ASKEP,

42
ASUHAN KEPERAWATAN CEDERA LUKA BAKAR DI RAWAT DARURAT Dalam melakukan pengkajian cedera luka bakar di ruang rawat darurat, perawat menginventarisasi dari data-data hasil pengkajian yang didapat melalui petugas di luar rumah sakit (petugas penyelamat, seperti PPPK atau petugas gawat darurat). Pengkajian keperawatan dalam fase darurat luka bakar berfokus pada prioritas utama bagi setiap pasien trauma dengan luka sebagai permasalahan sekunder. Apabila pasien mampu bicara, lakukan pemberian pertanyaan tentang Proses dan mekanisme cedera secara ringkas dan cepat. Parameter anamnesis yang penting adalah penyebab cedera luka bakar yang akan berpengaruh terhadap intervensi yang akan dilaksanakan. Pengkajian tanda-tanda vital harus diperiksa dengan sering. Status respir4si dipantau dengan ketat. Denyut nadi apikal, karotid, dan femoral dievaluasi. Pemantauan jantung dilakukan bila terdapat indikasi pasien memiliki riwayat penyakit jantung, cedera listrik atau masalah respirasi, atau bilamana irama denyut

Transcript of ASKEP,

ASUHAN KEPERAWATAN CEDERA LUKA BAKAR DI RAWAT

DARURAT

Dalam melakukan pengkajian cedera luka bakar di ruang rawat darurat,

perawat

menginventarisasi dari data-data hasil pengkajian yang didapat melalui

petugas di

luar rumah sakit (petugas penyelamat, seperti PPPK atau petugas gawat

darurat).

Pengkajian keperawatan dalam fase darurat luka bakar berfokus pada

prioritas

utama bagi setiap pasien trauma dengan luka sebagai permasalahan

sekunder.

Apabila pasien mampu bicara, lakukan pemberian pertanyaan tentang

Proses

dan mekanisme cedera secara ringkas dan cepat. Parameter anamnesis

yang penting

adalah penyebab cedera luka bakar yang akan berpengaruh terhadap

intervensi

yang akan dilaksanakan.

Pengkajian tanda-tanda vital harus diperiksa dengan sering. Status

respir4si

dipantau dengan ketat. Denyut nadi apikal, karotid, dan femoral

dievaluasi.

Pemantauan jantung dilakukan bila terdapat indikasi pasien memiliki

riwayat

penyakit jantung, cedera listrik atau masalah respirasi, atau bilamana

irama denyut

nadinya terganggu, atau frekuensi nadinya abnormal lambat atau cepat.

fika semua

ekstremitas terbakar, pengukuran tekanan darah mungkin sulit

dikerjakan. Balutan

steril yang ditaruh di bawah manset sphygmomanometer akan melindungi

luka

terhadap kemungkinan kontaminasi. Oleh karena bertambahrtya edema

membuat

tekanan darah sulit diauskultasi.

Pada pasien dengan cedera luka bakar derajat 2 dan 3, selang infus

yang

berdiameter besar dan kateter urine harus dipasang. Pengkajian perawat

mencakup

pemantauan intake dan output cairan. Urine output merupakan indikator

yang

sangat baik untuk menunjukkan status sirkulasi harus dipantau dengan

cermat dan

diukur setiap satu jam. fumlah urineyang

diperolehpertamakaliketikakateter urine

dipasang harus dicatat karena data ini dapat membantu menentukan

fungsi ginjal

dan status cairan sebelum pasien mengalami luka bakar. Pengkajian

urine output

antara lain warna urine kemerahan yang menunjukkan adanya hemokromogen

dan mioglobin yang terjadi akibat kerusakan otot karena luka bakar

yang dalam

dengan disertai cedera listrik atau kontak yang lama dengan nyala api.

Pengkajian suhu tubuh, berat badan, riwayat berat praluka bakar,

alergi,

imunisasi tetanus, masalah medis serta bedah pada masa lalu, penyakit

yang

sekarang dan penggunaan obat harus dinilai. Pengkajian fisik dari

kepala hingga

ujung kaki dilakukan dengan berfokus pada tanda-tanda dan gejala dari

penyakit

atau cedera yang menyertai atau komplikasi yang timbul.

Pengkajian terhadap luas luka bakar harus berkesinambungan dan

difasilitasi

dengan menggunakan diagram anatomik (yang sudah dijelaskan

sebelumnya). Di

samping itu, perawat harus bekerja sama dengan dokter untuk mengkaji

dalamnya

luka bakar, serta mengidentifikasi daerah-daerah luka bakar derajat 2

dan3. Luka

bakar derajat 2 superfisial ditandai oleh segera terjadinya lepuh dan

nyeri hebat. Luka

bakar derajat kedua dalam ditandai oleh lepuh, atau jaringan kering

yang sangat tipis

yang menutupi luka yang kemudian terkelupas. Luka mungkin tidak nyeri.

Luka

bakar derajat ketiga tampak datar, tipis, dan kemerahan (Gambar tabel

10.1). Dapat

ditemukan koagulasi pembuluh-pembuluh darah. Kulit mungkin tampakputih

atau

hitam. Luka bakar listrik mungkin mirip dengan luka bakar panas, atau

mungkin

tampak sebagai daerah keperakan yang menjadi gembung. Luka bakar

listrik biasanya

timbul di titik kontak listrik. Kerusakan internal akibat luka bakar

listrik mungkin

jauh lebih parah daripada luka yang tampak di bagian luar.

Pengkajian neurologik berfokus pada tingkat kesadaran pasien, status

fisiologik, tingkat nyeri serta kecemasan, dan perilaku pasien.

Pemahaman pasien

dan keluarganya terhadap cedera serta penanganannya juga perlu

dinilai.

Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnosis keperawatan yang

menjadi prioritas dalam asuhan keperawatan di ruang rawat darurat pada

cedera luka bakar, meliputi hal-hal berikut ini.

1. Aktual/risiko gangguan pertukaran gas b.d. keracunan karbon

monoksida, inhalasi asap dan obstruksi saluran napas atas.

2. Aktual/risiko bersihan jalan napas tidak efektif b.d. edema dan

efek dari inhalasi asap.

3. Aktual/risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d.

peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan akibat

evaporasi dari daerah luka bakar.

4. Aktual/risiko hipotermia b.d. gangguan mikrosirkulasi kulit dan

luka yang terbuka.

5. Nyeri b.d. hipoksia jaringan, cedera jaringan, serta saraf dan

dampak emosional dari luka bakar.

6. Kecemasan b.d. ketakutan dan dampak emosional dari luka bakar.

Rencana Keperawatan

Tujuan utama fase darurat/resusitasi dalam perawatan luka bakar

mencakup

pemeliharaan saluran napas yang paten, ventilasi, dan oksigenasi

jaringan; pencapaian keseimbangan cairan serta elektrolit yang optimal

dan perfusi organorgan vital; pemeliharaan suhu tubuh yang normal;

rasa nyeri serta ansietas yang minimal; dan tidak adanya komplikasi

yang potensial.

NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1 Aktuak atau

resiko

gangguan

petukaran gas

b.d keracunakn

kkarbon

monoksida

in,inhalasi

asap dan

Dalam waktu 1x

24jam gangguan

pertukaran gas

teratasi

Kriteria

hsil :

1. Pasien

tidak sedak

nafas

1. Kaji faktor

penyebab gangguan

pertukaran gas.

Pemeriksaan

untuk

mengkaji

pertukaran

gas yang

adekuat dan

bersihan

saluran napas

merupakan

obstrubsi

saluran nafas

atas

2. RR dalam

rentanng nomal

sesuai vaktor

usia

3. pemeriksaan

gas arteri pH

7,40+-

0,005,HCO3

24+- 2mEq/L,

an paCO, 40

mmHg

aktivitas

keperawatan

yang

esensial.

Frekuensi,

kualitas, dan

dalamnya

respirasi

harus

dicatat.

Paru-paru

diauskultasi

untuk

mendeteksi

suara

tambahan

(abnormal).

Di samping

pengkajian

keperawatan

terhadap

status

respirasi,

oksimeter

denyut nadi

dapat

digunakan

untuk

memantau

kadar oksigen

dalam darah

arterial.

Pemakaian

oksimeter

denyut nadi

pada pasien

luka bakar

memiliki

kekurangan,

yaitu perfusi

jaringan yang

buruk, serta

edema

mempersulit

pemeriksa

untuk

mendapatkan

signal yang

akurat, dan

oksimeter

tidak dapat

membedakan

karboksil

hemoglobin

dengan

oksihemoglobi

n

2. monitor TTV Perubahan TTV

akan

memberikan

dampak pada

risiko

asidosis yang

bertambah

berat dan

berindikasi

pada

intervensi

untuk

secepatnya

melakukan

koreksi

asidosis.

Beri oksigen

4l/menit dengan

metode kanul atau

sungkup non

rebreathing

Terapi

pemeliharaan

untuk

kebutuhan

asupan

oksigenasi.

Istirahatkan

pasien dengan

posisi fowler.

Posisi fowler

akan

meningkatkan

ekspansi paru

optimal.

Istirahat

akan

mengurangi

kerja

jantung,

meningkatkan

dan

menurunkan

tekanan

darah.

Ukur intake dan

output.

Penurunan

curah

jantung,

mengakibatkan

gangguan

perfusi

ginjal,

retensi

atrium/air

dan penurunan

urine output.

Manajemen

lingkungan:

lingkungan tenang

dan

batasi pengunjung.

Lingkungan

tenang akan

menurunkan

stimulus

nyeri

eksternal dan

pembatasan

pengunjung

akan membantu

meningkatkan

kondisi O,

ruangan yang

akan

berkurang

apabila

banyak

pengunjung

yang berada

di ruangan.

kolaborasi

Berikan

bikarbonat.

jika penyebab

masalah

adalah

masukan

klorida, maka

pengobatannya

adalah

ditujukan

pada

menghilangkan

sumber

klorida.

Pantau data Tujuan

laboratorium

analisis gas darah

berkelanjutan

intervensi

keperawatan

pada asidosis

metabolik

adalah

meningkatkan

pH sistemik

sampai ke

batas yang

aman, dan

menanggulangi

sebab-sebab

asidosis yang

mendasarinya.

Dengan

monitoring

perubahan

dari analisa

gas darah

berguna untuk

menghindari

komplikasi

yang tidak

diharapkan.

2 Aktual/resiko

bersihan jalan

nafas tidak

efektif b.d

edema dan efek

dari inflasi

asap.

Dalam waktu 1

X 24Jam paskah

bedah hati,

kebersihan

jalan nafas

pasien tetap

optimal

Kriteria

evaluasi:

1. Jalan

1. Kaji dan

monitor

jalan napas.

2.

1. Deteksi

awal untuk

interpreta

si

intervensi

selanjutny

a.Salah

satu cara

untuk

mengetahui

nafas

bersih,

tidak

adanya

obstruksi

pada

jalan

nafas.

2. Suara

nafas

normal

tidak ada

bunyi

nafas

tambahan

seperti

stridor.

3. Tidak

adanya

penggunaa

n oto

bantu

nafas.

4. RR dalam

rentang

normal

sesuai

tingkat

usia,

misalnya

pada

dewasa

12-20X/me

nit

apakah

pasien

bernapas

atau tidak

adalah dengan

menempatkan

telapak

tangan di

atas hidung

dan mulut

pasien untuk

merasakan

hembusan

napas.

Gerakan

toraks dan

diafragma

tidak selalu

menandakan

nasien

bernaoas.

2. Tempatkan

pasien di

bagian

resusitasi

2. Untuk

memudahkan

dalam

melakukan

monitoring

status

kardioresp

irasi dan

intervensi

kedarurata

n.

3. Beri oksigen

4m/menit dengan

metode kanul atau

sungkup non-

rebreathing.

3. Pemberian

oksigen

dilakukan

pada fase

awal

pascabedah.

Pemenuhan

oksigen dapat

membantu

meningkatkan

PaO, di

cairan otak

yang akan

memengaruhi

pengaturan

pernafasan

4. Lakukan

tindakan

kedaruratan

jalan napas

agresif

4. Tindakan

perawatan

pulmoner yang

agresif,

termasuk

tindakan

membalikkan

tubuh pasien,

mendorong

pasien untuk

batuk serta

bernapas

dalam,

memulai

inspirasi

kuat yang

periodik

dengan

spirometri,

dan

mengeluarkan

timbunan

sekret

melalui

pengisapan

trakea

jika

diperlukan.

Semuanya ini

merupakan

tindakan

yang penting

terutama pada

pasien luka

bakar dengan

cedera

inhalasi.

Pengaturan

posisi tubuh

pasien untuk

mengurangi

kerja

pernapasan,

menir-

rgkatkan

ekspansi

dada yang

maksimal, dan

pemberian

oksigen yang

dilembapkan

atau

pelaksanaan

ventilasi

mekanis dapat

menurunkan

lebih lanjut

stres

metabolik dan

memastikan

oksigenasi

jaringan

yang'adekuat.

Asepsis

dipertahankan

melalui

perawatan

untuk

menghindari

kontaminasi

pada traktus

respiratorius

dan mencegah

infeksi yang

meninskatkan

kebutuhan

oksisen

rnetabolik.

3. Aktual/resik

bersihan jalan

nafas tidak

efektif b.d

edema dan efek

dari inflasi

asap.

Bersihkan sekresi

pada jalan napas

dan lakukan

suctioning apabila

kemampuan

mengevakuasi

sekret

tidak efektif.

Kesulitan

pernapasan

dapat terjadi

akibat

sekresi

lendir

yang

berlebihan.

Membalikkan

pasien dari

satu sisi ke

sisi lainnya

memungkinkan

cairan yang

terkumpul

untuk

keluar dari

sisi mulut. |

ika gigi

pasien

mengatup,

mulut

dapat dibuka

secara

manual,

tetapi hati-

hati dengan

spatel

lidah yang

dibungkus

kasa.

Mukus yang

menyumbat

faring atau

trakea diisap

dengan ujung

pengisap

faringeal

atau kateter

nasal yang

dimasukkan ke

dalam

nasofaring

atau

orofaring.

Instruksikan

pasien untuk

pernapasan dalam

dan

melakukan batuk

efektif.

Pada pasien

luka bakar

disertai

inhalasi asap

dengan

tingkat

toleransi

yang baik,

maka

pernapasan

diafragma

dapat

meningkatkan

ekspansi

paru. Untuk

memperbesar

ekspansi dada

dan

pertukaran

gas, beragam

tindakan

seperti

meminta

pasien unfuk

menguap atau

dengan

melakukan

inspirasi

makimal.

Batuk juga

didorong

untuk

melonggarkan

sumbatan

mukus.

Evaluasi dan

monitor

keberhasilan

intervensi

pembersihan jalan

napas.

Apabila

tingkat

toleransi

pasien tidak

optimal, maka

lakukan

kolaborasi

dengan tim

medis untuk

segera

dilakukan

terapi

endoskopik

atau

pemasangan

tamponade

balon.

3. Aktual/resiko

ketidakseimban

gan cairan dan

elektrolit b.d

Tujuan: dalam

waktu 1X24 jam

tidak terjadi

ketidakseimban

Intervensi

pemenuhan cairan:

. Identifikasi

faktor penyebab,

Parameter

dalam

menentukan

intervensi

peningkatan

permeabilitas

kapiler dan

kehilangan

cairan akibat

evaporasi dari

luka bakar.

1.

gan cairan dan

elektrolit

Kriteria

hasil:

1. Pasien

tidak

mengeluh

pusing

ttv dalam

batas

normal,

kesadaran

optimal,

urine >

600

ml/hari.

2. Membran

mukosa

lembap,

turgor

kulit

normal,

CRT <3

detik.

3. Keluhan

diare,

mual, dan

muntah

berkurang

.

Laboratorium :

nilai

elektrolit

normal,

analisis gas

awitan (onset),

spesifikasi usia,

luas luka bakar,

kedalaman luka

bakar, dan adanya

riwayat penyakit

lain.

kedaruratan.

Perpindahan

dan

kehilangan

cairan yang

cepat selama

periode awal

pasca-luka

bakar

mengharuskan

Perawat

untuk

memeriksa

tanda-tanda

vital dan

urine output

dengan sering

di samping

menilai

tekanan vena

sentral,

tekanan

arteri

pulmonalis,

serta curah

jantung pada

pasien

luka bakar

yang sakitnya

berat.

Pemberian

cairan infrrs

dilakukan

menurut

Program

darah normal. medis. Volume

cairan yang '

diinfuskan

harus

sebanding

dengan volume

urine ouq)ut'

Pencatatan

intake dan

output cairan

yang cermat

serta

berat badan

pasien juga

diperlukan'

Kadar

elektrolit

serum

harus

dipantau.

Perawat

biasanya

merupakan

Petugas

pertama untuk

mengenali

terjadinya

ketidalaeimba

ngan

cairan dan

elektrolit.

Kolaborasi skor

dehidrasi

Menentukan

jumlah cairan

yang akan

diberikan

sesuai dengan

derajat

dehidrasi

dari individu

Lakukan pemasangan

IVFD (Intravenous

fluida drop)

Apabila

kondisi diare

dan muntah

berlanjut

maka

lakukan

pemasangan

IVFD.

Pemberian

cairan

intravena

disesuaikan

dengan

derajat

dehidrasi.

Pemberian 1-2

L cairan

Ringer Laktat

secara

tetesan cePat

sebagai

kompensasi

awal hidrasi

cairan

diberikan

untuk

mencegah syok

hipovolemik

(lihat

intervensi

kedaruratan

syok

hipovolemik).

Dokumentasi dengan

akurat tentang

intake dan output

diare

Sebagai

evaluasi

Penting dari

intervensi

hidrasi dan

mencegah

terjadinya

over hidrasi.

Intervensi pada

Penurunan kadar

elektrolit.

. Evaluasi kadar

elektrolit serum.

Untuk

mendeteksi

adanya

kondisi

hiponatremi

dan

hipokalemi

sekunder dari

hilangnya

elektrolit

dari plasma'

Dokumentasikan

perubahan klinik

dan

laporkan dengan

tim medis.

Perubahan

klinik

seperti

Penurunan

urine outPut

secara akut

perlu

diberitahu

kepada tim

medis untuk

mendapatkan

intervensi

selanjutnya

dan

menurunkan

risiko

tirjadinya

asidosis

metabolik

Monitor khusus

ketidakseimbangan

elektrolit

pada lansia.

Individu

lansia dapat

dengan cepat

mengalami

dehidrasi

dan menderita

kadar kalium

rendah

(hipokalemia)

sebagai

akibat diare.

Individu

lansia yang

menggunakan

digitalis

harus waspada

terhadap

cePatnya

dehidrasi dan

hipokalemia

pada diare.

Aktual/resik

b.d gangguan

mikrosirkulasi

kulit dan luka

Dalam waktu 1X

24 jam fase

kritis NET

tidak

Kaji

derajat,

kondisi

kedalaman,

Semakin

tinggi

derajat,

kedalaman,

yang terbuka mengalami

hipotermi

Kriteria

hasil:

1. Suhu

tubuh

dalam

rentang

normal

36-37 0C

2. CRT <3

Detik

3. Akral

hangat

dan luasnya

lesi

dan luas dari

luka bakar

maka risiko

hipotermi

akan lebih

tinggi'

Penderita

luka bakar

luas

cenderung

untuk

menggigil'

Dehidrasi

dapat semakin

berat jika

daerah kulit

yang rusak

terkena

aliran udara

hangat yang

terus-

menerus'

sesuaikan kamar

dalam kondisi

tidak terlalu

hangat dan tidak

terlalu dingin.

Pasien

biasanya

sensitif

terhadap

perubahan

suhu kamar.

Tindakan yang

diimplementas

ikan pada

pasien luka

bakar,

seperti

pemakaian

selimut

katun, lampu

penghangat

Yang dipasang

pada langit-

langit kamar

atau alat

.

Pelindung

panas sangat

berguna untuk

mempertahanka

n kenyamanan

dan suhu

tubuh pasien

Lakukan intervensi

perawatan luka

dengan cepat

Untuk

mengurangi

gejala

menggigil dan

kehilangan-

panas,

perawat harus

bekerja

dengan cepat

dan efisien

ketika luka

yang lebar

harus dibuka

bagi

perawatan

luka. Suhu

tubuh oasien

dipantau

dengan

cermat.

Evaluasi suhu

tubuh, menggigil,

atau minta pasien

untuk melaporkan

apabila merasa

kedinginan

Intervensi

penting

untuk

mencegah

hipotermi

yang lebih

berat.

Nyeri b.d

hipoksia

jaringan,ceder

a jaringan

serta saraf

dan dampak

emosional dari

luka bakar

Dalam waktu

1x24 jam nyeri

berkurang

/hilang atau

teradaptasi

Kriteria

evaluasi:

1. Suara

subjektif

melaporka

n nyeri

berkurang

atau

dapat

diadaptas

i. Skala

nyeri 0-1

(0-4)

2. Dapat

mengident

ifikasi

aktivitas

yang

meningkat

kan atau

Kaji nyeri dengan

pendekatan PQRST.

Menjadi

parameter

dasar untuk

mengetahui

sejauh

mana

intervensi

yang

diperlukan

dan sebagai

evaluasi

keberhasilan

dari

intervensi

manajemen

nyeri

keperawatan.

Gejala

kegelisahan

dan ansietas

sering

dikaitkan

dengan

rasa nyeri

sebenarnya

menurunka

n nyeri.

3. Pasien

tidak

gelisah

yaitu dapat

berasal dari

keadaan

hipoksia.

Oleh karena

itu,

pengkajian

status

respirasi

yang

saksama

sangat

penting

sebelum

pemberian

analgetik

yang dapat

menyupresi

sistem

pernapasan

dalam periode

awal pasca-

luka bakar.

Jelaskan dan bantu

pasien dengan

tindakan pereda

nyeri

nonfarmakologi dan

noninvasif.

Pendekatan

dengan

menggunakan

relaksasi dan

nonfarmakolog

i lainnya

telah

menunjukkan

keefektifan

dalam

mengurangi

nyeri.

Lakukan manajemen

nyeri keperawatan:

. Atur posisi

fisiologis.

Posisi

fisiologis

akan

meningkatkan

asupan O, ke

jaringan

yang

mengalami

peradangan.

Pengaturan

posisi

idealnya

adalah pada

arah yang

berlawanan

dengan letak

dari lesi.

Bagian tubuh

yang

mengalami

inflamasi

lokal

dilakukan

imobilisasi

untuk

menurunkan

respons

peradangan

dan

meningkatkan

kesembuhan.

Istirahat klien Istirahat

diperlukan

selama fase

akut. Kondisi

ini akan

meningkatkan

suplai darah

pada jaringan

yang

mengalami

peradangan.

Ajarkan teknik

relaksasi

pernapasan dalam.

Meningkatkan

asupan O,

sehingga akan

menurunkan

nyeri

sekunder dari

peradangan.

Ajarkan teknik

distraksi pada

saat nyeri'

Distraksi

(pengalihan

perhatian)

dapat

menurunkan

stimulus

internal

dengan

mekanisme

peningkatan

produksi

endorfin dan

enkefalin

yang dapat

memblok

reseptor

nyeri untuk

tidak

dikhimkan ke

korteks

serebri

sehingga

menurunkan

persepsi

nyeri.

Kolaborasi dengan

dokter untuk

pemberian

analgetik preparat

morfi n.

Analgetik

memblok

lintasan

nyeri

sehingga

nyeri akan

berkurang.

Penyuntikan

intravena

preparat

morfin atau

analgetik

opioid

lainnya

biasanya

diprogramkan

untuk

mengurangi

nyeri. Namun,

pemberian

dengan dosis

yang tinggi

perlu

dihindari

dalam fase

darurat

karena

terdapatnya

bahaya

supresi

PernaPasan

Pada pasien

yang

dirawat

dengan

ventilatasi

nonmekanis

dan

kemungkinan

tersamarnya

gejala yang

lain. Cara

penyuntikan

subkutan

dan

intramuskular

tidak

digunakan

karena

gangguan

sirkulasi

pada jaringan

yang cedera

membuat

absorpsi

preparat

tersebut

tidak bisa

diperkirakan'

Pemberian

intiavena

preparat

sedatif

mungkin

diperlukan

pula. '

Obat-obat

pereda nyeri

yang memadai

harus

disediakan

dalam

perawatan

pasien dengan

Iuka bakar

yang akut

karena obat-

obat tersebut

bukan hanya

untuk

menjamin

kenyamanan

pasien,

tetapi juga

untuk

mengurangi

kebutuhan

oksigen

jaringan

akibat

respons nyeri

fisiologik

Oleh karena

intensitasnya

, nyeri yang

berhubungan

dengan luka

bakar tidak

mungkin bisa

dihilangkan

sama

sekali.

Kecemasan b.d

kondisi

penyakit,

kerusakan luas

pada jaringan

kulit

Dalam waktu

1X24 jam

kecemasan

pasien

berkurang

Kriteria Hasil

1. Pasien

menyataka

n

kecemasan

berkurang

,

mengenal

perasaann

ya, dapat

mengident

ifikasi

penyebab

atau

factor

yang

memengaru

hinya,

kooperati

f

terhadap

tindakan

dan wajah

rileks.

Kaji kondisi

fisikdan emosional

pasien dan

keluarga dari

adanya luka bakar

yang dialami.

Normalnya,

pasien luka

bakar dan

keluarganya

akan

mengalami

stres

emosional dan

ansietas yang

hebat.

Kendati

demikian,

tingkat

ansietas yang

tinggi pada

pasien luka

bakar fase

darurat harus

dihindari

dengan

dua alasan:

(1) ansietas

akan

meningkatkan

rasa nyeri

fisik dan

psikologik

yang

berkaitan

dengan luka

bakar

dan (2)

tingkat

ansietas yang

tinggi lebih

lanjut akan

meningkatkan

stres

fisiologik

yang

merugikan

pasien.

Pengkajian

dengan penuh

kewaspadaan

terhadap

dinamika

keluarga,

strategi

koping dan

tingkat

ansietas

dapat

memfasilitasi

penl'usunan

rencana

intervensi

yang

disesuaikan

menurut

kebutuhan

masing-masing

Hindari Konfrontasi

konfrontasi. dapat

meningkatkan

rasa marah,

menurunkan

keria sama

dan munqkin

memperlambat

penyembuhan.

Mulai melakukan

tindakan untuk

mengurangi

kecemasan. Beri

lingkungan yang

tenang dan

suasana penuh

istirahat.

Selama

periode

darurat,

dukungan

emosional dan

yang

sederhana

tentang

Prosedur

penanganan,

serta

perawatan

pasien harus

diberikan.

Namun, karena

prioritas

utama dalam

periode ini

adalah

stabilisasi

kondisi

fisik pasien,

maka

intervensi

psikososial

merupakan

tindakan yang

terbatas

dalam

pemberian

dukungan

bagi pasien

dan

keluarganya

untuk

melewati fase

inisial

syok luka

bakar.

Peredaan rasa

nyeri yang

adekuat akan

membantu

mengurangi

tingkat

ansietas dan

meningkatkan

kemampuan

koping. iika

pasien tetap

terlihat

sangat cemas

dan agitatif

sesudah

dilakukan

intervensi

psikologik,

pemberian

obat-obat

antiansietas

dapat

dipertimbangk

an

oleh tim

medis yang

merawat

pasien.

Mengurangi

rangsangan

eksternal

yang tidak

perlu

Beri kesempatan

kepada pasien

untuk

mengungkapkan

ansietasnya

Dapat

menghilangkan

ketegangan

terhadap

kekhawatiran

yang tidak

diekspresikan

.

Kolaborasi:

berikan anticemas

sesuai

indikasi,contohnya

diazepam

Meningkatkan

relaksasi dan

menurunkan

kecemasan.