MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

38
MINERAL ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA IBU HAMIL Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Biokimia Dosen Pengampu : dr. Ngakan Putu DS M.Kes Disusun oleh: Eriska Eqy Eprilina 6411414003/Rombel 1

Transcript of MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

Page 1: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

MINERAL

ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA IBU HAMIL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Biokimia

Dosen Pengampu : dr. Ngakan Putu DS M.Kes

Disusun oleh:

Eriska Eqy Eprilina

6411414003/Rombel 1

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Page 2: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

KATA PENGANTAR

       Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat

menyelesaikan makalah tentang ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA

IBU HAMIL. Saya berterima kasih pula pada Bapak dr. Ngakan Putu DS

M.Kes selaku Dosen Biokimia yang telah memberikan tugas ini kepada

kami.

      Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka

menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyebab,

pencegahan dan pengobatan anemia defisiensi zat besi. Kami juga

menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan

dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan adanya

kritik, saran dan usulan demi memperbaiki makalah yang telah saya buat.

       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan

kata-kata yang kurang berkenan.

Semarang, 27 April 2015

Penyusun

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 2

Page 3: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ................................................................................. 2

DAFTAR ISI ….......................................................................................... 3

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 4

B. Tujuan Penulisan ................................................................................. 6

C. Manfaat Penulisan ............................................................................... 6

2. ISI

A. Pengertian Mineral................................................................................ 7

B. Jenis Mineral......................................................................................... 7

C. Fungsi Mineral………………………….................................................. 8

D. Beberapa Mineral dalam Tubuh……………………………..…………… 9

E. Anemia Defensiasi Besi………………………………………………...…. 16

F. Anemia Defensiasi Besi pada Ibu Hamil………………………………… 18

3. PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………..................... 21

B. Saran………………………………………………………………………... 22

4. DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 23

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 3

Page 4: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tubuh tidak mampu mensintesa mineral sehingga unsur-unsur ini

harus disediakan lewat makanan kebanyakan mineral dapat dideteksi

dalam tubuh. (Kresno B Agus, 2001:63)

Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat

diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan

vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai

contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak;

sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2),

hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N2).

Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk

senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan

antarindividu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik

(Davis dan Mertz 1987).

Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi,

tetapi tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga

ada mineral esensial dan nonesensial. Mineral esensial yaitu mineral yang

sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu

kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam

tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro.

Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam

tubuh. Mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat

sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat

kecil. Mineral nonesensial adalah logam yang perannya dalam tubuh

makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat

kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh makhluk hidup

yang bersangkutan. Di samping mengakibatkan keracunan, logam juga

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 4

Page 5: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

dapat menyebabkan penyakit defisiensi (McDonald et al. 1988; Spears

1999; Inoue et al. 2002)

Berdasarkan banyaknya, mineral dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan atau terdapat

dalam jumlah relatif besar, meliputi Ca, P, K, Na, Cl, S, dan Mg. Mineral

mikro ialah mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan

umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil, yaitu

Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I, dan Se (McDonald et al. 1988; Spears 1999).

Kalsium, besi dan iodium merupakan elemen-elemen yang seringkali

tidak terdapat cukup dalam makanan kita, terutama di negara-negara yang

sedang berkembang. Oleh karenanya dapat digunakan sebagai patokan,

apabila ketiga nutrien diatas jumlahnya telah terpenuhi berada dalam diet

seseorang, jumlah nutrient lain pun akan terpenuhi pula jumlahnya.

(Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:419)

Unsur-unsur mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah tertentu

adalah kalsium, fosfor, besi magnesium, sulfur, natrium, kalium dan klor.

Disamping itu tubuh memerlukan sejumlah kecil iodium, tembaga, klor,

mangan, seng, selenium, molibden, flour, dan sebagainya. (Poedjiadi dan

Supriyanti, 2009:419)

Zat besi dalam tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi

biokimia, antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Sel ini sangat

diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Zat besi

berperan sebagai pembawa oksigen, bukan saja oksigen pernapasan

menuju jaringan, tetapi juga dalam jaringan atau dalam sel. (Brock dan

Mainou-Fowler 1986; King 2006)

Anemia adalah suatu keadaan penurunan kadar hemoglobin (Hb),

hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Anemia yang sering

terjadi di negara berkembang (developing countries) dan pada kelompok

sosial ekonomi menengah kebawah adalah anemia gizi. Anemia gizi

disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan

hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan

absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah protein, besi, piridoksin

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 5

Page 6: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

(vitamin B6), vitamin B12, vitamin C, asam folat, dan vitamin E. (Setyawati

dan Syauqy, 2014)

Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan

dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan

disebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut bahkan tidak jarang

keduanya saling berinteraksi.

Berdasarkan Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu

ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang

hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan

(37,8%).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan Survey

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 mencapai 359 per 100.000

kelahiran hidup. (SDKI, 2012) Penyebab kematian ibu ada 2, yaitu secara

langsung dan tidak langsung. Penyebab utama kematian maternal antara

lain perdarahan pasca postpartum, eklampsi, penyakit infeksi, dan plasenta

previa yang semua bersumber pada anemia defisiensi besi. (Purbadewi

dan Ulvi, 2013)

B. Rumusan Masalah

a. Anemia masih tinggi.

b. Angka Kematian Ibu yang disebabkan oleh Anemia.

c. Kurangnya pengetahuan tentang Anemia.

C. Tujuan Penulisan

a. Memberikan informasi mengenai Mineral yang ada pada tubuh.

b. Memberikan informasi mengenai pentingnya Mineral dalam

tubuh.

c. Memberikan informasi mengenai Anemia.

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 6

Page 7: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

BAB II

ISI

A. Pengertian Mineral

Mineral adalah substansi inorganik sederhana yang tersebar luas di

alam. Mineral berperan meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan

kesehatan. Mineral mewakili 4% dari berat tubuh dan ditemukan di semua

cairan dan jaringan tubuh. (Dwijayanthi Linda, 2002:71)

Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim

dan sangat penting dalam pengendalian komposisi cairan tubuh 65%

adalah air dalam bobot tubuh. (Kresno B Agus, 2001:63)

Mineral merupakan konstituen esensial pada jaringan lemak, cairan

dan steletan. Steletan mengandung mineral tubuh dalam proporsi yang

besar. Mineral yang terlibat dalam berbagai proses yaitu Cu, Zn, I Co, Mn,

Mg, Kr. Selenium. (Kresno B Agus, 2001:63)

Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat

diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan

vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai

contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak;

sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2),

hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N2).

Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk

senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan

antarindividu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik

(Davis dan Mertz 1987).

B. Jenis Mineral

Mineral dikelompokkan menjadi mineral utama (makromineral) dan

mineral kelumit (trace mineral, mikromineral). Mineral utama dijumpai

dalam tubuh dalam jumlah lebih besar dari 5 g (setara dengan 1 sendok

teh) dan dibutuhkan dalam jumlah yang lebih besar pula. Mikromineral

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 7

Page 8: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

dijumpai dalam tubuh dalam jumlah kurang dari 5 g dan hanya dibutuhkan

dalam jumlah kecil. (Dwijayanthi Linda 2002:72)

Tabel 1. Unsur-unsur Mineral dalam Tubuh Orang Dewasa

Golongan Unsur % Berat Badan

1. Makromineral Kalsium 1,5-2,2

Fosfor 0,8-1,2

Kalium 0,35

Sulfur 0,25

Natrium 0,15

Klor 0,15

Magnesium 0,05

2. Makromineral Besi 0,004

Seng 0,002

Selenium 0,0003

Mangan 0,0002

Tembaga 0,00015

Iodium 0,00004

Sumber: Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:418

C. Fungsi Mineral

a) Mineral merupakan konstituen tulang dan gigi, yang memberikan

kekuatan serta iriditas kepada jaringan tersebut. Ex: Te, P, Mg.

b) Mineral membentuk garam-garam yang dapat larut dan dengan

demikian mengendalikan komposisi cairan tubuh, Na dan Cl

merupakan unsure penting dalam cairan ekstra seluler dan darah:

Te, Mg dan P merupakan unsure penting dalam cairan intra

seluler.

c) Mineral turut membangun enzim dan protein dan merupakan

bagian dari asam amino. (Kresno B Agus 2001:65)

Keseimbangan ion-ion mineral dalam tubuh mengatur proses

metabolisme, mengatur keseimbangan asam basa, tekanan osmotik,

membantu transport senyawa-senyawa penting pembentuk jaringan tubuh.

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 8

Page 9: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

Secara tidak langsung, mineral banyak yang berperan dalam proses

pertumbuhan. Perlu dijelaskan disini bahwa peran mineral dalam tubuh kita

berkaitan satu sama lainnya, dan kekurangan atau kelebihan salah satu

mineral akan berpengaruh terhadap kerja mineral lainnya. (Poedjiadi dan

Supriyanti, 2009:419).

D. Beberapa Mineral dalam Tubuh

a. Makromineral

Kalsium (Ca)

Hasil penelitian para pakar menunjukkan bahwa tubuh manusia

mengandung sekitar 22 gram kalsium per kilogram berat badannya tanpa

lemak. Daripadanya (jumlah itu) sekitar 99% Ca terdapat dalam tulang dan

gigi. (Kartasapoetra dan Marsetyo, 2008:90) sedangakn yang 1% terdapat

dalam darah, cairan di luar sel dan dalam sel jaringan lunak dimana

kalsium mengatur berbagai fungsi metabolik yang penting. Pada anak-anak

sintesis tulang lebih besar daripada destruksi tulang, sedangkan pada

orang dewasa normal terdapat keseimbangan dinamik mineral kalsium

antara tulang dan cairan tubuh. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:421)

Peranan kalsium tidak saja sebagai pembentukan tulang dan gigi

serta memegang peranan penting pada berbagai proses fisiologik dan

biokhemik di dalam tubuh, fungsi lain dari kalsium yaitu:

1. Dalam cairan jaringan berfungsi untuk pengendalian kerja jantung

serta otot skeleton

2. Eksitabilitas syaraf otot

3. Proses pembekuan darah

4. Memberikan kekerasan dan ketahanan terhadap pengeroposan

5. Transmisi impits.

6. Relaksasi Kontraksi

7. Absosbsi dan aktivitas enzim

8. Memberikan rigiditas terhadap jaringan

9. Bersama fosfor membentuk matriks tulang yang dipengaruhi oleh

vitamin D. (Kresno B Agus, 2001:64)

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 9

Page 10: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

Absorpsi kalsium dibantu oleh vitamin D, vitamin C dan laktosa,

sedangkan oksalat dan fitat menganggu absorpsi kalsium. (Poedjiadi dan

Supriyanti, 2009:421)

Tubuh dapat mengalami defisiensi kalsium, apabila penyerapannya

terganggu seperti pada sindrom metabsorpsi atau sebagai akibat

kekuarangan vit-D. (Kresno B Agus 2001:64)

Kekurangan kalsium dalam diet seseorang menyebabkan

terhambatnya pertumbuhan tulang dan gigi, riketsia pada anak-anak dan

dapat mengakibatkan osteoporosis (tulang rapuh) pada orang dewasa.

Penggunaan kalsium diatur oleh hormone paratiroid. (Poedjiadi dan

Supriyanti, 2009)

Sumber makanan kalsium yaitu tulang lunak, keju, susu, molasse,

yogurt, padi-padian utuh, kacang, pohong-pohongan, sayuran berdaun

hijau. (Dwijayanthi Linda 2002:72)

Mengenai kebutuhan tubuh akan kalsium/zat kapur adalah sekitar 0,8

gram sehari (bagi orang dewasa normal), jumlah ini sesuai dengan hasil-

hasil Vuthonse, Mitchell, Steg-Gerda, yang antara lain menyimupulkan

bahwa kebutuhan akan kalsium bagi orang dewasa adalah antara 7 sampai

7,5 mg perkilogram berat badan atau ± 0,5 sampai 0,7 gram seharinya.

(Kartosapoetra dan Marsetyo 2008:90)

Fosfor (P)

Mineral ini menempati kadar nomor dua dalam tubuh kita setelah

kalsium, yaitu 22% dari seluruh mineral yang ada. Kurang-lebih 80%

berada dalam bentuk kalsium fosfat Kristal yang tidak larut, yang

memberikan kekuatan pada gigi. Adapun sisanya (20%) didistribusi dalam

tiap sel dan dalam cairan diluar sel bersama dengan karbohidrat, lipid,

protein serta senyawa lainnya. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009)

Fungsi fosfor dalam ketersediannya di dalam tubuh yaitu:

1. Mempengaruhi semua proses perombakan dan pembentukan zat;

2. Membentuk fosforida, yaitu bagian penting dari plasma;

3. Pembelahan inti sel dan memindahkan sifat-sifat turunan;

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 10

Page 11: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

4. Membentuk matriks tulang – (bersama-sama dengan Ca);

5. Membantu proses pengerutan otot. (Kartosapoetra dan Marsetyo

2008:92)

Disamping fungsi-fungsi tersebut, fosfor memiliki fungsi yang sangat

banyak bila dibandingkan dengan mineral-mineral lainnya. Senyawa seperti

ATP dan keratin fosfat, koensim dari golongan vitamin B protein kojugasi,

fosfolipid, merupakan contoh senyawa fosfat yang pentinga dalam tubuh

kita. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:421)

Biasanya kira-kira 70% dari fosfor yang berada dalam tubuh.

Penyerapan akan lebih baik bila fosfor dan kalsium dimakan dalam jumlah

yang sama. Penyerapan fosfor di bantu oleh vitamin D dan diekskresi

melalui urine. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:421)

Sumber makanan fosfor adalah telur, ikan padi-padian, daging,

unggas, keju kuning, susu, produk susu. (Dwijayanthi Linda, 2002:72)

Defisiensi fosfor akan terjadi pada jari peminum alkoholik, pasien

ginjal dan pasien yang mendapatkan nutrisi parenteria fosfor di samping itu

dapat juga menimbulkan gangguan-gangguan yang relative sama seperti

unsur Ca. (Kresno B Agus, 2001:65)

Natrium (Na)

Tubuh manusia mengandung sekitar 1,8 gram Na perkilogram berat

badan yang bebas lemak, sebagian besar daripadanya dijumpai dalam

cairan ekstraselular. Kandungan Na dalam plasma yaitu sekitar 300-355

mg/100 ml. dikarenakan Na merupakan kation utama dari cairan

ekstraselular, pengendalian osmolaritas dan volume cairan tubuh adalah

sangat tergantung pada ion Na dan rasio Na terhadap ion lainnya.

(Kartasapoetra dan Marsetyo, 2008:94)

Fungsi natrium adalah:

1. Dalam plasma darah dan cairan berperan dalam menyelimuti

jaringan.

2. Berperan dalam menghasilkan tekanan osmotik yang mengatur

pertukaran cairan antara sel dan cairan disekitarnya.

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 11

Page 12: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

3. Menentukan volume dalam cairan ekstraseluler dan amina.

4. Untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. (Kresno B Agus,

2001:67)

Natrium harus terdapat dalam jumlah yang cukup pada makanan agar

kecukupan Na ini dapat terjamin tubuh sendiri dapat mengatur kadar Na

tubuh dan mengeluarkan kelebihan Na melalui urine akan tetapi pada

penyakit tertentu Na tetap bertahan dalam tubuh dengan jumlah yang

berlebihan, pada keadaan ini diperlukan pembatasan pemasukan Na.

(Kresna B Agus 2001:67)

Defisiensi Na menimbulkan gejala kehilangan nafsu makan, atrofi

otot, muntah penurunan berat badan, sedangkan gejala toksisitas Na ialah

Edema dan peningkatan tekanan darah. (Dwijayanthi Linda, 2002:76)

b. Mikromineral

Tembaga (Cu)

Mineral Cu yang terkandung dalam tubuh manusia diperkirakan

sekitar 1,5 sampai 2,5 mg per kilogram berat badan tanpa/bebas lemak,

tersebar diseluruh jaringan tubuh dan dalam hati, otak, jantung, dan ginjal.

Jumlah kandungannya adalah lebih besar kalau dibandingkan dengan

kadungan organ-organ tubuh lainnya. Dalam darah Cu terdapat dalam

jumlah sekitar yang sama terkandung dalam plasma dan eritrosit, dalam

plasma terkandung ± 115 mcg/100 ml. (Kartosapoetra dan Marsetyo,

2008:96)

Tembaga (Cu) merupakan mineral mikro karena keberadaannya

dalam tubuh sangat sedikit namun diperlukan dalam proses fisiologis. Di

alam, Cu ditemukan dalam bentuk senyawa sulfida (CuS). Walaupun

dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit, bila kelebihan dapat mengganggu

kesehatan atau mengakibatkan keracunan. (Davis dan Mertz 1987; Baker

et al. 1991;Clark et al. 1993)

Fungsi tembaga:

1. Pembentukan tulang

2. Warna kulit dan rambut

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 12

Page 13: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

3. Proses penyembuhan

4. Pembentukan hemoglobin dan sel darah merah

5. Mempertahankan serabut syaraf

6. Metabolisme besi. (Dwijayanthi Linda, 2002:72)

Kebutuhan tembaga bagi orang dewasa adalah kurang-lebih 2 mg per

hari, dan pada umumnya dalam diet dikonsumsi 2,5-5,0 mg per hari. Bayi

dan anak-anak membutuhkan kurang-lebih 0,005-0,1 mg per kg berat

badan per hari. Pada umumnya kebutuhan tembaga adalah seper-sepuluh

kebutuhan akan zat besi. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:417)

Sumber dari tembaga adalah daging organ, kismis, makanan laut,

kacang, olase. (Dwijayanthi Linda, 2002:72)

Defisiensi tembaga sangat jarang terjadi, biasanya diawali oleh

kekurangan besi. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:417) Penyakit akibat

kekurangan unsur tembaga ditemukan pada beberapa tempat di dunia.

Selain menyebabkan anemia, kekurangan tembaga juga mengakibatkan

gangguan pada tulang, kemandulan, depigmentasi pada rambut dan bulu,

gangguan saluran pencernaan, serta lesi pada syaraf otak dan tulang

belakang (Graham 1991; Engle et al. 2001; Sharma et al. 2003; Chung et

al. 2004).

Iodium/Iodin (I)

Iodium merupakan bagian dari hormon kelenjar tiroid, yakni tiroksin

dan triiodotirosin. Biasanya tubuh mengandung 20-30 mg iodium. Kira-kira

60% berada dalam kelenjar tiroid dan selebihnya tersebar di jaringan-

jaringan tubuh, terutama di ovarium, otot dan darah. (Poedjiadi dan

Supriyanti, 2009:423)

Iodin secara perlahan-lahan diserap dari dinding saluran pencernaan

ke dalam darah. Penyerapan tersebut terutama terjadi dalam usus halus,

meskipun dapat berlangsung pula dalam lambung. Dalam usus, iodin

bebas atau iodat mengalami reduksi menjadi iodide sebelum diserap tubuh.

Dalam peredaran darah, iodida menyebar ke dalam cairan ekstraseluler

seperti halnya klorida. Iodida yang masuk ke dalam kelenjar tiroid dengan

cepat dioksidasi dan diubah menjadi iodin organik melalui penggabungan

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 13

Page 14: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

dengan tiroksin. Proses tersebut terjadi pula secara terbatas dalam ovum

(Graham 1991; Puls 1994; Lee et al. 1999)

Dari penyelidikan diketahui bahwa kebutuhan iodium orang orang

dewasa adalah 100-200 mikrogram per hari, anak-anak 50 mikrogram per

hari, sedangkan bayi membutuhkam 20-40 mikogram per hari. Kebutuhan

iodium bagi wanita yang mengandung dan menyusui lebih besar daripada

orang dewasa pada umumnya. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:423)

Fungsi Iodium:

1. Produksi energi

2. Metabolisme

3. Perkembangan fisik dan mental. (Dwijayanthi Linda, 2002:72)

Defisiensi iodium menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang

mengakibatkan pembengkakan pada bagian leher. Kekurangan iodium

yang kronis menyebabkan terjadinya kretinisme dan terganggunya

kecerdasan. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:423)

Sumber iodium antara lain adalah ikan dan tumbuh-tumbuhan yang

hidup di daerah pantai. Oleh karenanya daerah gondok endemik biasanya

terdapat di daerah pegunungan. Langkah-langkah yang sudah dilakukan

pemerintah maupun oleh swasta untuk mencegah penyakit gondok ialah

iodiumsi garam kebutuhan sehari-hari. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:423)

Besi (Fe)

Kadar besi dalam tubuh kita relative kecil. Pada pria dewasa terdapat

40-50 mg besi per kg berat badan dan pada wanita dewasa 35-50 mg per

kg berat badan. 60 sampai 70% digolongkan sebagai esensial, sisanya

adalah nonesensial. Kebanyakan dari besi esensial terdapat dalam

hemoglobin, kira-kira 5% terdapat dalam otot (mioglobin), dan kurang dari

1% terdapat dalam sel tubuh sebagai bagian dari enzim oksidu-reduktase.

Kira-kira 20% disimpan dalam hati ,sumsum tulang belakang dalam limpa

sebagai feritin dan hemosiderm. Dalam plasma darah besi terdapat sebagai

transferin. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:421)

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 14

Page 15: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

Unsur besi ini diserap melalui dinding usus dalam bentuk ion fero. Ion

ini tidak langsung digunakan oleh tubuh, melainkan lebih dahulu disimpan

dalam hati, limpa dan sumsum tulang belakang. Kemudian dibawa o leh

plasma darah ke seluruh jaringan tubuh dalam bentuk kompleks besi-

protein di atas. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:423)

Penyerapan besi dibantu oleh keasaman cairan lambung dan vitamin

C. ion feri juga diserap tetapi tidak semudah ion fero. Penyerapan ion besi

terbanyak berlangsung di duodenum bagian atas dan dikontrol oleh

mukosa intestin. (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:423)

Besi dalam tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu hasil perusakan sel-

sel darah merah (hemolisis), dari penyimpanan di dalam tubuh, dan hasil

penyerapan pada saluran pencernaan (Darmono 1995; King 2006). Dari

ketiga sumber tersebut, Fe hasil hemolisis merupakan sumber utama.

Bentuk-bentuk senyawa yang ada ialah senyawa heme (hemoglobin,

mioglobin, enzim heme) dan poliporfirin (tranfirin, ferritin, dan hemosiderin).

Sebagian besar Fe disimpan dalam hati, limpa, dan sumsum tulang (Brock

dan Mainou-Fowler 1986; Desousa 1989; Brown et al. 2004).

Zat besi dalam tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi

biokimia, antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Sel ini sangat

diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Zat besi

berperan sebagai pembawa oksigen, bukan saja oksigen pernapasan

menuju jaringan, tetapi juga dalam jaringan atau dalam sel (Brock dan

Mainou-Fowler 1986; King 2006).

Zat besi bukan hanya diperlukan dalam pembentukan darah, tetapi

juga sebagai bagian dari beberapa enzim hemoprotein (Dhur et al. 1989).

Enzim ini memegang peran penting dalam proses oksidasi-reduksi dalam

sel. Sitokrom merupakan senyawa heme protein yang bertindak sebagai

agens dalam perpindahan elektron pada reaksi oksidasi-reduksi di dalam

sel. Zat besi mungkin diperlukan tidak hanya untuk pigmentasi bulu merah

yang diketahui mengandung ferrum, tetapi juga berfungsi dalam susunan

enzim dalam proses pigmentasi (Desousa 1989; Beard et al. 1996; Lee et

al. 1999).

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 15

Page 16: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

Sumber besi diantaranya adalah: telur, daging, ikan, tepung, gandum,

roti, dan sayuran hijau, hati, bayam, kacang-kacangan, kentang, jagung,

dan otot.

Unsur besi merupakan komponen utama dari hemoglobin (Hb),

sehingga kekurangan besi dalam pakan akan mempengaruhi pembentukan

Hb. Sel darah merah muda (korpuskula) mengandung Hb yang diproduksi

dalam sumsum tulang untuk mengganti sel darah merah yang rusak. Dari

sel darah merah yang rusak ini besi dibebaskan dan digunakan lagi dalam

pembentukan sel darah merah muda (Cook et al. 1992; Puls 1994; Inoue et

al. 2002; Brown et al. 2004).

Kekurangan zat besi dapat disebabkan oleh gangguan penyerapan

besi dalam saluran pencernaan. Bila cadangan besi tidak mencukupi dan

berlangsung terus-menerus maka pembentukan sel darah merah berkurang

dan selanjutnya menurunkan aktivitas tubuh (Cook et al. 1992).

E. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi zat besi merupakan kelainan gizi yang paling sering

ditemukan didunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakt yang

bersifat endemik. Masalah ini terutama menjakiti para wanita dalam usia

reproduktif dan anak-anak di kawasan tropis dan subtropis. World Bank

mengestimasikan bahwa peranan langsung anemia karena defisiensi zat

besi pada beban global penyakit adalah 14 disability-addjusted lfe-years

per 1000 populasi. Masalah ini membawa efek keseluruhan terbesar dalam

ha gangguan kesehatan, kematian premature, dan kehilangan pendapatan.

(Vijayaraghavan Kamasamudram, 2004:276)

Anemia defisiensi besi merupakan masalah umum dan luas dalam

bidang gangguan gizi di dunia. Prevalensi anemia defisiensi besi masih

tergolong tinggi sekitar dua miliar atau 30% lebih dari populasi manusia di

dunia yang terdiri dari anak-anak, wanita menyusui, wanita usia subur, dan

wanita hamil (WHO, 2011).

Anemia adalah suatu keadaan penurunan kadar hemoglobin (Hb),

hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Anemia yang sering

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 16

Page 17: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

terjadi di negara berkembang (developing countries) dan pada kelompok

sosial ekonomi menengah kebawah adalah anemia gizi. Anemia gizi

disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan

hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan

absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah protein, besi, piridoksin

(vitamin B6), vitamin B12, vitamin C, asam folat, dan vitamin E. (Setyawati

dan Syauqy, 2014)

Deplesi zat besi dapat dipilah menjadi 3 tahap dengan derajat

keparahan yang berbeda dan berkisar dari ringan hinggga berat.

Tahap pertama meliputi berkurangnya simpanan zat besi yang

ditandai berdasarkan penurunan kadar feritin serum, meskipun tidak

disertai konsekuensi fisiologis yang buruk, namun keadaan ini

menggambarkan adanya peningkatan kerentanan dari keseimbangan

besi yang marjinal untuk jangka waktu lama sehingga dapat terjadi

defisiensi zat besi yang berat.

Tahap kedua ditandai oleh perubahan biokimia yang mencerminkan

kurangnya zat besi bagi produksi hemoglobin yang normal. Pada

keadaan ini terjadi penurunan kejenuhan transferin atau peningkatan

protoporfirin eritrosit, dan peningkatan jumla reseptor transfein serum.

Tahap ketiga defisiensi zat besi berupa anemia. Pada anemia karena

defisiensi zat besi yang berat, kadar hemoglobinnya kurang dari 7

g/dl. (Vijayaraghavan Kamasamudram, 2004:278)

Tabel 2. Titik cut off untuk nilai hemoglobin bagi diagnosis anemia.

Kelompok populasi Hemoglobin (g/l)

Laki-laki dewasa <120

Wanita dewasa yang tidak hamil dan tidak menyusui <120

Ibu hamil <110

Ibu menyusui <120

Anak-anak berusia <6tahun <110

Anak-anak berusia >6tahun <120

Sumber: WHO (1972).

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 17

Page 18: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

F. Anemia Defisiensi Besi pada Ibu Hamil

Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan

dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan

disebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut bahkan tidak jarang

keduanya saling berinteraksi. Frekuensi ibu hamil dengan anemia di

Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan

gizi dan perhatian yang kurang terdapat ibu hamil merupakan perdisposis

anemia difisiensi di Indonesia.

Wanita hamil berisiko tinggi mengalami anemia defisiensi besi karena

kebutuhan zat besi meningkat secara signifikan selama kehamilan

(Waryana, 2010).

Berdasarkan Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu

ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang

hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan

(37,8%).

Kadar hb normal ibu hamil Hb>11 gr/dl. anemia pada ibu hamil

jika kadar Hb nya pada saat hamil trimester I <11 gr/dl, trimester II

<10,5 gr/dl, dan trimester III <10 gr/dl. Jika kadar hb normal pada

wanita tidak hamil yaitu >12 gr/dl.

Ibu hamil yang mengalami anemia memiliki risiko kematian hingga 3,6

kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami

anemia. Anemia juga memiliki kontribusi yang tinggi terhadap kematian di

Indonesia dengan persentase mencapai 50-70%. Selain itu, ibu hamil yang

menderita anemia dapat berdampak terhadap janin, seperti bayi lahir

prematur, kelainan janin, serta meningkatnya risiko gawat janin. (Amanda

Fatricia, 2012)

Dampak dari masalah anemia pada masa kehamilan adalah

meningkatkan risiko kematian janin selama periode prenatal, bayi lahir

sebelum waktunya, memicu hipertensi dan gagal jantung saat kehamilan,

atau Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Secara keseluruhan 20-40 % dari

50.000 kematian maternal juga disebabkan anemia saat kehamilan.

(Setyawati dan Syauqy, 2014)

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 18

Page 19: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

Anemia pada ibu hamil juga dapat menyebabkan terjadinya

perdarahan post partum dimana kita ketahui bahwa perdarahan post

partum merupakan penyebab kematian pada ibu. Istilah perdarahan post

partum digunakan apabila perdarahan setelah anak lahir melebihi 500 ml.

Perdarahan post partum sendiri terbagi menjadi perdarahan post partum

primer yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jampertama, dan

perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan post partum yang

terjadi setelah 24 jam pertama (Nugroho, 2008).

Salah satu faktor yang menyebabkan masih tingginya anemia

defisiensi besi pada ibu hamil adalah rendahnya kepatuhan ibu hamil dalam

mengkonsumsi tablet besi. Sebanyak 74,16% ibu hamil dinyatakan tidak

patuh dalam mengkonsumsi tablet besi (Indreswari, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan ibu hamil dalam

mengkonsumsi tablet besi antara lain pengetahuan, sikap, dan efek

samping dari tablet besi yang diminumnya. Faktor yang sering

dikemukakan oleh ibu hamil ialah pernyataan “lupa” untuk meminum tablet

besi (Purwaningsih dkk, 2006).

Tingkat pengetahuan ibu hamil yang rendah akan mempengaruhi

bagaimana ibu hamil menjaga kehamilannya. Pengetahuan kurang memiliki

risiko 1,45 kali lebih besar untuk menderita anemia dalam kehamilan

dibandingkan dengan ibu hamil yang berpengetahuan baik (Mulyati, et al,

2007).

Menurut NS. Tarwono dkk., (2007), bahwa tanda dan gejala anemia

selama ibu hamil adalah:

1. Cepat lelah/kelelahan, hal ini terjadi karena penyimpangan oksigen

dalam jaringan otot kurang sehingga metabolism otot terganggu.

2. Nyeri kepala dan pusing merupakan kompensasi dimana otak

kekurangan oksigen karena daya angkut hemoglobin berkurang.

3. Pucat pada muka, telapak tangan, kuku, mukosa, dan konjungtiva.

Pengobatan

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 19

Page 20: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

a. Pemberian diet tinggi zat besi

b. Pemberian tambahan zat besi misalnya:

1. Sulfat ferosus

2. Feroglukonat atau diberikan secara parental jika mengalami alergi

c. Pemberian Vit C

d. Transfusi darah jika diperlukan (Sembiring Rinawati, 2010)

Pencegahan

a. Penyediaan suplemen zat besi

Upaya pemerintah dalam mengatasi anemia defisiensi besi ibu hamil

yaitu terfokus pada pemberian tablet tambahan darah (Fe) pada ibu hamil.

Departemen Kesehatan masih terus melaksanakan progam

penanggulangan anemia defisiensi besi pada ibu hamil dengan

membagikan tablet besi atau tablet tambah darah kepada ibu hamil

sebanyak satu tablet setiap satu hari berturut-turut selama 90 hari selama

masa kehamilan. Suplemen besi folat lebih dikenal sebagai Tablet Tambah

Darah (TTD). (Amanda Fatricia, 2012)

Berdasarkan Depkes (2007), cakupan pemberian TTD sudah

mencapai angka 92,2%, namun ternyata prevalensi anemia masih cukup

tinggi. Penyebab utama ketidakberhasilan kegiatan tersebut adalah

rendahnya kepatuhan populasi target dalam konsumsi TTD.

b. Fortifikasi.

Fortifikasi zat besi pada beberapa bahan pangan yang lazim

dikonsumsi merupakan pilihan menarik untuk mengatasi permasalahan

asupan zat besi yang tidak memadai dalam masyarakat. Jenis-jenis bahan

pangan yang berhasil dijadikan pembawa bagi fortifikasi pangan adalah

gandum, roti, tepung, susu formula bayi, dan gula. (Vijayaraghavan

Kamasamudram, 2004:285)

c. Edukasi Gizi

Upaya yang ekstensif dan persuasif diperlukan untuk menimbulkan

perubahan perilaku dalam masyarakat agar orang-orang dalam masyarakat

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 20

Page 21: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

tersebut mau mengadopsi diversifiksi pngan. (Vijayaraghavan

Kamasamudram, 2004:285)

BAB III

PENUTUP

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 21

Page 22: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

A. Kesimpulan

Berdasarkan banyaknya, mineral dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan atau terdapat

dalam jumlah relatif besar, meliputi Ca, P, K, Na, Cl, S, dan Mg. Mineral

mikro ialah mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan

umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil, yaitu

Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I, dan Se (McDonald et al. 1988; Spears 1999).

Kalsium, besi dan iodium merupakan elemen-elemen yang seringkali

tidak terdapat cukup dalam makanan kita, terutama di negara-negara yang

sedang berkembang. Oleh karenanya dapat digunakan sebagai patokan,

apabila ketiga nutrien diatas jumlahnya telah terpenuhi berada dalam diet

seseorang, jumlah nutrient lain pun akan terpenuhi pula jumlahnya.

(Poedjiadi dan Supriyanti, 2009:419)

Zat besi dalam tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi

biokimia, antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Sel ini sangat

diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Zat besi

berperan sebagai pembawa oksigen, bukan saja oksigen pernapasan

menuju jaringan, tetapi juga dalam jaringan atau dalam sel. (Brock dan

Mainou-Fowler 1986; King 2006)

Anemia adalah suatu keadaan penurunan kadar hemoglobin (Hb),

hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. (Setyawati dan

Syauqy, 2014)

Berdasarkan Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu

ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang

hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan

(37,8%).

Penyebab kematian ibu ada 2, yaitu secara langsung dan tidak

langsung. Penyebab utama kematian maternal antara lain perdarahan

pasca postpartum, eklampsi, penyakit infeksi, dan plasenta previa yang

semua bersumber pada anemia defisiensi besi. (Purbadewi dan Ulvi, 2013)

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 22

Page 23: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

Pengobatan anemia defisiensi besi ialah dengan pemberian diet tinggi

zat besi, pemberian tambahan zat besi misalnya, pemberian Vit C, transfusi

darah jika diperlukan (Sembiring Rinawati, 2010)

Pencegahan anemia defisiensi besi diantaranya; penyediaan

suplemen zat besi, fortifikasi zat besi pada beberapa bahan pangan,

edukasi gizi. (Vijayaraghavan Kamasamudram, 2004:285)

B. Saran

Untuk mengurangi anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil maka

sebaiknya diadakan beberapa kegiatan untuk mematangkan program

pemerintah. Diantaranya;

1. Melakukan penyuluhan pada setiap RT tentang pentingnya Tablet

Tambah Darah bagi para ibu hamil

2. Menganjurkan Pengawas Minum Obat (PMO) bagi ibu hamil yang

kurang berminat dengan Tablet Tambah Darah

3. Fortifikasi zat besi pada makanan misalnya pada gula, seperti

fotifikasi iodium pada garam.

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 23

Page 24: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

DAFTAR PUSTAKA

Amanda Fatricia, 2012.

http://repository.unand.ac.id/20420/1/JURNALmanda.pdf. Diakses pada 25

April 2015.

Arifin Zainal, 2008, BEBERAPA UNSUR MINERAL ESENSIAL MIKRO

DALAM SISTEM BIOLOGI DAN METODE ANALISISNYA. Jurnal Litbang

Pertanian, Vol 27. No. 3.

pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3273084.pdf. Diakses pada 24

April 2015.

Dwijayanthi Linda, dr 2012. Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah. Penerbit:

Buku Kedokteran GEC.

Hasan Syah Muhammad Nur, dkk, 2012. Status Zat Gizi Mikro (Besi, Asam

Folat Dan Seng) dan Kerusakan DNA pada Anemia Ibu Hamil di

Kecamatan Bontonompo dan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa

Tahun 2012.

http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7ea95f22be12960b243855c387d29dc0.

pdf. Diakses pada 25 April 2015.

Iswanto Budi, dkk, 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Anemia Defisiensi Besi dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi di

Puskesmas Karangdowo, Klaten. Vol 5. No. 2.

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/3280/3.%20B

UDI%20ISWANTO.pdf?sequence=1. Diakses pada 25 April 2015.

Kartosapoetra, Marsetyo. 2008. Ilmu Gizi. Penerbit: Rineka Cipta.

Kresno B Agus, 2001. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Penerbit: Universitas

Muhammadiyah Malang.

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 24

Page 25: MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)

Poedjiadi, Supriyanti, 2009. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit: Universitas

Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Purbadewi Lindung dan Setiawati Ulvie Yuliana Noor, 2013. Hubungan

Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan Kejadian Anemia pada Ibu

Hamil. Vol 2. No 1. http://download.portalgaruda.org/article.php?

article=98410&val=421. Diakses pada 25 April 2015.

Sembiring Rinawati, 2010, Hubungan Anemia Dalam Kehamilan dengan

Kejadian Perdarahan Post  Partum Di Rsup. H. Adam  Malik Medan. Vol 2.

No. 4. http://sari-mutiara.ac.id/new/wp-content/uploads/2013/10/31-

hubungan-anemia-dalam-kehamilan-dengan-kejadian-post-partum-di-

RSUP-H.Adam-Malik-Medan.doc. Diakses pada 25 April 2015.

Setyawati Ba’ul dan Syauqy Ahmad, 2014. Perbedaan Asupan Protein, Zat

Besi, Asam Folat, dan Vitamin B12 Antara Ibu Hamil Trimester III Anemia

dan Tidak Anemia Di Puskesmas Tanggungharjo Kabupaten Grobogan. Vol

3. No 1. http://download.portalgaruda.org/article.php?

article=142600&val=4711&title=PERBEDAAN%20ASUPAN%20PROTEIN,

%20ZAT%20BESI,%20ASAM%20FOLAT,%20DAN%20VITAMIN

%20B12%20ANTARA%20IBU%20HAMIL%20TRIMESTER%20III

%20ANEMIA%20DAN%20TIDAK%20ANEMIA%20DI%20PUSKESMAS

%20TANGGUNGHARJO%20KABUPATEN%20GROBOGAN. Diakses

pada 25 April 2015.

Vijayaraghavan Kasamamudram, 2004. Gizi Kesehatan Masyarakat.

Eriska Eqy Eprilina (6411414003) Page 25