ASFIKSIA NEONATORUM

11
ASFIKSIA NEONATORUM A. PENGERTIAN Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998). Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001). Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH). B. KLASIFIKASI Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR 1. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3 2. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6

description

asfiksia

Transcript of ASFIKSIA NEONATORUM

ASFIKSIA NEONATORUM

A. PENGERTIAN

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat

bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan

makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam

kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998). Asfiksia berarti hipoksia

yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini

berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau

kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital

lainnya. (Saiffudin, 2001). Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia

(penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis

(penurunan PH).

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR

1. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3

2. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6

3. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9

4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

C. ETIOLOGI

Penyebab asfiksia Stright (2004)

1. Faktor ibu, meliputi amnionitis, anemia, diabetes hioertensi ynag

diinduksi oleh kehamilan, obat-obatan iinfeksi.

2. Faktor uterus, meliputi persalinan lama, persentasi janin

abnormal.

3. Faktor plasenta, meliputi plasenta previa, solusio plasenta,

insufisiensi plasenta.

4. Faktor umbilikal, meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat.

5. Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan

kongenital, kesulitan kelahiran.

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Bayi pucat dan kebiru – biruan

2. Usaha bernafas minimal atau tidak ada

3. Hipoksia

4. Asidosis metabolik atau respiratori

5. Perubahan fungsi jantung

6. Kegagalan multi organ

7. Kalau sudah mengalami perdarahan otak maka ada gejala

neurogenik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/tidak

menangis.

E. PATOFISIOLOGI

Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah

rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung

janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka

nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan

dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya

ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan

intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban

dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis.

Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut,

gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun

sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur- angsur

dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan

menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus

menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan

terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai

bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder,

denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2)

terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan

dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.

Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan

pemberian tidak dimulai segera.

F. PENATALAKSANAAN

Bagan resusitasi neonatus (WHO)

G. ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

a. Adanya pernapasan yang cepat

b. Pernapasan cuping hidung

c. Sianosis

d. Nadi cepat

e. Refleks lemah

f. Warna kulit biru atau pucat

g. Penilaian apgar skor menunjukkan adanya asfiksia ringan (7 – 10), sedang (4 – 6 ),

dan berat (0 – 3)

H. PENILAIAN APGAR SKOR

TANDA SKOR

0 1 2

Frekuensi Jantung Tidak ada < 100 x/menit >100 x/menit

Usaha bernafas Tidak ada Lambat, tidak teratur Menangis kuat

Tonus otot Lumpuh Ekstremitas agak

fleksi

Gerakan aktif

Reflex Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan

kuat/melawan

Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan,

ekstremitas biru

Seluruh tubuh

kemerahan

Nilai normal = 10

Dinilai segera setelah lahir dan 5 menit kemudian

I. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa

keperawatan

Tujuan Intervensi

1. Pola nafas tidak

efektif b.d

hipoventilasi/

h

iperventilasi.

Data penunjang

- Adanya

mucus

- Apnea

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama proses

keperawatan

diharapkan pola

nafas menjadi

efektif. Dengan

kriteria hasil :

1.Pasien

menunjukkan pola

nafas yang efektif.

2. Ekspansi dada

simetris.

3. Tidak ada

bunyi nafas

tambahan.

4. Kecepatan dan

1) Pertahankan kepatenan jalan nafas

dengan

melakukan pengisapan lendir.

2) Pantau status pernafasan dan

oksigenasi sesuai dengan

kebutuhan.

3) Auskultasi jalan nafas untuk

mengetahui adanya penurunan

ventilasi.

4) Kolaborasi dengan dokter untuk

pemeriksaan

AGD dan pemakaian alan bantu nafas

5) Siapkan pasien untuk ventilasi

mekanik bila perlu.

6) Berikan oksigenasi sesuai

kebutuhan.

2. Kerusakan

pertukaran gas

b/d

k

etidakseimbang

an

perfusis ventilasi

- Nilai AGD

tidak

normal

- Sianosis

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

proses keperawatan

diharapkan

pertukaran gas

teratasi. Dengan

Kriteria hasil :

1. Tidak sesak nafas

2. Fungsi paru

dalam batas

normal

1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas,

kedalaman nafas dan produksi sputum.

2) Pantau saturasi O2 dengan oksimetri

3) Pantau hasil Analisa Gas Darah

3. Resiko

hipotermi

b/d

immaturitas

Data

penunjang

- Prematur

- BBLR

-Jaringan

lemak

subkutan tipis

Tidak terjadi

hipotermi dengan

kriteria hasil

- Suhu tubuh dalam

batas normal

- Bayi tidak kedinginan

1) Mempertahankan temperature pada

aksila ( 36,5-37,2 derajat celcius )

dengan mengkaji temperature pada

aksila tiap 1- 4 jam

2) Mempertahankan suhu lingkungan

netral

3) Mempertahankan suhu bayi pada

incubator

4) Mempertahankan kestabilan

kebutuhan oksigen dengan mengkaji

status respiratori

4. Resiko infeksi

b/d

system

imunitas yang

immature atau

prosedur

invasive

Data

penunjang :

- Premature

- BBLR

- Prosedur

invasi

Tidak terdapat infeksi

Dengan kriteria:

- Tidak terdapat

tanda- tanda

infeksi

- CRP normal

- Kultur bakteri

steril

1) Mengkaji tanda vital tiap 1-2 jam ,

mempertahankan lingkungan

dalam suhu yang normal

2) Mempertahankan prinsip aseptic

dan antiseptic sebelum kontak

dengan pasien