artikel ilmiah
-
Upload
akbar-d-yogaswara -
Category
Documents
-
view
137 -
download
2
description
Transcript of artikel ilmiah
AKSI INTEGRATIF SUSUNAN SARAF
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
NAMA : DALE AKBAR YOGASWARA
NIM : J1C111015
KELOMPOK : 1 (SATU)
ASISTEN : TAUFIK NOOR
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
BANJARBARU
APRIL, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap hewan maupun manusia terbentuk dari sel-sel yang bersatu
membentuk jaringan organ dan sistem organ. Setiap sistem organ yang terdapat
dalam tubuh manusia dan hewan bekerja saling berkesinambungan sebagai sistem
yang tidak terpisahkan untuk menjalani aktivitas hidup dalam tubuhnya. Berbeda
dengan manusia atau hewan multiseluler, hewan uniseluler menggunakan satu sel
untuk melaksanakan segala aktivitas hidupnya, berbeda dengan manusia atau
hewan multiseluler menggunakan banyak sel yang berbeda fungsi atau perannya
sehingga tugas sel dapat dikurangi. Namun, yang menjadi permasalahan adalah
dengan adanya banyak sel dengan fungsi yang berbeda-beda, maka manusia atau
hewan multiseluler membutuhkan suatu sistem organ yang berfungsi untuk
mengendalikan atau mengontrol sel-sel tersebut. Sistem organ yang dibutuhkan
dalam mengendalikan dan mengkoordinasikan sel-sel tersebut adalah sistem saraf
dan sistem hormonal (Isnaeni, 2006).
Berdasarkan uraian tersebut, maka praktikan tertarik untuk melakukan
percobaan berupa pengamatan terhadap sistem saraf. Pengamatan dan
pengujiannya berupa pemberian rangsang terhadap katak yang diberi perlakuan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati aksi integrasi susunan
saraf melalui respon katak dengan perlakuan yang berbeda-beda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem saraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang tindih, yakni input
sensoris, integrasi, dan output motoris. Input adalah penghantaran atau konduksi
sinyal dari reseptor sensoris. Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang
berasal dari stimulasi reseptor sensoris oleh lingkungan, kemudian dihubungkan
dengan respon tubuh yang sesuai. Output motoris adalah penghantaran sinyal dari
pusat integrasi ke sel-sel efektor, sel-sel otot atau sel kelenjar yang
mengaktualisasikan respon tubuh terhadap stimulus tersebut (Campbell, 2004).
Sistem saraf pada hewan mengkoordinasikan aktivitas otot, memonitor
organ, membentuk dan juga menghentikan masukan dari indra, dan mengaktifkan
aksi. Komponen utama dalam sistem saraf adalah neuron dan saraf, yang
memainkan peranan penting dalam koordinasi. Pada makhluk yang tidak memiliki
otak, sistem saraf tidak menghasilkan atau menjalankan pikiran dan emosi
(Campbell, 2004).
Sistem saraf pada kebanyakan hewan dapat dibedakan dalam dua bagian
utama. Sistem saraf pusat (SSP) dari berbagai bentuk seperti misalnya planaria,
cacing tanah dan belalang terdiri atas kelompok-kelompok badan sel, yakni
ganglia. Ganglia ini dihubungkan sesamanya oleh satu atau lebih tali saraf yang
terutama terdiri atas serabut-serabut (akson) interneuron. Akson sensori dan akson
motoris menuju ke dan dari ganglia. Keduanya terikat sesamanya dalam kabel
(saraf) dan menyusun sistem saraf tepi (SST). SST berfungsi memberikan
informasi kepada SSP tentang adanya stimulus dan menyebabkan otot kelenjar
melakukan respons. SSP berguna sebagai pusat koordinasi untuk aksi-aksi yang
harus dilaksanakan (Kimball, 2000).
SSP meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (medula
spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang
sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang
belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini
terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis. Otak
mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah
(mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata),
dan jembatan varol. Masing-masing bagian mempunyai fungsi tersendiri
(Campbell, 2004).
SST terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf
otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak,
sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara
lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat (Yuwono,
2001).
Pada hakekatnya stimulus atau rangsang merupakan perubahan lingkungan
luar atau dalam yang mampu menimbulkan impuls stimulus dalam bentuk
mekanik, kimia, suhu, cahaya, dan listrik. Alat indera merupakan alat yang
digunakan oleh makhluk hidup untuk mengetahui keadaan luar atau
lingkungannya. Alat indera ini mempunyai sel-sel syaraf untuk menangkap
rangsangan dari luar. Rangsangan dari luar ini biasanya disebut dengan reseptor.
Reseptor sendiri dapat dikelompokkan berdasarkan jenis rangsangan dari luar
yang diterima oleh makhluk hidup (Yuwono, 2001).
Kemampuan suatu organisme untuk bereaksi terhadap perubahan di dalam
lingkungannya memerlukan adanya tiga komponen yang berlainan. Pertama,
harus ada reseptor rangsangan yang merupakan suatu struktur yang mampu
mendeteksi sejenis perubahan tertentu di dalam lingkungan yang mengawali suatu
isyarat, yaitu impuls saraf, pada sel saraf yang melekat padanya. Komponen kedua
adalah respon saraf dan koordinasi saraf terdiri atas penghantar impuls, yakni
saraf itu sendiri. Kebanyakan saraf terdiri atas dua macam neuron, sensori dan
motoris. Komponen ketiga adalah efektor yang merupakan struktur yang
melaksanakan aksi sebagai respons terhadap impuls yang sampai kepadanya
melalui neuron motoris. Efektor paling penting pada manusia adalah otot dan
kelenjar, baik eksokron maupun endokrin (Kimball, 2000).
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang
terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan
panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya
diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh
saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor (Campbell,
2004).
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan
gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai
dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat
saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak
langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu
otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat
dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak,
misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks
sumsum tulang belakang bila sel saraf penghubung berada di dalam sumsum
tulang belakang misalnya refleks pada lutut (Campbell, 2004).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 13 Maret 2012, pukul 14.00-
16.00 WITA di Laboratorium Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah sonde, papan, kawat, tali, dan gunting. Bahan
yang digunakan adalah air dan katak.
3.3 Cara Kerja
a. Reaksi Katak Normal
1. Reaksi yang terjadi pada katak normal diamati.
2. Sikap badan, meliputi sudut antara kepala dengan lantai dan sikap kaki.
Kondisi kelopak mata. Refleks bangkit (letakkan pada punggungnya).
Gerakan spontan yang dilakukan dengan mengagetkan katak. Cara
mengambang dan berenang di air,meliputi gerakan kaki depan, cara
mengambang dan cara berenang. Reaksi terhadap pengangkatan tiba-
tiba. Katak diletakkan pada papan dan diangkat. Reaksi terhadap
pemutaran papan, arah kepala, badan dan sikap kaki. Frekuensi nafas (1
menit), lihat melalui bagian leher. Frekuensi denyut jantung (1
menit),dilihat dari bagian dada.
b. Hambatan terhadap Refleks-Refleks pada Katak Normal
1. Kedua kaki depan katak diikat erat-erat dengan tali.
2. Reaksi saraf diamati dengan dilakukan pengulangan perlakuan seperti
pada katak normal.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Respon Katak terhadap Berbagai Rangsangan dan Kondisi
Perlakuan Katak Normal Katak InhibisiRefleks Bangkit Diam DiamSikap Badan :
Sudut Sikap Kaki
450
Tungkai belakang melipat
1800
lurus
Gerakan Spontan Melompat Tungkai belakang bergerakBerenang dan mengambang
Gerakan kaki depan
Cara mengambang
Cara berenang
Sinkronisasi gerakan
Mengayuh berlawanan dengan kaki belakang
Mata dan hidung muncul di permukaan air
Kedua kaki mengayuh bergantian
Sinkron
Diam
Tungkai depan tenggelam dan tungkai belakang timbul serta kepala mendongak
Diam
Tidak sinkron
Kelopak mata Terbuka Terbuka Pengangkatan tiba-tiba
Arah kepala Sikap badan
Sikap kaki
Menunduk Menunduk
Tungkai belakang melipat
Tetap Tetap
Tungkai belakang merapat
Pemutaran papan Arah kepala
Sikap badan
Sikap kaki
Berlawanan putaran papan
Kepala mendongak dan kaki rapat
Depan belakang rapat
Berlawanan putaran papan
Berlawanan
Tungkai depan bergerak dan tungkai belakang diam
Frekuensi nafas (per menit)
128 per menit 118 per menit
Frekuensi denyut jantung (per menit)
44 per menit 34 per menit
4.2 Pembahasan
Sistem saraf merupakan bagian yang berperan penting dalam kehidupan
organisme. Dalam sistem saraf kerja alat-alat tubuh dikoordinasikan secara teratur
dan terarah. Ada tiga komponen utama yang berperan penting dalam sistem saraf
yaitu reseptor, respon dan efektor. Tiga komponen ini berperan penting dalam
penghantaran rangsangan (impuls) dalam sistem saraf. Pada hewan, mekanisme
rangsangan yang menghasilkan tanggapan terjadi melalui jalur berikut:
1. Gerak Sadar: Impuls → Reseptor → Saraf Sensorik → Otak → Saraf
Motorik → Efektor → Tanggapan
2. Gerak Tak Sadar (Refleks): Impuls → Reseptor → Saraf Sensorik → Sum-
sum Tulang Belakang → Saraf Motorik → Efektor → Tanggapan
Apabila suatu bagian tubuh dirangsang, maka bukan bagian itu saja yang
akan bereaksi, tetapi juga bagian-bagian tubuh yang lain. Karena satu sel saraf di
dalam tubuh mempunyai hubungan dengan sel saraf lainnya, sehingga respon
yang dihasilkan juga berantai, tidak hanya pada satu organ.
Praktikum aksi integratif susunan saraf bertujuan untuk mengetahui aksi dari
sistem saraf ketika mendapatkan rangsangan. Praktikum ini menggunakan katak
dan mengamati perbedaan tanggapan katak atas dua perlakuan berbeda, yaitu
keadaan normal dan keadaan katak inhibisi. Diharapkan dalam perlakuan dapat
diketahui adanya respon atas rangsangan yang berbeda-beda tiap perlakuan yang
diberikan. Perlakuan yang diberikan terhadap katak ada beberapa macam
berdasarkan tingkat gangguan terhadap sistem saraf katak.
Dalam keadaan normal, sikap badan pada katak antara kepala dengan lantai
membentuk sudut 45o, dengan sikap kaki bertekuk seperti duduk. Refleks
bangkitnya bergerak dan meloncat. Ketika disentuh punggungnya, gerakan
spontannya adalah terkejut dan berpindah tempat dengan meloncat. Respon katak
ketika dimasukkan ke dalam baskom berair (berenang dan mengambang), adalah
sebagai berikut: gerakan kaki depannya mengayuh berlawanan arah dengan kaki
belakang; pada saat mengambang posisi tubuh miring dan yang ada di atas
permukaan air adalah organ mata dan hidungnya; berenang dengan cara kedua
kaki (kaki depan dan kaki kebelakang) mengayuh secara bergantian; sinkronisasi
gerakannya sinkron. Keadaan kelopak mata terbuka ke atas. Ketika diberi kejutan
(pengangkatan tiba-tiba), arah kepala katak tetap pada posisi semula, sikap badan
bergerak mengikuti arah pengangkatan, sedangkan sikap kaki bergerak membuka.
Ketika papan diputar, arah kepalanya bergerak sesuai arah putaran, sikap badan
tetap seperti sebelumnya, dan sikap kaki berpindah sesuai putaran papan.
Frekuensi nafas katak pada saat normal adalah 128 kali permenit dan frekuensi
denyut nadinya 44 kali permenit.
Dalam keadaan inhibisi, kedua kaki belakang katak diikat antar keduanya.
Respon yang ditunjukkannya adalah sebagai berikut: sikap badan pada katak
antara kepala dengan lantai membentuk sudut 180o, dengan sikap kaki lurus.
Refleks bangkitnya tidak ada respon. Ketika disentuh punggungnya, gerakan
spontannya adalah terkejut dan berpindah tempat dengan merayap. Respon katak
ketika dimasukkan ke dalam baskom berair (berenang dan mengambang), adalah
sebagai berikut: gerakan kaki depannya diam, pada saat mengambang posisi
tungkai depan tenggelam dan tungkai belakang timbul serta kepala mendongak,
katak dalam keadaan inhibisi tidak dapat berenang, sehingga gerakan menjadi
tidak sinkron. Keadaan kelopak mata terbuka ke atas. Ketika diberi kejutan
(pengangkatan tiba-tiba), arah kepala katak tetap pada posisi semula, sikap badan
tetap, sedangkan sikap kaki belakang rapat. Ketika papan diputar, arah kepalanya
bergerak berlawanan arah putaran, sikap badan bergerak berlawanan, sikap kaki
depan tetap dan kaki belakang bergerak. Frekuensi nafas katak pada saat normal
adalah 118 kali permenit dan frekuensi denyut nadinya 34 kali permenit.
Perlakuan berbeda yang diberikan dan respon yang juga berbeda,
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya membuktikan bahwa hambatan
terhadap refleks dan gangguan terhadap salah satu bagian dari sistem saraf akan
mengganggu gerakan yang terjadi pada tubuh. Katak digunakan pada praktikum
ini karena, katak merupakan hewan yang aktif sehingga pergerakannya sangat
mudah dilihat. Ini sangat penting untuk pengamatan yang bertujuan mengetahui
tanggapan atas rangsangan yang diberikan pada hewan objek. Selain itu, alasan
mengapa katak digunakan dalam praktikum ini adalah karena katak merupakan
hewan amfibi sehingga pengamatannya dapat dilakukan di tempat kering dan di
air.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Apabila suatu bagian tubuh dirangsang, maka bukan bagian itu saja yang
akan bereaksi, tetapi juga bagian-bagian tubuh yang lain. Karena satu sel
saraf mempunyai hubungan dengan sel saraf lainnya, sehingga respon yang
dihasilkan juga berantai, tidak hanya pada satu organ.
2. Gangguan pada salah satu organ akan menyebabkan gangguan pada sistem
saraf di seluruh bagian tubuh yang lain.
3. Katak normal memberikan respon lebih aktif daripada katak dalam kedaan
inhibisi.
5.2 Saran
Saran agar praktikan lebih tenang dalam melakukan prosedur-prosedur
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Cambell, N.A, Jane B.R & Lawrence G.M. 2004. Biologi Edisi ke-5, Jilid 3. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kimball, J. W. 2000. Biologi Edisi ke-5, Jilid 2. Penerbit Erlangga, Jakarta
Yuwono, Edy. 2001. Fisiologi Hewan I. Depertemen Pendidikan Nasional, Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas Biologi. Purwokerto.