b. Askep Anemia

35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ANEMIA didefinisikan sebagai penurunan volume/jumlah sel darah merah (eritrosit) dalam darah atau penurunan kadar Hemoglobin sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Hb<10 g/dL), sehingga terjadi penurunan kemampuan darah untuk menyalurkan oksigen ke jaringan. Dengan demikian anemia bukanlah suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis yang diuraikan dalam anamnesa, pemeriksaan fisik yang teliti serta pemeriksaan laboratorium yang menunjang Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan ( WHO 1992 ) . Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998). 1

Transcript of b. Askep Anemia

Page 1: b. Askep Anemia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

ANEMIA didefinisikan sebagai   penurunan volume/jumlah sel darah

merah (eritrosit) dalam darah atau penurunan kadar Hemoglobin sampai dibawah

rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Hb<10 g/dL), sehingga terjadi

penurunan kemampuan darah untuk menyalurkan oksigen ke jaringan. Dengan

demikian anemia bukanlah suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar

perubahan patofisiologis yang diuraikan dalam anamnesa, pemeriksaan fisik yang

teliti serta pemeriksaan laboratorium yang menunjang

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb lebih rendah dari batas

normal untuk kelompok orang yang bersangkutan ( WHO 1992 ) . Fungsi darah

adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini

kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat

kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel

bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang

memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa

diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

Anemia yang tidak mendapat penanganan dan pengobatan yang serius

dapat menimbulkan komplikasi lanjut seperti leukemia , gagal ginjal , gagal

jantung , infeksi yang akan menyebabkan kematian .

Oleh karena itu perawat sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan

mempunyai peran yang penting dalam memberikan pelayanan keperawatan

sehingga berkontribusi untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi.

1

Page 2: b. Askep Anemia

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari anemia?

2. Bagaimana etiologi dari anemia?

3. Bagaimana patofisiologi dari anemia?

4. Apa saja klasifikasi dari anemia?

5. Apa manifestasi klinis dari anemia?

6. Apa komplikasi dari anemia?

7. Apa pemeriksaan penunjang dari anemia?

8. Bagaimana penatalaksanaan medis dari anemia?

9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien anemia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari anemia.

2. Untuk mengetahui etiologi dari anemia.

3. Untuk mengetahui patofisiologi dari anemia.

4. Untuk mengetahui klasifikasi dari anemia.

5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari anemia.

6. Untuk mengetahui komplikasi dari anemia.

7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari anemia.

8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari anemia.

9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien anemia.

2

Page 3: b. Askep Anemia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah

merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan

merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit

atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila

terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

Terdapat berbagai macam anemia. Sebagian akibat produksi sel darah

merah tidak mencukupi , dan sebagian lagi akibat produksi sel prematur ataun

penghancuran sel darah merah yang berlebihan. Faktor penyebab lainya meliputi

kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, dan penyakit kronis.

Anemia kekurangan besi adalah anemia yang terbanyak di seluruh dunia.

B. Penyebab

Penyebab tersering dari anemia adalah perdarahan dan penekanan

sumsum tulang hemolisis, kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis

eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan

akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit

kronik, keracunan obat, dan sebagainya.

Penyebab umum dari anemia:

Perdarahan hebat

Akut (mendadak)

Kecelakaan

Pembedahan

Persalinan

Pecah pembuluh darah

Penyakit Kronik (menahun)

3

Page 4: b. Askep Anemia

Perdarahan hidung

Wasir (hemoroid)

Ulkus peptikum

Kanker atau polip di saluran pencernaan

Tumor ginjal atau kandung kemih

Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

Berkurangnya pembentukan sel darah merah

Kekurangan zat besi

Kekurangan vitamin B12

Kekurangan asam folat

Kekurangan vitamin C

Penyakit kronik

Meningkatnya penghancuran sel darah merah

Pembesaran limpa

Kerusakan mekanik pada sel darah merah

Reaksi autoimun terhadap sel darah merah

Hemoglobinuria nokturnal paroksismal

Sferositosis herediter

Elliptositosis herediter

Kekurangan G6PD

Penyakit sel sabit

Penyakit hemoglobin C

Penyakit hemoglobin S-C

Penyakit hemoglobin E

Thalasemia (Burton, 1990)

4

Page 5: b. Askep Anemia

C. Klasifikasi Anemia

Klasifikasi Derajat Anemia Menurut WHO yang dikutip dalam buku

Handayani W, dan Haribowo A S, (2008) :

1. Ringan sekali Hb 10,00 gr% -13,00 gr%

2. Ringan Hb 8,00 gr% -9,90 gr%

3. Sedang Hb 6,00 gr% -7,90 gr%

4. Berat Hb < 6,00 gr%

Klasifikasi Anemia

Klasifikasi anemia menurut Setiawan Y (2006), anemia dalam kehamilan

dapat dibagi menjadi :

 1. Anemia Zat Besi (kejadian 62,30%)

Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah anemia akibat

kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur

zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu

banyaknya zat besi.

2. Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%)

Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi

asam folat.

3. Anemia Hipoplastik (kejadian 80,00%)

Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang

kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum

diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan.

4. Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%)

Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah

berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria.

5

Page 6: b. Askep Anemia

Anemia Lain

Pembagian anemia berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut Manuaba

(2007), adalah :

1. Tidak anemia : Hb 11,00 gr%

2. Anemia ringan : Hb 9,00-10,00 gr%

3. Anemia sedang : Hb 7,00-8,00 gr%

4. Anemia berat : Hb < 7,00 gr%

Anemia pada anak dapat diklasifikasikan berdasarkan variasi dalam

ukuran dan bentuk sel, seperti tampak pada perubahan lebar distribusi eritrosit

(Red Blood Cell Distribution Width/ RDW). RDW, apabila ditentukan dengan

menggunakan teknologi penghitungan sel elektrtonik merupakan koefisien dari

varian ukuran eritrosit (deviasi baku MCV: mean MCVx100). Pengetahuan

mengenai MCV dan RDW dapat membantu dalam klarifikasi awal anemia pada

anak. Pada kasus anemia yang mencolok perlu sekali untuk meninjau

menyeluruh penampakan eritrosit pada preparat apus darah tepi. Gambaran

morfologi khas dapat menunjukkan diagnosis yang mendasari. Di samping itu,

adanya polikromatofilia yang secara kasar berkolerasi dengan tingkat

retikolositosis, menunjukkan bahwa sumsum tulang mampu mengadakan

respons terhadap kehilangan atau destruksi eritrosit.

Klasifikasi anemia berdasarkan MCV, sebagai berikut:

1. Mikrositik

Defisiensi besi, thalassemia, keracunan timbal, penyakit kronik

(infeksi, kanker, inflamasi, penyakit ginjal), responsif vitamin B6, defisiensi

tembaga, sideroblastik (beberapa), dan hemoglobin E.

2. Normositik

Produksi menurun (anemia aplastik: kongenital, didapat), (aplasia sel

eritrosit murni: kongenital/Diamon-Blackfan, didapat/eritroblastopenia

6

Page 7: b. Askep Anemia

sementara), (penggantian sumsum tulang: leukemia, tumor, penyakit

penyimpanan, oateopetrosis, meilofibrosis), kehilangan darah

(internal/eksternal), sekuestrasi, hemolisis kelainan eritrosit intrisik

(hemoglobinopati, enzimopati, gangguan membran: sferositosis herediter,

didapat/hemoglobinema nokturnal paroksimal), hemolisis kelainan ekstrinsik

(imunologis: pasif/penyakit hemolitik neonatus, aktif/autoimun; toksin;

infeksi; mikroangiopatik: koagulasi intravaskuler tersebar/DIC, sindrom

uremik hemolitik, hipertensi, penyakit jantung).

3. Makrositik

Bayi normal (palsu), retikulositosis, defisiensi vitamin B12, defisiensi

folat, orotikasiduria, meilodisplasia, penyakit hati, hipotiroidisme, defisiensi

vitamin B6 (beberpa) dan defisiensi timin.

D. Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai

sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik

(syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus

kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering

pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya

keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih,

lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena

anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak

mata bawah).

Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan

kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke

atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).

7

Page 8: b. Askep Anemia

E. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau

kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misal

berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,

inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah

merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi). Pada kasus

yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai

dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel

darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik

atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil

samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk

dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera

direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1

mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,

seperti yang terjadi pada kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul

dalam plasma (hemoglobinema). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi

kapasitas hemoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk

mengikat semuanya (misal apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl),

hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urine

(hemoglobinuria). Jadi ada atau tidaknya hemoglobinemia dan homoglobinuria

dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah

abnormal pada pasiaen dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk

mengetahui sifat proses hemolitik tersebut.

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu

disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang tidak mencukupi, biasanya

dapat diperoleh dengan dasar (1) hitung retikulosist dalam sirkulasi darah, (2)

8

Page 9: b. Askep Anemia

derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara

pematangannya, seperti yang terlihat dengan biopsi, dan (3) ada atau tidaknya

hiperbilibirubinemia dan hemoglobinemia.

Eritropoesis (produksi sel darah merah) dapat ditentukan dengan

mengukur kecepatan dimana injeksi besi radioaktif dimasukkan ke sirkulasi

eritrosit. Rentang hidup sel darah merah pasien (kecepatan hemolisis) dapat

diukur dengan menandai sebagian diantaranya dengan injeksi kromium radioaktif,

dan mengikuti sampai bahan tersebut menghilang dalam sirkulasi darah selama

beberapa hari sampai minggu. Metode tentang bagaimana membedakan kegagalan

sumsum tulang tertentu dengan jenis lainnya dan suatu penyakit hemolitik dengan

lainnya.

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya

kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah

membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang,

maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-

organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika

kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,

Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah,

1998).

9

Page 10: b. Askep Anemia

F. Pathway

10

Page 11: b. Askep Anemia

G. Komplikasi

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,

penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Mudah batuk-pilek, gampang flu,

atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi Mudah lelah,

karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia,

jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan

berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga

mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah,

1998).

H. Pemeriksaan Penunjang

Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.

Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume

korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan

mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia

(aplastik).

Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons

sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).

Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat

mengindikasikan tipe khusus anemia).

LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :

peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.

Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia,

misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup

lebih pendek.

Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).

SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin

meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).

Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi

(hemolitik)

11

Page 12: b. Askep Anemia

Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.

Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).

Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan

dengan defisiensi masukan/absorpsi

Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)

TBC serum : meningkat (DB)

Feritin serum : meningkat (DB)

Masa perdarahan : memanjang (aplastik)

LDH serum : menurun (DB)

Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)

Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,

menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).

Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya

asam hidroklorik bebas (AP).

Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah

dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia,

misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel

darah (aplastik).

Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :

perdarahan GI (Doenges, 1999).

I. Penatalaksanaan Medis

Tindakan umum :

Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah

yang hilang.

Transpalasi sel darah merah.

Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

12

Page 13: b. Askep Anemia

Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan

oksigen

Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

J. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan

secara menyeluruh.

1) Aktivitas / istirahat

Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;

penurunan semangat untuk beraktivitas. Toleransi terhadap latihan

rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

Tanda : Takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.

Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada

sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh

tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan

tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.

2) Sirkulasi

Gejala : Riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,

menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung

berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi

(takikardia kompensasi).

13

Page 14: b. Askep Anemia

Tanda :

TD : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi

melebar, hipotensi postural.

Disritmia : Abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau

depresi gelombang T; takikardia.

Bunyi jantung : Murmur sistolik (DB).

Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva,

mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam,

pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat

(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).

Sklera : Biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat

(penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi)

kuku : Mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB).

Rambut : Kering,mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature

(AP).

3) Integritas ego

Gejala : Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,

misalnya penolakan transfusi darah.

Tanda : Depresi

4) Eleminasi

Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi

(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau

konstipasi. Penurunan haluaran urine.

Tanda : Distensi abdomen.

5) Makanan/cairan

14

Page 15: b. Askep Anemia

Gejala : Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani

rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau

lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,

dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak

pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung

jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).

Tanda : Lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan

vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk,

kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis

(status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan

sudut mulut pecah. (DB).

6) Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan

berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan

pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia

tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.

Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.

Mental : Tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis

retina (aplastik, AP).

Epitaksis : Perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan

koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg

positif, paralysis (AP).

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : Nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8) Pernapasan

15

Page 16: b. Askep Anemia

Gejala : Riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

Tanda : Takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9) Keamanan

Gejala : Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, Riwayat terpajan

pada radiasi(baik terhadap pengobatan atau kecelekaan), Riwayat

kanker (terapi kanker), Tidak toleran terhadap dingin dan panas,

Transfusi darah sebelumnya, Gangguan penglihatan, penyembuhan

luka buruk, sering infeksi.

Tanda : Demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.

Ptekie dan ekimosis (aplastik).

10) Seksualitas

Gejala : Perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).

Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.

Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang

nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.

a) Intoleransi aktivitas b/d ketidakadekuatan suplai oksigen dalam tubuh

b) Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

ketidakadekuatan masukan oral akibat penurunan nafsu makan.

c) Ansietas/cemas b/d lingkungan yang tidak tenang atau orang asing

3. Intervensi Keperawatan

16

Page 17: b. Askep Anemia

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan.

Diagnosa : Intoleransi aktivitas b/d ketidakadekuatan suplai oksigen dalam

tubuh

Tujuan : Dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

Kriteria hasil :

Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)

Menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi,

pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

Intervensi Keperawatan :

1) Kaji kemampuan ADL pasien.

Rasional : Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.

2) Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, dan kelemahan otot.

Rasional : Menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin

B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.

3) Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.

Rasional : Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk

membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.

4) Berikan oksigen sesui dengan indikasi

Rasional : Dapat meningkatkan suplai oksigen dalam tubuh.

5) Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,

pertahankan tirah baring bila di indikasikan.

Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen

tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.

6) Berikan aktivitas bermain

17

Page 18: b. Askep Anemia

Rasional : Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah

kebosanan dan meningkatkan istirahat.

7) Bantu aktivitas dalam batas tolerasi

Rasional : Meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan

memperbaiki tonus otot/aktivitas tanpa kelemahan.

Diagnosa :Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

ketidakadekuatan masukan oral akibat penurunan nafsu makan.

Tujuan :Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil :

Menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai

laboratorium normal.

Tidak mengalami tanda mal nutrisi.

Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan

atau mempertahankan berat badan yang sesuai.

Intervensi Keperawatan :

1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.

Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.

2) Observasi dan catat masukkan makanan pasien.

Rasional : Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi

makanan.

3) Timbang berat badan setiap hari.

Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi

nutrisi.

4) Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara

waktu makan dan berikan multivitamin serta susu subplemen.

18

Page 19: b. Askep Anemia

Rasional : Meningkatkan vitamin yang diperlikan oleh tubuh, menurunkan

kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah

distensi gaster.

5) Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang

berhubungan.

Rasional : Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada

organ.

6) Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan,

gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci

mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.

Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan

pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.

Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila

jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.

7) Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet (daging, sayuran hijau)

Rasional : Membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan

individual.

8) Pantau hasil pemeriksaan laboraturium (Hb, Ht, dll)

Rasional : Meningkatkan efektivitas program pengobatan, termasuk

sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.

9) Berikan obat sesuai indikasi.

Rasional : Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau

adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.

Diagnosa : Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak

adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin

leucopenia / penurunan granulosit)

Tujuan : Infeksi tidak terjadi

19

Page 20: b. Askep Anemia

Kriteria hasil :

Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.

Meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema,

dan demam.

Intervensi :

1) Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.

Rasional : Mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan :

pasien dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora

normal kulit.

2) Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.

Rasional : Menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.

3) Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.

Rasional : Menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.

4) Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas

dalam.

Rasional : Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu

memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.

5) Tingkatkan masukkan cairan adekuat.

Rasional : Membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk

mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh

misalnya pernapasan dan ginjal.

6) Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.

Rasional : Membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan

isolasi dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun

sangat terganggu.

7) Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau

tanpa demam.

20

Page 21: b. Askep Anemia

Rasional : Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan

evaluasi/pengobatan.

8) Amati eritema/cairan luka.

Rasional : Indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin

tidak ada bila granulosit tertekan.

9) Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)

Rasional : Membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus

dan mempengaruhi pilihan pengobatan.

10) Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi).

Rasional : Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan

kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.

21

Page 22: b. Askep Anemia

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb

sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Bruce M.

Camitta). Anemia tidak merupakan suatu kesatuan (entity) spesifik tetapi

merupakan akibat dari berbagai proses patologik yang mendasari. Klasifikasi

anemia yang bermanfaan pada anak membagi anemia menjadi 3 kelompok

besar atas dasar volume korpuskular rata-rata eritrosit (Mean corpuscular

Volume/MCV): mikrositik, normositik, atau makrositik.

Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang

diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam

folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan,

kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.

Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai

sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik

(syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan

kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada

anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel,

dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan

5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa

dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera

(warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).

22

Page 23: b. Askep Anemia

B. Saran

Sebaiknya kita menjaga kadar hemoglobin jangan sampai turun dibawah

batas normal. Kita bisa menjaga kadar hemoglobin dalam darah dengan

mengkonsumsi makanan yang kaya dengan zat besi. Selain itu kita juga harus

bisa menjaga pola kegiatan kita sehari-hari di antaranya :

1. Berolahragalah dengan rutin dan teratur.

2. Jagalah pola makan dengan teratur.

3. Makanlah makanan dengan gizi seimbang

4. Perbanyaklah makan buah, sayuran dan daging.

5. Jika tubuh merasa kurang sehat, maka segeralah periksa ke dokter atau

rumah sakit.

23

Page 24: b. Askep Anemia

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans.

Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni

Made Sumarwati. EGC. Jakarta.

FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.

Harlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC.

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Cetakan I. Jakarta, EGC.

Nurhidayah, 2004. Hand Out Asuhan Keperawatn Hyperchromic Macrocytic Anemia.

Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.

Edisi 8. Jakarta, EGC.

24