Artikel Kepulauan Efek Alkohol
-
Upload
lipatola123 -
Category
Documents
-
view
4 -
download
1
description
Transcript of Artikel Kepulauan Efek Alkohol
1
ALKOHOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEHATAN
Elisabeth E. Patty
1208017049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alkohol terutama dalam bentuk etil alkohol (etanol) menempati suatu tempat penting
dalam sejarah manusia setidaknya selama 8000 tahun. Pada masyarakat barat, bir dan anggur
merupakan minuman pokok utama dalam kehidupan sehari–hari sampai abad ke–19. Minuman
alkohol yang relatif encer ini lebih disukai dibandingkan air dan diketahui berhubungan dengan
penyakit akutdan kronik. Minuman–minuman ini mengandung kalori dan nutrisi yang penting
serta disajikan sebagai sumber utama asupan minuman sehari-hari. Sejak sistem untuk
meningkatkan sanitasi dan penjernihan nair diperkenalkan pada tahun 1800-an, bir dan anggur
menjadi komponen yang kurang penting pada diet manusia, dan konsumsi minuman beralkohol
termasuk preparat penyulingan yang mengandung konsentrasi alkohol yang lebih tinggi,
perannya saat ini telah bergeser, yaitu sebagai bentuk hiburan yang dapat diterima secara sosial
pada banyak masyarakat. (1)
Saat ini, alkohol dikonsumsi secara luas. Seperti obat hipnotik sedatif lain, alkohol dalam
jumlah yang sedikit sampai sedang dapat menghilangkan ansietas serta membantu membuat
perasaan menjadi lebih baik dan bahkan euforia. Namun, alkohol juga merupakan obat yang
paling banyak disalahgunakan di dunia, serta penyebab sangat meningkatnya biaya pengobatan
dan sosial. Di Amerika Serikat, sekitar 75% populasi orang dewasa meminum alkohol secara
teratur. Kebanyakan populasi peminum ini dapat menikmati efek kesenangan alkohol tanpa
memikirkan kemungkinan konsumsi alkohol tersebut dapat berdampak buruk pada kesehatan.
Namun, sekitar 10% populasi umum di Amerika Serikat tidak dapat membatasi konsumsi
3
alkoholnya, suatu kondisi yang dikenal sebagai penyalahgunaan alkohol. Orang yang
mengkonsumsi alkohol terus-menerus selain mendapat konsekuensi dari efek samping obat atau
sosial yang terkait secara langsung dengan alkohol yang dikonsumsinya, akan menderita
alkoholisme, suatu gangguan kompleks yang tampaknya dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan. (1)
Biaya sosial dan pengobatan penyalahguaan alkohol mengejutkan. Diperkirakan bahwa
sekitar 30% dari semua orang yang dirawat di rumah sakit mempunyai masalah alkohol. Pasien
pengidap alkoholisme kronik di rumah sakit umumnya mempunyai prognosis yang lebih buruk.
Selain itu setiap tahun ribuan anak di Amerika Serikat lahir dengan defek morfologik dan
fungsional akibat pajanan terhadap etanol pada masa pranatal. Walaupun sudah banyak
dilakukan penelitian dasar dan pemanfaatan berbagai sumber daya, alkoholisme tetap merupakan
penyakit kronik yang sering dijumpai dan sulit diobati. Etanol dan banyak alkohol lain yang
potensial menimbulkan efek toksik digunakan dalam industri, sebagian terdapat dalam jumlah
yang sangat besar. Selain etanol, toksisitas methanol dan etilen glikol cukup sering terjadi. (1)
1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi alkohol
2. Mengetahui jenis-jenis intoksikasi alkohol
3. Mengetahui pengaruh alkohol terhadap kesehatan
4. Mengetahui bahaya miras oplosan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Alkohol
Alkohol (C2H5OH) merupakan bahan alami yang dihasilkan dari proses fermentasi
yang banyak ditemui dalam produk bir, anggur dan sebagainya. Sebutan alkohol biasanya
diartikan sebagai etil alkohol (CH3CH2OH), mempunyai densitas 0,78506 g/ml pada 250C,
titik didih 78,40C, tidak berwarna dan mempunyai bau serta rasa yang spesifik. (2)
Senyawa ini memiliki sifat mendepresi fungsi sistem saraf pusat (SSP). Alkohol
mengganggu pengaturan eksitasi dan inhibisi di otak, sehingga mengkonsumsi alkohol dapat
mengakibatkan terjadinya disinhibisi, ataksia, dan sedasi. (3)
Toleransi terhadap alkohol dapat terjadi pada pemakaian jangka panjang secara terus-
menerus. Ketergantungan fisik terjadi bila pemakaian dihentikan. Peminum alkohol berat
sering mengalami kecelakaan, kehilangan produktivitas, terlibat kejahatan, mendapat
gangguan kesehatan hingga terjadi kematian. Peminum alkohol juga sering terlibat dengan
penggunaan obat-obat lain termasuk hipnotik-sedatif, perangsang SSP (golongan amfetamin),
dan bahkan juga narkotik. Motivasi peminum alkohol ialah untuk mendapatkan euforia,
melepaskan emosi serta melepaskan diri sementara dari depresi dan ansietas yang
dialaminya. (3)
2.2 Intoksikasi Alkohol
Intoksikasi alkohol terbagi menjadi menjadi 2 yaitu: (3)
5
1. Intoksikasi akut
Alkohol digunakan secara luas di masyarakat sebagai minuman atau dalam
industri, sehingga secara sengaja maupun tidak dapat menimbulkan keracunan. Kadang-
kadang alkohol diminum bersama obat lain dalam percobaan bunuh diri. Dosis letalnya
sulit ditentukan karena adanya toleransi individual.
Gambaran klinis berupa mabuk, inkoordinasi otot, penglihatan kabur, kecepatan
reaksi terganggu, eksitasi, takikardia, pernapasan lambat, gangguan kesadaran sampai
koma, bahkan etil alkohol dapat membutakan. Kadar alkohol setinggi 80mg% akan
menyebabkan gambaran mabuk yang jelas. Kadar 300mg% berbahaya bagi kehidupan,
tetapi toleransi dapat timbul pada individu yang terbiasa minum alkohol, sehingga
penilaian klinis penting untuk dilakukan. Pada anak-anak dapat terjadi hipoglikemia berat
dan konvulsi.
2. Intoksikasi kronik
Penggunaan alkohol menyebabkan terjadinya toleransi secara farmakokinetik dan
farmakodinamik. Bila penggunaan dihentikan akan timbul gejala putus obat. Penanganan
ketergantungan alkohol biasanya dilakukan dengan terapi psikososial, ditambah dengan
pemberian obat sebagai penunjang keberhasilan terapi. Obat yang digunakan adalah
disulfiram dan naltrekson.
2.3 Pengaruh Alkohol Terhadap Kesehatan
Pengaruh alkohol terhadap kesehatan antara lain sebagai berikut:
6
1. Hati dan saluran cerna
Penyakit hati merupakan komplikasi medis yang paling sering dijumpai pada
penyalahgunaan alkohol; dalam suatu perkiraan 15-30% peminum alkohol berat yang
kronik pada akhirnya akan berkembang menjadi penyakit hati berat. Perlemakan hati
(fatty liver) alkoholik yang merupakan suatu keadaan reversibel, dapat berkembang
menjadi hepatitis alkoholik dan akhirnya menjadi sirosis dan gagal hati. Wanita
tampaknya lebih rentan terhadap hepatotoksisitas alkohol dibanding pria.
Alkoholik kronik cenderung menyebabkan gastritis dan meningkatkan kerentanan
terhadap kehilangan protein dalam darah serta plasma selama mengkonsumsi minuman
keras, yang akan menyebabkan anemia dan malnutrisi protein. Alkohol juga
menyebabkan cedera usus halus yang reversibel, diare, kehilangan berat badan, defisiensi
banyak vitamin. (1)
2. Sistem saraf
a. Toleransi dan ketergantungan fisik
Toleransi terhadap efek intoksikasi alkohol merupakan suatu proses kompleks yang
melibatkan perubahan yang sulit dipahami dalam sistem saraf. Jika peminum alkohol
kronik dipaksa untuk mengurangi atau menghentikan konsumsi alkohol, maka akan
mengalami sindrom putus obat, yang menunjukan adanya ketergantungan fisik. (1)
b. Neurotoksisitas
Kelainan neurologik yang paling sering dijumpai dalam alkoholisme kronik adalah
cedera saraf perifer simetris menyeluruh, yag dimulai dengan parestesi bagian distal
tangan kaki. Seorang alkoholisme kronik juga memperlihatkan gangguan gaya
berjalan dan ataksia yang disebabkan oleh perubahan degeneratif dalam SSP.
7
Gangguan neurologik lain termasuk demensia, kadang-kadang penyakit demielinisasi,
dan sindrom wernicke-korsakoff. (4)
3. Sistem kardiovaskular (1)
a. Kardiomiopati dan gagal jantung.
Ini diakibatkan adanya hipertrofi dan fibrosis ventrikel.
b. Aritmia
Pasien yang mengalami sindrom putus alkohol dapat berkembang menjadi aritmia
berat yang dapat mencermikan ganguan metabolisme kalium dan magnesium serta
meningkatkan pelepasan katekolamin.
c. Hipertensi
d. Penyakit jantung koroner
4. Sistem hematologik (5)
Gangguan hematologik yang paling sering dijumpai pada peminum kronik adalah anemia
ringan yang disebabkan oleh defisiensi asam folat akibat penggunaan alkohol.
5. Sistem endokrin dan keseimbangan elektrolit (1)
Laporan klinis ginekomastia dan atrofi testis pada pecandu alkohol dengan atau tanpa
sirosis menunjukkan gangguan keseimbangan hormon steroid.
6. Sindrom alkohol pada janin (1)
Kelainan yang telah dinyatakan sebagai sindrom alkohol pada janin termasuk intrauterine
growth retardation, mikrosefali, koordinasi kurang, bagian tengah wajah kurang
berkembang (tampak seperti wajah datar), dan anomali pada sendi-sendi kecil.
7. Sistem imun (1)
8
Efek alkohol pada sistem imun sangat kompleks. Fungsi imun pada sebagian jaringan
dihambat (misalnya paru) sementara fungsi imun hiperaktif yang patologik pada jaringan
lain (misalnya hati dan pancreas) dipicu.
8. Peningkatan risiko kanker (1)
Konsumsi alkohol kronik meningkatkan risiko kanker pada mulut, faring, laring,
esophagus, dan hati.
9. Gangguan kesehatan mental, seperti mudah tersinggung, marah, gelisah, kesulitan dalam
membuat keputusan, oversleeping, berlebihan dalam menampilkan tangisan dan
emosional.(6)
2.4 Bahaya Miras Oplosan
Kandungan dalam miras oplosan bukanlah etanol melainkan metyl alkohol atau metanol.
Metanol biasanya dipakai untuk bahan industri sebagai pelarut, pembersih dan penghapus
cat. Metanol dapat ditemukan dalam tiner (penghapus cat) atau aseton (pembersih cat
kuku). Tanpa dicampur apapun, metanol sangat berbahaya bagi kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian. Apalagi dicampur dengan berbagai bahan lain yang tidak jelas
jenis dan kandungannya. Metanol bila dicerna tubuh akan menjadi formaldehyde atau
formalin yang beracun, berbahaya bagi kesehatan. Reaksinya dapat merusak jaringan
saraf pusat, otak, pencernaan, hingga kasus kebutaan. Miras oplosan biasanya dicampur
dengan suplemen minuman berenergi dan minuman alkohol tradisional seperti tuak.
Namun yang lebih mengejutkan ada miras yang dioplos dengan obat nyamuk cair. (7)
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alkohol digunakan secara luas di masyarakat sebagai minuman atau dalam industri, sehingga
secara sengaja maupun tidak dapat menimbulkan keracunan. Pengaruh alkohol terhadap
kesehatan antara lain sebagai berikut:
1. Perlemakan hati (fatty liver) alkoholik, yang dapat berkembang menjadi hepatitis
alkoholik dan akhirnya menjadi sirosis dan gagal hati.
2. Gastritis, anemia, dan malnutrisi protein. Alkohol juga menyebabkan cedera usus halus
yang reversibel, diare, kehilangan berat badan, defisiensi banyak vitamin.
3. Toleransi dan ketergantungan fisik. Toleransi terhadap efek intoksikasi alkohol
merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan perubahan yang sulit dipahami dalam
sistem saraf. Jika peminum alkohol kronik dipaksa untuk mengurangi atau menghentikan
konsumsi alkohol, maka akan mengalami sindrom putus obat, yang menunjukan adanya
ketergantungan fisik.
4. Parestesi bagian distal tangan dan kaki. Seorang alkoholisme kronik juga memperlihatkan
gangguan gaya berjalan dan ataksia yang disebabkan oleh perubahan degeneratif dalam
SSP. Gangguan neurologik lain termasuk demensia, adang-kadang penyakit
demielinisasi, dan sindrom wernicke-korsakoff.
5. Kardiomiopati dan gagal jantung, aritmia, hipertensi, penyakit jantung koroner
6. Anemia ringan yang disebabkan oleh defisiensi asam folat akibat penggunaan alkohol.
10
7. Laporan klinis ginekomastia dan atrofi testis pada pecandu alkohol dengan atau tanpa
sirosis menunjukkan gangguan keseimbangan hormon steroid
8. Kelainan yang telah dinyatakan sebagai sindrom alkohol pada janin termasuk intrauterine
growth retardation, mikrosefali, koordinasi kurang, bagian tengah wajah kurang
berkembang (tampak seperti wajah datar), dan anomali pada sendi-sendi kecil.
9. Fungsi imun pada sebagian jaringan dihambat (misalnya paru) sementara fungsi imun
hiperaktif yang patologik pada jaringan lain (misalnya hati dan pankreas) dipicu.
10. Konsumsi alkohol kronik meningkatkan risiko kanker pada mulut, faring, laring,
esophagus, dan hati.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Katzung B. Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2012. 2. Srisuwanti. Alkohol. 2013;5–11. 3. Gunawan S. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FKUI; 2007. 157-160 p. 4. Halim H. Pemberian Alkohol Peroral Secara Kronis Menurunkan Kepadatan Sel Granula
Cerebellum Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Dewasa. 2006;01:1–6. 5. Putra A. Pengaruh Alkohol Terhadap Kesehatan. Semnas FMIPA UNDIKSHA. 2012;1–8. 6. Utina SS. Alkohol dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental. 2007;1–11. 7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Bahaya Minuman Beralkohol Bagi
Kesehatan. 2016;1.