Artikel Ilmiah (PDF)

20
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN HIDUP LANSIA DI RW 05 KELURAHAN PASEBAN KECAMATAN SENEN JAKARTA PUSAT 2014 THE CORRELATION BETWEEN FAMILY SUPPORT WITH ELDERLY LIVING INDEPENDENCY IN RW 05 PASEBAN SUB-DISTRICT SENEN DISTRICT CENTRAL JAKARTA 2014 OLEH : Elsa Anastasia Wulandari 1 Chatarina Indriati K. 2 Wilhelmus Harry Susilo 3 ARTIKEL ILMIAH SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Sint Carolus PROGRAM S1 KEPERAWATAN JAKARTA 2015 1 Mahasiswa STIK Sint Carolus 2 Dosen Tetap STIK Sint Carolus 3 Dosen Tidak Tetap STIK Sint Carolus

description

ILMIAH PENELITIAN

Transcript of Artikel Ilmiah (PDF)

Page 1: Artikel Ilmiah (PDF)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN

HIDUP LANSIA DI RW 05 KELURAHAN PASEBAN KECAMATAN SENEN

JAKARTA PUSAT

2014

THE CORRELATION BETWEEN FAMILY SUPPORT WITH

ELDERLY LIVING INDEPENDENCY IN RW 05

PASEBAN SUB-DISTRICT SENEN DISTRICT CENTRAL JAKARTA

2014

OLEH :

Elsa Anastasia Wulandari 1

Chatarina Indriati K. 2

Wilhelmus Harry Susilo 3

ARTIKEL ILMIAH

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Sint Carolus

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

JAKARTA

2015

1Mahasiswa STIK Sint Carolus

2Dosen Tetap STIK Sint Carolus

3Dosen Tidak Tetap STIK Sint Carolus

Page 2: Artikel Ilmiah (PDF)
Page 3: Artikel Ilmiah (PDF)

ABSTRAK

Peningkatan jumlah lansia mengakibatkan peningkatan rasio ketergantungan lanjut

usia sebesar 37,88%. Pemerintah membuat beberapa kebijakan untuk menurunkan angka

ketergantungan lansia dengan mengikutsertakan masyarakat dan keluarga, namun ada

beberapa masalah yang dialami lansia dalam keluarga yaitu penganiayaan emosi sebesar

97,73%, pengabaian sebesar 61,36% dan penganiayaan fisik sebesar 18,18%. Keluarga yang

seharusnya melindungi dan memberikan dukungan yang positif untuk meningkatkan

kemandirian hidup lansia justru membuat lansia tidak berdaya. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian hidup lansia. Penelitian

ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain deskriptif korelatif dan pendekatan cross

sectional. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner dukungan keluarga dan Indeks

Barthel. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling yang melibatkan 70 lansia.

Analisis data dilakukan univariat dan untuk bivariat menggunakan uji Kendal’s Tau b. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara dukungan emosional

(P=0,039), dukungan penghargaan (P=0,000) dengan kemandirian. Tidak ada korelasi antara

dukungan instrumental (P=0,828), dukungan informasi (P=0,055) dengan kemandirian. Tidak

ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga secara keseluruhan dengan

kemandirian hidup lansia (P=0,153). Penelitian ini merekomendasikan bagi pelayanan

kesehatan untuk membuat program kerja yang melibatkan keluarga dalam kegiatan lansia

untuk memotivasi dan meningkatkan kemandirian yang optimal.

Kata kunci: dukungan keluarga, kemandirian hidup lansia

ABSTRACT

An increasing number of elderly gives impact to increase the dependency ratio

37.88%. The government made some policies to reduce the number of elderly dependency

involving the community and family, but there are some problems experienced by the elderly

in the family, namely by 97.73% emotional maltreatment, neglect of 61.36%, and 18.18% of

physical assault. Families the supposed to protect and provide positive support to increase

the independence of elderly life, make elderly helpless. This study aimed to determine the

correlation between family support with elderly living independency. This research used

quantitative method with correlative descriptive design and cross sectional approach. Data

were collected by distributing questionnaires of family support and Barthel Indeks. The

sampling technique used was total sampling which was involving 70 elderly. Analysis of the

data was done univariate and for bivariate using Kendal’s Tau b test. Results of the study

indicated that there were significant correlations between emotional support (P=0.039),

awards support (P=0.000) with independency. There was no correlation between

instrumental support (P=0.828), information support (P=0.055) with independency. There is

no significant relationship between family support as a whole with elderly living

independency (P=0.000). The study recommends for health care to make project involving

family in the elderly’s activities to that motivate and improve their optimal independency.

Keywords: support families, elderly living independence

Page 4: Artikel Ilmiah (PDF)

A. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba

menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua

(Azizah, 2011). Jumlah lansia secara global adalah 841 juta penduduk (World Population

Ageing. United Nations, 2013) dan lansia di Indonesia juga mengalami peningkatan yaitu

20,8 juta penduduk (Indeks Age Watch Global, 2013), khusus Jakarta sendiri jumlah lansia

mencapai 715.000 jiwa (Pos Kota News, 2012).

Lansia mengalami kemunduran secara fisik, psikologis dan ekonomi sehingga dapat

meningkatkan tingkat ketergantungan usia lanjut. Peningkatan rasio ketergantungan lanjut

usia tahun 2013 sebesar 37,88% (BPS, 2013). Hal ini menjelaskan bahwa tingkat

kemandirian lansia masih kurang.

Pada umumnya lansia di Indonesia tinggal bersama dengan keluarga, namun beberapa

lansia mendapatkan perlakukan yang tidak wajar seperti penganiyaan emosi sebesar 97,73%,

pengabaian sebesar 61,36%, penganiyaan ekonomi 31,82%, penelantaran 29,55%,

penganiyaan fisik sebesar 18,18%, dan penganiyaan seksual sebesar 13,64% (Rekawaty,

2007). Hal ini membuat pemerintah merumuskan berbagai program dengan melibatkan

keluarga, masyarakat dan lembaga dalam menunjang derajat kesehatan dan mutu kehidupan

lansia. Peran keluarga diharapkan dapat memberikan 5 elemen dukungan yaitu dukungan

emosional, instrumental, penghargaan, dan informasi sehingga dapat meningkatkan

kesehatan, kemandirian dan kesejahteraan hidup lansia.

RUMUSAN MASALAH

“Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian hidup lansia di

RW 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat Tahun 2014”.

TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui gambaran distribusi dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan

penghargaan, dukungan informasi, dukungan secara keseluruhan dari keluarga kepada

lansia

2. Mengetahui gambaran distribusi kemandirian hidup lansia

3. Mengetahui hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan kemandirian hidup

lansia

Page 5: Artikel Ilmiah (PDF)

4. Mengetahui hubungan antara dukungan instrumental dengan kemandirian hidup lansia

5. Mengetahui hubungan antara dukungan penghargaan dengan kemandirian hidup lansia

6. Mengetahui hubungan antara dukungan informasi dengan kemandirian hidup lansia

7. Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga secara keseluruhan dengan kemandirian

hidup lansia

MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Puskesmas Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk program kerja yang melibatkan peran

keluarga dalam kegiatan lansia di Puskesmas Paseban. Hasil penelitian juga dapat

digunakan sebagai wacana dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai dukungan

keluarga bagi lansia.

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Dapat digunakan sebagai informasi kepada pengelola progam kesehatan lanjut usia

khususnya dalam perawatan lanjut usia di rumah, dalam upaya peningkatan perawatan

lanjut usia dengan melibatkan peran aktif keluarga.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai konsep keluarga

sehingga calon perawat terdidik dapat memberikan asuhan keperawatan yang melibatkan

peran keluarga sesuai dengan kebutuhan lansia.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi peneliti khususnya dalam

ilmu keperawatan lanjut usia tentang dukungan keluarga dengan kemandirian hidup lansia,

juga sebagai bahan masukan atau informasi untuk penelitian selanjutnya melakukan riset.

B. METODE PENELITIAN

DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian potong lintang

(cross sectional) dan deskriptif korelatif.

POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini yaitu keseluruhan lanjut usia yang berumur ≥ 60 tahun

sebanyak 70 lanjut usia.

Page 6: Artikel Ilmiah (PDF)

Sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling sebanyak 70 responden dengan

persyaratan kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi :

1. Bersedia menjadi responden

2. Lansia yang berumur ≥ 60 tahun

3. Lansia yang tinggal bersama keluarga

4. Lansia yang bisa membaca dan menulis

5. Lansia berdomisili di RW 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat

b. Kriteria Eksklusi :

1. Lansia yang menderita dimensia

2. Lansia yang buta, bisu, tuli dan lumpuh

3. Lansia yang menderita skizofrenia

4. Lansia yang tinggal sendiri

5. Mengalami gangguan kesadaran saat dilakukan wawancara

TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN

Penelitian dilakukan di RW 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat.

Penelitian ini berlangsung selama bulan November-Desember tahun 2014.

PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

1. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian dari

Institusi peneliti (STIK Sint Carolus) kepada kepala RW 05 Kelurahan Paseban

Kecamatan Senen Jakarta Pusat dengan menyampaikan maksud dan tujuan penelitian

2. Setelah mendapat izin, peneliti mencari informasi tentang responden yang memenuhi

kriteria yang akan diteliti. Kemudian, peneliti mencoba melakukan pendekatan kepada

responden tersebut guna menjalin hubungan saling percaya antara peneliti dan responden

3. Setelah calon responden ditentukan, peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan

serta manfaat penelitian kepada responden.

4. Peneliti akan menjelaskan prosedur yang akan dilakukan penelitian

5. Peneliti memberikan surat permohonan menjadi responden, dan lembar persetujuan

menjadi responden untuk ditandatangani

6. Setelah itu responden, diberikan lembar kuesioner untuk dibaca dan diisi jawaban dari

pernyataan yang sudah dibuat peneliti

Page 7: Artikel Ilmiah (PDF)

7. Responden diberikan kesempatan untuk meminta penjelasan apabila mengalami kesulitan

terhadap pernyataan yang diberikan

8. Peneliti melakukan observasi langsung terhadap kemandirian responden melakukan

aktivitas

9. Data dikumpulkan kembali kepada peneliti dan dikelompokkan sesuai variabel penelitian.

INSTRUMEN PENELITIAN

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

dukungan keluarga (dukungan emosioal, dukungan instrumental, dukungan penghargaan, dan

dukungan informasi) dan kemandirian Indeks Barthel

ANALISIS DATA

a. Analisis Univariat

Analisis statistik univariat deskriptif didasarkan jenis data yang dikelompokkan menjadi

data kategori. Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Distribusi frekuensi dengan

skala ukur ordinal yang terdiri dari dukungan emosional, dukungan instrumental,

dukungan penghargaan, dukungan informasi, dukungan keluarga secara keseluruhan dan

tingkat kemandirian

b. Analisis Bivariat

Analisis statistik untuk membuktikan adanya hubungan antara dua variabel independen

dan dependen yaitu dukungan keluarga yang terdiri dari dukungan emosional, dukungan

instrumental, dukungan penghargaan, dukungan informasi, dukungan keluarga secara

keseluruhan dengan kemandirian hidup lansia. Uji statistik melalui SPSS 21dengan

menggunakan uji Kendall’s Tau-b dengan tingkat keeratan hubungan > 0,5 dan (Asymp

Sig) < 0,05

Rumus Kendall’s Tau

Keterangan:

S: Selisih antara jumlah data yang lebih besar dengan jumlah data yang lebih kecil

n: Jumlah data

Ʈ = n ( n – 1)

2S

Page 8: Artikel Ilmiah (PDF)

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Distribusi Dukungan Keluarga

No. Dukungan Keluarga Baik Buruk

n (%) N (%)

1 Emosional 35 50.0 35 50.0

2 Instrumental 36 51.4 34 48.6

3 Penghargaan 36 51.4 34 48.6

4 Informasi 37 52.9 33 47.1

5 Dukungan Keseluruhan 36 51.4 34 48.6

Sumber: data primer diolah tahun 2014

Keluarga merupakan bagian utama yang berperan penting dalam ikatan emosi dan

bagian terdekat dengan lansia. Peneliti berasumsi bahwa mayoritas lansia di RW 05 dirawat

dan tinggal bersama dengan keluarga. Lansia yang tinggal bersama keluarga mendapatkan

dukungan emosional yang tinggi dalam bentuk perhatian, kepedulian dan kasih sayang.

Peneliti berasumsi bahwa lansia yang mendapatkan dukungan emosional rendah dipengaruhi

oleh pengetahuan keluarga yang masih kurang terhadap dukungan lansia dan kesibukan dari

keluarga yang bekerja. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan beberapa lansia

bahwa keluarga sibuk bekerja sehingga jarang memperhatikan lansia dan hampir tidak pernah

meluangkan waktu untuk liburan bersama.

Bentuk dukungan instrumental berdasarkan hasil observasi dan wawancara ditemukan

bahwa lansia RW 05 mendapatkan alat komunikasi, alat kesehatan, obat, uang, dan

kebutuhan makan dari keluarganya. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stres karena

individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi

(Andarmaryo, 2012). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu lansia yang

mengatakan bahwa keluarga memberikan uang sesuai kebutuhan lansia sehingga lansia tidak

perlu mencari pinjaman ke tetangga atau kerabat dan perasaan khawatir atau cemas dapat

Page 9: Artikel Ilmiah (PDF)

teratasi dengan cepat oleh lansia. Hal ini lah yang menunjukan dukungan instrumental tinggi

sebanyak 36 responden (51,4%). Peneliti berasumsi bahwa lansia yang mendapatkan

dukungan instrumental rendah dipengaruhi oleh ketidakpekaan keluarga akan kebutuhan

lansia dan keterbatasan keluarga memberikan materi, sehingga beberapa lansia harus bekerja

untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.

Bentuk dukungan penghargaan keluarga yaitu menghargai keberadaan lansia didalam

keluarga dan dilibatkan langsung untuk mengambil keputusan didalam permasalahan

keluarga sehingga lansia yang mendapat dukungan ini merasa dirinya dihargai, dihormati,

diperhatikan dan dicintai. (Ninuk & Nursalam, 2007). Peneliti berasumsi bahwa rasa hormat

keluarga kepada lansia diungkapkan sebagai bentuk tanda terima kasih dan bentuk

penghargaan anak terhadap jasa orang tua yang sudah memberikan terbaik untuk hidup anak-

anaknya.

Peneliti berasumsi bahwa keluarga selalu memberikan informasi khususnya terkait

kesehatan lansia dan hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan informasi keluarga di

RW 05 sudah baik dengan nilai 37 responden (52,9%). Asumsi peneliti berdasarkan

pengamatan ialah dukungan informasi tinggi di RW 05 karena sumber informasi tidak hanya

berasal dari keluarga, melainkan tokoh masyarakat seperti kader RW 05 ikut serta

memberikan dukungan informasi. Hasil wawancara dengan salah satu lansia mengatakan

bahwa sering mendapatkan informasi mengenai perilaku dalam mengontrol tekanan darah

dan informasi kesehatan tentang diit makanan untuk lansia hipertensi.

Azizah (2011) mengungkapkan bahwa dukungan keluarga sangat diperlukan oleh

lansia sebagai penyokong/penopang kehidupannya. Bomar (2004) menjelaskan bentuk

dukungan keluarga terdiri dari dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan

penghargaan dan dukungan informasi. Peneliti berasumsi bahwa lansia yang mendapatkan

dukungan keluarga secara keseluruhan baik dikarenakan mayoritas lansia tinggal bersama

Page 10: Artikel Ilmiah (PDF)

Sumber: data primer diolah tahun 2014

dengan keluarga. Lansia merasa nyaman dan aman tinggal bersama dengan keluarga sendiri.

Lansia merasa dirinya berharga karena dihormati didalam keluarga dan masyarakat. Lansia

juga merasa bahagia karena keluarga selalu memberikan perhatian dan kasih sayang

meskipun lansia harus bekerja di usia lanjut guna memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri.

Kemandirian lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor antara lain kebutuhan,

percaya diri dan dukungan sosial khususnya dari keluarga (Nita, 2011). Hasil wawancara

dengan salah satu responden mengatakan bahwa dirinya tidak ingin bergantung pada keluarga

sehingga lansia berusaha untuk tetap mandiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hasil

observasi peneliti saat di posyandu, para lansia aktif mengikuti kegiatan senam dan

penyuluhan. Hasil wawancara dengan beberapa lansia mengatakan bahwa mereka aktif

diberbagai kegiatan sosial seperti pengajian, dan kerja bakti. Hasil penelitian ini sesuai

dengan teori Wold (2012) yang menjelaskan mengenai teori aktivitas yaitu lansia yang sukses

adalah lansia yang mandiri dan aktif diberbagai kegiatan sosial.

No Tingkat Kemandirian Frekuensi Persen (%)

1 Ketergantungan Total 2 2,9

2 Ketergantungan Berat 12 17,1

3 Ketergantungan Sedang 18 25,7

4 Ketergantungan Ringan 9 12,9

5 Mandiri 29 41,4

Total 70 100,0

Tabel Distribusi Tingkat Kemandirian

Page 11: Artikel Ilmiah (PDF)

Sumber: data primer diolah tahun 2014

Tabel Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Hidup Lansia Di

RW 05 Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat 2014

Dukungan

Keluarga

Tingkat Kemandirian

Ketergantungan Total

Ketergantungan Berat

Ketergantungan Sedang

Ketergantungan Ringan

Mandiri Nilai R

(P Value)

Emosional

Baik 1

(2,9%)

4

(11,4%)

9

(25,7%)

1

(2,9%)

20

(57,1%) 0,220

(0,039) Buruk

1

(2,9%)

8

(22,9%)

9

(25,7%)

8

(22,9%)

9

(25,7%)

Instrumental

Baik 1

(2,8%)

7

(19,4%)

9

(25,0%)

4

(11,1%)

15

(41,7%) -0,024

(0,828) Buruk

1

(2,9%)

5

(14,7%)

9

(26,5%)

5

(14,7%)

14

(41,7%)

Penghargaan

Baik 1

(2,8%)

3

(8,3%)

6

(16,7%)

3

(8,3%)

23

(63,9%) 0,395

(0,000) Buruk

1

(2,9%)

9

(26,5%)

12

(35,3%)

6

(16,7%)

6

(16,7%)

Informasi

Baik 1

(2,7%)

5

(13,5%)

8

(21,6%)

3

(8,1%)

20

(54,1%) 0,204

(0,055) Buruk

1

(3,0%)

7

(21,2%)

10

(30,3%)

6

(18,2%)

9

(27,3%)

Dukungan

Keseluruhan

Baik 1

(2,9%)

5

(14,3%)

9

(25,7%)

1

(2,9%)

19

(54,3%) 0,156

(0,153)

Buruk 1

(2,9%)

7

(20,0%)

9

(25,7%)

8

(22,9%)

10

(28,6%)

DUKUNGAN EMOSIONAL DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN

Wandansari (2004) mengungkapkan bahwa bentuk dukungan emosional melibatkan

ekspresi dari empati, kasih sayang, kepedulian dan perhatian. Dukungan emosional dapat

memberikan perasaan aman, nyaman dan perasaan dicintai oleh keluarga. Hal ini didukung

dengan hasil wawancara terhadap responden yang mengatakan bahwa keluarga

memperhatikan lansia seperti mengingatkan lansia untuk kontrol kesehatan, makan teratur

dan mengikuti senam di posyandu. Peneliti berasumsi bahwa perhatian yang diberikan

keluarga menjadi motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan secara mandiri yang dapat

meningkatkan kesehatannya.

Page 12: Artikel Ilmiah (PDF)

Dukungan emosional ini dapat membuat lansia termotivasi untuk hidup mandiri tanpa

merepotkan atau menjadikan beban untuk keluarga. Asumsi peneliti diperkuat oleh hasil

penelitian Khulaifah, Haryanto, Nihayati (2013) yang mengungkapkan bahwa salah satu

peran keluarga guna membantu kemandirian lansia adalah sebagai motivator. Keluarga yang

memberikan dukungan emosional membuat lansia memiliki motivasi untuk dapat melakukan

aktivitasnya semandiri mungkin.

DUKUNGAN INSTRUMENTAL DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN

Penelitian Khulaifah, Haryanto, Nihayati (2013) melalui Uji Chi Square menemukan

adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan

aktifitas sehari-hari (P = 0,048). Asumsi peneliti, adanya perbedaan hasil yaitu berdasarkan

hasil distribusi tingkat kemandirian ditemukan bahwa lansia di RW 05 mayoritas mandiri.

Banyak faktor yang mempengaruhi kemandirian lansia di RW 05 ialah kebiasaan disaat usia

muda yang aktif dan mandiri, tuntutan kehidupan yang membuat lansia harus mandiri dan

dukungan sosial yang memotivasi lansia menjadi mandiri.

Hasil pengamatan peneliti menemukan salah satu keluarga yang memiliki asisten

rumah tangga. Asisten rumah tangga ini diberikan keluarga khususnya keluarga yang sibuk

dan jarang ada dirumah. Asisten rumah tangga bekerja untuk mengurus rumah dan memenuhi

kebutuhan lansia seperti merawat lansia, memasak, makan, mencuci, ataupun membersihkan

kamar. Hasil wawancara mengatakan adanya asisten rumah tangga membuat lansia merasa

ditemani dan tidak kesepian disaat keluarga sibuk bekerja ataupun sibuk dengan urusan yang

lain. Lansia juga mengatakan adanya asisten rumah tangga ini membuat lansia merasa santai

tanpa harus repot mengurus rumah.

Page 13: Artikel Ilmiah (PDF)

Peneliti berasumsi bahwa pada dasarnya lansia di RW 05 dapat melakukan

aktivitasnya secara mandiri namun dukungan instrumental yang sudah keluarga berikan tidak

dapat memotivasi lansia meningkatkan kemandiriannya. Lansia merasa bahwa sudah tugas

keluarga mencukupi semua kebutuhan lansia sehingga tidak ada usaha dari lansia untuk

semandiri mungkin memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

DUKUNGAN PENGHARGAAN DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN

Peneliti berasumsi bahwa budaya Indonesia selalu menghormati dan menghargai

seseorang yang lebih tua didalam keluarga maupun masyarakat. Lansia dihargai

keberadaannya sebagai pengambil keputusan. Hal ini lah yang membuat konsep diri ataupun

rasa percaya diri lansia meningkat. Nita (2010) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi kemandirian lansia adalah rasa percaya diri. Percaya diri didapatkan melalui

peran keluarga dan masyarakat yang memberikan dukungan penghargaan. Asumsi peneliti

didukung oleh Murodion (dalam penelitian Khulaifah, 2013) yang mengatakan bahwa di

Indonesia sudah menjadi budaya bahwa orang tua mempunyai peranan sangat penting

sebagai seseorang yang penuh pengalaman dan kebijakan, namun tidak jarang lansia merasa

tidak berharga dan tidak dibutuhkan lagi sehingga dukungan penghargaan penting bagi lansia

dalam mempertahankan konsep dirinya.

DUKUNGAN INFORMASI DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN

Penelitian Meirina (2011) mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara dukungan informasi keluarga dengan pemenuhan nutri lanjut usia (P = 0,440 > P =

0,05). Sebaliknya, jika dikaitkan dengan hasil penelitian maka peneliti berasumsi bahwa

informasi mudah didapatkan melalui keluarga, tetangga, tenaga kesehatan, media cetak dan

Page 14: Artikel Ilmiah (PDF)

elektrolik namun belum tentu lansia dapat memilah informasi yang begitu banyak dengan

baik

Friedman (2010) menjelaskan bahwa keluarga dapat memberikan informasi tentang

terapi yang baik bagi lansia, fasilitas kesehatan yang baik, dan tindakan spesifik bagi individu

untuk melawan stressor. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun

informasi dan pemberi informasi. Selain keluarga, sumber informasi dapat melalui tenaga

kesehatan, tetangga, kerabat dan media cetak atau elektrolik. Dukungan informasi seperti ini

dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah lebih mudah.

Teori Friedman (2010) didukung oleh Havinghurts dalam teori aspek kemandirian

(Kristinawati, 2011) yang menjelaskan bahwa salah satu aspek kemandirian adalah aspek

intelektual. Aspek Intelektual yaitu kemampuan seseorang mengatasi masalah yang ada maka

peneliti berasumsi bahwa dukungan informasi yang baik dari keluarga maupun masyarakat

sangat penting bagi lansia dalam pemecahan masalah. Hasil wawancara lansia mengatakan

bahwa keluarga sibuk bekerja sehingga jarang memberikan informasi kesehatan. Lansia lebih

sering mendapatkan informasi dari kader, dan tenaga kesehatan. Hal inilah yang

menunjukkan hasil bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara dukungan informasi

yang diberikan keluarga terhadap kemandirian hidup lansia. Asumsi peneliti ialah hal ini

mungkin dikarenakan kurangnya pengetahuan keluarga terkait informasi kesehatan usia

lanjut, ketidakpedulian keluarga memberikan informasi kesehatan untuk usia lanjut, dan

kurangnya motivasi lansia bersikap aktif dan mandiri meskipun informasi yang diberikan

sudah cukup baik.

Page 15: Artikel Ilmiah (PDF)

DUKUNGAN KELUARGA SECARA KESELURUHAN DENGAN TINGKAT

KEMANDIRIAN

Dukungan bagi lansia sangat diperlukan selama lansia sendiri masih mampu

memahami makna dukungan tersebut sebagai penyokong/penopang kehidupannya (Azizah,

2011). Peneliti berasumsi bahwa berdasarkan pengamatan ditemukan perbedaan teori

(Azizah, 2011). Asumsi peneliti yaitu lansia kurang memahami makna dukungan yang

diberikan keluarga. Lansia merasa dukungan yang diberikan keluarga seperti perhatian,

pemberian materi, penghargaan dan bantuan informasi adalah dukungan yang sudah

seharusnya anggota keluarga berikan kepada lansia sebagai bentuk tanggung jawab dan balas

jasa anak terhadap orang tua.

Asumsi peneliti ialah dukungan keluarga yang tinggi dapat dilatarbelakangi oleh

budaya yang ada, dimana jika ada anggota keluarga yang berusia lanjut harus dihormati,

dihargai, dan dibahagiakan. Bahkan dalam tuntutan agama, orang yang lebih muda dan sehat

dianjurkan untuk menghormati dan bertanggung jawab atas kesejahteraan orang yang lebih

tua ataupun menderita penyakit, khususnya anggota keluarga sendiri (Departemen Sosial

Republik Indonesia, 1997).

Dukungan keluarga yang rendah dapat dilatarbelakangi oleh pengetahuan keluarga

yang minim terkait kebutuhan lansia, ketidakpedulian keluarga dan kesibukan keluarga,

misalnya anak sibuk dengan aktivitas pekerjaan, ataupun sibuk dengan keluarga mereka

masing-masing.

Lansia di RW 05 mayoritas tinggal bersama dengan keluarga sehingga bentuk

dukungan emosional, instrumental, penghargaan dan informasi dapat tercukupi oleh keluarga.

Peneliti berasumsi bahwa lansia tidak memaknai dukungan yang diberikan keluarga sebagai

penyokong atau penopang kehidupan lansia melainkan dukungan yang keluarga berikan

dimaknai sebagai tugas dan kewajiban yang sudah seharusnya diberikan kepada lansia

Page 16: Artikel Ilmiah (PDF)

sehingga dukungan keluarga secara keseluruhan tidak dapat memotivasi lansia melakukan

aktivitas semandiri mungkin.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Distribusi dukungan keluarga tertinggi dari 70 responden lansia di RW 05 yaitu

dukungan emosional sebanyak 35 responden (50,0%), dukungan instrumental sebanyak

36 responden (51,4%), dukungan penghargaan sebanyak 36 responden (51,4%),

dukungan informasi sebanyak 37 responden (52,9%), dan dukungan keluarga secara

keseluruhan sebanyak 36 responden (51,4%).

2. Distribusi tingkat kemandirian dari 70 lansia yang mengalami tingkat ketergantungan

total sebanyak 2 responden (2,9%), ketergantungan berat sebanyak 12 responden

(17,1%), ketergantungan sedang sebanyak 18 responden (25,7%), keterganttungan

ringan sebanyak 9 responden (12,9%), dan mandiri sebanyak 29 responden (41,4%).

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara dukungan

emosional (P=0,039), dukungan penghargaan (P=0,000) dengan kemandirian. Tidak ada

korelasi antara dukungan instrumental (P=0,828), dukungan informasi (P=0,055) dengan

kemandirian. Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga secara

keseluruhan dengan kemandirian hidup lansia (P=0,153).

Page 17: Artikel Ilmiah (PDF)

SARAN

1. Bagi Puskesmas Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat

Tenaga kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan seperti penyuluhan mengenai

dukungan keluarga bagi lansia. Pendidikan kesehatan ini dapat diberikan kepada para

kader RW guna memberikan informasi mengenai pentingnya dukungan keluarga terhadap

tingkat kemandirian lansia, sehingga tenaga kesehatan yang mengadakan kegiatan lansia

dapat melibatkan peran keluarga. Selain itu, Tenaga kesehatan diharapkan dapat membuat

program kerja seperti diadakannya pelatihan untuk keluarga mengenai dukungan keluarga

yang baik untuk peningkatan kemandirian hidup lansia dan juga pelatihan yang berkaitan

dengan fisik, psikologis, dan sosial lansia guna meningkatkan kemandirian hidup lansia.

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Perawat keluarga diharapkan mampu menggerakkan dan memotivasi keluarga untuk

memberikan dukungan kepada lansia guna membantu peningkatan kemandirian hidup

lansia. Diharapkan perawat keluarga memberikan informasi kepada anggota keluarga yang

memiliki lansia di dalam rumah untuk memahami proses penuaan pada kelompok usia

lanjut yang ditandai dengan kemunduran fungsi kognitif, penurunan berbagai fungsi tubuh

dan perubahan psikologis. Hal ini diharapkan tugas tenaga kesehatan home care dapat

melibatkan keluarga sehingga perawatan lansia dirumah terlaksana dengan maksimal.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan memberikan mata kuliah keperawatan keluarga dengan

topik yang berhubungan mengenai dukungan keluarga seperti dukungan emosional,

dukungan instrumental, dukungan penghargaan dan dukungan informasi. Topik ini

berguna khususnya bagi perawat keluarga untuk melibatkan peran keluarga dalam

mengintervensi asuhan keperawatan yang sesuai dan selaras dengan kebutuhan dasar

lansia. Perawat keluarga juga harus berperan aktif dalam upaya sosialisasi tentang

Page 18: Artikel Ilmiah (PDF)

berbagai penyakit yang mungkin dialami oleh lansia, dalam bentuk leafet, brosur, dan

media. Sehingga keluarga dapat memberikan dukungan informasi yang sesuai dengan

kebutuhan lansia.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi peneliti

selanjutnya sehingga mampu melakukan penelitian yang lebih komprehensif disertai

instrumen yang lebih baik dan baku mengenai dukungan keluarga. Hubungan motivasi diri

dengan dukungan keluarga dalam meningkatkan kemandirian hidup lansia, menjadi

rekomendasi untuk peneliti selanjutnya.

Page 19: Artikel Ilmiah (PDF)

E. DAFTAR PUSTAKA

Andarmayo, S. (2012). Keperawatan keluarga; Konsep Teori, proses, dan praktik

keperawatan. Edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Badan Pusat Statistik. (2013). Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta.

http://jakarta.bps.go.id/flip/statda2013/files/assets/basic-html/page15.html Diperoleh

11 Mei 2014

Departemen Sosial RI. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1997 tentang

kesejahteraan lanjut usia. 2002. Jakarta: Depsos RI

Friedman, M. M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: Riset, Teori dan Praktek. Jakarta:

EGC

Global Age Watch Index. (2013). Age Watch Report Card: Indonesia.

http://www.helpage.org/global-agewatch/population-ageing-data/country-ageing-

data/?country=Indonesia Diperoleh 11 Mei 2014

Global Age Watch Index. (2013). Global Ageing Data. http://www.helpage.org/global-

agewatch/data/global-agewatch-data/. Diperoleh 11 Mei 2014

Khulaifah, Haryanto, Nihayati. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian

Lansia dalam Pemenuhan Activitie Daily Living di Dusun Sembayat Timur

Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Surabaya: Universitas Airlangga.

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/ijchncdd6438238abs.pdf diperoleh 1 januari 2015

Kristinawati, L. R. (2011). Pengaruh Tingkat Kemandirian Terhadap Kualitas Hidup Pada

Lansia di Posbindu Lansia Pergeri RW 02.

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/5FKS1KEDOKTERAN/207311038/BAB%20IV.

pdf Diperoleh 29 Mei 2014

Meirina. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga, Karakteristik Keluarga dan Lansia dengan

Pemenuhan Nutrisi Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor Selatan.

Jakarta: FKUI. http://www.lib.ui.ac.id/file?file=digital/20281717-T%20Meirina.pdf

lib.ui.ac.id/file?file=digital/20281717-T%20Meirina.pdf diperoleh 12 Januari 2015

Ninuk, D & Nursalam. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.

Jakarta: Salemba Medika

Nita, Y.R. (2010) Pengaruh Pendidikan Kesehatan Activities Daily Living (ADL) Lansia

Terhadap Pengetahuan dan Sikap Keluarga di wilayah RW V Kelurahan Giriwono,

Kec.Wonogiri. Jurnal Keperawatan: Wonogiri

http://fabio.bapendik.unsoed.ac.id/index.php?r=artikelilmiah/view&id=7823

Diperoleh 10 januari 2015

Page 20: Artikel Ilmiah (PDF)

Pos Kota News. (2012). Hak Lansia di Jakarta.

http://www.poskotanews.com/2012/05/21/hak-lansia-di-jakarta/. Diperoleh 02 Juni

2014

Rekawaty. E. (2007). Uji coba Model Pendeteksian Terhadap Penganiyaan Usia Lanjut di

Keluarga. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan UI

Wandansari. (2004). Jurnal Provitae. Jakarta: Yayasan Obor

Wold, Gloria. (2012). Basic Geriatric Nursing. St. Louis: Elsevier