Askep Anemia
-
Upload
dian-kasihsa-sondi -
Category
Documents
-
view
50 -
download
2
description
Transcript of Askep Anemia
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebanyakan orang menganggap anemia merupakan sebuah penyakit, namun sesungguhnya anemia bukanlah penyakit melainkan cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium. Anemia sering terjad di negara berkembang akibat kurangnya pengetahuan masyarakatnya mengenai gizi. Karena anemia itu sendiri sangat erat hubungannnya dengan gizi, misalnya zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Anemia berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah. Anemia memiliki beberapa klasifikasi yang tentunya setiap anemia memiliki karakteristik dan penatalaksanaan yang berbeda. Mahasiswa dituntut dapat membedakan setiap jenis anemia, gejala-gejalanya, manifestasi klinisnya, penatalaksanaannya, dan sebagainya.
B. TUJUAN
Memahami klasifikasi, etiologi dan gejala umum anemia.
Memahami fisiologi eritrosit.
Memahami mekanisme terjadinya gejala klinis pada anemia.
Memahami peran zat gizi besi, vitamin B12, dan asam folat dalam
pembentukan eritrosit.
Memahami peran organ RES.
Memahami pencegahan, penatalaksanaan dan komplikasi anemia.
C. MANFAAT
Mahasiswa mampu memahami ilmu hematologi beresta penyakit-penyakitnya.
Mahasiswa mampu memahami penyakit yang berhubungan dengan
hematologi, meliputi gejala, mekanisme, patofisiologi, pencegahan, serta
penatalaksanaannya.
BAB IIPEMBAHASAN
A. DEFINISIAnemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah Hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.
B. ETIOLOGIPenyebab umum dari anemia:1. Perdarahan hebat* Akut (mendadak)- Kecelakaan- Pembedahan- Persalinan- Pecah pembuluh darah* Kronik (menahun)- Perdarahan hidung- Wasir (hemoroid)- Ulkus peptikum- Kanker atau polip di saluran pencernaan- Tumor ginjal atau kandung kemih- Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
2. Berkurangnya pembentukan sel darah merah- Kekurangan zat besi- Kekurangan vitamin B12- Kekurangan asam folat- Kekurangan vitamin C- Penyakit kronik
3. Meningkatnya penghancuran sel darah merah- Pembesaran limpa- Kerusakan mekanik pada sel darah merah- Reaksi autoimun terhadap sel darah merah- Hemoglobinuria nokturnal paroksismal- Sferositosis herediter- Elliptositosis herediter- Kekurangan G6PD- Penyakit sel sabit- Penyakit hemoglobin C- Penyakit hemoglobin S-C
- Penyakit hemoglobin E- Thalasemia
C. KLASIFIKASI1) Klasifikasi Menurut Morfologi
a) Anemia Normositik Normokrom.Anemia ini terjadi karena pengeluaran darah atau destruksi darah yang berlebihan sehingga menyebabkan sum-sum tulang harus bekerja lebih keras lagi dalam eritropoesis.
b) Anemia Makrositik NormokromAnemia ini diakibatkan oleh gangguan / terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisisensi B12 dan atau asam Folat.
c) Anemia Mikrositik HipokromAnemia ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem (besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronik, / gangguan sintesis globin, seperti pada Thalasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital).
2) Klasifikasi menurut Etiologinyaa) Anemia Aplastik.
Adalah suatu gambaran pada sel-sel induk di sum-sum tulang belakang. b) Anemia Defisiensi Besi
Adalah kekurangan zat besi dalam darah. c) Anemia Megalobastik
Adalah akibat dari kekurangan asam Folik, vit B12.
3) Klasifikasi Lain :a) Anemia Hipoplastik
Adalah hipofungsi sumsum tulang yang membentuk sel darah merah baru.b) Anemia Hemolitik
Disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya
c) Anemia Sel SabitMerupakan anemia hemolitik berat akibat adanya defek pada molekul hemoglobin yang disertai serangan nyeri.
d) Anemia Hemolitik Otoimun Dapat timbul tanpa sebab yang diketahui setelah pemberian suatu obat tertentu atau akibat transfusi darah yang tidak cocok.
e) Anemia Defisiensi Vit. B12Merupakan gangguan autoimun karena tidk adanya intrinsik faktor (IF).
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Sylvia Anderson (1995) timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebih atau keduanya kegagalan sumsum (mis. berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi karena kekurangan nutrisi pajanan toksis, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.Apabila jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O2 yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti
pada perdarahan, menimbulkan simtomatologi sekunder hipovolemia dan hipoksemia tanda dan gejala yang sering muncul adalah gelisah, deaforosis (keringat dingin) takikardi, sesak nafas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat atau syok. Namun pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangan 50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik kecuali pada kerja jasmani berat. Mekanisme kompensasi tubuh bekerja melalui:a. Peningkatan curah jantung dan pernapasan, karena itu menambah pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah.b. Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobinc. Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringand. Redistribusi aliran darah ke organ-organ vital
E. MANIFESTASI KLINIK Sering pusing
Anoreksia
Konsentrasi hilang
Pucat
Demam yang tidak terlalu tinggi
Mual
5 L
Perubahan kognitif yang abnormal pada anak
Adanya skelera
F. KOMPLIKASI UMUM ANEMIA
Gagal jantung Parestesia Kerusakan otak dan saraf Konfusi
G. KOMPLIKASI ANEMIA SEL SABIT
Infeksi Hipoksia Iskemia Krisis sel sabit Priapiosmus (nyeri abnormal dan ereksi penis terus-menerus)
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Uji kadar hemaglobin dan hemaktokrit Pemeriksaan darah lengkap Pemeriksaan pewarnaan sel darah merah
Tes tabung turbiditas tabung Pemeriksaan gas darah Indeks sel darah merah Penelitian sel darah putih Kadar besi serum Pengukuran kapasitas ikatan-besi Biopsi untuk mentukan beratnya penurunan sumsum normal dan penggantian
oleh lemak. Tes Schilling untuk menentukan penyebab defisiensi vit B12. Elektroforesis untuk membedakan antara trait sel sabi dan anemia sel sabit Ronsent untuk mengetahui penipisan tulang Radiogrfik tulang untk mengetahui perubahan tulang
I. PENATALAKSANAAN
Transplantasi sumsum tulang untuk memberikan persediaan jaringan hematopoetik yang masih dapat berfungsi
Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi Pemberian terapi imunosupresif dengan ATG untuk menghentikan fungsi
imonologis yang memperpanjang aplasia sehingga memungkinkan sumsum tulang mengalami penyembuhan
Terapi suportif berperan dalam penatalaksaan anemia aplastik Pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui adanya darah tersembunyi Pemberian vitamin B12 Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau Penanganan meliputi diet dan penambahan asam folat 1mg/hri. Asam folat
hanya diberikan intramuskuler pada pasien dengan gangguan absorbsi. Dengan pengecualian pada pemberian vitamin selama kehamilan.
Pembrian obat hydroxyurea. Obat ini meningkatkan produksi hemaglobin fetal (Hb F) pada pasien dengan penyakit gangguan sel sabit
Pemberian obat pentoxifyline untuk menurunkan kekentalan darah dan tahanan vaskuler perifer dan menurunkan lamanya krisis sel sabit.
Vanili, bahan tambahan makanan juga mempunyai sifat antisabit dan sedang dievaluasi sebagai terapi tambahan untuk anemia sel sabit.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
a) Pengakajian
Biodata
Keluhan Utama : Lemah badan, pusing
Riwayat penyakit sekarang : Adanya lemah badan yang diderita dalam waktu
lama, terasa lemah setelah aktivitas, adanya perdarahan, pusing, jantung
berdebar, demam, nafsu makan menurun, kadang-kadang sesak nafas,
penglihatan kabur dan telinga berdengung.
Riwayat penyakit dahulu : Penggunaan sinar –X yang berlebihan, obat-
obatan, pernah mengalami perdarahan, gangguan sistem pencernaan.
Activity daily life :
- Nutrisi : Nafsu makan menurun, badan lemah
- Activity : Jantung berdebar, lemah badan, sesak nafas,
penglihatan kabur
- Tidur : Kubutuhan istirahat dan tidur berkurang banyak
- Eliminasi : Kadang-kadang terjadi konstipasi
Pemeriksaan
Pemeriksaan Umum : Keadaan umum lemah, terjadi penurunan tekanan
sitol dan diastole, pernafasan takipnea, dispnea, suhu normal, penurunan
berat badan.
Pemeriksaan Fisik :
Kepala : Rambut kering, menipis, mudah putus,
konjungtiva pucat, penglihatan kabur, pucat
pada bibir, terjadi perdarahan pada gusi,
telinga berdengung
Leher : JVP melemah
Thorax : Sesak nafas, jantung berdebar-debar, bunyi
jantung murmur sistolik
Abdomen : Sistem abdomen, perdarahan saluran cerna,
hepatomegali dan kadang-kadang spenomegali
Extremitas : Pucat, kumu mudah patah, telapak tangan
basah dan hangat
Pemeriksaan penunjang :
- Pemeriksaan darah lengkap
- Pemeriksaan fungsi sumsum tulang
b) Diagnosa Keperawatan
Gangguan aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengirimna) dan kebutuhan
Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yg di
perlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrient ke sel.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kegagaln untuk
mencerna nutrisi yg di perlukan untuk pembentukan sel darah merah
Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (Hb menurun).
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
Kecemasan / kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang penyakitnya.
c) Rencana Keperawatan
1) Gangguan aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengirimna) dan kebutuhan
Intervensi:
Kaji kemampuan ADL pasien
Mempengaruhi intervensi /bantuan
Kaji kehilangan atau keseimbangan gaya jalan dan kelemahan otot
Menunjukan perubahan neorologi karena defisensi vit B12
mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera.
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara
bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen
tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi
kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas
semampunya (tanpa memaksakan diri).
meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan
memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan
harga diri dan rasa terkontrol.
2) Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yg di
perlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrient ke sel.
Intervensi :
Kaji tanda vital pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa,dasar
kuku.
memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi
untuk kebutuhan seluler.
Awasi upaya pernapasan: auskultasi bunyi napas,perhatiakn bunyi
adventisius
Dispneu, gemerincik menunjukan gangguan jantung karena
regangan jantung lama/peingkatan kompensasi curah jantung.
Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboratorium. Berikan sel
darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi
Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respon
terhadap nyeri.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kegagaln untuk
mencerna nutrisi yg di perlukan untuk pembentukan sel darah merah
Intervensi:
Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yg disukai
Mengidentifikasi defisiensi dan memudahkan intervensi
Observasi dan catat masukan makanan pasien
Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan
Timbang BB setiap hari
Mengawasi penurunan BB atau efektifitas intervensi nutrisi
Berikan makanan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan
diantara waktu makan
Menurunkan kelemahan,meningkatkan pemasukan dan mencegah
distensi gaster
Observasi dan catat mual/muntah,flatus dan gejala kejadian yg
berhubungan
Gejala GI dapat menunjukan efek anemia(hipoksia) pada organ.
Berikan dan bantuan hygiene mulut yg baik, sebelum dan sesudah
makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yg lembut. Berikan
pencuci mulut yg diencerkan bila mukosa oral luka.
Meningkatakn nafsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan
pertumbuahn bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik
perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jarinagn
rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan
individual
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi
Kebutuhann pengantian tergantung pada tipe anemia dan atau
adanya masukan oral yg buruk.
4) Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (HB rendah)
Intervensi:
Kaji tingkat nyeri
Dengan mengkaji tingkat nyeri dapat mempermudah dalam
menentukan intervensi selanjutnya.
Anjurkan klien teknik nafas dalam
Dengan menarik nafas dalam memungkinkan sirkulasi O2 ke
jaringan terpenuhi.
Bantu klien dalam posisi yang nyaman
Mengurangi ketegangan sehingga nyeri berkurang.
Kolaborasi pemberian penambah darah
Membantu klien dalam menaikkan tekanan darah dan proses
penyembuhan.
5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
Intervensi:
Berikan perawatan kulit
Menurunkan resiko kerusakan kulit / jaringan dan infeksi
Dorong perubahan posisi / ambulasi yang sering
Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu
mobilisasi sekresi
Tingkatkan masukan cairan adekuat
Membantu dalam mengencerkan sekret pernafasan untuk
mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh
Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia.
Adanya proses inflamasi / infeksi membutuhkan evaluasi /
pengobatan.
6) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakitnya
Intervensi:
Berikan informasi tentang penyakitnya
Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat
pilihan yang tepat, menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan
kerjasama dalam program terapi
Kaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya
Memberi pengetahuan berdasarkan pola kemampuan klien untuk
memilih informasi
Dorong mengkonsumsi sedikitnya 4 – 6 liter cairan perhari
Mencegah dehidrasi dan konsekuensi hiperviskositas yang dapat
membuat sabit / krisis.
Dorong latihan rentang gerak dan aktivitas fisik teratur dengan
keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Mencegah demineralisasi tulang dan dapat menurunkan resiko
fraktur.
d) Evaluasi
Pada pasien anemia adalah:
Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas
Peningkatan perfusi jaringan
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Nyeri teratasi
Infeksi tidak terjadi
Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit. Prosedur diagnostic dan
rencana pengobatan
e) Tindakan Pencegahan
1) Pendidikan Kesehatan, yaitu :
- Kesehatan lingkungan, misal pemakaian jamban, perbaikan lingkungan
kerja
- Penyuluhan gizi : mendorong konsumsi makanan yang membantu
absorbsi besi
2) Pemberantasan infeksi cacing tambang sebagai sumber pendarahan kronik
3) Suplementasi besi : ibu hamil dan balita
4) Fortifikasi bahan makanan dengan besi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Anemia merupakan penurunan konsentrasi eritrosit atau hemoglobin dalam
darah di bawah normal, diukur per mm kubik; terjadi ketika keseimbangan
antara kehilangan darah dan produksi darah terganggu.
2. Anemia juga bisa disebabkan oleh kekurangan asam folat dan vitamin B12
yang menyebabkan proliferasi sel darah merah tidak sempurna.
3. Diperlukan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang diagnosis bahwa
seseorang mengidap anemia.
4. Kurangnya konsumsi daging dapat menyebabkan seseorang kekurangan gizi
besi dan kekurangan vitamin B12 karena daging merupakan salah satu sumber
makanan yang kaya akan kedua nutrisi tersebut.
5. Anemia dapat menyebabkan penurunan produktivitas seseorang. Hal ini dapat
terjadi karena pasien mengalami hipoksia, dimana oksigen yang diperlukan
untuk metabolisme dan produksi energi berkurang karena kadar
hemoglobinnya rendah.
B. SARAN
- Sebaiknya pasien diusahakan agar mau mengkonsumsi daging dan untuk
sementara waktu pasien perlu diberi suplemen penambah zat besi apabila hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukan bahwa pasien mengalami anemia
defisiensi zat besi.
- Pasien juga perlu konsultasi ke bagian gizi untuk mendapat petunjuk diet yang
tepat agar lekas sembuh.