Artikel Ilmiah
Transcript of Artikel Ilmiah
1
Evaluasi Beban Kerja Fisiologis dan Estimasi
Kebutuhan Energi Harian Pekerja Pria dan Wanita (Kajian pada Industri Tekstil)
Susatyo Nugroho W P1, Hardianto Iridiastadi
2
Amalia Heny Citawati1, Putri Sepditya Puspaningrum
1,
Universitas Diponegoro, Semarang, INDONESIA
Institut Teknologi Bandung, INDONESIA
Abstrak. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi beban kerja fisiologi pekerja
industri tekstil dan mengestimasi total kebutuhan energi hariannya. Penelitian ini
melibatkan 60 responden dari enam bagian pekerjaan yaitu mekanik, folding,
pergudangan untuk pekerja pria dan loam, pallet, cucuk untuk pekerja wanita.
Penilaian subjektif menggunakan skala Borg CR-10 sedangkan penilaian objektif
menggunakan indikator denyut nadi dan konsumsi oksigen. Pengukuran denyut nadi
dilakukan secara manual selama 30 detik untuk setiap kali pengukuran pada titik waktu
tertentu, yaitu 30 menit setelah mulai bekerja, 15 menit setelah selesai istirahat, dan 30
menit sebelum selesai bekerja. Estimasi kebutuhan energi harian dilakukan dengan
mengkonversikan nilai VO2 pada aktivitas kerja (hasil prediksi persamaan konsumsi
oksigen) dan aktivitas di luar kerja (hasil wawancara). Hasil penelitian menunjukkan
kelompok pekerjaan pria tergolong pekerjaan sedang dan kelompok pekerjaan wanita
tergolong pekerjaan ringan. Pekerjaan terberat adalah pekerja folding untuk kategori
pria dan operator loam untuk wanita. Kebutuhan energi harian pekerja pria berkisar
antara 2800-3100 kkal sedangkan wanita berkisar antara 2000-2500 kkal. Jika melihat
angka kecukupan gizi untuk orang Indonesia sebesar 2000 kkal, dapat dikatakan bahwa
pekerja pria memerlukan tambahan asupan gizi. Sedangkan pekerja wanita dapat
bekerja tanpa mengalami kelelahan, karena asupan yang masuk ke dalam tubuh dapat
memenuhi kebutuhan energi untuk beraktivitas sehari-hari.
Kata Kunci: Beban kerja fisik, energi harian, industri tekstil, denyut nadi, Borg CR-10.
1. PENDAHULUAN
Manusia memiliki peranan yang penting dalam keberlangsungan suatu perusahaan
sehingga mengharuskan terciptanya suatu perancangan sistem kerja yang aman dan
produktif dalam perusahaan tersebut. Sistem kerja yang dirancang harus memastikan
bahwa beban kerja yang diterima oleh pekerja harus tetap berada dalam jangkauan
kemampuannya (Åstrand, Rodahl, Dahl, & Strømme, 2003). Bridger (1995)
menyatakan bahwa metode fisiologi dapat diterapkan pada sebuah industri untuk
mengevaluasi beban kerja fisik yang diterima saat bekerja. Wickens, Lee, Liu, dan
Gordon-Becker (2004) menyatakan bahwa untuk menghitung beban kerja fisik dapat
2
menggunakan indikator denyut jantung dan konsumsi oksigen sebagai indikator
objektif. Data denyut jantung dapat memberikan estimasi pengeluaran energi yang valid
ketika hubungan denyut jantung dan konsumsi oksigen disesuaikan untuk setiap
pekerja. Pengeluaran total kebutuhan energi harian merupakan jumlah energi yang
dibutuhkan oleh setiap orang untuk memenuhi tuntutan fisik sehari-hari, yang meliputi
jumlah energi yang diperlukan untuk mempertahankan kebutuhan tubuh saat istirahat,
pengeluaran energi basal, dinyatakan sebagai tingkat Basal Metabolic Rate (BMR), dan
kebutuhan energi untuk aktivitas sehari-hari.
Penelitian mengenai evaluasi beban kerja fisik telah banyak dilakukan di luar negeri.
Seperti pada penelitian Chung, Lee, Lee, dan Choi (2005) yang membahas mengenai
beban kerja fisiologi pada pekerja pria pemanggul box yang berisi produk softdrink, dan
Maiti (2008) yang membahas beban kerja fisik pekerja konstruksi wanita di India
dengan usia 28-32 tahun. Penelitian mengenai estimasi kebutuhan energi harian juga
telah dilakukan. Motonaga, Yoshida, Yamagami, Kawano, dan Takeda (2006)
mengambil responden 6 orang atlet pria untuk meneliti total pengeluaran energinya
melalui denyut nadi dengan usia 19-21 tahun. Sedangkan Dulfour dan Piperata (2008)
membandingkan kebutuhan energi harian pada sejumlah petani pria dan wanita di
Columbia dan Brazil.
Industri tekstil mempunyai peran yang cukup penting dalam perekonomian
Indonesia. Sehubungan dengan pentingnya dunia industri khususnya industri tekstil,
sejauh ini peneliti menilai bahwa penelitian yang membahas mengenai evaluasi beban
kerja fisik pada pekerja industri tekstil masih sangat terbatas di Indonesia. Walaupun
penelitian mengenai pengeluaran energi pada pekerja tekstil sudah pernah dilakukan di
luar negeri, namun hal ini belum tentu bisa diterapkan di Indonesia karena adanya
perbedaan karakteristik antropometri dan fisiologi pekerja. Hal inilah yang mendorong
peneliti untuk melakukan penelitian ini. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
menjadi menjadi dasar evaluasi beban kerja fisik pada objek yang diteliti dan dapat
memberikan informasi mengenai kebutuhan energi harian pada pekerja industri tekstil
yang masih sangat terbatas di Indonesia.
2. METODOLOGI
2.1. Responden
Responden dalam penelitian ini terdiri dari 30 pekerja pria dan 30 pekerja wanita
pada enam bagian pekerjaan berbeda dalam suatu industri tekstil. Bagian pekerjaan
tersebut adalah bagian mekanik, folding, dan pergudangan untuk pekerjaan pria serta
bagian loam, pallet, dan cucuk untuk pekerjaan wanita. Postur kerja setiap bagian
pekerjaan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
3
Gambar 1. Postur Kerja Bagian Mekanik, Folding, dan Pergudangan
Bagian mekanik bertanggung jawab terhadap kelancaran jalannya mesin produksi,
menyiapkan mesin diesel, penyediaan listrik, serta merawat dan memperbaiki mesin-
mesin yang memasuki masa maintenance atau mesin yang rusak. Bagian folding bertanggung jawab pada proses pelipatan, dan pengukuran kain grey. Sedangkan bagian
pergudangan bertugas untuk mengeluarkan kapas dan memindahkan kain grey yang sudah
jadi dari bagian folding ke gudang secara manual.
Gambar 2. Postur Kerja Bagian Loam, Pallet, dan Cucuk
Operator loam merupakan operator yang mengoperasikan mesin tenun (weaving
loam) untuk memroses benang pakan dan benang lucy menjadi sebuah kain. Setiap
operator pada bagian ini mengoperasikan 12 buah mesin secara bersamaan. Operator
pallet bertugas menggulung benang tenun yang masih di dalam cone pada palet-palet
dengan menggunakan mesin palet dan membawa palet-palet yang telah berisi gulungan
benang tenun ke bagian Loam untuk diproses pada mesin tenun. Sedangkan operator
cucuk bertugas memisakan utas-utas benang pada boom tenun dengan menggunakan
alat cucuk yang berupa jarum.
Setiap bagian pekerjaan terdiri dari 10 responden. Responden harus memiliki
beberapa kriteria, yaitu berada pada rentang usia 20-40 tahun, tidak merokok, tidak
mengkonsumsi alkohol, tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan
sistem pernapasan dan jantung, dalam kondisi yang sehat dan tidak memiliki cacat fisik.
2.2. Peralatan dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di sebuah pabrik tekstil yang berlokasi di Klaten, Jawa Tengah.
Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah stopwatch untuk mengatur waktu
4
dalam pengukuran denyut nadi secara manual, yaitu dengan meraba denyut nadi di
pergelangan tangan responden. Selain itu juga digunakan meteran untuk mengukur
tinggi badan responden, timbangan untuk mengukur berat badan responden, dan skala
Borg CR-10 untuk mengukur respon subjektif responden terhadap beban kerja yang
diterimanya.
Gambar 3. Cara Pengukuran Denyut Nadi Gambar 4. Skala Borg CR-10
2.3. Perancangan Desain Penelitian
Perancangan desain penelitian memudahkan peneliti dalam menjalankan rangkaian
pengambilan data agar fokus pada jalur tujuan penelitian. Perancangan desain penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Penjelasan mengenai jalannya penelitian kepada responden.
Tahap ini, responden diberikan penjelasan tentang segala hal yang berkaitan
dengan eksperimen yang akan dilakukan, kemudian menandatangani formulir
keikutsertaan dalam eksperimen
2. Pengukuran data antropometri.
Data antropometri responden yang diukur adalah berat badan dan tinggi badan.
3. Pengukuran denyut nadi.
Denyut nadi yang diukur adalah denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja.
Pengukuran denyut nadi istirahat dilakukan saat beberapa menit sebelum mulai
bekerja dan 30 menit setelah selesai bekerja. Sedangkan pengukuran denyut nadi
kerja dilakukan pada 30 menit setelah mulai bekerja, 15 menit setelah selesai
istirahat, dan 30 menit sebelum selesai bekerja.
4. Pengukuran skala Borg CR-10.
Pengukuran skala Borg CR-10 dilakukan pada tiga titik waktu yang sama seperti
pengukuran denyut nadi kerja.
5. Pengukuran Diary Activity.
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui jenis dan durasi dari aktivitas di luar kerja
responden dengan melakukan wawancara langsung terhadap responden.
5
2.4. DESAIN PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa tahapan. Tahapan
tersebut antara lain adalah:
2.4.1. Statistika Deskriptif
Statistika deskriptif akan diberlakukan pada data penelitian hasil pengukuran di
lapangan yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata, standard deviasi, dan rentang nilai.
Hal ini dimaksudkan agar terlihat gambaran umum masing-masing data untuk semua
jenis pekerjaan yang menjadi objek penelitian.
2.4.2. Tingkat Beban Kerja Berdasarkan Kriteria Denyut Jantung
1. Denyut Nadi Istirahat (HRrest) dan Denyut Nadi Kerja (HRwork)
HRrest yang digunakan adalah data yang memiliki nilai paling rendah dari dua titik
waktu pengukuran yang dilakukan. Sedangkan (HRwork) merupakan hasil rata-rata
dari data denyut nadi pada ketiga titik waktu pengukuran.
2. Persentase Heart Rate Reserve (%HRR)
Rodahl (1989) dalam Tarwaka et al. (2004) mendefinisikan Heart Rate Reserve
sebagai peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja
maksimum dan memiliki peran yang sangat penting dalam peningkatan keluaran
jantung.
(1)
dimana,
Denyut nadi maksimum pria : 208 - 0,7 usia (Hitapriya, 2011)
Denyut nadi maksimum wanita : 206 - 0,88 usia (Krisnawati, 2011)
2.4.3. Tingkat Beban Kerja Berdasarkan Kriteria Konsumsi Oksigen
1. Konsumsi Oksigen (VO2) Dan Energy Expenditure Work
Penilaian beban kerja fisiologi manusia atas pekerjaan yang dilakukannya dapat
digambarkan dari tingkat pengeluaran energi. Konsumsi oksigen dan pengeluran
energi memiliki hubungan yang linier (Wickens et al., 2004). Selanjutnya Åstrand
et al. (2003) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara denyut
nadi dan konsumsi oksigen. Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan
data denyut nadi untuk menghitung nilai konsumsi oksigen. Estimasi VO2
menggunakan persamaan Yuliani. (2010), yaitu:
Pria : VO2 p = -1,16 + 0,020 HRw – 0,035 Usia + 0,019 BB
(2)
Wanita : VO2 w = -1, 991 + 0,013 HRw + 0,024 BB
(3)
dimana,
HRw : denyut nadi kerja
6
BB : berat badan
Estimasi EEwork dengan mengkonversi nilai VO2 di mana 1 l/min VO2 = 5
kkal/liter.
2. Konsumsi Oksigen Relatif (%VO2max)
Abdelhamid dan Everett (2002) menyatakan bahwa beban kerja absolut diukur
dengan kemampuan pekerja untuk melakukan suatu pekerjaan yang mengacu
pada rata-rata VO2 dan kapasitas kerja individu, hal ini biasa disebut dengan
VO2max atau kapasitas aerobik maksimal. VO2max biasa ditunjukkan dalam
bentuk rasio atau disebut beban kerja relatif atau %VO2max.
(4)
dimana,
VO2 max pria = 3,4 liter/menit
VO2 max wanita = 2,3 liter/menit (Yuliani, 2010)
2.4.4 Tingkat Beban Kerja Berdasarkan Kriteria Persepsi Subjektif (RPE)
Parameter subjektif responden dengan skala Borg CR-10 di setiap titik waktu
pengambilan data (CR-101, CR-102, CR-103) tidak dirata-rata sebagaimana yang
dilakukan pada data denyut nadi kerja.
2.4.5 Total Kebutuhan Energi Harian
Total kebutuhan energi harian pekerja adalah penjumlahan nilai Energy Expenditure
Work (EE work) dan Energy Expenditure Non-Work (EE non-work). Nilai EE non-work
didapatkan dari hasil konversi konsumsi oksigen untuk aktivitas di luar kerja (VO2 non-
work) yang didekati dengan nilai VO2 untuk posisi tubuh saat tidur, duduk, berdiri, dan
berjalan hasil penelitian Putra dan Qonita (2011), yaitu:
Tabel 1.Nilai Faktor Pengali Konsumsi Oksigen untuk Aktivitas Luar Kerja
Gender VO2 Non-Work (l/menit)
Tidur Duduk Berdiri Berjalan
Pria 0,189 0,311 0,219 0,875
Wanita 0,201 0,228 0,237 0,718
2.4.6 Uji Beda ANOVA dan Post Hoc Analysis
One-way ANOVA digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar
bagian pada masing-masing gender dengan satu faktor yang terlibat. Pengolahan data
yang diuji adalah data usia, tinggi badan, berat badan, HRrest , HRw rata-rata, %HRRrata-
rata, VO2 rata-rata, EErata-rata, %VO2 max rata-rata, dan skala Borg CR-10. Penelitian
ini menggunakan perangkat lunak PASW Statistic v.18 dengan tingkat signifikansi (α)
0,05.
7
Post Hoc Analysis dilakukan jika hasil dari uji statistika ANOVA variabel bebas
antara ketiga bagian terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikatnya. Nilai pembanding Tukey dipilih sebagai pembanding dalam tahap ini
3 HASIL
Data yang dikumpulkan dari penelitian berupa data usia, berat badan, tinggi badan,
HRrest, HRwork, persepsi skala Borg CR-10, dan daftar aktivitas di luar kerja responden.
Setelah semua data terkumpul kemudian data tersebut diolah sesuai metotologi yang
telah dtentukan sebelumnya. Di samping itu juga dilakukan uji ANOVA dengan
menggunakan PASW Statistic 18 pada setiap variabel untuk masing-masing gender.
Langkah pengujian ANOVA dicontohkan pada variabel berat badan pada kelompok
pekerjaan wanita. Sebelum melakukan uji anova, harus ditentukan between-subject
design dan hipotesisnya terlebih dahulu. Adapun hipotesis dalam pengujian data berat
badan ini adalah:
H0 : μ berat badan op loam = μ berat badan op pallet = μ berat badan op cucuk
Ketiga populasi memiliki mean populasi yang sama (tidak berbeda secara
signifikan)
H1 : μ berat badan op loam ≠ μ berat badan op pallet ≠ μ berat badan op cucuk
Ketiga populasi tidak memiliki mean populasi yang sama (berbeda secara
signifikan)
Tabel 2. Between-Subject Design untuk Berat Badan Faktor Berat Badan (kg)
Operator Loam Operator Pallet Operator Cucuk
65,0 50,0 69,0
41,5 42,0 59,0
39,0 52,0 55,0
52,0 43,0 46,0
42,0 57,0 56,0
48,0 58,0 66,0
40,0 36,0 61,0
55,0 54,0 60,0
46,0 52,0 54,0
40,0 53,0 56,0
Hasil pengujian ANOVA menggunakan PASW Statistic v.18 adalah sebagai
berikut:
Tabel 3. Hasil Uji Statistik ANOVA untuk Faktor Berat Badan Sum of Squares df Mean Square F Sig,
Between Groups 697,317 2 348,658 6,440 ,005
Within Groups 1461,725 27 54,138
Total 2159,042 29
Hasil PASW Statistic v.18 diperoleh nilai Fhitung sebesar 6,440. Dibandingkan
dengan nilai Ftabel (.05,2,27) sebesar 3,36, yang berarti Fhitung > Ftabel, maka disimpulkan
bahwa H0 ditolak. Ketiga populasi dengan faktor berat badan memiliki perbedaan yang
8
signifikan. Sehingga diperlukan uji lanjutan Post Hoc Analysis dengan nilai
pembanding Tukey untuk membandingkan mean antar pekerjaan.
Tabel 4. Hasil Uji Post Hoc Analysis Berat Badan (I)
VAR00002
(J)
VAR00002
Mean
Difference (I-J)
Std,
Error Sig,
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Tukey
HSD
1,00
2,00 -2,85000 3,29053 ,666 -11,0086 5,3086
3,00 -11,35000* 3,29053 ,005 -19,5086 -3,1914
2,00
1,00 2,85000 3,29053 ,666 -5,3086 11,0086
3,00 -8,50000* 3,29053 ,040 -16,6586 -,3414
3,00
1,00 11,35000* 3,29053 ,005 3,1914 19,5086
2,00 8,50000* 3,29053 ,040 ,3414 16,6586
Dari tabel 4 dapat disimpulkan bahwa:
- Kelompok pekerjaan Operator Loam tidak berbeda signifikan terhadap kelompok
pekerjaan Operator Pallet.
- Kelompok pekerjaan Operator Loam berbeda signifikan terhadap kelompok
pekerjaan Operator Cucuk.
- Kelompok pekerjaan Operator Pallet berbeda signifikan terhadap kelompok
pekerjaan Operator Cucuk
Besarnya nilai rata-rata usia, berat badan, dan tinggi badan responden dapat di lihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 5. Nilai Rata-rata Usia, Berat Badan, dan Tinggi Badan Responden
Jenis Data Pekerjaan Pria Pekerjaan Wanita
Mekanik Folding Pergudangan Loam Pallet Cucuk
Usia (tahun) 36,1 ± 5,6 33,9 ± 5,3 34,7 ± 3,7 36,2 ± 4,7 34,0 ± 4,9 35,2 ± 4,1
Berat Badan (kg) 65,9 ± 16,3 63,5 ± 12,7 62,7 ± 6,3 46,9 ± 8,4 49,7 ± 7,1 58,2 ± 6,5
Tinggi Badan (cm) 170,0 ± 7,6 168,1 ± 5,2 166,5 ± 4,1 147,7 ± 4,6 154,5 ± 5,9 156,7 ± 6,8
Hasil uji anova menggambarkan bahwa responden pria pada bagian mekanik,
folding, dan pergudangan memiliki rata-rata usia, berat badan, dan tinggi badan yang
tidak berbeda secara signifikan. Sehingga responden ketiga bagian ini dapat dikatakan
identik satu sama lain. Responden wanta pada bagian loam, pallet, dan cucuk juga
memiliki rata-rata usia yang tidak berbeda secara signifikan. Tetapi rata-rata perbedaan
signifikan terlihat pada data rata-rata berat badan dan tinggi badan, dimana berat badan
operator cucuk lebih besar dibandingkan kedua bagian lainnya. Sedangkan tinggi badan
operator loam memiliki rata-rata paling kecil dibandingkan operator pallet dan operator
cucuk.
Kriteria objektif dapat dilihat dari indikator denyut nadi kerja, konsumsi oksigen dan
pengeluaran energi saat kerja. Pengolahan denyut nadi pekerja meliputi tiga bagian,
yaitu HRrset, HRwork, dan %HRR. HRrest merupakan denyut nadi terendah dari dua titik
waktu pengukuran. Sedangkan HRwork merupakan rata-rata denyut nadi dari ketiga titik
waktu pengukuran. %HRR dihitung untuk mengetahui selisih antara denyut nadi
maksimal individu (HRmax) dengan denyut nadi istirahat (HRRest), dan biasa disebut
dengan denyut nadi cadangan (Rodahl, 1989). Hasil data ketiga variabel pada masing-
masing gender dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
9
Tabel 6. Nilai HRrest, HRwork, dan %HRR Responden
Jenis Data Pekerjaan Pria Pekerjaan Wanita
Mekanik Folding Pergudangan Loam Pallet Cucuk
HRrest (bpm) 69,5 ± 6,5 70,4 ± 7,1 69,0 ± 6,5 72,4 ± 4,5 70,6 ± 4,2 70,0 ± 3,4
HRwork (bpm) 99,6 ± 4,0 98,7 ± 5,6 91,8 ± 3,4 97,1 ± 5,6 89,4 ± 5,5 89,9 ± 5,7
%HRR 26,5 ± 5,4 24,6 ± 6,3 19,6 ± 5,4 24,1 ± 5,2 17,8 ± 4,0 19,0 ± 4,3
HRrest pada pekerja pria dan wanita tidak memiliki perbedaan yang signifikan karena
memiliki nilai Fhitung < Ftabel, sehingga dapat dikatakan identik. Sedangkan HRwork
pekerja pria dan wanita berbeda secara signifikan dimana bagian mekanik dan folding
hampir sama dan memiliki nilai yang lebih besar daripada bagian pergudangan untuk
pekerjaan pria. Pada pekerjaan wanita bagian loam bebeda secara signifikan dengan
bagian pallet dan cucuk yang memiliki denyut nadi lebih kecil. Begitu juga dengan data
%HRR.
Estimasi konsumsi oksigen saat kerja (VO2 work) pada ketiga bagian yang berbeda
pada masing-masing gender di industri tekstil dihitung dari data denyut nadi kerja yang
telah diukur. Penelitian ini menggunakan model persamaan Yuliani (2010). Di samping
itu juga dilakukan perhitungan konsumsi oksigen relatif (%VO2 max) yang digunakan
sebagai indikasi untuk mengetahui kapasitas individu menggunakan oksigen atau
kapasitas aerobik. Nilai %VO2 max yang digunakan juga merupakan hasil penelitian
Yuliani (2010). Hasil estimasi VO2 work dan %VO2 max adalah seperti diperlihatkan pada
tabel berikut:
Tabel 7. Hasil Estimasi VO2 work dan VO2 max Responden
Jenis Data Pekerjaan Pria Pekerjaan Wanita
Mekanik Folding Pergudangan Loam Pallet Cucuk
VO2 work (l/menit) 0,8 ± 0,5 0,8 ± 0,4 0,7 ± 0,2 0,40 ± 0,21 0,35 ± 0,17 0,57 ± 0,17
% VO2 max 24,2 ± 13,4 24,5 ± 11,1 19,6 ± 6,4 17,2 ± 9,1 15,8 ± 7,2 25,0 ± 7,5
Setelah dilakukan pengujian ANOVA untuk kelompok pekerjaan bagian pria
didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan baik pada VO2 work dan
%VO2 max. Sedangkan pada kelompok pekerjaan bagian wanita terdapat perbedaan yang
signifikan antara bagian pallet dan bagian cucuk untuk kedua variabel data tersebut
setelah melalui uji lanjut Post Hoc Analysis.
Penilaian secara subjektif juga dilakukan untuk mengetahui persepsi pekerja
terhadap beban kerja yang diterimanya. Penilaian ini menggunakan skala Borg CR-10
yang dilakukan pada tiga titik waktu pengukuran. Hasil persepsi tersebut akan disajikan
pada tabel 8.
Tabel 8. Skala Borg CR-10 Responden
Jenis Data Pekerjaan Pria Pekerjaan Wanita
Mekanik Folding Pergudangan Loam Pallet Cucuk
CR-10 1 4,1 ± 1,3 4,9 ± 0,9 3,8 ± 1,0 4,3 ± 1,3 3,2 ± 0,6 3,1 ± 0,6
CR-10 2 3,6 ± 1,3 4,4 ± 1,3 3,5 ± 1,2 3,8 ± 1,5 2,8 ± 0,6 2,7 ± 0,7
CR-10 3 4,1 ± 1,3 4,7 ± 1,1 3,8 ± 1,0 4,4 ± 1,4 3,4 ± 1,0 3,1 ± 0,6
Pengujian ANOVA untuk kriteria subjektif dengan skala Borg CR-10 ini
menyatakan bahwa persepsi subjektif pekerja pria di bagian mekanik, folding, dan
10
pergudangan adalah identik untuk setiap titik waktu pengukuran atau tidak terdapat
perbedaan yang signifikan. Sedangkan hasil uni ANOVA untuk kelompok pekerjaan
wanita menggambarkan adanya perbedaan yang signifikan antara persepsi bagian loam,
pallet, dan cucuk. Operator loam merasakan beban kerja yang diterimanya berat bila
dibandingkan operator pallet dan cucuk.
Total kebutuhan energi harian pekerja merupakan jumlah energi yang dibutuhkan
untuk bekerja dan beraktivitas di luar kerja. Pengeluaran energi (EE) merupakan hasil
konversi konsumsi oksigen, dimana 1 l/menit VO2 = 5 kkal/liter (baik saat kerja
maupun di luar kerja). Konsumsi oksigen untuk aktivitas di luar kerja didekati dengan
nilai konsumsi oksigen untuk posisi tubuh tertentu, yaitu pada saat tidur, duduk, berdiri,
dan berjalan hasil penelitian Putra dan Printiasti (2011). Sebelum melakukan
perhitungan VO2 Non-Work dibutuhkan daftar jenis dan durasi aktivitas harian pekerja
yang didapatkan melalui wawancara langsung terhadap responden. Estimasi
pengeluaran energi di luar kerja (EENon-Work) dapat dilihat pada contoh perhitungan di
bawah ini:
Tabel 9. Contoh Perhitungan EENon-Work pada Responden Pertama Bagian Mekanik
Rincian Aktivitas Posisi Durasi
(menit)
Faktor pengali
VO2 (ml/menit)
VO2
(liter)
EE non-work
(kkal)
Tidur sore Tidur 30 0,189 5,7 28.5
Tidur malam Tidur 480 0,189 6,8 34,0
Mencuci baju Duduk 60 0,219 13,1 65.5
Mencuci motor Berdiri 30 0,311 9,3 46.5
Makan 2x
Mandi, dll
Duduk 30 0,219 6,6 33,0
Berdiri 30 0,311 9,3 46.5
Duduk santai Duduk 120 0,219 26,3 131.5
Santai di rumah Duduk 90 0,219 28,0 140,0
Menonton Televisi Duduk 50 0,219 43,8 219,0
Berjalan Jalan 5 0,875 4,4 22,0
Berdiri Berdiri 5 0,311 1,6 8,0
Perjalanan pulang (naik bus) Duduk 30 0,219 6,6 33,0
Berangkat kerja Duduk 30 0,219 6,6 33,0
Jalan kaki keluar rumah Berjalan 30 0,875 26,3 131.4
TOTAL 1020 194,2 970,9
Tabel 10. Contoh Perhitungan EENon-Work pada Responden Pertama Bagian Loam
Rincian Aktivitas Posisi Durasi
(menit)
Faktor pengali
VO2 (ml/menit)
VO2
(liter)
EE non-work
(kkal)
Memasak
Duduk 50 0,228 11,40 57.01
Berdiri 10 0,237 2,37 11.87
Berjalan 10 0,718 7,18 35.92
Mencuci (baju, piring, dll) Duduk 45 0,228 10,26 51.30
Membersihkan rumah Berdiri 20 0,237 4,75 23.74
Berjalan 15 0,718 10,78 53.89
Jalan-jalan dan bermain dengan anak Berjalan 20 0,718 14,37 71.85
Duduk 40 0,228 9,12 45.60
Makan Duduk 30 0,228 6,84 34.20
Mandi dll Berdiri 30 0,237 7,12 35.62
Santai di rumah Tidur 30 0,201 6,03 30.17
Menonton Televisi Duduk 60 0,228 13,68 68,41
Istirahat Kerja : - duduk santai Duduk 40 0,228 9,12 45,60
11
Istirahat Kerja : - berjalan Berjalan 10 0,718 7,18 35,92
- berdiri Berdiri 10 0,237 2,37 11,87
Perjalanan pulang pergi ke pabrik : - naik bus Duduk 60 0,228 13,68 68,41
- jalan kaki Berjalan 60 0,718 43,11 215,55
Tidur malam Tidur 480 0,201 96,56 482,78
TOTAL 1020 275,95 1379,73
Perhitungan EENon-Work ini berlaku untuk semua responden di enam bagian pekerjaan
baik pria dan wanita. Setelah menghitung nilai EENon-Work maka TEE (Total Energy
Expenditure) dapat diketahui dengan menjumlahkan EEWork dan EENon-Work. Nilai rata-
rata EEWork, EENon-Work, dan TEE untuk setiap bagian pada masing-masing gender akan
diperlihatkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 11. EEWork, EENon-Work, dan TEE Responden
Jenis Data Pekerjaan Pria Pekerjaan Wanita
Mekanik Folding Pergudangan Loam Pallet Cucuk
EEWork (kkal/hari) 1726,2 ±
954,4
1751,4 ±
793,2
1398,6 ±
458,4
831,9 ±
439,2
764,4 ±
348,3
1207,4 ±
364,8
EENon-Work
(kkal/hari)
1292,0 ±
213,8
1301,5 ±
156,9
1369,8 ±
188,5
1347,1 ±
144,0
1263,6 ±
59,7
1274,6 ±
57,1
TEE (kkal/hari) 3018,2 ±
1074,3
3052,9 ±
810,1
2768,4 ±
605,1
2179,0 ±
479,6
2028,0 ±
332,3
2481,9 ±
327,0
Pengujian ANOVA juga dilakukan pada ketiga variabel di atas. Hasil pengujian
dengan menggunakan PASW Statistik v.18 ini menggambarkan bawa pengeluaran
energi yang dibutuhkan pekerja pria baik saat bekerja (EEWork), maupun saat
beraktivitas di luar kerja (EENon-Work) tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan
kata lain semua responden pria bagian mekanik, folding, dan pergudangan identik satu
sama lain. Berbeda dengan pekerja bagian pria, pengujian ANOVA ini memberikan
indikasi bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil estimasi EEWork. Melalui
uji lanjut Post Hoc Analysis diketahui bahwa perbedaan terjadi di antara bagian pallet
dan cucuk, di mana EEWork operator cucuk jauh lebih besar dibandingkan dengan
operator pallet. Sedangkan hasil EENon-Work di antara bagian loam, pallet, dan cucuk
adalah identik atau tidak terdapat adanya perbedaan yang signifikan.
Salah satu tujuan dari penelitian, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
beban kerja fisiologi dan total pengeluaran energi harian yang terkait dengan jenis
pekerjaan yang dilakukan. Dengan pengujian statistik ANOVA melalui PASW Statistic
v.18 diketahui hasil pada tabel di bawah ini:
Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Uji ANOVA Indikator Pengukuran
Beban Kerja F tabel
F hitung Kesimpulan
Pria Wanita Pria Wanita
Denyut Nadi Istirahat 3,36 0,112 0,943 H0 diterima H0 diterima
Denyut Nadi Kerja 3,36 9,309 6,012 H0 ditolak H0 ditolak
%HRR 3,36 3,939 5,844 H0 ditolak H0 ditolak
VO2 work 3,36 0,545 3,873 H0 diterima H0 ditolak
%VO2 max 3,36 0,661 3,822 H0 diterima H0 ditolak
CR-10 1 3,36 2,780 5,296 H0 diterima H0 ditolak
CR-10 2 3,36 1,450 3,659 H0 diterima H0 ditolak
CR-10 3 3,36 1,639 4,212 H0 diterima H0 ditolak
12
EE work 3,36 0,634 3,818 H0 diterima H0 ditolak
EE non-work 3,36 0,511 2,242 H0 diterima H0 diterima
4 DISKUSI
Pada bagian ini akan dilakukan pembahasan lebih lanjut mengenai hasil yang telah
diperoleh. Diskusi yang akan dilakukan terdiri dari tiga bagian, yaitu diskusi klasifikasi
beban kerja fisiologi, diskusi total kebutuhan energi harian, dan implementasi industri.
4.1 Klasifikasi Beban Kerja Fisiologi
Berdasarkan klasifikasi jenis pekerjaan dengan indikator denyut nadi pada tabel 2
dapat dikatakan bagian mekanik, folding, dan pergudangan dapat dikategorikan sebagai
jenis pekerjaan yang sedang. Sedangkan pekerjaan sebagai operator loam berada dalam
kategori pekerjaan sedang, untuk pekerjaan sebagai operator pallet dan operator cucuk
termasuk dalam kategori pekerjaan yang ringan.
Tabel 13. Klasifikasi Jenis Pekerjaan Berdasarkan Kriteria Pengeluaran Energi dan
Denyut Nadi (Kroemer et al., 1997)
Classification Total Energy Expenditure Heart Rate in
Beats/min in Kj/min in Kcal/min
Light Work 10 2,5 90 or less
Medium Work 20 5 100
Heavy Work 30 7,5 120
Very Heavy Work 40 10 140
Extremely Heavy Work 50 12,5 160
Shimaoka et al.(1998) dalam Maiti (2008) menyebutkan bahwa pekerjaan dengan
%HRR ≥ 30% dapat menimbulkan beban kardiovaskular tinggi dalam bekerja selama 8
jam. Pada penelitian ini, nilai rata-rata %HRR untuk semua bagian pekerjaan pria dan
wanita berada di bawah angka 30%, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua bagian
pekerjaan tersebut tidak memiliki resiko beban kardiovaskular yang tinggi.
Berdasarkan klasifikasi pekerjaan menurut Pulat (1992) dengan indikator konsumsi
oksigen dan pengeluaran energi yang ditunjukkan pada tabel 3, dapat diketahui bahwa
semua bagian pekerjaan pria termasuk ke dalam pekerjaan ringan. Bagian pekerjaan
cucuk juga termasuk dalam kategori pekerjaan ringan. Sedangkan bagian loam dan
pallet termasuk pekerjaan sangat ringan.
Tabel 14. Klasifikasi Beban Kerja Berdasarkan Nilai VO2 dan Pengeluaran Energi
(Pullat, 1992)
Work Grade Energy expenditure
(kcal/min) O2 consumption (liters/min)
Severe > 12,5 > 2,5
Very Heavy 10,0 – 12,5 2 – 2,5
Heavy 7,5 – 10,0 1,5 – 2
Moderate 5,0 – 7,5 1,0 – 1,5
Light 2,5 – 5,0 0,5 – 1,0
13
Iridiastadi (1997) mengatakan jika beban pekerjaan manual material handling
melebihi 25% dari kapasitas aerobik maksimum treadmill (MACtreadmill) maka pekerjaan
tersebut dapat menyebabkan kelelahan. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai
%VO2max untuk semua bagian baik pekerjaan pria dan wanita berada di bawah angka
25% sehingga semua pekerjaan ini jika dilakukan secara terus-menerus selama 8 jam
tidak akan menimbulkan kelelahan.
Hasil yang didapat dari indikator subjektif dengan menggunakan Skala Borg CR-10
untuk pekerjaan pria menggambarkan bahwa beban kerja tertinggi banyak dirasakan
oleh pekerja pada bagian folding. Hal ini disebabkan tugas bagian folding cukup
banyak, mulai dari pelipatan dengan mesin, pengangkatan, hingga pengukuran kain
grey. Selain itu, beberapa responden juga mengatakan bahwa beban kerja akan semakin
berat apabila belum ada teman kerja lain yang bisa menggantikan kerjanya. Rata-rata
skor Borg CR-10 untuk pekerja bagian folding ini adalah 4,7 dimana dapat diartikan
bahwa responden merasakan beban pekerjaan yang berat. Sedangkan untuk pekerjaan
wanita menggambarkan bahwa beban kerja yang dirasakan operator loam lebih besar
diantara kedua pekerjaan yang lainnya. Mesin tenun sebanyak 12 unit harus
dikendalikan oleh operator ini. Kecermatan, ketelitian, ketangkasan dan keuletan sangat
dibutuhkan agar tidak terjadi kesalahan kerja. Pekerja pada bagian ini juga harus berdiri
dan berjalan dari satu mesin ke mesin berikutnya selama 7 jam bekerja. Hal ini
membuat pekerja merasa sedikit berat. Untuk pekerjaan Operator Pallet dan Operator
Cucuk termasuk dalam kategori pekerjaan yang sedang.
4.2 Total Kebutuhan Energi Harian
EEWork ini dihitung dengan cara mengkonversikan nilai VO2Work (liter) menjadi
satuan energi (KKal), dimana 1 liter oksigen = 5 KKal energi (Kroemer et al.,1997).
Hasil EEWork penelitian ini adalah sekitar 1700 kkal untuk bagian mekanik, 1750 kkal
untuk bagian folding, dan 1400 kkal untuk bagian pergudangan. Sedangkan untuk
pekerjaan loam, pallet, dan cucuk secara berturut-turut membutuhkan EEWork sebesar
830 kkal, 760 kkal, dan 1200 kkal. Untuk pekerjaan pria EEWork terbesar adalah pada
bagian folding, hal ini dikarenakan tugas atau tanggungjawab dari pekerja bagian
folding lebih banyak dan cukup berat dibandingkan dengan pekerja pada bagian lainnya.
Sedangkan untuk pekerjaan wanita EEWork terbesar adalah pada bagian cucuk. Hal ini
tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan yang mana bagian loam yang seharusnya
membutuhkan energi paling besar karena pekerjaannya lebh rumit. Keadaan ini
disebabkan karena penggunaan persamaan prediksi komsumsi oksigen milik Yuliani
(2010) yang hanya melibatkan variabel denyut nadi kerja dan berat badan.
EENonWork untuk pekerjaan pria memiliki rata-rata sebesar 1320 kkal sedangkan
untuk pekerjaan wanita berkisar antara 1300 kkal. Hasil uji ANOVA juga menunjukkan
tidak ada perbedaan yang signifikan di antara ketiga bagian pekerjaan untuk masing-
masing gender. Total kebutuhan energi harian pekerja pria dan wanita memiliki rentang
nilai secara beturut-turut sebesar 2800-3100 kkal dan 2000-2500 kkal. Pulat (1992)
menyatakan bahwa estimasi kebutuhan energi harian untuk pekerja pria adalah 3000-
3500 kkal per hari sedangkan untuk pekerja wanita adalah 2500-3000 kkal per hari.
Hasil nilai estimasi pengeluaran energi yang didapat pada penelitian ini tidak masuk ke
dalam range tersebut dikarenakan adanya perbedaan iklim, suhu, pekerjaan, pola dan
jenis makanan yang dikonsumsi pekerja
14
4.3 Implikasi Industri
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi perusahaan tekstil yang berlokasi di
Klaten, Jawa Tengah tersebut untuk meninjau ulang beban kerja fisiologi pekerjanya,
khusunya pada bagian mekanik, folding, pergudangan, loam, pallet, dan cucuk. Tingkat
beban kerja fisiologi dari suatu pekerjaan yang berada di atas batas yang
direkomendasikan, menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut berpotensi besar
menimbulkan kelelahan kerja. Oleh karena itu perbaikan sistem kerja sangat dibutuhkan
untuk mengurangi tingkat pembebanan fisik yang dialami oleh pekerja, sehingga
pekerja dapat melakukan pekerjaannya secara efektif, nyaman, aman, sehat, dan efisien.
Perbaikan yang dapat dilakukan antara lain dengan memberikan pengarahan
mengenai cara pengangkatan yang baik yaitu dengan metode “Double Pack” dimana
beban dibawa dengan cara meletakkannya menempel di dada dan bahu untuk bagian
folding. Bagian mekanik dapat dilakukan perbaikan berupa memberikan jaminan masa
tua seperti memberikan insentif yang lebih untuk pekerja yang sudah bekerja lebih dari
20 tahun dan memberikan pelayanan kesehatan gratis untuk semua pekerja sehingga
diharapkan pekerja akan selalu memperhatikan kesehatannya. Bagian pergudangan
merupakan bagian pekerjaan yang mempunyai beban kerja dan tanggung jawab paling
kecil. Tarwaka et al. (2004) menyatakan bahwa jenis pekerjaan yang tidak memberikan
tantangan dan tidak memerlukan skill, akan menyebabkan motivasi pekerja akan rendah.
Hal ini dapat diatasi dengan memberikan penambahan job sehingga pekerja tidak
merasa bosan. Jenis penambahan job yang dapat dilakukan antara lain dengan
memberikan tugas untuk melakukan pengepakan pada kain grey yang sudah jadi.
Perbaikan yang dapat dilakukan untuk bagian loam adalah pengurangan jumlah
mesin yang harus dioperasikan pekerja, agar konsentrasi pekerja dapat lebih terfokus.
Selain itu juga dapat dilakukan pengaturan tata letak mesin tenun. Wignjosoebroto
(2000) mengungkapkan bahwa tata letak fasilitas pabrik harus sesuai dengan aliran
proses produksinya. Prinsipnya adalah meminimalkan jarak perpindahan material
selama proses produksi berlangsung terutama sekali untuk fasilitas-fasilitas yang
frekuensi perpindahan atau volume material handlingnya cukup besar. Pada bagian
pallet dapat dilakukan dengan merancang ulang box pallet, dengan menambahkan roda
dan tiang pegangan yang ergonomis sesuai antropometri pekerja. Sehingga pekerja
dapat membawa box pallet tersebut dengan hanya mendorongnya saja agar tidak cepat
mengalami kelelahan. Pekerjaan pada bagian cucuk dimana posisi kerja duduk dan
sebagian besar otot yang bekerja adalah otot pada bagian lengan dan tangan dapat
menyebabkan pegal-pegal pada bagian lengan, tangan dan punggung. Hal ini dapat
diatasi dengan memberikan jadwal istirahat yang sering tetapi hanya sebentar. Hal ini
dimaksudkan agar pekerja dapat meregangkan otot-otot yang statis menjadi lebih rileks.
Wignjosoebroto (2000) juga menyatakan bahwa dengan pengaturan jadwal istirahat
yang lebih sering dibandingkan dengan dengan jadwal istirahat yang jarang akan
memberikan total produktivitas rata-rata yang lebih konstan.
5 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan diskusi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa beban
kerja untuk pekerjaan pria (mekanik, folding, dan pergudangan) tergolong perkerjaan
yang sedang. Pekerjaan yang paling berat adalah pekerjaan pada bagian mekanik
15
sedangkan beban kerja paling ringan adalah bagian pergudangan. Beban kerja untuk
pekerjaan wanita (loam, pallet, dan cucuk) termasuk pekerjaan ringan, dimana operator
loam memiliki beban kerja yang paling berat dan operator pallet memiliki beban kerja
paling ringan.
Kebutuhan energi harian pekerja pria berkisar antara 2800-3100 kkal, sedangkan
pada pekerja wanita berkisar antara 2000-2500 kkal. Apabila dibandingkan dengan
angka kecukupan gizi untuk orang Indonesia sekitar 2000 kkal, maka dapat dikatakan
bahwa pekerja pria memerlukan tambahan asupan gizi agar tubuh tetap sehat dan tidak
mengalami kelelahan saat beraktivitas. Sedangkan pekerja wanita dapat dikatakan tidak
mengalami kelelahan kerja yang cukup berarti karena asupan gizi yang masuk ke dalam
tubuh mampu memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan untuk beraktivitas sehari-
hari.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung
dalam kelancaran proses penelitian ini, yaitu Fakultas Teknik Universitas Diponegoro,
Institut Teknologi Bandung dan PT. Kosoema Nanda Putra yang telah banyak
membantu baik secara moral dan materi.
REFERENSI
Abdelhamid, Tariq S., Everett, John G. (2002). Physiological Demands during
Construction Work. Journal of Construction Engineering and Management, 427-
437. doi: 10.1061/(ASCE)0733-9364(2002)128:5(1)
Åstrand, P., Rodahl, K., Dahl, H. A., & Strǿmme, S. B. (2003). Textbook of Work
Physiology (4th ed.). United States of America: Human Kinetics.
Balderrama C., Ibarra, G., Riva, J. D. L., & López, S. (2010). Evaluation of Three
Methodologies to Estimate the VO2max in People of Different Ages. Applied
Ergonomics, 1-7.
Bridger, R.S. (1995). Introduction to Ergonomics. New York: McGraw-Hill Co.
Chung, M. K., Lee, Y. J., Lee, I., & Choi, K. I. (2005). Physiological Workload
Evaluation of Carrying Soft Drink Beverage Boxes on The Back. Applied
Ergonomics, 36, 569-574.
Cilingir, C., & Aktas, N. (1995). Energy Expenditure and Energy-Nutrient Consumption
of Female Textile Workers. Nutrition Research, 6, 813-817.
Dufourl, Darna L., & Piperata, Barbara A. (2008). Energy Expenditure Among Farmers
in Developing Countries: What Do We Know?. American Journal of Human
Biology, 20, 249-258.
Fredericks,T.K., Choib,S.D., Harta J., Butta S.E., dan Mitalc, A. (2005). An
investigation of myocardial aerobic capacity as a measure of both physical and
cognitive workloads. International Journal of Industrial Ergonomics. 35. 1097–
1107.
Geissler, C.A., Brun, T.A., Mirbagheri, I., Soheli, A., Naghibi, A., & Hedayat, H.
(2009). The Energy Expenditure of Female Carpet Weavers and Rural Women In
Iran. The American Journal of Clinical Nutrition, 34, 2776-2783.
16
Gulati, Martha., Shaw, Leslee J., Thisted, Ronald, A., Black, Henry R., Merz, C.Noel
Bairey, & Arnsdorf, Morton F. (2010). Heart Rate Response to Exercise Stress
Testing in Asymptomatic Women. Departemen of Medicine.
Hitapriya, A.S. (2011). Pengembangan Persamaan VO2Max dan Evaluasi HR Max
(Studi Awal Pada Pekerja Pria). Teknik Industri: Undip.
Iridiastadi, H. (1997). Thesis: Maximum Aerobic Capacity and Physiological Fatigue
Limit of Combined Manual Material Handling Task. Louisiana State University and
Agricultural and Mechanical College.
Krisnawati. (2011). Pengembangan Persamaan VO2Max dan Evaluasi HR Max (Studi
Awal Pada Pekerja Wanita). Teknik Industri: Undip.
Kroemer, K. H. E., Kroemer, H. B., & Kroemer-Elbert. K. E. (1997). Engineering
Physiology: Bases of Human Factors/Ergonomics (3rd ed.). United States of
America: International Thomson Publishing Company.
Maiti, R. (2008). Workload Assessment in Building Construction Related Activities in
India. Applied Ergonomics, 39, 754–765.
McCormick, Sanders. (1993). Human Factors in Engineering and Design (7th ed.),
New York: McGraw-Hill Book Company.
Motonaga, K., Yoshida, S., Yamagami, F., Kawano, T., & Takeda, E. (2006).
Estimation of Total Daily Energy Expenditure and Its Components by Monitoring
the Heart Rate of Japanese Endurance Athletes. J Nutr Sci Vitaminol, 52, 360-367.
Müller, M. L., & Coetsee, M. F. (1996). Physiological Demands and Working
Efficiency of Sugarcane Cutters in Harvesting Burnt and Unburnt Cane.
International Journal of Industrial Ergonomic, 38, 314-320.
Nurmianto, E. (1998). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Guna Widya.
Pullat, B. M. (1992). Fundamentals of Industrial ergonomics. United States of America:
Waveland Press, Inc.
Putra, O.G. (2011). Tesis: Kajian Fisiologis Terhadap Kapasitas Fisik dan Pengeluaran
Energi Pekerja Industri Pria. Teknik Industri: ITB.
Qonita, S. (2010). Evaluasi Beban Kerja Fisiologi Pekerja Wanita (Kajian Pada
Operator Pompa Bensin, Pemetik Teh, dan Pengemasan Kue). Teknik Industri: ITB.
Rodahl, K. (1989). The Physiology Of Work. London New York Philadelphia:
Taylor&Francis.
Robergs, R. A., & Landwehr, R. (2002). The Suprising History of The “Hrmax=220-
age” Equation. Society of Exercise Physiologists, 5 (2). 1-10.
Satriawan, Adipradana. (2009) . Pengembangan persamaan prediksi konsumsi oksigen
bagi pekerja industri pria. Tugas Sarjana, Program studi teknik industri, Institut
Teknologi ,Bandung,Indonesia.
Suci Printiasti, Siti. (2011). Studi Kapasitas Fisik dan Pengeluaran Energi Pekerja
Industri Wanita. Tesis, Program studi teknik industri, Institut Teknologi Bandung,
Bandung, Indonesia.
Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., & Tjakraatmadja, J. H. (1979). Teknik Tata Cara
Kerja. Bandung: Penerbit ITB.
Tarwaka, Bakri, S.H.A.,Sudiajeng, L. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.
Wickens, C. D., Lee, J., Liu, Y, & Becker, S. G., (2004). An Introduction to Human
Factors Engineering second edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
17
Wignjosoebroto. (1995). Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya.
Yuliani, E. N. (2010). Tesis: Persamaan Ongkos Metabolik Pekerja Industri. Teknik
Industri: ITB.