ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

73
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia atau lebih dikenal dengan istilah “kurang darah” adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin di bawah nilai normal, dimana nilai normal kadar hemoglobin di dalam tubuh berkisar antara 12-14g%. WHO (World Health Organization) menetapkan bahwa kadar hemoglobin normal pada wanita hamil adalah > 11g% . Maka, kadar hemoglobin < 11g% pada wanita hamil dapat sebagai suatu keadaan anemia pada kehamilan. Namun pada negara berkembang seperti Indonesia dan negara – negara berkembang lainnya, WHO menetapkan definisi anemia dalam kehamilan adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin < 10g%. Prevalensi terjadinya anemia pada wanita hamil di Indonesia cukup tinggi yaitu berkisar 20%-80%, tetapi pada umumnya banyak penelitian yang menunjukan prevalensi anemia pada wanita hamil yang lebih besar dari 50% . Sehingga dapat dikatakan 5 dari 10 wanita hamil di Indonesia menderita Anemia. WHO melaporkan bahwa prevalensi anemia pada kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester III. Dari beberapa penyebab terjadinya anemia pada kehamilan, anemia defisiensi besi merupakan keadaan yang paling sering ditemukan. Anemia dalam kehamilan dapat berakibat fatal TPP Kelompok 2 Blok VIII 1

Transcript of ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

Page 1: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia atau lebih dikenal dengan istilah “kurang  darah” adalah suatu keadaan

dimana kadar hemoglobin di  bawah nilai normal, dimana nilai normal kadar hemoglobin

di dalam tubuh berkisar antara 12-14g%. WHO (World Health Organization) menetapkan

bahwa kadar hemoglobin normal pada wanita hamil adalah > 11g% . Maka, kadar

hemoglobin < 11g% pada wanita hamil  dapat  sebagai suatu keadaan anemia pada

kehamilan. Namun pada negara berkembang seperti Indonesia dan negara – negara

berkembang lainnya, WHO menetapkan definisi anemia dalam kehamilan adalah suatu

keadaan dimana kadar hemoglobin < 10g%.

Prevalensi terjadinya anemia pada wanita hamil di Indonesia cukup tinggi yaitu

berkisar 20%-80%, tetapi pada umumnya banyak penelitian yang menunjukan prevalensi

anemia pada wanita hamil yang lebih besar dari 50% . Sehingga dapat dikatakan 5 dari 10

wanita hamil di Indonesia menderita Anemia. WHO melaporkan bahwa prevalensi

anemia pada kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester

III.

Dari beberapa penyebab terjadinya anemia pada kehamilan, anemia defisiensi besi

merupakan keadaan yang paling sering ditemukan. Anemia dalam kehamilan dapat

berakibat fatal mulai dari kelahiran prematur sampai kematian ibu dan bayi. Menurut

WHO 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia pada

kehamilan. Mengingat masih tingginya angka prevalensi anemia pada kehamilan dan

fatalnya risiko yang diakibatkan, maka sangatlah penting bagi masyarakat dan para

praktisi kesehatan untuk lebih memperhatikan masalah ini.

Kasus ini mengarah pada salah satu tujuan dari blok ini yaitu mahasiswa

diharapkan mampu memahami konsep penyakit yang berkaitan dengan Hematologi dan

Limfatik . Berdasarkan tujuan dari blok tersebut, maka kami dari kelompok 2 tugas

pengenalan profesi bermaksud untuk melakukan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi

(TPP) dengan judul yaitu “Identifikasi Penyakit Anemia Defisiensi Pada Wanita Hamil

di Puskesmas”.

1

Page 2: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja gejala dan tanda anemia defisiensi pada wanita hamil ?

2. Apa faktor resiko anemia defisiensi yang sering terjadi pada wanita hamil ?

3. Bagaimana cara mendiagnosis anemia defisiensi pada wanita hamil ?

4. Bagaimana penatalaksanaan anemia defisiensi pada wanita hamil ?

5. Bagaimana tindakan preventif anemia defisiensi pada wanita hamil ?

6. Bagaimana perbandingan gejala anemia defisiensi pada wanita hamil dan wanita tidak

hamil ?

1.3 Tujuan Pelaksanaan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memahami kasus anemia defisiensi pada wanita hamil di puskesmas.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gejala dan tanda anemia defisiensi pada wanita hamil

2. Untuk mengetahui faktor resiko anemia defisiensi yang sering terjadi pada wanita

hamil

3. Untuk mengetahui cara mendiagnosis anemia defisiensi pada wanita hamil

4. Untuk mengetahui penatalaksanaan anemia defisiensi pada wanita hamil

5. Untuk mengetahui tindakan preventif anemia defisiensi pada wanita hamil

6. Untuk mengetahui perbandingan gejala anemia defisiensi pada wanita hamil dan

wanita tidak hamil ?

1.4 Manfaat

a. Manfaat Teoritis

1.Memahami klasifikasi Anemia

2.Mengetahui Faktor resiko anemia defisiensi yang sering terjadi pada wanita hamil

b. Manfaat Praktik

1. Mahasiswa mampu mengetahui gejala dan tanda anemia defisiensi pada wanita

hamil

2. Mahasiswa mengetahui cara mendiagnosis anemia defisiensi pada wanita hamil

3. Untuk mengetahui penatalaksanaan anemia defisiensi pada wanita hamil

2

Page 3: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

4. Mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung dari orang yang pernah menderita

anemia defisiensi

5. Untuk mengetahui tindakan preventif anemia defisiensi pada wanita hamil

6. mengetahui konseling terhadap wanita hamil yang anemia defisiensi

3

Page 4: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Anemia

Menurut definisi, anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal

jumlah SDM, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells (hematokrit) per

100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan suatu

cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis

yang seksama, pemeriksaan fisik, dan korfirmasi laboratorium. (Price and Wilson, 2003)

Karena semua sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan

manifestasi klinis yang luas, bergantung pada (1) kecepatan timbulnya anemia, (2) usia

individu, (3) mekanisme kompensasi, (4) tingkat aktivitasnya, (5) keadaan penyakit yang

mendasarinya, dan (6) beratnya anemia. Karena jumlah efektif SDM berkurang, maka

pengiriman O2 kejaringan menurun. Kehilangan darah yang mendadak (30 % atau lebih)

dapat menyebabkan gejala-gejala hipovolemia, hipoksemia, termasuk kegelisahan,

diaforesis, takikardia, nafas pendek, dan berkembang cepat menjadi kolaps sirkulasi atau

syok. (Price and Wilson, 2003)

Anemia menurut WHO yang dikutip oleh Stuart Gillespie (1996) diartikan sebagai

suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) lebih rendah dari keadaan normal untuk

kelompok yang bersangkutan. WHO telah menggolongkan penetapan kadar normal

hemoglobin dalam berbagai kelompok seperti di bawah ini:

Tabel 1.1

Kadar Hemoglobin Normal

Kelompok Hemoglobin (%)

Dewasa Wanita

Wanita hamil

Laki-laki

12

11

14

Anak - anak 6 bulan - 6 tahun

6 tahun - 14 tahun

11

12

Sumber : WHO, 1993 dalam Stuart Gillespie et all. (1996)

2.2 Jenis-Jenis Anemia

4

Page 5: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

Berdasarkan penyebab, jenis anemia dibagi menjadi :

1. Anemia defisiensi besi yaitu anemia yang terjadi karena

kekurangan zat besi.

2. Anemia megaloblastik yaitu anemia yang terjadi karena

kekurangan vitamin B12.

3. Anemia hemolitik yaitu anemia yang terjadi karena pemecahan sel-

sel darah lebih cepat dari pembentukan.

4. Anemia aplastik yaitu anemia yang terjadi karena gangguan

pembentukan sel-sel darah.

Selain itu, Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi dan

etiologi. Klasifikasi morfologi didasarkan pada ukuran dan kandungan

hemoglobin (Mehta, 2006).

Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel :

a. Anemia mikrositik : penyebab utamanya yaitu defisiensi besi dan

talasemia (gangguan Hb)

b. Anemia normositik : contohnya yaitu anemia akibat penyakit

kronis seperti gangguan ginjal.

c. Anemia makrositik : penyebab utama yaitu anemia pernisiosa,

anemia akibat konsumsi alcohol, dan anemia megaloblastik.

Tabel 2.2 Klasifikasi Anemia

Klasifikasi anemia

Makrositik ( MCV >98 fL)Megaloblastik Defisiensi vitamin B12 atau folatLain-lain Alkohol Penyakit hati Miksedema Retikulositosis Kehamilan Mieloma NeonatalNormositik ( MCV <78-98 fL)Sebagian besar anemia hemolitikAnemia sekunderKasus campuran

Mikrositik (MCV <78 fL; MCH biasanya juga <27pg/L)Defisiensi besiTalasemiaDefek hemoglobin lainnyaAnemia pada gangguan kronikAnemia sideroblastik kongenital

5

Page 6: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

Sumber ; Mehta,2006

Secara garis besar, etiologi anemia dapat disebabkan karena :

1. Peningkatan destruksi eritrosit, contohnya pada penyakit : gangguan

sistem imun, talasemia.

2. Penurunan produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia

aplastik, kekurangan nutrisi.

3. Kehilangan darah dalam jumlah besar, contohya akibat perdarahan

akut, perdarahan kronis, menstruasi, ulser kronis dan trauma.

Kata anemia menunjukan kemampuan darah mengangkit O2 di bawah

normal dan ditandai oleh hematokrit yang rendah. Anemia dapat

disebabkan karena penurunan laju eritropoesis, kehilangan eritrosit dalam

jumlah besar, atau defisiensi kandungan hemoglobin eritrosit. Berbagai

kausa anemia dapat dikelompokkan menjadi enam kategori (Sherwood,

2012):

1. Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi dalam makanan suatu

faktor yang dibutuhkan untuk eritropoiesis

2. Anemia pernisiosa disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh

menyerap vitamin B12 yang masuk melalui makanan dari saluran

cerna. Vitamin b12 penting untuk pematangan dan pembentukan

SDM.

3. Anemia aplastik disebabkan karena kegagalan sumsum tulang

menghasilkan cukup SDM, meskipun semua bahan yang dibutuhkan

eritropoesis tersedia.berkurangnya kemampuan eritropoesis dapat

disebabkan karena destruksi sumsum tulang merah oleh bahan

kimia toksik, pajanan berlebihan terhadap radiasi, invasi sumsum

tulang oleh sel kanker, atau kemoterapi untuk kanker.

4. Anemia ginjal dapat terjadi akibat penyakit ginjal. Karena

eritropoetin dihasilkan oleh ginjal yang merupakan rangsang

utamayang mendorong eritropoesis.

5. Anemia pendarahan disebabkan karena keluarnya banyak darah,

kehilangan darah yang bersifat akut misalnya karena luka, atau

kronik misalnya darah haid yang berlebihan.

6

Page 7: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

6. Anemia hemolitik disebabkan karena pecahnya eritrosit dalam

darah yang berlebihan. Hemolisis, atau ruptur SDM disebabkan

karena faktor internal atau eksternal seperti pada inasi SDM oleh

parasit malaria atau karena kelainan darah misalnya pada penyakit

sel sabit.

2.3 Anemia Pada Ibu Hamil

2.3.1. Definisi Anemia Pada Ibu Hamil

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam

darahnya kurang dari 12 gr%. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu

dengan kadar haemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau

kadar haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas

tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi karena

hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Wiknjosastro, 2002).

Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut

hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang

dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi

pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut:

plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah

dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai

puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro,

2002).

Anemia kehamilan disebut “Potential Danger to Mother and Child”

(potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia

memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam

pelayanan kesehatan pada lini terdepan. Pengaruh anemia dalam

kehamilan diantaranya adalah dapat menyebabkan perdarahan (Lenveno,

Kenneth J, 2009).

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi,

kekurangan asam folat, infeksi dan kelainan darah, jenis anemia yang

7

Page 8: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

pengobatannya relatif mudah bahkan murah. Anemia pada kehamilan

merupakan masalah Nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan

sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap

kualitas sumber daya manusia (Lenveno, Kenneth J, 2009).

2.3.2. Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil

Penyebab anemia umumnya adalah kurang gizi, kurang zat besi,

kehilangan darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit –penyakit

kronik. Dalam kehamilan penurunan kadar hemoglobin yang dijumpai

selama kehamilan disebabkan oleh karena dalam kehamilan keperluan zat

makanan bertambah dan terjadinya perubahan-perubahan dalam darah

diantaranya penambahan volume plasma yang relatif lebih besar daripada

penambahan massa hemoglobin dan volume sel darah merah. Darah

bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau

hipervolemia. Namun bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika

dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi

pengenceran darah (Proverawati ,2011).

Di mana pertambahan tersebut adalah sebagai berikut : plasma

30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap

sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat

bagi wanita hamil tersebut. Pengenceran ini meringankan beban jantung

yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat

hipervolemia tersebut, keluaran jantung (cardiac output) juga meningkat.

Kerja jantung ini lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi

perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik (Proverawati ,2011)

Selama hamil volume darah meningkat 50 % dari 4 ke 6 L, volume

plasma meningkat sedikit menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan

nilai hematokrit.Penurunan ini lebih kecil pada ibu hamil yang

mengkonsumsi zat besi. Kenaikan volume darah berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan perfusi dari uteroplasenta. Ketidakseimbangan

antara kecepatan penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke

dalam sirkulasi ibu biasanya memuncak pada trimester kedua (Proverawati

,2011).

8

Page 9: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai

dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif.

Untuk dapat mencapai keseimbangan gizi maka setiap orang harus

menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan

makanan yaitu Karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan

susu. Seringnya ibu hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung zat

yang menghambat penyerapan zat besi seperti teh, kopi, kalsium. Wanita

hamil cenderung terkena anemia pada triwulan III karena pada masa ini

janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai

persediaan bulan pertama setelah lahir (Arisman, 2004).

Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah

tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet Fe,

frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe

merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan

menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi.

Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya

yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia

karena kekurangan asam folat (Depkes, 2009).

Konsumsi tablet besi sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan

kepatuhan ibu hamil. Kesadaran merupakan pendukung bagi ibu hamil

untuk patuh mengkonsumsi tablet Fe dengan baik. Tingkat kepatuhan

yang kurang sangat dipengaruhi oleh rendahnya kesadaran ibu hamil

dalam mengkonsumsi tablet besi, inipun besar kemungkinan mendapat

pengaruh melalui tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan. Kepatuhan ibu

hamil mengkonsumsi tablet besi tidak hanya dipengaruhi oleh kesadaran

saja, namun ada beberapa faktor lain yaitu bentuk tablet, warna, rasa dan

efek samping seperti mual, konstipasi (Lenveno, Kenneth J, 2009).

Pemeriksaan Antenatal adalah pelayanan kesehatan bagi ibu hamil

dan janinnya oleh tenaga profesional meliputi pemeriksaan kehamilan

sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal 4 kali pemeriksaan

selama kehamilan, 1 kali pada trimester satu, 1 kali pada trimester II dan

2 kali pada trimester III. Dengan pemeriksaan antenatal kejadian anemia

pada ibu dapat dideteksi sedini mungkin sehingga diharapkan ibu dapat

9

Page 10: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

merawat dirinya selama hamil dan mempersiapkan persalinannya

(Isselbacher, 2012).

Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya

anemia. Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan

pemenuhan kebutuhan zat gizi belum optimal, sudah harus memenuhi

kebutuhan nutrisi janin yang dikandung (Isselbacher, 2012)

2.3.3 Epidemiologi Anemia pada Ibu Hamil

Menurut Arisman, 2004 adapun epidemiologi anemia pada ibu hamil yaitu:

1. Frekuensi ibu hamil dengan anemia cukup tinggi di Indonesia yaitu 63,5%, sedangkan di

amerika hanya 6%. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap ibu hamil

merupakan predisposisi anemia defesiensi pada ibu hamil di Indonesia.

2. Menurut WHO, 40% kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam

kehamilan.

3. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh anemia defesiensi besi dan

perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.

4. Defeisiensi besi merupakan defisiensi nutrisi yang paling sering ditemukan baik di negara

maju maupun negara berkembang. Risikonya meningkat pada kehamilan dan berkaitan

dengan asupan besi yang tidak adekuat dibandingkan kebutuhan pertumbuhan janin yang

cepat.

2.3.4 Etiologi Anemia defisiensi pada Wanita Hamil

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan

akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi. (Arisman, 2004) penyebab anemia

pada umumnya adalah sebagai berikut:

a. Kurang gizi (malnutrisi)

b. Kurang zat besi dalam diit

c. Malabsorpsi

d. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain

e. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

Anemia defisiensi besi pada kehamilan disebabkan oleh :

a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.

b.Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.

10

Page 11: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

c.Kurangnya zat besi dalam makanan.

d.Kebutuhan zat besi meningkat.

Anemia pada wanita hamil

a. Selama kehamilan seorang wanita mengalami peningkatan plasma darah sampai 30%, sel

darah 18% tetapi Hb hanya bertambah 19%. Akibatnya frekuensi anemia pada kehamilan

cukup tinggi 10% – 20%.

b. Wanita hamil cenderung terkena anemia pada 3 bulan terakhir, karena pada masa itu janin

menimbun cadangan zat besi untuk diri sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah

lahir.

c. Asupan yg kurang seperti pada kasus sangat mempengaruhi anemia yg timbul pada ibu.

d. Karena tambahan volum plasma lebih banyak dibanding dengan tambahan eritrosit, maka

kadar Hb, Ht, dan RBC relatif menurun. Namun, apabila kadar Hb < 11 g% pada terutama

pada akhir kehamilan, merupakan keadaan abnormal yang biasanya disebabkan oleh

kekurangan Fe.

2.3.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil

Menurut Lenveno, Kenneth J (2009) terdapat faktor-faktor yang ikut

berperan dalam terjadinya anemia. Faktor-faktor tersebut antara lain :

Malnutrisi atau kekurangan gizi.

Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan.

Ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah.

1) Malnutrisi atau kekurangan gizi

Di Indonesia kebanyakan ibu hamil menderita anemia kekurangan

gizi, dan pada pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa

kebanyakan anemia yang diderita masyarakat adalah karena

kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi

secara teratur dan peningkatan gizi.

2) Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan

Kehamialan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan

jumlah sel darah merah dan pembentukan sel darah merah janin dan

plasenta. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan

akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia

pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi anemia

11

Page 12: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan

peningkatan volume 30 % sampai 40 % yang puncaknya pada

kehamilan 32 sampai 34 minggu. Setelah persalinan dengan lahirnya

placenta dan perdarahan, ibu akan kehilangan zat besi sekitar 900 mgr.

Saat laktasi, ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimal

sehingga dapat menyaipkan ASI untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia, laktasi tidak mungkin

dapat dilaksanakan dengan baik. Makin sering seorang wanita

mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan

zat besi dan mengalami makin anemis.

3) Ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah

Faktor pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami pengetahuan yang diperolehnya. Pengaruh

pendidikan seseorang menentukan perbedaan dalam menghadapi

masalah. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang pernah

ditempuh seseorang, maka semakin mudah menyerap informasi-

informasi baru. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih

memperhatikan kesehatan diri dan keluarga. Keberdayaan wanita

(woman empowerment) memungkinkan wanita lebih aktif dalam

menentukan sikap dan lebih mandiri dalam memutuskan hal yang

terbaik bagi dirinya termasuk kesehatan atau kehamilannya.

Kemiskinan, ketidakmampuan membayar pelayanan kesehatan yang

baik, keterjangkauan pelayanan kesehatan menyebabkan berkurangnya

akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan .

Disamping faktor-faktor diatas menurut Arisman (2004) terdapat faktor-

faktor lain yang ikut mempengaruhi terjadinya anemia, yaitu :

a) Usia ibu hamil

Yang dimaksud denganstatus reproduksi antara lain usia ibu hamil

(usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun) merupakan usia yang

beresiko untuk hamil dan melahirkan. Dalam kurun reproduksi sehat

dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah

usia 20 sampai 30 tahun. Resiko paling besar dihadapi oleh ibu yang

berusia dibaewah 17 tahun karena pada tahap ini wanita muda

12

Page 13: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

masih mengalami pertumbuhan, sedangkan pada usia diatas 35

tahun,besar kemungkinan kesehatan reproduksi sudah tidak optimal

dan dapat menimbulkan berbagai penyulit kehamilan diantaranya

perdarahan dari uterus yang dapat menyebabkan terjadinya anemia.

b) Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu

baik lahir hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering

melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan

berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Semakin

banyak jumlah kelahiran yang dialami oleh seorang wanita akan

semakin tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi.Makin sering

seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin

banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Paritas dua

sampai tiga merupakan paritas paling aman, paritas tinggi (lebih

dari tiga) mempunyai resiko tinggi dan berpeluang pada angka

kematian lebih tinggi.

c) Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui tanpa

menghiraukan dari mana datangnya pengetahuan tersebut. Jadi

pada hakekatnya apa saja kita ketahui walaupun dari mimpi atau

berkhayal panca indera, pikiran, wahyu dan intuisi. Pengetahuan

merupakan dominan terpenting untuk terbentuknya tindakan

seseorang karena dari pengalaman, dari penelitian ternyata perilaku

didasari oleh pengetahuan.

Menurut Ali Khomsan tahun 2000 dalam Arisman 2004 kategori

pengetahuan dibagi dalamtiga kelompok yaitu baik, sedang, dan

kurang dengan kriteria sebagai berikut : baik > 80 %, sedang 60 –

80 %, kurang < 60 %.Kemiskinan, ketidakmampuan membayar

pelayanan yang baik, transportasi yang sulit juga merupakan faktor-

faktor yang ikut berperan.

2.3.6 Manifestasi Klinis Anemia Pada Ibu Hamil

13

Page 14: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan

tekanan darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi.

Dan secara klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah

(malnutrisi). Guna memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak,

maka dikerjakan pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan darah

tepi. Pemeriksaan Hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan

standar ( Wiknjosastro, 2002).

Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui

beberapa tahap: awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi

dalam bentuk fertin di hati, saat konsumsi zat besi dari makanan tidak

cukup, fertin inilah yang diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat

rendah, Zat besi pada pangan hewan lebih tinggi penyerapannya yaitu 20

–30 % sedangkan dari sumber nabati 1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja

jantung akan dipacu lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan O2 ke semua

organ tubuh, akibatnya penderita sering berdebar dan jantung cepat lelah.

Gejala lain adalah lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang kunang,

mengantuk, selaput lendir , kelopak mata, dan kuku pucat (Mehta, 2006).

2.3.7 Klasifikasi Anemia Pada Ibu Hamil

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Wiknjosastro (2002), adalah

sebagai berikut:

1) Anemia Defisiensi Besi

2) Anemia Megaloblastik

3) Anemia Hipoplastik

4) Anemia Hemolitik

5) Anemia-anemia lain

2.3.8 Derajat Anemia Pada Ibu Hamil Dan Penentuan Kadar

Hemoglobin

Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin atau darah

merahnya kurang dari 11,00 gr%. Menururt Word Health Organzsation

(WHO) anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11 %

. Anemia pada ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu: Tidak

14

Page 15: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

anemia : Hb >11 gr%, Anemia ringan : Hb 9-10.9gr%, Anemia sedang: Hb

7-8.9gr%,Anemia berat: Hb < 7 gr%(Depkes, 2009).

Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara

cyanmet, namun cara oxyhaemoglobin dapat pula dipakai asal

distandarisir terhadap cara cyanmet.Sampai saat ini baik di Puskesmas

maupun di Rumah Sakit masih menggunakan alat Sahli.

Dan pemeriksaan darah dilakukan tiap trimester dan minimal dua kali

selama hamil yaitu pada trimester I dan trimester III (Depkes , 2009).

Metoda Cyanmethemoglobin ini cukup teliti dan dianjurkan oleh

International Committee for Standar dization in Hemathology

(ICSH).Menurut cara ini darah dicampurkan dengan larutan drapkin untuk

memecahhemoglobin menjadi cyanmethemoglobin, daya serapnya

kemudian diukur pada 540 mm dalam kalorimeter fotoelekrit atau

spektrofotometer.Cara penentuan Hb yang banyak dipakai di Indonesia

ialah Sahli. Cara ini untuk di lapangan cukup sederhana tapi ketelitiannya

perlu dibandingkan dengan cara standar yang dianjurkan WHO (Depkes,

2009)

2.3.9 Prevalensi Anemia Pada Ibu Hamil

Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema

kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama dinegara

berkembang. Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO)

melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi

besi sekitar 35-75 % serta semakin meningkat seiring dengan

pertambahan usia kehamilan. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang

terhadap ibu hamil merupakan predisposisi anemia defisiensi besi pada

ibu hamil di Indonesia. Kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan

oleh defisiensi zat besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang

keduanya saling berinteraksi (Arisman, 2004).

Anemia lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang

berkembang, ketimbang negara yang sudah maju. Tiga puluh enam

persen (atau kira-kita 1400 juta orang) dari perkiraan populasi 3800 juta

orang di negara sedang berkembang menderita anemia. Sedangkan

15

Page 16: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

prealensi di negara maju hanya sekitar 8% (atau kira-kita 100 juta orang)

dari perkiraan populasi 1200 juta orang (Arisman, 2004).

Masalah yang dihadapi pemerintah Indonesia adalah masih tingginya

prevalensi anemia pada ibu hamil dan sebagian besar penyebabnya

adalah kekurangan zat besi untuk pembentukan haemoglobin. Keadaan

kekurangan zat besi pada ibu hamil akan menimbulkan gangguan atau

hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak janin

(Depkes , 2009)

2.3.10 Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan

Perubahan hematology sehubungan dengan kehamilan adalah oleh

Karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari

pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45–65 % dari 6

trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan

meningkatnya sekitar 100 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta

kembali normal 3 bulan setelah partus, stimulasi yang meningkat volume

plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi

aldesteron (Isselbacher, 2012).

2.3.11 Anemia Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil

a. Pengertian Anemia Defisiensi Besi

Anemia Defisiensi Besi Adalah anemia yang terjadi akibat

kekurangan zat besi dalam darah. kondisi ibu dengan kadar hemoglobin

di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5

gr% pada trimester II (Depkes RI, 2009 ).

Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat

berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan

besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya menyebabkan

pembentukan hemoglobin berkurang. ADB ditandai oleh anemia

hiprokomik monositer dan hasil laboratorium yang menunjukkan

cadangan besi kososng. Berbeda dengan ADB, pada anemia karena

penyakit kronik penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang oleh

karena pelepasan besi dari system retikoluenditolium system yang

16

Page 17: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

terganggu namaun cadangan besi normal. Pada anemia sideroblastik

penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang karena gangguan

mitokondria yang menyebabkan inkorporasi besi ke dalam heme

terganggu. Oleh kaena itu ketiga jenis anemia ini digolongkan sebagai

anemia dengan gangguan metabolisme besi.

(Sudoyo, Aru W, 2009)

Anemia defisiensi besi meruoakan anemia yang paling banyak

dijumpai, terutama di Negara-negara tropic atau Negara dunia ketiga,

karena sangat berkaitan erat dengan taraf social ekonomi. (Sudoyo, Aru

W, 2009)

b. Etiologi Anemia Defisiensi Besi

Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia

defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari

makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun

kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita

hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit

(Arisman, 2004).

Secara umum ada 3 penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu :

1) Kehilangan darah secara kronis, sebagai dampak pendarahan

kronis seperti pada penyakit ulkus peptikum, hemoroid, infestasi

parasit dan proses keganasan;

2) Asupan zat besi tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat;

3) Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel

darah merah yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan

bayi, masa puberstas, masa kehamilan dan menyusui.

Pada ibu hamil terjadi penambahan cairan tubuh (volume plasma)

yang tidak sebanding dengan penambahan sel darah merah.

Akibatnya kadar Hb menurun. Penurunan ini mulai timbul sejak usia

kehamilan 8 minggu sampai minggu ke 32 kehamilan. Walaupun

bervariasi, biasanya penambahan volume plasma pada wanita hamil

17

Page 18: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

dapat mencapai 50 %, sedangkan peningkatan massa sel darah

merahnya 25 % saja.

Banyak berpantang makanan tertentu selagi hamil dapat

memperburuk keadaan anemia gizi besi. Biasanya ibu hamil enggan

makan daging, ikan, hati atau pangan hewani lainnya dengan alasan

yang tidak rasional. Padahal pangan hewani merupakan sumber zat

besi yang tinggi absorbsinya. Yakni antara 7 – 22 %, sedangkan pada

makanan nabati hanya sebesar 1 – 6 %. Ditambah dengan kebiasaan

mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat

besi (seperti kopi dan teh) secara bersamaan pada waktu makan

dapat menyebabkan serapan zat besi semakin rendah.

Kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit

seperti cacing tambang (ankilostomadan nekator), schistosoma, dan

mungkin pula trichuris trichiura. Kasus-kasus tersebut lazim terjadi di

negara tropis (kebanyakan negara tropis terklasifikasi sebagai negara

belum dan sedang berkembang), lembab serta keadaan sanitasi yang

buruk.(Arisman 2004)

c. Prevalensi Anemia Zat besi

Anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi yang paling lazim

di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Perkiraan

prevalensi anemia secara global adalah sekitar 51%. Bandingkan

dengan prevalensi untuk balita yang sekitar 43%, anak sekolah 37%,

pria dewasa hanya 18% dan wanita tidak hamil 35%. Di tahun 1990,

prevalensi anemia kurang besi pada wanita hamil justru meningkat

sampai 55%. (Arisman, 2004)

d. Kebutuhan Zat Besi Pada Ibu Hamil

Selama kehamilan kebutuhan zat besi bertambah sejalan

perkembangan janin, plasenta dan peningkatan sel darah merah ibu.

Disamping itu pula volume darah ibu meningkat sehingga jumlah zat

besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah juga

mengalami peningkatan.

18

Page 19: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan

sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih

lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga volume darah

dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35 %. Ini ekuivalen

dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah.

Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk

janin. Jadi kebutuhan zat besi untuk setiap wanita berbeda-beda

sesuai siklus hidupnya, dimana wanita hamil perlu tambahan zat

besi sekitar 20 mg per hari.

Tabel 2.2 Sumber makanan yang mengandung zat besi

Jenis Zat Besi Sumber

Zat besi heme Daging, ikan, unggas, dan

hasil olahan darah

Bukan heme:

*Zat besi makanan Terutama terdapat dalam

serealia, umbi-umbian,

sayuran, kacang

*Zat besi cemaran Tanah, debu, air, wajan

besi, dll. Ketersedian

hayatinya rendah

*Zat besi fortifikasi Ketersediaan hayatinya

ditentukan oleh makanan

Sumber : Arisman, 2004

Kenaikan volume darah akan meningkat kebutuhan besi atau zat

besi. Jumlah besi yang diperlukan ibu hamil untuk mencegah anemia

akibat meningkatnya volume darah adalah 500Mg. Selama

kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih

1000Mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin

ibu sendiri.

19

Page 20: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan

jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah janin dan

plasenta (Mehta, 2006).

Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil

mengalami Hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume

30 % sampai 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34

minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18 % sampai 30 % dan

hemoglobin sekitar 19 %. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar

11gr % maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan

anemia fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5 % sampai 10gr %

(Mehta, 2006).

d. Diagnosis Anemia Defisiensi Besi

Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat

dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan

keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan

keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. Kepucatan bisa

diperiksa pada telapak tangan, kuku dan konjungtiva palpebra

(Mehta, 2006).

Pemeriksaann kada Hb dan darah tepi, Pemeriksaan Hb

dengan Spektrofotometri merupakan standar. Manifestasi klinis dari

anemia defisiensi besi sangatbervariasi,bisa hampir tanpagejala,bisa

juga gejala–gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun

bisaditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit

dasarnya. Gejala–gejala dapat berupa kepalapusing, palpitasi,

berkunang-kunang dan perubahan jaringan epitel kuku,gangguan

system neurumuskular lesu, lemah, lelah, disphagia dan

pembesaran limpha.Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila

kadarhemoglobin <7 gr/dl maka gejala–gejala dan tanda–tanda

anemia akan jelas. Nilai ambang batas yang digunakan untuk

menentukan statusanemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO

tahun 1972 yangditetapkan dalam 3 kategori yaitu normal

(≥11gr/dl), anemia ringan (9-10gr/dl) dan anemia sedang (8-7 gr/dl)

20

Page 21: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

dan anemia (<7 gr/dl). Berdasarkanhasil pemeriksaan darah

ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamiladalah sebesar 11,28

mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7,63 mg/dl dan tertinggi 14 .00

mg/dl.Ada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan

minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. (Arisman,

2004).

e. Penatalaksanaan Anemia Defisiensi Besi

Secara alami zat besi diperoleh dari makanan. Besi terdapat dalam

bahan makanan hewani, kacang–kacangan dan sayuran berwarna

hijau tua. Pemenuhan besi yang kurang oleh tubuh memang sering

dialami sebab rendahnya penyerapan besi didalam tubuh terutama

dari sumber besi nabati. Penyerapan besi asal bahan makanan

hewani dapat mencapai 10–20 %. Besi bahan makanan hewani(heme)

lebih mudah dari pada besi nabati (non heme).

Jumlah zat besi yang harus diserap tubuh setiap hari 1 mg atau

setara dengan 10-20 mg zat besi yang terkandung dalam makanan.

Zat besi pada pangan hewani (heme) lebih tinggi penyerapannya

yaitu 20-30% . Sedangkan sumber nabati (non heme) hanya 1-6 %.

Zat besi non heme absorbsinya dapat ditingkatkan apabila terdapat

kadar vitamin C yang cukup. Vitamin C dapat miningkatka absorbsi

zat besi non heme sampai dengan 4 kali lipat.Vitamin C dapat

membantu transfer zat besi dari darah ke dalam bentuk ferritin untuk

disimpan di hati dan membantu memproduksi beberapa enzim yang

mengandung besi. Jika terdapat sekitar 25-30 mg vitamin C dalam

menu makanan yang dapat meningkatkan absorbsi zat besi sebesar

85 %. Sedangkan jika terdapat 25-75mg vitamin C dalam menu

makanan yang dikombinasikan dengan 24-36 gr faktor dapat

meningkatkan absorbsi zat besi non heme sebesar 8

%.Penanggulangan anemia dan pemenuhan kebutuhan zat besi (Besi)

pada wanita hamil sudah dilakukan secara nasional dengan

pemberian suplemen tasi pil zat besi atau Tablet Tambah Darah.

Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet

21

Page 22: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

mengandung 200 mg Besirro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan

0,25 asam folat.

Tabel 2.3 Program suplementasi besi pada ibu hamil

Prealensi anemia pada

ibu hamil

Besi Asam folat Lama pemberian

suplementasi

<40% 60mg 400 6 bulan selama

hamil

>40% 60mg 400 6 bulan selama

hamil, dilanjutkan

sampai 3 bulan

setelah melahirkan

Sumber : Arisman, 2004

a) Terapi oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu

ferosulfat, feroglukonat atau Natrium ferobisitrat. Pemberian

preparat besi 60mg/haridapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1

gr% tiap bulan. Saat ini program nasional menganjurkan

kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk

profilaksis anemia (Arisman, 2004).

b) Terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan

akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan,

penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua.

f. Dampak Anemia Defisiensi Besi

Dampak anemia pada wanita hamil dapat diamati dari besarnya

angka kesakitan dan kematian maternal, peningkatan angka

kesakitan dan kematian janin, serta peningkatan resiko terjadinya

BBLR. Penyebab utama kematian maternal antara lain pendarahan

pascapartum (disamping eklamsi dan penyakit infeksi) dan plasenta

previa yang kesemuanya bersumber pada anemia difisiensi (Wawan

Haryanta, 2009).

22

Page 23: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

Data Depkes RI diketahui bahwa lebih dari 50% ibu hamil

menderita anemia.Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko

mendapatkan bayi berat lahir rendah (BBLR), risiko perdarahan

sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan

kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita

anemiaberat. Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah

nutrisi akan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada

fungsi plesenta terhadap janin.

Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal:

berat badan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini,

anemia pada masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan

lemah, perdarahan intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat

terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada

neonatus : premature, apgar scor rendah, gawat janin Bahaya pada

Trimester II dantrimester III, anemia dapat menyebabkan terjadinya

partus premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan

janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis

dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga

kematian ibu (Mehta, 2006)

g. Pendekatan Diagnosis Anemia

Anemia hanyalah suatu sindrom, bukan suatu kesatuan penyakit,

yang dapat disebabkan oleh beberapa penyakit dasar. Hal ini penting

diperhatikan dalam diagnosis anemia. Tahap-yahap dalam diagnosis

anemia yaitu :

Menentukan adanya anemia

Menentukan jenis anemia

Menentukan etiologi atau penyakit dasar anemia

Menentukan ada atau tidaknya penyakit penyertayang akan

memperngarhi hasil pengobatan (Sudoyo, aru W, 2009)

Gejala umum anemia menjaadi jelas (simtomatik)apabila kadar

Gemoglobin telah turun di bawah 7 g/dl. Berat ringannya gejala

23

Page 24: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

anemia tergantung pada : a) derajat penurunan hemoglobin, b)

kecepatan penurunan hemoglobin, c) usia, d) adanya kelainan

jantung sebelumnya. Gejala anemia dapat digolongkan menjadi tiga

jenis yaitu :

1. Gejala umum anemia. Gejala umum anemia disebut juga

sindrom anemia. Timbul karena iskemia organ target akibat

mekanisme kompernsasi tubuh terhadap penurunan kadar

hemoglobin. Gejala ini muncul bila penurunan kadar

hemoglobin sampai dengan nilai >7 g/dl. Sindrom anemia

terdiri dari rasa lelah, lemah, lesu, telinga berdenging, mata

berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas, dan

dyspepsia. Pada pemeriksaan pasien tampak pucat, yang

mudah dilihat dalam konjungriva, mukosa mulut, telapak

tangan dan jaringan di bawah kuku.

2. Gejala khas masing-masing anemia. Gejala ini spesifik

untuk masing-masing anemia. Sebagai contoh:

Anemia defisiensi besi : disfagia, atrifi papil lidah,

stomatitis angularis, dan kuku sendok.

Anemia megaloblastik : glositis, gangguan neurologic

pada desisiensi vitamin B12

Anemia hemolitik : ikterus, splenomegali dan

hepatomegali

Anemia aplastik : pendarahan dan tanda-tanda infeksi

3. Gejala penyakit dasar. Gejala yang timbul akibat penyakit

dasar yang menyebabkan anemia sangat bervariasi tergantung

dari penyebab anemia tersebut. Misalnya gejala akibat cacimg

tambang meliputi, sakit perut, pembengkakan parotis dan

waena kuning pada telapak tangan. Pada kasus tertentu sering

gejala penyakit dasar lebih dominan, misalnya anemia oleh

penyakit kronis misalnya arthritis reumathoid. (Sudoyo, Aru W,

2009)

h. Pemeriksaan Khusus Diagnosis Anemia

24

Page 25: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, misalnya pada

Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC (Total iron binding

capacity) saturasi trasferin, protoporfin eritrosit, feritin serum,

receptor transferin, dan pengecatan besi sumsum tulang

Anemia megaloblastik : folat serum, vitamin B12 serum, tes

supresi deoksiuridin dan tes Schiling

Anemia hemolitik : bilirubin serum, tes Coomb, elektroforesis,

hemoglobin dan lain-lain

Anemia aplastik : biopsy sumsum tulang

Juga diperlukan pemeriksaan non-hematologik tertentu seperti

misalnya pemeriksaan faal hati, faal ginjal atau faal tiroid (Sudoyo,

Aru W, 2009)

i. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Defisiensi Besi

Sejauh ini ada 4 pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi zat

besi yaitu :

1) Pemberian tablet atau suntikan zat besi

2) Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan

asupan zat besi melalui makanan

3) Pengawasan penyakit infeksi dan

4) Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi. Tablet zat besi

dalam bentuk ferro lebih mudah diserap ketimbang bentuk ferri.

Dosis suplementatif yang dianjurkan dalam satu hari adalah dua

tablet (satu tablet mengandung 60 mg Fe dan 200 mg asam

folat) yang dimakan paruh kedua kehamilan karena pada saat

tersebut kebutuhan akan zat besi sangat tinggi.

Efek samping tablet zat besi berupa pengaruh yang tidak

menyenangkan seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah dan

diare (kadang konstipasi) sehingga orang cenderung menolaknya.

Penolakan tersebut sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan

mereka bahwa selama kehamilan mereka memerlukan tambahan zat

besi. Agar mengerti, para wanita hamil harus diberikan pendidikan

yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat

25

Page 26: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab

anemia adalah defisiensi zat besi.Meningkatkan ketersediaan hayati

zat besi yang dimakan, yaitu dengan jalan mempromosikan makanan

yang dapat memacu dan menghindarkan pangan yang bisa

mereduksi penyerapan zat besi (Mehta, 2006).

Pengawasan penyakit infeksi ini memerlukan upaya kesehatan

masyarakat pencegahan seperti: penyediaan air bersih, perbaikan

sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan. Fortifikasi makanan

yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat

merupakan inti pengawasan anemia diberbagai negara.Fortifikasi

makanan merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan

defisiensi besi (Arisman, 2006).

2.3.12 Anemia Megaloblastik

a. Pengertian Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik berhubungan dengan gambaran abnormal

eritroblas sumsum tulang, dimana perkembangan inti (Nukleus)

terlambat dan kromatin inti memiliki gambaran terbuka menyerupai

renda. Terdapat defek pada sintesis DNA yang biasanya disebabkan

oleh defisiensi vitamin B12 atau folat (Mehta, 2006)

Tabel 2.4 Penyebab defisiensi folat

Penyebab defisiensi

folat

Contoh Kasus

Nutrisional Terutama usia lanjut, kebiasaan,

kemiskinan, kelaparan

Malabsorbsi Enteropati yang diinduksi gluten,

dermatitis

Penggunaan berlebih Fisiologis(Kehamilan dan menyusui,

prematuritas) Patologis (penyakit

hematologis, penyakit keganasan,

penyakit inflamasi)

Obat-obatan Antikonvulsan, sulfasalazin

Sumber : Arisman, 2007

26

Page 27: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

b. Penatalaksanaan Anemia Megaloblastik

1. Asam folat 15 –mg per hari

2. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari

3. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari

4. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban

sehingga dapat diberikan transfusi darah (Mehta, 2006)-.

2.3.13 Anemia Hipoplastik

a. Pengertian Anemia Hipoplastik

Anemia hipoplastik adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi

sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik

diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi

lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosit.

2.3.14 Anemia Hemolitik

a. Pengertian Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan

penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat

dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi

hamil; apabila ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi lebih

berat. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan

gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila

terjadi kelainan pada organ-organ vital.Pengobatannya tergantung

pada jenis anemia hemolitik dan beratnya anemia. Obat-obat

penambah darah tidak memberi hasil. Tranfusi darah, kadang

dilakukan berulang untuk mengurangi penderitaan ibu dan

menghindari bahaya hipoksia janin (Mehta, 2006)

2.3.15 Anemia-Anemia Lain

Seorang wanita yang menderita anemia, misalnya berbagai jenis

anemia hemolitik herediter atau yang diperoleh seperti anemia

27

Page 28: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

karena malaria, cacing tambang, penyakit ginjal menahun, penyakit

hati, tuberkulosis, sifilis, tumor ganas dan sebagainya dapat menjadi

hamil. Dalam hal ini anemianya menjadi lebih berat dan

berpengaruh tidak baik pada ibu dalam masa kehamilan, persalinan,

nifas serta berpengaruh pula bagi anak dalam kandungan.

Pengobatan ditujukan pada sebab pokok anemianya, misalnya

antibiotika untuk infeksi, obat-obat anti malaria, anti sifilis obat

cacing dan lain-lain. (Mehta, 2006)

28

Page 29: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Nama Kegiatan

Tugas Pengenalan Profesi dengan judul “Anemia Defisiensi pada Wanita Hamil”.

3.2 Lokasi Pelaksanaan

Tugas pengenalan profesi blok VIII dilakukan di tempat yang ditentukan

3.2 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan

3.3.1 Pelaksanaan di Puskesmas

Tempat : Puskesmas Merdeka

Tanggal : 25 September 2014

Waktu : 08.00 – 11.00 WIB

3.4 Subyek Tugas Kelompok

Subyek tugas mandiri pada tugas pengenalan profesi blok VIII adalah wanita hamil

penderita anemia defisiensi yang ada di Puskesmas

3.5 Alat Dan Bahan

1. Alat Tulis.

2. Kamera.

3. Daftar checklist.

3.6 Metode Pelaksanaan

29

Page 30: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

Metode pelaksanaan dilakukan dengan wawancara secara langsung pada ibu hamil

yang menderita anemia defisiensi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan TPP di Puskesmas

Pelaksanaan TPP di Puskesmas dilaksanakan pada hari Kamis, 25 Mei 2014 di

Puskesmas Merdeka. Tiba di Puskesmas Merdeka pukul 08.10 WIB. Ketika sampai di

Puskesmas Merdeka, perwakilan kelompok TPP 2 segera menemui kepala Puskesmas

agar mendapatkan izin untuk melakukan observasi pada Pasien ibu hamil yang menderita

Anemia defisiensi dengan cara melakukan Anamnesa dan pemeriksaan fisik Anemia.

Setelah mendapatkan izin untuk melakukan observasi, kepala puskesmas meminta

asistennya untuk mengantarkan kelompok TPP 2 ke ruangan KIA (tempat pasien hamil

melakukan pemeriksaan rutin) dan memperkenalkan kami kepada petugas yang sedang

berjaga di ruangan tersebut. Sebelum melakukan Observasi kelompok TPP 2

merencanakan pembagian tugas karena ruangan KIA tempat melakukan pemeriksaan

kehamilan rutin memiliki tempat yang terbatas. Kelompok TPP 2 melakukan observasi

secara bergiliran. Pemeriksaan kehamilan rutin di Puskesmas Merdeka efektif dari jam

08.00 sampai 11.00 WIB.

Pada pelaksanaan TPP di Puskesmas Merdeka observasi di awali dengan

menanyakan kepada petugas jaga di ruang pemeriksaan kehamilan mengenai hasil

laboratorium pada ibu hamil yang sedang melakukan pemeriksaan rutin dan kemungkinan

menderita anemia dengan melihat hasil laboratorium Hemoglobin (Hb) yang terlampir di

kartu pemeriksaan laboratorium. Pada saat observasi, kami mendapatkan lima pasien ibu

hamil yang sedang melakukan pemeriksaan kehamilan rutin dengan masa kandungan yang

berbeda-beda dan hasil pemeriksaan laboratorium yang berbeda-beda. Setelah melihat

hasil kadar Hemoglobin (Hb) pada ibu hamil yang melakukan pemeriksaan rutin

30

Page 31: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

kehamilan, kami melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik anemia kepada ibu hamil

tersebut untuk dapat menegakkan diagnosis Anemia Defisiensi.

4.2 Hasil

Adapun hasil dari observasi dengan Anamnesa dan pemeriksaan fisik pada ke-lima

pasien yang melakukan pemeriksaan kehamilan rutin, adalah sebagai berikut :

Saat diperiksa hasil laboratorium pada wanita hamil yang melakukan pemeriksaan

kehamilan rutin di puskesmas, nilai Hemoglobin (Hb) yang ditemukan pada pasien

wanita hamil di Puskesmas Merdeka yaitu :

1) Nama : Lia

Usia : 22 th

Usia kehamilan : 7,5 bulan

Nilai Hb : 9 gr/dl (Anemia Ringan)

Alamat : 27 ilir

Hasil Anamnesis :

No Pertanyaan Keterangan

1 Apakah badan terasa lemah? Iya, terkadang badan merasa lemah

2 Pada saat kapan merasakan badan lemah?

Disaat malam hari

31

Page 32: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

3 Apakah lemah dirasakan saat beraktifitas dan hilang saat beristirahat?

Tidak juga, terkadang saat sedang tidak

beraktifitas tubuh juga dapat merasa lemas

sesekali

4 Apakah Ibu merasakan: Demam

(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Mual(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Sesak nafas(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Pucat(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Konsetrasi menurun(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Mudah mengantuk(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Tidak menentu, memang ada kalau demam, tapi itu ketika usia awal kehamilan

Saat ini saya rasa tidak, tapi ketika usia awal kehamilan memang sering, terlebih ketika mengkonsumsi obat

Saat beraktivitas nafas terasa lebih berat

Pucat

Tidak

Iya, biasanya ketika pagi hari

5 Faktor apa saja yang memperberat keluhan?

Kondisi tubuh yang cepat letih

6 Apakah pernah merasa lemah sebelumnya?

Tidak pernah, rasanya berbeda dengan

ketika belum hamil

7 Pernah mengkonsumsi obat untuk memperingan keluhan?

Iya, obat dan vitamin dari puskesmas

8 Bagaimana pola makan dan minum: Apakah terjadi penurunan

nafsu makan? Apakah mengkonsumsi tablet

Fe dan as folat pada masa kehamilan?

Mengkonsumsi apa saja pada masa kehamilan?

Apakah terdapat pantangan makan saat masa kehamilan?

Sehari makan berapa kali?

Nafsu makan malah bertambah

Iya, konsumsi obat anjuran dari puskesmas

Sering mengkonsumsi roti, daging, ikan laut, tapi sayur jarang

Tidak ada pantangan khusus

32

Page 33: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

Bagaimana porsinya? Mengkonsumsi apa utk

meningkatkan nafsu makan? Ekonomi rendah?

6 porsiTidak ada konsumsi khususIya

Tambahan anamnesis :

1) Hamil? Usia kehamilan berapa? Anak keberapa? Apakah anak sebelumnya merasakan keluhan yang sama?/ Apakah sekarang sedang menyusui?Jawab: Usia kehamilan 8 bulan, tidak sedang menyusui

2) Apakah pernah mengalami operasi? / Pendarahan di gusi? /kencing beradarah? / batuk berdarah?/ BAB hitam? / muntah berdarah?/ muntah hitam?Jawab: tidak pernah

3) Apakah merasakan pusing?/ saat beraktivitas, perubahan posisi, atau saat beristirahat?Jawab: saat beraktivitas

4) Apakah berdebar?/ saat beraktivitas, saat beristirahat?Jawab: Jantung terasa berdebar terutama saat beraktivitas

5) Apakah pernah merasakan keluhan serupa sebelumnya?Jawab: Tidak pernah

6) Pernah memiliki riwayat darah sulit membeku?Jawab: Tidak

7) Apakah pernah ada riwayat pernikahan kerabat pada keluarga?Jawab: Tidak ada

8) Menanyakan hasil laboratorium (jika ada)?Jawab: Belum ada

Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi gneralis (kulit pucat)2) Pemeriksaan kepala

Konjungtiva anemis = anemis Skelera = tidak Ujung sudut mulut bercak pucat keputihan / bengkak = tidak Membuka mulut (atrofi papil lidah, lidah licin dan menghilang papilnya,

lidah kotor) = lidah tampak pucat.

33

Page 34: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

Mata silau (gangguan penglihatan) = iya Sulit saat menelan = tidak Pembesaran KGB (+/-) = tidak

3) Pemerikasaan ekstremitas atas dan bawah Kuku sendok (koilonychia) = tidak Kuku rapuh = tidak Kuku berwarna pucat = iya Telapak tangan (Pucat) = iya

Sumber : Sudoyo, aru W, 2009; Mehta, 2006

34

Page 35: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

2) Nama : Sri Mardiasi

Usia : 33 th

Usia kehamilan : Trimester 3

Nilai Hb : 10 gr/dl (Anemia Ringan)

Alamat : Jl. Remon 27 ilir

Hasil Anamnesis :

No Pertanyaan Keterangan

1 Apakah badan terasa lemah? Untuk saat ini saya tidak merasakan gejala tersebut

2 Pada saat kapan merasakan badan lemah?

3 Apakah lemah dirasakan saat beraktifitas dan hilang saat beristirahat?

Ya, lemah dirasakan ketika sedang beraktifitas

4 Apakah Ibu merasakan: Demam

(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Mual(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Sesak nafas(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Pucat(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Konsetrasi menurun(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Mudah mengantuk(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Tidak ada demam untuk saat ini, tetapi dulunya juga ada terdapat demam sesekali

Pastinya merasa mual, khususnya pada usia awal kehamilan dan ketika mengkonsumsi obat penambah darah

Dari awal usia kehamilan hingga saat ini tidak pernah mengalami gejala sesak nafas

5 Faktor apa saja yang memperberat keluhan? Kecapekan karena kerja berat

35

Page 36: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

6 Apakah pernah merasa lemah sebelumnya?

7 Pernah mengkonsumsi obat untuk memperingan keluhan?

Alora 1x sehari dengan anjuran dokter

8 Bagaimana pola makan dan minum: Apakah terjadi penurunan

nafsu makan? Apakah mengkonsumsi

tablet Fe dan as folat pada masa kehamilan?

Mengkonsumsi apa saja pada masa kehamilan?

Apakah terdapat pantangan makan saat masa kehamilan?

Sehari makan berapa kali? Bagaimana porsinya? Mengkonsumsi apa utk

meningkatkan nafsu makan?

Ekonomi rendah?

Mengkonsumsi susu dan vitamin dari dokter

2x sehari (Pagi: susu, siang: nasi dan lauk pauk)

Mengkonsumsi makanan kesukaan (Ikan dan daging-daging)

Tidak, suami-istri bekerja sebagai wiraswasta

Tambahan anamnesis :

1) Hamil? Usia kehamilan berapa? Anak keberapa? Apakah anak sebelumnya merasakan keluhan yang sama?/ Apakah sekarang sedang menyusui?Jawab: Sedang hamil pada trimester ke-3

2) Apakah pernah mengalami operasi? / Pendarahan di gusi? /kencing beradarah? / batuk berdarah?/ BAB hitam? / muntah berdarah?/ muntah hitam?Jawab: Tidak ada semua gejala tersebut

3) Apakah merasakan pusing?/ saat beraktivitas, perubahan posisi, atau saat beristirahat?Jawab: Merasakan pusing hanya ketika melakukan aktivitas yang berat

4) Apakah berdebar?/ saat beraktivitas, saat beristirahat?Jawab: Jantung terasa berdebar terutama saat beraktivitas

5) Apakah pernah merasakan keluhan serupa sebelumnya?Jawab: Tidak pernah

6) Pernah memiliki riwayat darah sulit membeku?Jawab: Tidak

7) Apakah pernah ada riwayat pernikahan kerabat pada keluarga?

36

Page 37: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

Jawab: Tidak ada

8) Menanyakan hasil laboratorium (jika ada)?Jawab: Belum ada

Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi gneralis (kulit pucat) = pucat2) Pemeriksaan kepala

Konjungtifa anemis = anemis Skelera = tidak ikterik Ujung sudut mulut bercak pucat keputihan / bengkak = Membuka mulut (atrofi papil lidah, lidah licin dan menghilang papilnya,

lidah kotor) = Lidah tampak pucat Mata silau (gangguan penglihatan)= Sulit saat menelan = Pembesaran KGB (+/-) =

3) Pemerikasaan ekstremitas atas dan bawah Kuku sendok (koilonychia) = Kuku rapuh = Kuku berwarna pucat = Telapak tangan (Pucat) =

Sumber : Sudoyo, aru W, 2009; Mehta, 2006

37

Page 38: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

3) Nama : Pipin

Usia : 30 th

Usia kehamilan : 5 bulan

Nilai Hb : 10 gr/dl (Anemia ringan)

Alamat : Jl. Kemang manis

Hasil Anamnesis :

No Pertanyaan Keterangan

1 Apakah badan terasa lemah? Untuk sekarang tidak merasa lemah

2 Pada saat kapan merasakan badan lemah?

Pada saat ingin melakukan aktivitas yang berat, badan dirasakan tidak mampu

3 Apakah lemah dirasakan saat beraktifitas dan hilang saat beristirahat?

Iya saat beraktivitas berat terasa tidak mampu

4 Apakah Ibu merasakan: Demam

(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Mual(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Sesak nafas(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Pucat(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Konsetrasi menurun(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Mudah mengantuk(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Untuk saat ini tidak, tetapi demam juga pernah terjadi dalam masa kehamilan ini

Saat ini tidak merasakan mual, tapi pada trimester awal kehamilan sering terjadi mual

Pernah mengalami sesak nafas

Pucat

Tidak ada

Mudah mengantuk di waktu pagi hari

5 Faktor apa saja yang memperberat keluhan? Kelelahan saat beraktivitas

6 Apakah pernah merasa lemah sebelumnya? Pernah, saat kehamilan 3-4 bulan

38

Page 39: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

7 Pernah mengkonsumsi obat untuk memperingan keluhan?

Konsumsi obat dari dokter

8 Bagaimana pola makan dan minum: Apakah terjadi penurunan

nafsu makan? Apakah mengkonsumsi

tablet Fe dan as folat pada masa kehamilan?

Mengkonsumsi apa saja pada masa kehamilan?

Apakah terdapat pantangan makan saat masa kehamilan?

Sehari makan berapa kali? Bagaimana porsinya? Mengkonsumsi apa utk

meningkatkan nafsu makan? Ekonomi rendah?

Iya,di awal kehamilan

Iya, vitamin dan obat dari dokter puskesmas

Konsumsi susu dan buah-buahan

Tidak ada3x sehari dan banyak ngemil

suami kerja buruh, saya IRT

Tambahan anamnesis :

1). Hamil? Usia kehamilan berapa? Anak keberapa? Apakah anak sebelumnya merasakan keluhan yang sama?/ Apakah sekarang sedang menyusui?Jawab: Usia kehamilan trimester ke-2

2). Apakah pernah mengalami operasi? / Pendarahan di gusi? /kencing beradarah? / batuk berdarah?/ BAB hitam? / muntah berdarah?/ muntah hitam?Jawab: Tidak pernah, semua keadaan normal

3) Apakah merasakan pusing?/ saat beraktivitas, perubahan posisi, atau saat beristirahat?Jawab: Sedikit pusing ketika beraktivitas

4) Apakah berdebar?/ saat beraktivitas, saat beristirahat?Jawab: Jantung terasa berdebar terutama saat beraktivitas

5) Apakah pernah merasakan keluhan serupa sebelumnya?Jawab: Tidak pernah

6) Pernah memiliki riwayat darah sulit membeku?Jawab: Tidak

7) Apakah pernah ada riwayat pernikahan kerabat pada keluarga?

39

Page 40: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

Jawab: Tidak ada

8) Menanyakan hasil laboratorium (jika ada)?Jawab: Belum ada

Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi gneralis (kulit pucat) = tidak2) Pemeriksaan kepala

Konjungtiva anemis = anemis Skelera = Tidak ikterik Ujung sudut mulut bercak pucat keputihan / bengkak = Membuka mulut (atrofi papil lidah, lidah licin dan menghilang papilnya,

lidah kotor) = Lidah tampak pucat Mata silau (gangguan penglihatan) = Penglihatan gelap Sulit saat menelan = tidak Pembesaran KGB (+/-) = tidak ada

3) Pemerikasaan ekstremitas atas dan bawah Kuku sendok (koilonychia) = tidak ada Kuku rapuh = tidak ada Kuku berwarna pucat = tidak ada Telapak tangan (Pucat) = tidak ada

Sumber : Sudoyo, aru W, 2009; Mehta, 2006

40

Page 41: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

4) Nama : Feni

Usia : 26 th

Usia kehamilan : 8 bulan

Nilai Hb : 10,5 (Anemia Ringan)

Alamat : Jl. Sekanak

Hasil Anamnesis :

No Pertanyaan Keterangan

1 Apakah badan terasa lemah? Ya, badan terasa lemah

2 Pada saat kapan merasakan badan

lemah?

Badan terasa lemah khususnya ketika

melakukan aktivitas

3 Apakah lemah dirasakan saat

beraktifitas dan hilang saat

beristirahat?

Dulunya ketika awal-awal masa kehamilan

memang sering sekali merasa lemah walaupun

tidak melakukan aktivitas apalagi ketika

melakukan aktivitas.

4 Apakah Ibu merasakan: Demam

(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Mual(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Sesak nafas(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Pucat(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Konsetrasi menurun(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Mudah mengantuk(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Saat ini tidak, tapi demam juga sering datang tapi pada saat yang tidak menentu

Sering sekali merasa mual, khususnya ketika

mengkonsumsi pil, obat penambah darah

Sejak awal masa kehamilan tidak pernah merasakan sesak nafas

Sampai saat ini rasanya saya tidak pernah pucat

Tidak pernah

Ya, mudah mengantuk, khususnya di waktu

pagi hari. Rasanya ketika mau beraktivitas

41

Page 42: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

menjadi sungkan karena kantuk.

5 Faktor apa saja yang memperberat keluhan? -----------

6 Apakah pernah merasa lemah sebelumnya? Kalau sebelum usia kehamilan kondisi tubuh

normal-normal saja

7 Pernah mengkonsumsi obat untuk memperingan keluhan?

Sering, karena dianjurkan dokter mengonsumsi

dengan merk “samkobion”.

8 Bagaimana pola makan dan minum: Apakah terjadi penurunan

nafsu makan? Apakah mengkonsumsi

tablet Fe dan as folat pada masa kehamilan?

Mengkonsumsi apa saja pada masa kehamilan?

Apakah terdapat pantangan makan saat masa kehamilan?

Sehari makan berapa kali? Bagaimana porsinya? Mengkonsumsi apa utk

meningkatkan nafsu makan?

Ekonomi rendah?

Tidak, saya selalu mengonsumsi makanan sehat

Iya, dikonsumsi rutin

Sayuran, daging, nasi, dll.

Tidak ada pantanganMakan 3 x sehariPorsinya cukup seperti biasa

Kalau untuk peningkatan nafsu tidak ada menggunakan obat

Penghasilan berkecukupan

Tambahan anamnesis :

1) Hamil? Usia kehamilan berapa? Anak keberapa? Apakah anak sebelumnya merasakan keluhan yang sama?/ Apakah sekarang sedang menyusui?Jawab: Usia hamil 8 bulan, mengandung anak ke-3.

2) Apakah pernah mengalami operasi? / Pendarahan di gusi? /kencing beradarah? / batuk berdarah?/ BAB hitam? / muntah berdarah?/ muntah hitam?Jawab: Tidak pernah

3) Apakah merasakan pusing?/ saat beraktivitas, perubahan posisi, atau saat beristirahat?Jawab: Kepala terasa pusing dan berat saat melakukan aktivitas yang cukup berat

4) Apakah berdebar?/ saat beraktivitas, saat beristirahat?Jawab: Jantung terasa berdebar terutama saat beraktivitas

5) Apakah pernah merasakan keluhan serupa sebelumnya?Jawab: Tidak pernah

42

Page 43: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

6) Pernah memiliki riwayat darah sulit membeku?Jawab: Tidak

7) Apakah pernah ada riwayat pernikahan kerabat pada keluarga?Jawab: Tidak ada

8) Menanyakan hasil laboratorium (jika ada)?Jawab: Belum ada

Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi gneralis (kulit pucat) = tidak pucat2) Pemeriksaan kepala

Konjungtiva anemis = tidak anemis Skelera = tidak ikterik Ujung sudut mulut bercak pucat keputihan / bengkak = terdapat becak putih Membuka mulut (atrofi papil lidah, lidah licin dan menghilang papilnya,

lidah kotor) = lidah tampak pucat Mata silau (gangguan penglihatan) = tidak Sulit saat menelan = tidak Pembesaran KGB (+/-) = tidak ada

3) Pemerikasaan ekstremitas atas dan bawah Kuku sendok (koilonychia) = tidak ada Kuku rapuh = tidak ada Kuku berwarna pucat = iya Telapak tangan (Pucat) = sedikit pucat

43

Page 44: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

Pasien Anemia (tidak hamil)

5) Nama : Usmel

Usia : 18 th

Nilai Hb : 9,3

Alamat : Jl. Poligon

Hasil Anamnesis :

No Pertanyaan Keterangan

1 Apakah badan terasa lemah?

2 Pada saat kapan merasakan badan

lemah?

3 Apakah lemah dirasakan saat

beraktifitas dan hilang saat

beristirahat?

4 Apakah Ibu merasakan: Demam

(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Mual(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Sesak nafas(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Pucat(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Konsetrasi menurun(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

Mudah mengantuk(sejak kapan, saat beraktivitas/ tidak,dll)

5 Faktor apa saja yang memperberat keluhan?

44

Page 45: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

6 Apakah pernah merasa lemah sebelumnya?

7 Pernah mengkonsumsi obat untuk memperingan keluhan?

8 Bagaimana pola makan dan minum: Apakah terjadi penurunan

nafsu makan? Apakah mengkonsumsi

tablet Fe dan as folat pada masa kehamilan?

Mengkonsumsi apa saja pada masa kehamilan?

Apakah terdapat pantangan makan saat masa kehamilan?

Sehari makan berapa kali? Bagaimana porsinya? Mengkonsumsi apa utk

meningkatkan nafsu makan?

Ekonomi rendah?

Tambahan anamnesis :

1) Keluhan apa yang paling sering dialami?Jawab:

2) Apakah pernah mengalami operasi? / Pendarahan di gusi? /kencing beradarah? / batuk berdarah?/ BAB hitam? / muntah berdarah?/ muntah hitam?Jawab:

3) Apakah merasakan pusing?/ saat beraktivitas, perubahan posisi, atau saat beristirahat?Jawab:

4) Apakah berdebar?/ saat beraktivitas, saat beristirahat?Jawab:

5) Apakah pernah merasakan keluhan serupa sebelumnya?Jawab:

6) Pernah memiliki riwayat darah sulit membeku?Jawab:

45

Page 46: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

7) Apakah pernah ada riwayat pernikahan kerabat pada keluarga?Jawab:

8) Menanyakan hasil laboratorium (jika ada)?Jawab:

Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi gneralis (kulit pucat) = 2) Pemeriksaan kepala

Konjungtiva anemis = Skelera = Ujung sudut mulut bercak pucat keputihan / bengkak = Membuka mulut (atrofi papil lidah, lidah licin dan menghilang papilnya,

lidah kotor) = Mata silau (gangguan penglihatan) = Sulit saat menelan = Pembesaran KGB (+/-) =

3) Pemerikasaan ekstremitas atas dan bawah Kuku sendok (koilonychia) = Kuku rapuh = Kuku berwarna pucat = Telapak tangan (Pucat) =

46

Page 47: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

4.3 Pembahasan

Pada pelaksanaan Observasi TPP blok VIII ini ditemukan 4 pasien anemia defisiensi

pada wanita hamil dan 1 pasien anemia defisiensi pada wanita tidak hamil di Puskesmas

Merdeka. Nilai minimal hemoglobin pada wanita hamil yang melakukan pemeriksaan di

puskesmas Merdeka adalah 9 gr/dl dan nilai maksimal hemoglobin pada ibu hamil di

puskesmas merdeka adalah 10,5 gr/dl. Pasien ibu hamil dikatakan menderita anemia jika

nilai hemoglobin < 11 gr/dl atau > 5 gr/dl dan nilai Hemoglobin untuk pasien wanita

anemia yang tidak hamil 9,5 gr/dl. Pasien Wanita tidak hamil dikatakan anemia jika nilai

hemoglobin < 12,5 gr/dl.

Pada hasil pemeriksaan Anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ibu hamil yang

menderita anemia defisiensi tidak banyak ditemukan gejala khas anemia defisiensi besi

maupun anemia defisiensi asam folat, namun hanya ditemukan gejala sindrom anemia

secara umum saja. Seperti wajah, konjungtiva palpebra dan bibir terlihat pucat, disertai

lemah, pusing, demam, mudah mengantuk, sesak nafas dan pandangan gelap saat akan

berdiri dari duduk. Tidak ditemukan gejala khas seperti koilonikia, cheilitis, disphagia

pada anemia defisiensi Fe dan gangguan neurologis pada anemia defisiensi asam folat. hal

ini kemungkinan terjadi karena gejala sindrom anemia defisiensi dipengaruhi oleh kadar

Hb, kadar Fe dan Asam folat yang turun tidak terlalu rendah dan masih tercukupi untuk

proses pembentukan hemoglobin. Untuk gejala khas anemia defisiensi besi yang paling

sering ditemukan adalah atrofi papil lidah. Tidak ditemukan juga adanya tanda-tanda

perdarahan dan kelainan pada BAB dan BAK yang mengindikasikan adanya penyebab

anemia selain defisiensi. Tanda vital dari masing-masing penderita anemia defisiensi juga

masih menunjukkan keadaan normal. Ibu hamil yang menderita anemia defisiensi

mengaku pernah mengalami keluhan bertambah berat saat masa kehamilan di trimester

awal dan trimester tengah lalu perlahan-lahan mulai kembali seperti normal saat di

trimester terakhir, hal ini kemungkinan terjadi akibat peningkatan kebutuhan zat besi di

trimester awal dan tengah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil dan janinnya.

Untuk mengatasi dan mencegah keluhan anemia defisiensi selama masa kehamilan,

mereka mengaku rutin mengkonsumsi obat atau vitamin penambah darah 3x1 perhari

yang diberikan oleh pihak puskesmas dari masa kehamilan awal sampai akhir masa

kehamilan dan dianjurkan dikonsumsi sampai 3 bulan setelah melahirkan. Vitamin dan

obat penambah darah tersebut berkhasiat untuk membantu mencegah terjadinya anemia

defisiensi pada kehamilan, namun tetap saja ada pasien ibu hamil yang menderita anemia

defisiensi, hal ini kemungkinan dikarenakan kurangnya kepatuhan pasien dalam

47

Page 48: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

mengkonsumsi obat yang dianjurkan dan ditambah kurangnya asupan nutrisi melalui porsi

makanan sehari-hari karena ada ibu hamil yang mengaku nafsunya makannya berkurang

pada trimester awal dan hanya makan 2x dalam 1 hari, namun kebanyakan dari mereka

mengaku jika porsi makanan yang biasa mereka makan cukup memenuhi kebutuhan

seperti nasi, daging, ikan laut, sayur, buah dan susu. Faktor resiko lain yang dapat

menimbulkan sindrom anemia defisiensi adalah status sosial dan ekonomi yang ikut

mempengaruhi terjadinya anemia defisiensi pada ibu hamil di Puskesmas Merdeka,

dimana rata-rata ibu hamil yang mengalami anemia defisiensi berasal dari kalangan status

sosial dan ekonomi rendah yang juga memiliki pengetahuan rendah tentang asupan nutrisi

pada masa kehamilan. Faktor resiko yang menyebabkan bertambah beratnya keluhan

sindrom anemia defisiensi selanjutnya adalah melakukan aktivitas sampai kelelahan,

dimana terjadi peningkatan kebutuhan oksigen dan nutrisi ke jaringan, sehingga

menyebabkan perlunya asupan nutrisi yang cukup untuk melakukan aktivitas berlebih.

Pada pasien wanita anemia tidak hamil, tidak ditemukan gejala sindrom anemia

defisiensi yang khas. Namun, hanya ditemukan gejala sindrom anemia secara umum

seperti konjungtiva palpebra, wajah, bibir dan kuku terlihat pucat,sering merasakan

keluhan pusing, lesu, lemah serta pandangan gelap saat beraktivitas berat. Tidak

ditemukan juga adanya penyebab lain anemia seperti perdarahan dan penyakit kronis.

Pasien wanita anemia tidak hamil yang kami temui mengaku bahwa ia memang

mengalami penurunan nafsu makan disertai sering muntah-muntah sehabis makan. Setelah

berobat ke dokter, pasien mengaku diberi vitamin penambah darah dan mulai

memperbaiki nafsu makannya.

Adapun obat dan vitamin penambah darah yang kami dapatkan di puskesmas adalah

alora,

No. Nama Obat Indikasi

1. Alora caplet Multivitamin dan mineral untuk

hamil dan pasca melahirkan

48

Page 49: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Adapun kesimpulan pada pelaksanaan TPP Blok VIII ini yaitu :

1. Pada pelaksanaan TPP di Puskesmas Merdeka kami

mendapatkan 4 pasien anemia defisiensi ringan pada wanita

hamil dan 1 pasien normal pada wanita tidak hamil dengan

kadar Hb minimal 9 gr/dl dan kadar Hb maksimal 10,5 gr/dl

2. Gejala sindrom anemia defisiensi pada wanita hamil

dipengaruhi oleh penurunan nilai kadar Hb yang diakibatkan

oleh adanya defisiensi bahan pembentukan hemoglobin dan

sel darah merah terutama besi dan asam folat pada wanita

hamil, jika kadar Hb turun terlalu rendah maka gejala sindrom

anemia bisa bertambah berat.

3. Gejala sindrom Anemia defisiensi pada wanita hamil yang

sering ditemukan adalah wajah, konjungtiva palpebra dan bibir terlihat

pucat, disertai lemah, pusing, demam, mudah mengantuk, sesak nafas dan

pandangan gelap saat akan berdiri dari duduk.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia defisiensi

pada wanita hamil yang ditemui di Puskesmas Merdeka adalah

status sosial dan ekonomi rendah, pengetahuan tentang

asupan nutrisi selama masa kehamilan yang rendah, porsi

makan sehari-hari dan melakukan aktivitas berlebih sehingga

bertambahnya kebutuhan asupan nutrisi untuk pembentukan

hemoglobin dan sel darah merah.

5. Tidak ditemukan banyak perbandingan gejala sindrom anemia

defisiensi pada wanita hamil dan wanita tidak hamil.

6. Mendiagnosis pasien anemia defisiensi dapat dilakukan

dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang (kadar Hb, serum iron, TIBC, saturasi trasferin,

feritin serum, reseptor trasferin untuk anemia defisiensi besi

49

Page 50: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

dan pemeriksaan folat serum, vitamin B12 serum, tes supresi

deoksiuridin dan tes Schiling untuk anemia megaloblastik)

7. Untuk pencegahan dan penatalaksanaan pada wanita hamil,

dapat dilakukan dengan mengkonsumsi preparat besi dan as.

Folat. Selain itu juga disarankan rajin control ke dokter untuk

memeriksakan kehamilannya. Jika diketahui gejala sindrom

anemia semakin berat maka harus dilakukan rujukan ke

rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih

lanjut.

5.2 Saran

Adapun saran pada pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi kali ini adalah:

1. Diharapkan kepada semua anggota kelompok TPP lebih memahami topik

kasus yang dilaksanakan sehingga dapat menggali informasi yang lebih baik

lagi kepada pasien.

2. Pada pelaksanaan TPP selanjutnya diharapkan peserta TPP dapat

meningkatkan kerja sama baik dari awal pembuatan proposal hingga

dilaksanakannya`sidang pleno TPP.

3. Pada pelaksanaan TPP selanjutnya diharapkan peserta TPP membawa Jas Lab

pada saat melakukan observasi.

50

Page 51: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

LAMPIRAN

1. Data hasil laboratorium pemeriksaan Hb ibu hamil di Puskesmas Merdeka

51

Page 52: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

2. Dokumentasi bersama petugas puskesmas

3. Dokumentasi wawancara pasien Puskesmas Merdeka

52

Page 53: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

4. Dokumentasi pemeriksaan fisik anemia pasien Puskesmas Merdeka

53

Page 54: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

DAFTAR PUSTAKA

Arisman.2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC

Bakta, IM. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.

Dorland, Newman. 2012. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC

Departemen Kesehatan RI.2009.Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Isselbacher, Braundwald and Wilson dkk. 2012. Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Hal 26. Jakarta: EGC

Klebanoff MA, Shiono PH, Selby JV, et al. Anemia and spontaneous preterm birth. Am J Obstet Gynecol. 1991; 164:59-63

Lenveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Markum HA. Diagnostik dan penanggulangan anemia defisiensi. Dalam: Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak FKUI I; 1982, Jakarta: IKA FKUI, 1982. h. 5-13.

54

Page 55: ANEMIA DEFISIENSI PADA IBU HAMIL

Mehta, Atul. 2006. At a Glance Hematologi. Jakarta : Erlangga

Price and Wilson, 2003 Patofisiologi

Proverawati, A.(2011).Anemia dan Anemia Kehamilan.Yogyakarta: Nuha Medika.

Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC

Sudoyo, aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing

Wawan Haryanta, (2009), Hubungan antarakadar hemoglobin rendah pada ibu hamil trimester tiga dengan berat bayi lahir rendah di bangsal gladiol BPK Rumah Sakit Umum Kabupaten Magelang Tahun 2008 Volume 11 no4 tahun 2009.

Wiknjosastro, H (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

WHO. Prevalensi anemia pada wanita: tabulasi dari informasi yang tersedia. 2nd ed. Jenewa: Organisasi Kesehatan Dunia, 1992

55