Artikel Ilmiah

21
VIABILITY and MOTILITY of SPERMATOZOA of MUSCOVY DUCK (Cairina moschata) in DILUTER EXTRACT BANANA and EXTRACT PAPAYA Serly Kadu Amah 1) Mas’ud Hariadi 2) Emy Koestanti Sabdoningrum 3) 1) Mahasiswa, 2) Departeman Reproduksi Veteriner , 3) Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga ABSTRACT The aim of this research was to determine the viability and motility of spermatozoa of muscovy duck (Cairina moschata) in diluter extract banana and extract papaya. Samples that have been used in this research were muscovy duck (Cairina moschata) wich age are ± 1,5 years old. The semen was divided into three treatments. The control treatment (P0) were semen with NaCl 1%. The first treatments (P1) were semen with extract banana. The second treatments (P2) were semen with extract papaya. The data of three treatments, each consisted of six repetition were analyzed using Analytic of Variance (ANOVA). The differences between each treatment were analyzed with Tukey HSD 5%. The research result were showed significant differences (p<0,05) on motility and viability spermatozoa. Tukey HSD 5% test showed on 0, 2, 4, and 6 hours which motility and viability semen on first and second treatment (P1, P2) was higher and significant different with the control (P0) treatment. The result showed viability and motility were increased in diluter extract banana and extract papaya, and semen can be hold until sixth hours. Key word : diluter, extract banana, extract papaya, muscovy duck Surabaya, 30 Oktober 2009 Mahasiswa: Menyetujui Menyetujui Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

description

artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi tentag peternakan

Transcript of Artikel Ilmiah

Page 1: Artikel Ilmiah

VIABILITY and MOTILITY of SPERMATOZOA of MUSCOVY DUCK (Cairina moschata) in DILUTER EXTRACT BANANA and EXTRACT

PAPAYA

Serly Kadu Amah 1) Mas’ud Hariadi 2) Emy Koestanti Sabdoningrum 3)

1)Mahasiswa, 2)Departeman Reproduksi Veteriner , 3)Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

ABSTRACT

The aim of this research was to determine the viability and motility of spermatozoa of muscovy duck (Cairina moschata) in diluter extract banana and extract papaya. Samples that have been used in this research were muscovy duck (Cairina moschata) wich age are ± 1,5 years old. The semen was divided into three treatments. The control treatment (P0) were semen with NaCl 1%. The first treatments (P1) were semen with extract banana. The second treatments (P2) were semen with extract papaya. The data of three treatments, each consisted of six repetition were analyzed using Analytic of Variance (ANOVA). The differences between each treatment were analyzed with Tukey HSD 5%. The research result were showed significant differences (p<0,05) on motility and viability spermatozoa. Tukey HSD 5% test showed on 0, 2, 4, and 6 hours which motility and viability semen on first and second treatment (P1, P2) was higher and significant different with the control (P0) treatment. The result showed viability and motility were increased in diluter extract banana and extract papaya, and semen can be hold until sixth hours.

Key word : diluter, extract banana, extract papaya, muscovy duck

Surabaya, 30 Oktober 2009

Mahasiswa: Menyetujui Menyetujui Dosen Pembimbing I Dosen

Pembimbing II

(Serly kadu Amah) (Prof. Mas’ud .H.,M.Phil, Drh) (Emy Koestanti S.,M.Kes, Drh)NIM.060513537 NIP.130 531 810 NIP.132 240 300

Menyetujui Menyetujui MenyetujuiDosen Terkait I Dosen Terkait II Dosen

Terkait III

Page 2: Artikel Ilmiah

(Dr. Suherni. S.,M.Kes,Drh) (Husni Anwar., Drh) (Tatik Hernawati, M.Si.,Drh)NIP.131 653 734 NIP. 130 687 551 NIP. 131 653 459

VIABILITY and MOTILITY of SPERMATOZOA of MUSCOVY DUCK (Cairina moschata) in DILUTER EXTRACT BANANA and EXTRACT

PAPAYA

Serly Kadu Amah 1) Mas’ud Hariadi 2) Emy Koestanti Sabdoningrum 3)

1)Mahasiswa, 2)Departeman Reproduksi , 3)Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

ABSTRACT

The aim of this research was to determine the viability and motility of spermatozoa of muscovy duck (Cairina moschata) in diluter extract banana and extract papaya. Samples that have been used in this research were muscovy duck (Cairina moschata) wich age are ± 1,5 years old. The semen was divided into three treatments. The control treatment (P0) were semen with NaCl 1%. The first treatments (P1) were semen with extract banana. The second treatments (P2) were semen with extract papaya. The data of three treatments, each consisted of six repetition were analyzed using Analytic of Variance (ANOVA). The differences between each treatment were analyzed with Tukey HSD 5%. The research result were showed significant differences (p<0,05) on motility and viability spermatozoa. Tukey HSD 5% test showed on 0, 2, 4, and 6 hours which motility and viability semen on first and second treatment (P1, P2) was higher and significant different with the control (P0) treatment. The result showed viability and motility were increased in diluter extract banana and extract papaya, and semen can be hold until sixth hours.

Key word : diluter, extract banana, extract papaya, muscovy duck

----------------------------------------Pendahuluan

Tantangan di bidang peternakan sampai saat ini adalah belum

terpenuhinya kebutuhan nasional protein hewani karena produksi lebih

rendah dibanding kebutuhan. Salah satu upaya untuk memenuhi gizi

masyarakat bidang pangan hewani adalah dengan memanfaatkan itik lokal.

Selama ini itik lokal hanya dimanfaatkan untuk produksi telur, padahal

Page 3: Artikel Ilmiah

daging itik pun dapat menjadi bagian dari menu sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan protein hewani. Potensi untuk mengembangkan produksi daging

itik lokal sangat besar salah satunya dengan melakukan perkawinan silang

antara itik manila (entok) dengan itik betina. Itik manila (entok) diharapkan

memperoleh bobot badan yang relatif besar dan itik betina diharapkan

menghasilkan jumlah anak yang dihasilkan lebih banyak. Hasil persilangan

tersebut dikenal dengan serati, mandalung atau tiktok. Serati merupakan itik

pedaging berkualitas tinggi protein,lemak rendah, dagingnya lebih enak dan

empuk (Susanti dkk, 2006).

Itik merupakan salah satu bahan makanan asal hewan yang

dikenal oleh masyarakat luas setelah daging ayam. Hal ini sering ditemui di

rumah makan atau warung yang sering menjual makanan berupa daging itik

untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Mengingat semakin banyaknya

permintaan pasar maka diperlukan bibit unggul dengan jumlah banyak dalam

waktu singkat yaitu dengan teknologi baru dalam pengembangan ternak

dengan cara meningkatkan pemakaian pejantan dalam menghasilkan semen

untuk perkawinan. Ternak tiktok dihasilkan dari inseminasi buatan pada itik

betina alabio(Anas platyrynchos), dengan pejantan entok(Cairina moschata)

(Abidin , 2002).

Fertilitas telur hasil perkawinan alami antara entok jantan dan itik

betina relatif rendah, untuk itu diperlukan teknologi reproduksi yang dapat

meningkatkan produksi ternak. Cara praktis yang sering dipergunakan untuk

mencapai tujuan tersebut adalah dengan teknik Inseminasi Buatan (Artificial

Insemination) atau lebih dikenal dengan sebutan IB yaitu dengan cara

memindahkan semen pejantan yang sudah diencerkan dengan pengencer

Page 4: Artikel Ilmiah

tertentu ke dalam saluran reproduksi betina yang sedang birahi secara

buatan. Teknik ini sangat ekonomis dan menguntungkan karena dapat

dikerjakan sendiri sehingga lebih menghemat biaya. Semen pejantan yang

sudah diencerkan tersebut bisa untuk membuahi lebih banyak betina

(Anonimus, 2008).

Keberhasilan IB pada unggas dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain kualitas dan kuantitas semen yang digunakan, kebersihan semen

yang di tampung, keterampilan petugas inseminasi buatan dan

tercampurnya semen dengan cairan urin yang keluar dari saluran reproduksi

jantan serta dapat menghambat dalam menentukan fertilitas telur yang di

hasilkan betina. Diantara faktor tersebut yang memegang peran penting

dalam menentukan fertilitas telur yang dihasilkan betina adalah kualitas dan

kuantitas semen (Isnaini,2000).

Keberhasilan IB juga dipengaruhi oleh kualitas sperma dan bahan

pengencer yang digunakan untuk penyimpanannya. Bahan pengencer

digunakan untuk meningkatkan volume semen dalam satu kali ejakulasi

dapat digunakan untuk IB beberapa ekor betina. Bahan pengencer juga dapat

berfungsi sebagai penyimpanan untuk beberapa waktu dengan tujuan

mempertahankan kualitas spermatozoa agar tetap baik (Hardijanto dan

Hardjopranoto, 1994; Hafez, 2000).

Bahan pengencer yang di gunakan adalah sari buah pisang dan sari

buah pepaya dimana terdapat komposisi yang lengkap seperti protetin,

lemak, zat hidrat arang yang cukup dan juga mengandung beberapa vitamin

yang merupakan unsur

Page 5: Artikel Ilmiah

Penting bagi kehidupan spermatozoa. Menurut Toelihere (1979), zat hidrat

arang yang sederhana dapat dipakai sebagai sumber energi bagi

spermatozoa.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kandang hewan coba dan laboratorium

Inseminasi Buatan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Penelitian ini dimulai pada bulan Juli sampai Oktober 2008.

Sampel penelitian yang digunakan adalah semen itik manila dengan

penampilan bentuk tubuh ideal, sehat (tidak cacat genetik), lincah, alat

kelamin normal dan libido seksual baik, yaitu pejantan mempunyai keinginan

secara aktif untuk mengawini betina. Hal ini menandakan bahwa pejantan

tersebut merupakan penghasil semen terbaik (Sastrodihardjo & Resnawati,

1999). Pengambilan air mani dilakukan satu kali dalam satu minggu.

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari gelas ukur,

tabung reaksi, cawan petri, pH meter atau kertas lakmus, kertas saring, spuit

1 ml, spuit 20 ml, objek glass, cover glass, beker glass, pipet Pasteur,

pinset, batang pengaduk, pembakar bunsen, kertas label, aluminium foil,

seperangkat gelas skala penampung sperma, dan mikroskop cahaya. Bahan

yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari semen entok, sari buah

pisang, sari buah pepaya, air hangat, NaCl, Natrium sitrat, sulfanilamide,

aquadest, 1 vial Penicillin 1000 IU, 1 vial Streptomycin 1 g dan larutan

pewarna Eosin Negrosin

Penelitian ini diawali dengan pengamatan fisik entok jantan yang

digunakan untuk penelitian. Bila pejantan memenuhi syarat yaitu besar dan

Page 6: Artikel Ilmiah

bentuk tubuhnya sedang, tampak sehat, lincah, bulu ekor yang bagus, dan

disekitar kloaka berwarna merah, maka dilakukan pengambilan semen

dengan menggunakan sebuah tabung berskala untuk menampung semen.

Pakan yang diberikan adalah pellet dan konsentrat dan air minum secara ad

libitum. Pengambilan air mani dilakukan sebanyak 6 kali ulangan selama 10

minggu. Dalam satu minggu dilakukan pengambilan semen sebanyak satu

kali setiap pagi hari pukul 06.30 WIB.

Semen yang layak dan memenuhi syarat pemeriksaan di atas dibagi

menjadi 3 perlakuan, kemudian dicampur dengan bahan pengencer

menggunakan perbandingan 1 : 5.

Ketiga perlakuan tersebut terdiri dari :

1. Kontrol (P0) : NaCL 1%

2. Perlakuan I (P1) : Sari buah pisang + natrium sitrat

3. Perlakuan II(PII): Sari buah papaya + Natrium sitrat

Pada masing – masing perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 6

(enam) kali. Untuk melihat persentase viabilitas spermatozoa, persentase

motilitas spermatozoa, dan pH semen itik manila/entok. Rancangan

penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data hasil

pengukuran terhadap persentase viabilitas dan persentase motilitas

spermatozoa yang terdiri dari tiga perlakuan dengan masing-masing enam

ulangan dianalisis menggunakan metode Analysis of Variance (Anova), dan

apabila terdapat perbedaan pada masing-masing perlakuan, dilanjutkan

dengan Uji Tukey HSD (Honestly Significant Difference) 5%.(Kusriningrum,

2008).

Page 7: Artikel Ilmiah

Hasil dan Pembahasan

Semen itik manila sebelum perlakuan terlebih dahulu dilakukan

pemeriksaan makroskopis yang meliputi : volume(ml), warna, bau,

konsistensi, pH dan pemeriksaan mikroskopis: gerakan individu, gerakan

masa, persentase motilitas, konsentrasi, persentase viabilitas (persentsae

sperma yang hidup).

Evaluasi terhadap semen itik manila baik secara

makroskopis maupun mikroskopis dilakukan segera setelah

proses penampungan semen itik manila. Penilaian semen

sangat penting artinya sebelum melakukan proses lebih

lanjut terhadap semen tersebut. Hasil pemeriksaan semen itik

manila sebelum perlakuan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut

Ulangan

Makroskopis Mikroskopis

Volume

( ml )

Warna Bau Konsistensi pH K

(Rusia)

viabilitas

(%)

GI M

(%)

G M

1 1,2 PS Khas Pekat 7 D 80 P 80 +++

2 1,0 PS Khas Pekat 7 D 84 P 84 +++

3 0,8 PS Khas Pekat 7 D 70 P 68 +++

4 0,8 PS Khas Pekat 7 D 80 P 76 +++

5 1.0 PS Khas Pekat 7 D 74 P 72 +++

6 1.2 PS Khas Pekat 7 D 80 P 78 +++

GI : Gerakan Individu

PS : Putih Susu

Hasil pemeriksaan viabilitas itik manila setelah diberi perlakuan selama 0, 2,

4, dan 6 jam dapat dilihat pada tabel 4.2.1 berikut ini

D : Densum GM : Gerakan Masa

K : Konsentrasi M : Motil

P : Progresif +++ : Sangat Baik

Page 8: Artikel Ilmiah

Perlakuan Jam ke-satu(0) Jam

kedua(2) Jam ketiga(4)

Jam ke empat(6)

Rata-Rata ± SD Rata-Rata ± SD Rata-Rata ± SD Rata-Rata ± SD

P0 72,17b ± 5,71 62,83 b ± 6,49 47,83 b± 5,15 41,67 b ± 2,73

P1 82,67 a ± 4,72 73 a ± 3,52 60,33 a ± 4,41 46,50 a b ± 4,59

P2 82.17 a ± 3,60 74,64 a ± 4,41 61,83 a ± 4,45 47,50 a ± 2,51Keterangan : Superskrip dengan notasi yang berbeda berarti berbeda nyata (p<0,05)

P0 : Kontrol NaCl 1%; P1 : Sari Buah Pisang; P2 : Sari Buah Pepaya

Tabel 4.2.1 menunjukkan Rataan viabilitas spermatozoa setelah

diberikan perlakuan menghasilkan viabilitas spermatozoa yang berbeda.

Perlakuan jam ke-satu

( 0 jam) menunjukkan bahwa viabilitas tertinggi 82,67 % pada P1 dan

terendah 72,17 % pada P0, pada jam Ke-2( 2 jam), menunjukan bahwa

viabilitas tertinggi 74,64 % pada P2 dan terendah 62,83 % pada P0, Pada jam

Ke-3(4 jam), jam Ke-4(6 jam) viabilitas tertinggi terdapat pada P2 dan

terendah pada P0. Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang nyata

(p<0,05) pada perlakuan terhadap viabilitas spermatozoa.

Hasil uji Tukey HSD 5 % diperoleh hasil bahwa pada jam ke-satu 0 jam

dan jam ke dua, 2 jam, dan ke tiga 4 jam terdapat perbedaan yang nyata

pada P1, P2 terhadap P0, tetapi tidak terdapat perbedaan yang nyata pada

P1 terhadap P2. perlakuan jam ke-empat( 6 jam) menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang nyata pada P2 terhadap P0 tetapi tidak terdapat

perbedaan yang nyata pada P1 terhadap P2 dan P0 .

Hasil pemeriksaan motilitas itik manila setelah diberi perlakuan selama 0, 2, 4, dan

6 jam dapat dilihat pada tabel 4.2.2 berikut ini

Perlakuan Jam ke-satu(0) Jam

kedua(2) Jam ketiga(4)

Jam ke empat(6)

Page 9: Artikel Ilmiah

Rata-Rata ± SD Rata-Rata± SD Rata-Rata ± SD Rata-Rata ± SD

P0 67,67 b± 6,62 56b ± 5,22 44b ± 3,79 34,8 b ± 2,99

P1 78,67 a ± 4,13 67 a± 3,52 52,33 a ± 6,12 41,33 a ± 4,68

P2 78,33a± 3,67 67a ± 3,52 55a ± 4,55 40,83a ± 1,60 Keterangan : Superskrip dengan notasi yang berbeda berarti berbeda nyata (p<0,05)

P0 : Kontrol NaCl 1%; P1 : Sari Buah Pisang; P2 : Sari Buah Pepaya

Tabel 4.2.2 menunjukkan Rataan motilitas spermatozoa setelah

diberikan perlakuan menghasilkan motilitas spermatozoa yang berbeda

nyata. Perlakuan jam pertama hasil percobaan menunjukan motilitas

tertinggi 78,67 %, terlihat pada P1 dan hasil terendah 67,67 % didapatkan

pada P0. Perlakuan jam ke dua hasil percobaan hasil tertinggi, 67 % terlihat

pada P1 dan P2, dan hasil terendah 56 % pada P0. perlakuan jam ketiga hasil

percobaan, hasil tertinggi 55 % terlihat pada P2, hasil terendah 44 % pada

P0. Jam keempat, P1 memberikan hasil tertinggi 41,33 % dan hasil terendah

34,8 % didapatkan pada P0. Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang

nyata (p<0,05) pada perlakuan terhadap motilitas spermatozoa.

Hasil uji Tukey HSD 5 % diperoleh pada perlakuan jam ke satu P1 dan

P2 berbeda terhadap P0, P1 berbeda terhadap P0, P1 tidak berbeda dengan

P2 berbeda dengan P0 tetapi P2 sama dengan P1. Perlakuan jam ke dua P1

dan P2 berbeda terhadap P0, P1 tidak berbeda nyata dengan P2. Perlakuan

jam ke tiga P0 berbeda terhadap P1,P2. P1 berbeda terhadap P0 tetapi tidak

berbeda dengan P2. perlakuan jam ke empat P0 berbeda terhadap P1 dan P2,

P1 berbeda terhadap P0 tetapi tidak berbeda dengan P2.

Evaluasi kualitas semen itik manila sebelum perlakuan

Volume semen segar yang dihasilkan oleh seekor itik jantan dalam

satu kali ejakulasi sangat bervariasi.Volume air mani yang berbeda

Page 10: Artikel Ilmiah

dipengaruhi oleh umur, besar tubuh, status kesehatan, kondisi reproduksi

kualitas pakan dan frekuensi penampungan (Toelihere,1993). Volume semen

unggas dalam satu kali ejakulasi adalah 0,5 – 2,0 ml (Simanjuntak, 2002)

hasil pemeriksaan volume semen perejakulasi dari 6 kali penampungan

memberikan gambaran yang cukup baik, yaitu berkisar antara 0,8 ml sampai

1,2 ml.

Warna dan konsistensi semen dapat dijadikan indikator untuk

memprediksi konsentrasi spermatozoa yang berbeda dalam semen secara

cepat. Kondisi awal dapat dikatakan bahwa semakin kental dan warna

mendekati putih susu atau keruh, maka konsentrasi spermatozoa yang

terkandung dalam semen tersebut semakin tinggi. Semen yang diperoleh

dalam penelitian ini adalah putih susu, konsistensi pekat. Baik warna dan

konsistensi semen yang diperoleh tergolong baik. Warna semen yang normal

pada itik manila adalah putih susu. Jika semen berwarna krem keputihan,

maka dapat dikatakan semen tersebut kental dengan jumlah spermatozoa

yang tinggi (Partodiharjo, 1992).

Pemeriksaan mikroskopis yaitu motilitas berkisar antara 72% - 84 %

yang berarti banyak spermatozoa yang bergerak progresif. Motilitas semen

yang baik memungkinkan sel spermatozoa dapat mencapai sel telur di

dalam saluran oviduct dalam waktu yang relatif singkat, sehingga

memungkinkan terjadinya pembuahan yang sempurna (Nugroho, 2006).

Pemeriksaan motilitas spermatozoa segar yang baru ditampung dan

belum diencerkan meliputi pemeriksaan motilitas massa dan motilitas

individu (Toelihere, 1993). Motilitas semen itik manila segar yang diperoleh

Page 11: Artikel Ilmiah

dari penelitian ini adalah (+++). Motilitas massa ini tergolong sangat baik,

menurut Hardijanto dkk. (2008) .

Spermatozoa hidup yang diamati dengan pewarnaan eosin negrosin

akan tetap berwarna jernih, sedangkan spermatozoa mati akan menyerap zat

warna eosin nigrosin sehingga spermatozoa akan berwarna merah muda.

( Sopiyana, dkk 2006)

Persentase viabilitas itik manila yang diperoleh dari penelitian ini

berkisar antara 70 % - 80 %. Semen yang baik adalah semen yang setelah

dilakukan penafsiran mikroskopis berdasarkan kemampuan menyerap zat

warna eosin negrosin oleh spermatozoa mempunyai persentase hidup

minimum 50 % (Toelihere, 1993).

Evaluasi kualitas semen itik manila setelah perlakuan

Viabilitas Spermatozoa Itik Manila

Rataan tertinggi pada setiap pengamatan terdapat pada jam ke-1 P1,

akan tetapi pada jam ke-2 sampai jam ke-4 rataan tertinggi terdapat pada

P2. Perlakuan Jam Ke-1 hinga jam ke-4 menunjukkan bahwa viabilitas

spermatozoa P1, P2 lebih tinggi dibandingkan dengan P0, Pada jam Ke-1

hingga jam ke-4 terdapat perbedaan antara P2, P1 terhadap P0 hal ini

disebabkan karena P0 tekanan osmotiknya lebih hipotonis daripada P2 dan

P1 tekanan osmotiknya lebih hipertonis. P1 dan P2 merupakan pengencer

yang optimal untuk mempertahankan persentase hidup spermatozoa itik

manila. Semen yang di encerkan menggunakan sari buah pisang dan sari

buah pepaya menunjukan hasil yang lebih tinggi dari kontrol yaitu NaCl 1%.

Hal ini disebabkan terkandungnya zat-zat seperti glukosa dan zat hidrat

arang yang dibutuhkan untuk menunjang kehidupan spermatozoa.

Page 12: Artikel Ilmiah

Penilaian jumlah sel spermatozoa yang hidup berdasarkan banyaknya

jumlah sel spermatozoa yang tidak menyerap zat warna eosin negrosin.

Spermatozoa yang mati permeabilitas membran selnya meningkat, terutama

pada daerah post nuclear caps sehingga sel spermatozoa yang mati akan

menyerap zat warna eosin negrosin. Sedangkan sel spermatozoa yang hidup

mempunyai kondisi membran yang baik sehingga zat warna kesulitan untuk

menembus membran, akibatnya sel spermatozoa tetap berwarna jernih

(Hardijanto dkk, 2002).

Persentase spermatozoa hidup secara keseluruhan pada setiap

perlakuan juga mengalami penurunan jika dibandingkan dengan semen

segar. Penurunan ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kerusakan

membran sel yang menyebabkan kematian sel. Maxell dan Watson (1996)

menyatakan bahwa proses berlangsungnya pengenceran semen dapat

merusak membran sel Spermatozoa sehingga mengakibatkan spermatozoa

akan mati.

Persentase motilitas spermatozoa

Motilitas spermatozoa yang baik dinilai dengan melihat gerakan

progresif dari spermatozoa tersebut. Kemampuan spermatozoa mendorong

dirinya sendiri menuju kedepan karena adanya substansi kontrakatil pada

bagian tengah spermatozoa diteruskan ke seluruh bagian ekor. Motilitas

spermatozoa normal memperlihatkan gerakan-gerakan maju kedepan secara

serempak disebabkan oleh gerakan ekor yang mengarah ke kiri dan kanan.

Gerakan ekor yang cepat dan kuat mampu mendorong spermatozoa masuk

kedalam ovum (Salisbury dan Van Demark, 1985). Menurut Garner dan

Hafez(2000) dimana motilitas pada unggas berkisar antar 60-80%.

Page 13: Artikel Ilmiah

Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi motilitas spermatozoa

baik yang bersifat endogen maupun eksogen. Faktor endogen merupakan

keadaan individu spermatozoa itu sendiri yang erat kaitannya dengan umur

spermatozoa, tingkat maturasi spermatozoa meliputi morfologi, faali dan

sifat-sifat biokimia, juga faktor yang menyangkut pengadaan energi misalnya

transport melalui membran spermatozoa. Faktor eksogen adalah faktor

lingkungan yang berbeda diluar membran spermatozoa, antara lain faktor

biofisika dan faali meliputi viskositas, pH, temperatur, dan komposisi ion

dalam media yang ada disekelilingnya(Hernawati, 1998).

Motilitas spermatozoa pada perlakuan jam Ke-1 hingga jam Ke-4

menunjukkan penurunan. Penurunan ini disebabkan karena gerakan individu

spermatozoa secara progresif pada semen yang telah diencerkan kecepatan

geraknya telah diperlambat karena spermatozoa akan kehabisan tenaga

(Salisbury and Van Denmark, 1995). Rataan tertinggi pada setiap

pengamatan terdapat pada P1. Perlakuan Jam Ke-1 hinga jam ke-4

menunjukkan bahwa motilitas spermatozoa P1, P2 lebih tinggi dibandingkan

dengan P0, hal tersebut disebabkan karena pada P0 hanya terdapat NaCl

yang hanya berfungsi sebagai penambahan volume sedangkan pada P1,

terdapat sari buah pisang dan P2 terdapat sari buah pepaya, yang

mengandung protein dan lemak yang mencukupi sehingga memungkinkan

membentuk lipoprotein(Suherni dan Tatik, 1993). Lemak yang terkandung

dalam sari buah pisang dan sari buah pepaya dapat membatasi gerak sel

spermatozoa sehingga dapat menekan proses pemecahan energi.

Lipoprotein yang terkandung dalam sari buah pisang dan sari buah pepaya

berfungsi sebagai lapisan pelindung (protecting layer) sehingga dapat

Page 14: Artikel Ilmiah

melindungi sel spermatozoa dari beberapa gangguan yang berasal dari luar.

Zat hidrat arang yang sederhana seperti glukosa dapat dipakai sebagai

sumber energi bagi sel mani, Pada jam Ke-1, P1 lebih tinggi dibadingkan

dengan P2, jam ke-2 P1 sama dengan P2, jam ke-3 P1 lebih rendah dari P2

walaupun secara uji statistik menunjukkan hasil yang tidak berbeda, pada

jam ke-4 P1 menunjukkan hasil yang lebih tinggi hal ini disebabkan karena

pada awal pengamatan spermatozoa beradaptasi dengan pengencer. P1

hingga jam ke-4 menunjukkan hasil tertinggi tertinggi dan berbeda dengan

P0, hal ini menunjukkan bahwa sari buah pisang merupakan pengencer yang

optimal untuk meningkatkan motilitas spermatozoa.

Penyimpanan spermatozoa setelah pengenceran dilakukan pada

suhu 50C, hal ini dimaksudkan agar metabolisme spermatozoa dapat

diminimalkan sehingga menghemat glukosa. Tujuannya agar ketika hendak

digunakan spermatozoa tersebut masih memiliki cukup energi untuk

mendukung selama perjalanannya didalam saluran reproduksi hewan betina

(Hermawanti, 2005).

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Terdapat peningkatan viabilitas spermatozoa Itik Manila pada

pengencer sari buah pisang dan sari buah pepaya

2. Terdapat peningkatan motilitas spermatozoa Itik Manila pada

pengencer sari buah pisang dan sari buah pepaya

Page 15: Artikel Ilmiah

Pengencer sari buah pisang dan sari buah pepaya dapat digunakan

sebagai bahan pengencer semen Itik Manila karena selain mudah didapat,

murah, dan memenuhi syarat sebagai bahan pengencer.

Daftar Pustaka

Anonimus. 2008. Mengenal Lebih Dekat. Beternak Tiktok. Balai Pembibitan Ternak Dan Hijauan Makanan Ternak Branggahan. Kediri.

Garner, D. L. and E. S.E. Hafez. 2000.Spermatozoa and Seminal Plasma. IN: Reproduction in Farm Animal. 7 th ed. Lea and Febiger. Philadelphia.

Hafez, E. S. E. dan B. Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animal 7th Eddition. Lippincott Williami and Wilkins. South Carolina.

Hardijanto, T. Sardjito, T. Hernawati, S. Susilowati, T. W. Suprayogi. 2007. Penuntun Praktikum Inseminasi Buatan. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.

Hardijanto, T. Sardjito, T. Hernawati, S. Susilowati, T. W. Suprayogi. 2008. Diktat Ilmu Inseminasi Buatan. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.

Hardijanto, S. Hardjopranjoto. 1994. Ilmu Inseminasi Buatan. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. Hal : 47 – 51.

Hardjopranjoto, S. 1981. Ilmu Inseminasi Buatan. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. Hal : 5-10.

Hermawanti, M. 2005. Pengaruh Kuning Telur Ayam Buras dan Air Kelapa Muda dengan Konsentrasi yang Berbeda Terhadap Daya Hidup dan Motilitas Spermatozoa Domba. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga Surabaya

Hernawati, T. 1998. Peranan Heparin dan Hipotaurin dalam Media Kapasitasi terhadap Persentase Hidup dan Motilitas Spermatozoa dan Pembuahan Invitro pada Sapi Perah [Tesis]. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.

Isnaini, N. 2000. Kualitas Semen Ayam Arab dalam Pengencer NaCl Fisiologis dan Ringer’s pada Suhu Kamar. Habitat Vol 11 No 113.

Kusriningrum, RS. 2008. Perancangan Percobaan. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga. Surabaya: Airlangga University Press

Maxwell, W.M.C and Watson. 1996. Recent Progress in The Preservation of Ram Semen. Animal Reproduction Research and Practice. 13rd

Page 16: Artikel Ilmiah

International Congress on Animal Reproduction. Stone and Elan (Eds). Elsevier. Sydney. Australia

Nugroho, A. W. 2006. Kualitas Air Mani Itik Manila (Cairina Moschata) Pada Berbagai Perbandingan Pengencer Air Kelapa Muda Plus Kuning Telur.( Skripsi)

Partodiharjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. Hal : 42-45

Salisbury, G. W and N. L. Van Demark. 1985. Fisiologi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hal : 530-550, 612.

Sastrodihardjo, S dan Resnawati, H.1999. Inseminasi Buatan Ayam Buras. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal : 22

Simanjuntak, L. 2002. Tiktok. Hasil Persilangan Itik dan Entok. Argo Media Pusataka. Jakarta. Hal : 1; 21-23

Sopiyana, S., S. Iskandar., T. Susanti., dan D. Y. Ogaswara. 2006. Pengaruh Krioprotektan DMA, DMF dan GLYCEROL pada Proses Pembekuan Semen Ayam Kampung. Seminar nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor

Srigandono, B.1997. Ilmu Unggas Air. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta

Susanti, T., S. Sopiyana, E. Gustiani. 2006. Daging Serati Sumber Protein yang Menjanjikan. Warta Pengembangan Penelitian dan Pertanian Vol. 28 No. 2. Ciawi, Bogor.

Susilowati, ; Tatik H. dan Suhartojo.H. 1989. Sari buah sebagai diluter air mani domba. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.Surabaya

Toelihere. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Penerbit Angkasa. Bandung. Hal : 75-77; 84-85; 120-128; 266-267.