askep anak tb paru.pdf

download askep anak tb paru.pdf

of 33

Transcript of askep anak tb paru.pdf

  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

    DENGAN TUBERCULOSIS PARU

    Disusun Oleh :

    Mohammad Ivanto., S.Kep (070111b053)

    Ni Kadek Ely Ermawati., Skep (070111b055)

    PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

    NGUDI WALUYO

    UNGARAN

    2012

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

    Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam

    sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali

    ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang

    jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-

    paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).

    Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,

    miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan

    seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya

    disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah

    TBC di dunia.

    Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993

    menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 0,65%.

    Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO

    pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256

    kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

    (www.medicastore.com_tbc_images_sebar.htm)

    Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia,

    menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang

    per tahun (WHO, 1993). Di negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari

    kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95%

    penderita TB berada di negara-negara berkembang Dengan munculnya epidemi

    HIV/AIDS di dunia jumlah penderita TB akan meningkat. Kematian wanita karena TB

    lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan serta nifas (WHO).

    WHO mencanangkan keadaan darurat global untuk penyakit TB pada tahun 1993

    karena diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB. Di Indonesia

    TB kembali muncul sebagai penyebab kematian utama setelah penyakit jantung dan

    saluran pernafasan. Penyakit TB paru, masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.

    Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa

    tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler

    dan penyakit saluran pernapasan pada semua golongan usia dan nomor I dari golongan

    infeksi. Antara tahun 1979 ? 1982 telah dilakukan survey prevalensi di 15 propinsi

  • dengan hasil 200-400 penderita tiap 100.000 penduduk. Diperkirakan setiap tahun

    450.000 kasus baru TB dimana sekitar 1/3 penderita terdapat disekitar puskesmas, 1/3

    ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik pemerintahd an swasta, praktek swasta dan

    sisanya belum terjangku unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB

    diperkirakan 175.000 per tahun.

    (www.yahoo.com_pusat-informasi-penyakit-infeksi_tbc.htm)

    Penyakit TBC pada anak tidak mempunyai gejala yang khas, bahkan sering tanpa

    gejala dan baru diketahui adanya kelainan dengan pemeriksaan foto rontgen paru.

    Gejala TBC sendiri tidak serta-merta muncul. Pada saat-saat awal, 4-8 minggu

    setelah infeksi, bisa jadi anak hanya demam sedikit. "Beberapa bulan kemudian,

    gejalanya mulai muncul di paru-paru. Anak batuk-batuk sedikit. Tahap berikutnya (3-9

    bulan setelah infeksi), anak tidak napsu makan, kurang gairah, dan berat badan turun

    tanpa sebab. Juga ada pembesaran kelenjar di leher, sementara di paru-paru muncul

    gambaran vlek.

    Pada saat itu, kemungkinannya ada dua, apakah akan muncul gejala TBC yang

    benar-benar atau sama sekali tidak muncul. "Ini tergantung kekebalan anak. Kalau anak

    kebal (daya tahan tubuhnya bagus), TBC-nya tidak muncul. Tapi bukan berarti sembuh.

    Setelah bertahun-tahun, bisa saja muncul, bukan di paru-paru lagi, melainkan di tulang,

    ginjal, otak, dan sebagainya. Ini yang berbahaya dan butuh waktu lama untuk

    penyembuhannya.

    (www.yahoo.com_bagaimana-mendeteksi-sejak-dini-gejala-tbc-pada-anak.htm)

    Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa bakteri mycobacterium tuberculosis

    yang menyebabkan TBC adalah bekteri pembunuh massal. WHO memperkirakan

    bakteri ini membunuh sekitar 2 juta jiwa setiap tahunnya. Antara tahun 2002-2020

    diperkirakan sekitar 1 miliar manusia akan terinfeksi. Dengan kata lain pertambahan

    jumlah infeksi lebih dari 56 juta tiap tahunnya. Biasanya 5-10 persen di antara infeksi

    berkembang menjadi penyakit, dan 40 persen di antara yang berkembang menjadi

    penyakit berakhir dengan kematian.

    Di kawasan Asia Tenggara, data WHO (http:www.whosea.org) menunjukan

    bahwa TBC membunuh sekitar 2.000 jiwa setiap hari. Dan sekitar 40 persen dari kasus

    TBC di dunia berada di kawasan Asia Tenggara. Dua di antara tiga negara dengan

    jumlah penderita TBC terbesar di dunia, yaitu India dan Indonesia, berada di wilayah

    ini. Indonesia berada di bawah India, dengan jumlah penderita terbanyak di dunia,

    diikuti Cina di peringkat kedua.

    Dibandingkan dengan penyakit menular lainnya, TBC juga menjadi pembunuh

    nomor satu di kawasan ini, di mana jumlahnya 2-3 kali jumlah kematian yang

    disebabkan oleh HIV/AIDS yang berada di peringkat kedua. Sementara itu, penyakit

  • tropis seperti demam berdarah dengue (DBD) tidak sampai sepersepuluhnya. Kita bisa

    membayangkan betapa seriusnya masalah TBC.

    Karena itu, perlu kita sadari kembali bahwa TBC adalah penyakit yang sangat

    perlu mendapat perhatian untuk ditanggulangi. Karena bakteri mycobacterium

    tuberculosis sangat mudah menular melalui udara pada saat pasien TBC batuk atau

    bersin, bahkan pada saat meludah dan berbicara. Satu penderita bisa menyebarkan

    bakteri TBC ke 10-15 orang dalam satu tahun.

    (www.yahoo.com_pusat-informasi-penyakit-infeksi_tbc.htm)

    Karena yang menjadi sumber penyebaran TBC adalah penderita TBC itu sendiri,

    pengontrolan efektif TBC mengurangi pasien TBC tersebut. Ada dua cara yang tengah

    dilakukan untuk mengurangi penderita TBC saat ini, yaitu terapi dan imunisasi. Untuk

    terapi, WHO merekomendasikan strategi penyembuhan TBC jangka pendek dengan

    pengawasan langsung atau dikenal dengan istilah DOTS (Directly Observed Treatment

    Shortcourse Chemotherapy). Dalam strategi ini ada tiga tahapan penting, yaitu

    mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan melakukan pengawasan langsung.

    Indonesia adalah negara yang besar dengan jumlah penduduk yang banyak,

    agaknya masih perlu melaksanakan vaksinasi BCG ini. Dengan melaksanakan vaksinasi

    ini, jumlah kasus dugaan (suspected cases) jauh akan berkurang, sehingga memudahkan

    kita untuk mendeteksi pasien TBC, untuk selanjutnya dilakukan terapi DOTS untuk

    pasien yang terdeteksi. Kedua pendekatan, yaitu vaksinasi dan terapi perlu dilakukan

    untuk memberantas TBC dari bumi Indonesia.

    (www.yahoo.com_pusat-informasi-penyakit-infeksi_tbc.htm)

    B. Tujuan

    1. Tujuan Umum

    Setelah mengikuti seminar ini, diharapkan bagi mahasiswa mampu

    memberikan tindakan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah kesehatan TB

    Paru.

    2. Tujuan Khusus

    Mahasiswa setelah mengikuti seminar ini, diharapkan mampu:

    a. Mengetahui anatomi fisiologi paru-paru.

    b. Menjelaskan pengertian TB paru.

    c. Menjelaskan etiologi dari TB paru.

    d. Mengetahui patofisiologi dari TB paru.

    e. Mengetahui manifestasi klinik dari TB paru.

    f. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari TB paru.

  • g. Mengetahui komplikasi dari TB paru.

    h. Mengetahui penatalaksanaan medis dari TB paru.

    i. Membuat asuhan keperawatan pada anak dengan TB paru.

  • BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. ANATOMI FISIOLOGI

    Fungsi sistem pernafasan adalah untuk mengambil oksigen (O2) dari atmosfer

    kedalam sel-sel tubuh dan untuk mentransport karbondioksida (CO2) yang dihasilkan

    sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ-organ respiratorik juga berfungsi dalam

    produksi bicara dan berperan dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh

    melawan benda asing dan pengaturan hormonal tekanan darah.

    Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring,

    laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai

    bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Ketika udara masuk kedalam

    rongga hidung, udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini

    merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri:

    Epitel toraks bertingkat

    Silia

    Sel Goblet

    Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan

    kelenjar serosa. Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut

    yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam

    lapisan mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga

    hidung, dan ke superior didalam sistem pernafasan bagian bawah menuju ke faring. Dari

    sini lapisan mukus akan tertelan atau akan dibatukkan keluar. Air yang berfungsi untuk

    kelembapan diberikan oleh lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplai ke udara

    inspirasi berasal dari jaringan yang berada dibawahnya yang kaya akan pembuluh darah.

    Udara mengalir dari faring menuju laring. Laring merupakan rangkaian cincin

    tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan mengandung pita suara. Diantara pita

    suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara kedalam trakea yang dinamakan

    glotis. Glotis merupakan pemisah antara saluran pernafasan bagian atas dan bawah.

    Pada waktu menelan, gerakan laring keatas, penutupan glotis dan fungsinya seperti

    pintu pada aditus laring dari epiglotis yang berbentuk daun, yang berperan untuk

    mengarahkan makanan dan cairan masuk kedalam esofagus.

    Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda

    yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus dianalogkan dengan

    sebuah pohon dan oleh karena itu disebut dengan pohon trakeobronkial. Permukaan

    posterior trakea agak pipih dan letaknya tepat didepan esofagus. Sebagai akibatnya, jika

  • suatu slang endotrakea bulat dan kaku dengan balon yang digembungkan dimasukkan

    selama ventilasi mekanik, maka dapat timbul erosi di posterior di membran tersebut

    yang akan membentuk fistula trakeo-esofageal. Erosi bagian anterior menembus cincin

    tulang rawan dapat juga timbul tetapi tidak sering. Tempat dimana trakea bercabang

    menjadi bronkus utama kiri dan kanan yang dikenal dengan sebutan karina.

    Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris. Bronkus kanan lebih pendek dan

    lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertikal.

    Sebaliknya bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari

    trakea dengan sudut yang lebih tajam. Bentuk anatomik yang khusus ini mempunyai

    implikasi klinis yang penting.

    Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan

    bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya

    semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara

    terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantung udara). Bronkiolus terminalis

    memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang

    rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh

    saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar

    udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran

    gas paru-paru.

    Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional

    paru-paru, yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari:

    Bronkiolus respiratorius yang terkadang memiliki kantung udara kecil atau alveoli

    pada dindingnya.

    Duktus alveolaris yang seluruhnya dibetasi oleh alveolus.

    Sakus alveolaris terminalis yang merupakan struktur akhir paru-paru.

    Alveolus pada hakekatnya merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh

    jaringan kapiler, maka batas antara cairan dan gas membentuk suatu tegangan

    permukaan yang cenderung mencegah pengembangan pada waktu inspirasi dan

    cenderung kolaps pada waktu ekspirasi. Tetapi karena alveolus juga dilapisi oleh zat

    lipoprotein yang dinamakan dengan surfaktan, dan zat inilah yang akan mengurangi

    tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan pada waktu

    inspirasi dan mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi. Pembentukan surfaktan

    oleh sel pembatas alveolus (Tipe II) tergantung dari beberapa faktor, termasuk

    kematangan sel-sel alveolus dan sistem enzim biosintetiknya, kecepatan pergantian

    yang normal, ventilasi yang memadai, dan aliran darah ke dinding alveolus.

    (Sylvia, 1995)

  • FISIOLOGI PERNAPASAN

    Proses fisiologi pernapasan dimana 02 dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-

    jaringan, dan C02 dikeluarkan ke udara. Ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium.

    Stadium pertama adalah ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan

    keluar paru-paru. karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus

    akibat kerja mekanik dari otot-otot. Dalam proses ventilasi ini, terdapat beberapa hal

    yang mempengaruhi, diantaranya adalah perbedaan tekanan antara atmosfer dengan

    paru. Semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian sebaliknya,

    semakin rendah tempat maka tekanan udara semakin tinggi.

    Stadium kedua, transportasi yang terdiri dan beberapa aspek yaitu :

    (1) Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksternal) dan antara

    darah sistemik dan sel.-sel jaringan. Dalam proses ini terdapat beberapa faktor yang

    dapat mempengaruhinya, diantaranya:

    Pertama : luasnya permukaan paru.

    Kedua : tebal membran respirasi / permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli

    dan intersisial keduanya.

    Ketiga : perbedaan tekanan dan konsentrasi 02.

    Keempat : afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat

    Hb.

    (2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan distribusi

    udara dalam alveolus.

    (3) Reaksi kimia dan fisik dari 02 dan C02 dengan darah respimi atau respirasi interna

    menipak-an stadium akhir dari respirasi, yaitu sel dimana metabolik dioksida untuk

    mendapatkan energi, dan C02 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan

    dikeluarkan oleh paru-paru

    (4) Transportasi, yaitu. tahap kcdua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-

    gas melintasi membran alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 urn).

    Kekuatan mendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara

    darah dan fase gas.

    (5) Perfusi, yaitu pemindahan gas secara efektif antara. alveolus dan kapiler paru-paru

    membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran

    darah) dalam kapiler dengan perkataan lain ventilasi dan perfusi. dari unit

    pulmonary harus sesuai pada orang normal dengan posisi tegak dan keadaan

    istirahat maka ventilasi dan perfusi hampir seimbang kecuali pada apeks paru-paru.

  • Secara garis besar bahwa Paru-paru memiliki fungsi sebagai berikut:

    (1) Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara atmosfer

    kedarah vena dan mengeluarkan gas carbondioksida dari alveoli keudara atmosfer.

    (2) Menyaring bahan beracun dari sirkulasi.

    (3) Reservoir darah.

    (4) Fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas.

    (Sloane Ethel, 2003)

    B. DEFINISI

    Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium

    tuberculosis dan Mycobacterium bovis (jarang oleh Mycobacterium avium).

    (Ngastiyah, 2005)

    Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon yang dikendalikan

    oleh respon imunitas perantara sel.

    (Sylvia, 1995)

    Tuberculosis adalah penyakit infeksius yang pada umumnya menyerang parenkim

    paru.

    (Smeltzer, 2001)

    Tuberculosis merupakan peradangan yang disebabkan oleh bakteri

    Mycobacterium Tuberculosis.

    (Sri Fatimah, 2001)

    Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

    Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam

    sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).

    (www.medicastore.com_tbc_images_sebar.htm)

    Tuberculosis adalah suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri

    Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini dapat menyerang semua bagian tubuh

    manusia, dan yang paling sering terserang bakteri ini adalah paru (90%).

    (www.google.com_news47b3b12895520.pd)

    Untuk menentukan klasifikasi penyakit TBC, ada tiga hal yang perlu diperhatikan

    antara lain sebagai berikut:

    Organ tubuh yang sakit (paru-paru atau ekstra paru-paru).

    Hasil pemeriksaan dahak Basil Tahan Asam (BTA) yang menunjukkan positif atau

    negatif.

    Tingkat keparahan penyakit (ringan atau beratnya penyakit).

  • Penemuan ini sangat penting dilakukan karena untuk menetukan paduan obat anti-

    tuberculosis yang sesuai sebelum pengobatan dimulai.

    Klasifikasi penyakit TBC secara umum meliputi:

    1. TBC yang menyerang jaringan paru-paru. TBC jenis ini juga dibedakan menjadi dua

    macam yaitu:

    a. TBC paru BTA positif (sangat menular)

    Sekurang-kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak, memberikan hasil yang

    positif.

    Satu pemeriksaan dahak memberikan hasil yang positif dan foto rontgen dada

    menunjukkan TBC aktif.

    b. TBC paru BTA negatif

    Pemeriksaan dahak positif negatif/foto rontgen dada menunjukkan TBC aktif.

    Positif negatif yang dimaksudkan disini adalah hasilnya meragukan, jumlah

    kuman yang ditemukan pada waktu pemeriksaan belum memenuhi syarat positif.

    2. TBC ekstra paru atau TBC yang menyerang organ tubuh yang lain selain paru-paru,

    misalnya selaput paru, selaput otak, selaput jantung, kelenjar getah bening, tulang,

    persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kemih, dll.

    Ada 2 bentuk klasifikasi TB paru pada anak yaitu:

    3. TB Primer

    Tuberculosis primer merupakan kompleks primer serta komplikasinya. Permulaan

    tuberculosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena penyakit mulai

    secara perlahan-lahan. Kadang-kadang tuberculosis ditemukan pada anak tanpa

    keluhan atau gejala. Dengan melakukan uji tuberculin secara rutin, dapat ditemukan

    penyakit tuberculosis pada anak. Gejala tuberculosis primer dapat juga berupa panas

    yang naik turun selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk pilek.

    4. TB Pasca Primer

    Tuberculosis pasca primer adalah tuberculosis yang terjadi setelah timbulnya

    tuberculosis primer dan menimbulkan gejala yang lebih berat. Tuberculosis dapat

    juga dapat menunjukkan gejala seperti bronkopneumonia, sehingga pada anak

    dengan gejala bronkopneumonia yang tidak menunjukkan perbaikan dengan

    pengobatan bronkopneumonia yang adekuat harus dipikirkan kemungkinan

    tuberculosis.

    (Yoannes Y Laban, 2008)

  • C. ETIOLOGI

    Faktor yang menyebabkan anak mengalami TBC:

    Mycobacterium Tuberculosa

    Mycobacterium Bovis

    Tertular dari ibu saat dalam kandungan

    Sebelum atau selama persalinan menghirup air ketuban yang terinfeksi

    Setelah lahir karena menghirup udara yang terkontaminasi oleh percikan saliva

    yang terinfeksi.

    Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium

    Tuberculosis yaitu:

    Herediter

    Resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara genetik.

    Jenis kelamin

    Pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan lebih

    banyak terjadi pada anak perempuan.

    Usia

    Pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi. Pada masa puber dan

    remaja dimana terjadi masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan infeksi cukup

    tinggi karena diit yang tidak adekuat.

    Keadaan stress

    Situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress emosional,

    kelelahan yang kronik). Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan

    reaksi inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi. Anak yang

    mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah.

    Nutrisi

    Status nutrisi yang kurang.

    Kontak dengan penderita TBC

    Sumber penularan yang paling berbahaya adalah penderita TB dewasa dan orang

    dewasa yang menderita TB paru dengan kavitas. Kasus seperti ini sangat infeksius

    dan dapat menularkan penyakit melalui batuk, bersin dan percakapan. Semakin

    sering dan lama kontak, makin besar pula kemungkinan terjadi penularan. Sumber

    penularan bagi bayi dan anak yang disebut dengan kontak erat adalah orang

    tuanya, orang serumah atau orang yang paling sering berkunjung.

  • Lingkungan yang tidak sehat

    TBC menyebar dengan cepat pada tempat tinggal yang kurang ventilasi, sempit

    dan sesak. Angka penularan tinggi juga terjadi pada orang yang hidup di daerah

    yang penuh sesak dan kumuh.

    (Suriadi, 2006)

    TB disebabkan oleh Mikrobakterium tuberkulosis dan anak-anak sangat rentan

    untuk terinfeksi bakteri ini (M. Tuberculosis) dan bovin (Micobacterium bovis). Dalam

    beberapa bagian di dunia dimana kuman tuberculosis yang ada dalam tempat untuk

    memasak tidak terkontrol atau tidak melakukan pemanasan terhadap susu sebelum

    dikonsumi maka bakteri tipe bovin adalah penyebab infeksi yang paling sering

    ditemukan. Meskipun agen penyebabnya adalah bacillus tuberkel, namun ada beberapa

    faktor lain yang mempengaruhi terjadinya TB paru ini diantaranya; hereditas (resistensi/

    ketahanan terhadap infeksi mungkin disebabkan karena adanya perpindahan genetik),

    stres: situasi yang penuh stress (emosional atau fisik), status nutrisi yang kurang, jenis

    kelamin (pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan lebih

    banyak terjadi pada anak perempuan karena pada masa ini terjadi masa pertumbuhan

    yang cepat, sehingga kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat),

    usia (sangat tinggi pada infant dan tinggi pada usia ebelum dewasa), dan riwayat

    penyakit sekarang (khususnya HIV, meassles dan pertusis). Konsumi obat-obatan yang

    banyak juga dapat menyebabkan terinfeksi Mikrobakterium tuberkulosis.

    Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi danmemudahkan

    untuk penyebarluasan infeksi; dan anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid

    kemungkinan untuk terinfeksi lebih mudah.

    (Donna L. Wong, 2001)

    D. PATOFISIOLOGI

    Penyakit TBC biasamya menyerang melalui udara yang tercemar dengan

    bakteri mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC

    batuk,dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC

    dewasa.bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul didalam paru-paru akan

    berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang yang dengan daya tahan tubuh

    rendah),dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.oleh

    sebab itulah TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti paru-

    paru,otak,ginjal,saluran pencernan,tulang,kelenjar getah bening,dan lain-lain.meskipun

    demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat ini

    mycobacterium tuberculosa berhasil menginfeksi paru-paru,maka dengan segera akan

  • tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).biasanya melalui serangkaian

    reaksi immunologis bakteri ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding

    itu membuat jaringan disekitarnya menjadi jaringan parut, terjadi penekakan dinding

    abdomen lalu menekan gaster, dan bakteri TBC ini akan menjadi dormant

    (istirahat).bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel

    pada pemeriksaan foto rontgen.

    Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap

    dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan

    tubuh yang kurang ,bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel

    bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang didalam paru-

    paru.ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum(dahak).seseorang

    yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan

    tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.

    (Halim,2000)

    Cara Penularan :

    Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau

    bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak).

    Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama

    beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran

    pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan,

    kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem

    peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau penyebaran langsung

    kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh

    banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil

  • pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak

    negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.

    Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara

    dan lamanya menghirup udara tersebut.

    Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet nuclei

    yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiap kali

    penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi

    di dalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama.

    Di bawah sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang

    yang gelap lembab dapat bertahan sampai beberapa jam. Dua faktor penentu

    keberhasilan pemaparan Tuberkulosis pada individu baru yakni konsentrasi droplet

    nuclei dalam udara dan panjang waktu individu bernapas dalam udara yang

    terkontaminasi tersebut di samping daya tahan tubuh yang bersangkutan. Di samping

    penularan melalui saluran pernapasan (paling sering), M. tuberculosis juga dapat masuk

    ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit (lebih jarang).

    (www.yahoo.com_pusat-informasi-penyakit-infeksi_tbc.htm)

  • PATHWAY

    Penderita TBC dewasa (aktif) batuk

    Droplet di udara terhirup anak-anak

    Menyebar melalui darah dan pembuluh getah

    bening

    Sistem imun

    menurun

    M. Tuberculosa masuk melalui saluran

    pernafasan

    Tumbuh koloni bakteri berbentuk globular

    batuk untuk mengeluarkan sputum

    Tuberkel berkembangbiak untuk memproduksi sputum

    Nyeri dada dan distensi abdomen

    Menginfeksi paru-paru

    Penekanan gaster

    Mual, muntah

    Produksi HCL

    Perubahan nutrisi

    kurang dari

    kebutuhan tubuh

    malaise

    Intoleransi aktifitas

    Penumpukan

    sekret

    Bersihan jalan

    nafas tidak

    efektif

    Berat badan Anoreksia

  • E. MANIFESTASI KLINIK

    Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang

    timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas

    terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara

    klinik.

    Gejala sistemik/umum

    Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari

    disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan

    bersifat hilang timbul.

    Penurunan nafsu makan dan berat badan.

    Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

    Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

    Gejala khusus

    Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian

    bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah

    bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah

    yang disertai sesak.

    Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan

    keluhan sakit dada.

    Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada

    suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada

    muara ini akan keluar cairan nanah.

    Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut

    sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya

    penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

    Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau

    diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang

    kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif.

    Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru

    dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan

    serologi/darah.

    (www.medicastore.com_tbc_images_sebar.htm)

    Gejala dan tanda Sakit TB pada anak sangat luas variasinya, mulal dari yang

    sangat ringan sampai sangat berat. Gejala dan tanda yang mengawali kecurigaan Sakit

    TB pada anak di antaranya adalah MMBB (Masalah Makan dan Berat Badan), demam

  • lama atau berulang, gampang / sering tertular sakit batuk pilek, adanya benjolan yang

    banyak di leher, diare yang sulit sembuh dll. TB juga dapat menyerang berbagai organ

    di seluruh tubuh sehingga bisa timbul gejala pincang jika mengenai sendi panggul atau

    lutut, benjolan banyak di leher, bisa juga terjadi kejang jika mengenai susunan saraf

    pusat / otak.

    (www.yahoo.com_ikatan-dokter-anak-indonesia.htm)

    Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang

    mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala

    umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas

    sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.

    Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan

    gejala sistemik:

    1. Gejala respiratorik, meliputi:

    a. Batuk

    Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering

    dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan

    bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

    b. Batuk darah

    Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis

    atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat

    banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya

    batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.

    c. Sesak napas

    Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada

    hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.

    d. Nyeri dada

    Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul

    apabila sistem persarafan di pleura terkena.

    2. Gejala sistemik, meliputi:

    a. Demam

    Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari

    mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang

    serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.

    b. Gejala sistemik lain

    Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta

    malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan

  • tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat

    juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

    F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

    Pemeriksaan Fisik

    Riwayat Penyakit

    Riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi penyakit TBC.

    Tes Tuberkulin atau Tes Mantoux

    Tes Mantoux atau tuberculin adalah tes kulit yang digunakan untuk

    menentukan apakah individu telah terinfeksi basil TB. Ekstrak basil tuberkel

    (tuberkulin) disuntikkan kedalam lapisan intradermal pada aspek dalam lengan

    bawah, sekitar 10 cm dibawah siku. Dengan menyuntikkan tuberkulin sebanyak 0,1

    ml yang mengandung 5 unit tuberculin.

    Untuk memperoleh reaksi kulit yang maksimum diperlukan waktu antara 48-72

    jam sesudah penyuntikkan. Reaksi harus dibaca dalam periode tersebut. Uji

    tuberkulin positif bila indurasi 10 mm (pada anak yang mempunyai gizi baik), atau

    5 mm (pada anak dengan gizi buruk). Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan

    adanya infeksi TBC dan kemungkinan ada TBC aktif pada anak.

    Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)

    Merupakan uji serologi immunoperoksidase memakai alat histogen

    immunoperoksidase Staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil

    TB.

    N Pemeriksaan Sputum BTA

    Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun pemeriksaan ini

    tidak sensitive karena hanya 30-70% pasien TB yang dapat di diagnosis berdasarkan

    pemeriksaan ini, namun pemeriksaan sputum ini agak sulit dilakukan pada anak dan

    hasilnya kurang memastikan.

    Pemeriksaan LED (Laju Endap Darah)

    Biasanya pemeriksaan darah yang dimaksudkan untuk TB adalah LED (laju endap

    darah) dan hitung jenis limfosit, Kedua pemeriksaan ini nilai diagnostiknya untuk TB

    rendah, jauh lebih rendah dibanding foto Rontgen, sehingga hanya digunakan sebagai

    data tambahan.

    Foto Toraks PA (postero-anterior)

    TB paru dapat memberikan gambaran infiltrat yang lebih khusus pada foto Rontgen,

    istilahnya gambaran yang sugestif TB. Misalnya gambaran miller (bercak kecil putih

    merata di seluruh paru), atau gambaran atelektasis (gambaran putih padat akibat

    pengerutan sebagian paru), dll. Sekalipun gambarannya sugestif TB, foto Rontgen

  • saja tidak bisa dijadikan dasar tunggal diagnosis TB, tetap harus disertai gejala dan

    tanda sakit TB, dan pemeriksaan penunjang lain.

    Tehnik Polymerase Chain Reaction

    Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui aplikasi dalam berbagai tahap sehingga

    dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam spesimen. Juga

    dapat mendeteksi adanya resistensi.

    Pemeriksaan bakterioligis

    Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum): Ditemukannya kuman micobakterium TBC

    dari dahak penderita memastikan diagnosis TB paru. Pemeriksaan biasanya lebih

    sensitive daripada sediaan apus (mikroskopis). Pengambilan dahak yang benar sangat

    penting untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Pada pemeriksaan pertama.

    sebaiknya 3 kali pemeriksaan dahak. Uji resistensi harus dilakukan apabila ada

    dugaan resistensi terhadap pengobatan. Pemeriksaan sputum adalah diagnostik yang

    terpenting dalam prograrn pemberantasan TBC paru di Indonesia.

    Uji BCG

    Penyuntikan BCG akan menyebabkan konversi uji tuberkulin sehingga dapat

    mengacaukan penilaian uji tuberkulin. Bila anak telah mendapat BCG kemudian

    dilakukan uji tuberkulin dengan PPD-RT 23 2 TU/PPD-S 5 TU atau OT 1/2000

    menimbulkan indurasi lebih dari 15 mm, harus dicurigai adanya superinfeksi

    tuberkulosis. Bila BCG diberikan pada masa neonatus, setelah 1 tahun hanya 10%

    yang mempunyai indurasi dengan indurasi 5 mm atau lebih terhadap PPD-RT 23 2

    TU/PPD-S 5 TU dan tidak ada yang bereaksi dengan indurasi 10 mm ke atas.

    G. KOMPLIKASI

    1. Penyebaran infeksi Tuberkulosis

    Penyebaran infeksi tuberculosis ke bagian tubuh nonpulmonal dikenal dengan

    TB miliaris. Yang terjadi pada anak-anak, selain di paru-paru, juga terdapat

    penyebaran ke seluruh tubuh. Hal ini terjadi karena belum ada kekebalan alami dari

    tubuh, saat basil TB jenis primer masuk ke dalam paru-paru. Akibatnya basil ini

    tidak tinggal diam di paru-paru saja. Tetapi akan melalui saluran limfa ke kelenjar

    dan masuk ke aliran darah, kemudian menyebar ke seluruh tubuh, sehingga

    terkadang ditemui TB tulang dalam 1-5 tahun setelah terbentuknya kompleks

    perimer,TB hati,TB limfa dapat terjadi 6 bulan setelah terbentuknya kompleks

    primer, TB selaput otak atau meningitis dapt terjadi dalm 3 bulan.komplikasi pada

    traktus urogenitalis dapt terjadi setelah bertahun-tahun.

    2. Penyakit paru primer progesif

  • Komplikasi infeksi tuberculosis serius tetapi jarang terjadi pada anak bila focus

    primer membesar dengan mantap dan terjadi pusat perkejuan yang besar. Pencairan

    dapat menyebabkan pembentukan kaverna primer yang disertai dengan sejumlah

    besar basil tuberkel. Pembesaran focus dapat melepaskan debris nekrotik kedalam

    bronkus yang berdekatan, menyebabkan penyebaran intrapulmonal lebih lanjut.

    3. Efusi pleura

    Efusi pleura tuberculosis, yang dapat local atau menyeluruh, mula-mula

    padakeluarnya basili kedalam sela pleura dari focus paru subpleura atau perkejuan

    limfonodi.efusi yang lebih banyak dan secara klinis berarti terjadi beberapa bulan

    sampai beberapa tahun sesudah infeksi primer.efusi pleura dapat terjadi 6-12 bulan

    setelah terbentuk kompleks primer

    4. Penyakit pericardium

    Bentuk tuberculosis jantung yang paling sering adalah perikarditis.penyakit ini

    jarang,terjadi pada 0,5-4% kasus tuberculosis pada anak. Perikarditis biasanya

    berasal dari invasi langsung atau aliran limfe dari limfonodi subkranial.gejala-gejala

    yang biasanya nonspesifik termasuk demam ringan,malaise dan kehilangan berat

    badan. Nyeri dada tidak lazim pada anak.bising gesek pericardium atau suara jantung

    yang jauh dengan pulsus paradoksus.

    5. Penyakit saluran pernafasan atas

    Tuberculosis saluran pernafasan atas misalnya anak dengan tuberculosis laring

    menderita batuk karena radang tenggoring, nyeri tenggorok,parau, dan disfagia.

    Kebanyakan anak dengan tuberculosis laring menderita penyakit laring primer

    dengan radiografi dada normal.

    6. Penyakit system saraf sentral

    Tuberculosis SSS merupakan komplikasi yang paling serius pada anak dan

    mematikan tanpa pengobatan efekyif. Meningitis tuberkulosa biasanya berasal dari

    pembentukan lesi perkejuan metastatik di dalam korteks serebri atau meninges yang

    berkembang selam penyebaran limfohematogen infeksi primer.

    (Donna L. Wong, 2001)

  • H. PENATALAKSANAAN MEDIS

    Obat Anti TB (OAT)

    OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat

    bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT, antara lain :

    Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui

    bakterisid.

    Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan

    sterilisasi.

    Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan

    imunologis.

    Maka pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu :

    a. Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman

    yang membelah dengan cepat.

    b. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek

    atau kegiatan bakterostatik pada pengobatan konvensional.

    OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), rifampisin (R),

    pirazinamid (Z),dan streptomisin (S) yang bersifat bakterisid dan etambutol (E) yang

    bersifat bakteriostatik.

    Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan

    bakteriologi, dan klinis. Kesembuhan TB paru yang baik akan memperlihatkan sputum

    BTA (-), adanya perbaikan radiology, dan menghilangnya gejala.

    Etambutol tidak dianjurkan untuk anak-anak usia < 6 tahun, karena gangguan

    penglihatan sulit dipantau (kecuali bila kuman penyebabnya resisten terhadap obat TB

    lain.

    Isoniazid mempunyai dua pengaruh toksik utama, keduanya jarang pada anak.

    Neuritis perifer akibat dari hambatan kompetitif penggunaan piridoksin. Kadar

    piroksidin mengurang pada anak yang sedang minum INH tetapi manifestasi klinis

    jarang ada dan pemberian piroksidin biasanya tidak dianjurkan. Namun remaja dengan

    diet yang tidak cukup, kelompok anak-anak dengan kadar susu dan masukan daging

    rendah, serta bayi yang sedang menyusu sering memerlukan penambahan piroksidin.

    Pengaruh toksik utama INH adalah Hepatotoksisitas yang berarti secara klinis jarang

    pada anak tetapi meningkat sesuai usia . Tiga sampai 10% anak yang minum INH

    mengalami kenaikan kadar serum transaminase sementara.Manifestasi alergi atau reaksi

  • hipersensitivitas yang disebabkan oleh INH amat jarang. Inh dapat menaikkan kadar

    fenitoin dan menyebabkan toksisitas denagan memblokade metabolismenya. Kadang-

    kadang INH berinteraksi dengan teofilin, sehingga memerlukan modifikasi dosis.

    Rifampisin obat ini adalah obat kunci pada manejemen tuberculosis moderen. Ia

    diserap dengan baik dari saluran cerna selama puasa, dengan kadar serum puncak

    dicapai dalam 2 jam.Efek samping lebih sering daripada dengan INH dan termasuk

    perubahan warna urin dan air mata menjadi oranye ( dengan pewarnaan permanen lensa

    kontak), gangguan saluran cerna, dan hepatotoksisitas, biasanya ditampakkan sebagai

    kenaikan kadar transminase serum tidak bergejala.

    Pirazinamid.dosis optimum pada anak belum diketahui, tetapi dosis yang sama

    ini menyebabkan kadar CSS tinggi, ditoleransi dengan baik pada anak dan berkolerasi

    dengan keberhasilan klinis pada trial pengobatan tuberculosis pada anak. Pengalaman

    yang luas dengan PZA pada anak telah membuktikan keamanannya. Satu-satunya

    bentuk dosis PZA adalah tablet agak besar 500 mg, yang menimbulkan beberapa

    masalah dosis pada anak terutam bayi. Tablet ini dihancurkan dan diberikan bersama

    makanan dengan cara yang sama dengan pemberian INH, tetapi penelitian

    farmakokinetik resmi denagan menggunakan metode ini belum dilaporkan.

    Streptomisin kurang sering digunakan daripada yang disebutkan lebih dahulu

    pada pengobatan atau pencegahan penyakit resisten obat. Harus diberikan secara

    intramuskular. Streptomisin menembus meningen yang radang dengan sangat baik

    tetapi tidak melewati meningen yang tidak radang. Penggunaan utamanya sekarang

    adalah bila dicurigai resistensi INH awal atau bila anak menderita tuberculosis yang

    membahayakan jiwa.

    Pengobatan TB pada bayi dan anak pada dasarnya sama dengan pengobatan TB

    dewasa. OAT diberikandalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah dan

    dosis yang tepat selam 6-9 bulan supaya kuman dapat dibunuh. Pengobatan TB

    diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan. Tahap intensif

    dimaksudkan untuk menghentikan proses penyakit. Tahap ini harus dilaksanakan

    dengan pengawasan ketat untuk mencegah terjadinya kekebalan obat selama 2 bulan.

    Sedangkan tahap lanjutan dimaksudkan agar semua kuman yang dorman (tidur)

    terbunuh.pemberian obat kombinasi lebih sedikit tetapi dalam jangka waktu lebih

    panjang yaitu 4 bulan. Semua tahap OAT diberikan setiap hari dalam satu dosis sebelum

    makan pagi.

    Jika anak terkena TB, dokter akan memberi obat anti TB dan obat kombinasi. Ada

    tiga jenis obat standar TB yaitu, INH yang dipakai sebagai obat pencegahan. Kemudian

    ditambah Rifamoisin, dan Pirazinamide. Pemberian obat minimum selam 6 bulan. Jika

    TB yang diderita berat atau hebat sekali, misalnya sampai meningitis, pengobatan bisa

  • memakan waktu 9-12 bulan. Dan ini pun bisa dicapai berkat perkembangan obat-obatan

    yang lebih baik. Sebelumnya bisa mencapai 18-24 bulan dengan dosis yang banyak.

    Jika pengobatan tersebut belum memadai, masih akan dilanjutkan dengan menambah

    obat etambutol dan suntikan Streptomisin selama 4-5 bulan yang disuntikkan setiap

    hari. Bahkan bisa sampai menjalani rawat inap, yang paling penting, pemberian obat

    sesuai dosis yang diberikan dokter dan diberikan dengan jadual teratur.

    Check Up usai pengobatan akan dilakukan evaluasi. Biasanya pada dua bulan

    pertama sudah kelihatan ada perubahan, misalnya berat badan naik, demam reda maka

    akan berkurang juga. Jangan menghentikan pengobatan, kendati kondisi si anak mulai

    membaik. Tujuannya untuk mencegah agar tidak kambuh kembali. Karena jika lambuh

    lagi, basilnya akan kebal dan pengobatannya sangat sulit. Dengan demikian pengobatan

    TB harus dilakukan tuntas. Karena itu orang tua harus bisa memotivasi anak agar mau

    berobat secara teratur. Kemungkinan kambuh tetap ada kendati sudah sembuh benar.

    Misalnya, ketika kecil terkena TB kemudian kambuh saat sudah dewasa. Karena itu

    perlu dilakukan check up rutin setiap tahun. Terutama pada usia rawan, yaitu saat balita

    dan masa akil balik.

    Tetap bersosialisasi Jangan mengisolasi anak karena ia menderita TB. Perlu

    diketahui TB pada anak tidak menular. Biarkan ia sekolah dan bermain sebagaimana

    mestinya. Biarkan pula ia memiliki pergaulan yang wajar agar tetap memiliki

    pertumbuhan dan perkembangan yang normal.

    Pembedahan pada TB paru

    Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkurang. Indikasi

    pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relatif.

    Indiksi mutlak pembedahan adalah :

    a. semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi sputum tetap positif.

    b. Pasien batuk darah masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif.

    c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yamg tidak dapat diatasi secara

    konservatif.

    Indikasi relatif pembedahan adalah :

    a. Pasien dengan sputum negatif dan batuk-batuk darah berulang

    b. Kerusakan 1 paru atau lobus dengan keluhan.

    c. Sisa kavitas yang menetap.

    Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)

  • Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) adalah nama untuk suatu

    strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan

    menyembuhkan pasien TB. Strategi ini terdiri dari 5 komponen, yaitu :

    1. Dukungan politik para pimpinan wilayah di setiap jenjang sehingga program ini

    menjadi salah satu prioritas dan pendanaan pun akan tersedia.

    2. Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa TB melaui pemeriksaan

    sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara pasif.

    3. Pengawas Minum Obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik oleh

    pasien maupun petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi pasien minum seluruh

    obatnya sehingga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum obatnya dan

    diharapkan sembuh pada akhir masa pengobatannya.

    4. Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari system

    surveilans penyakit ini sehingga pemantauan pasien dapat berjalan.

    5. Panduan obat anti TB jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu

    yang tepat, sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. Termasuk terjaminnya

    kelangsungan persediaan panduan obat ini. Panduan yang berlaku di Indonesia sesuai

    dengan anjuran WHO terdapat dalam tabel.

    (Nelson, 1999)

  • ASUHAN KEPERAWATAN

    PADA ANAK DENGAN TUBERCULOSIS

    KASUS

    Data diruang anak RSUD DR. SOETOMO SURABAYA seorang ibu membawa

    anak ke-2nya yang berusia 5 tahun dengan keluhan utama: sering batuk

    mengeluarkan sputum (sudah lebih dari 3 minggu), terserang influenza, mual

    muntah, penurunan berat badan, kurang nafsu makan, cepat lelah ketika beraktifitas

    sejak 2 minggu yang lalu. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan data:

    TTV : RR: 28X/menit, Nadi: 100x/menit, TD 110/80mmhg, suhu: 37,80 C.

    Nafas berbunyi ngik-ngik(mengi), sering batuk mengeluarkan sputum, sering mual

    muntah, penurunan BB, malas beraktifitas.

    Pemeriksaan diagnostic

    Pemeriksaan Rontgent terlihat adanya penumpukan secret berlebih pada paru.

    ANALISA DATA

    No. Data Penyebab Masalah

    1 DS:

    Anak mengeluh

    kesulitan bernapas

    DO:

    Anak usia 5 tahun

    Sering batuk

    mengeluarkan sputum

    Terserang influenza

    Adanya penumpukan secresi

    yang kental/ sekresi yang

    belebihan.

    Bersihan jalan

    nafas tidak

    efektif

  • 2 DS:

    Ibu mengatakan

    anaknya kurang nafsu

    makan.

    DO:

    Anak usia 5 tahun,

    sering mual dan

    muntah, penurunan

    BB

    Penurunan keinginan untuk

    makan

    Perubahan

    nutrisi kurang

    dari kebutuhan

    tubuh

    3 DS:

    Anak lebih cepat

    merasa lelah jika

    melakukan aktivitas

    Ibu mengatakan

    anaknya kurang nafsu

    makan.

    DO:

    Anak usia 5 tahun,

    malas beraktifitas

    Nadi 100x/menit

    RR 28x/menit

    Ketidakadekuatan sumber energi

    Intoleransi

    aktifitas

  • BAB III

    PENUTUP

    KESIMPULAN

    Tuberculosis adalah penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh kuman

    Mycobacterim tuberculosis. Kuman tersebut masuk ke tubuh manusia melalui

    udara pernafasan ke dalam paru. Kemudian menyebar dari paru ke bagian tubuh

    lain melalui system peredaran darah, system saluran limfa, saluran nafas atau

    penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. TB dapat terjadi pada semua

    kelompok umur, baik di paru maupun di luar paru.

    Ada tiga bentuk dasar TB paru pada anak yaitu penyebaran limfohematogen, TB

    endobronkial, dan TB paru kronik.

    Penyebab TB paru

    o Tertular dari ibu saat dalam kandungan

    o Sebelum atau selama persalinan menghirup air ketuban yang terinfeksi

    o Setelah lahir karena menghirup udara yang terkontaminasi oleh percikan saliva

    yang terinfeksi

    o Lingkungan yang tidak higienis

    o Kontak dengan penderita TBC

    Perbedaan TB paru pada anak dengan orang dewasa :

    1. Umumnya TB pada orang dewasa hanya terlokalisir di paru-paru,hal ini

    disebabkan karena tubuh orang dewasa telah memiliki kekebalan,sehingga basil

    TB masuk hanya terlokalisir di paru-paru saja,sedangkan pada anak-anak selain

    di paru-paru,juga terdapat penyebaran ke seluruh tubuh hal ini terjadi karena

    belum ada kekebalan alami tubuh.

    2. TB pada anak tidak dapat ditularkan pada anak lainnya atau pada orang dewasa

    sekalipun, TB pada anak tidak menular.

    3. TB pada anak susah didiagnosis daripada TB dewasa, sehingga perlu

    pemeriksaan lebih lanjut, pemeriksaan lengkap melalui 3 hal yaitu klinik,

    laboratorium dan radiology. Pemeriksaan klinik antara lain menyangkut

    perkembangan berat badan, sedang pengamatan laboratorium menyangkut

    pengamatan sputum dan cairan lambung, terakhir pemeriksaan radiology untuk

    melihat kondisi paru-paru.

    4. Gambaran foto roentgen TB paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto

    biasanya sulit, paling mungkin terjadi infiltrate dengan pembesaran kelenjar

    hilus atau kelenjar paratrakeal.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Dongoes,Marilyn E et all.1999.Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi 3.Jakarta : EGC

    Laban Y, Yoannes,2008.TBC.Yogjakarta: Kanisius

    Mansjoer,Arif.1999.Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, jilid 1.Jakarta : FKUI

    Nelson.1999.Ilmu Kesehatan Anak Nelson,Edisi 15,Volume 2.Jakarta : EGC

    Ngastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit.Jakarta : EGC

    Price,Sylvia.1994.Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,Edisi 4,Buku

    2.Jakarta : EGC

    Sloane, Ethel.2003.Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.Jakarta: EGC

    Smeltzer,Suzanne.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,Edisi

    8,Volume 1.Jakarta : EGC

    Staf Pengajar FKUI.1985.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta : FKUI

    Suriadi & Rita Yuliani.2006.Asuhan Keperawatan pada Anak,Edisi 2.Jakarta: SAGUNG

    SETO

    Syaifudin,B.Ac.1997.Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat,Edisi 2.Jakarta : EGC

    Wong,Donna L.2003.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik,Edisi 4.Jakarta : EGC

    (www.medscape.com)

    (www.yahoo.com_ikatan-dokter-anak-indonesia.htm)

    (www.medicastore.com_tbc_images_sebar.htm)

    (www.yahoo.com_pusat-informasi-penyakit-infeksi_tbc.htm)

    (www.google.com_news47b3b12895520.pd)

    [email protected]

  • RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

    No Diagnosa

    Keperawatan

    Tujuan Rencana Intervensi Rasional

    1. Bersihan jalan

    nafas tidak

    efektif

    berhubungan

    dengan sekresi

    yang kental atau

    sekresi yang

    berlebihan.

    Setelah

    dilakukan

    tindakan asuhan

    keperawatan

    diharapkan pada

    anak tercapai

    bersihan jalan

    nafas

    normal,dengan

    Kriteria hasil:

    Anak akan

    1. Tidak

    mengalami

    aspirasi.

    2. Menunjukkan

    batuk yang

    efektif dan

    peningkatan

    pertukaran

    udara dalam

    paru-paru.

    Isap sekresi dari

    jalan nafas sesuai

    kebutuhan,

    misalnya :

    o Bersihkan

    sekret dari

    mulut dan

    trakea; suction

    sesuai dengan

    indikasi.

    o Lakukan

    fisioterapi dada

    atau postural

    drainase

    Posisi untuk

    mencegah aspirasi.

    Bantu anak dalam

    posisi semi atau

    fowler tinggi.

    Berikan lingkungan

    yang lembab.

    Mencegah

    obstruksi/aspira

    si. Penghisapan

    dapat

    diperlukan bila

    anak tak

    mampu

    mengeluarkan

    sekret.

    Dapat

    dilakukan jika

    anak tidak

    mampu

    mengeluarkan

    sekret sendiri

    Posisi

    membantu

    memaksimalka

    n ekspansi paru

    dan

    menurunkan

    upaya

    pernafasan

    Mencegah

    pengeringan

    membrane

    mukosa,

    membantu

    pengenceran

    secret

  • 2. Perubahan

    nutrisi kurang

    dari kebutuhan

    tubuh

    berhubungan

    dengan

    penurunan

    keinginan untuk

    makan sekunder

    akibat anoreksia.

    Setelah

    dilakukan

    tindakan asuhan

    keperawatn

    diharapkan anak

    menunjukkan

    pola nutrisi yang

    adekuat dengan

    Kriteria hasil :

    BB normal

    IMT normal

    Intake dan

    Output

    seimbang

    Mandiri

    Ukur BB tiap hari

    Pastikan pola diet

    anak, makanan

    yang disukai/tidak

    disukai. Modifikasi

    pemberian

    makanan pada anak

    misalnya dengan:

    Menghias

    makanan

    Menggunakan

    piring atau

    gelas yang

    menarik

    Berikan perawatan

    mulut sebelum dan

    sesudah tindakan

    pernafasan

    Dorong makan

    sedikit dan sering

    dengan makanan

    tinggi protein dan

    Berguna dalam

    mendefinisikan

    derajat/luasnya

    masalah dan

    pilihan

    intervensi,

    berguna dalam

    mengukur

    keefektifan

    nutrisi dan

    dukungan

    cairan.

    Membantu

    mengidentifikas

    i kebutuhan

    khusus.

    Pertimbangan

    keinginan

    individu dapat

    memperbaiki

    masukan diet.

    Menurunkan rasa

    tidak enak karena

    sisa sputum atau

    obat untuk

    pengobatan

    respirasi

  • karbohidrat

    Kolaborasi

    Rujuk ahli gizi

    untuk menentukan

    komposisi diet

    merangsang pusat

    muntah.

    Memaksimalka

    n masukan

    nutrisi tanpa

    kelemahan

    yang tak

    perlu/kebutuha

    n energi dari

    makan

    makanan

    banyak dan

    menurunkan

    iritasi gaster

    Memberikan

    bantuan dalam

    perencanaan diet

    dengan nutrisi

    adekuat untuk

    kebutuhan

    metabolik dan

    diet

    3. Intoleransi

    aktifitas

    berhubungan

    dengan

    ketidakadekuata

    n sumber energi

    akibat

    malnutrisi.

    1. Mengidentifi

    kasi faktor-

    faktor yang

    menurunkan

    toleran

    aktivitas.

    2. Memperlihat

    kan

    kemajuan

    (khususnya

    Berikan permainan

    dan aktivitas sesuai

    usia yang tenang

    dan menantang:

    o Petualanagan

    sensori (seperti

    apa bau, bunyi,

    atau

    pemandangan

    Meningkatkan

    antusiasme

    anak dalam

    melakukan

    aktivitas

  • tingkat yang

    lebih tinggi

    dari

    mobilitas

    yang

    mungkin).

    3. Melaporkan

    penurunan

    gejala-gejala

    intoleran

    aktivitas.

    rumah sakit?)

    o Menceritakan

    dan menulis

    cerita, membuat

    susunan benda,

    bermain dengan

    boneka, bermain

    drama.

    Evaluasi respons

    anak terhadap

    aktivitas

    Berikan lingkungan

    tenang

    Jelaskan

    pentingnya istirahat

    pada orang tua

    dalam rencana

    pengobatan dan

    perlunya

    keseimbangan

    aktivitas dan

    istirahat

    Bantu anak pada

    posisi yang nyaman

    untuk istirahat

    dan/atau tidur

    Menetapkan

    kemampuan/ke

    butuhan anak

    dan

    memudahkan

    pilihan

    intervensi

    Meningkatkan

    istirahat

    Pembatasan

    aktivitas

    ditentukan

    dengan respons

    anak terhadap

    aktivitas dan

    perbaikan

    kegagalan

    pernafasan

    Anak mungkin

    nyaman dengan

    kepala tinggi

    atau menunduk

    ke bantal

    Meminimalkan

    kelelahan dan

    membantu

    keseimbangan

    suplai dan

    kebutuhan

    oksigen

  • Anjurkan orang tua

    untuk Bantu

    aktivitas perawatan

    diri yang

    diperlukan.berikan

    aktivitas kemajuan

    peningkatan

    aktivitas selam

    masa penyembuhan