askep

7
c. Diagnosa Keperawatan 1) Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3×24 jam diharapkan adanya keseimbangan volume cairan dan tidak teijadi syok hipovlemik. Kriteria hasil: TTV stabil (N.80-88 x/menit, TD: 100-140/80-90 mmHg, S: 36,5- 37°C, RR: 16-22 x/menit), nadi perifer teraba, turgor kulit baik, CRT < 2 detik, haluaran urine >1500-1700 cc/hari, kadar elektrolit urin dalam batas normal. 2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan insulin. Tujuan: setelahh diberikan tindakan 5×24 jam diharpakan nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil: peningkatan masa otot, nilai Hb normal, dapat menghabiskan porsi makanan yang dihidangkan. 3) Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan mikrovaskular. Tujuan: setelah diberikan tindakan selama 5×24 jam diharapkan tidak terjadi perubahan persepsi sensori penglihatan. Kriteria hasil: pasien tidak mengeluh penglihatannya kabur atau diplopia, visus 6/6, nilai laboratorium terkait eksitasi persarafan dalam batas: natrium: 135-147 meq/l, kalsium: 9-11 mg/dl, kalium: 3,5-5,5 meq/l, klorida: 100-106 meq/l. 4) Keletihan berhubungan dengan penurunan masa otot. Tujuan: setelah dilakukan tindakan 3×24 jam diharapkan adanya peningkatan kemampuan dalam beraktivitas. Kriteria hasil: pasien mengungkapkan badannya tidak letih atau berkurang, skala kekuatan otot 5, menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas. 5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi.

description

r

Transcript of askep

c.       Diagnosa Keperawatan

1)   Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3×24 jam diharapkan adanya

keseimbangan volume cairan dan tidak teijadi syok hipovlemik.

Kriteria hasil: TTV stabil (N.80-88 x/menit, TD: 100-140/80-90 mmHg, S: 36,5- 37°C,

RR: 16-22 x/menit), nadi perifer teraba, turgor kulit baik, CRT < 2 detik, haluaran

urine >1500-1700 cc/hari, kadar elektrolit urin dalam batas normal.

2)        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

penurunan insulin.

Tujuan: setelahh diberikan tindakan 5×24 jam diharpakan nutrisi terpenuhi. Kriteria

hasil: peningkatan masa otot, nilai Hb normal, dapat menghabiskan porsi makanan

yang dihidangkan.

3)        Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan berhubungan

dengan gangguan mikrovaskular.

Tujuan: setelah diberikan tindakan selama 5×24 jam diharapkan tidak terjadi

perubahan persepsi sensori penglihatan.

Kriteria hasil: pasien tidak mengeluh penglihatannya kabur atau diplopia, visus 6/6,

nilai laboratorium terkait eksitasi persarafan dalam batas: natrium: 135-147 meq/l,

kalsium: 9-11 mg/dl, kalium: 3,5-5,5 meq/l, klorida: 100-106 meq/l.

4)        Keletihan berhubungan dengan penurunan masa otot.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan 3×24 jam diharapkan adanya peningkatan

kemampuan dalam beraktivitas.

Kriteria hasil: pasien mengungkapkan badannya tidak letih atau berkurang, skala

kekuatan otot 5, menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam

aktivitas.

5)        Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 5×24 jam diharapkan integritas kulit

membaik dan tidak teijadi perluasan kerusakan.

Kriteria hasil: teijadi perbaikan status metabolik yang dibuktikan oleh gula darah

dalam batas normal, bebas dari drainase purulen, menunjukkan tanda-tanda

penyembuhan dengan tepi luka bersih, tidak terdapat pembengkakan pada luka.

6)        Perubahan pola nafas berhubungan dengan asidosis metabolik.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 5×24 jam diharapkan peningkatan

keefektifan pola nafas.

Kriteria hasil: RR: 18-24 x/menit, pernafasan reguler, tidak berbau keton.

7)        Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurang

mengingat intervestasi informasi.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan 1×24 jam diharapkan informasi mengenai

penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

Kriteria hasil: mengungkapkan pemahaman tentang penyakit misalnya dapat

menyebutkan penyakit, dapat mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala dengan

proses penyakit.

d.      Intervensi Keperawatan

1)   Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik

(1)      Pantau TTV, catat adanya perubahan TD.

R/ penurunan volume cairan darah akibat diuresis osmotik dapat dimanifestasikan

oleh hipotensi, takikardi, nadi teraba lemah.

(2)      Kaji suhu, warna, turgor kulit dan kelembaban, pengisian kapiler dan

membran mukosa.

RJ dehidrasi yang disertai demam akan teraba panas, kemerahan dan kering di kulit

sebagai indikasi penurunan volume pada sel.

(3)      Pantau masukan dan pengeluaran, catat balance cairan.

R1 memberikan perkiraan kebutuhan cairan tubuh (60-70% BB adalah air).

(4)      Berikan cairan 1500-2500 ml dalam batas yang dapat ditoleransi jantung.

R/ mempertahankan komposisi cairan tubuh, volume sirkulasi dan menghindari

overload j antung.

(5)      Batasi intake cairan yang mengandung gula dan lemak misalnya cairan dari

buah yang manis.

R/ menghindari kelebihan ambang ginjal dan menurunkan tekanan osmosis.

2)   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan

masa otot.

(1)      Timbang berat badan.

R/ mengkaji indikasi terpenuhinya kebutuhan nutrisi dan menentukan jumlah kalori

yang harus dikonsumsi penderita DM.

(2)      Tentukan program diet dan pola makan pasien sesuai dengan kadar gula.

R/ menyesuaikan antara kebutuhan kalori dan kemampuan sel untuk • mengambil

glukosa.

(3)      Libatkan keluarga pasien dalam memantau waktu makan Jumlah nutrisi. R/

meningkatkan partisipasi keluarga dan mengontrol masukan nutrisi.

(4)      Kolaborasi pengobatan insulin secara teratur dan intermiten.

R/ insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat

membantu memindahkan ke dalam sel.

(5)      Kolaborasi dengan ahli diet.

Kebutuhan diet penderita harus disesuaikan dengan jumlah kalori karena kalau tidak

terkontrol akan beresiko hiperglikemia.

3)   Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan berhubungan

dengan perubahan kimia endogen.

(1)      Pantau TTV dan status mental.

R/ sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu yang

meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.

(2)      Kaji status persepsi penglihatan seperti menggunakan test visus dengan

snellen card (apabila memungkinkan).

R/ untuk mengkaji status persepsi pasien.

(3) Pantau pemasukan elektrolit melalui makanan maupun minuman seperti buah

pisang dan makanan yang mengandung garam.

R/ meningkatkan eksitasi persarafan dan mencegah kelebihan elektrolit seperti

natrium berdampak pada peningkatan ikatan cairan.

4)   Keletihan berhubungan dengan penurunan masa otot.

(1)      Buat perencanaan dengan pasien dan indikasi aktivitas yang menimbulkan

keletihan.

R/ aktivitas akan lebih terarah dan menghidari keletihan yang berlebihan.

(2)      Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.

R/ memberi kesempatan untuk mencukupkan produksi energi untuk aktivitas.

(3)      Pantau nadi, pernafasan, TD, sebelum melakukan aktivitas.

R/ Mengindikasikan tingkat pemenuhan energi dengan tingkat aktivitas.

(4)      Tekankan pentingnya mempertahankan pemeriksaan gula darah setiap hari.

R/ membantu menciptakan gambaran nyata dari produksi energi metabolik dan

unsur glukosa.

5)   Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi.

(1)      Dapatkan kultur dari drainase luka saat masuk.

R/ mengidentifikasi patogen penyebab disintegrasi kulit dan terapi pilihan.

(2)      Kaji area luka setiap kali merawat luka dan mengganti balutan.

R/ mengidentifikasi tingkat sirkulasi pada luka.

(3)      Balut luka dengan kasa steril

R/ meminimalkan kontaminasi mikroorganisme.

(4)      Kolaborasi pemberian antibiotik.

R/ pengobatan infeksi dan pencegahan komplikasi.

6)   Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan asidosis metabolik.

(1)      Tinggikan bagian kepala tempat tidur untuk memudahkan bernafas.

R/ mengurangi penekanan saat pengembangan paru oleh diafragma.

(2)      Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan.

R/ peningkatan kedalaman pernafasan sebagai salah satu indikasi peningkatan

benda keton dalam tubuh.

(3)      Anjurkan pasien banyak istirahat, hindarkan dari rangsangan psikologis yang

berlebihan.

R/ mengurangi tingkat penggunaan energi yang tidak banyak diperoleh dari glukosa

melainkan dari benda keton.

7)      Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurang

mengingat intervestasi informasi.

(1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit, prognosa, dan pengobatannya

R/ untuk memberikan informasi yang tepat pada pasien dan menghindari kejemuan

informasi.

(2)      Lakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap dan sesuai

rencana pada satuan acara pembelajaran (SAP).

R/ memberikan informasi yang akurat dan bermakna bagi pasien dan bagi perawat

dapat mengetahui perkembangan pengetahuan pasien dengan pasti.

(3)      Diskusikan bersama pasien tentang penyakitnya.

R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien cepat membuat pertimbangan

dalam memilih gaya hidup.

(4)      Tinjau ulang program pengobatan.

R/ pemahaman tentang semua aspek penggunaan obat meningkatkan penggunaan

yang tepat.

8)      Ketidakpatuhan pada diet rendah kalori yang berhubungan dengan ketidak

sesuaian penyiapan makanan khusus dan kurangnya dukungan keluarga.

(1)      Tentukan alasan tingkah laku yang mengganggu pengobatan.

R/: Berbagai faktor mungkinterlibat dalam tingkah laku yang menggunggu rejimen

pengobatan.

(2)      Bantu pasien dan keluarga memahami kebutuhan untuk mengikuti 

penanganan sesuai program  dan konsekuensi akibat ketidakpatuhan.

R/: Memberikan kesempatan untuk menjelaskan sudut pandang / kedalam konsep.

Memastikan bahwa pasien/orang terdekat memiliki informasi yang akurat/aktual

untuk membuat pilihan-pilihan.

(3)      Berikan instruksi tertulis tentang manfaat dan lokasi aktivitas pelayanan

kesehatan sesuai dengan keperluan.

R/: memudahkan pasien untuk melaksanakan diet dan mengarahkan pasien kemana

harusnya bertanya bila mengalami kesulitan dalam menjalankan diet,

(4)      Konsultasikan dengan tim kesehatan lain tentang perubahan yang  mungkin

dalam program pengobatan untuk mendukung kepatuhan pasien.

R/: pasien yang setuju akan bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan akan lebih

mampu bekerja sama.