Artikel Jurnal Mit.bencana

17
KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas bimbingan dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah praktikum Sosiologi Pertanian yang berjudul “  PASCA REVOLUSI HIJAU DI PEDESAAN JAWA TIMUR” Ter ima kas ih kami uca pkan kepada asi sten Sos iol ogi Per tanian kar ena tel ah memberikan kesempatan kepada kami untuk membahas materi modul sepuluh. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman karena telah mendukung kami. Makala h ini kami sus un agar pembac a lebih memaha mi ten tang pas ca revolusi hijau di pedesaan Jawa Timur. Kami mohon maaf apabila ada kekurangan pada makalah ini. Besar harapan kami makalah ini dapat lebih disempurnaka n lagi pada forum diskus i ini. Malang, 2 Mei 2012  Penulis 1

Transcript of Artikel Jurnal Mit.bencana

Page 1: Artikel Jurnal Mit.bencana

7/16/2019 Artikel Jurnal Mit.bencana

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-jurnal-mitbencana 1/17

KATA PENGANTAR 

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas bimbingan dan

rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah praktikum Sosiologi

Pertanian yang berjudul “ PASCA REVOLUSI HIJAU DI PEDESAAN JAWA TIMUR”

Terima kasih kami ucapkan kepada asisten Sosiologi Pertanian karena telah

memberikan kesempatan kepada kami untuk membahas materi modul sepuluh. Kami juga

mengucapkan terima kasih kepada teman-teman karena telah mendukung kami.

Makalah ini kami susun agar pembaca lebih memahami tentang pasca revolusi

hijau di pedesaan Jawa Timur. Kami mohon maaf apabila ada kekurangan pada makalah

ini. Besar harapan kami makalah ini dapat lebih disempurnakan lagi pada forum diskusi

ini.

Malang, 2 Mei 2012

  Penulis

1

Page 2: Artikel Jurnal Mit.bencana

7/16/2019 Artikel Jurnal Mit.bencana

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-jurnal-mitbencana 2/17

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. 1

DAFTAR ISI........................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Revolusi Hijau........................................................................... 4

2.2 Hubungan Revolusi Hijau dengan Pembangunan Nasional................... 6

2.3 Upaya Pemerintah dalam Penggalangan Revolusi Hijau....................... 7

2.4 Pelaksanaan Penerapan Revolusi Hijau................................................. 8

2.5 Dampak Adanya Revolusi Hijau............................................................ 8

2.6 Perkembangan Teknologi....................................................................... 9

2.7 Industrialisasi di Indonesia.................................................................... 11

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Perubahan Masyarakat Desa Bajang karena Revolusi Hijau................. 13

3.2 Dampak Revolusi Hijau Desa Bajang.................................................... 14

3.1 Berbagai Pergeseran Pekerjaan.............................................................. 15

BAB IV KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan............................................................................................ 16

4.2 Saran...................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

2

Page 3: Artikel Jurnal Mit.bencana

7/16/2019 Artikel Jurnal Mit.bencana

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-jurnal-mitbencana 3/17

  BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Latar belakang munculnya revolusi Hijau adalah karena munculnya masalah

kemiskinan yang disebabkan karena pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat

 pesat tidak sebanding dengan peningkatan produksi pangan. Sehingga dilakukan

 pengontrolan jumlah kelahiran dan meningkatkan usaha pencarian dan penelitian

 binit unggul dalam bidang Pertanian. Upaya ini terjadi didasarkan pada penelitian

yang dilakukan oleh Thomas Robert Malthus.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah perubahan yang terjadi di desa Bajang akibat revolusi hijau?

2. Apa dampak yang ditimbulkan dari revolusi hijau?

3. Bagaimana pergeseran pekerjaan?

 

3

Page 4: Artikel Jurnal Mit.bencana

7/16/2019 Artikel Jurnal Mit.bencana

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-jurnal-mitbencana 4/17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SEJARAH REVOLUSI HIJAU

Revolusi Hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan

 perubahan fundamental dalam pemakaian teknologi  budidaya pertanian yang dimulai

 pada tahun 1950-an hingga 1980-an di banyak negara berkembang, terutama di Asia. 

Hasil yang nyata adalah tercapainya swasembada (kecukupan penyediaan) sejumlah

 bahan pangan di beberapa negara yang sebelumnya selalu kekurangan persediaan pangan

(pokok), seperti India, Bangladesh, Tiongkok , Vietnam, Thailand, serta Indonesia, untuk 

menyebut beberapa negara.  Norman Borlaug, penerima penghargaan Nobel Perdamaian 1970, adalah orang yang dipandang sebagai konseptor utama gerakan ini.

Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting: penyediaan air melalui

sistem irigasi, pemakaian pupuk kimia secara optimal, penerapan pestisida sesuai dengan

tingkat serangan organisme pengganggu, dan penggunaan varietas unggul sebagai bahan

tanam berkualitas. Melalui penerapan teknologi non-tradisional ini, terjadi peningkatan

hasil tanaman pangan berlipat ganda dan memungkinkan penanaman tiga kali dalam

setahun untuk padi pada tempat-tempat tertentu, suatu hal yang sebelumnya tidak 

mungkin terjadi.

Revolusi hijau mendapat kritik sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan

kelestarian lingkungan karena mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah. Oleh

 para pendukungnya, kerusakan dipandang bukan karena Revolusi Hijau tetapi karena

ekses dalam penggunaan teknologi yang tidak memandang kaidah-kaidah yang sudah

ditentukan. Kritik lain yang muncul adalah bahwa Revolusi Hijau tidak dapat

menjangkau seluruh strata negara berkembang karena ia tidak memberi dampak nyata di

Afrika.

A. Revolusi Hijau

4

Page 5: Artikel Jurnal Mit.bencana

7/16/2019 Artikel Jurnal Mit.bencana

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-jurnal-mitbencana 5/17

Teknologi genetika memicu terjadinya Revolusi Hijau (green revolution) yang

sudah berjalan sejak 1960-an. Dengan adanya Revolusi Hijau ini terjadi

 pertambahan produksi pertanian yang berlipat ganda sehingga tercukupi bahan

makanan pokok asal serealia. Konsep Revolusi Hijau yang di Indonesia dikenal

sebagai gerakan Bimas (bimbingan masyarakat) adalah program nasional untuk 

meningkatkan produksi pangan, khususnya swasembada beras. Tujuan tersebut

dilatarbelakangi mitos bahwa beras adalah komoditas strategis baik ditinjau dari

segi ekonomi, politik dan sosial. Gerakan Bimas berintikan tiga komponen pokok,

yaitu penggunaan teknologi yang sering disabut Panca Usaha Tani, penerapan

kebijakan harga sarana dan hasil reproduksi serta adanya dukungan kredit dan

infrastruktur. Grakan ini berhasil menghantarkan Indonesia pada swasembada

 beras.

Gerakan Revolusi Hijau yang dijalankan di negara – negara

 berkembang dan Indonesia dijalankan sejak rejim Orde Baru berkuasa.

Gerakan Revolusi Hijau sebagaimana telah umum diketahui di Indonesia tidak 

mampu untuk menghantarkan Indonesia menjadi sebuah negara yang

 berswasembada pangan secara tetap, tetapi hanya mampu dalam waktu lima

tahun, yakni antara tahun 1984 – 1989. Disamping itu, Revolusi Hijau juga

telah menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial pedesaan

karena ternyata Revolusi Hijau hanyalah menguntungkan petani yang

memiliki tanah lebih dari setengah hektar, dan petani kaya di pedesaan, serta

 penyelenggara negara di tingkat pedesaan.

Sebab sebelum Revolusi Hijau dilaksanakan, keadaan penguasaan

dan pemilikan tanah di Indonesia sudah timpang, akibat dari gagalnya

 pelaksanaan Pembaruan Agraria yang telah mulai dilaksanakan pada tahun

1960 sampai dengan tahun 1965. Pertanian revolusi hijau juga dapat disebut

sebagai kegagalan karena produknya sarat kandungan residu pestisida dan

sangat merusak ekosistem lingkungan dan kesuburan tanah.

B. Pestisida dan Pupuk Buatan

5

Page 6: Artikel Jurnal Mit.bencana

7/16/2019 Artikel Jurnal Mit.bencana

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-jurnal-mitbencana 6/17

Pestisida telah lama diketahui menyebabkan iritasi mata dan kulit,

gangguan pernapasan, penurunan daya ingat, dan pada jangka panjang

menyebabkan kanker. Bahkan jika ibu hamil mengkonsumsi makanan dan

minuman yang mengandung residu pestisida, maka janin yang dikandungnya

mempunyai risiko dilahirkan dalam keadaan cacat. Penggunaan pestisida juga

menyebabkan terjadinya peledakan hama —suatu keadaan yang kontradiktif 

dengan tujuan pembuatan pestisida— karena pestisida dalam dosis berlebihan

menyebabkan hama kebal dan mengakibatkan kematian musuh alami hama

yang bersangkutan.

 Namun, mitos obat mujarab pemberantas hama tetap melekat di

sebagian petani. Mereka tidak paham akan bahaya pestisida. Hal inidisebabkan karena informasi yang sampai kepada mereka adalah ‘jika ada

hama, pakailah pestisida merek A’. para petani juga dibanjiri impian tentang

 produksi yang melimpah-ruah jika mereka menggunakan pupuk kimia. Para

 penyuluh pertanian adalah ‘antek-antek’ pedagang yang mempromosikan

keajaiban teknologi modern ini. Penyuluh pertanian tidak pernah

menyampaikan informasi secara utuh bahwa pupuk kimia sebenarnya tidak 

dapat memperbaiki sifat-sifat fisika tanah, sehingga tanah menghadapi bahaya

erosi. Penggunaan pupuk buatan secara terus-menerus juga akan mempercepat

habisnya zat-zat organik, merusak keseimbangan zat-zat makanan di dalam

tanah, sehingga menimbulkan berbagai penyakit tanaman. Akibatnya,

kesuburan tanah di lahan-lahan yang menggunakan pupuk buatan dari tahun

ke tahun terus menurun.

2.2 HUBUNGAN REVOLUSI HIJAU DENGAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Pada dasarnya kebijakan-kebijakan Orde Baru di bawah kepemimpinan

Presiden Soeharto telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup

tinggi. Presiden Soeharto pun mendapatkan gelar Bapak Pembangunan karena

 berhasil mewujudkan pembangunan nasional. Pembangunan nasional pada masa

ini juga menimbulkan sisi negative yang ditandai dengan munculnya gejala crony

6

Page 7: Artikel Jurnal Mit.bencana

7/16/2019 Artikel Jurnal Mit.bencana

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-jurnal-mitbencana 7/17

capitalism yaitu istilah yang merujuk pada kapitalis-kapitalis yang melingkari

 pemerintahan Orde Baru berdasarkan asas-asas kekerabatan. Adanya crony

capitalism tersebut telah memunculkan ketidakmerataan ekonomi yang imbasnya

dirasakan masyarakat terutama kelas menengah ke bawah. Kondisi tersebut

memunculkan penyakit sosial yang menghinggapi elemen pemerintahan dan

masyarakat yang kemudian dikenal dengan praktik KKN.

2.3 UPAYA PEMERINTAH DALAM PENGGALANGAN REVOLUSI HIJAU

Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia  untuk menggalakan revolusi hijauditempuh dengan cara :

1. Intensifikasi Pertanian

Intensifikasi Pertanian di Indonesia dikenal dengan nama Panca Usaha Tani

yang meliputi :

• Pemilihan Bibit Unggul

• Pengolahan Tanah yang baik 

Pemupukan• Irigasi

• Pemberantasan Hama

2. Ekstensifikasi Pertanian

 Ekstensifikasi pertanian, yaitu Memperluas lahan tanah yang dapat

ditanami dengan pembukaan lahan-lahan baru (misal mengubah lahan

tandus menjadi lahan yang dapat ditanami, membuka hutan, dsb).

3.Diversifikasi Pertanian

Usaha penganekaragaman jenis tanaman pada suatu lahan pertanian melalui

sistem tumpang sari. Usaha ini menguntungkan karena dapat mencegah

kegagalan panen pokok, memperluas sumber devisa, mencegah penurunan

 pendapatan para petani.

4. Rehabilitasi Pertanian

7

Page 8: Artikel Jurnal Mit.bencana

7/16/2019 Artikel Jurnal Mit.bencana

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-jurnal-mitbencana 8/17

Merupakan usaha pemulihan produktivitas sumber daya pertanian yang

kritis, yang membahayakan kondisi lingkungan, serta daerah rawan dengan

maksud untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah tersebut.

Usaha pertanian tersebut akan menghasilkan bahan makanan dan sekaligus

sebagai stabilisator lingkungan.

2.4 PELAKSANAAN PENERAPAN REVOLUSI HIJAU

Pelaksanaan Penerapan Revolusi Hijau dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

• Pemerintah memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada petani.

• Kegiatan pemasaran hasil produksi pertanian berjalan lancar sering

 perkembangan teknologi dan komunikasi.

• Tumbuhan yang ditanam terspesialisasi atau yang dikenal dengan

monokultur , yaitu menanami lahan dengan satu jenis tumbuhan saja.

• Pengembangan teknik kultur jaringan untuk memperoleh bibit unggul

yang diharapkan yang tahan terhadap serangan penyakit dan hanya cocok 

ditanam di lahan tertentu.

• Petani menggunakan bibit padi hasil pengembagan Institut Penelitian Padi

Internasional (IRRI=International Rice Research Institute) yang

 bekerjasama dengan pemerintah, bibit padi unggul tersebut lebih dikenal

dengan bibit IR.

• Pola pertanian berubah dari pola subsistensi menjadi pola kapital dan

komersialisasi.

•  Negara membuka investasi melalui pembangunan irigasi modern dan

 pembagunan industri pupuk nasional.

• Pemerintah mendirikan koperasi-koperasi yang dikenal dengan KUD

(Koperasi Unit Desa).

 

2.5 DAMPAK ADANYA REVOLUSI HIJAU

8

Page 9: Artikel Jurnal Mit.bencana

7/16/2019 Artikel Jurnal Mit.bencana

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-jurnal-mitbencana 9/17

Dampak Positif Revolusi Hijau :

• Memberikan lapangan kerja bagi para petani maupun buruh pertanian.

• Daerah yang tadinya hanya dapat memproduksi secara terbatas dan hanya

untuk memenuhi kebutuhan minimal masyarakatnya dapat menikmati hasil

yang lebih baik karena revolusi hijau.

• Kekurangan bahan pangan dapat teratasi.

• Sektor pertanian mampu menjadi pilar penyangga perekonomian Indonesia

terutama terlihat ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi sehingga orang

 beralih usaha ke sektor agrobisnis.

Dampak Negatif Revolusi Hijau :

• Muncullah komersialisasi produksi pertanian

• Muncul sikap individualis dalam hal penguasaan tanah

• Terjadi perubahan struktur sosial di pedesaan dan pola hubungan

antarlapisan petani di desa dimana hubungan antar lapisan terpisah dan

menjadi satuan sosial yang berlawanan kepentingan.

• Memudarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat yang awalnya menjadi

 pengikat hubungan antar lapisan.

• Muncul kesenjangan ekonomi karena pengalihan hak milik atas tanah

melalui jual beli.

• Harga tanah yang tinggi tidak terjangkau oleh kemampuan ekonomi petani

lapisan bawah sehingga petani kaya mempunyai peluang sangat besar untuk 

menambah luas tanah.

• Muncul kesenjangan sosial karena kepemilikan tanah yanmg berbeda

menyebabkan tingkat pendapatanpun akan berbeda.

• Muncul kesenjangan yang terlihat dari perbedaan gaya bangunan maupun

gaya berpakaian penduduk yang menjadi lambang identitas suatu lapisan

sosial.

• Mulai ada upaya para petani untuk beralih pekerjaan ke jenis yang lain

seiring perkembagan teknologi.

 

9

Page 10: Artikel Jurnal Mit.bencana

7/16/2019 Artikel Jurnal Mit.bencana

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-jurnal-mitbencana 10/17

2.6 PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

Perkembangan teknologi memberikan pengaruh positif bagi Indonesia khususnya

 bagi peningkatan industri pangan:

• Digunakannya pupuk buatan dan zat-zat kimia untuk memberantas hama

 penyakit sehingga produksi pertanianpun meningkat.

• Proses pengolahan lahanpun menjadi cepat dengan digunakan traktor.

• Proses pengolahan hasil menjadi cepat dengan adanya alat penggiling padi

 

Adapun dampak negatif dari perkembangan teknologi tersebut adalah

• Timbulnya pencemaran pada air maupun tanah akibat penggunaan pestisida

(pupuk kimia) yang berlebih. Sebab jika unsur nitrat maupun fosfat yang

terkandung dalam pupuk dalam jumlah banyak masuk ke sungai akan

menyebabkan pertumbuhan ganggang biru serta tanaman air lainnya yang

menyebabkan pengeringan sungai karena banyaknya tumbuhan air 

(eutrofikasi).

• Penggunaan pestisida dapat membunuh hama tanaman, serangga pemakan

hama, burung, ikan dan hewan lainnya. Bahkan dari unsur-unsur yang

terkandung dalam pestisida dapat berubah menjadi senyawa yang

membahayakan kehidupan.

• Pelaksanaan monokultur menyebabkan hubungan yang tidak seimbang

antara tanah, hewan, dan tumbuh-tumbuhan sehingga kesimbangan alam

akan terganggu yang menyebabkan berjangkitnya hama dan penyakit.

• Adanya sistem peladangan berpindah atau penebangan pohon dalam jumlah

 besar yang dilakukan oleh pihak pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH)

guna dibuat pemukiman baru menyebabkan kerusakan lingkungan kususnya

 pada ekosistem tanah.

• Semakin sempit lahan pertanian karena diubah menjadi wilayah pemukiman

dan industri.

10

Page 11: Artikel Jurnal Mit.bencana

7/16/2019 Artikel Jurnal Mit.bencana

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-jurnal-mitbencana 11/17

• Meningkatnya kegitan penggalian sumber alam, pertambangan liar yang

kurang memperhatikan kondisi lingkungan.

• Pengurangan jumlah tenaga kerja manusia yang terlibat dalam proses

 produksi karena telah tergantikan oleh mesin-mesin sehingga bersifat padat

modal dan hemat tenaga kerja. Berdampak pada munculnya pengangguran.

 

2.7 INDUSTRIALISASI DI INDONESIA

Revolusi Hijau ini menyebabkan upaya untuk melakukan modernisasi

yang berdampak pada perkembangan industrialisasi yang ditandai dengan adanya

 pemikiran ekonomi rasional. Pemikiran tersebut akan mengarah pada kapitalisme.

Dengan industrialisasi juga merupakan proses budaya dimana dibagun

masyarakat dari suatu pola hidup atau berbudaya agraris tradisional menuju

masyarakat berpola hidup dan berbudaya masyarakat industri. Perkembangan

industri tidak lepas dari proses perjalanan panjang penemuan di bidang teknologi

yang mendorong berbagai perubahan dalam masyarakat.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan industrialisasi adalah :

• Meningkatkan perkembangan jaringan informasi, komunikasi, transportasi

untuk memperlancar arus komunikasi antar wilayah di Nusantara.

• Mengembangkan industri pertanian

• Mengembangkan industri non pertanian terutama minyak dan gas bumi yang

mengalami kemajuan pesat.

• Perkembangan industri perkapalan dengan dibangun galangan kapal di

Surabaya yang dikelola olrh PT.PAL Indonesia.

• Pembangunan Industri Pesawat Terbang Nusantara(IPTN) yang kemudian

 berubah menjadi PT. Dirgantara Indonesia.

• Pembangunan kawasan industri di daerah Jakarta, Cilacap, Surabaya,

Medan, dan Batam.

11

Page 12: Artikel Jurnal Mit.bencana

7/16/2019 Artikel Jurnal Mit.bencana

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-jurnal-mitbencana 12/17

• Sejak tahun 1985 pemerintah mengeluarkan kebijakan deregulasi di bidang

industri dan investasi.

 

Industrialisasi di Indonesia ditandai oleh :

• Tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja.

• Banyaknya tenaga kerja terserap ke dalam sektor-sektor industri.

• Terjadinya perubahan pola-pola perilaku yang lama menuju pola-pola

 perilaku yang baru yang bercirikan masyarakat industri modern diantaranya

rasionalisasi.

• Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat di berbagai daerah

khususnya di kawasan industri.

• Menigkatnya kebutuhan masyarakat yang memanfaatkan hasil-hasil industri

 baik pangan, sandang, maupun alat-alat untuk mendukung pertanian dan

sebagainya.

 

Dampak positif industrialisasi adalah tercapainya efisiensi dan efektifitas

kerja.

Dampak negatif dari industrialisasi adalah Munculnya kesenjangan sosial

dan ekonomi yang ditandai oleh kemiskinan serta Munculnya  patologi

 sosial (penyakit sosial) seperti kenakalan remaja dan kriminalitas.

12

Page 13: Artikel Jurnal Mit.bencana

7/16/2019 Artikel Jurnal Mit.bencana

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-jurnal-mitbencana 13/17

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 PERUBAHAN MASYARAKAT DESA BAJANG KARENA REVOLUSI

HIJAU

Dilihat dari kemajuan pertaniannya, desa Bajang boleh dikatakan telahmemasuki pasca revolusi hijau.

Menurut keterangan kepala desa, sejak tahun 1960-an (lewat sudah

diperkenalkan program padi sentra dan program Bimas) bibit unggul, pupuk 

kimia dan pestisida sudah diperkenalkan kepada penduduk. Ketiga jenis

teknologi tersebut semakin tersebar luas setelah dilaksanakannya program

Inmas, insus, dan supra insus yang berjalan hingga sekarang. Berkat teknologi

modern tersebut sekarang di desa ini sudah banyak ditemui teknik-teknik 

 produksi baru seperti, mesinperontok dan rice mills pada pasca panen.

Secara akumulatif, semua itu telah memperbesar skala perubahan

masyarakat desa menjadi semakin meluas dan dinamis.

Berbagai jenis teknologi dapat diterima dan dipergunakan secara merata oleh

 petani dari berbagai kategori luas usaha tani.

Bahkan dalam hal intesitasnya petani berlahan sempit lebih intensif dalam

menggunakan teknologi dibanding petani berlahan luas.

Struktur pemilikan dan penguasaan sawah di desa penelitian mengalami

 polarisasi, di mana distribusi pemilikan dan penguasaan sawah

memperlihatkan ketimpangan ekonomi tetap saja terjadi. Ini terbukti dari

kenyataan bahwa struktur pemilikan dan penguasaan sawah di desa Bajang

mengalami proses polarisasi, di mana distribusi pemilikan dan penguasaan

13

Page 14: Artikel Jurnal Mit.bencana

7/16/2019 Artikel Jurnal Mit.bencana

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-jurnal-mitbencana 14/17

sawah memperlihatkan ketimpangan yang cukup tajam, hal ini bisa dijelaskan

sebagai konsekuensi logis dari menigkatnya surplus produksi dan terjadinya

 penyesuaian-penyesuaian struktural sebagai akibat dari perluasan pemakaian

teknologi pertanian modern.

3.2 DAMPAK REVOLUSI HIJAU DI DESA BAJANG

Sebagaimana kita ketahui, teknologi pertanian modern merupakan jenis

teknologi yang sangat efisien dan produktif. Persebaran yang berarti dari

teknologi semacam ini akan mendorong kemajuan ekonomi dan menciptakan

surplus ekonomi yang selanjutnya menumbuhkan kekuasaan ekonomi baru

yang mempengaruhi perubahan struktur masyarakat desa yang terjadi di desa

 penelitian ini bukanlah perkecualian. Terciptanya surplus dan muncaknya

kekuasaan ekonomi itu telah menciptakan kelas-kelas ekonomi baru dalam

masyarakat, yang pada gilirannya menjalar mempengaruhi kehidupan struktur 

sosial politik masyarakat desa. Ini terbukti dari kenyataan terjadinya proses

konsolidasi kekuasaan ekonomi yang kurang lebih mengikuti urutan proses

kejadian berikut.

Pertama-tama konsolidasi tanah pertanian itu semula bertumpu dari

 perbedaan penguasaan sawah yang tak bisa dielakkan di antara anggota

masyarakat desa. Petani yang menguasai sawah yang luas cenderung

memperoleh hasil produksi yang besar. Sementara petani yang menguasai

sawah sempit memperoleh hasil ekonomi yang relative sedikit.

Selanjutnya, meningkatnya pendapatan sebagai akibat kemajuan teknologi

yang dinamis kemudian menciptakan surplus ekonomi sehingga

mengembangkan perilaku ekonomi masyarakat untuk mengkonsumsi benda-

 benda materi di luar kebutuhan konsumsi pokok. Sejalan dengan sifat-sifat

masyarakat pra kapitalis umumnya yang seringkali memperlakukan kekayaan

sebagai ekspresi kehormatan sosial.

Maka perilaku demikian akan membawa perubahan gaya hidup dan

menumbuhkan mobilitas status yang kemudian menjadi dasar bagi

14

Page 15: Artikel Jurnal Mit.bencana

7/16/2019 Artikel Jurnal Mit.bencana

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-jurnal-mitbencana 15/17

terbentuknya pelapisan sosial yang baru. Hal ini mendorong kelas ekonomi

kaya dan berkecukupan cenderung menduduki status sosial yang tinggi dan

sebaliknya kelas ekonomi miskin cenderung menduduki tempat yang kurang

terhormat atau berstatus rendah.

Peningkatan pendapatan ekonomi dapat pula menjadi sarana efektif untuk 

memperoleh kekuasaan. Di samping karena efek kekayaan itu sendiri terhadap

kehormatan, barang dan jasa yang melekat dalam kekayaan itu juga dapat

dijadikan dasar kewenangan untuk mempengaruhi tindakan sosial. Kejadian

ini kurang lebih sama dengan penolakan aspek kewenangan yang diperoleh

karena ancaman hukuman atau legitimasi politik. Meskipun dengan cara yang

halus kekuasaan yang dimiliki oleh capital ini ternyata cukup efektif untuk 

memperoleh kewenangan dalam kekuasaan.

3.3 BERBAGAI PERGESERAN PEKERJAAN

Perkembangan sumber keonomi luar pertanian dapat menjadi tumpuan

atau katub penyelamat bagi kelompok petani miskin yang telah tergeser dari

 pertanian sehingga bisa mencegah terjadinya polarisasi sosial.

Perkembangan dimungkinkan lebih-lebih bila mengingat bahwa kebijakan

 pemerintah membangun sector non pertanian di pedesaan seperti proyek 

inpres desa,bangdes, proyek padat karya, dan berkembangnya kegiatan

 perdagangan di pedesaan telah menumbuhkan sumber-sumber ekonomi baru

 bagi masyarakat desa.

Tetapi penting untuk diperhatikan, bagaimanapun pergeseran pekerjaan ke

luar pertanian itu sangatlah ditentukan oleh kondisi-kondisi sosial ekonomi

yang dibawa dari sector pertanian.

Perbedaan penguasaan sumber ekonomi akan menentukan tinggi

rendahnya kemampuan mengendalikan dan menguasai sumber ekonomi dalam

 pasar, yang selanjutnya menimbulkan perbedaan penguasaan sumber ekonomi

luar pertanian.

15

Page 16: Artikel Jurnal Mit.bencana

7/16/2019 Artikel Jurnal Mit.bencana

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-jurnal-mitbencana 16/17

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN

Dilihat dari kemajuan pertaniannya, desa Bajang boleh dikatakan telah

memasuki pasca revolusi hijau. Struktur pemilikan dan penguasaan sawah di

desa Bajang mengalami proses polarisasi, di mana distribusi pemilikan dan

 penguasaan sawah memperlihatkan ketimpangan yang cukup tajam. Hal ini

dikarenakan menigkatnya surplus produksi dan terjadinya penyesuaian-

 penyesuaian struktural sebagai akibat dari perluasan pemakaian teknologi

 pertanian modern.

Terciptanya surplus dan muncaknya kekuasaan ekonomi itu telah

menciptakan kelas-kelas ekonomi baru dalam masyarakat, yang pada

gilirannya menjalar mempengaruhi kehidupan struktur sosial politik 

masyarakat desa. Petani yang menguasai sawah yang luas cenderung

memperoleh hasil produksi yang besar. Sementara petani yang menguasai

sawah sempit memperoleh hasil ekonomi yang relative sedikit.

Perbedaan penguasaan sumber ekonomi akan menentukan tinggi

rendahnya kemampuan mengendalikan dan menguasai sumber ekonomi dalam

 pasar, yang selanjutnya menimbulkan perbedaan penguasaan sumber ekonomi

luar pertanian.

4.2 SARAN

Diharapkan kepada masyarakat desa Bajang untuk tidak memperlakukan

kekayaan sebagai ekspresi kehormatan sosial. Karena perilaku demikian akan

16

Page 17: Artikel Jurnal Mit.bencana

7/16/2019 Artikel Jurnal Mit.bencana

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-jurnal-mitbencana 17/17

membawa perubahan gaya hidup dan menumbuhkan mobilitas status yang

kemudian menjadi dasar bagi terbentuknya pelapisan sosial yang baru.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2012. Revolusi Hijau. Diunduh darihttp://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2012/03/24/pertanian-indonesia-pasca-

revolusi-hijau/

M Dzulfahmi Yahya, 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Hijau

Sisworo W.H. Membangun Kembali Swa Sembada Beras. Makalah yang disampaikandalam ? tanggal 26 April 2007.

17