129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

78
Anemia pada Ibu Hamil Anemia pada Ibu Hamil TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Gizi Anemia gizi lebih sering dijumpai dalam kehamilan karena pada masa ini terjadi peningkatan kebutuhan zat-zat makanan untuk mendukung perubahan-perubahan fisiologis selama hamil. 1. Pengertian Menurut Beck (1995:196) mengatakan anemia gizi adalah keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari normal, akibat kekurangan satu macam atau lebih zat- zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan darah (misalnya: zat besi, asam folat, vitamin B12) tanpa memandang kekurangan tersebut. Sarwono Prawirohardjo (2002:281) mengemukakan anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gram% pada trimester 1 dan 3 atau kadar 11 gr% Sumber : Kuliah Gizi Kesehatan Masvarakat (STIKes. Respati Tasikmalaya) 3. Gejala Tanda dan gejala yang terjadi akibat anemia menurut Sarwono Prawirohardjo (2002:282) adalah sebagai berikut :

Transcript of 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Page 1: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Anemia pada Ibu Hamil

Anemia pada Ibu Hamil

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia Gizi

Anemia gizi lebih sering dijumpai dalam kehamilan karena pada masa ini terjadi

peningkatan kebutuhan zat-zat makanan untuk mendukung perubahan-perubahan

fisiologis selama hamil.

1. Pengertian

Menurut Beck (1995:196) mengatakan anemia gizi adalah keadaan dimana kadar

hemoglobin dalam darah lebih rendah dari normal, akibat kekurangan satu macam

atau lebih zat-zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan darah (misalnya: zat besi,

asam folat, vitamin B12) tanpa memandang kekurangan tersebut. Sarwono

Prawirohardjo (2002:281) mengemukakan anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu

dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gram% pada trimester 1 dan 3 atau kadar 11

gr%

Sumber : Kuliah Gizi Kesehatan Masvarakat (STIKes. Respati Tasikmalaya)

3. Gejala

Tanda dan gejala yang terjadi akibat anemia menurut Sarwono Prawirohardjo

(2002:282) adalah sebagai berikut :

a. Keluhan lemah

b. Pucat

c. Mudah pingsan, sementara tensi masih dalam batas normal (perlu dicurigai anemia

defisiensi)

d. Secara klinik dapat dilihat tubuh yang malnutrisi

4. Penyebab

Menurut Beck (1995:197) mengatakan bahwa anemia gizi disebabkan karena

beberapa hal yaitu menu makanan sehari-hari kurang mengandung zat besi,

Page 2: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

penyerapan zat besi didalam usus kurang baik atau terganggu, infestasi atau infeksi

parasit / infeksi yang lain, kemampuan menampung zat besi menurun atau kebutuhan

zat besi meningkat. Menu makanan sehari-hari yang meliputi pola makan terdiri dari

frekuensi makan, jumlah makanan, jenis makanan dan pemilihan makanan.

Faktor lain yang mempengaruhi kehamilan menurut penelitian Suarna (2004:22-23)

dan Waliman (2005:15-20) yaitu biomedis ibu yang meliputi umur ibu, paritas, umur

kehamilan, jarak kelahiran dan penyakit ibu.

5. Akibat Anemia Kehamilan

Akibat yang akan terjadi pada anemia kehamilan menurut Manuaba (2001:51-52) :

a. Hamil Muda (trimester pertama)

1) Abortus

2) Missed abortus

3) Kelainan congenital

b. Trimester kedua

1) Persalinan prematur

2) Perdarahan antepartum

3) Gangguan pertumbuhan janin dalam rahim

4) Asphixia intrauterin sampai kematian

5) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

6) Gestosis dan mudah terkena infeksi

7) IQ rendah Dekompensaio kordis-kematian ibu

c. Saat inpartu

3) Gangguan his primer dan sekunder

4) Janin lahir dengan anemia

5) Persalinan dengan tindakan tinggi :

a). Ibu cepat lelah

b). Gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif

Page 3: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

d. Pascapartus

1). Atonia uteri menyebabkan perdarahan

2). Retensio plasenta :

a) Plasenta adhesive

b) Plasenta akreta

c) Plasenta inkreta

d) Plasenta perkreta

3) Perlukaan sukar sembuh

4) Mudah terjadi febris peurperalis

5) Gangguan involusi uteri

6) Kematian ibu tinggi :

a) Perdarahan

b) Infeksi peurperalis

c) Gestosis

B. Pola Makan

Pola makan sebelum hamil asal makan saja untuk mengisi perut yang lapar, tapi pada

saat hamil kebiasaan ini sebaiknya ditinggalkan. Pola makan yang sehat bukan saja

dalam pemilihan jenis makanan, termasuk juga jadwal.

Didaerah pedesaan, sebagian besar makanan yang dikonsumsi, berasal dari sumber-

sumber yang tinggi kandungannya seperti serelia/umbi-umbian. Jadi sejumlah

makanan harus dimakan untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut.

Pemilihan makanan beraneka ragam. Studi tentang kelompok makanan yang

diperlukan untuk pembinaan gizi baik dan pola makanan yang representatif untuk

Indonesia, Filipina dan Muangthai memperlihatkan bahwa penduduk Asia Tenggara

akan mendapat manfaat dari peningkatan konsumsi lemak dan minyak, dan makan

lebih banyak kacang-kacangan, sayur-sayuran temtama yang berdaun hijau tua dan

berwarna kuning tua, beberapa kali dalam satu minggu.

Page 4: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

1. Pola Makan Untuk Ibu Hamil

Zat gizi juga diperlukan selama ibu mengandung, baik untuk pertumbuhan organ

reproduksi ibu yang kuat maupun pertambuhan janin. Pertumbuhan janin dan

kesehatan janin hampir sama sekali tergantung pada penyediaan zat gizi dari tubuh

ibu yang hamil.

Ibu hamil membutuhkan zat gizi lebih banyak daripada yang diperlukan sebelum

hamil. Seringkali di Asia Tenggara, ibu yang hamil tidak cukup makan makanan yang

kaya akan protein. Studi tentang pola makan di Indonesia menunjukan bahwa

makanan pokok merupakan penghasil kalori terbesar dari jumlah yang dimakan.

Protein diperoleh terutama dari bahan nabati. Sayuran merupakan penyerta menu

sehari-hari tetapi konsumsinya sangat bervariasi Banyak pantangan terhadap

makanan yang dijumpai dalam masa kehamilan, yaitu beberapa jenis ikan, sayuran

dan buah-buahan tertentu, daging kambing dan sebagainya untuk ibu.

Pola makan yang akan dibahas disini adalah pola makan untuk ibu hamil yang

meliputi frekuensi makan, jenis makanan, jumlah makanan dan pemilihan makanan.

2. Frekuensi Makan

Ibu hamil harus sering makan untuk memenuhi kebutuhan makanan karena ibu hamil

makan untuk dua orang, yaitu dirinya sendiri dan janin yang dikandungnya. Makan 1

sampai 2 piring lebih banyak dari sebelum hamil, makan 4 sampai 5 kali sehari

(Depkes dan Kesos RI, 2000:15 ).

Patuhi jadwal makan, yaitu makan makanan bergizi 3 kali sehari pada waktu yang

tepat, yaitu sarapan, makan siang dan makan malam, dan 2 kali makan makanan

selingan (Kasdu, Meilisari, Purwaningsih dalam Info Lengkap Kehamilan dan

Persalinan, 2001:95).

3. Jenis Makanan

Jenis makanan berpengaruh dalam pemilihan macam lauk pauk untuk memperoleh

keadaan gizi yang baik. Pengetahuan dasar tentang cara menyusun makanan sehari

Page 5: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

(menu) yang seimbang sangat diperlukan guna mendapat variasi dengan harga yang

terjangkau tetapi memenuhi selera. Untuk memperoleh gizi yang baik tersebut, tidak

perlu suatu pola makan tertentu yang harus ditaati, namun dengan diversifikasikan

menu, taraf gizi baik akan dapat dicapai.

4. Jumlah Makanan

Kebutuhan fisiologi sewaktu hamil ialah energi, protein dan zat besi yang diperlukan

untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta pertambahan besar organ

kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Dengan demikan dapat

dimengerti bahwa selama kehamilan kebutuhan makanan meningkat.

Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata yang dianjurkan per orang per hari khusus

untuk ibu hamil disederhanakan dalam bentuk ukuran rumah tangga yaitu sebagai

berikut :

Tabel 2.2 Kebutuhan Makanan I bu Hamil Sehari-hari

Jenis makanan Jumlah

Nasi/Pengganti

Lauk Hewani

Lauk Nabati

Sayuran

Buah-buahan 4-5 ½ Piring

4-5 Potong

2-4 Potong

2-3 Mangkok

3 Potong

Sumber : Depkes dan Kesos RI (2000:7)

5. Pemilihan Makanan

Pemilihan makanan yang dimakan harus beraneka ragam dan bervariasi. Semakin

bervariasi bahan makanan yang dikonsumsi, maka pemenuhan kebutuhan zat gizi

Page 6: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

semakin baik. Makanan yang dikonsumsi sehari-hari tergantung pada pemilihan

makanan yang dapat mempengaruhi kandungan zat gizi makanan yang masuk

kedalam tubuh ibu hamil. Oleh karena itu, ibu hamil harus memakan makanan yang

merupakan sumber dari zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh meliputi sumber

karbohidrat, sumber protein, sumber lemak, sumber mineral terutama zat besi dan

sumber vitamin terutama vitamin C. Untuk sumber-sumber bahan makanan akan

dibahas di gizi seimbang dalam kehamilan.

C. Kategori Pola Makan

Pola makan pada garis besarnya dapat digolongkan menjadi tiga katagori, yaitu

rendah, sedang dan tinggi dengan tingkatan absorpsi zat besi masing-masing 5%

(FAO/WHO, 1989).

Pola menu yang tergolong rendah absorpsi zat besinya (5%), menrpakan pola menu

yang hanya terdiri dari nasi atau umbi-umbian dengan kacang-kacangan dan sedikit

Vitamin C. Sebaiknya menu makanan ini lebih banyak terdiri dari bahan makanan

yang mengandung fitat, serat, poliphenol, bekatul dan lain-lain, yang menghambat

absorpsi zat besi. Tipe makanan ini merupakan ciri spesitik yang bisa dikonsumsi

oleh keluarga-keluarga dengan sosio-ekonomi rendah seperti di negara-negara

berkembang.

Menu makanan yang tergolong bioavailabilitas zat besi sedang, biasanya terdiri dari

nasi, roti, umbi-umbian atau jagung, sayur-sayuran, dan buah-buahan, serta sering ada

daging atau ikan atau ayam, walaupun jumlahnya tidak banyak. Menu makanan yang

tergolong rendah dapat ditingkatkan menjadi sedang asalkan ada bahan makanan

hewani didalamnya. Demikian pula menu makanan yang tinggi bioavailabilitas zat

besinya dapat berubah menjadi sedang kalau secara rutin meminum atau memakan

bahan makanan yang banyak mengandung zat inhibitor seperti teh atau kopi.

Page 7: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Penilaian pola makan biasanya menggunakan riwayat diet 24 jam. Untuk lebih

lengkap, dapat dinilai konsumsi makanan seseorang selama lebih dari tiga hari atau

selama satu minggu (Kozer, 1991 : 1008).

D. Gizi Seimbang dalam Kehamilan

Masa kehamilan terdapat perubahan pada selunrh tubuh wanita, khususnya pada alat

genitalia internal dan eksternal juga pada payudara. Sehingga dapat menunjang

perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Hormon Samatomammotropin,

estrogen dan progesterone mempunyai Perubahan yang terdapat pada wanita hamil

antara lain sebagai berikut (Mata Kuliah Asuhan Kebidanan I STIKes. Respati

Tasikmalaya) :

1. Sistem Metabolisme

Pada wanita hamil Basal Metabolic Rate (BMR) meninggi, system endokrin juga

meningkat dan tampak lebih jelas kelenjar gondoknya. BMR mengingkat hingga 15-

20% yang umumnya ditemukan pada triwulan terakhir.

Keseimbangan asam alkali sedikit mengalami penurunan dari 155 mEq perliter

menjadi 145-147 mEq perliter yang disebabkan hemodilusi darah dan kebutuhan

minera yang diperlukan janin. Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama

dari pembakaran hidrat khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke atas.

Protein diperlukan sekali dalam kehamilan badan, alat kandungan mamae dan untuk

janin. Maka dari itu perlu diperhatikan agar wanita hamil memperoleh cukup protein

selama hamil. Diperkirakan 1 gram protein setiap kg BB dapat memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

Hormon Somatomammotropin mempunyai peranan dalam pembentukan lemak dan

mamae. Kadar kolesterol meningkat sampai 350 mg atau lebih per 100 mg.

Kalsium yang dibutuhkan janin untuk pembentukan tulang¬-tulangnya sebesar 30-40

gram. Ini terjadi terutama dalam trimester terakhir. Makanan tiap harinya

Page 8: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

diperkirakan telah mengandung 1,5 sampai 2,5 gram kalsium. Diperkirakan 0,2-0,7

gram kalsium tertahan dalam badan untuk keperluan semasa hamil sehingga cukup

untuk pertumbuhan janin, tanpa menggangu kalsium ibu.

2. Darah dan Pembekuan Darah

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas 2 bagian. Bahan inter seluler adalah

cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur¬unsur padat, yaitu sel

darah. Beberapa perubahan peredaran darah:

a. Volume darah

Volume darah sernakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari

pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi),

dengan puncaknya pada umur kehamilan 32 minggu. Serum darah (volume darah)

bertambah sebesar 25-30%, sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.

b. Sel Darah

Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan

janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan

volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Jumlah

leukosit meningkat sampai 10.000 per ml dan produksi trombosit pun meningkat.

Dengan hemodilusi dan anemia fisiologis maka laju endap darah semakin tinggi.

Protein darah dalam bentuk albumin dan gammaglobulin dapat menurun pada

triwulan pertama sedangkan fibrinogen meningkat pada post partum dengan

terjadinya hemokonsentrasi dapat terjadi tromboplebitis.

3. Pernafasan

Pada kehamilan terjadi perubahan system respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan

O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar

pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan

kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20-25%

dari biasanya.

Page 9: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

4. Persyarafan

Inervasi Pelvis

a. Inervasi pada otot-otot superficial dasar pelvis plexus

Inervasinya berasal dari segmen ketiga dan keempat sakralis dan plexus pudendus.

b. Inervasi otot-otot profundal dasar pelvis

Inervasinya berasal dari nervus sakralis ketiga dan keempat, nervus sakralis kelima

dan nervus coxygeus melewatinya tetapi tidak menginervasinya.

c. Inervasi dari corpus perinealis

Diinervasi dari cabang-cabang perineal nervus pundendus

d. Inervasi dari uterus

Syaraf-syaraf uterus dipengaruhi oleh serat syaraf simpatis maupun parasimpatis

menuju ke ganglion cervicale dari frenkenhauser yang terletak di pangkal ligamen

sacrouternum. Kontraksi pada dinding uterus bersifat autonom, tidak memerlukan

rangsangan syaraf pusat hanya mengkoordinar kontraksi.

E. Zat Gizi dan Sumber Zat Gizi untuk Ibu Hamil

Selama kehamilan, terjadi perubahan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.

Perubahan metabolisme ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil yang

meningkat dan kebutuhan janin yang sedang tumbuh dan berkembang. Oleh karena

itu tubuh ibu hamil membutuhkan lebih banyak hampir semua zat gizi dibanding

dengan wanita tidak hamil. Adapun kebutuhan zat gizi dan sumber zat gizi untuk ibu

hamil menurut Dini Kasdu, Mila, Meiliasari dan Retno Purwaningsih dalam Info

Lengkap Kehamilan dan Persalinan (2001:86-92) sebagai berikut :

1. Kebutuhan Karbohidrat

Zat gizi ini penting untuk memenuhi gizi seimbang. Karbohidrat berfungsi sebagai

sumber energi.

Menurut Glade B. Curtis MD., EAACOG dalam Your Pregnancy Afier 30 Years

menyebutkan, bahwa tidak ada satu rekomendasipun yang mengatur berapa

Page 10: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

sebenarnya kebutuhan ideal karbohidrat bagi ibu hamil. Namun, beberapa ahli gizi

sepakat sekitar 60% dari seluruh kalori yang dibutuhkan tubuh adalah karbohidrat.

Jadi, ibu hamil membutuhkan karbohidrat sekitar 1.500 kalori.

Bahan makanan yang merupakan sumber karbohidrat adalah serelia (padi-padian) dan

produk olahannya, juga kentang, umbi dan jagung. Namun, karena tidak semua

sumber karobhidrat baik, maka ibu hamil harus bisa memilih yang tepat. Misalnya

sumber karbohidrat yang perlu dibatasi adalah gula dan makanan yang mengandung

banyak gula, seperti cake, dan permen. Sedangkan karbohidrat yang sebaiknya

dikonsumsi adalah karbohidrat kompleks yang terdapat pada roti gandum, kentang,

serelia atau padi-padian yang tidak digiling. Jenis ini mengandung serat dan cukup

kalori. Karbohidrat dapat melindungi protein terhadap pembakaran menjadi energi.

Mengkonsumsi cukup karbohidrat kompleks dapat mencegah sembelit.

2. Kebutuhan Protein

Protein penting untuk ibu dan bayinya. Karena protein berfungsi sebagai pembentuk

jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Tambahan protein

tersebut diperlukan untuk pertumbuhan janin, yaitu pertumbuhan jaringan otak, otot,

kulit, rambut, kuku dan perkembangan janin. Selain itu protein juga dibutuhkan untuk

pembentukan semua bahan pengatur, seperti hormone dan enzim - enzim ibu dan

janin. Oleh karena itu ibu hamil disarankan untuk memperoleh tambahan protein

minimal sebanyak 12 gram per hari dari kebutuhan sebelum hamil, yaitu sekitar 6O

gam/hari.

Bahan makanan sumber protein hewani adalah daging sapi, ikan, unggas, bahan

makanan sumber protein nabati adalah kacang-kacangan seperti tahu, tempe, oncom

dan selai kacang mengkonsumsi bahan makanan kaya protein secara bervariasi.

Selain itu karena protein yang berasal dari ternak juga kaya dengan lemak, maka

seimbangkan asupan protein hewani dan nabati. Pilih bahan makanan protein hewani

yang berlemak rendah.

Page 11: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

3. Kebutuhan I,emak

Lemak dibutuhkan tubuh terutama untuk membentuk energi dan serta perkembangan

system syaraf janin. Oleh karena itu, ibu hamil tidak boleh sampai kurang

mengkonsumsi lemak tubuh. Sebaliknnya, bila asupannya berlebih dikhawatirkan

berat badan ibu hamil akan meningkat tajam. Keadaan ini akan menyulitkan ibu

hamil sendiri dalam menjalani kehamilan dan pasca persalinan. Karena itu ibu hamil

dianjurkan makan makanan yang mengandung lemak tidak lebih dari 25% dari

seluruh kalori yang dikonsumsi selrari. Bila hal ini sudah dilakukan maka sebenarnya

sudah dapat memenuhi kebutuhan lemak tubuhnya. Pilihan jenis lemaknya yaitu yang

mengandung asam lemak esensial (ALE). Lemak ini tidak dapat dibuat tubuh dan

harus diperoleh dari makanan. Asam lemak esensial adalah asam lemak linoleat, yaitu

suatu asam lemak tidak jenuh, Omega 3. Turunan asam lemak Omega 3 adalah DHA

(Asamdokosaheksaenoat) yang mempunyai peran penting antara lain pada tumbuh

kembang jaringan syaraf dan retina. Sedangkan bahan makanan sumber asam lemak

Omega 3 antara lain kacang-¬kacangan dan hasil olahannya, serta jenis ikan laut

lainnya, terutama ikan laut dalam. Asam lemak esensial lainnya adalah asam lemak

Omega 6. Turunan asam lemak Omega 6 adalah asam arakhidonat yang penting

untuk otak janin dan jaringan lainnya. Bahan makanannya antara lain kacang-

kacangan, biji-bijian dan hasil olahannya.

4. Kebutuhan Vitamin

a. Vitamin A

Vitamin A berfiungsi untuk membantu proses pertumbuhan sel dan jaringan tulang,

mata, rambut, kulit dan organ dalam, dan fungsi rahim. Sumbernya adalah kuning

telur, ikan dan hati. Sumber provitamin A atau karoten adalah wortel, labu kuning,

bayam, kangkung, dan buah-buahan berwarna kemerah-merahan.

b. Vitamin B

Page 12: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Vitamin BI (Tiamin), B2 (Riboflavin), dan B3 (Niasin) dibutuhkan untuk membantu

metabolisme energi. Vitamin B6 dibutuhkan oleh tubuh untuk membantu mengatasi

mual dan muntah. Vitamin B12 penting bagi perkembangan sistem syaraf janin dan

pematangan sel darah merah. Sumber vitamin B adalah hasil ternak dan hasil

olahannya, seperti daging, hati, telur, keju, susu, kacang-kacangan dan sayur-sayuran.

c. Vitamin C

Asupan vitamin C dapat mencegah anemia berperan dalam pembentukan kolagen

interseluler dan proses penyembuhan luka. Selain itu untuk membangun kekuatan

plasenta, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan stres, sarta membantu

penyerapan zat besi. Vitamin ini dibutuhkan setiap hari dan hanya sedikit disimpan

dalam tubuh.

Ibu hamil membutuhkan vitamin C sebanyak 70 mg perhari. Sumber vitamin C

adalah buah dan sayuran segar, antara lain jeruk, kiwi, pepaya, bayam, kol, brokoli

dan tomat.

5. Mineral

a. Kalsimn

Kalsium dibuthkan untuk pembentukan tulang dan bakal gigi janin yang dimulai

sejak usia kehamilan 8 minggu. Ibu hamil membutuhkan kalsium 2 kali lipat sebelum

hamil, yaitu sekitar 900 mg. Sumber kalsium adalah susu dan produk susu lainnya,

seperti keju, yoghurt, teri, udang kecil, dan kacang-kacangan.

b. Zat Besi

Zat besi bagi ibu hamil penting untuk pembentukan dan mempertahankan sel darah

merah, sehingga bisa menjamin sirkulasi oksigen dan metabolisme zat-zat gizi yang

sangat dibutuhkan ibu hamil. Selain itu jika asupan zat besi sejak awal kehamilan

cukup baik maka janin akan menggunakannya untuk kebutuhan tumbuh kembannya.

Asupan zat besi ini harus ditambah selama hamil sebanyak 20 mg per hari.

Kekurangan zat besi sejak sebelum hamil dan tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu

Page 13: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

hamil menderita anemia. Untuk memenuhi kekurangan tersebut ibu hamil harus

memenuhi kebutuhan zat besinya yaitu sekitar 45-50 mg/hari. Kebutuhan itu dapat

dipenuhi dari makanan yang kaya akan zat besi seperti daging berwarna merah, hati,

ikan, kuning telur, sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, tempe, roti dan serelia.

Besi nonheme yang harus dikonsumsi bersama buah-buahan yang mengandung

vitamin C untuk meningkatkan penyerapan.

F. Biomedis Ibu

1. Umur

Menurut penelitian Waliman (2005:15) umur seorang perempuan yang sedang hamil

sebaiknva tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun

atau yang lebih dari 35 tahun beresiko tinggi untuk hamil. Kesiapan seorang

perempuan untuk hamil atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan dalam 3 hal,

yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental, emosi dan psikologi dan kesiapan sosial-

ekonomi. Secara umum seorang perempuan disebut slap secara fisik jika ia telah

menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya, yaitu sekitar usia 20 tahun, ketika tubuhnya

berhenti tumbuh sehingga usia 20 tahun dapat dijadikan pedoman kesiapan fisik.

Remaja dimungkinkan untuk menikah pada usia dibawah 20 tahun sesuai dengan

Undang-Undang Perkawinan No.l Tahun 1979, yang menyebutkan minimal usia

menikah bagi perempuan adalah 16 tahun dan bagi laki-laki 18 tahun. Tetapi perlu

diingat bahwa perempuan yang belum mencapai usia 20 tahun, sedang dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan fisik. Karena tubuhnya belum berkembang secara

maksimal, sehingga perlu dipertimbangkan hambatan yang akan terjadi antara lain :

Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya terenasuk kontrol

kehamilan. Ini berdampak pada meningkamya resiko kehamilan. Bahaya yang

ditimbulkan diantaranya adalah anemia. Selain itu tingginya resiko anemia pada

golongan umur ini

Page 14: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Shutter Stock

KOMPAS.com — Anemia pada kehamilan masih sering dijumpai di Indonesia.

Keadaan ini memang dapat disebabkan oleh adanya anemia sebelum kehamilan

karena anemia pada perempuan, termasuk perempuan muda, masih cukup tinggi.

Namun, anemia juga bisa terjadi akibat kehamilan.

Kehamilan dapat menimbulkan anemia karena saat hamil terjadi peningkatan volume

darah sehingga sel darah merah relatif menjadi lebih rendah. Selain itu, berkurangnya

asupan makanan karena mual dan muntah serta risiko perdarahan pada waktu

persalinan juga akan meningkatkan risiko anemia.

Jika hemoglobin pada kehamilan trimester pertama di bawah 11 g/dL dan pada

trimester kedua dan ketiga di bawah 10 g/dL, itu sudah dianggap anemia. Pengaruh

keadaan anemia terhadap kehamilan bergantung pada derajat anemia.

Jika anemia ringan, mungkin pengaruhnya hampir tak ada. Namun, jika hemoglobin

di bawah 6 g/dL, ibu akan merasa lekas lelah, bahkan dapat terjadi gangguan fungsi

jantung. Secara rutin biasanya pada kehamilan perlu diperiksa hemoglobin sehingga

dapat dilakukan terapi. Penyebab anemia pada kehamilan yang sering adalah karena

kurang besi.

Gejala anemia pada ibu hamil sama seperti anemia yang dialami orang dewasa, yaitu

ibu menjadi tidak fit; lesu, lemah, letih, lelah, lalai (5L). Ibu hamil juga menjadi

sering pusing, mata berkunang-kunang, bahkan sampai pingsan, mudah mengantuk,

sesak napas, daya tahan tubuh menurun, dan mudah jatuh sakit.

Page 15: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Anemia sebaiknya tidak dibiarkan saja karena akibatnya bisa fatal, baik pada ibu

maupun janinnya. Risiko yang terjadi antara lain keguguran, kelahiran prematur,

persalinan lama, perdarahan pasca-melahirkan, bayi lahir dengan berat rendah, hingga

kemungkinan bayi lahir dengan cacat bawaan.

Sayangnya, banyak ibu hamil kurang mengonsumsi zat besi, padahal zat besi dapat

dipenuhi dari komposisi makanan yang bergizi dan seimbang. Untuk mencegah

terjadinya anemia, biasanya dokter akan memberikan suplemen zat besi dengan asam

folat. Namun, kalau sampai terjadi anemia berat, penanganan seperti transfusi darah

mungkin saja diperlukan, tergantung dari bagimana kasusnya.

23 Desember 2008

ANEMIA PADA IBU HAMIL

A. DEFINISI ANEMIA

Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang

kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas.

Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal

kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar

wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan

tersebut, Centers for disease control (1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar

hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari

10,5 g/dl pada trimester kedua (Suheimi, 2007).

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam

tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai

dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum

Iron = SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding

Page 16: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat

yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Banyak faktor yang dapat

menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat

besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut

maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil,

masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit.

B. PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan

sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara.

Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan

maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun

sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang

meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan

peningkatan sekresi aldesteron.

C. ETIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN

Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu:

a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.

b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.

c. Kurangnya zat besi dalam makanan.

d. Kebutuhan zat besi meningkat.

e. Gangguan pencernaan dan absorbsi.

D. GEJALA KLINIS

Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat

bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang

Page 17: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala

penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-

kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu,

lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah

disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda

anemia akan jelas.

E. DERAJAT ANEMIA

Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil,

didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu

normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl).

Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil

adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi

14.00 mg/dl.

Klasifikasi anemia yang lain adalah :

a. Hb 11 gr% : Tidak anemia

b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

c. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang

d. Hb < 7 gr% : Anemia berat.

F. DAMPAK ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA KEHAMILAN

Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak

cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan

frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal,

angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal

meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering

Page 18: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang

anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.

Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga

terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur),

gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis),

gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infek¬si dan

stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas,

mikrosomi, BBLR, kematian peri¬natal, dan lain-lain)

G. PENGOBATAN ANEMIA

Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar

tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet

besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya

cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk

menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang

lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan

dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan

ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya

H. PENCEGAHAN ANEMIA

Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan

asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat

diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat

besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan

kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa

zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada

sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.

Page 19: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Anemia juga bisa dicegah dengan mengatur jarak kehamilan atau kelahiran bayi.

Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin

banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan Fe

minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya

menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Oleh karena itu, perlu diupayakan

agar jarak antar kehamilan tidak terlalu pendek, minimal lebih dari 2 tahun.

Bahaya Anemia pada Kehamilan

Anemia dalam kehamilan ialah suatu kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah

11 gr % terutama pada trimester I dan trimester ke III atau kadar Hb ( style="color:

rgb(255, 0, 0);")

PENYEBAB

Anemia pada Kehamilan disebabkan meningkatnya kebutuhan zat besi untuk

pertumbuhan janin.

· Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil

· Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan

· Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat

persalinan sebelumnya dan menstruasi.

GEJALA

Pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh

dan gangguan penyembuhan luka.

DAMPAK ANEMIA

Page 20: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Abortus, lahir prematur, lamanya waktu partus karena kurang daya dorong rahim,

pendarahan post – partum, rentan infeksi, rawan dekompensasi cordis pada penderita

dengan Hb kurang dari 4 g – persen.

Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan shock bahkan kematian ibu saat

persalinan, meskipun tak disertai pendarahan

Kematian bayi dalam kandungan, kematian bayi pada usia sangat muda serta cacat

bawaan.

DIAGNOSA

Diagnosis Anemia pada ibu hamil biasanya ditegaskan dan dapat diketahui melalui

pemeriksaan darah atau kadar hemoglobin (Hb)

ANEMIA PADA WANITA HAMIL

Selama kehamilan seorang wanita mengalami peningkatan plasma darah sampai 30%,

sel darah 18% tetapi Hb hanya bertambah 19%. Akibatnya frekuensi anemia pada

kehamilan cukup tinggi 10% – 20%

Wanita hamil cenderung terkena anemia pada 3 bulan terakhir, karena pada masa itu

janin menimbun cadangan zat besi untuk diri sendiri sebagai persediaan bulan

pertama sesudah lahir.

BESI (Fe)

Merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia, yaitu

sebanyak 3 – 5 gram

FUNGSI BESI (Fe)

Page 21: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Besi merupakan bagian dari Haemoglobin yg berfungsi sebagai alat angkut oksigen

dari paru – paru ke jaringan tubuh. Dengan berkurangnya Fe, sitesis Haemoglobin

berkurang dan akhirnya kadar haemoglobin akan menurun.

KEKURANGAN ZAT BESI

Hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak, Kematian janin,

abortus, cacat bawaan, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), Anemia pada bayi yang

dilahirkan, lahir prematur, Pendarahan, rentan infeksi.

ANGKA KECUKUPAN BESI (Fe)

Bayi : 3–5mg

Balita : 8–9mg

Anaksekolah : 10mg

Remaja laki–laki : 14–17mg

Remaja perempuan : 14–25mg

Dewasa laki–laki : 13mg

Dewasa perempuan : 14–26mg

Ibu hamil : +20mg

Ibu menyusui : +2mg

PENANGANAN

Selain terapi obat penanganannya dapat dilakukan dengan terapi diet. Untuk

memenuhi asupan zat besi, tingkatkan konsumsi bahan makanan tinggi zat besi (Fe)

misalnya makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua.

Defisiensi besi bukan satu-satunya penyebab anemia, tetapi apabila prevalensi anemia

tinggi, defisiensi besi biasanya dianggap sebagai penyebab yang paling dominan.

Pertimbangan itu membuat suplementasi tablet besi folat selama ini dianggap sebagai

Page 22: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

salah satu cara yang sangat bermanfaat dalam mengatasi masalah anemia. Anemia

dapat diatasi dengan meminum tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD). Kepada

ibu hamil umumnya diberikan sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama

90 hari selama masa kehamilan. TTD mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan

60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat. Pada beberapa orang, pemberian

preparat besi ini mempunyai efek samping seperti mual, nyeri lambung, muntah,

kadang diare, dan sulit buang air besar. Agar tidak terjadi efek samping dianjurkan

minum tablet setelah makan pada malam hari.

Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah

hemoglobin (protein pengangkut oksigen) kurang dari normal. Selama hamil, volume

darah bertambah sehingga penurunan konsentrasi sel darah merah dan hemoglobin

yang sifatnya menengah adalah normal.

Selama kehamilan, diperlukan lebih banyak zat besi (yang diperlukan untuk

menghasilkan sel darah merah) karena ibu harus memenuhi kebutuhan janin dan

dirinya sendiri. Jenis anemia yang paling sering terjadi pada kehamilan adalah anemia

karena kekurangan zat besi, yang biasanya disebabkan oleh tidak adekuatnya jumlah

zat besi di dalam makanan.

Anemia juga bisa terjadi akibat kekurangan asam folat (sejenis vitamin b yang

diperlukan untuk pembuatan sel darah merah). Diagnosis ditegakkan berdasarkan

hasil pemeriksaan darah yang menentukan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin

dan kadar zat besi dalam darah. Anemia karena kekurangan zat besi diobati dengan

tablet besi. Pemberian tablet besi tidak berbahaya bagi janin tetapi biasa

menyebabkan gangguan lambung dan sembelit pada ibu, terutama jika dosisnya

tingggi.

Page 23: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Wanita hamil dianjurkan untuk minum tablet besi meskipun jumlah sel darah merah

dan kadar hemoglobinnya normal, agar yakin bahwa mereka memiliki zat besi yang

cukup untuk janin dan dirinya sendiri. Anemia karena kekurangan asam folat diobati

dengan tablet folat. untuk wanita hamil yang menderita anemia sel sabit,

pengobatannya masih bersifat kontroversial, kadang perlu dilakukan transfusi darah.

Gejala dan Cara Mengatasi Anemia Pada Anak dan Ibu Hamil

Gejala dan Cara Mengatasi Anemia Pada Anak dan Ibu Hamil. Penyakit Anemia atau

kurang darah dapat menyebabkan 5L (letih, lesu, lemah, lelah dan lunglai). Beberapa

gejala anemia pada anak dan ibu hamil yang perlu diketahui, dan juga efek anemia.

Anemia Pada Ibu Hamil

Anemia adalah keadaan kadar hemoglobin yang berada dibawah normal sesuai umur

dan jenis kelamin. Pada anak dan ibu hamil, penyebab terbesarnya adalah kekurangan

zat besi. Zat besi merupakan bagian dari molekul pembentuk hemoglobin.

Berikut gejala-gejala 5L yang jika tidak diatasi dapat menyebabkan anemia :

- sering pusing

- telinga mendenging

- penglihatan berkunang-kunang

- cepat letih, sempoyongan

- mudah tersinggung

- berhenti menstruasi, libido berkurang

- gangguan saluran pencernaan, organ limpa membesar

- scleraikterik

- nadi lemah tapi cepat atau hipotensi ortostatik

Page 24: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Berikut gejala-gelala tersendiri Anemia karena kekurangan zat besi :

* Pika, suatu keinginan memakan zat yang bukan makanan. Seperti: es batu, kotoran

atau kanji.

* Keilosis, bibir pecah-pecah.

* Glositis, Iritasi lidah.

* Keilonikia, kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.

Berikut efek anemia, diantaranya :

* Mengganggu fungsi kognitif maupun perkembangan psikomotor.

* Menurunkan potensi pertumbuhan.

* Menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.

* 5L (letih, lesu, lemah, lelah dan lunglai).

* Memperlambat pertumbuhan cabang sel otak (dendrit), sehingga hubungan antara

sel otak menjadi kurang kompleks dan pemrosesan informasi di otak menjadi lambat.

* Terganggunya proses mielinisasi, padahal proses ini sangat penting untuk kecepatan

hantaran dan pemrosesan informasi di otak.

* Gangguan metabolisme di hipokampus (pusat kendali emosi).

* Rawan terhadap serangan infeksi.

Sedangkan efek anemia pada ibu hamil, dapat menyebabkan:

* Rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat

pasokan oxygen.

* Meningkatkan frekuensi komplikasi saat hamil dan melahirkan.

* Pendarahan antepartum (pendarahan pada kehamilan diatas usia 20 minggu).

* Pendarahan postpartum (pendarahan melebihi 500 ml yang terjadi setelah

melahirkan)

* Produksi ASI rendah.

Singkatnya, kekurangan zat besi pada anak bisa mengakibatkan berbagai gangguan,

seperti :

Page 25: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

- pendengaran,

- penglihatan,

- sulit konsentrasi,

- hiperaktif (sulit mengendalikan diri dan interaksi),

- gangguan emosi,

- gangguan memori dan

- rendahnya kecerdasan.

Bagaimanakah cara mencegah dan mengatasi Anemia?

* Untuk mencegah anemia pada bayi, Anda cukup memberikan ASI eksklusif

(menyusui hingga bayi berusia 6 bulan, atau dilanjutkan sekurang- kurangnya hingga

2 tahun.)

* Jika pada orang dewasa, Cukupi kebutuhan Zat besi dan gizinya.

Berikut makanan yang mengandung zat besi :

- Kelompok lauk-pauk (daging sapi, telur dll.).

- Kelompok Zat tepung (gandum, jagung, kentang, ubi jalar, talas, beras merah/ putih

dan ketan hitam).

- Kelompok sayuran (kacang-kacangan, jambu mete muda, daun kecipir dll.)

- Kelompok Buah (kurma, apel, jambu, pepaya, belimbing, alpukat, nangka, salak dan

srikaya.

- Makanan berserat lainnya.

* Jangan berlebihan mengonsumsi teh.

Karena zat tanin yang terkandung dalam teh terbukti dapat menghambat penyerapan

zat besi dalam usus.

* Pemberian suplemetasi zat besi dapat diberikan sejak dini, mulai dari anak berusia 6

bulan – 3 tahun. Atau lebih baik lagi, bila ibu hamil mengonsumsi zat besi untuk

perkembangan otak janin & darahnya.

Page 26: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Itulah tips mengetahui gejala, penyebab, efek, pencegahan dan mengobati anemia

yang semoga bermanfaat. Untuk menghindari anemia bisa dimulai membiasakan pola

hidup sehat dan bersih. Dengan mengetahui gejala dan cara mengatasi Anemia pada

Anak dan Ibu Hamil, anda bisa terhindar dari penyakit Anemia. Selamat mencoba.

klipingku.com. Capedeh..

Epidemiologi Anemia pada Ibu Hamil

Posted by ahyar on October 31, 2010

EPIDEMIOLOGI ANEMIA PADA IBU HAMIL

Ayu Andriyani Achmanagara| Sigit Priyanto

LATAR BELAKANG

Ibu hamil merupakan salah satu kelompok penderita anemia. Angka anemia ibu hamil

tetap saja masih tinggi meskipun sudah dilakukan pemeriksaan kehamilan dan

pelayanan kesehatan. Berdasarkan data SKRT tahun 1995 dan 2001, anemia pada ibu

hamil sempat mengalami penurunan dari 50,9% menjadi 40,1% (Amiruddin, 2007).

Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia

dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan. Berdasarkan profil

kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa cakupan pelayanan K4 meningkat dari

80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun 2008), namun cakupan pemberian tablet

Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03% (tahun 2007) menjadi 48,14% (tahun

2008) (Depkes, 2008).

RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT

Riwayat alamiah penyakit merupakan gambaran tentang perjalanan perkembangan

penyakit pada individu dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen penyebab

sampai terjadinya kesembuhan atau kematian tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi

Page 27: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

preventif maupun terapeutik (CDC, 2010 dikutip Murti, 2010). Hal ini diawali

dengan terjadinya interaksi antara host, agent, dan lingkungan.

Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya host yang rentan (fase suseptibel)

oleh agen penyebab. Sumber penyakit (agens) pada anemia ibu hamil diantaranya

dapat berupa unsur gizi dan faktor fisiologis. Pada saat hamil, ibu sebagai penjamu

(host). Menurut WHO (1972), anemia pada kehamilan terjadi jika kadar hemoglobin

kurang dari 11 mg/dL (Basu,2010). Sedangkan menurut CDC (1998), anemia terjadi

pada ibu hamil trimester 1 dan 3 jika kadar hemoglobin kurang dari 11 mg/dL

sedangkan pada ibu hamil trimester 2 jika kadar Hb kurang dari 10,5 mg/dL

(Lee,2004). Dari faktor faal atau fisiologis, kehamilan menyebabkan terjadinya

peningkatan volume plasma sekitar 30%, eritrosit meningkat sebesar 18% dan

hemoglobin bertambah 19%.

Peningkatan tersebut terjadi mulai minggu ke-10 kehamilan. Berdasarkan hal tersebut

dapat dilihat bahwa bertambahnya volume plasma lebih besar daripada sel darah

(hipervolemia) sehingga terjadi pengenceran darah. Hemoglobin menurun pada

pertengahan kehamilan dan meningkat kembali pada akhir kehamilan. Namun, pada

trimester 3 zat besi dibutuhkan janin untuk pertumbuhan dan perkembangan janin

serta persediaan setelah lahir. Hal inilah yang menyebabkan ibu hamil lebih mudah

terpapar oleh agen sehingga berisiko terjadinya anemia. Sedangkan, dari unsur gizi

ibu hamil dihubungkan dengan kebutuhan akan zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin

B12. Keluhan mual muntah pada ibu hamil trimester 1 dapat mengurangi

ketersediaan zat besi pada tubuh ibu hamil.

Dan kebutuhan zat besi pada ibu hamil trimester 3 untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin juga membuat kebutuhan zat besi pada ibu hamil semakin besar.

Padahal, zat besi dibutuhkan untuk meningkatkan sintesis hemoglobin.

Jika fase suseptibel di atas tidak tertangani, maka akan terjadi proses induksi menuju

fase subklinis (masa laten) dan kemudian fase klinis dimana mulai muncul tanda dan

Page 28: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

gejala anemia seperti cepat lelah, sering pusing, malaise, anoreksia, nausea dan

vomiting yang lebih hebat, kelemahan, palpitasi, pucat pada kulit dan mukosa,

takikardi dan bahkan hipotensi. Selama tahap klinis, manifestasi klinis akan menjadi

hasil akhir apakah mengalami kesembuhan, kecacatan, atau kematian (Rohtman,

2002 dalam Murti,2010). Misalnya jika terjadi pada trimester I akan mengakibatkan

abortus dan kelainan kongenital, pada trimester II dapat mengakibatkan persalinan

prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin, asfiksia, BBLR,

mudah terkena infeksi dan bahkan kematian. Sedangkan pada trimester III akan

menimbulkan gangguan his, janin lahir dengan anemia, persalinan tidak spontan .

PERIODE PREPATHOGENESIS DAN PATHOGENESIS

Tahap prepathogenesis adalah tahap sebelum terjadinya penyakit. Sehingga, tahap ini

terdiri dari fase suseptibel dan subklinis (asimtomatis). Pada tahap ini, secara

patofisiologis anemia terjadi pada kehamilan karena terjadi perubahan hematologi

atau sirkulasi yang meningkat terhadap plasenta. Hal ini berhubungan dengan

meningkatnya volume plasma tetapi tidak sebanding dengan penambahan sel darah

dan hemoglobin. Selain itu, dapat disebabkan kebutuhan zat besi yang meningkat

serta kurangnya cadangan zat besi dan intake zat besi dalam makanan. Zat besi

diperlukan untuk eritropoesis (Atmarita, 2004 dalam Amiruddin et al, 2007).

Jika total zat besi dalam tubuh menurun akibat cadangan dan intake zat besi yang

menurun, maka akan terjadi penurunan zat besi pada hepatosit dan makrofag hati,

limpa dan sumsum tulang belakang. Setelah cadangan habis, akan terjadi penurunan

kadar Fe dalam plasma padahal suplai Fe pada sumsum tulang untuk pembentukan

hemoglobin menurun. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan eritrosit tetapi

mikrositik sehingga terjadi penurunan kadar hemoglobin (Choudry et al, 2002 dalam

Yilmaz et al, 2007).

Anemia pada kehamilan tersebut dinamakan anemia defisiensi besi. Klasifikasi

anemia dalam kehamilan lainnya diantaranya adalah anemia megaloblastik, anemia

Page 29: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

hipoplastik dan anemia hemolitik. Anemia megaloblastik termasuk dalam anemia

makrositik dimana anemia terjadi karena kekurangan asam folat dan atau vitamin

B12. Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran

eritrosit yang lebih cepat dari pembuatannya akibat kehilangan darah akut/ kronis

(Basu, 2010).

Jika sebab-sebab di atas terjadi pada ibu hamil secara beriringan maka akan

menimbulkan manifestasi klinis anemia. Pada saat tanda dan gejala tersebut muncul,

tahap inilah yang disebut dengan tahap awal pathogenesis. Tahap ini berakhir sampai

fase kesembuhan, kecacatan atau kematian.

Manifestasi klinis anemia diantaranya adalah:

Tanda

Takikardi

Hipotensi

Hemoglobin kurang dari 11 gr/dL

Gejala

Cepat lelah

Sering pusing

Malaise

Anoreksia

Nausea dan vomiting

Palpitasi

Pucat pada kulit dan mukosa

Kemudian tahap patogenesis berakhir pada kesembuhan, kecacatan dan bahkan

kematian. Jika timbul kesakitan atau kecacatan dapat berdampak pada kehamilannya,

janinnya, persalinannya dan bayi nantinya. Yang berdampak pada kehamilan seperti

abortus dan partus imatur, yang berdampak pada janinnya adalah dismaturitas,

mikrosomi, BBLR, gangguan pertumbuhan janin. Yang berdampak pada

Page 30: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

persalinannya yaitu partus lama, perdarahan, inertia uteri. Sedangkan, yang

berdampak pada bayi nantinya adalah kelainan/ kecacatan, asfiksia, infeksi (Soeprono

dalam Amiruddin et al, 2007) .

PENCEGAHAN DAN PERAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN

Peran perawat dapat masuk dalam tahap pencegahan. Dimana tahap pencegahan tediri

dari tiga(3) yaitu:

Pencegahan Primer

Pencegahan primer dilakukan pada fase prepathogenesis yaitu pada tahap suseptibel

dan induksi penyakit sebelum dimulainya perubahan patologis. Tujuan pencegahan

ini untuk mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan memodifikasi

faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko (AHA Task Force, 1998

dalam Murti 2010).

Pada pencegahan dalam anemia ibu hamil ini, perawat komunitas dapat berperan

sebagai edukator seperti memberikan nutrition education berupa asupan bahan

makanan yang tinggi Fe dan konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah selama 90

hari. Edukasi tidak hanya diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil.

Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum peristiwa melahirkan (Junadi, 2007).

Selain itu, perawat juga dapat berperan sebagai konselor atau sebagai sumber

berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah anemia pada kehamilan.

Perawat dapat menjadi fasilitator atau penghubung dengan pihak terkait mengenai

penyediaan tablet tambah darah kepada ibu hamil. Selain itu, sebagai fasilitator

perawat dapat mengaktifkan kader dan posyandu balita atau pembentukan posyandu

(jika belum ada) sebagai tenaga, sarana dan tempat dalam mempromosikan

kesehatan. Perawat juga dapat menjadi motivator bagi ibu hamil untuk memeriksakan

kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan memotivasi

keluarga ibu hamil untuk selalu mendukung perawatan yang dilakukan pada ibu

hamil untuk mencegah terjadinya anemia.

Page 31: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada tahap

pathogenesis yaitu mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya

gejala penyakit atau gangguan kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat

dilakukan oleh perawat komunitas diantaranya adalah sebagai care giver diantaranya

melakukan skirinning (early detection) seperti pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk

mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau tidak, jika anemia, apakah ibu hamil masuk

dalam anemia ringan, sedang, atau berat. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan

terhadap tanda dan gejala yang mendukung seperti tekanan darah, nadi dan

melakukan anamnesa berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga, perawat dapat

memberikan tindakan yang sesuai dengan hasil tersebut.

Dalam hal ini, perawat dapat berperan juga sebagai penemu kasus, peneliti, konselor,

edukator, motivator, fasilitator dan kolaborator. Sebagai penemu kasus dan peneliti,

perawat dapat menggambarkan dan melaporkan kejadian anemia pada ibu hamil di

suatu daerah, sehingga datanya bermanfaat untuk dinas terkait dalam rangka

penanganan terhadap kejadian anemia tersebut. Jika ibu hamil terkena anemia, maka

perawat sebagai care giver dan kolaborator dapat memberikan terapi oral dan

parenteral berupa Fe dan memberikan rujukan kepada ibu hamil ke rumah sakit untuk

diberikan transfusi (jika anemia berat).

Sebagai edukator, konselor dan motivator, perawat dapat memberikan pengarahan

dan motivasi kepada ibu hamil dan keluarganya supaya tidak berlanjut pada

komplikasi yang tidak diinginkan pada ibu dan janin. Perawat juga dapat memotivasi

kader untuk dapat membantu mendeteksi adanya anemia pada ibu hamil di

wilayahnya.

Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah yang

lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau

Page 32: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

mencegah terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit,

mencegah serangan ulang dan memperpanjang hidup. Contoh pencegahan tersier

pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu mempertahankan kadar hemoglobin tetap

dalam batas normal, memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin,

mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu hamil,

tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan

yang adekuat setelah persalinan. Dalam hal ini, perawat dapat berperan sebagai care

giver, edukator, konselor, motivator, kolaborator, dan fasilitator.

KARAKTER TRIAS EPIDEMIOLOGI

Trias epidemiologi terdiri dari host, agen dan lingkungan.

Host

Faktor host (pejamu) dalam kasus anemia pada ibu hamil adalah ibu hamil yang

terdiri dari:

Umur

Semakin muda umur ibu hamil, semakin berisiko untuk terjadinya anemia. Hal ini

didukung oleh penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ibu remaja

memiliki prevalensi anemia kehamilan lebih tinggi dibanding ibu berusia 20 sampai

35 tahun. Hal ini dapat dikarenakan pada remaja, Fe dibutuhkan lebih banyak karena

pada masa tersebut remaja membutuhkannya untuk pertumbuhan, ditambah lagi jika

hamil maka kebutuhan akan Fe lebih besar seperti yang sudah dijelaskan pada

riwayat alamiah. Selain itu, faktor usia yang lebih muda dihubungkan dengan

pekerjaan, status sosial ekonomi dan pendidikan yang kurang.

Kelompok etnik

Berdasarkan penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ras kulit hitam

memiliki risiko anemia pada kehamilan 2 kali lipat dibanding dengan kulit putih. Hal

ini juga dihubungkan dengan status sosial ekonomi

Keadaan Fisiologis

Page 33: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Keadaan fisiologis ibu hamil, peningkatan Hb tidak sebanding dengan penambahan

volume plasma yang lebih besar, selain itu didukung dengan kebutuhan intake Fe

yang lebih banyak untuk eritropoesis.

Keadaan imunologis

Keadaan imunologis dari ibu hamil yang dapat menyebabkan anemia dihubungkan

dengan proses hemolitik sel darah merah yang nantinya disebut anemia hemolitik.

Hal ini juga berhubungan dengan ada maupun tidak adanya penyakit yang mendasari

seperti SLE(Systemic Lupus Erythematosus) yang dapat menyebabkan hancurnya sel

darah merah.

Kebiasaan

Kebiasaan ini meliputi kebiasaan makan pada ibu hamil, apakah intake nutrisinya

adekuat atau tidak atau mengandung Fe, asam folat, vitamin B12 ataukah tidak.

Selain itu, kebiasaan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya di tempat

pelayanan kesehatan juga mempengaruhi besar kecilnya kejadian anemia pada ibu

hamil. Menurut penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA, bahwa ibu hamil

yang merokok dan minum alkohol juga mempengaruhi terjadinya anemia.

Sosial ekonomis

Faktor sosial ekonomi diantaranya adalah kondisi ekonomi, pekerjaan dan

pendidikan. Ibu hamil dengan keluarga yang memiliki pendapatan yang rendah akan

mempengaruhi kemampuan untuk menyediakan makanan yang adekuat dan

pelayanan kesehatan untuk mencegah dan mengatasi kejadian anemia. Ibu hamil yang

memiliki pendidikan yang kurang juga akan mempengaruhi kemampuan ibu dalam

mendapatkan informasi mengenai anemia pada kehamilan.

Faktor kandungan dan kondisi/ riwayat kesehatan

Faktor kandungan diantaranya paritas, riwayat prematur sebelumnya, dan usia

kandungan. Ibu dengan riwayat prematur sebelumnya lebih berisiko dibanding

dengan ibu yang tidak memiliki riwayat tersebut. Ibu dengan primipara berisiko lebih

Page 34: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

rendah untuk terjadi anemia daripada ibu dengan multipara (Omoniyi, Stayhorn,

2005). Kondisi atau riwayat kesehatan diantaranya adalah apakah ibu hamil

menderita penyakit diabetes, ginjal, hipertensi, dan penyakit kronis lainnya. Ibu hamil

mempunyai riwayat penyakit kronis tersebut, semakin berisiko terjadinya anemia

pada ibu hamil (Omoniyi, Stayhorn, 2005).

Agen

Agens atau sumber penyakit pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu:

Unsur gizi

Terjadinya anemia pada ibu hamil juga dapat disebabkan karena defisiensi Fe, asam

folat dan vitamin B dalam makanan. Defisiensi ini dapat terjadi karena kebutuhan Fe

yang meningkat, kurangnya cadangan dan berkurangnya Fe dalam tubuh ibu hamil.

Kimia dari dalam dan luar

Anemia pada ibu hamil juga dapat terjadi karena berhubungan dengan kimia dan

obat. Anemia tersebut dinamakan anemia aplastik. Kehamilan mengakibatkan

peningkatan sintesa laktogen plasenta, eritropoetin dan estrogen. Laktogen plasenta

dan eritropoetin menstimulasi hematopoesis dimana estrogen menekan sumsum

tulang. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan hipoplasia (Choudry et al, 2002

dalam Yilmaz et al, 2007).

Faktor faali/ fisiologis

Faktor fisiologis ini meliputi peningkatan eritrosit dan Hb tidak sebanyak dengan

peningkatan volume plasma pada kehamilan sehingga terjadi hipervolemi. Hal

tersebut berisiko terjadinya anemia pada kehamilan.

Lingkungan

Dari ketiga faktor lingkungan (fisik, biologis dan sosial ekonomi) yang dapat

mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil yaitu faktor sosial ekonomi. Kondisi

sosial berupa dukungan dari keluarga dan komunitas akan mempengaruhi kejadian

anemia pada ibu hamil. Jika keluarga mendukung terhadap intake nutrisi yang

Page 35: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

adekuat pada ibu hamil dan memotivasi dalam memeriksakan kehamilannya secara

rutin, maka kemungkinan kecil terjadi anemia. Jika lingkungan komunitas

menyediakan sarana pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan kader maka

pelayanan kesehatan akan meningkat sehingga kejadian anemia kemungkinan kecil

terjadi. Selain itu, pendidikan ibu hamil yang semakin tinggi akan mempengaruhi

kemampuan dalam mendapatkan informasi. Kondisi ekonomi akan mempengaruhi

kemampuan ibu hamil dan keluarga dalam menyediakan nutrisi yang adekuat dan

memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai.

Kesimpulan

Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya host yang rentan (fase suseptibel)

oleh agen penyebab. Sumber penyakit (agens) pada anemia ibu hamil diantaranya

dapat berupa unsur gizi dan faktor fisiologis. Pada saat hamil, ibu sebagai penjamu

(host).

Tahap prepathogenesis adalah tahap sebelum terjadinya penyakit. Sehingga, tahap ini

terdiri dari fase suseptibel dan subklinis (asimtomatis). Pada tahap ini, secara

patofisiologis anemia terjadi pada kehamilan karena terjadi perubahan hematologi

atau sirkulasi yang meningkat terhadap plasenta.

Jika penyebab yang terjadi pada ibu hamil secara beriringan maka akan menimbulkan

manifestasi klinis anemia. Pada saat tanda dan gejala tersebut muncul, tahap inilah

yang disebut dengan tahap awal pathogenesis. Tahap ini berakhir sampai fase

kesembuhan, kecacatan atau kematian. Keparahan dari penyakit yang dialami akan

ditentukan oleh faktor agent, host dan lingkungan.

Diperlukannya penangangan yang tepat terhadap faktor lingkungan (fisik, biologis

dan sosial ekonomi), terlebih faktor sosial ekonomi. Kondisi sosial berupa dukungan

dari keluarga dan komunitas akan mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil.

Jika keluarga mendukung terhadap intake nutrisi yang adekuat pada ibu hamil dan

Page 36: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

memotivasi dalam memeriksakan kehamilannya secara rutin, maka kemungkinan

kecil terjadi anemia.

DAFTAR PUSTAKA

Adebisi, Omoniyi, Gregory Stayhorn. 2005. Anemia in Pregnancy and Race in the

United States:Blacks at Risk. Dimuat dalam Jurnal Health Services Research: volume

37 no. 9, hal. 655-662, Oktober 2005.

Amiruddin, Ridwan, Ermawati Syam, Rusnah, Septi Tolanda, Irma Damayanti. 2007.

Anemia Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil di Indonesia (Evidenced Based). Diakses

tanggal 17 September 2010. http://ridwanamiruddin.wordpress.com

Basu, Samar K. Anemia in Pregnancy. Diakses tanggal 17 September 2010.

http://delhimedicalcouncil.nic.in

Departemen Kesehatan. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Diakses tanggal 18

September 2010. http://www.depkes.go.id

Junadi, Purnawan. 2007. Jalan Cerdas menuju Sehat. Diakses tanggal 18 September

2010. http://www.litbang.depkes.go.id

Lee, Rae Lynne. 2004. Iron Deficiency Anemia. Diakses tanggal 17 September

2010.http://www.cdph.ca.gov

Yilmaz, Ercan, Umit Korucuoglu, Arzu Acar, Nuray Bozkurt, Aydan Biri. 2007.

Aplastic Anemia and Pregnancy: Case Report. Dimuat dalam jurnal Perinatal Journal:

volume 15, tanggal 1 April 2007.

Anemia pada Ibu Hamil

Page 37: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Sabtu, 30 Januari 2010 | 12:26 WIB

Shutter Stock

KOMPAS.com — Anemia pada kehamilan masih sering dijumpai di Indonesia.

Keadaan ini memang dapat disebabkan oleh adanya anemia sebelum kehamilan

karena anemia pada perempuan, termasuk perempuan muda, masih cukup tinggi.

Namun, anemia juga bisa terjadi akibat kehamilan.

Kehamilan dapat menimbulkan anemia karena saat hamil terjadi peningkatan volume

darah sehingga sel darah merah relatif menjadi lebih rendah. Selain itu, berkurangnya

asupan makanan karena mual dan muntah serta risiko perdarahan pada waktu

persalinan juga akan meningkatkan risiko anemia.

Jika hemoglobin pada kehamilan trimester pertama di bawah 11 g/dL dan pada

trimester kedua dan ketiga di bawah 10 g/dL, itu sudah dianggap anemia. Pengaruh

keadaan anemia terhadap kehamilan bergantung pada derajat anemia.

Jika anemia ringan, mungkin pengaruhnya hampir tak ada. Namun, jika hemoglobin

di bawah 6 g/dL, ibu akan merasa lekas lelah, bahkan dapat terjadi gangguan fungsi

jantung. Secara rutin biasanya pada kehamilan perlu diperiksa hemoglobin sehingga

dapat dilakukan terapi. Penyebab anemia pada kehamilan yang sering adalah karena

kurang besi.

Gejala anemia pada ibu hamil sama seperti anemia yang dialami orang dewasa, yaitu

ibu menjadi tidak fit; lesu, lemah, letih, lelah, lalai (5L). Ibu hamil juga menjadi

sering pusing, mata berkunang-kunang, bahkan sampai pingsan, mudah mengantuk,

sesak napas, daya tahan tubuh menurun, dan mudah jatuh sakit.

Page 38: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Anemia sebaiknya tidak dibiarkan saja karena akibatnya bisa fatal, baik pada ibu

maupun janinnya. Risiko yang terjadi antara lain keguguran, kelahiran prematur,

persalinan lama, perdarahan pasca-melahirkan, bayi lahir dengan berat rendah, hingga

kemungkinan bayi lahir dengan cacat bawaan.

Sayangnya, banyak ibu hamil kurang mengonsumsi zat besi, padahal zat besi dapat

dipenuhi dari komposisi makanan yang bergizi dan seimbang. Untuk mencegah

terjadinya anemia, biasanya dokter akan memberikan suplemen zat besi dengan asam

folat. Namun, kalau sampai terjadi anemia berat, penanganan seperti transfusi darah

mungkin saja diperlukan, tergantung dari bagimana kasusnya.

ANEMIA PADA IBU HAMIL

Diarsipkan di bawah: Jurnal — rofiqahmad @ 12:59 am

Oleh: Sohimah *

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang

dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah

kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau

kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang

Page 39: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan

murah.

Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau

Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan

bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut

adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.

Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan

mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro,

2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja

jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan

akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut

Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:

1. Kurang gizi (malnutrisi)

2. Kurang zat besi dalam diit

3. Malabsorpsi

4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain

5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL

Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata

berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi

hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada

hamil muda.

KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN.

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:

1. Anemia Defisiensi Besi

Page 40: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya

yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang

dianjurkan adalah pemberian tablet besi.

a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero

glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar

Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60

mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).

b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per

oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa

kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum

dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat

meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).

Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan

anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata

berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan

dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan

minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb

dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Hb 11 gr% : Tidak anemia

2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

3. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang

4. Hb < 7 gr% : Anemia berat

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan

ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi

digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg

lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100

kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan

Page 41: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan

dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg

sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).

2. Anemia Megaloblastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali

karena kekurangan vitamin B12.

Pengobatannya:

a. Asam folik 15 – 30 mg per hari

b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari

c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari

d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat

diberikan transfusi darah.

3. Anemia Hipoplastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel

darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan

diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan

retikulosi.

4. Anemia Hemolitik

Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang

lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-

kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi

kelainan pada organ-organ vital.

Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila

disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat

penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi

hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.

EFEK ANEMIA PADA IBU HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS

Page 42: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu

diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat

mengakibatkan: Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital. Anemia pada

kehamilan trimester II dapat menyebabkan: Persalinan prematur, perdarahan

antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai

kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa

mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik

primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan

tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat

menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi

febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.

SIMPULAN

Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat

meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian

bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus

mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata

berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi

hilang, napas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada

kehamilan muda.

* Sohimah, S.ST : Staf Pengajar Prodi DIII Kebidanan STIKES Al-Irsyad

KEPUSTAKAAN

Manuaba, I.B.G.1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana. Jakarta: EGC

Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi

dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC

Mochtar, R. 1998 . Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC

Page 43: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Notobroto. 2003. Insiden Anemia. http://adln.lib.unair.ac.id. diperoleh 24 Februari,

2006.

Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: YBP-SP

Winkyosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

Kurangnya mengkonsumai zat besi atau rendahnya kadar zat besi pada makanan,

merupakan faktor utama penyebab anemia pada ibu hamil. Padahal, saat seorang

perempuan hamil dan seiring bertambahnya usia kehamilan, semakin tinggi pula

kebutuhan zat besi.

Itulah kenapa pada perempuan hamil, risiko anemia tetap tinggi. Sebagian gambaran

bisa kita lihat kebutuhan zat besi ibu hamil setiap trimesternya berbeda-beda.

Pada trimester pertama kebutuhan zat besi sekitar 1 mg/hari.

Pada trimester kedua kebutuhan zat besi meningkat menjadi 5 mg/hari.

Pada trimester ketiga kebutuahn zat besi meningkat lagi menjadi 115 mg/hari.

Berdasarkan penelitian Departemen Kesehatan, Unicef, dan Institut Pertanian Bogor

diperoleh data bahwa zat besi pada ibu hamil yang menyebabkan angka anemia ibu

hamil, ternyata terkait pula dengan kondisi sosial budaya yang berkembang di

masyarakat. Misalnya saja hal yang tabu untuk mengkonsumi makanan tertentu,

kekurangan air dan kurangnya persediaan pangan.

Page 44: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Anemia terutama pada ibu hamil akibatnya akan sangat mengerikan. Anemia pada

ibu hamil bisa menyebabkan keguguran, perdarahan sebelum dan waktu melahirkan,

berat bayi lahir rendah, bahkan bisa menjadi penyebab utama kematian ibu dan bayi.

Data angka kematian ibu di Indonesia sampai sekarang masih tinggi yaitu sekitar 343

per seratus ribu kelahiran hidup. Atau dengan kata lain setiap seratus ribu perempuan

yang melahirkan dalam satu tahun, berakhir dengan kematian sebanyak 343 orang

perempuan. Dan menurut informasi dari Direktorat Kesehatan Keluarga, yang

menjadi penyebab tingginya angka kematian itu adalah anemia.

Itulah sebabnya, menanggulangi anemia pada ibu hamil merupakan bagian utama dan

tidak bisa dipisahkan dari program perbaikan gizi masyarakat.

Tanda-Tanda Anemia

Gejala-gejala seperti lelah, lemah, nafsu makan berkurang bahkan hilang sama sekali,

sakit kepala pada saat bangkit dari duduk, bibir dan kuku terlihat pucat, sesak napas,

atau selaput lendir terlihat pucat, adalah tanda bahwa seseorang menderita anemia.

Untuk memastikan bahwa gejala-gejala tersebut memang tanda terserang anemia –

terutama pada ibu hamil – segeralah memeriksakan diri kepada petugas kesehatan

sebelum gejala-gejala tersebut bertambah parah. Dengan lebih cepat ditangani, maka

risiko paling buruk pun bisa segera dihindari.

Dalam penanggulangan anemia, terutama dengan memperhatikan risiko yang

diakibatnya, maka anemia pada ibu hamil sejauh ini mendapat prioritas utama.

Setelah itu, barulah perempuan yang telah melahirkan terutama dalam rentang masa

nifas. Berikutnya adalah kepada balita. Sejauh ini, angka penderita anemia balita ini

cukup tinggi, sekitar 55,5%.

Usia anak sekolah atau anak-anak dengan rentang usia 6-12 tahun adalah prioritas

selanjutnya. Angka penderita anemia pada usia anak sekolah ini berkisar antara 24-

35%, sedangkan pada remaja putri pada rentang usia 12-18 tahun dan wanita usia

subur juga mendapat perhatian serius terutama dalam mempersiapkan kehamilan.

Page 45: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Tujuh dari 10 Wanita Hamil Terkena Anemia

Oleh Admin pada 19 Nov, 2008 Komentar 2

Di Indonesia prevalensi anemia di kalangan pekerja memang masih tinggi. Studi

mengenai anemia pada pekerja wanita yang dilakukan di Jakarta, Tangerang, Jambi,

dan Kudus – Jawa Tengah membuktikan hal itu. Dilaporkan, anemia menurunkan

produktivitas 5 – 10% dan kapasitas kerjanya 6,5 jam per minggu. Anemia yang

menyebabkan turunnya daya tahan juga membuat penderita rentan terhadap penyakit,

sehingga frekuensi tidak masuk kerja meningkat. Maka benarlah bila disimpulkan,

anemia defisiensi zat besi sangat mempengaruhi produktivitas kerja seseorang.

Namun, menurut penelitian lain, produktivitas dapat ditingkatkan sampai 10 – 20%

setelah pekerja mendapat suplemen zat besi.

Pembentuk sel darah merah

Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah

(hemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat

gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Tetapi

yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi.

Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap. Awalnya,

terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi. Bila belum juga dipenuhi dengan

masukan zat besi, lama-kelamaan timbul gejala anemia disertai penurunan Hb.

Page 46: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu

makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, stamina

tubuh menurun, dan pandangan berkunang-kunang – terutama bila bangkit dari

duduk. Selain itu, wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir, dan kuku penderita

tampak pucat. Kalau anemia sangat berat, dapat berakibat penderita sesak napas,

bahkan lemah jantung.

Zat besi yang terdapat dalam semua sel tubuh ini berperan penting dalam berbagai

reaksi biokimia, di antaranya memproduksi sel darah merah. Sel itu sangat diperlukan

untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Sedangkan oksigen penting

dalam proses pembentukan energi agar produktivitas kerja meningkat dan tubuh tidak

cepat lelah.

Zat besi juga unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh, agar kita tidak

mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb kurang dari 10

g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula.

Jumlah zat besi di dalam tubuh bervariasi menurut umur, jenis kelamin, dan kondisi

fisiologis tubuh. Pada orang dewasa sehat, jumlah zat besi diperkirakan lebih dari

4.000 mg, dengan sekitar 2.500 mg ada dalam hemoglobin. Di dalam tubuh sebagian

zat besi (sekitar 1.000 mg) disimpan di hati berbentuk ferritin. Saat konsumsi zat besi

dari makanan tidak cukup, zat besi dari ferritin dikerahkan untuk memproduksi Hb.

Jumlah zat besi yang harus diserap tubuh setiap hari hanya 1 mg atau setara dengan

10 – 20 mg zat besi yang terkandung dalam makanan. Zat besi pada pangan hewani

lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 – 30%, sedangkan dari sumber nabati hanya 1 –

6%.

Wanita lebih rentan

Sebenarnya, tubuh punya mekanisme menjaga keseimbangan zat besi dan mencegah

berkembangnya kekurangan zat besi. Tubuh mampu mengatur penyerapan zat besi

Page 47: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

sesuai kebutuhan tubuh dengan meningkatkan penyerapan pada kondisi kekurangan

dan menurunkan penyerapan saat kelebihan zat besi.

Begitupun, anemia tetap bisa menyerang, bahkan siapa saja. Di antaranya mereka

yang karena aktif, amat sibuk, dan punya keterbatasan waktu, tidak bisa mengikuti

pola makan yang memenuhi kebutuhan akan zat besi.

Kemungkinan lain adalah meningkatnya kebutuhan karena kondisi fisiologis,

misalnya hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi,

adanya penyakit kronis atau infeksi, misalnya infeksi cacing tambang, malaria,

tuberkulose atau TB (dulu dikenal sebagai TBC).

Mereka yang berdiet pun terbuka kemungkinan menderita anemia karena diet yang

berpantang telur, daging, hati, atau ikan. Padahal jenis pangan itu sumber zat besi

yang mudah diserap tubuh. Tak heran bila para vegetarian cenderung mudah

menderita anemia. Apalagi disertai kebiasaan tidak sarapan atau frekuensi makan

tidak teratur tanpa kualitas makanan seimbang.

Demikian pula pengidap gangguan penyerapan zat besi dalam usus. Ini bisa terjadi

karena gangguan pencernaan atau dikonsumsinya substansi penghambat seperti kopi,

teh, atau serat makanan tertentu tanpa asupan zat besi yang cukup.

Wanita, terutama, perlu memberi perhatian khusus pada anemia. Dimulai pada saat

remaja mengalami haid di masa pubertas. Di fase ini sangat diperlukan zat gizi cukup

seperti zat besi, vitamin A, dan kalsium. Sayangnya, akibat menstruasi ia harus

kehilangan zat besi hingga dua kali jumlah yang dikeluarkan pria.

Pada wanita dewasa dengan berat badan 55 kg, zat besi yang keluar lewat saluran

pencernaan dan kulit atau kehilangan basal berjumlah 0,5 – 1,0 mg per hari, atau

umumnya sekitar 0,8 mg per hari. Sedangkan jumlah zat besi yang hilang karena

haid, pada 95% populasi adalah 1,6 mg per hari. Sehingga jumlah zat besi yang

hilang akibat haid ditambah kehilangan basal menjadi sekitar 2,4 mg per hari pada

95% populasi.

Page 48: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Tak heran bila wanita cenderung menderita kekurangan zat besi karena hilangnya zat

itu di kala haid tiap bulan tanpa diimbangi asupan makanan yang cukup mengandung

zat besi. Kehilangan zat besi lewat haid pada wanita biasanya konstan, tetapi

bervariasi jumlahnya di antara kaum wanita. Dapat dimengerti bila beberapa wanita

perlu zat besi lebih banyak daripada wanita lain.

Penyebab lain adalah kecenderungan wanita berdiet karena ingin mempertahankan

bentuk tubuh ideal, tanpa mempertimbangkan jumlah zat gizi penting yang masuk,

terutama zat besi.

Selain menstruasi, kondisi rawan lain adalah saat hamil dan menyusui. Anemia

adalah masalah kesehatan dengan prevalensi tertinggi pada wanita hamil. Prevalensi

anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70%, atau 7 dari 10 wanita hamil

menderita anemia.

Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak

terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester kedua

hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini

ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah

merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat

melahirkan, perlu tambahan besi 300 – 350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat

melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat

kebutuhan kondisi tidak hamil.

Pada banyak wanita hamil, anemia gizi besi disebabkan oleh konsumsi makanan yang

tidak memenuhi syarat gizi dan kebutuhan yang meningkat. Selain itu, kehamilan

berulang dalam waktu singkat. Cadangan zat besi ibu yang belum pulih akhirnya

terkuras untuk keperluan janin yang dikandung berikutnya.

Jadi, kebutuhan zat besi untuk tiap wanita berbeda-beda sesuai siklus hidupnya.

Wanita dewasa tidak hamil kebutuhannya sekitar 26 mg per hari, sedangkan wanita

hamil perlu tambahan zat besi sekitar 20 mg per hari.

Page 49: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

Saat menyusui, meski biasanya wanita tidak mengalami haid, ibu tetap kehilangan zat

besi dan kalsium melalui ASI. Selain kehilangan basal normal sekitar 0,8 mg,

kehilangan zat besi melalui ASI mencapai sekitar 0,3 mg per hari. Maka, ibu

menyusui butuh tambahan zat besi 2 mg per hari serta kalsium 400 mg per hari.

Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya angka

kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya

kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen.

Selain itu, hewan percobaan yang bunting dan kekurangan zat besi melahirkan anak-

anak dengan daya tahan rendah terhadap infeksi. Penyebabnya, sel fagosit yang

bertugas menangkal bakteri infeksi tak berfungsi maksimal.

Perhatikan pola makan

Penanggulangan anemia – terutama untuk wanita hamil, wanita pekerja, dan wanita

yang telah menikah prahamil – sudah dilakukan secara nasional dengan pemberian

suplementasi pil zat besi. Malah ibu hamil sangat disarankan minum pil ini selama

tiga bulan, yang harus diminum setiap hari. Penelitian menunjukkan, wanita hamil

yang tidak minum pil zat besi mengalami penurunan cadangan besi cukup tajam sejak

minggu ke-12 usia kehamilan.

Sayangnya, cara ini memberikan efek seperti mual, diare, dan lainnya. Maka,

alternatifnya adalah mengkonsumsi makanan yang diperkaya dengan zat besi,

misalnya berbentuk susu atau roti.

Suplemen tablet besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita hamil dan

anemia berat misalnya. Penderita anemia ringan sebaiknya tidak menggunakan

suplemen besi, lebih tepat bila mereka mengupayakan perbaikan menu makanan.

Misalnya, dengan meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat

besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tempe, tahu, oncom,

kedelai, kacang hijau), sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam, daun katuk),

Page 50: 129537063 Anemia Pada Ibu Hamil

dan buah-buahan (jeruk, jambu biji, pisang). Perhatikan pula gizi makanan dalam

sarapan dan frekuensi makan yang teratur, terutama bagi yang berdiet.

Biasakan pula menambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi

seperti vitamin C, air jeruk, daging, ayam, dan ikan. Sebaliknya, substansi

penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari.

Berkonsultasilah dengan dokter bila anemia berkaitan dengan kesehatan, misalnya

infeksi, penyakit kronis, atau gangguan pencernaan.

Popularity: 36%

Kata kunci pencarian:

anemia pada ibu hamil, anemia kehamilan, anemia pada kehamilan, ANEMIA IBU

HAMIL, akibat anemia pada ibu hamil, prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia,

Hb normal ibu hamil, makanan mengandung zat besi, anemia pada ibu hamil di

indonesia, diet ibu hamil dengan anemia, gambar anemia, GAMBAR ANEMIA

PADA IBU HAMIL, diet pada ibu hamil dengan anemia, penyebab anemia pada ibu

hamil, prinsip diet ibu hamil dengan anemia, kebutuhan oksigen pada ibu hamil, zat

besi untuk ibu hamil, makanan mengandung zat besi tinggi, zat besi pada ibu hamil,

makanan zat besi, prevalensi anemia pada ibu hamil, pengaruh anemia pada ibu

hamil, anemia dalam kehamilan, pengaruh anemia terhadap kehamilan, hb normal

pada ibu hamil, prinsip diet pada ibu hamil dengan obesitas, anemia ringan pada ibu

hamil, IBU HAMIL DENGAN ANEMIA, jumlah ibu hamil di indonesia, makanan

tinggi zat besi