defisiensi adalah status sosial dan ekonomi yang ikut
mempengaruhi terjadinya anemia defisiensi pada ibu hamil di Puskesmas Merdeka,
dimana rata-rata ibu hamil yang mengalami anemia defisiensi berasal dari kalangan status
sosial dan ekonomi rendah yang juga memiliki pengetahuan rendah tentang asupan nutrisi
pada masa kehamilan. Faktor resiko yang menyebabkan bertambah beratnya keluhan
sindrom anemia defisiensi selanjutnya adalah melakukan aktivitas sampai kelelahan,
dimana terjadi peningkatan kebutuhan oksigen dan nutrisi ke jaringan, sehingga
menyebabkan perlunya asupan nutrisi yang cukup untuk melakukan aktivitas berlebih.
Pada pasien wanita anemia tidak hamil, tidak ditemukan gejala sindrom anemia
defisiensi yang khas. Namun, hanya ditemukan gejala sindrom anemia secara umum
seperti konjungtiva palpebra, wajah, bibir dan kuku terlihat pucat,sering merasakan
keluhan pusing, lesu, lemah serta pandangan gelap saat beraktivitas berat. Tidak
ditemukan juga adanya penyebab lain anemia seperti perdarahan dan penyakit kronis.
Pasien wanita anemia tidak hamil yang kami temui mengaku bahwa ia memang
mengalami penurunan nafsu makan disertai sering muntah-muntah sehabis makan. Setelah
berobat ke dokter, pasien mengaku diberi vitamin penambah darah dan mulai
memperbaiki nafsu makannya.
Adapun obat dan vitamin penambah darah yang kami dapatkan di puskesmas adalah
alora,
No. Nama Obat Indikasi
1. Alora caplet Multivitamin dan mineral untuk
hamil dan pasca melahirkan
48
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Adapun kesimpulan pada pelaksanaan TPP Blok VIII ini yaitu :
1. Pada pelaksanaan TPP di Puskesmas Merdeka kami
mendapatkan 4 pasien anemia defisiensi ringan pada wanita
hamil dan 1 pasien normal pada wanita tidak hamil dengan
kadar Hb minimal 9 gr/dl dan kadar Hb maksimal 10,5 gr/dl
2. Gejala sindrom anemia defisiensi pada wanita hamil
dipengaruhi oleh penurunan nilai kadar Hb yang diakibatkan
oleh adanya defisiensi bahan pembentukan hemoglobin dan
sel darah merah terutama besi dan asam folat pada wanita
hamil, jika kadar Hb turun terlalu rendah maka gejala sindrom
anemia bisa bertambah berat.
3. Gejala sindrom Anemia defisiensi pada wanita hamil yang
sering ditemukan adalah wajah, konjungtiva palpebra dan bibir terlihat
pucat, disertai lemah, pusing, demam, mudah mengantuk, sesak nafas dan
pandangan gelap saat akan berdiri dari duduk.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia defisiensi
pada wanita hamil yang ditemui di Puskesmas Merdeka adalah
status sosial dan ekonomi rendah, pengetahuan tentang
asupan nutrisi selama masa kehamilan yang rendah, porsi
makan sehari-hari dan melakukan aktivitas berlebih sehingga
bertambahnya kebutuhan asupan nutrisi untuk pembentukan
hemoglobin dan sel darah merah.
5. Tidak ditemukan banyak perbandingan gejala sindrom anemia
defisiensi pada wanita hamil dan wanita tidak hamil.
6. Mendiagnosis pasien anemia defisiensi dapat dilakukan
dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang (kadar Hb, serum iron, TIBC, saturasi trasferin,
feritin serum, reseptor trasferin untuk anemia defisiensi besi
49
dan pemeriksaan folat serum, vitamin B12 serum, tes supresi
deoksiuridin dan tes Schiling untuk anemia megaloblastik)
7. Untuk pencegahan dan penatalaksanaan pada wanita hamil,
dapat dilakukan dengan mengkonsumsi preparat besi dan as.
Folat. Selain itu juga disarankan rajin control ke dokter untuk
memeriksakan kehamilannya. Jika diketahui gejala sindrom
anemia semakin berat maka harus dilakukan rujukan ke
rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut.
5.2 Saran
Adapun saran pada pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi kali ini adalah:
1. Diharapkan kepada semua anggota kelompok TPP lebih memahami topik
kasus yang dilaksanakan sehingga dapat menggali informasi yang lebih baik
lagi kepada pasien.
2. Pada pelaksanaan TPP selanjutnya diharapkan peserta TPP dapat
meningkatkan kerja sama baik dari awal pembuatan proposal hingga
dilaksanakannya`sidang pleno TPP.
3. Pada pelaksanaan TPP selanjutnya diharapkan peserta TPP membawa Jas Lab
pada saat melakukan observasi.
50
LAMPIRAN
1. Data hasil laboratorium pemeriksaan Hb ibu hamil di Puskesmas Merdeka
51
2. Dokumentasi bersama petugas puskesmas
3. Dokumentasi wawancara pasien Puskesmas Merdeka
52
4. Dokumentasi pemeriksaan fisik anemia pasien Puskesmas Merdeka
53
DAFTAR PUSTAKA
Arisman.2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC
Bakta, IM. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
Dorland, Newman. 2012. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC
Departemen Kesehatan RI.2009.Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Isselbacher, Braundwald and Wilson dkk. 2012. Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Hal 26. Jakarta: EGC
Klebanoff MA, Shiono PH, Selby JV, et al. Anemia and spontaneous preterm birth. Am J Obstet Gynecol. 1991; 164:59-63
Lenveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Markum HA. Diagnostik dan penanggulangan anemia defisiensi. Dalam: Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak FKUI I; 1982, Jakarta: IKA FKUI, 1982. h. 5-13.
54
Mehta, Atul. 2006. At a Glance Hematologi. Jakarta : Erlangga
Price and Wilson, 2003 Patofisiologi
Proverawati, A.(2011).Anemia dan Anemia Kehamilan.Yogyakarta: Nuha Medika.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC
Sudoyo, aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing
Wawan Haryanta, (2009), Hubungan antarakadar hemoglobin rendah pada ibu hamil trimester tiga dengan berat bayi lahir rendah di bangsal gladiol BPK Rumah Sakit Umum Kabupaten Magelang Tahun 2008 Volume 11 no4 tahun 2009.
Wiknjosastro, H (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
WHO. Prevalensi anemia pada wanita: tabulasi dari informasi yang tersedia. 2nd ed. Jenewa: Organisasi Kesehatan Dunia, 1992
55