Artikel Jurnal Pendidikan

26
Pengaruh Pengalaman Anak Dalam Terjadinya Miskonsepsi Fisika Mujadi Dalam pendidikan khususnya pendidikan dasar, baik yang ada di dalam negeri maupun yang ada di luar negeri pembelajaran, Fisika (Ilmu Pengetahuan Alam, IPA) selalu mendapatkan hasil yang mengecewakan. Pada tingkat sekolah dasar (SD), anak-anak telah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan Fisika (IPA). Sebagai contoh, misalnya, melalui pengalaman dan peristiwa fenomena sehari-hari seperti gaya, gerak, benda yang jatuh bebas, listrik, energi, peristiwa-peristiwa alam yang kasat mata lainnya. Pengalaman-pengalaman tersebut mempunyai pengaruh terhadap pandangan anak sehingga dalam pikiranya terbentuk intuisi dan teori tentang fisika sebelum mereka mempelajari di sekolah. Beberapa di antara pemahaman tersebut ada yang sepadan dengan pemahaman yang dipegang oleh para pakar sains (konsep ilmiah) tetapi banyak juga pehaman yang berbeda dengan konsep ilmiah. Perbedaan pemahaman sering terjadi pada waktu guru memberikan konsep baru yang tidak sama dengan teori siswa yang telah terbentuk dari pengalamnya. Perbedaan ini menyebabkan siswa tetap bertahan dengan pendapatnya sendiri. Siswa secara konsisten telah mengembangkan konsep Fisika (IPA) yang salah dan secara tidak disengaja terus menerus mengganggu pelajaran Fisika (IPA) yang didapat dari sekolah. Berdasarkan hal tersebut beberapa peneliti pakar Fisika (IPA) menyelidiki miskonsepsi siswa SD sebagai upaya untuk menemukan cara-cara memperbaikinya. Amin (1990) mengatakan bahwa miskon- sepsi dapat terjadi karena ada gagasan atau ide yang didasarkan pada pengalaman yang tidak relevan. Faktor potensial lain yang menjadi sumber miskonsepsi adalah (1) anak cenderung melihat suatu benda dari pandangan dirinya sendiri; (2) pengalaman anak di lingkungan terbatas dari cenderung tidak mempunyai kesempatan

Transcript of Artikel Jurnal Pendidikan

Page 1: Artikel Jurnal Pendidikan

Pengaruh Pengalaman Anak Dalam Terjadinya Miskonsepsi Fisika

Mujadi

 

Dalam pendidikan khususnya pendidikan dasar, baik yang ada di dalam negeri maupun yang ada

di luar negeri pembelajaran, Fisika (Ilmu Pengetahuan Alam, IPA) selalu mendapatkan hasil

yang mengecewakan. Pada tingkat sekolah dasar (SD), anak-anak telah memiliki pengalaman

dan pengetahuan yang berhubungan dengan Fisika (IPA). Sebagai contoh, misalnya, melalui

pengalaman dan peristiwa fenomena sehari-hari seperti gaya, gerak, benda yang jatuh bebas,

listrik, energi, peristiwa-peristiwa alam yang kasat mata lainnya. 

Pengalaman-pengalaman tersebut mempunyai pengaruh terhadap pandangan anak sehingga

dalam pikiranya terbentuk intuisi dan teori tentang fisika sebelum mereka mempelajari di

sekolah. Beberapa di antara pemahaman tersebut ada yang sepadan dengan pemahaman yang

dipegang oleh para pakar sains (konsep ilmiah) tetapi banyak juga pehaman yang berbeda

dengan konsep ilmiah. Perbedaan pemahaman sering terjadi pada waktu guru memberikan

konsep baru yang tidak sama dengan teori siswa yang telah terbentuk dari pengalamnya.

Perbedaan ini menyebabkan siswa tetap bertahan dengan pendapatnya sendiri. Siswa secara

konsisten telah mengembangkan konsep Fisika (IPA) yang salah dan secara tidak disengaja terus

menerus mengganggu pelajaran Fisika (IPA) yang didapat dari sekolah.

Berdasarkan hal tersebut beberapa peneliti pakar Fisika (IPA) menyelidiki miskonsepsi siswa SD

sebagai upaya untuk menemukan cara-cara memperbaikinya. Amin (1990) mengatakan bahwa

miskon-sepsi dapat terjadi karena ada gagasan atau ide yang didasarkan pada pengalaman yang

tidak relevan. Faktor potensial lain yang menjadi sumber miskonsepsi adalah (1) anak cenderung

melihat suatu benda dari pandangan dirinya sendiri; (2) pengalaman anak di lingkungan terbatas

dari cenderung tidak mempunyai kesempatan melihat langsung demonstrasi atau situasi

percobaan; (3) anak cenderung memahami kejadian bagian per bagian dan cenderung tidak

mengaitkan satu bagian dengan lainnya; dan (4) bahasa yang digunakan sehari-hari banyak yang

mempunyai arti beda dengan yang digunakan dalam IPA. Beberapa kata sehari-hari yang

memiliki arti yang berbeda jika digunakan dalam IPA adalah gesekan, gaya, pembiasan dan lain-

lain.

Sementara itu, Iowi dan Uludotun (1987) meneliti sumber miskonsepsi di Negeria dan

menemukan tiga sumber miskonsepsi yaitu (1) buku pelajaran ditulis dalam bahasa Inggris (yang

merupakan bahasa kedua); (2) sebagian siswa berasal dari lingkungan yang tidak berpendidikan

dan tidak mengenal teknologi modern. Pengetahuan dan pengalaman ilmiah dan teknologi siswa

sangat terbatas, begitu pula pengalaman yang diperolehnya di sekolah atau laboratorium; dan (3)

miskonsepsi ada pula pada guru.

Artikel ini ditulis berdasarkan hasil penelitian tentang miskonsepsi Fisika pada siswa kelas 5 SD

di Pulau Jawa. Sampel SD ditentukan dengan stratified sampling (kualitas SD baik, sedang, dan

Page 2: Artikel Jurnal Pendidikan

biasa). Pengelompokkan SD dilakukan berdasarkan informasi dari Suku Dinas Pendidikan

setempat. Lokasi dan jumlah sampel di tiap-tiap daerah di lihat pada Tabel 1.

Data untuk penelitian dikumpulkan melalui wawancara, pemberian tes, dan demontrasi (untuk

siswa) dan pemberian tes (untuk guru). Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi

mengenai pengalaman dan penggunaan alat-alat Fisika (IPA), tes diberikan untuk mendapatkan

pemahaman konsep Fisika (IPA), sementara demontrasi dilakukan untuk mengetahui

kemampuan siswa menggunakan alat-alat Fisika (IPA).

Tabel 1. Rincian Lokasi SD dan Jumlah Sampel per SD

N

oDaerah

Tingkat SDTotal Sampel

Baik Sedang Biasa

Nama SD

Total

SampelNama SD

Total

SampelNama SD

Total

SampelSD

Total

Sampel

SiswaGuruSisw

aGuru SiswaGuru Siswa Guru

1. Jawa

Timur

1.Blimbing III

2. Sawojajar

16

16

8

8

1. Purwosari 16 7 1. Purwodadi 16 7 4 64 30

2. Jawa

Tengah

1. Wonosari I

2.Yogyakarta I

16

15

7

7

1. Yogyakarta

II

15 7 2.Wonosari

II

15 7 4 61 28

3. Jawa

Barat

1. Bogor I

2.Sukabumi I

15

16

7

7

1. Bogor II 15 7 3.Sukabumi

II

15 7 4 61 28

Total 94 44   46 21   46 21 12 186 86

Hasil tes yang didapatkan dari responden (guru maupun siswa) direkam dalam bentuk tabulasi

jawaban dan alasan masing-masing nomor, terlebih dahulu dibuat rambu-rambu jawaban dan

alasan yang dianggap benar sehingga dapat membandingkan jawaban dan alasan yang diberikan

oleh responden. Setelah dilaksanakan tes pertama, siswa diberi arahan dan demontrasi, setelah

itu siswa diberi tes kedua. Guru diberi tes sekali tanpa wawancara dan demontrasi.

Page 3: Artikel Jurnal Pendidikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Tabel 1-7 dapat dilihat jawaban responden (186 siswa dan 86 guru) terhadap enam

pertanyaan yang diberikan. Sementara itu, hasil wawancara dapat dilihat pada Tabel 8 dan hasil

demontrasi dapat dilihat pada Tabel 9. Data dan informasi yang digunakan dalam pembahasan

ini selain didapat dari Tabel 2-9 juga diambil dari catatan-catatan hasil wawancara dan observasi.

Tafsiran siswa terhadap konsep benda berbeda-beda, misalnya pandangan siswa terhadap meja,

dan papan tulis. Masih banyak pengetahuan siswa tentang meja dengan melihat ciri-ciri berkaki

empat atau berkaki lebih dari satu, berbentuk persegi panjang maupun berbentuk bulat.

Sedangkan papan tulis berbentuk persegi panjang dan berwarna hitam. Siswa akan menolak

konsep meja yang berkaki satu dan konsep papan tulis yang berwarna hijau atau putih, sebab

konsepsi siswa tentang meja harus berkaki lebih dari satu, dan konsepsi siswa tentang papan tulis

harus berwarna hitam. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah mempunyai pandangan terhadap

ciri-ciri suatu benda sampai pada terbentuknya teori siswa. Perhatikan Tabel 2-9 berikut ini.

Tabel 2. Tabel Frekuensi Jawaban dan Alasan Guru dan Siswa untuk Soal Nomor 1 (Mengapa

suatu benda dapat terlihat berwarna merah? Jelaskan!)

 

No Jawaban GuruJawaban % Alasan % Jawaban

Siswa

Jawaban % Alasan %

B S O B S O B S O B S O

1. Adanya

pantulan

cahaya

37,5     32,5     Cahaya

dipantulkan

oleh benda

dan

dimasukka

n ke dalam

mata kita

17     17    

2. Benda

memiliki warna

cahaya

dominan merah

  7     7   Karena ada

cahaya dan

benda

warnanya

memang

merah

4,5       4,5  

3. Molekul-

molekul zat

pewarna dapat

ditarik oleh

benda

  7     7   Karena ada

cahaya dari

sinar

matahari

10,2       10,2  

Page 4: Artikel Jurnal Pendidikan

4. Sebagian

cahaya

berwarna

merah

  4,6     4,6   Karena ada

cahaya

yang

sampai ke

mata kita

dan warna

benda

memang

merah

3,4       3,4  

5. Tidak

menjawab/tidak

tahu

  11,6     11,6   Pantulan

cahaya

matahari ke

mata

3,4       3,4  

B = Benar; S = Salah;  O = Tidak menjawab

 

Jawaban benar bahwa benda-benda berwarna dapat terlihat melalui proses pemantulan dari suatu

responden (guru) hanya menjawab dengan benar disertai alasan yang benar sebanyak 37,2%.

Sementara itu 63% jawaban maupun alasannya dari soal nomor 1 tidak memenuhi syarat dan

dinyatakan salah. Beberapa modus pola jawaban yang dinyatakan salah terbesar sebanyak 14

pola. Melihat besarnya modus pola jawaban dan alasan yang dinyatakan benar hanya sekitar

37,2%, maka pemahaman konsep tentang pantulan cahaya dari responden dapat dikatakan masih

sangat minim sekali.

Jawaban siswa untuk soal nomor 1 dengan pola jawaban benar mencapai 38,5% dan alasan benar

hanya 17%. Dalam hal ini, pemahaman siswa pada nomor 1 hanya mencapai 17%.

 

Tabel 3. Tabel Frekuensi Jawaban dan Alasan Guru dan Siswa untuk Soal Nomor 2 (Pada malam

hari bulan kelihatan terang, apakah bulan memancarkan cahaya? Jelaskan!)

NoJawaban

Guru

Jawaban % Alasan %Jawaban Siswa

Jawaban % Alasan %

B S O B S O B S O B S O

1. Bulan

memantulkan

sinar

matahari

62,8     60,5   2,3 Tidak, bulan

mendapat cahaya dari

matahari,

memantulkan

22,7     22,7    

2. Bulan hanya

dapat

pantulan dari

sinar

matahari

20,9       20,9   Memancarkan/sebagai

sumber cahaya

20,4       4,5 15,9

Page 5: Artikel Jurnal Pendidikan

3. Tidak

menjawab

alasannya

4,6         4,6 Tidak, bulan sebagai

sumber cahaya

7,9       7,9  

4.               Bulan tidak

memancarkan cahaya

seperti matahari

11,4       11,4  

5.               Bulan memancarkan

cahaya ke bumi

seperti matahari

  13,6     13,6  

B = Benar; S = Salah; O = Tidak menjawab

 

Untuk soal nomor 2 ini masih merupakan konsep pemantulan cahaya. Dari responden (guru)

yang ada 62,8% memberikan modus jawaban benar, dan alasan yang diberikan mencapai

kebenaran 62,8%. Dua responden 4,6% memberikan alasan kosong/tidak menjawab, sebagian

jawabannya benar. Sebelas (22%) responden (guru) memberikan jawaban 20,9% benar. Namun

responden tersebut memberikan alasan yang dianggap salah yaitu bulan memancarkan cahaya,

karena bulan hanya dapat pantulan dari sinar matahari, alasan dianggap benar bila bulan hanya

memantulkan sinar matahari.

Jawaban siswa untuk soal nomor 2 menunjukkan pola jawaban benar mencapai 44% dan alasan

benar mencapai 22,7%. Sedangkan pola jawaban dan alasan salah masing-masing 34% dan

44,3%.

 

Tabel 4. Tabel Frekuensi Jawaban dan Alasan Guru dan Siswa untuk Soal Nomor 3a (Perhatikan

saat cahaya lampu senter dinyalakan, maka akan tampak cahaya putih pada layar. Jelaskan!)

 

NoJawaban

Guru

Jawaban % Alasan % Jawaban

Siswa

Jawaban % Alasan %

B S O B S O B S O B S O

1. Cahaya

langsung

mengenai

layar

  20,9     20,9   Tidak

tahu

    80,2     60,2

Page 6: Artikel Jurnal Pendidikan

2. Cahaya

tidak

langsung

  20,3     16,3   Warna

cahaya

pemantul

sesuai

dengan

warna

tembok

  5,7     5,7  

3. Semua

cahaya

diterima

oleh layar

  9,3     9,3   Karena

cahaya

yang

datang

dari

lampu

senter

putih

  12,7     12,7  

4. Tidak ada

benda yang

menyerap

cahaya

senter

  11,6     11,6   Asalnya

beberapa

warna

  3,4   3,4    

5. Cahaya

putih

merupakan

polikromatik

(beberapa

warna)

11,6     11,

6

                 

 

Jawaban dan alasan yang diberikan oleh responden (guru) pada soal nomor 3a, 58,1% dianggap

salah, sedangkan 11,6% tidak menjawab dan tidak memberikan alasan. Soal nomor 3a tersebar

sebanyak 14 pola jawaban dan alasan, satu yang memenuhi jawaban dan alasan yang benar

sebanyak 11,6%. Pemahaman konsep tentang sifat-sifat cahaya yang dimiliki oleh responden

sangat rendah sekali yaitu 11,6% dan sisanya hampir 90% belum memahami konsep

(miskonsepsi).

Jawaban siswa untuk soal nomor 3a, menunjukkan bahwa jawaban benar mencapai 0% dan

alasan benar hanya mencapai 3,4%. Sedangkan jawaban salah dan alasan salah masing-masing

2,18% dan 18,4%. Jawaban tidak tahu pada soal nomor 3a ini mencapai 60,2%.

 

Page 7: Artikel Jurnal Pendidikan

Tabel 5. Tabel Frekuensi Jawaban dan Alasan Guru dan Siswa untuk Soal Nomor 3b (Jika antara

lampu senter dan layar diletakan plastik berwarna hijau, warna apa yang tampak pada layar?

Jelaskan!)

 

NoJawaban

Guru

Jawaban % Alasan % Jawaban

Siswa

Jawaban % Alasan %

B S O B S O B S O B S O

1. Hijau, dan

layar

menerima

sinar hijau

kemudian

dipantulkan

20,

1

      20,1   Hijau

karena

lampu

senter

ditutupi

oleh plastik

warna hijau

59,1       59,1  

2. Warna

merah

karena

pantulan

warna hijau

16,

3

      16,3   Hijau,

karena

terpengaru

h warna

hijau kaca

10,2       10,2  

3. Hijau,

cahaya

lampu

menembus

warna hijau

16,

3

      16,3   Hijau,

karena

kacanya

hijau

5,7       5,7  

4. Hijau,

plastik

meneruskan

warna hijau

dan yang

lain diserap

11,

6

      11,6   Hijau,

karena

cahaya

menembus

benang

bening

4,5       4,5  

5. Warna

hitam

karena

terhalang

warna

hijau/gelap

  7     7                

 

Page 8: Artikel Jurnal Pendidikan

Jawaban benar pada soal nomor 3b mencapai 65,1% dan alasan kurang lengkap mencapai 32,5%

sisanya dianggap jawaban dan alasan responden salah. Alasan kurang lengkap yang diberikan

oleh responden (guru) diantaranya adalah:

1.       Warna hijau diteruskan oleh plastik dan yang lain diserap.

2.       Warna hijau yang sampai pada layar kemudian dipantulkan.

Jawaban dan alasan pada soal nomor 3b ini menandakan adanya pemahaman konsep yang

kurang sehingga kurang dapat memberikan alasan yang benar. Jawaban siswa untuk soal nomor

3b menunjukkan bahwa jawaban benar mencapai 79,5%, dan alasan benar 0%. Sementara itu

alasan salah mencapai 79,5%.

Tabel 6. Tabel Frekuensi Jawaban dan Alasan Guru dan Siswa untuk Soal Nomor 4 (Pada

gambar di atas, bunyi mana yang terdengar lebih cepat? Jelaskan!)

 

NoJawaban

Guru

Jawaban % Alasan % Jawaban

Siswa

Jawaban % Alasan %

B S O B S O B S O B S O

1. Besi lebih

padat

dibandingkan

udara

18,

6

      18,6   Besi

merupakan

zat padat

20,

4

    18,2 2,2  

2. Besi, udara

terdapat

lapisan-

lapisan yang

renggang dan

tidak sama

9,3       9,3   Udara,

karena

lebih

leluasa

  23,9     23,

9

 

3. Besi, karena

besi lebih

cepat

merambatkan

bunyi

11,

6

      11,6   Udara,

tidak tahu

  19,3       19,3

4. Udara,

partikel

udara lebih

rendah

  9,3     9,3   Udara,

lebih cepat

dari besi

  12,5     12,

5

 

5. Besi,

merupakan

zat perantara

7,3       7,3                

 

Page 9: Artikel Jurnal Pendidikan

Jawaban benar pada soal nomor 4 mencapai 46,5% sedangkan alasan benar hanya 18,6%. Ada

9,3% yang memberikan alasan meragukan yaitu dengan mengemukakan adanya lapisan-lapisan

udara yang seharusnya partikel/molekul-molekul udara.

Dari pola jawaban dan alasan yang tersebut 14 responden memberikan jawaban benar 55,8% dan

alasan benar sebanyak 18,6%. Perbandingan antara jawaban dan alasan yang tidak seimbang ini

menandakan kurangnya pemahaman konsep dari responden (guru).

Jawaban siswa untuk soal nomor 4 menunjukkan hawa jawaban benar mencapai 20,4%, dan

alasan benar mencapai 18,2%. Pola jawaban salah dan alasan salah masing-masing 55,7%.

 Tabel 7. Tabel Frekuensi Jawaban dan Alasan Guru dan Siswa

 

NoJawaban

Guru

Jawaban % Alasan % Jawaban

Siswa

Jawaban % Alasan %

B S O B S O B S O B S O

1. Magnet

utara

karena

gaya

magnet

lebih

besar

  11,6     11,6   Selatan,

tidak

tahu

  20,4       20,4

2. Sama

kuat

11,6         11,6 Utara,

tidak

yahu

  36,4       36,4

3. Utara,

molekul-

molekul

lebih

teratur

  11,6     11,6   Sama

kuat

13,6       13,6  

4. Bagian

paling

ujung

kutub

  11,6     11,6   Utara,

daya

mempat

lebih

kuat

  7,9     7,9  

5. Magnet

utara

  9,3       9,3 Sama

kuat,

kekuatan

besar

adalah

kutub

5,7       5,7  

Page 10: Artikel Jurnal Pendidikan

 

Untuk Soal Nomor 5 (Diantara kutub magnet Utara (U) dan kutub magnet Selatan (S), bagian

kutub manakah yang memiliki kemampuan lebih besar untuk menarik suatu benda? Mengapa

demikian?)

 

Jawaban benar pada soal nomor 5 mencapai 46,5% mencapai 11,6% dari 16,2%. Sedangkan

alasan benar tidak ada. Dalam hal ini jawaban dan alasan yang diberikan oleh respondn (guru)

mencapai prosentase 72,1% dan 67,4% salah, dan yang selebihnya tidak menjawab.

 

Jawaban siswa untuk soal nomor 5 menunjukkan bahwa jawaban benar dan alasan benar masing-

masing mencapai 19,3% dan 0%. Jawaban salah dan alasan salah masing-masing mencapai

64,7% dan 27,2%. Sedangkan alasan tidak tahu mencapai 10,8%.

Tabel 8. Hasil Wawancara

No Nama Alat Pengenalan Penggunaan Keterangan

    Kenal Belum Perna

h

Belum  

1. Lampu senter

sebagai sumber

cahaya

186   186   Kegiatan sehari-

hari

2. Transparan/plastik

warna merah,

hijau, biru untuk

filter/penyaring

cahaya

186   25 161 Banyak mengenal

warna

bening/putih

Untuk sampul

buku

3. Warna-warna

benda untuk

dipertanyakan

186   186   Untuk kegiatan

lain

4. Stopwatch untuk

sumber bunyi

186   186   Untuk kegiatan

olahraga

5. Batang besi

sebagai medium

186   36 150 Pada pelajaran di

sekolah

6. Batang magnet,

benda yang dapat

menarik besi dan

baja

34 152   186  

7. Kertas putih 186   186   Kegiatan proses

Page 11: Artikel Jurnal Pendidikan

sebagai layar belajar mengajar

 

Tabel 9. Frekuensi Kemampuan Siswa Melakukan Demonstrasi dengan Menggunakan Alat-Alat

IPA

 

No Nama Percobaan

Sebelum diberi

arahan

Sesudah diberi

arahan

Bisa Tidak Bisa Tidak

1. Warna cahaya dari

lampu senter

186

(100%)

- - -

2. Warna cahaya dari

lampu senter yang

dilapisi dengan

plastik berwarna

104

(53,9%)

84

(54,1%)

186

(100%)

-

3. Membanding cepat

rambat bunyi di

udara dan besi

36

(19,4%)

150

(80,6%)

186

(100%)

-

4. Membandingkan

kekuatan kutub

magnet utara (U) dan

selatan (S) dengan

beberapa batang klip

34

(18,3%)

154

(71,7%)

186

(100%)

-

 

Kemampuan siswa melakukan demontrasi untuk percobaan cahaya sangat baik. Hal ini

dimungkinkan karena seringnya pengetahuan yang didapat dari peristiwa sehari-hari. Sedangkan

untuk cepat rambat bunyi dan kekuatan kutub magnet terlihat sangat kecil. Hal ini dimungkinkan

karena pengetahuan tentang bunyi didominasi oleh kondisi kebiasaan yang ada di

lingkungannya. Sedangkan untuk magnet dikarenakan pengetahuan teknologi yang sangat

terbatas.

Pengalaman siswa baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap benda-benda di

lingkungannya yang erat kaitannya dengan pelajaran Fisika (IPA) di sekolah banyak dipengaruhi

oleh konsepsi siswa itu sendiri. Sebagai contoh perambatan bunyi di udara menurut pendapat

siswa lebih cepat dibandingkan dengan perambatan bunyi melalui benda padat, misalnya besi.

Konsepsi siswa terbentuk sejalan dengan pengalaman sehari-hari di mana semua aktivitas indera

pendengaran selalu dilakukan melaui udara, sedangkan bentuk-bentuk lain seperti mendengarkan

bunyi melalui benda-benda sama sekali belum dialaminya. Dalam hal ini fakta dan pengalaman

langsung siswa untuk melakukan percobaan atau demontrasi sangat diperlukan.

Page 12: Artikel Jurnal Pendidikan

Mengapa benda dapat terlihat berwarna merah? Terlihatnya benda-benda berwarna merah oleh

siswa sudah merupakan hal yang biasa, karena pengalaman dan pengetahuan yang didapat

sehari-hari hampir semua siswa tidak pernah terlepas dari penglihatan benda-benda yang

berwarna baik pada siang maupun malam hari. Namun untuk menyentuh permasalahan tentang

mengapa benda itu terlihat berwarna merah, hijau, kuning, biru dan warna-warna lainnya belum

terpikirkan oleh siswa. Dengan adanya cahaya, benda-benda berwarna tersebut dapat menyentuh

pikiran siswa bahwa ada hubungan dan keterkaitannya antara peristiwa pemantulan dengan

terlihatnya warna-warna benda.

Pelajaran Fisika (IPA) memang banyak menggunakan kata-kata asing yang sering dikemukakan

oleh pakar-pakar Fisika (IPA), misalnya dalam mata pelajaran Fisika (IPA) di SD, kata-kata

tersebut antara lain.

a.       pemantulan             ditulis                refleksi

b.       pembelokan           ditulis                deviasi

c.       lenturan                  ditulis                difraksi

d.       menyerap               ditulis                absorbsi

e.       dan lain-lain

Banyak sekali kata-kata asing yang digunakan sehari-hari dalam pelajaran Fisika (IPA) yang

sulit dimengerti oleh siswa. Oleh sebab itu untuk mengatasinya semua kata asing dalam buku

pelajaran Fisika harus ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, misalnya fokus

(focus), refleksi (reflection), yang menyulitkan bagi siswa SD.

Sebaiknya kata-kata asing diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sehingga mudah dimengerti

oleh siswa. Demikian juga keterangan dari guru akan memberikan penguatan konsep pada siswa.

Lingkungan juga dapat mempengaruhi konsep siswa. Jika siswa atau guru berasa dalam

lingkungan masyarakat yang mempunyai pendidikan rendah, maka siswa atau anak tersebut akan

terhambat untuk mengenal teknologi modern. Lingkungan masyarakat yang mempunyai

pendidikan yang cukup baik (tinggi) akan lebih memudahkan pengenalan dan penguasaan

teknologi yang ada. Kondisi siswa akan menjadi lebih diperparah jika selama di sekolah

pelajaran Fisika (IPA) kegiatan laboratorium yang dibimbing langsung oleh guru tidak atau

sedikit sekali dilakukan. Sebab lingkungan dan sekolah sangat berperan dalam memberikan

informasi yang berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Miskonsepsi yang ada pada guru akan mempunyai dampak memperkuat konsepsi awal yang

salah dari siswa. Konsep yang salah yang dimiliki oleh siswa akan diyakini kebenarannya oleh

penguatan dari guru yang salah. Misalnya konsep tentang pemantulan cahaya dari sampel

jawaban guru didapatkan bahwa 37,2% dari bahan ajar dikuasai dengan baik, sedangkan siswa

hanya mencapai 17%. Guru sebagai narasumber khususnya pelajaran Fisika (IPA) harus

memberikan dan menjelaskan konsep yang benar pada siswa, sehingga teori siswa yang salah

dan telah tertanam dalam pikirannya tidak berkembang.

 

Page 13: Artikel Jurnal Pendidikan

PENUTUP

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat miskonsepsi siswa SD terhadap pelajaran Fisika

(IPA) cukup tinggi. Pengalaman siswa SD tentang fenomena alam yang telah membentuk

instuisi dan teori siswa sangat mendominasi proses pembelajaran Fisika (IPA) yang belum tentu

benar namun sulit untuk diperbaiki.

Page 14: Artikel Jurnal Pendidikan

Sedangkan miskonsepsi yang terdapat pada guru maupun siswa dari tiga konsep yang ada cukup

tinggi dengan perincian:

1.   Guru menjawab soal dengan benar rata-rata mencapai 49,2% dan hanya memberikan alasan

jawaban dengan benar sebesar 22,5%.

2.   Siswa menjawab soal dengan benar rata-rata mencapai 38,4% dan hanya memberikan alasan

jawaban dengan benar sebesar 12,3%.

 

Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini perlu dipikirkan dan ditindaklanjuti oleh guru dan

pakar dalam pendidikan di SD, khususnya para pakar Fisika dengan harapan dapat ditemukan

cara-cara untuk mengatasi adanya miskonsepsi guru dan siswa di SD.

 

DAFTAR PUSTAKA

Andrerson, B; & Karrquist, C. (1981). Light and its properties. EKNA Report 8, Molural,

Sweden: Departement of Educational Research, University of Gothenberg.

Diknas. (1979). Konsep IPA terpilih di Sekolah Dasar: Kesalahan yang sering dijumpai dan

saran penyelesaiannya. Jakarta: Dikdasmen Seqip.

Page 15: Artikel Jurnal Pendidikan

Gilbert, J.K. & Watt, D.U. (1983). Concepts, misconceptions and alternative conceptions.

Changing Perspectivesm Science Education 10. 61-98.

Van den Berg, E. (1989). Salah konsep dan pengolahan data dalam otak manusia. Krisis 3(3). 52-

62.

Van den Berg, E. (1991) Miskonsepsi fisika dan remidiasi. Salatiga, Indonesia: Universitas

Kristen Satya Wacana.

Tugas I

Kritisi Isi Artikel

1. Pada bagian pendahuluan penulis sudah baik dalam menjelaskan maskud artikel ini. Sudah

sesuai dengan penjelasan judul artikel ini. Akan tetapi penguraian materi tentang judul artikel

ini masih kurang lengkap atau terlalu singkat. Hubungan antar kalimat pada bagian

Page 16: Artikel Jurnal Pendidikan

pendahuluan sudah sinkron dan pembaca sudah bias memahami penjelasan dari artikel ini.

Metode yang akan digunakan dalam pengambilan sampel dan data pada peneltian ini juga

sudah tercantum pada bagian pendahuluan artikel ini.

2. Pada hasil dan pembahasan, penulis telah menjabarkan hasil penelitian dengan baik sehingga

hasil dari penelitian telah sesuai dengan permasalahan yang ada pada artikel ini yaitu

menunjukkan tingkat miskonsepsi siswa SD dalam pelajaran fisika (IPA). Di samping itu

analisis data penelitian juga telah tercantum pada artikel ini sehingga terlihat jelas proses

untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini. Pada bagian hasil dan pembahansan penulis juga

telah menjabarkan bagaimana pengaruh pengalaman siswa SD dalam terjadinya miskonsepsi

fisika. Sehingga penjabaran hasil penelitian sudah sangat baik karna telah menjawab

permasalahan pada artikel ini. Penulisan hasil baik dalam penggunaan kata-kata atau dalam

penggambaran table masih belum begitu baik atau penyusunan kata belum begitu baik.

3. Bagian kesimpulan dalam artikel ini belum lengkap karena penulis hanya menyimpulkan

bagaimana tingkat konsepsi siswa dan guru dalam pelajaran fisika (IPA) dan tidak

menuliskan kesimpulan tentang artikel ini yaitu pengaruh pengalaman anak dalam terjadinya

miskonsepsi fisika. Sehingga pembaca masih belum jelas mengetahui bagaiman sebenarnya

pengaruh pengalaman anak dalam terkjadinya miskonsepsi fisika.

4. Teknik penulisan daftar pustaka sudah baik dan benar karena telah mengikuti cara penulisan

daftar pustaka yang baik dan benar.

Tugas II

a. Saya memilih artikel ini karena artikel ini sangat menarik dan sangat penting. Artikel ini

membicarkan tentang miskonsepsi siswa SD terhadap mata pelajaran fisika (IPA). Dalam

artikel ini dibahas tentang bentuk-bentuk miskonsepsi siswa SD terhadap pelajaran fisika

(IPA), penyebab terjadinya miskponsepsi dan pengaruh pengalaman anak dalam terjadinya

Page 17: Artikel Jurnal Pendidikan

miskonsepsi fisika. Nah, hal ini sangat perlu diketahui oleh guru-guru fisika (IPA) dan calon

guru karena bisa menjadi pembelajaran sehingga pada saat pembelajaran guru maupun calon

guru mengetahui bagaimana bentuk miskonsepsi fisika dan apa penyebabnya. Selain itu,

artikel ini berisikan tentang miskonsepsi siswa terhadap pelajaran fisika dimana sampelnya

adalah siswa SD. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang duduk di bangku sekolah dasar pun

sudah memiliki pemahaman-pemahaman awal tentang fisika yang belum dipelajari di

sekolah yang didapat dari pengalaman-pengalamn siswa tersebut. Yang kebanyakan

pemahaman awal tersebut menjadi miskonsepsi karena bertentangan dengan konsep atau

pemahaman yang sebenarnya. Dan yang lebih menariknya lagi adalah sampel dari penelitian

pada artikel ini tidak hanya siswa SD tetapi juga guru mata pelajaran juga ikut diteliti. Artikel

ini juga menggambarkan bagaimana penguasaan guru fisika terhadap konsep fisika yang

sebenarnya. Hal-hal inilah yang membuat artikel ini sangat menarik.

b. Artikel ini sangat penting karena melalui artikel ini siswa, guru, dan calon guru bisa

mengetahui gambaran-gambaran miskonsepsi siswa dan pengaruh pengalaman anak dalam

terjadinya miskonsepsi fisika. Yang mana ini akan menjadi perbaikan guru dalam

menyampaikan materi fisika (IPA) dengan baik dan mengetahui permasalahan-permasalahan

siswa yang sulit dalam memahami konsep yang sebenarnya karena siswa selalu ingin

mempertahankan pemahaman awal mereka yang menjadi miskonsepsi. Hasil yang

didapatkan dalam penelitian ini perlu dipikirkan dan ditindaklanjuti oleh guru dan pakar

dalam pendidikan di SD, khususnya para pakar Fisika dengan harapan dapat ditemukan cara-

cara untuk mengatasi adanya miskonsepsi guru dan siswa di SD.

c. Pokok pikiran

Dalam pendidikan khususnya pendidikan dasar, baik yang ada di dalam negeri maupun

yang ada di luar negeri pembelajaran fisika (IPA) selalu mendapatkan hasil yang

mengecewakan

Perbedaan pemahaman siswa yang terbentuk dari pengalamannya dengan pemahaman

yang sebenarnya yang disampaikan guru menyebabkan siswa tetap bertahan dengan

pendapatnya sendiri sehingga menimbulkan miskonsepsi

d. Soal-soal

Soal Pilihan Berganda

1. Miskonsepsi dapat terjadi karena ada gagasan atau ide yang didasarkan pada

pengalaman yang tidak relevan. Pernyataan ini merupakan pendapat dari….

a. Amin

b. Aristoteles

Page 18: Artikel Jurnal Pendidikan

c. Iowi

d. Uludotun

Jawaban : A

2. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian pada artikel ini adalah…

a. Accidental Sampling

b. Quota Sampling

c. Stratified Sampling

d. Cluster Random Sampling

Jawaban : C

3. Teknik pengambilan data pada penelitian dalam artikel ini dilakukan dengan cara…

a. Quitioner

b. Wawancara, pemberian tes, demonstrasi

c. Pre-test, treatment, post-test

d. Pemberian tes, wawancara

Jawaban : B

Soal Essay

Sebutkanlah hal-hal yang menjadi sumber miskonsepsi di Nigeria menurut Iowi dan

Uludotun!

Jawaban

1. buku pelajaran ditulis dalam bahasa Inggris (yang merupakan bahasa kedua);

2. sebagian siswa berasal dari lingkungan yang tidak berpendidikan dan tidak mengenal

teknologi modern. Pengetahuan dan pengalaman ilmiah dan teknologi siswa sangat

terbatas, begitu pula pengalaman yang diperolehnya di sekolah atau laboratorium;

3. miskonsepsi ada pula pada guru.