Askep Ablasio Retina

8
1 ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ABLASIO RETINA Merupakan penyakit mata gawat darurat, penderita mengeluh ada kabut dilapangan pandangnya secara mendadak seperti selubung hitam. Kalau mengenai makula lutea maka visusnya mundur sekali, bila ditanya mungkin ditemukan gejala ada bintik hitam sebelumnya dan penderita miopia tinggi. Ablasia retina adalah suatu penyakit dimana lapisan sensorik dari retina lepas. Lepasnya bagian sensorik retina ini biasanya hampir selalu didahului oleh terbentuknya robekan atau lubang didalam retina (P.N Oka, 1993), lepasnya lapisan saraf retina dari epitelium. Penyakit ini harus dioperasi, penderita tidak boleh terlalu banyak bergerak dan goyang supaya bagian retina yang sudah lepas, tidak bertambah lepas lagi. Ada 2 tipe ablasio retina : 1. Non rhemathogen retina detachmen : a. Malignancy hypertensi b. Choriodal tumor c. Chorioditis d. Retinopati 2. Rhemathogen retina detachmen : a. Trauma b. Degenerasi c. Kelainan vitreus Etiologi : Ablasio retina dapat terjadi secara spontan atau sekunder setelah trauma, akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk kebelakang dan mendorong retina (rhematogen) atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga retina terangkat (non rhegmatogen), atau tarikan jaringan

description

Askep Ablasio Retina, Merupakan penyakit mata gawat darurat, penderita mengeluh ada kabut dilapangan pandangnya secara mendadak seperti selubung hitam. Kalau mengenai makula lutea maka visusnya mundur sekali, bila ditanya mungkin ditemukan gejala ada bintik hitam sebelumnya dan penderita miopia tinggi.

Transcript of Askep Ablasio Retina

Page 1: Askep Ablasio Retina

1

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ABLASIO RETINA

Merupakan penyakit mata gawat darurat, penderita mengeluh ada

kabut dilapangan pandangnya secara mendadak seperti selubung hitam.

Kalau mengenai makula lutea maka visusnya mundur sekali, bila ditanya

mungkin ditemukan gejala ada bintik hitam sebelumnya dan penderita

miopia tinggi.

Ablasia retina adalah suatu penyakit dimana lapisan sensorik dari retina

lepas. Lepasnya bagian sensorik retina ini biasanya hampir selalu

didahului oleh terbentuknya robekan atau lubang didalam retina (P.N Oka,

1993), lepasnya lapisan saraf retina dari epitelium. Penyakit ini harus

dioperasi, penderita tidak boleh terlalu banyak bergerak dan goyang

supaya bagian retina yang sudah lepas, tidak bertambah lepas lagi.

Ada 2 tipe ablasio retina :

1. Non rhemathogen retina detachmen :

a. Malignancy hypertensi

b. Choriodal tumor

c. Chorioditis

d. Retinopati

2. Rhemathogen retina detachmen :

a. Trauma

b. Degenerasi

c. Kelainan vitreus

Etiologi :

Ablasio retina dapat terjadi secara spontan atau sekunder setelah trauma,

akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk kebelakang dan

mendorong retina (rhematogen) atau terjadi penimbunan eksudat dibawah

retina sehingga retina terangkat (non rhegmatogen), atau tarikan jaringan

Page 2: Askep Ablasio Retina

2

parut pada badan kaca (traksi). Penimbunan eksudat terjadi akibat

penyakit koroid, misalnya skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, uveitis

dan toksemia gravidarum. Jaringan parut pada badan kaca dapat

disebabkan DM, proliferatif, trauma, infeksi atau pasca bedah.

Faktor predisposisi :

Mata dengan miopia tinggi, pasca retinitis,ekstraksi katarak dan retina

yang memperlihatkan degenerasi diperifer.

Manifestasi klinis :

Tabir yang menutupi penglihatan dan seperti melihat pijaran api,

penglihatan menurun secara bertahap sesuai dengan daerah yang terkena,

bila makula yang terkena maka daerah sentral yang terganggu.

Pemeriksaan penunjang :

Pada pemeriksaan Funduskopi terlihat retina yang terangkat berwarna

pucat dan adanya retina yang berwarna merah, sering ditemukan pada

daerah temporal superior. Bila bola mata bergerak terlihat robekan retina

bergoyang, terdapat defek aferen pupil tekanan bola mata rendah. Bila

tekanan bila mata meningkat maka terjadi glaukoma neomuskular pada

Ablasi yang lama.

Penatalaksanaan :

Menghindari robekan lebih lanjut dengan memperhatikan penyebabnya,

seperti :Foto koagulasi laser, krioterapi,retinopexy pneumatic, bila terjadi

akibat jaringan parut dilaku kan vitrektomi, scleral buckling atau injeksi

gas intraokuler.

Page 3: Askep Ablasio Retina

3

Usaha Pre-operatif :

Sedikitnya 5 – 7 hari sebelum operasi, penderita sudah harus masuk rumah

sakit, harus tirah baring sempurna (Bedrest total). Kepala dan mata tidak

boleh digerakan, mata harus di tutup segera, segala keperluan pen-derita

dibantu. Kedua mata ditetesi midriatik sikloplegik seperti: Atropin tetes 1

% jangan menggunakan obat-obat mata dalam bentuk salep mata karena

akan menghalangi jalannya operasi (kornea akan keruh akibat salep).

Persiapan lainnya sama dengan persiapan operasi katarak, operasi ablasio

retina mengguna kan anestesi umum tetapi bila menggunakan anestesi

lokal maka 1 jam sebelum operasi diberikan luminal (100 mg) atau

largactil (100 mg) IM, kemudian ½ jam sesudahnya diberi pethidine (50

mg) dan phenergan (25 mg) IM.

Usaha Post-operatif :

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perawatan adalah posisi

kepala, per-gerakan mata, obat-obat, lamanya mobilisasi dan pemeriksaan

lanjutan (follow –up). Posisi kepala dan badan, arah miringnya kepala,

tergantung posisi/keadaan sewaktu operasi yaitu kearah mana punksi

cairan subretina dilakukan. Pada robekan yang sangat besar, posisi kepala

dan badan dipertahankan sedikitnya 12 hari. Pergerakan mata, bila

operasi dilakukan dengan kombinasi cryo atau diathermi koagulasi dengan

suatu implant atau scleral buckling, maka kedua mata ditutup selama 48 –

72 jam sedang badan boleh bergerak untuk mencegah pergerakan

matanya. Bila hanya menggunakan cryo atau diathermi saja mata ditutup

selama 48 jam samapai cairan subretina diabsobsi. Bila robekan belum

semua tertutup, maka kedua mata harus ditutup selama 12 – 14 hari, retina

menempel kembali dengan kuat pada akhir minggu ketiga setelah operasi,

karena itu selama periode 3 minggu itu diberikan instruksi sebagai berikut:

- Jangan membaca.

Page 4: Askep Ablasio Retina

4

- Melihat televisi hanya boleh dari jarak 3 meter.

- Mata diusahakan untuk melihat lurus kedepan, bila berkendaran

hendaknya mata di tutup.

Obat – obat :

Selama 24 jam post-operasi diberikan obat anti nyeri (analgesik) 3 X 500

mg, bila mual muntah berikan obat anti muntah. Sesudah 24 jam tidak

perlu diberikan obat-obat, kecuali bila merasa sakit. Penggantian balut

dilakukan setelah 24 jam, saat itu mata ditetesi dengan Atropin tetes steril

1 %. Bila kelopak mata bengkak, diberikan Kortikosteroid lokal disertai

babat tindih (druk verban) dan kompres dingin.

Follow Up:

Setelah pulang, penderita kontrol tiap 1 minggu, 3 minggu, 6 minggu

kemudian tiap 3, 6 dan 12 bulan. Refraksi stabil setelah 3 bulan pasca

bedah. Visus terlihat kemajuannya setelah 1 tahun pasca bedah.

Prognosis :

90 % detachmen retina setelah enam bulan melekat baik tidak akan lepas

lagi.

Fokus pengkajian :

- Klien mengeluh ada bayangan hitam bergerak

- Gangguan lapangan pandang

- Melihat bendan bergerak seperti tirai

- Bila mengenai makula visus sentral sangat menurun

- Terjadi secar tiba-tiba/perlahan-lahan

- Pemeriksaan funduskopi, blade, tear, hole

- Diperlukan tindakan pembedahan/operasi.

Page 5: Askep Ablasio Retina

5

Diagnosa perawatan Pre-operasi yang mungkin terjadi

Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari

lepasnya saraf sensori dari retina.

Tujuan :

Tidak terjadi kehilangan penglihatan yang berlanjut.

Kriteria :

- Klien memahami pentingnya parawatan yang intensif/bedrest total.

- Klien mampu menjelaskan resiko yang akan terjadi sehubungan dengan

penyakitnya.

Rencana Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

Anjurkan klien untuk bedrest

total

Agar lapisan saraf yang

telepas tidak bertambah

parah.

Berikan penjelasan tujuan

bedrest total

Agar klien mematuhi dan

mengerti maksud pemberian

/perlakuan bedrest total.

Hindari pergerakan yang

mendadak, meng-

hentakkan

kepala,menyisir,batuk,bersin,

muntah

Mencegah bertamabh

parahnya lapisan saraf retina

yang terlepas .

Jaga kebersihan mata Mencegah terjadinya

infeksi,agar mem permudah

pemeriksaan dan tindakan

operasi.

Berikan obat tetes mata

midriatik-sikloplegik dan

obat oral sesuai anjuran

dokter.

Diharapkan dengan

pembnerian obat-obat

Kondisi penglihatan dapat

dipertahankan/

Dicegah agar tidak menjadi

parah

Page 6: Askep Ablasio Retina

6

Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan

Tujuan :

Kecemasan berkurang

Kriteria :

- Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.

- Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan/dilakukan.

- Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi,

prognosisnya (bila dilakukan operasi).

Rencana Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

Kaji tingkat ansietas :

ringan,sedang,berat,panik

Untuk mengetahui sampai

sejauh mana tingkat

kecemasan klien sehingga

memu-dahkan

penanganan/pemberian askep

se-lanjutnya.

Berikan kenyaman dan

ketentraman hati

Agar klien tidak terlalu

memikirkan penyakitnya.

Berikan penjelasan mengenai

prosedur

perawatan,perjalanan

penyakit & progno-sisnya.

Agar klien

mengetahui/memahami

bahwa ia benar sakit dan

perlu dirawat.

Berikan/tempatkan alat

pemanggil yang mudah

dijangkau oleh klien

Agar klien merasa aman dan

terlindungi saat memerlukan

bantuan.

Gali intervensi yang dapat

menurunkan ansietas.

Untuk mengetahui cara mana

yang efektif untuk

menurunkan/mengurangi

ansietas.

Berikan aktivitas yang dapat

menurunkan

kecemasan/ketegangan.

Agar klien dengan senang

hati melakukan aktivitas

karena sesuai dengan

keinginan-nya dan tidak

bertentangan dengan prog-

ram perawatan.

Page 7: Askep Ablasio Retina

7

Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program teapeutik

yang berhubung-an dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang

aktivitas yang diperbolehkan dan yang dibatasi, obat-obatan,komplikasi

dan perawatan tindak lanjut.

Tujuan :

Klien mampu berintegrasi dengan program terapeutik yang

direncanakan/dilakukan untuk pengobatan, akibat dari penyakit dan

penurunan situasi berisiko (tidak aman, polusi).

Kriteria :

- Klien mengungkapkan ansietas berkurang tentang ketakutan karena

ketidak tahuan, kehilangan kontrol atau kesaahan persepsi.

- menggambarkan proses penyakit, penyebab dan faktor penunjang pada

gejala dan aturan untuk penyakit atau kontrol gejala.

- Mengungkapkan maksud/tujuan untuk melakukan perilaku kesehatan

yang diperlukan dan keinginan untuk pulih dari penyakit dan

pencegahan kekambuhan atau komplikasi.

Rencana Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

Identifikasi faktor-faktor

penyebab yang menghalangi

penata laksanaan program

terapeutik yg efektif.

Agar diketahui penyebab yg

mengha-langi sehingga dpt

segera diatasi sesuai

prioritas.

Bangun rasa percaya diri. Agar klien mampu

melakukan aktifitas

sendiri/dengan bantuan orang

lain tanpa mengganggu

program perawatan.

Tingkatkan rasa percaya diri

dan kemampuan diri klien

yang positif.

Agar klien mampu dan mau

melakukan/ melaksanakan

program perawatan yang

dianjurkan tanpa mengurangi

Page 8: Askep Ablasio Retina

8

peran ser-tanya dalam

pengobatan/ perawatan diri-

nya.

Jelaskan dan bicarakan:

proses penyakit, aturan

pengobatan/perawatan,efek

sam-ping prognosis

penyakitnya.

Klien mengerti dan

menyadari bahwa

penyakitnya memerlukan

suatu tindakan & perlakuan

yang tidak menyenangkan.