Artikel Ilmiah

17
1 Evaluasi Beban Kerja Fisiologis dan Estimasi Kebutuhan Energi Harian Pekerja Pria dan Wanita (Kajian pada Industri Tekstil) Susatyo Nugroho W P 1 , Hardianto Iridiastadi 2 Amalia Heny Citawati 1 , Putri Sepditya Puspaningrum 1 , Universitas Diponegoro, Semarang, INDONESIA Institut Teknologi Bandung, INDONESIA [email protected] 1 [email protected] 1 Abstrak. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi beban kerja fisiologi pekerja industri tekstil dan mengestimasi total kebutuhan energi hariannya. Penelitian ini melibatkan 60 responden dari enam bagian pekerjaan yaitu mekanik, folding, pergudangan untuk pekerja pria dan loam, pallet, cucuk untuk pekerja wanita. Penilaian subjektif menggunakan skala Borg CR-10 sedangkan penilaian objektif menggunakan indikator denyut nadi dan konsumsi oksigen. Pengukuran denyut nadi dilakukan secara manual selama 30 detik untuk setiap kali pengukuran pada titik waktu tertentu, yaitu 30 menit setelah mulai bekerja, 15 menit setelah selesai istirahat, dan 30 menit sebelum selesai bekerja. Estimasi kebutuhan energi harian dilakukan dengan mengkonversikan nilai VO 2 pada aktivitas kerja (hasil prediksi persamaan konsumsi oksigen) dan aktivitas di luar kerja (hasil wawancara). Hasil penelitian menunjukkan kelompok pekerjaan pria tergolong pekerjaan sedang dan kelompok pekerjaan wanita tergolong pekerjaan ringan. Pekerjaan terberat adalah pekerja folding untuk kategori pria dan operator loam untuk wanita. Kebutuhan energi harian pekerja pria berkisar antara 2800-3100 kkal sedangkan wanita berkisar antara 2000-2500 kkal. Jika melihat angka kecukupan gizi untuk orang Indonesia sebesar 2000 kkal, dapat dikatakan bahwa pekerja pria memerlukan tambahan asupan gizi. Sedangkan pekerja wanita dapat bekerja tanpa mengalami kelelahan, karena asupan yang masuk ke dalam tubuh dapat memenuhi kebutuhan energi untuk beraktivitas sehari-hari. Kata Kunci: Beban kerja fisik, energi harian, industri tekstil, denyut nadi, Borg CR-10. 1. PENDAHULUAN Manusia memiliki peranan yang penting dalam keberlangsungan suatu perusahaan sehingga mengharuskan terciptanya suatu perancangan sistem kerja yang aman dan produktif dalam perusahaan tersebut. Sistem kerja yang dirancang harus memastikan bahwa beban kerja yang diterima oleh pekerja harus tetap berada dalam jangkauan kemampuannya (Åstrand, Rodahl, Dahl, & Strømme, 2003). Bridger (1995) menyatakan bahwa metode fisiologi dapat diterapkan pada sebuah industri untuk mengevaluasi beban kerja fisik yang diterima saat bekerja. Wickens, Lee, Liu, dan Gordon-Becker (2004) menyatakan bahwa untuk menghitung beban kerja fisik dapat

Transcript of Artikel Ilmiah

Page 1: Artikel Ilmiah

1

Evaluasi Beban Kerja Fisiologis dan Estimasi

Kebutuhan Energi Harian Pekerja Pria dan Wanita (Kajian pada Industri Tekstil)

Susatyo Nugroho W P1, Hardianto Iridiastadi

2

Amalia Heny Citawati1, Putri Sepditya Puspaningrum

1,

Universitas Diponegoro, Semarang, INDONESIA

Institut Teknologi Bandung, INDONESIA

[email protected]

[email protected]

Abstrak. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi beban kerja fisiologi pekerja

industri tekstil dan mengestimasi total kebutuhan energi hariannya. Penelitian ini

melibatkan 60 responden dari enam bagian pekerjaan yaitu mekanik, folding,

pergudangan untuk pekerja pria dan loam, pallet, cucuk untuk pekerja wanita.

Penilaian subjektif menggunakan skala Borg CR-10 sedangkan penilaian objektif

menggunakan indikator denyut nadi dan konsumsi oksigen. Pengukuran denyut nadi

dilakukan secara manual selama 30 detik untuk setiap kali pengukuran pada titik waktu

tertentu, yaitu 30 menit setelah mulai bekerja, 15 menit setelah selesai istirahat, dan 30

menit sebelum selesai bekerja. Estimasi kebutuhan energi harian dilakukan dengan

mengkonversikan nilai VO2 pada aktivitas kerja (hasil prediksi persamaan konsumsi

oksigen) dan aktivitas di luar kerja (hasil wawancara). Hasil penelitian menunjukkan

kelompok pekerjaan pria tergolong pekerjaan sedang dan kelompok pekerjaan wanita

tergolong pekerjaan ringan. Pekerjaan terberat adalah pekerja folding untuk kategori

pria dan operator loam untuk wanita. Kebutuhan energi harian pekerja pria berkisar

antara 2800-3100 kkal sedangkan wanita berkisar antara 2000-2500 kkal. Jika melihat

angka kecukupan gizi untuk orang Indonesia sebesar 2000 kkal, dapat dikatakan bahwa

pekerja pria memerlukan tambahan asupan gizi. Sedangkan pekerja wanita dapat

bekerja tanpa mengalami kelelahan, karena asupan yang masuk ke dalam tubuh dapat

memenuhi kebutuhan energi untuk beraktivitas sehari-hari.

Kata Kunci: Beban kerja fisik, energi harian, industri tekstil, denyut nadi, Borg CR-10.

1. PENDAHULUAN

Manusia memiliki peranan yang penting dalam keberlangsungan suatu perusahaan

sehingga mengharuskan terciptanya suatu perancangan sistem kerja yang aman dan

produktif dalam perusahaan tersebut. Sistem kerja yang dirancang harus memastikan

bahwa beban kerja yang diterima oleh pekerja harus tetap berada dalam jangkauan

kemampuannya (Åstrand, Rodahl, Dahl, & Strømme, 2003). Bridger (1995)

menyatakan bahwa metode fisiologi dapat diterapkan pada sebuah industri untuk

mengevaluasi beban kerja fisik yang diterima saat bekerja. Wickens, Lee, Liu, dan

Gordon-Becker (2004) menyatakan bahwa untuk menghitung beban kerja fisik dapat

Page 2: Artikel Ilmiah

2

menggunakan indikator denyut jantung dan konsumsi oksigen sebagai indikator

objektif. Data denyut jantung dapat memberikan estimasi pengeluaran energi yang valid

ketika hubungan denyut jantung dan konsumsi oksigen disesuaikan untuk setiap

pekerja. Pengeluaran total kebutuhan energi harian merupakan jumlah energi yang

dibutuhkan oleh setiap orang untuk memenuhi tuntutan fisik sehari-hari, yang meliputi

jumlah energi yang diperlukan untuk mempertahankan kebutuhan tubuh saat istirahat,

pengeluaran energi basal, dinyatakan sebagai tingkat Basal Metabolic Rate (BMR), dan

kebutuhan energi untuk aktivitas sehari-hari.

Penelitian mengenai evaluasi beban kerja fisik telah banyak dilakukan di luar negeri.

Seperti pada penelitian Chung, Lee, Lee, dan Choi (2005) yang membahas mengenai

beban kerja fisiologi pada pekerja pria pemanggul box yang berisi produk softdrink, dan

Maiti (2008) yang membahas beban kerja fisik pekerja konstruksi wanita di India

dengan usia 28-32 tahun. Penelitian mengenai estimasi kebutuhan energi harian juga

telah dilakukan. Motonaga, Yoshida, Yamagami, Kawano, dan Takeda (2006)

mengambil responden 6 orang atlet pria untuk meneliti total pengeluaran energinya

melalui denyut nadi dengan usia 19-21 tahun. Sedangkan Dulfour dan Piperata (2008)

membandingkan kebutuhan energi harian pada sejumlah petani pria dan wanita di

Columbia dan Brazil.

Industri tekstil mempunyai peran yang cukup penting dalam perekonomian

Indonesia. Sehubungan dengan pentingnya dunia industri khususnya industri tekstil,

sejauh ini peneliti menilai bahwa penelitian yang membahas mengenai evaluasi beban

kerja fisik pada pekerja industri tekstil masih sangat terbatas di Indonesia. Walaupun

penelitian mengenai pengeluaran energi pada pekerja tekstil sudah pernah dilakukan di

luar negeri, namun hal ini belum tentu bisa diterapkan di Indonesia karena adanya

perbedaan karakteristik antropometri dan fisiologi pekerja. Hal inilah yang mendorong

peneliti untuk melakukan penelitian ini. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

menjadi menjadi dasar evaluasi beban kerja fisik pada objek yang diteliti dan dapat

memberikan informasi mengenai kebutuhan energi harian pada pekerja industri tekstil

yang masih sangat terbatas di Indonesia.

2. METODOLOGI

2.1. Responden

Responden dalam penelitian ini terdiri dari 30 pekerja pria dan 30 pekerja wanita

pada enam bagian pekerjaan berbeda dalam suatu industri tekstil. Bagian pekerjaan

tersebut adalah bagian mekanik, folding, dan pergudangan untuk pekerjaan pria serta

bagian loam, pallet, dan cucuk untuk pekerjaan wanita. Postur kerja setiap bagian

pekerjaan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Page 3: Artikel Ilmiah

3

Gambar 1. Postur Kerja Bagian Mekanik, Folding, dan Pergudangan

Bagian mekanik bertanggung jawab terhadap kelancaran jalannya mesin produksi,

menyiapkan mesin diesel, penyediaan listrik, serta merawat dan memperbaiki mesin-

mesin yang memasuki masa maintenance atau mesin yang rusak. Bagian folding bertanggung jawab pada proses pelipatan, dan pengukuran kain grey. Sedangkan bagian

pergudangan bertugas untuk mengeluarkan kapas dan memindahkan kain grey yang sudah

jadi dari bagian folding ke gudang secara manual.

Gambar 2. Postur Kerja Bagian Loam, Pallet, dan Cucuk

Operator loam merupakan operator yang mengoperasikan mesin tenun (weaving

loam) untuk memroses benang pakan dan benang lucy menjadi sebuah kain. Setiap

operator pada bagian ini mengoperasikan 12 buah mesin secara bersamaan. Operator

pallet bertugas menggulung benang tenun yang masih di dalam cone pada palet-palet

dengan menggunakan mesin palet dan membawa palet-palet yang telah berisi gulungan

benang tenun ke bagian Loam untuk diproses pada mesin tenun. Sedangkan operator

cucuk bertugas memisakan utas-utas benang pada boom tenun dengan menggunakan

alat cucuk yang berupa jarum.

Setiap bagian pekerjaan terdiri dari 10 responden. Responden harus memiliki

beberapa kriteria, yaitu berada pada rentang usia 20-40 tahun, tidak merokok, tidak

mengkonsumsi alkohol, tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan

sistem pernapasan dan jantung, dalam kondisi yang sehat dan tidak memiliki cacat fisik.

2.2. Peralatan dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di sebuah pabrik tekstil yang berlokasi di Klaten, Jawa Tengah.

Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah stopwatch untuk mengatur waktu

Page 4: Artikel Ilmiah

4

dalam pengukuran denyut nadi secara manual, yaitu dengan meraba denyut nadi di

pergelangan tangan responden. Selain itu juga digunakan meteran untuk mengukur

tinggi badan responden, timbangan untuk mengukur berat badan responden, dan skala

Borg CR-10 untuk mengukur respon subjektif responden terhadap beban kerja yang

diterimanya.

Gambar 3. Cara Pengukuran Denyut Nadi Gambar 4. Skala Borg CR-10

2.3. Perancangan Desain Penelitian

Perancangan desain penelitian memudahkan peneliti dalam menjalankan rangkaian

pengambilan data agar fokus pada jalur tujuan penelitian. Perancangan desain penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Penjelasan mengenai jalannya penelitian kepada responden.

Tahap ini, responden diberikan penjelasan tentang segala hal yang berkaitan

dengan eksperimen yang akan dilakukan, kemudian menandatangani formulir

keikutsertaan dalam eksperimen

2. Pengukuran data antropometri.

Data antropometri responden yang diukur adalah berat badan dan tinggi badan.

3. Pengukuran denyut nadi.

Denyut nadi yang diukur adalah denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja.

Pengukuran denyut nadi istirahat dilakukan saat beberapa menit sebelum mulai

bekerja dan 30 menit setelah selesai bekerja. Sedangkan pengukuran denyut nadi

kerja dilakukan pada 30 menit setelah mulai bekerja, 15 menit setelah selesai

istirahat, dan 30 menit sebelum selesai bekerja.

4. Pengukuran skala Borg CR-10.

Pengukuran skala Borg CR-10 dilakukan pada tiga titik waktu yang sama seperti

pengukuran denyut nadi kerja.

5. Pengukuran Diary Activity.

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui jenis dan durasi dari aktivitas di luar kerja

responden dengan melakukan wawancara langsung terhadap responden.

Page 5: Artikel Ilmiah

5

2.4. DESAIN PENGOLAHAN DATA

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa tahapan. Tahapan

tersebut antara lain adalah:

2.4.1. Statistika Deskriptif

Statistika deskriptif akan diberlakukan pada data penelitian hasil pengukuran di

lapangan yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata, standard deviasi, dan rentang nilai.

Hal ini dimaksudkan agar terlihat gambaran umum masing-masing data untuk semua

jenis pekerjaan yang menjadi objek penelitian.

2.4.2. Tingkat Beban Kerja Berdasarkan Kriteria Denyut Jantung

1. Denyut Nadi Istirahat (HRrest) dan Denyut Nadi Kerja (HRwork)

HRrest yang digunakan adalah data yang memiliki nilai paling rendah dari dua titik

waktu pengukuran yang dilakukan. Sedangkan (HRwork) merupakan hasil rata-rata

dari data denyut nadi pada ketiga titik waktu pengukuran.

2. Persentase Heart Rate Reserve (%HRR)

Rodahl (1989) dalam Tarwaka et al. (2004) mendefinisikan Heart Rate Reserve

sebagai peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja

maksimum dan memiliki peran yang sangat penting dalam peningkatan keluaran

jantung.

(1)

dimana,

Denyut nadi maksimum pria : 208 - 0,7 usia (Hitapriya, 2011)

Denyut nadi maksimum wanita : 206 - 0,88 usia (Krisnawati, 2011)

2.4.3. Tingkat Beban Kerja Berdasarkan Kriteria Konsumsi Oksigen

1. Konsumsi Oksigen (VO2) Dan Energy Expenditure Work

Penilaian beban kerja fisiologi manusia atas pekerjaan yang dilakukannya dapat

digambarkan dari tingkat pengeluaran energi. Konsumsi oksigen dan pengeluran

energi memiliki hubungan yang linier (Wickens et al., 2004). Selanjutnya Åstrand

et al. (2003) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara denyut

nadi dan konsumsi oksigen. Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan

data denyut nadi untuk menghitung nilai konsumsi oksigen. Estimasi VO2

menggunakan persamaan Yuliani. (2010), yaitu:

Pria : VO2 p = -1,16 + 0,020 HRw – 0,035 Usia + 0,019 BB

(2)

Wanita : VO2 w = -1, 991 + 0,013 HRw + 0,024 BB

(3)

dimana,

HRw : denyut nadi kerja

Page 6: Artikel Ilmiah

6

BB : berat badan

Estimasi EEwork dengan mengkonversi nilai VO2 di mana 1 l/min VO2 = 5

kkal/liter.

2. Konsumsi Oksigen Relatif (%VO2max)

Abdelhamid dan Everett (2002) menyatakan bahwa beban kerja absolut diukur

dengan kemampuan pekerja untuk melakukan suatu pekerjaan yang mengacu

pada rata-rata VO2 dan kapasitas kerja individu, hal ini biasa disebut dengan

VO2max atau kapasitas aerobik maksimal. VO2max biasa ditunjukkan dalam

bentuk rasio atau disebut beban kerja relatif atau %VO2max.

(4)

dimana,

VO2 max pria = 3,4 liter/menit

VO2 max wanita = 2,3 liter/menit (Yuliani, 2010)

2.4.4 Tingkat Beban Kerja Berdasarkan Kriteria Persepsi Subjektif (RPE)

Parameter subjektif responden dengan skala Borg CR-10 di setiap titik waktu

pengambilan data (CR-101, CR-102, CR-103) tidak dirata-rata sebagaimana yang

dilakukan pada data denyut nadi kerja.

2.4.5 Total Kebutuhan Energi Harian

Total kebutuhan energi harian pekerja adalah penjumlahan nilai Energy Expenditure

Work (EE work) dan Energy Expenditure Non-Work (EE non-work). Nilai EE non-work

didapatkan dari hasil konversi konsumsi oksigen untuk aktivitas di luar kerja (VO2 non-

work) yang didekati dengan nilai VO2 untuk posisi tubuh saat tidur, duduk, berdiri, dan

berjalan hasil penelitian Putra dan Qonita (2011), yaitu:

Tabel 1.Nilai Faktor Pengali Konsumsi Oksigen untuk Aktivitas Luar Kerja

Gender VO2 Non-Work (l/menit)

Tidur Duduk Berdiri Berjalan

Pria 0,189 0,311 0,219 0,875

Wanita 0,201 0,228 0,237 0,718

2.4.6 Uji Beda ANOVA dan Post Hoc Analysis

One-way ANOVA digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar

bagian pada masing-masing gender dengan satu faktor yang terlibat. Pengolahan data

yang diuji adalah data usia, tinggi badan, berat badan, HRrest , HRw rata-rata, %HRRrata-

rata, VO2 rata-rata, EErata-rata, %VO2 max rata-rata, dan skala Borg CR-10. Penelitian

ini menggunakan perangkat lunak PASW Statistic v.18 dengan tingkat signifikansi (α)

0,05.

Page 7: Artikel Ilmiah

7

Post Hoc Analysis dilakukan jika hasil dari uji statistika ANOVA variabel bebas

antara ketiga bagian terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel

terikatnya. Nilai pembanding Tukey dipilih sebagai pembanding dalam tahap ini

3 HASIL

Data yang dikumpulkan dari penelitian berupa data usia, berat badan, tinggi badan,

HRrest, HRwork, persepsi skala Borg CR-10, dan daftar aktivitas di luar kerja responden.

Setelah semua data terkumpul kemudian data tersebut diolah sesuai metotologi yang

telah dtentukan sebelumnya. Di samping itu juga dilakukan uji ANOVA dengan

menggunakan PASW Statistic 18 pada setiap variabel untuk masing-masing gender.

Langkah pengujian ANOVA dicontohkan pada variabel berat badan pada kelompok

pekerjaan wanita. Sebelum melakukan uji anova, harus ditentukan between-subject

design dan hipotesisnya terlebih dahulu. Adapun hipotesis dalam pengujian data berat

badan ini adalah:

H0 : μ berat badan op loam = μ berat badan op pallet = μ berat badan op cucuk

Ketiga populasi memiliki mean populasi yang sama (tidak berbeda secara

signifikan)

H1 : μ berat badan op loam ≠ μ berat badan op pallet ≠ μ berat badan op cucuk

Ketiga populasi tidak memiliki mean populasi yang sama (berbeda secara

signifikan)

Tabel 2. Between-Subject Design untuk Berat Badan Faktor Berat Badan (kg)

Operator Loam Operator Pallet Operator Cucuk

65,0 50,0 69,0

41,5 42,0 59,0

39,0 52,0 55,0

52,0 43,0 46,0

42,0 57,0 56,0

48,0 58,0 66,0

40,0 36,0 61,0

55,0 54,0 60,0

46,0 52,0 54,0

40,0 53,0 56,0

Hasil pengujian ANOVA menggunakan PASW Statistic v.18 adalah sebagai

berikut:

Tabel 3. Hasil Uji Statistik ANOVA untuk Faktor Berat Badan Sum of Squares df Mean Square F Sig,

Between Groups 697,317 2 348,658 6,440 ,005

Within Groups 1461,725 27 54,138

Total 2159,042 29

Hasil PASW Statistic v.18 diperoleh nilai Fhitung sebesar 6,440. Dibandingkan

dengan nilai Ftabel (.05,2,27) sebesar 3,36, yang berarti Fhitung > Ftabel, maka disimpulkan

bahwa H0 ditolak. Ketiga populasi dengan faktor berat badan memiliki perbedaan yang

Page 8: Artikel Ilmiah

8

signifikan. Sehingga diperlukan uji lanjutan Post Hoc Analysis dengan nilai

pembanding Tukey untuk membandingkan mean antar pekerjaan.

Tabel 4. Hasil Uji Post Hoc Analysis Berat Badan (I)

VAR00002

(J)

VAR00002

Mean

Difference (I-J)

Std,

Error Sig,

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Tukey

HSD

1,00

2,00 -2,85000 3,29053 ,666 -11,0086 5,3086

3,00 -11,35000* 3,29053 ,005 -19,5086 -3,1914

2,00

1,00 2,85000 3,29053 ,666 -5,3086 11,0086

3,00 -8,50000* 3,29053 ,040 -16,6586 -,3414

3,00

1,00 11,35000* 3,29053 ,005 3,1914 19,5086

2,00 8,50000* 3,29053 ,040 ,3414 16,6586

Dari tabel 4 dapat disimpulkan bahwa:

- Kelompok pekerjaan Operator Loam tidak berbeda signifikan terhadap kelompok

pekerjaan Operator Pallet.

- Kelompok pekerjaan Operator Loam berbeda signifikan terhadap kelompok

pekerjaan Operator Cucuk.

- Kelompok pekerjaan Operator Pallet berbeda signifikan terhadap kelompok

pekerjaan Operator Cucuk

Besarnya nilai rata-rata usia, berat badan, dan tinggi badan responden dapat di lihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 5. Nilai Rata-rata Usia, Berat Badan, dan Tinggi Badan Responden

Jenis Data Pekerjaan Pria Pekerjaan Wanita

Mekanik Folding Pergudangan Loam Pallet Cucuk

Usia (tahun) 36,1 ± 5,6 33,9 ± 5,3 34,7 ± 3,7 36,2 ± 4,7 34,0 ± 4,9 35,2 ± 4,1

Berat Badan (kg) 65,9 ± 16,3 63,5 ± 12,7 62,7 ± 6,3 46,9 ± 8,4 49,7 ± 7,1 58,2 ± 6,5

Tinggi Badan (cm) 170,0 ± 7,6 168,1 ± 5,2 166,5 ± 4,1 147,7 ± 4,6 154,5 ± 5,9 156,7 ± 6,8

Hasil uji anova menggambarkan bahwa responden pria pada bagian mekanik,

folding, dan pergudangan memiliki rata-rata usia, berat badan, dan tinggi badan yang

tidak berbeda secara signifikan. Sehingga responden ketiga bagian ini dapat dikatakan

identik satu sama lain. Responden wanta pada bagian loam, pallet, dan cucuk juga

memiliki rata-rata usia yang tidak berbeda secara signifikan. Tetapi rata-rata perbedaan

signifikan terlihat pada data rata-rata berat badan dan tinggi badan, dimana berat badan

operator cucuk lebih besar dibandingkan kedua bagian lainnya. Sedangkan tinggi badan

operator loam memiliki rata-rata paling kecil dibandingkan operator pallet dan operator

cucuk.

Kriteria objektif dapat dilihat dari indikator denyut nadi kerja, konsumsi oksigen dan

pengeluaran energi saat kerja. Pengolahan denyut nadi pekerja meliputi tiga bagian,

yaitu HRrset, HRwork, dan %HRR. HRrest merupakan denyut nadi terendah dari dua titik

waktu pengukuran. Sedangkan HRwork merupakan rata-rata denyut nadi dari ketiga titik

waktu pengukuran. %HRR dihitung untuk mengetahui selisih antara denyut nadi

maksimal individu (HRmax) dengan denyut nadi istirahat (HRRest), dan biasa disebut

dengan denyut nadi cadangan (Rodahl, 1989). Hasil data ketiga variabel pada masing-

masing gender dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 9: Artikel Ilmiah

9

Tabel 6. Nilai HRrest, HRwork, dan %HRR Responden

Jenis Data Pekerjaan Pria Pekerjaan Wanita

Mekanik Folding Pergudangan Loam Pallet Cucuk

HRrest (bpm) 69,5 ± 6,5 70,4 ± 7,1 69,0 ± 6,5 72,4 ± 4,5 70,6 ± 4,2 70,0 ± 3,4

HRwork (bpm) 99,6 ± 4,0 98,7 ± 5,6 91,8 ± 3,4 97,1 ± 5,6 89,4 ± 5,5 89,9 ± 5,7

%HRR 26,5 ± 5,4 24,6 ± 6,3 19,6 ± 5,4 24,1 ± 5,2 17,8 ± 4,0 19,0 ± 4,3

HRrest pada pekerja pria dan wanita tidak memiliki perbedaan yang signifikan karena

memiliki nilai Fhitung < Ftabel, sehingga dapat dikatakan identik. Sedangkan HRwork

pekerja pria dan wanita berbeda secara signifikan dimana bagian mekanik dan folding

hampir sama dan memiliki nilai yang lebih besar daripada bagian pergudangan untuk

pekerjaan pria. Pada pekerjaan wanita bagian loam bebeda secara signifikan dengan

bagian pallet dan cucuk yang memiliki denyut nadi lebih kecil. Begitu juga dengan data

%HRR.

Estimasi konsumsi oksigen saat kerja (VO2 work) pada ketiga bagian yang berbeda

pada masing-masing gender di industri tekstil dihitung dari data denyut nadi kerja yang

telah diukur. Penelitian ini menggunakan model persamaan Yuliani (2010). Di samping

itu juga dilakukan perhitungan konsumsi oksigen relatif (%VO2 max) yang digunakan

sebagai indikasi untuk mengetahui kapasitas individu menggunakan oksigen atau

kapasitas aerobik. Nilai %VO2 max yang digunakan juga merupakan hasil penelitian

Yuliani (2010). Hasil estimasi VO2 work dan %VO2 max adalah seperti diperlihatkan pada

tabel berikut:

Tabel 7. Hasil Estimasi VO2 work dan VO2 max Responden

Jenis Data Pekerjaan Pria Pekerjaan Wanita

Mekanik Folding Pergudangan Loam Pallet Cucuk

VO2 work (l/menit) 0,8 ± 0,5 0,8 ± 0,4 0,7 ± 0,2 0,40 ± 0,21 0,35 ± 0,17 0,57 ± 0,17

% VO2 max 24,2 ± 13,4 24,5 ± 11,1 19,6 ± 6,4 17,2 ± 9,1 15,8 ± 7,2 25,0 ± 7,5

Setelah dilakukan pengujian ANOVA untuk kelompok pekerjaan bagian pria

didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan baik pada VO2 work dan

%VO2 max. Sedangkan pada kelompok pekerjaan bagian wanita terdapat perbedaan yang

signifikan antara bagian pallet dan bagian cucuk untuk kedua variabel data tersebut

setelah melalui uji lanjut Post Hoc Analysis.

Penilaian secara subjektif juga dilakukan untuk mengetahui persepsi pekerja

terhadap beban kerja yang diterimanya. Penilaian ini menggunakan skala Borg CR-10

yang dilakukan pada tiga titik waktu pengukuran. Hasil persepsi tersebut akan disajikan

pada tabel 8.

Tabel 8. Skala Borg CR-10 Responden

Jenis Data Pekerjaan Pria Pekerjaan Wanita

Mekanik Folding Pergudangan Loam Pallet Cucuk

CR-10 1 4,1 ± 1,3 4,9 ± 0,9 3,8 ± 1,0 4,3 ± 1,3 3,2 ± 0,6 3,1 ± 0,6

CR-10 2 3,6 ± 1,3 4,4 ± 1,3 3,5 ± 1,2 3,8 ± 1,5 2,8 ± 0,6 2,7 ± 0,7

CR-10 3 4,1 ± 1,3 4,7 ± 1,1 3,8 ± 1,0 4,4 ± 1,4 3,4 ± 1,0 3,1 ± 0,6

Pengujian ANOVA untuk kriteria subjektif dengan skala Borg CR-10 ini

menyatakan bahwa persepsi subjektif pekerja pria di bagian mekanik, folding, dan

Page 10: Artikel Ilmiah

10

pergudangan adalah identik untuk setiap titik waktu pengukuran atau tidak terdapat

perbedaan yang signifikan. Sedangkan hasil uni ANOVA untuk kelompok pekerjaan

wanita menggambarkan adanya perbedaan yang signifikan antara persepsi bagian loam,

pallet, dan cucuk. Operator loam merasakan beban kerja yang diterimanya berat bila

dibandingkan operator pallet dan cucuk.

Total kebutuhan energi harian pekerja merupakan jumlah energi yang dibutuhkan

untuk bekerja dan beraktivitas di luar kerja. Pengeluaran energi (EE) merupakan hasil

konversi konsumsi oksigen, dimana 1 l/menit VO2 = 5 kkal/liter (baik saat kerja

maupun di luar kerja). Konsumsi oksigen untuk aktivitas di luar kerja didekati dengan

nilai konsumsi oksigen untuk posisi tubuh tertentu, yaitu pada saat tidur, duduk, berdiri,

dan berjalan hasil penelitian Putra dan Printiasti (2011). Sebelum melakukan

perhitungan VO2 Non-Work dibutuhkan daftar jenis dan durasi aktivitas harian pekerja

yang didapatkan melalui wawancara langsung terhadap responden. Estimasi

pengeluaran energi di luar kerja (EENon-Work) dapat dilihat pada contoh perhitungan di

bawah ini:

Tabel 9. Contoh Perhitungan EENon-Work pada Responden Pertama Bagian Mekanik

Rincian Aktivitas Posisi Durasi

(menit)

Faktor pengali

VO2 (ml/menit)

VO2

(liter)

EE non-work

(kkal)

Tidur sore Tidur 30 0,189 5,7 28.5

Tidur malam Tidur 480 0,189 6,8 34,0

Mencuci baju Duduk 60 0,219 13,1 65.5

Mencuci motor Berdiri 30 0,311 9,3 46.5

Makan 2x

Mandi, dll

Duduk 30 0,219 6,6 33,0

Berdiri 30 0,311 9,3 46.5

Duduk santai Duduk 120 0,219 26,3 131.5

Santai di rumah Duduk 90 0,219 28,0 140,0

Menonton Televisi Duduk 50 0,219 43,8 219,0

Berjalan Jalan 5 0,875 4,4 22,0

Berdiri Berdiri 5 0,311 1,6 8,0

Perjalanan pulang (naik bus) Duduk 30 0,219 6,6 33,0

Berangkat kerja Duduk 30 0,219 6,6 33,0

Jalan kaki keluar rumah Berjalan 30 0,875 26,3 131.4

TOTAL 1020 194,2 970,9

Tabel 10. Contoh Perhitungan EENon-Work pada Responden Pertama Bagian Loam

Rincian Aktivitas Posisi Durasi

(menit)

Faktor pengali

VO2 (ml/menit)

VO2

(liter)

EE non-work

(kkal)

Memasak

Duduk 50 0,228 11,40 57.01

Berdiri 10 0,237 2,37 11.87

Berjalan 10 0,718 7,18 35.92

Mencuci (baju, piring, dll) Duduk 45 0,228 10,26 51.30

Membersihkan rumah Berdiri 20 0,237 4,75 23.74

Berjalan 15 0,718 10,78 53.89

Jalan-jalan dan bermain dengan anak Berjalan 20 0,718 14,37 71.85

Duduk 40 0,228 9,12 45.60

Makan Duduk 30 0,228 6,84 34.20

Mandi dll Berdiri 30 0,237 7,12 35.62

Santai di rumah Tidur 30 0,201 6,03 30.17

Menonton Televisi Duduk 60 0,228 13,68 68,41

Istirahat Kerja : - duduk santai Duduk 40 0,228 9,12 45,60

Page 11: Artikel Ilmiah

11

Istirahat Kerja : - berjalan Berjalan 10 0,718 7,18 35,92

- berdiri Berdiri 10 0,237 2,37 11,87

Perjalanan pulang pergi ke pabrik : - naik bus Duduk 60 0,228 13,68 68,41

- jalan kaki Berjalan 60 0,718 43,11 215,55

Tidur malam Tidur 480 0,201 96,56 482,78

TOTAL 1020 275,95 1379,73

Perhitungan EENon-Work ini berlaku untuk semua responden di enam bagian pekerjaan

baik pria dan wanita. Setelah menghitung nilai EENon-Work maka TEE (Total Energy

Expenditure) dapat diketahui dengan menjumlahkan EEWork dan EENon-Work. Nilai rata-

rata EEWork, EENon-Work, dan TEE untuk setiap bagian pada masing-masing gender akan

diperlihatkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 11. EEWork, EENon-Work, dan TEE Responden

Jenis Data Pekerjaan Pria Pekerjaan Wanita

Mekanik Folding Pergudangan Loam Pallet Cucuk

EEWork (kkal/hari) 1726,2 ±

954,4

1751,4 ±

793,2

1398,6 ±

458,4

831,9 ±

439,2

764,4 ±

348,3

1207,4 ±

364,8

EENon-Work

(kkal/hari)

1292,0 ±

213,8

1301,5 ±

156,9

1369,8 ±

188,5

1347,1 ±

144,0

1263,6 ±

59,7

1274,6 ±

57,1

TEE (kkal/hari) 3018,2 ±

1074,3

3052,9 ±

810,1

2768,4 ±

605,1

2179,0 ±

479,6

2028,0 ±

332,3

2481,9 ±

327,0

Pengujian ANOVA juga dilakukan pada ketiga variabel di atas. Hasil pengujian

dengan menggunakan PASW Statistik v.18 ini menggambarkan bawa pengeluaran

energi yang dibutuhkan pekerja pria baik saat bekerja (EEWork), maupun saat

beraktivitas di luar kerja (EENon-Work) tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan

kata lain semua responden pria bagian mekanik, folding, dan pergudangan identik satu

sama lain. Berbeda dengan pekerja bagian pria, pengujian ANOVA ini memberikan

indikasi bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil estimasi EEWork. Melalui

uji lanjut Post Hoc Analysis diketahui bahwa perbedaan terjadi di antara bagian pallet

dan cucuk, di mana EEWork operator cucuk jauh lebih besar dibandingkan dengan

operator pallet. Sedangkan hasil EENon-Work di antara bagian loam, pallet, dan cucuk

adalah identik atau tidak terdapat adanya perbedaan yang signifikan.

Salah satu tujuan dari penelitian, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

beban kerja fisiologi dan total pengeluaran energi harian yang terkait dengan jenis

pekerjaan yang dilakukan. Dengan pengujian statistik ANOVA melalui PASW Statistic

v.18 diketahui hasil pada tabel di bawah ini:

Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Uji ANOVA Indikator Pengukuran

Beban Kerja F tabel

F hitung Kesimpulan

Pria Wanita Pria Wanita

Denyut Nadi Istirahat 3,36 0,112 0,943 H0 diterima H0 diterima

Denyut Nadi Kerja 3,36 9,309 6,012 H0 ditolak H0 ditolak

%HRR 3,36 3,939 5,844 H0 ditolak H0 ditolak

VO2 work 3,36 0,545 3,873 H0 diterima H0 ditolak

%VO2 max 3,36 0,661 3,822 H0 diterima H0 ditolak

CR-10 1 3,36 2,780 5,296 H0 diterima H0 ditolak

CR-10 2 3,36 1,450 3,659 H0 diterima H0 ditolak

CR-10 3 3,36 1,639 4,212 H0 diterima H0 ditolak

Page 12: Artikel Ilmiah

12

EE work 3,36 0,634 3,818 H0 diterima H0 ditolak

EE non-work 3,36 0,511 2,242 H0 diterima H0 diterima

4 DISKUSI

Pada bagian ini akan dilakukan pembahasan lebih lanjut mengenai hasil yang telah

diperoleh. Diskusi yang akan dilakukan terdiri dari tiga bagian, yaitu diskusi klasifikasi

beban kerja fisiologi, diskusi total kebutuhan energi harian, dan implementasi industri.

4.1 Klasifikasi Beban Kerja Fisiologi

Berdasarkan klasifikasi jenis pekerjaan dengan indikator denyut nadi pada tabel 2

dapat dikatakan bagian mekanik, folding, dan pergudangan dapat dikategorikan sebagai

jenis pekerjaan yang sedang. Sedangkan pekerjaan sebagai operator loam berada dalam

kategori pekerjaan sedang, untuk pekerjaan sebagai operator pallet dan operator cucuk

termasuk dalam kategori pekerjaan yang ringan.

Tabel 13. Klasifikasi Jenis Pekerjaan Berdasarkan Kriteria Pengeluaran Energi dan

Denyut Nadi (Kroemer et al., 1997)

Classification Total Energy Expenditure Heart Rate in

Beats/min in Kj/min in Kcal/min

Light Work 10 2,5 90 or less

Medium Work 20 5 100

Heavy Work 30 7,5 120

Very Heavy Work 40 10 140

Extremely Heavy Work 50 12,5 160

Shimaoka et al.(1998) dalam Maiti (2008) menyebutkan bahwa pekerjaan dengan

%HRR ≥ 30% dapat menimbulkan beban kardiovaskular tinggi dalam bekerja selama 8

jam. Pada penelitian ini, nilai rata-rata %HRR untuk semua bagian pekerjaan pria dan

wanita berada di bawah angka 30%, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua bagian

pekerjaan tersebut tidak memiliki resiko beban kardiovaskular yang tinggi.

Berdasarkan klasifikasi pekerjaan menurut Pulat (1992) dengan indikator konsumsi

oksigen dan pengeluaran energi yang ditunjukkan pada tabel 3, dapat diketahui bahwa

semua bagian pekerjaan pria termasuk ke dalam pekerjaan ringan. Bagian pekerjaan

cucuk juga termasuk dalam kategori pekerjaan ringan. Sedangkan bagian loam dan

pallet termasuk pekerjaan sangat ringan.

Tabel 14. Klasifikasi Beban Kerja Berdasarkan Nilai VO2 dan Pengeluaran Energi

(Pullat, 1992)

Work Grade Energy expenditure

(kcal/min) O2 consumption (liters/min)

Severe > 12,5 > 2,5

Very Heavy 10,0 – 12,5 2 – 2,5

Heavy 7,5 – 10,0 1,5 – 2

Moderate 5,0 – 7,5 1,0 – 1,5

Light 2,5 – 5,0 0,5 – 1,0

Page 13: Artikel Ilmiah

13

Iridiastadi (1997) mengatakan jika beban pekerjaan manual material handling

melebihi 25% dari kapasitas aerobik maksimum treadmill (MACtreadmill) maka pekerjaan

tersebut dapat menyebabkan kelelahan. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai

%VO2max untuk semua bagian baik pekerjaan pria dan wanita berada di bawah angka

25% sehingga semua pekerjaan ini jika dilakukan secara terus-menerus selama 8 jam

tidak akan menimbulkan kelelahan.

Hasil yang didapat dari indikator subjektif dengan menggunakan Skala Borg CR-10

untuk pekerjaan pria menggambarkan bahwa beban kerja tertinggi banyak dirasakan

oleh pekerja pada bagian folding. Hal ini disebabkan tugas bagian folding cukup

banyak, mulai dari pelipatan dengan mesin, pengangkatan, hingga pengukuran kain

grey. Selain itu, beberapa responden juga mengatakan bahwa beban kerja akan semakin

berat apabila belum ada teman kerja lain yang bisa menggantikan kerjanya. Rata-rata

skor Borg CR-10 untuk pekerja bagian folding ini adalah 4,7 dimana dapat diartikan

bahwa responden merasakan beban pekerjaan yang berat. Sedangkan untuk pekerjaan

wanita menggambarkan bahwa beban kerja yang dirasakan operator loam lebih besar

diantara kedua pekerjaan yang lainnya. Mesin tenun sebanyak 12 unit harus

dikendalikan oleh operator ini. Kecermatan, ketelitian, ketangkasan dan keuletan sangat

dibutuhkan agar tidak terjadi kesalahan kerja. Pekerja pada bagian ini juga harus berdiri

dan berjalan dari satu mesin ke mesin berikutnya selama 7 jam bekerja. Hal ini

membuat pekerja merasa sedikit berat. Untuk pekerjaan Operator Pallet dan Operator

Cucuk termasuk dalam kategori pekerjaan yang sedang.

4.2 Total Kebutuhan Energi Harian

EEWork ini dihitung dengan cara mengkonversikan nilai VO2Work (liter) menjadi

satuan energi (KKal), dimana 1 liter oksigen = 5 KKal energi (Kroemer et al.,1997).

Hasil EEWork penelitian ini adalah sekitar 1700 kkal untuk bagian mekanik, 1750 kkal

untuk bagian folding, dan 1400 kkal untuk bagian pergudangan. Sedangkan untuk

pekerjaan loam, pallet, dan cucuk secara berturut-turut membutuhkan EEWork sebesar

830 kkal, 760 kkal, dan 1200 kkal. Untuk pekerjaan pria EEWork terbesar adalah pada

bagian folding, hal ini dikarenakan tugas atau tanggungjawab dari pekerja bagian

folding lebih banyak dan cukup berat dibandingkan dengan pekerja pada bagian lainnya.

Sedangkan untuk pekerjaan wanita EEWork terbesar adalah pada bagian cucuk. Hal ini

tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan yang mana bagian loam yang seharusnya

membutuhkan energi paling besar karena pekerjaannya lebh rumit. Keadaan ini

disebabkan karena penggunaan persamaan prediksi komsumsi oksigen milik Yuliani

(2010) yang hanya melibatkan variabel denyut nadi kerja dan berat badan.

EENonWork untuk pekerjaan pria memiliki rata-rata sebesar 1320 kkal sedangkan

untuk pekerjaan wanita berkisar antara 1300 kkal. Hasil uji ANOVA juga menunjukkan

tidak ada perbedaan yang signifikan di antara ketiga bagian pekerjaan untuk masing-

masing gender. Total kebutuhan energi harian pekerja pria dan wanita memiliki rentang

nilai secara beturut-turut sebesar 2800-3100 kkal dan 2000-2500 kkal. Pulat (1992)

menyatakan bahwa estimasi kebutuhan energi harian untuk pekerja pria adalah 3000-

3500 kkal per hari sedangkan untuk pekerja wanita adalah 2500-3000 kkal per hari.

Hasil nilai estimasi pengeluaran energi yang didapat pada penelitian ini tidak masuk ke

dalam range tersebut dikarenakan adanya perbedaan iklim, suhu, pekerjaan, pola dan

jenis makanan yang dikonsumsi pekerja

Page 14: Artikel Ilmiah

14

4.3 Implikasi Industri

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi perusahaan tekstil yang berlokasi di

Klaten, Jawa Tengah tersebut untuk meninjau ulang beban kerja fisiologi pekerjanya,

khusunya pada bagian mekanik, folding, pergudangan, loam, pallet, dan cucuk. Tingkat

beban kerja fisiologi dari suatu pekerjaan yang berada di atas batas yang

direkomendasikan, menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut berpotensi besar

menimbulkan kelelahan kerja. Oleh karena itu perbaikan sistem kerja sangat dibutuhkan

untuk mengurangi tingkat pembebanan fisik yang dialami oleh pekerja, sehingga

pekerja dapat melakukan pekerjaannya secara efektif, nyaman, aman, sehat, dan efisien.

Perbaikan yang dapat dilakukan antara lain dengan memberikan pengarahan

mengenai cara pengangkatan yang baik yaitu dengan metode “Double Pack” dimana

beban dibawa dengan cara meletakkannya menempel di dada dan bahu untuk bagian

folding. Bagian mekanik dapat dilakukan perbaikan berupa memberikan jaminan masa

tua seperti memberikan insentif yang lebih untuk pekerja yang sudah bekerja lebih dari

20 tahun dan memberikan pelayanan kesehatan gratis untuk semua pekerja sehingga

diharapkan pekerja akan selalu memperhatikan kesehatannya. Bagian pergudangan

merupakan bagian pekerjaan yang mempunyai beban kerja dan tanggung jawab paling

kecil. Tarwaka et al. (2004) menyatakan bahwa jenis pekerjaan yang tidak memberikan

tantangan dan tidak memerlukan skill, akan menyebabkan motivasi pekerja akan rendah.

Hal ini dapat diatasi dengan memberikan penambahan job sehingga pekerja tidak

merasa bosan. Jenis penambahan job yang dapat dilakukan antara lain dengan

memberikan tugas untuk melakukan pengepakan pada kain grey yang sudah jadi.

Perbaikan yang dapat dilakukan untuk bagian loam adalah pengurangan jumlah

mesin yang harus dioperasikan pekerja, agar konsentrasi pekerja dapat lebih terfokus.

Selain itu juga dapat dilakukan pengaturan tata letak mesin tenun. Wignjosoebroto

(2000) mengungkapkan bahwa tata letak fasilitas pabrik harus sesuai dengan aliran

proses produksinya. Prinsipnya adalah meminimalkan jarak perpindahan material

selama proses produksi berlangsung terutama sekali untuk fasilitas-fasilitas yang

frekuensi perpindahan atau volume material handlingnya cukup besar. Pada bagian

pallet dapat dilakukan dengan merancang ulang box pallet, dengan menambahkan roda

dan tiang pegangan yang ergonomis sesuai antropometri pekerja. Sehingga pekerja

dapat membawa box pallet tersebut dengan hanya mendorongnya saja agar tidak cepat

mengalami kelelahan. Pekerjaan pada bagian cucuk dimana posisi kerja duduk dan

sebagian besar otot yang bekerja adalah otot pada bagian lengan dan tangan dapat

menyebabkan pegal-pegal pada bagian lengan, tangan dan punggung. Hal ini dapat

diatasi dengan memberikan jadwal istirahat yang sering tetapi hanya sebentar. Hal ini

dimaksudkan agar pekerja dapat meregangkan otot-otot yang statis menjadi lebih rileks.

Wignjosoebroto (2000) juga menyatakan bahwa dengan pengaturan jadwal istirahat

yang lebih sering dibandingkan dengan dengan jadwal istirahat yang jarang akan

memberikan total produktivitas rata-rata yang lebih konstan.

5 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan diskusi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa beban

kerja untuk pekerjaan pria (mekanik, folding, dan pergudangan) tergolong perkerjaan

yang sedang. Pekerjaan yang paling berat adalah pekerjaan pada bagian mekanik

Page 15: Artikel Ilmiah

15

sedangkan beban kerja paling ringan adalah bagian pergudangan. Beban kerja untuk

pekerjaan wanita (loam, pallet, dan cucuk) termasuk pekerjaan ringan, dimana operator

loam memiliki beban kerja yang paling berat dan operator pallet memiliki beban kerja

paling ringan.

Kebutuhan energi harian pekerja pria berkisar antara 2800-3100 kkal, sedangkan

pada pekerja wanita berkisar antara 2000-2500 kkal. Apabila dibandingkan dengan

angka kecukupan gizi untuk orang Indonesia sekitar 2000 kkal, maka dapat dikatakan

bahwa pekerja pria memerlukan tambahan asupan gizi agar tubuh tetap sehat dan tidak

mengalami kelelahan saat beraktivitas. Sedangkan pekerja wanita dapat dikatakan tidak

mengalami kelelahan kerja yang cukup berarti karena asupan gizi yang masuk ke dalam

tubuh mampu memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan untuk beraktivitas sehari-

hari.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung

dalam kelancaran proses penelitian ini, yaitu Fakultas Teknik Universitas Diponegoro,

Institut Teknologi Bandung dan PT. Kosoema Nanda Putra yang telah banyak

membantu baik secara moral dan materi.

REFERENSI

Abdelhamid, Tariq S., Everett, John G. (2002). Physiological Demands during

Construction Work. Journal of Construction Engineering and Management, 427-

437. doi: 10.1061/(ASCE)0733-9364(2002)128:5(1)

Åstrand, P., Rodahl, K., Dahl, H. A., & Strǿmme, S. B. (2003). Textbook of Work

Physiology (4th ed.). United States of America: Human Kinetics.

Balderrama C., Ibarra, G., Riva, J. D. L., & López, S. (2010). Evaluation of Three

Methodologies to Estimate the VO2max in People of Different Ages. Applied

Ergonomics, 1-7.

Bridger, R.S. (1995). Introduction to Ergonomics. New York: McGraw-Hill Co.

Chung, M. K., Lee, Y. J., Lee, I., & Choi, K. I. (2005). Physiological Workload

Evaluation of Carrying Soft Drink Beverage Boxes on The Back. Applied

Ergonomics, 36, 569-574.

Cilingir, C., & Aktas, N. (1995). Energy Expenditure and Energy-Nutrient Consumption

of Female Textile Workers. Nutrition Research, 6, 813-817.

Dufourl, Darna L., & Piperata, Barbara A. (2008). Energy Expenditure Among Farmers

in Developing Countries: What Do We Know?. American Journal of Human

Biology, 20, 249-258.

Fredericks,T.K., Choib,S.D., Harta J., Butta S.E., dan Mitalc, A. (2005). An

investigation of myocardial aerobic capacity as a measure of both physical and

cognitive workloads. International Journal of Industrial Ergonomics. 35. 1097–

1107.

Geissler, C.A., Brun, T.A., Mirbagheri, I., Soheli, A., Naghibi, A., & Hedayat, H.

(2009). The Energy Expenditure of Female Carpet Weavers and Rural Women In

Iran. The American Journal of Clinical Nutrition, 34, 2776-2783.

Page 16: Artikel Ilmiah

16

Gulati, Martha., Shaw, Leslee J., Thisted, Ronald, A., Black, Henry R., Merz, C.Noel

Bairey, & Arnsdorf, Morton F. (2010). Heart Rate Response to Exercise Stress

Testing in Asymptomatic Women. Departemen of Medicine.

Hitapriya, A.S. (2011). Pengembangan Persamaan VO2Max dan Evaluasi HR Max

(Studi Awal Pada Pekerja Pria). Teknik Industri: Undip.

Iridiastadi, H. (1997). Thesis: Maximum Aerobic Capacity and Physiological Fatigue

Limit of Combined Manual Material Handling Task. Louisiana State University and

Agricultural and Mechanical College.

Krisnawati. (2011). Pengembangan Persamaan VO2Max dan Evaluasi HR Max (Studi

Awal Pada Pekerja Wanita). Teknik Industri: Undip.

Kroemer, K. H. E., Kroemer, H. B., & Kroemer-Elbert. K. E. (1997). Engineering

Physiology: Bases of Human Factors/Ergonomics (3rd ed.). United States of

America: International Thomson Publishing Company.

Maiti, R. (2008). Workload Assessment in Building Construction Related Activities in

India. Applied Ergonomics, 39, 754–765.

McCormick, Sanders. (1993). Human Factors in Engineering and Design (7th ed.),

New York: McGraw-Hill Book Company.

Motonaga, K., Yoshida, S., Yamagami, F., Kawano, T., & Takeda, E. (2006).

Estimation of Total Daily Energy Expenditure and Its Components by Monitoring

the Heart Rate of Japanese Endurance Athletes. J Nutr Sci Vitaminol, 52, 360-367.

Müller, M. L., & Coetsee, M. F. (1996). Physiological Demands and Working

Efficiency of Sugarcane Cutters in Harvesting Burnt and Unburnt Cane.

International Journal of Industrial Ergonomic, 38, 314-320.

Nurmianto, E. (1998). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Guna Widya.

Pullat, B. M. (1992). Fundamentals of Industrial ergonomics. United States of America:

Waveland Press, Inc.

Putra, O.G. (2011). Tesis: Kajian Fisiologis Terhadap Kapasitas Fisik dan Pengeluaran

Energi Pekerja Industri Pria. Teknik Industri: ITB.

Qonita, S. (2010). Evaluasi Beban Kerja Fisiologi Pekerja Wanita (Kajian Pada

Operator Pompa Bensin, Pemetik Teh, dan Pengemasan Kue). Teknik Industri: ITB.

Rodahl, K. (1989). The Physiology Of Work. London New York Philadelphia:

Taylor&Francis.

Robergs, R. A., & Landwehr, R. (2002). The Suprising History of The “Hrmax=220-

age” Equation. Society of Exercise Physiologists, 5 (2). 1-10.

Satriawan, Adipradana. (2009) . Pengembangan persamaan prediksi konsumsi oksigen

bagi pekerja industri pria. Tugas Sarjana, Program studi teknik industri, Institut

Teknologi ,Bandung,Indonesia.

Suci Printiasti, Siti. (2011). Studi Kapasitas Fisik dan Pengeluaran Energi Pekerja

Industri Wanita. Tesis, Program studi teknik industri, Institut Teknologi Bandung,

Bandung, Indonesia.

Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., & Tjakraatmadja, J. H. (1979). Teknik Tata Cara

Kerja. Bandung: Penerbit ITB.

Tarwaka, Bakri, S.H.A.,Sudiajeng, L. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan

Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.

Wickens, C. D., Lee, J., Liu, Y, & Becker, S. G., (2004). An Introduction to Human

Factors Engineering second edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Page 17: Artikel Ilmiah

17

Wignjosoebroto. (1995). Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya.

Yuliani, E. N. (2010). Tesis: Persamaan Ongkos Metabolik Pekerja Industri. Teknik

Industri: ITB.