ASKEP AIHA

31
AUTOIMUN HEMOLITIK ANEMIA (AIHA) NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi 1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d Penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen NOC : a. Circulation status b. Neurologic status c. Tissue Prefusion : cerebral Setelah dilakukan asuhan selama……… ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral teratasi dengan kriteria hasil: 1. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan 2. TidakAda ortostatik hipertensi 3. Komunikasi jelas 4. Menunjukkan konsentrasi dan orientasi 5. Pupil seimbang dan NIC : 1. Monitor TTV 2. Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan dan reaksi 2. Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri kepala 3. Monitor level kebingungan dan orientasi 4. Monitor tonus otot pergerakan 5. Monitor tekanan intrkranial dan respon nerologis 6. Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus 7. Monitor status cairan 8. Pertahankan parameter 1

description

anemia

Transcript of ASKEP AIHA

Page 1: ASKEP AIHA

AUTOIMUN HEMOLITIK ANEMIA (AIHA)

N

O

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Intervensi

1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d Penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen

NOC :

a. Circulation status

b. Neurologic status

c. Tissue Prefusion : cerebral

Setelah dilakukan asuhan

selama………

ketidakefektifan perfusi

jaringan cerebral teratasi

dengan kriteria hasil:

1. Tekanan systole dan diastole

dalam rentang yang

diharapkan

2. TidakAda ortostatik

hipertensi

3. Komunikasi jelas

4. Menunjukkan konsentrasi

dan orientasi

5. Pupil seimbang dan reaktif

6. Bebas dari aktivitas kejang

NIC :

1. Monitor TTV

2. Monitor AGD, ukuran pupil,

ketajaman, kesimetrisan dan

reaksi

2. Monitor adanya diplopia,

pandangan

kabur, nyeri kepala

3. Monitor level kebingungan dan

orientasi

4. Monitor tonus otot pergerakan

5. Monitor tekanan intrkranial dan

respon nerologis

6. Catat perubahan pasien dalam

merespon stimulus

7. Monitor status cairan

8. Pertahankan parameter

hemodinamik

9. Tinggikan kepala 0-45

tergantung pada konsisi pasien

dan order medis.

f.    

1

Page 2: ASKEP AIHA

2. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d Penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen

NOC :

a. Circulation status

b. Neurologic status

c. Tissue Prefusion : cerebral

Setelah dilakukan asuhan

selama………

ketidakefektifan perfusi jaringan

cerebral teratasi

dengan kriteria hasil:

1. Tekanan systole dan

diastole dalam rentang yang

diharapkan

2.  Tidak ada

ortostatikhipertensi

3. Komunikasi jelas

4. Menunjukkan konsentrasi

dan orientasi

5. Pupil seimbang dan reaktif

6. Bebas dari aktivitas kejang

7. Tidak

mengalami

NIC :

1. Monitor TTV

2. Monitor AGD, ukuran pupil,

ketajaman, kesimetrisan dan

reaksi

3. Monitor adanya diplopia,

pandangan kabur, nyeri kepala

4. Monitor level kebingungan dan

orientasi

5. Monitor tonus otot pergerakan

6. Monitor tekanan intrkranial dan

respon nerologis

7. Catat perubahan pasien dalam

merespon stimulus

8. Monitor status cairan

9. Pertahankan parameter

hemodinamik

3. Ketidak seimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b/d

nafsu makan

menurun, mual

NOC:

a. Nutritional status:

Adequacy of nutrient

b. Nutritional Status : food

and Fluid Intake

c. Weight Control

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan

selama….nutrisi kurang

NIC1. Kaji adanya alergi makanan

2. Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah kalori

3. tinggi serat untuk mencegah

konstipasi

4. Ajarkan pasien bagaimana dan

nutrisi yang dibutuhkan pasien

5. Yakinkan diet yang dimakan

mengandung membuat catatan

2

Page 3: ASKEP AIHA

teratasi dengan indikator:

 Albumin serum

 Pre albumin serum

 Hematokrit

 Hemoglobin

 Total iron binding

capacity

 Jumlah limfosit

makanan harian.

6. Monitor adanya penurunan BB

dan gula darah

7. Monitor lingkungan selama

makan

8. Jadwalkan pengobatan dan

tindakan tidak selama jam

makan

9. Monitor turgor kulit

10. Monitor kekeringan, rambut

kusam, total protein, Hb dan

kadar Hct

11. Monitor mual dan muntah

12. Monitor pucat, kemerahan, dan

kekeringan jaringan konjungtiva

13. Monitor intake nuntrisi

14. Informasikan pada klien dan

keluarga tentang manfaat nutrisi

15. Kolaborasi dengan dokter

tentang kebutuhan suplemen

makanan seperti NGT/ TPN

sehingga intake cairan yang

adekuat dapat dipertahankan.

16. Atur posisi semi fowler atau

fowler tinggi selama makan

17. Kelola pemberan anti emetik:.....

18. Anjurkan banyak minum

19. Pertahankan terapi IV line

20. Catat adanya edema, hiperemik,

hipertonik pila lidah dan cavitas

oval

Mi

4. 1. Intoleransi aktifitas

b.d

NOC :a. Self Care : ADLs

NIC :1. Observasi adanya

3

Page 4: ASKEP AIHA

ketidakseimbangan

antara suplai oksigen

(pengiriman) dan

kebutuhan,

kelemahan fisik.

.

b. Toleransi aktivitasc. Konservasi energi

Setelah dilakukan tindakankeperawatan selama ….Pasien bertoleransi terhadapaktivitas dengan KriteriaHasil :

1. Berpartisipa si dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secaramandiri

3. Keseimbang aktivitas dan istirahat

pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat Monitor pasien akan adanyakelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

4. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)

5. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

6. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.

7. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampudilakukan

8. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social

9. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

10. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

11. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

12. Bantu klien untuk membuat adwal latihan diwaktu luang

13. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi

4

Page 5: ASKEP AIHA

kekurangan dalam beraktivitas Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

14. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

15. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.

5. Deficit perawatan diri

berhubungan dengan

kelemahan

NOC :

 Self care : Activity of

Daily Living (ADLs)

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama ….

Defisit perawatan diri

teratas dengan kriteria

hasil:

 Klien terbebas dari bau

badan

 Menyatakan

kenyamanan terhadap

kemampuan untuk

melakukan ADLs

 Dapat melakukan ADLS

dengan bantua

NIC :Self Care assistane : ADLs1. Monitor kemempuan klien

untuk perawatan diri yang

mandiri.

2. Monitor kebutuhan klien untuk

alatalat bantu untuk kebersihan

diri, berpakaian, berhias,

toileting dan makan

3. Sediakan bantuan sampai klien

mampu secara utuh untuk

melakukan self-care.

4. Dorong klien untuk melakukan

aktivitas sehari-hari yang

normal sesuai kemampuan

yang dimiliki.

5. Dorong untuk melakukan

secara mandiri, tapi beri

bantuan ketika klien tidak

mampu melakukannya.

6. Ajarkan klen keluarga untuk

mendorong kemandirian, untuk

memberikan bantuan hanya

jika pasien tidak mampu untuk

melakukannya.

7. Berikan aktivitas rutin sehari-

hari sesuai kemampuan.

5

Page 6: ASKEP AIHA

8. Pertimbangkan usia klien jika

mendorong pelaksanaan

aktivitas sehari-hari

B. Definisi

Anemia hemolitik adalah penurunan jumlah sel darah merah akibat destruksi sel darah

merah yang berlebihan. Sel darah merah yang tersisa bersifat normositik dan

normokromik. pembentukan sel darah merah disumsum tulang akan meningkat untuk

mengganti sel-sel yang mati, lalu peningkatan sel darah merah yang belum matur atau

retikulosit yang dipercepat masuk ke dalam darah (Corwin, 2009).

Hemolisis adalah kerusakan sel darah merah pada sirkulasi sebelum 120 hari (umur

eritrosit normal). Hemolisis mungkin asymptomatic, tapi bila ‘eritropoesis’ tidak dapat

mengimbangi kecepatan rusaknya sel darah merah dapat terjadi anemia. (Gurpreet, 2004)

Anemia hemolitik autoimun (aiha) atau autoimmune hemolytic anemia ialah suatu

anemia hemolitik yang timbul karena terbentuknya aotuantibodi terhadap eritrosit sendiri

sehingga menimbulkan destruksi (hemolisis) eritrosit (Bakta, 2006).

Autoimmune hemolytic anemia (aiha) adalah suatu kondisi dimana imunoglobulin

atau komponen dari sistem komplemen terikat pada antigen permukaan sel darah merah

dan menyebabkan pengrusakan sel darah merah melalui sistem retikulo endotelial (SRE).

Antibodi yang khas pada aiha antara lain igg, igm atau iga dan bekerja pada suhu yang

berbeda-beda. (Lanfredini, 2007).

Anemia hemolitik autoimun (aha) atau autoimmune hemolytic anemia ialah suatu

anemia hemolitik yang timbul karena terbentuknya aotuantibodi terhadap eritrosit sendiri

sehingga menimbulkan destruksi (hemolisis) eritrosit (Bakta, 2006). Dan sebagian

referensi ada yang menyebutkan anemia hemolitik autoimun ini merupkan suatu kelainan

dimana terdapat antibody terhadp sel-sel eritrosit sehingga umur eritrosit memendek

(Sudoyo,2006)

6

Page 7: ASKEP AIHA

Anemia hemolitik autoimun (atau anemia hemolitik autoimun; aiha)terjadi ketika

antibodi yang ditujukan terhadap orang itu sendiri sel darah merah (sel darah merah)

menyebabkan mereka meledak (melisiskan), menyebabkan konsentrasi plasma tidak

mencukupi. Umur dari sel darah merah berkurang dari 100-120 hari biasa hanya beberapa

hari dalam kasus-kasus serius. Komponen intraseluler dari sel darah merah yang

dilepaskan ke dalam sirkulasi darah dan dalam jaringan, menyebabkan beberapa gejala

karakteristik kondisi ini. Antibodi biasanya ditujukan terhadap-kejadian yang

tinggi antigen , karena itu mereka juga sering bertindak pada sel darah merah alogenik (sel

darah merah yang berasal dari luar orang itu sendiri, misalnya dalam kasus transfusi

darah) AIHA adalah suatu kondisi yang relatif jarang.

C. Etiologi

Anemia hemolitik autoimun memiliki banyak penyebab, tetapi sebagian besar

penyebabnya tidak diketahui (idiopatik). kadang-kadang tubuh mengalami gangguan

fungsi dan menghancurkan selnya sendiri karena keliru mengenalinya sebagai bahan asing

(reaksi autoimun), jika suatu reaksi autoimun ditujukan kepada sel darah merah, akan

terjadi anemia hemolitik autoimun

Etiologi pasti dari penyakit hemolitik autoimun memang belum jelas kemungkinan

terjadi kerena gangguan central tolerance dan gangguan pada proses pembatasan limfosit

autoreaktif residual. Terkadang system kekebalan tubuh mengalami gangguan fungsi dan

menghancurkan selnya sendiri karena keliru mengenalinya sebagain bahan asing (reaksi

autoimun).

Penyebab AIHA yang kurang dipahami. Penyakit ini dapat bersifat primer, atau

sekunder terhadap penyakit yang mendasari lain. Penyakit utama adalah idiopatik (dua

istilah yang digunakan secara sinonim). idiopatik aiha menyumbang sekitar 50% dari

kasus. Aiha sekunder dapat hasil dari banyak penyakit lainnya. Hangat dan tipe dingin aiha

masing-masing memiliki sendiri penyebab yang lebih umum sekunder. Penyebab paling

umum dari sekunder tipe hangat aiha termasuk gangguan limfoproliferatif

(misalnya, leukemia limfositik kronis , limfoma ) dan gangguan autoimun lainnya

(misalnya, lupus eritematosus sistemik , rheumatoid arthritis , skleroderma , kolitis

ulserativa ). Penyebab kurang umum dari pemanasan jenis aiha termasuk neoplasma selain

limfoid, dan infeksi. jenis dingin sekunder aiha juga disebabkan terutama oleh gangguan

7

Page 8: ASKEP AIHA

limfoproliferatif, tetapi juga sering disebabkan oleh infeksi, terutama oleh mycoplasma,

radang paru-paru, infeksi mononucleosis, dan infeksi pernapasan lainnya. kurang umum,

dapat disebabkan oleh gangguan autoimun bersamaan.

Akibat obat aiha, meskipun jarang, dapat disebabkan oleh sejumlah obat, termasuk α-

metildopa dan penisilin . Ini adalah respon imun tipe II dimana obat mengikat

makromolekul pada permukaan sel darah merah dan bertindak sebagai antigen.antibodi

diproduksi melawan sel darah merah, yang mengarah untuk melengkapi

aktivasi. melengkapi fragmen, seperti c3a, c5a dan c4a, mengaktifkan leukosit granular

(misalnya, neutrofil), sementara komponen lain dari sistem (c6, c7, c8, c9) baik dapat

membentuk kompleks serangan membran (mac) atau dapat mengikat antibodi , membantu

fagositosis oleh makrofag (c3b). ini adalah salah satu jenis "alergi penisilin".

Pada sebagian besar kasus, fungsi imun yang abnormal dapat menyebabkan tubuh

menyerang sel darah merah yang normal. Beberapa penyebab tidak normalnya system

imun antara lain:

1. Obat-obatan:

a. Alpha-methyldopa

b. I-dopa

2. Infeksi

a. Infeksi virus

b. Mycoplasma pneumonia

c. Keganasan

d. Leukemia

e. Lymphoma (non-hodgkin’s tapi kadang juga pada hodgkin’s)

f. Penyakit collagen-vascular (autoimun) misal: lupus

Kerusakan sel eritrosit pada anak maupun dewasa sering disebabkan oleh adanya

mediator imun, baik autoimun maupun aloimun antibodi. berbagai faktor yang berperan

dalam proses kerusakan eritrosit :

a. Antigen sel eritrosit

b. Antibodi-anti sel eritrosit

8

Page 9: ASKEP AIHA

Komponen non imunoglobulin, misalnya protein komplemen serum sistem fagosit

mononuklear, khususnya reseptor fc pada makrofag limpa adapun klasifikasi anemia

hemolitik autoimun berdasarkan sifat reaksi antibodi, aha dibagi 2 golongan sebagai

berikut: anemia hemolitik autoimun hangat atau warm aha (yang sering terjadi) dan

anemia hemolitik dingin atau cold AIHA.

Anemia hemolitik autoimun hangat (warm aha) yakni suatu keadaan dimana tubuh

membentuk autoantibody yang bereaksi terhadap sel darah merah pada suhu tubuh.

autoantibody melapisi sel darah merah, yang kemudian dikenalinya sebagai benda asing

dan dihancurkan oleh sel perusak dalam limpa atau kadang dalam hati dan sumsum tulang.

Dan suhu badan pasien pada anemia hemolitik aotuimun hangat ini >37⁰c. Anemia

hemolitik autoimun dingin (cold aha) yakni suatu keadaan dimana tubuh membentuk

aotoantibodi yang beraksi terhadap sel darah merah dalm suhu ruangan atau dalam suhu

yang dingin, dan suhu tubuh pasien pda anemia hemolitik aotuimun dingin ini < 37⁰c.

D. Klasifikasi

Aiha adalah diklasifikasikan sebagai anemia hemolitik autoimun hangat atau anemia

hemolitik autoimun dingin , yang meliputi penyakit aglutinin dingin , dan hemoglobinuria

paroxysmal dingin . Klasifikasi ini didasarkan pada karakteristik autoantibodi yang terlibat

dalam patogenesis penyakit. masing-masing memiliki penyebab yang berbeda yang

mendasari, manajemen, dan prognosis, membuat klasifikasi penting ketika merawat pasien

dengan AIHA.

Gambaran klinis anemia hemolitik autoimun dikelompokkan berdasar autoantibodi

spesifik yang dimilikinya atau reaksi warm atau cold yang terjadi.

klasifikasi anemia hemolitik autoimun :

1. Reaksi antibody hangat

a. Primer (idiopatik)

b. Sekunder :

Kelainan limfoproliferatif

Kelainan autoimun (sistemik lupus eritematosus/sle)

c. Infeksi mononucleosis:

Sindroma evan

Hiv

2. Reaksi antibody dingin

9

Page 10: ASKEP AIHA

a. Idiopatik (cold agglutinin diseases)

b. Sekunder :

Atipikal atau pneumonia mikoplasma

Kelainan limfoproliferatif

Infeksi mononukleosis

3. Paroksimal hemoglobinuria dingin

Sifilis

Pasca infeksi virus

4. Obat menginduksi anemia hemolitik

a. imun komplek (kinin)

b. true autoimmune anti rbc type

c. Pemdorong metabolisme

E. Gejala atau manifestasi klinik

Gejala dan tanda yang timbul tidak tergantung dari beratnya anemia tetapi juga proses

hemolitik yang terjadi. Anemia hemolitik autoimun menunjukkan gejala berupa mudah

lelah, malaise, demam, ikterus dan perubahan warna urine. seringkali gejala disertai

dengan nyeri abdomen dan gangguan pernafasan. tanda-tanda lain yang ditemukan ialah

hepatomegali dan splenomegali. gambaran klinis anemia hemolitik dengan antibodi tipe

warm berupa pucat, ikterik, splenomegali dan anemia berat. dua per tiga dari kasus

dihubungkan dengan igg, merupakan antibodi langsung yang bereaksi terhadap antigen

sel eritrosit dari golongan RH. Berbeda dengan igG autoantibodi, igM pada cold reactive

antibody tidak menimbulkan kerusakan secara langsung terhadap sel retikuloendotelial

pada sistem imun.

Gejala menurut Bakta.

1. Anemia hemolitik aotuimun tipe hangat:

Biasanya gejala anemia ini terjadi perlahan-lahan, ikterik, demam, dan ada yang

disertai nyeri abdomen, limpa biasanya membesar, sehingga bagian perut atas sebelah

kiri bisa terasa nyeri atau tidak nyaman dan juga bisa dijumpai splenomegali pada

anemia hemolitik autoimun tipe hangat. urin berwarna gelap karena terjadi

hemoglobinuri.

Pada AIHA paling terbanyak terjadi yakni idiopatik splenomegali tarjadi pada 50-

60%, iketrik terjadi pada 40%, hepatomegali 30% pasien san limfadenopati pada 25%

pasien. hanya 25% pasien tidak disertai pembesaran organ dan limfonodi.

10

Page 11: ASKEP AIHA

2. Anemia hemolitik aotoimun tipe dingin:

Pada tipe dingin ini sering terjadi aglutinasi pada suhu dingin. hemolisis berjalan

kronik. anemia ini biasanya ringan dengan hb: 9-12 g/dl. sering juga terjadi akrosinosis

dan splenomegali. pada cuaca dingin akan menimbulkan meningkatnya penghancuran

sel darah merah, memperburuk nyeri sendi dan bisa menyebabkan kelelahan dan sianosis

(tampak kebiruan) pada tangan dan lengan.

F. Pemeriksaan Penunjang

a. Peningkatan kerusakan sel darah merah

b. Serum bilirubin (tak terkonjugasi)

c. Kemih kelebihan urobilinogen

d. Mengurangi plasma haptoglobin

e. Dibesarkan serum dehidrogenase laktat (ldh)

f. Hemosiderinuria

g. Methemalbuminemia

h. Sferositosis

i. Peningkatan produksi sel darah merah:

Retikulositosis

Hiperplasia eritroid dari sumsum tulang

Investigasi khusus

Positif langsung tes Coombs. Gambaran darah tepi menunjukkan adanya proses

hemolitik berupa sferositosis, polikromasi maupun poikilositosis, sel eritrosit berinti,

retikulositopeni pada awal anemia. Kadar hemoglobin 3-9 g/dl, jumlah leukosit bervariasi

disertai gambaran sel muda (metamielosit, mielosit dan promielosit), kadang disertai

trombositopeni. Gambaran sumsum tulang menunjukkan hiperplasi sel eritropoitik

normoblastik.kadar bilirubin indirek meningkat.

Pemeriksaan direct antiglobulin test (dat) atau le\bih dikenal dengan direct coomb’s

test menunjukkan adanya antibodi permukaan / komplemen permukaan sel eritrosit. pada

pemeriksaan ini terjadi reaksi aglutinasi sel eritrosit pasien dengan reagen anti igg

menunjukkan permukaan sel eritrosit mengandung igg (dat positif).

11

Page 12: ASKEP AIHA

direct coombs' test.

G. Komplikasi

Menurut corwin,2009

2. insiden vasoklusif mengakibatkan infark jaringan yang dapat mengakibatkan rasa

nyeri yang intens dan disabilitas

3. terperangkapnya darah secara tiba-tiba didalam limpa, yang disebut sekuestrasi limpa,

dapat mengakibatkan hipovolemia, syok, dan potensi kematian.

4. stroke yang menyebabkan kelemahan, kejang, atau ketidakmampuan berbicara dapat

terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah otak

5. krisis aplastik, dapat terjadi selama sumsum tulang menghentikan sementara proses

eritropoiesis.

H. Penatalaksanaan

Menurut corwin, 2009

12

Page 13: ASKEP AIHA

1. Ibuprofen atau asetaminofen harus diberikan untuk meredakan nyeri minor, dan obat

nyeri yang lebih poten jika perlu.

2. Meningkatkan hidrasi setidaknya 1,5 sampai 2kali dari kebutuhan normal dapat

menurunkan tingkat keparahan kejadian vasoklusif atau sumbatan pembuluh darah.

3. Mengindari situasi yang menyebabkan kadar oksigen rendah atau aktifitas yang

memerlukan banyak oksigen.

4. Tranfusi sel darah merah sering kali diperlukan tetapi harus dibatasi jika mungkin

untuk menurunkan resiko penyebaran agen infeksi.

5. Tranpalntasi sumsum tulang dengan hla donor yang sesuai dapat mengeliminasi

produksi sel sabit, tetapi tidak akan memperbaiki kerusakan organ. Memerlukan

imunosupresan seumur hidup untuk menghambat reaksi penolakan.

6. Inhalasi oksida nitrat mungkin digunakan untuk mencegah hipertensi pulonalis yang

berkaitan dengan anemia sel sabit.

Literatur banyak ada mengenai pengobatan aiha. khasiat pengobatan tergantung pada

diagnosis yang benar baik hangat-atau-tipe dingin aiha.Hangat-jenis aiha biasanya

penyakit yang lebih berbahaya, tidak dapat diobati dengan hanya mengeluarkan

penyebab. Terapi lini pertama untuk ini biasanya dengan kortikosteroid ,

seperti prednisolone . Setelah ini, imunosupresan lainnya dianggap,

seperti rituximab , danazol , siklofosfamid , azathioprine , atau siklosporin. Penyakit

agglutinin dingin diperlakukan dengan menghindari dingin atau kadang-kadang dengan

rituximab. penghapusan penyebab juga penting. Paroksismal hemoglobinuria dingin

diperlakukan dengan menghilangkan penyebab, seperti infeksi. Penderita dengan anemia

hemolitik autoimun igg atau igm ringan kadang tidak memerlukan pengobatan spesifik,

tetapi kondisi lain di mana terdapat ancaman jiwa akibat hemolitik yang berat

memerlukan pengobatan yang intensif.

Tujuan pengobatan adalah mengembalikan nilai-nilai hematologis normal, mengurangi

proses hemolitik dan menghilangkan gejala dengan efek samping minimal.

penatalaksanaan yang dapat diberikan :

1. Kortikosteroid

Penderita dengan anemia hemolitik autoimun karena igg mempunyai respon yang baik

terhadap pemberian steroid dengan dosis 2-10mg/kgbb/hari. Bila proses hemolitik

menurun dengan disertai peningkatan kadar hb (monitor kadar hb dan retikulosit), maka

dosis kortikosteroid diturunkan secara bertahap. Pemberian kortikosteroid jangak panjang

13

Page 14: ASKEP AIHA

perlu mendapat pengawasan terhadap efek samping, dengan monitor kadar elektrolit,

peningkatan nafsu makan, kenaikan berat badan, gangguan tumbuh kembang, serta risiko

terhadap infeksi.

2. Gammaglobulin Intravena

pemberian gammaglobulin intravena dengan dosis 2g/kgbb pada penderita anemia

hemolitik autoimun dapat diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid.

3. Tranfusi Darah

Pada umumnya, anemia hemolitik autoimun tidak membutuhkan tranfusi darah. tranfusi

sel eritrosit diberikan pada kadar hemoglobin yang rendah, yang disertai dengan tanda-

tanda klinis gagal jantung dengan dosis 5ml/kgbb selama 3-4jam.

4. Plasmafaresis atau Tranfusi Tukar

Plasmafaresis untuk pengobatan anemia hemolitik autoimun yang disebabkan oleh igg

kurang efektif bila dibandingkan dengan hemolitik yang disebabkan oleh igm meskipun

sifatnya hanya sementara

5. Splenektomi

Penderita yang tidak responsif terhadap pemberian kortikosteroid dianjurkan untuk

splenektomi. tetapi mengingat komplikasi splenektomi (seperti sepsis), maka tindakan ini

perlu dipertimbangkan.

I. Pemeriksaan

1. Aha tipe panas

Pada aha tipe panas ini dijumpai kelainan laboratarium sebagai berikut:

1. Darah Tepi

anemia ini juga dijumpai kelianan diantaranya, pada darh tepi terdapat

mikrosferosit, pliikromasia, normoblast dalam darh tepi. morfologi anemia ini

pada umumnya ialah normokoromik normositer dan juga di dapat terjadinya

peningkatan retikulosit.

2. Bilurubin serum meningkat 2-4 mg/dl, dengan bilurubin indierk lebih tinggi dari

bilurubin direk.

3. Tes coombs direk (dat) positif.

14

Page 15: ASKEP AIHA

Gambar: Hapusan darah tepi penderita aha: menunjukan eritrosit normokromik normositer, mikrosferosit,

fragmentosit dan sebuah normoblast (panah)

4. Hemoglobin dibawah 7gr/dl.

5. Yang paling menonjol pada pemeriksaan darah tepi pada tipe hangat ini yakni

ditemukan sferositosis yang menonjol dalam darah tepi.

gambar: menuujukan sedian apus darah tepi pada anemia hemolitik autoimun tipe hangat, terdapat

banyak mikrosferosit dan sel polikromatik yang lebih besar (retikulosit).

2. Aha Tipe Dingin

tes aglutitinasi dingin dijumpai titer tinggi dan tes coombs direk positif. dan juga tes

darah tepi yakni menghitung jumlah lekosit yang kadang sampai >50 rb/mmk yang

15

Page 16: ASKEP AIHA

biasanya dijumpai pada yang akut, sealin itu juga jmenghitung jumlah trombosit

meningkat.

Gambar: Sedian apus darah pada anemia hemolitik autoimun tipe dingin. aglutinasi eritrosit

yang jelas terdapat pada sediaan apus darah yang dibuat pada suhu ruangan. latar

belakangnya disebabkan oleh kosentrasi protein plasma yang meningkat.

16

Page 17: ASKEP AIHA

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC

Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

http://poetriezhuzter.blogspot.com/2012/20/asuhan-keperawatan-anemia.html

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S (editor)., 2006. Buku ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Made IB., 2006. Hematologi Klinik Dasar. Jakrta: Buku kedoketran EGC.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI., 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fk UI.

wikipedia.org/wiki/Autoimmune hemolytic anemia

17

Page 18: ASKEP AIHA

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Data demografi

b. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan klien pernah terpajan zat-zat kimia atau mendapatkan pengobatan

seperti anti kanker, analgetik dll

Kemungkinan klien pernah kontak atau terpajan radiasi dengan kadar ionisasi

yang besar

Kemungkinan klien kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung asam

folat,fe dan vit12.

Kemungkinan klien pernah menderita penyakit-penyakit infeksi

Kemungkinan klien pernah mengalami perdarahan hebat

c. Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit anemia dapat disebabkan olen kelainan/kegagalan genetik yang berasal dari

orang tua yang sama-sama trait sel sabit.

Riwayat kesehatan sekarang

Klien terlihat keletihan dan lemah

Muka klien pucat dan klien mengalami palpitasi

Mengeluh nyeri mulut dan lidah

d. Kebutuhan dasar

Pola aktivitas sehari-hari

Keletihan, malaise, kelemahan

Kehilangan produktibitas : penurunan semangat untuk bekerja

e. sirkulasi

Palpitasi, takikardia, mur mur sistolik, kulit dan membran mukosa (konjungtiva,

mulut, farink dan bibir) pucat

Sklera : biru atau putih seperti mutiara

Pengisian kapiler melambat atau penurunan aliran darah keperifer dan

vasokonstriksi (kompensasi)

Kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok

18

Page 19: ASKEP AIHA

Rambut kering,mudah putus,menipis dan tumbuh uban secara prematur

f. Eliminasi

Diare dan penurunan haluaran urin

g. Integritas ego

Depresi, ansietas, takut dan mudah tersinggung

h. Makanan dan cairan

Penurunan nafsu makan

Mual dan muntah

Penurunan bb

Distensi abdomen dan penurunan bising usus

Nyeri mulut atau lidah dan kesulitan menelan

i. Higiene

Kurang bertenaga dan penampilan tidak rapi

j. Neurosensori

Sakit kepala, pusing, vertigo dan ketidak mampuan berkonsentrasi

Penurunan penglihatan

Gelisah dan kelemahan

k. Nyeri atau kenyamanan

Nyeri abdomen samar dan sakit kepala

l. Pernafasan

Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas (takipnea, ortopnea dan dispnea)

m. Keamanan

Gangguan penglihatan, jatuh, demam dan infeksi

n. Seksualitas

Perubahan aliaran menstruasi ( menoragia/amenore)

Hilang libido

Impoten

2. Diagnose

19

Page 20: ASKEP AIHA

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d penurunan komponen seluler yang

diperlukan untuk pengiriman oksigen.

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan komponen seluler yang

diperlukan untuk pengiriman oksigen..

3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan

kebutuhan, kelemahan fisik.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d nafsu makan menurun,

mual.

5. Deficit perawatan diri berhubung dengan kelemahan

20

Page 21: ASKEP AIHA

C.     INTERVENSI

21

Page 22: ASKEP AIHA

22