ASKEP TB PARU 1.docx

34
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia. Penyakit Tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang angka kejadiannya paling tinggi. Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang di kenal dengan nama mikrobakterium tuberculosis, Penularan penyakit ini melalui perantaran ludah/dahak yang mengandunq basil Tuberculosis paru, pada waktu penderita batuk butir-butir air ludah beterbangan di udara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk ke dalam paru-parunya yang kemudian menyebabkan penyakit Tuberculosis Paru. Terjadinya peningkatan kasus ini disebabkan oleh daya tahan tubuh, status gizi dan kebersihan diri individu dan kepadatan hunian tempat tinggal apabila seseorang sudah terpapar dengan bakteri penyebab Tuberculosis berakibat buruk seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan kepada orang lain terutama pada keluarga yang bertempat tinggal 1

Transcript of ASKEP TB PARU 1.docx

Page 1: ASKEP TB PARU 1.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

masalah kesehatan di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia. Penyakit

Tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang angka kejadiannya paling tinggi.

Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk

batang (basil) yang di kenal dengan nama mikrobakterium tuberculosis, Penularan

penyakit ini melalui perantaran ludah/dahak yang mengandunq basil Tuberculosis

paru, pada waktu penderita batuk butir-butir air ludah beterbangan di udara dan

terhisap oleh orang yang sehat dan masuk ke dalam paru-parunya yang kemudian

menyebabkan penyakit Tuberculosis Paru.

Terjadinya peningkatan kasus ini disebabkan oleh daya tahan tubuh, status

gizi dan kebersihan diri individu dan kepadatan hunian tempat tinggal apabila

seseorang sudah terpapar dengan bakteri penyebab Tuberculosis berakibat buruk

seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan kepada orang

lain terutama pada keluarga yang bertempat tinggal serumah dan menyebabkan

kematian. Penyakit Tubercolosis, jaringan yang paling sering di serang adalah

paru-paru (96,9%).

Adapun masa tunas (masa inkubasi) penyakit TB Paru adalah mulai dari

terinfeksi sampai pada tesiprimer muncul. Sedangkan waktunya antara 4-12

minggu, Kepekaan untuk terinfeksi penyakit ini adalah semua penduduk, tidak ada

perbedaan antara laki-laki dan perempuan tua dan muda, bayi dan balita, kepekaan

tertinggi pada anak kurang dari 3 tahun. Terendah pada anak akhir usia 12-13

tahun, dan dapat meningkat lagi pada umur remaja dan tua muda.

Dalam catatan WHO pada 2006, Indonesia masuk pada urutan ketiga tertinggi

setelah di India dan Tiongkok. Jumlah kasus tercatat 539.000 TB paru, dan jumlah

kematian 101.000 pertahun.

1

Page 2: ASKEP TB PARU 1.docx

Pemerintahan Propinsi DKI terus melakukan berbagai upaya untuk menekan

jumlah penderita TBC di Ibukota pasalnya berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI

Jakarta jumlah penderita TBC hingga 31 Desember 2007 mencapai 14.416 orang.

Dari jumlah tersebut rinciannya meliputi 5.784 pasien baru, pasien kambuhan 437

orang, BTA negatif/rontgen positif kasus 8.982 pasien, dan TB Paru yang biasanya

disertai dengan komplikasi tulang atau kelenjar 302 orang.

2

Page 3: ASKEP TB PARU 1.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.  PENGERTIAN

Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis

yang hamper

seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah

paru-paru (IPD, FK, UI).

Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium

Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999).

Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

basilMycobacterium tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk batang

dengan panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. (M.Ardiansyah, 2012)

Penyakit tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium

Tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien TBC

batuk dan percikan ludah yang mngandung bakteri tersebut terhirup oleh orang

lain saat bernafas. (Widoyono, 2008).

Tuberculosis adalah suatu infeksi kronik jaringan paru yang

disebabkan Mycobacterium tuberculosae (Herdin, 2009).

TB Paru (Tuberculosis) adalah penyakit menular yang langsung disebabkan

oleh kuman TB (Mycobaterium tuberculosa). Sebagian besar kuman TBC ini

menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya ( Depkes RI,

2011 ).

B.   ETIOLOGI

Penyebab penyakit Tuberculosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis

dan Mycobacterium Bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5–4 mikron x

0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular

3

Page 4: ASKEP TB PARU 1.docx

atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri

dari lipoid (terutama asam mikolat).

Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap

pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut Basil Tahan

Asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman Tuberculosis juga

tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob.

Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100°C selama 5-10 menit atau

pada pemanasan 60°C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30

detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab

dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran

udara (Widoyono, 2008).

C.   PENULARAN

Penyakit tuberculosis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium

Tuberculosisditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien

tuberculosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup

oleh orang lain saat bernafas. Bila penderita batuk, bersin, atau berbicara saat

berhadapan dengan orang lain, basil tuberculosis tersembur dan terhisap ke dalam

paru orang sehat. Masa inkubasinya selama 3-6 bulan.

Risiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan

sumber infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor genetik dan faktor pejamu

lainnya. Risiko tertinggi berkembangnya penyakit yaitu pada anak berusia

dibawah 3 tahun, risiko rendah pada masa kanak-kanak, dan meningkat lagi pada

masa remaja, dewasa muda, dan usia lanjut. Bakteri masuk ke dalam tubuh

manusia melalui saluran pernafasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain

melalui peredaran darah, pembuluh limfe, atau langsung ke organ terdekatnya.

Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya,

sehingga kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17%.hasil studi

4

Page 5: ASKEP TB PARU 1.docx

lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah)akan 2

kali lebih berisiko dibandingkan kontak biasa(tidak serumah).

Seseorang penderita dengan BTA (+) yang derajat positifnya tinggi berpotensi

menularkan penyakit ini. Sebaliknya, penderita dengan BTA (-) dianggap tidak

menularkan. Angka risiko penularan infeksi TBC di Amerika Serikat adalah

sekitar 10/100.000 populasi. Di Indonesia angka ini sebesar 1-3% yang berarti di

antara 100 penduduk terdapat 1-3 warga yang akan terinfeksi TBC. Setengah dari

mereka BTA-nya akan positif (0,5%). (Widoyono, 2008)

D.  MANIFESTASI KLINIS

Gejala umum TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa

sputum, malaise, gejala flu, demam ringan, nyeri dada, batuk darah.

Keluhan yang dirasakan penderita tuberculosis dapat bermacam-macam atau

malah tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang paling banyak terjadi yaitu :

a.      Demam

Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, tetapi kadang-kadang panas

badan mencapai 40-410C. Demam biasanya menyerupai

demam influenza sehingga penderita biasanya tidak pernah terbebas dari serangan

demam influenza.

b.      Batuk

Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk biasanya dialami ± 4

minggu dan bahkan berbulan-bulan. Sifat batuk dimulai dari batuk non produktif.

Keadaan ini biasanya akan berlanjut menjadi batuk darah. Kebanyakan batuk

darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus

dinding bronkus.

c.       Sesak napas

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak

napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah

meliputi bagian paru-paru.

5

Page 6: ASKEP TB PARU 1.docx

d.      Nyeri dada

Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga

menimbulkanpleuritis.

e.      Malaise

Tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan

berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (BB menurun), sakit

kepala, meriang, nyeri otot, dan berkeringat malam. Gejala malaise ini makin lama

makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (Ari Sandi, 2012)

E.   PATOFISIOLOGI

Port de’entri kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan,

saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi

melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-

kuman basil tuberkel yang terinfeksi.

Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan di inhalasi biasanya terdiri atas

satu sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran

hidung dan cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah

berada dalam ruang alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan peradangan.

Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri di tempat ini, namun tidak

membunuh organisme tersebut.

Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang

terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.

Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa

yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau

berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju

getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih

panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit yang

dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20

jam. ( Ardiansyah, 2012).

6

Page 7: ASKEP TB PARU 1.docx

F.    PEMERIKSAAN DIAGNOSIS

a.   Pemeriksaan Rontgen Toraks

Pada hasil pemeriksaan rontgen toraks, sering didapatkan adanya suatu lesi

sebelum ditemukan gejala subjektif awal. Sebelum pemeriksaan fisik, dokter juga

menemukan suatu kelainan paru. Pemeriksaan rontgen toraks ini sangat berguna

untuk mengevaluasi hasil pengobatan, di mana hal ini bergantung pada tipe

keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap OAT. Penyembuhan total

sering kali terjadi di beberapa area dan ini adalah observasi yang dapat muncul

pada sebuah proses penyembuhan yang lengkap.

b.  Pemeriksaan CT-scan

Pemeriksaan CT-scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB

inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik

ireguler, pita parenkimal, klasifikasi nodul dan adenopati, perubahan

kelengkungan berkas bronkhovaskuler, bronkhiektasis, serta emfisema

perisikatrisial. Pemeriksaan CT-scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya

pembentukan kavitas dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan rontgen

biasa.

c.  Radiologis TB Paru Milier

TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara masif/menyeluruh

serta mengakibatkan penyakit akut yang berat dan sering disertai akibat fatal

sebelum penggunaan OAT. Hasil pemeriksaan rontgen toraks bergantung pada

ukuran dan jumlah tuberkel milier. Pada beberapa pasien TB milier, tidak ada lesi

yang terlihat pada hasil rontgen toraks, tetapi ada beberapa kasus dimana bentuk

milier klasik berkembang seiring dengan perjalanan penyakitnya.

 d.  Pemeriksaan

Laboratorium                                                                                                         

Diagnosis terbaik dari penyakit Tuberculosis diperoleh dengan pemeriksaan

mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Untuk membedakan species Mycobacterium

yang satu dengan lainnya harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat

7

Page 8: ASKEP TB PARU 1.docx

biokimia pada berbagai media, perbedaan kepekaan terhadap OAT dan percobaan,

serta perbedaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen Mycobacterium.

Bahan untuk pemeriksaan isolasi Mycobacterium Tuberculosis adalah sputum

pasien, urine, dan cairan kumbah lambung. Selain itu, ada juga bahan-bahan lain

yang dapat digunakan, yaitu cairan serebrospinal (sum-sum tulang belakang),

cairan pleura, jaringan tubuh, feses, dan swab tenggorokan. Pemeriksaan darah

yang dapat menunjang diagnosis Tuberculosis Paru, walaupun kurang sensitif,

adalah pemeriksaan laju endap darah (LED). Adanya peningkatan LED biasanya

disebabkan peningkatan immunoglobulin, terutama IgG dan IgA.

G.  KOMPLIKASI

Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan

menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi

lanjut :

A.      Komplikasi dini

1)      Pleuritis

2)      Efusi pleura

3)      Empiema

4)      Laringitis

    Menjalar ke organ lain : Usus

    Poncet’s arthropathy

B.      Komplikasi lanjut

1)       Obstruksi jalan napas : SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis)

2)       Kerusakan parenkim berat : SOPT/Fibrosis paru, kor pulmonal

3)       Amiloidosis

4)       Karsinoma paru

5)       Sindrom gagal napas dewasa (ARDS)

8

Page 9: ASKEP TB PARU 1.docx

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

1.      PENGKAJIAN

Pengkajian dengan TB Paru pada klien dewasa, meliputi :

a.      Identitas

Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,

pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan

penanggung biaya.

       b. Riwayat Sakit dan Kesehatan

1.                Keluhan utama

Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta

pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1)      Keluhan respiratoris, meliputi:

-          Batuk, nonproduktif/ produktif atau sputum bercampur darah

-          Batuk darah, seberapa banyak darah yang keluar atau hanya

berupablood streak, berupa garis, atau bercak-bercak darah

-          Sesak napas

-          Nyeri dada

Tabrani Rab (1998) mengklasifikasikan batuk darah berdasarkan jumlah darah

yang dikeluarkan:

-          Batuk darah masif, darah yang dikeluarkan lebih dari 600 cc/24 jam.

-          Batuk darah sedang, darah yang dikeluarkan 250-600 cc/24 jam.

-          Batuk darah ringan. Darah yang dikeluarkan kurang dari 250 cc/24

jam.

2)      Keluhan sistematis, meliputi:

-          Demam, timbul pada sore atau malam hari mirip demam influenza,

hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa

bebas serangan semakin pendek

9

Page 10: ASKEP TB PARU 1.docx

-          Keluhan sistemis lain: keringat malam, anoreksia, penurunan berat

badan, dan malaise

c. Riwayat penyakit saat ini

Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan perawat dalam

melengkapi pengkajian.

Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab sesak

napas, apakah sesak napas berkurang apabila beristirahat?

Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau digambarkan

klien, apakah rasa sesaknya seperti tercekik atau susah dalam melakukan inspirasi

atau kesulitan dalam mencari posisi yang enak dalam melakukan pernapasan?

Region: di mana rasa berat dalam melakukan pernapasan?

Severity of Pain: seberapa jauh rasa sesak yang dirasakan klien?

Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah buruk pada

malam hari atau siang hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atau

seketika itu juga, apakah timbul gejala secara terus-menerus atau hilang timbul

(intermitten), apa yang sedang dilakukan klien saat gejala timbul, lama timbulnya

(durasi), kapan gejala tersebut pertama kali timbul (onset).

 d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya

klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis

dari organ lain, pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang memperberat TB

paru seperti diabetes mellitus. Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum

oleh klien pada masa lalu yang relevan, obat-obat ini meliputi obat OAT dan

antitusif. Catat adanya efek samping yang terjai di masa lalu. Kaji lebih dalam

tentang seberapa jauh penurunan berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir.

Penurunan BB pada klien dengan TB paru berhubungan erat dengan proses

penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia dan mual yang sering disebabkan

karena meminum OAT.

10

Page 11: ASKEP TB PARU 1.docx

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan

apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor

predisposisi di dalam rumah.

f. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual

Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan

perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif,

dan perilaku klien. Perawat mengumpulkan data hasil pemeriksaan awal klien

tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini. Data ini penting untuk menentukan

tingkat perlunya pengkajian psiko-sosio-spiritual yang seksama. Pada kondisi,

klien dengan TB paru sering mengalami kecemasan bertingkat sesuiai dengan

keluhan yang dialaminya.

g. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )

Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru meliputi pemerikasaan fisik

umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital,

B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone)

serta pemeriksaan yang focus pada B2 dengan pemeriksaan menyeluruh system

pernapasan.

h. Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital

Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas

pandang dengan menilai keadaaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu di nilai

secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri atas compos mentis, apatis,

somnolen, sopor, soporokoma, atau koma.

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB paru biasanya

didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat

apabila disertai sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan

11

Page 12: ASKEP TB PARU 1.docx

peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan tekanan darah biasanya

sesuai dengan adanya penyulit seperti hipertensi.

B1 (Breathing)

Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru merupakan pemeriksaan fokus

yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

Inspeksi

Bentuk dada dan pergerakan pernapasan. Sekilas pandang klien dengan TB

paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya penurunan proporsi diameter

bentuk dada antero-posterior dibandingkan proporsi diameter lateral. Apabila ada

penyulit dari TB paru seperti adanya efusi pleura yang masif, maka terlihat adanya

ketidaksimetrian rongga dada, pelebar intercostals space (ICS) pada sisi yang

sakit. TB paru yang disertai atelektasis paru membuat bentuk dada menjadi tidak

simetris, yang membuat penderitanya mengalami penyempitan intercostals space

(ICS) pada sisi yang sakit. Pada klien dengan TB paru minimal dan tanpa

komplikasi, biasanya gerakan pernapasan tidak mengalami perubahan. Meskipun

demikian, jika terdapat komplikasi yang melibatkan kerusakan luas pada parenkim

paru biasanya klien akan terlihat mengalami sesak napas, peningkatan frekuensi

napas, dan menggunakan otot bantu napas.

Batuk dan sputum. Saat melakukan pengkajian batuk pada klien dengan TB

paru, biasanya didapatkan batuk produktif yang disertai adanya peningkatan

produksi secret dan sekresi sputum yang purulen. Periksa jumlah produksi sputum,

terutama apabila TB paru disertai adanya brokhiektasis yang membuat klien akan

mengalami peningkatan produksi sputum yang sangat banyak. Perawat perlu

mengukur jumlah produksi sputum per hari sebagai penunjang evaluasi terhadap

intervensi keperawatan yang telah diberikan.

Palpasi

Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB paru tanpa

komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada saat bernapas biasanya

normal seimbang antara bagian kanan dan kiri. Adanya penurunan gerakan

12

Page 13: ASKEP TB PARU 1.docx

dinding pernapasan biasanya ditemukan pada klien TB paru dengan kerusakan

parenkim paru yang luas.

Getaran suara (fremitus vokal). Getaran yang terasa ketika perawat

meletakkan tangannya di dada klien saat klien berbicara adalah bunyi yang

dibangkitkan oleh penjalaran dalam laring arah distal sepanjang pohon bronchial

untuk membuat dinding dada dalam gerakan resonan, teerutama pada bunyi

konsonan. Kapasitas untuk merasakan bunyi pada dinding dada disebut taktil

fremitus.

Perkusi

Pada klien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan

didapatkan resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada klien dengan TB

paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi redup

sampai pekak pada sisi yang sesuai banyaknya akumulasi cairan di rongga pleura.

Apabila disertai pneumothoraks, maka didapatkan bunyi hiperresonan terutama

jika pneumothoraks ventil yang mendorong posisi paru ke sisi yang sehat.

Auskultasi

Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi napas tambahan (ronkhi) pada

sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil

auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar

melalui stetoskop ketika klien berbica disebut sebagai resonan vokal. Klien dengan

TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura dan pneumopthoraks akan

didapatkan penurunan resonan vocal pada sisi yang sakit.

B2 (Blood)

Pada klien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi:

Inspeksi                : Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan

fisik.

Palpasi                  : Denyut nadi perifer melemah.

Perkusi                 : Batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan

efusi pleura masif mendorong ke sisi sehat.

13

Page 14: ASKEP TB PARU 1.docx

Auskultasi            :  Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan

biasanya tidak didapatkan.

B3 (Brain)

Kesadaran biasanya compos mentis, ditemukan adanya sianosis perifer

apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, klien tampak

dengan meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat. Saat dilakukan

pengkajian pada mata, biasanya didapatkan adanya kengjungtiva anemispada TB

paru dengan gangguan fungsi hati. 

B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh

karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut

merupakan tanda awal dari syok. Klien diinformasikan agar terbiasa dengan urine

yang berwarna jingga pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih

normal sebagai ekskresi karena meminum OAT terutama fifampisin. 

B5 (Bowel)

Klien biasanya mengalami mual, penurunan nafsu makan, dan penurunan

berat badan.

B6 (Bone)

Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB paru. Gejala

yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap,

jadwal olahraga menjadi tak teratur.

2. DIAGNOSA  

Beberapa diagnosa yang bisa diangkat :

1. Bersihan jalan nafas tak efektif, berhubungkan dengan sekret kental / sekret

darah, upaya batuk buruk, dapat ditandai dengan:

- Frekuensi pernafasan, irama, kedalaman tak normal.

- Bunyi nafas tak normal, ( ronchi, mengi ) stridor.

- Dispnoe.

14

Page 15: ASKEP TB PARU 1.docx

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan

efektif, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret kental, tebal, dan

edema bronchial.

3. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang ) berhubungan dengan

pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia / statis sekret, penurunan

pertahanan / penekanan proses imflamasi, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk

menghindari pemajanan patogen.

4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses peradangan ditandai

dengan peningkatan suhu tubuh (hypertermi).

5. Resiko regimen terapi berhubungan dengan banyaknya kombinasi obat

yang harus diminum.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tak efektif, berhubungkan dengan sekret kental /

sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema tracheal / faringeal

dapat ditandai dengan:

- Frekuensi pernafasan, irama, kedalaman tak normal.

- Bunyi nafas tak normal, ( ronchi, mengi ) stridor.

- Dispnoe.

Rencana jangka pendek :

- Membersihkan nafas pasien.

- Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.

Rencana jangka panjang : Menunjukan perilaku untuk memperbaiki /

mempertahankan bersihan jalan nafas.

Rencana keperawatan :

Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi, bantu pasien untuk latihan nafas

dalam.

Bersihkan sekret dari mulut dan trakea ; pengisapan sesuai dengan keperluan.

15

Page 16: ASKEP TB PARU 1.docx

Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif, catat karakter,

jumlah sputum dan adanya hemoptisis.

Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman

serta penggunaan otot aksesori.

Rasionalisasi:

Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya

pernafasan, ventilasi meksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan

gerakan sekret kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.

Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal ( misalnya ; efek infeksi dan atau

tidak   adekuat hydrasi ) sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh

kerusakan ( kapitasi ) paru atau luka bronkial, dan dapat memerlukan evaluasi /

intervensi lanjut.

Mencegah obstruksi / aspirasi, penghisapan dapat diperlukan bila pasien tidak

mampu  mengeluarkan sekret.

Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronchi, mengi,

menunjukan  akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas

yang dapat menimbulkan pengguanaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan

kerja pernafasan.

2.                  Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan

permukaan efektif, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret

kental, tebal, dan edema bronchial.

Rencana jangka pendek : Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi

jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.

Rencana jangka panjang : Bebas dari gejala distres pernafasan.

Rencana tindakan.

Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri

sesuai dengan keperluan.

Tunjukan / dorong bernafas bibir selama ekhalasi, khususnya untuk pasien

dengan fibrosis atau kerusakan parenkhim.

16

Page 17: ASKEP TB PARU 1.docx

Kaji diespnoe, tachipnoe, tak normal / menurunnya bunyi nafas, peningkatan

upaya    pernapasan, terbatasnya ekspansi dinding dada & kelemahan.

Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan / atau

perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.

Rasionalisasi:

Menurunkan konsumsi O2 / kebutuhan selama periode penurunan pernafasan

dapat menurunkan beratnya gejala.

Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps / penyempitan

jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan

menghilangkan / menurunkan nafas pendek.

TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil

bronchopneomonia sampai inflamasi difus luas, necrosis, effusi pleural dan

fibrosis luas, efek pernafasan dapat dari ringan sampai diespnoe berat sampai

diestres pernafasan.

Akumulasi sekret / pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenisasi

organ vital dan jaringan.

3. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang ) berhubungan

dengan  pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia / statis sekret,

penurunan pertahanan / penekanan proses imflamasi, malnutrisi, kurang

pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.

Tujuan jangka pendek : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /

menurunkan resiko penyebaran infeksi.

Tujuan jangka panjang : Menunjukan tehnik / melakukan perubahan pola

hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.

Rencana tindakan. 

Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tissue &

menghindari  meludah di tempat umum serta tehnik mencuci tangan yang tepat.

17

Page 18: ASKEP TB PARU 1.docx

Kaji patologi / penyakit ( aktif / tak aktif diseminasi infeksi melalui bronchus

untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah / sistem limfatik ) dan

potensial  penyebaran melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah,bicara,

dll.

Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh anggota rumah, anggota, sahabat

karib / teman.

Rasionalisasi:

 Perilaku yng diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi dapat membantu

menurunkan rasa terisolir pasien & membuang stigma sosial sehubungan dengan

penyakit menular.

Membantu pasien menyadari / menerima perlunya mematuhi program

pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang / komplikasi. pemahaman

begaiman penyakit disebarkan & kesadaran kemungkinan tranmisi membantu

pasien / orang terdekat mengambil langkah untuk mencegah infeksi ke orang lain.

Orang – orang yang terpajan ini perlu program therapy obat untuk mencegah

penyebaran infeksi.

4.  Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses peradangan

ditandai dengan peningkatan suhu tubuh (hypertermi).

Tujuan jangka pendek       : Mengidentifikasi intervensi untuk menurunkan

suhu tubuh. 

Tujuan jangka panjang : Meminimalisir proses peradangan untuk

meningkatkan kenyamanan.

Rencana tindakan :

Mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dengan pemasangan infus

Monitoring perubahan suhu tubuh

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik guna mengurangi

proses peradangan (inflamasi)

18

Page 19: ASKEP TB PARU 1.docx

Anjurkan pada pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang optimal

sehingga metabolisme dalam tubuh dapat berjalan lancar

Rasionalisasi :

Cairan dalam tubuh sangat penting guna menjaga homeostasis

(keseimbangan) tubuh. Apabila suhu tubuh meningkat maka tubuh akan

kehilangan cairan lebih banyak.

Suhu tubuh harus dipantau secara efektif guna mengetahui perkembangan dan

kemajuan dari pasien.

Antibiotik berperan penting dalam mengatasi proses peradangan (inflamasi)

Jika metabolisme dalam tubuh berjalan sempurna maka tingkat kekebalan/

sistem imun bisa melawan semua benda asing (antigen) yang masuk.

5. Resiko regimen terapi berhubungan dengan banyaknya kombinasi

obat yang harus diminum

Tujuan jangka pendek       : memperbaiki gejala, mengurangi resiko infeksi.

Tujuan jangka panjang      :  terapi regimen obat

Rencana tindakan :

Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kombinasi obat.

Kaji dari efek penggunaan  regimen terapi.

Berikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang ketidakteraturan

berobat akan menyebabkan resistensi.

Rasionalisasi  :

Pengobatan terhadap penyakit TBC memerlukan kombinasi berbagai obat

(obat antituberkulosis/ OAT) yang diberikan selama 6 bulan atau lebih untuk

dinyatakan sembuh.

Efek dari penggunaan regimen terapi dapat menyebabkan berbagai

komplikasi.

Kombinasi obat yang telah diberikan telah disesuaikan dengan fase TB paru.

Sehingga ketidakteraturan akan menyebabkan resiko resistensi.  

19

Page 20: ASKEP TB PARU 1.docx

4.      EVALUASI 

Mengevaluasi semua tindakan yang telah diberikan pada pasien. Jika dengan

tindakan yang diberikan pasien mengalami perubahan menjadi lebih baik. Maka

tindakan dapat dihentikan. Jika sebaliknya keadaan pasien menjadi lebih buruk,

kemungkinan besar tindakan harus mengalami perubahan atau perbaikan.

20

Page 21: ASKEP TB PARU 1.docx

BAB III

PENUTUP

A.     KESIMPULAN

TB paru dapat terjadi dengan peristiwa sebagai berikut:

Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak

sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.

Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuklei tadi

menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin

akan membuat bakteri tuberkolosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang

ke udara. Apabila bakteri ini  terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi

terkena infeksi bakteri tuberkolosis.

B.      SARAN

Hendaknya mewaspadai terhadap droplet yang dikeluarkan oleh klien dengan

TB paru karena merupakan media penularan bakteri tuberculosis

Memeriksakan dengan segera apabila terjadi tanda-tanda dan gejala adanya

TB paru.

Sebagai perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai

dengan rencana keperawatan pada penderita TB Paru.

21

Page 22: ASKEP TB PARU 1.docx

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo, Aruw. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 Edisi IV. Jakarta:

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Soeparman dan sarwono Waspadji. 1990. Ilmu Penyakit Dalam jilid 2. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI.

Doengoes Marilynn E ,Rencana Asuhan Keperawatan ,EGC, Jakarta , 2000.

Lynda Juall Carpenito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan , edisi 2 ,

EGC, Jakarta

,1999.Mansjoer dkk , Kapita Selekta Kedokteran ,edisi 3 , FK UI , Jakarta 1999.

Price,Sylvia Anderson , Patofisologi : Konsep Klinis Proses – Proses penyakit ,

alih bahasa Peter

Anugrah, edisi 4 , Jakarta , EGC, 1999

22