artikel

21
1 ABSTRAK SITTI HADIJAH, Pengembangan Komoditi Unggulan Sektor Pertanian Di Kabupaten Sigi (atas bimbingan : Minullah dan Edhi Taqwa). Guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka pemerintah daerah harus berupaya untuk dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat bisa dilakukan melalui pengembangan potensi daerah yang ada melalui sektor unggulan yang dimiliki. Sektor yang paling besar memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Sigi adalah pertanian, untuk bisa mengembangkan sektor tersebut maka perlu diketahui komoditi-komoditi apa saja yang tergolong unggulan. Penelitian ini menggunakan data produksi masing-masing komoditi sektor pertanian dengan time series 2009 2011. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ) untuk menjawab permasalahan tentang komoditi sektor pertanian yang menjadi komoditi unggulan di Kabupaten Sigi, analisis Klassen Typology untuk menjawab permasalahan tentang pertumbuhannya dan digambarkan secara deskriptif untuk menjelaskan upaya-upaya apa yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan komoditi unggulan sektor pertanian tersebut. Komoditi unggulan yang diperoleh berdasarkan hasil analisis LQ adalah: komoditi jagung, kakao, kopi, sapi potong, kuda, domba, babi, ayam petelur dan budidaya kolam. Berdasarkan analisis Klassen Typologi diperoleh hasil komoditi maju dan tumbuh cepat adalah kopi dan domba, komoditi berkembang cepat adalah ubi jalar dan kelapa, komoditi maju dan tumbuh lambat adalah jagung, kakao, sapi potong, babi, ayam petelur dan budidaya kolam, serta komoditi relatif tertinggal adalah padi, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, cengkeh, jambu mete, kerbau, kuda, kambing, ayam pedaging dan perikanan tangkap (danau). Kata Kunci : Sektor pertanian, komoditi unggulan ABSTRACK SITTI HADIJAH, The development of agriculture main commodity in Sigi Regency (guided by : Minullah and Edhi Taqwa). To improve the livelihoods of local communities, the government should strive to improve incomes. To increase people income can be done through the development of existing potential areas through seed sector owned. The biggest sector contributed to GDP sigi district is agriculture, in order to develop this potential it is necessary to know what commodities are considered superior. This study uses data on production of each agricultural commodity with time series 2009-2011. The data obtained were then processed and analyzed using analytical tools Location Quotient (LQ) to address the problems of the agricultural commodities sector commodities in the district sigi, Klassen analysis to answer

description

serba serbi

Transcript of artikel

Page 1: artikel

1

ABSTRAK

SITTI HADIJAH, Pengembangan Komoditi Unggulan Sektor Pertanian Di

Kabupaten Sigi (atas bimbingan : Minullah dan Edhi Taqwa).

Guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka pemerintah daerah

harus berupaya untuk dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Peningkatan

pendapatan masyarakat bisa dilakukan melalui pengembangan potensi daerah

yang ada melalui sektor unggulan yang dimiliki. Sektor yang paling besar

memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Sigi adalah pertanian, untuk

bisa mengembangkan sektor tersebut maka perlu diketahui komoditi-komoditi apa

saja yang tergolong unggulan.

Penelitian ini menggunakan data produksi masing-masing komoditi sektor

pertanian dengan time series 2009 – 2011. Data yang diperoleh kemudian diolah

dan dianalisis menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ) untuk

menjawab permasalahan tentang komoditi sektor pertanian yang menjadi

komoditi unggulan di Kabupaten Sigi, analisis Klassen Typology untuk

menjawab permasalahan tentang pertumbuhannya dan digambarkan secara

deskriptif untuk menjelaskan upaya-upaya apa yang dapat dilakukan dalam rangka

pengembangan komoditi unggulan sektor pertanian tersebut.

Komoditi unggulan yang diperoleh berdasarkan hasil analisis LQ adalah:

komoditi jagung, kakao, kopi, sapi potong, kuda, domba, babi, ayam petelur dan

budidaya kolam. Berdasarkan analisis Klassen Typologi diperoleh hasil komoditi

maju dan tumbuh cepat adalah kopi dan domba, komoditi berkembang cepat

adalah ubi jalar dan kelapa, komoditi maju dan tumbuh lambat adalah jagung,

kakao, sapi potong, babi, ayam petelur dan budidaya kolam, serta komoditi relatif

tertinggal adalah padi, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, cengkeh, jambu

mete, kerbau, kuda, kambing, ayam pedaging dan perikanan tangkap (danau).

Kata Kunci : Sektor pertanian, komoditi unggulan

ABSTRACK

SITTI HADIJAH, The development of agriculture main commodity in Sigi

Regency (guided by : Minullah and Edhi Taqwa).

To improve the livelihoods of local communities, the government should

strive to improve incomes. To increase people income can be done through the

development of existing potential areas through seed sector owned. The biggest

sector contributed to GDP sigi district is agriculture, in order to develop this

potential it is necessary to know what commodities are considered superior.

This study uses data on production of each agricultural commodity with

time series 2009-2011. The data obtained were then processed and analyzed using

analytical tools Location Quotient (LQ) to address the problems of the agricultural

commodities sector commodities in the district sigi, Klassen analysis to answer

Page 2: artikel

2

the problem. Typology of growth and descriptive described to explain what efforts

can carried out in the framework of the development of the agricultural

commodity sector

Commodities based on results obtained by the analysis of LQ is:

Commodity corn, cocoa, coffee, beef cattle, horses, sheep, pigs, laying hens and

aquaculture ponds. Based on the analysis of the results obtained Typology

Klassen advanced and rapidly growing commodity is coffee and sheep, fast

growing commodity is sweet potato and coconut, forward and slow-growing

commodity are corn, cocoa, beef cattle, pigs, poultry, and aquaculture pond and

relatively low commodity is rice, peanuts, green beans, cassava, cloves, cashew

nuts, buffalo, horses, goats, broiler, fishing (lake).

Keywords : Agriculture sector, commodity superiority

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kebijakan dalam melaksanakan pembangunan suatu daerah harus melihat

masalah, kebutuhan dan potensi serta kondisi daerah itu sendiri. Pola kebijakan

perencanaan pembangunan yang dilakukan daerah lain belum tentu memberikan

manfaat yang sama atau bahkan mungkin bisa menyebabkan kegagalan

pembangunan pada daerah yang bersangkutan karena adanya perbedaaan

karakteristik dari masing-masing daerah yang bersangkutan. Untuk itu penentuan

sektor unggulan dalam suatu daerah dengan menggunakan analisis ekonomi

merupakan salah satu alternatif yang diperlukan agar pelaksanaan pembangunan

ekonomi daerah sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan.

Perencanaan pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, salah satunya dapat dicapai dengan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat meningkat, bila ada satu atau beberapa

Page 3: artikel

3

sektor ekonomi yang berkembang dan diperkirakan sektor yang mempunyai

perkembangan lebih cepat dari sektor lain akan menjadi suatu sektor unggulan.

Sektor Pertanian yang terbagi dalam 5 (lima) sub sektor yaitu Tanaman

Pangan (Farm Food Crops), Perkebunan (Farm Nonfood Crops), Peternakan

(Livestock), Kehutanan (Forestry) dan Perikanan (Fishery) adalah salah satu

sektor pembentuk PDRB dan merupakan sektor unggulan saat ini.

Peran penting sektor pertanian telah terbukti dari keberhasilan sektor

pertanian pada saat krisis ekonomi dalam menyediakan kebutuhan pangan pokok

dalam jumlah yang memadai dan tingkat pertumbuhannya yang positif dalam

menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Keadaan ini menjadi pertimbangan

utama dirumuskannya kebijakan yang memiliki keberpihakan terhadap sektor

pertanian dalam memperluas lapangan kerja, menghapus kemiskinan dan

mendorong pembangunan ekonomi yang lebih luas.

Sektor unggulan pertanian yang dimiliki suatu daerah akan memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena

akan memberikan keuntungan kompetitif dan komparatif yang selanjutnya akan

mendorong pengembangan ekspor barang maupun jasa.

Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Sigi sangat

besar. Hal ini terlihat dari angka PDRB yang tiap tahunnya meningkat pada sektor

pertanian khususnya sub sektor perkebunan dan tanaman pangan. Ini

menunjukkan bahwa pengaruh sektor ini sangat besar dibandingkan dengan

sektor-sektor pembentuk PDRB lainnya.

Page 4: artikel

4

Sektor Pertanian di Kabupaten Sigi cukup memberikan kontribusi yang

signifikan dalam perekonomian daerah dan memegang peranan penting dalam

upaya peningkatan taraf hidup masyarakat.

Peningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produksi komoditi

pertanian unggulan dirasa perlu untuk diteliti. Kemudian perlu juga diketahui

kendala-kendala pengembangan komoditi tersebut, sehingga dapat dirumuskan

pemecahan masalah atau jalan keluar agar komoditi unggulan tersebut dapat lebih

dikembangkan dan yang bukan unggulan dapat menjadi komoditi unggulan.

Namun perlu untuk disadari bahwa pemilihan sektor unggulan tidak semata-mata

untuk tampil beda menurut ragam karakteristik daerah, tetapi terutama menjadi

strategi akselerasi pembangunan daerah sendiri. Dari uraian diatas, maka dalam

rangka penggalian potensi daerah khususnya di Kabupaten Sigi sangatlah tepat

dilakukan studi identifikasi potensi produk unggulan daerah berdasarkan sektor

pertanian. Untuk itu, kami tertarik untuk melakukan penelitian yang akan

dijadikan sebagai karya tulis dengan judul “Pengembangan Komoditi Unggulan

Sektor Pertanian di Kabupaten Sigi”.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini, adalah:

1. Komoditi apa saja yang merupakan komoditi unggul di Kabupaten Sigi ?

2. Bagaimana pertumbuhan komoditi unggulan sektor pertanian di Kabupaten

Sigi?

Page 5: artikel

5

1.3. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis komoditi sektor pertanian unggulan

Kabupaten Sigi.

2. Mengkaji pertumbuhan komoditi unggulan sektor pertanian di Kabupaten

Sigi.

3. Mengetahui dan menganalisis upaya yang dapat dilakukan untuk

pengembangan komoditi unggulan sektor pertanian di Kabupaten Sigi.

1.4. Manfaat penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah khususnya pemerintah daerah

Kabupaten Sigi dalam penentuan kebijakan yang berkaitan dengan

pengembangan komoditi unggulan pada sektor pertanian.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak terkait yang tertarik pada

pembangunan daerah Kabupaten Sigi khususnya pembangunan pertanian.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang terkait dengan pembangunan dan

perencanaan ekonomi daerah.

II. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan

menggunakan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi

Tengah dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sigi.

Page 6: artikel

6

3.2. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sigi yang merupakan salah satu

Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan kabupaten termuda,

dengan pertimbangan bahwa kabupaten ini adalah kabupaten baru pemekaran dari

kabupaten induk yaitu Kabupaten Donggala dan mempunyai potensi yang besar

dalam sektor pertanian yang jika dikembangkan memberikan kontribusi yang

tinggi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah khususnya di

Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulawesi Tengah secara umum. Penelitian ini

dilaksanakan pada Bulan Juni sampai dengan Bulan Juli 2012.

3.3. Definisi operasional variabel dan pengukurannya

Untuk menyamakan persepsi tentang variabel-variabel yang digunakan dan

menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulis memberi batasan

definisi operasional sebagai berikut :

1. Sektor pertanian merupakan salah satu lapangan usaha dalam PDRB yang

terdiri dari sub sektor tanaman pangan, sub sektor peternakan, sub sektor

perkebunan dan sub sektor kehutanan.

2. Komoditi Unggulan dilihat dari sisi penawaran yang dicirikan oleh

superioritas dalam pertumbuhannya dalam kondisi biofisik, teknologi dan

sosial ekonomi petani di suatu wilayah, dan dari sisi permintaan dicirikan oleh

kuatnya permintaan di pasar domestik maupun pasar internasional.

3. Penentuan komoditi unggulan ditentukan berdasarkan kualitas dan kuantitas di

lapangan.

Page 7: artikel

7

4. Analisis komoditi unggulan ditentukan berdasarkan data produksi masing-

masing komoditi sektor pertanian.

5. Komoditi maju dan tumbuh cepat, jika komoditi tersebut kontribusi dan laju

pertumbuhan ditingkat kabupaten lebih tinggi dibandingkan dengan laju

pertumbuhan dan kontribusi komoditas lainya.

6. Komoditi yang relatif maju tetapi tertekan yaitu komoditi dimana

kontribusinya terhadap nilai produksi pada tingkat kabupaten lebih besar

dibandingkan kontribusi komoditi lainnya, tetapi laju pertumbuhannya rendah

dibandingkan dengan laju pertumbuhan komoditi lainnya..

7. Komodi dikatakan berkembang cepat, yaitu komoditi yang mempunyai

prospek pengembangan yang lebih baik, tetapi memiliki tingkat kontribusi

yang rendah. Pada dasarnya komoditi-komoditi tersebut mempunyai laju

pertumbuhan yang lebih besar ditingkat kabupaten dibandingkan komoditi

lainnya, tetapi memberikan kontribusi tingkat kabupaten yang lebih rendah

dibandingkan dengan komoditi lainnya.

8. Komoditi relatif tertinggal yaitu komoditi yang pertumbuhan dan

kontribusinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan komoditi lainnya.

3.4. Jenis dan sumber data

Penelitian ini menggunakan data produksi masing-masing komoditi sektor

pertanian yang terdiri dari 4 (empat) sub sektor yaitu tanaman pangan, tanaman

perkebunan, peternakan dan perikanan dengan time series 2009 – 2011.

Page 8: artikel

8

3.5. Tehnik pengambilan dan pengumpulan data

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data produksi

komoditi pertanian di Kabupaten Sigi dan data produksi komoditi pertanian di

Provinsi Sulawesi Tengah yang terdiri dari komoditi tanaman pangan,

perkebunan, peternakan dan perikanan dengan kurun waktu 3 (tiga) tahun, yaitu

2009 – 2011 yang dilakukan melalui studi pustaka.

3.6. Instrumen penelitian

Pada penelitian ini data yang diperoleh diolah dan dianalisis

menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ) untuk menjawab

permasalahan tentang komoditi sektor pertanian yang menjadi komoditi unggulan

di Kabupaten Sigi, analisis Klassen Typology untuk menjawab permasalahan

tentang pertumbuhannya dan digambarkan secara deskriptif untuk menjelaskan

upaya-upaya apa yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan komoditi

unggulan sektor pertanian tersebut di Kabupaten Sigi.

3.7. Tehnik analisis data

Pada penelitian ini, data yang telah dikumpulkan diteliti dan dianalisis

melalui alat analasis :

1. Location Quotient

Analisis LQ dapat digunakan untuk menentukan komoditas unggulan dari

segi produksinya. Untuk mengetahui komoditas unggulan pertanian masing-

LQ = Pij /Pj Pir/Pr atau LQ=

P ij / Pir Pj / Pr

Page 9: artikel

9

masing sub sektornya dari sisi produksi di Kabupaten Sigi, pada penelitian ini

menggunakan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

P ij

Pj

Pir

Pr

=

=

=

=

Produksi komoditi pertanian i di Kabupaten Sigi

Total produksi komoditi pertanian sub sektor i di Kabupaten Sigi

Produksi komoditi pertanian i di Provinsi Sulawesi Tengah

Total produksi komoditi pertanian sub sektor i pada di Provinsi Sulawesi

Tengah

Kriteria pengukuran nilai LQ yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

a. Bila LQ > 1 berarti komoditi pertanian tersebut di Kabupaten Sigi menjadi

basis atau merupakan komoditi unggulan, hasilnya tidak saja dapat memenuhi

kebutuhan diwilayah bersangkutan, akan tetapi juga dapat di ekspor keluar

wilayah.

b. Bila LQ < 1 berarti komoditi pertanian tersebut di Kabupaten Sigi tergolong

non basis, tidak memiliki keunggulan, produksi komoditi tersebut disuatu

wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau

inpor dari luar.

c. Bila LQ = 1 berarti komoditi pertanian tersebut di Kabupaten Sigi tergolong

non basis, tidak memiliki keunggulan, produksi dari komoditi tersebut hanya

mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk

diekspor.

2. Analisis Klassen Typologi

Pada penelitian ini analisis Klassen Typologi digunakan untuk

menggambarkan pola dan struktur pertumbuhan produksi komoditi pertanian yang

dibedakan menjadi empat bagian, yaitu komoditi maju dan tumbuh cepat,

Page 10: artikel

10

komoditi maju tetapi tertekan, komoditi berkembang dengan cepat dan komoditi

yang relatif tertinggal. Untuk jelasnya penggunaan dan interpretasi alat analisis

Klassen Typologi dapat dilihat pada tabel 3 dibawah.

Tabel 3.1

Tipologi Pertumbuhan Produksi Komoditi menurut Klassen

y ik > y i y ik < y i

r ik > r i

Komoditi maju

dan tumbuh cepat (A)

Komoditi

berkembang cepat (B)

r ik < r i

Komoditi maju dan

tumbuh lambat (C)

Komoditi relatif

tertinggal (D)

Keterangan :

y ik

y i

r ik

r i

=

=

=

=

Kontribusi komoditi pertanian i terhadap total produksi pertanian di

Kabupaten Sigi

Kontribusi komoditi pertanian i terhadap total produksi di Provinsi

Sulawesi Tengah

Laju pertumbuhan produksi komoditi pertanian i di Kabupaten Sigi

Laju pertumbuhan produksi komoditi pertanian i di Provinsi Sulawesi

Tengah

Kontribusi komoditi pertanian i terhadap total produksi di tingkat

Kabupaten Sigi (yik) dan kontribusi komoditi petanian terhadap total produksi di

tingkat Provinsi Sulawesi Tengah (yi) dapat dihitung dengan persamaan sebagai

berikut :

Dimana :

P ik

P tk

P i

P t

=

=

=

=

Produksi komoditi pertanian i di Kabupaten Sigi

Total produksi pertanian sub sektor i di Kabupaten Sigi

Produksi komoditi pertanian i di Provinsi Sulawesi Tengah

Total produksi komoditi pertanian sub sektor i di Provinsi Sulawesi

Tengah

Laju Pertumbuhan

Kontribusi

y ik = P ik

P tk

y i = P i

P t

X 100 % X 100 %

Page 11: artikel

11

Untuk laju pertumbuhan produksi komoditi pertanian i masing-masing sub

sektor yaitu sub sektor tanaman pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor

peternakan dan sub sektor perikanan ditingkat Kabupaten Sigi (rik) dan laju

pertumbuhan seluruh komoditi pertanian i di KabupatenSigi (ri) dapat dihitung

dengan persamaan sebagai berikut :

Dimana :

P ikt

P ik0

P it

P i0

= Produksi komoditi pertanian i di Kabupaten. Sigi pada tahun ke t

= Produksi komoditi pertanian i di Kabupaten Sigi pada awal tahun = Produksi komoditi pertanian i di Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun

ke t

= Produksi komoditi pertanian i di Provinsi Sulawesi Tengah pada awal

tahun

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil penelitian

4.1.2 Hasil analisis Location Quotient

Berdasarkan data dan kondisi dilapangan, terdapat komoditi-komoditi yang

tergolong unggulan yaitu: sub sektor tanaman pangan adalah komoditi padi,

jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar, dari sub sektor

perkebunan adalah komoditi kakao, kelapa, kopi, cengkeh dan jambu mete. Dari

sub sektor peternakan adalah komoditi sapi potong, kerbau dan kuda yang masuk

golongan ternak besar. Untuk golongan ternak kecil adalah komoditi kambing,

domba dan babi, dan yang masuk dalam golongan unggas adalah komoditi ayam

petelur dan ayam pedaging. Sedangkan dari sub sektor perikanan adalah perikanan

budidaya kolam dan perikanan tangkap danau. Hal ini berbeda dengan hasil

analisis LQ sebagaimana tabel dibawah, yaitu :

r ik = P ikt - P ik0

P ik0 X 100 % r i = P it - P i0

P i0 X 100 %

Page 12: artikel

12

Tabel. 4.1

Hasil Perhitungan Location Quotient Komoditi Pertanian

di Kabupaten Sigi Tahun 2009 - 2011

No Komoditi Tahun Rata-

Rata 2009 2010 2011

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Tanaman Pangan

Padi

Jagung

Kacang Tanah

Kacang Hijau

Ubi Kayu

Ubi Jalar

0,95

1,38

0,42

0,22

0,99

0,85

0,95

1,35

0,43

0,23

0,97

0,81

0,97

1,29

1,26

0,91

0,77

0,84

0,96

1,34

0,70

0,45

0,91

0,83

1.

2.

3.

4.

5.

Tanaman Perkebunan

Kakao

Kelapa

Kopi

Cengkeh

Jambu Mete

1,68

0,30

7,69

0,37

0,14

1,08

0,73

9,01

0,28

0,01

1,42

0,38

9,57

0,15

0,02

1,39

0,47

8,76

0,27

0,06

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Ternak Besar

Sapi Potong

Kerbau

Kuda

Ternak Kecil

Kambing

Domba

Babi

Unggas

Ayam Petelur

Ayam Pedaging

0,99

0,93

1,64

0,77

0,92

1,42

1,43

0,97

1,17

0,12

1,38

0,70

2,93

1,52

7,05

0,54

1,00

1,39

0,64

0,79

3,41

1,39

4,85

0,65

1,05

0,81

1,22

0,75

2,42

1,45

4,45

0,72

1.

2

Perikanan Budidaya

Kolam

Perikanan Tangkap

Danau

0,98

1,35

1,02

0,84

1,01

0,01

1,00

0,73

Sumber : Data Produksi Komoditi Sektor Pertanian diolah

4.1.3 Analisis klassen typologi

Berikut ini adalah hasil analisis komoditi pertanian di Kabupaten Sigi

berdasarkan Klassen Typologi.

Page 13: artikel

13

Tabel 4.2

Klasifikasi Komoditi di Kabupaten Sigi menurut Klassen Typologi

Kontribusi kabupaten

lebih besar dari

kontribusi provinsi

yik > y i

Kontribusi kabupaten

lebih kecil dari

kontribusi provinsi

y ik < y i

Laju Pertumbuhan kabupaten

lebih besar dari pada laju

pertumbuhan provinsi

r ik > r i

Komoditi maju

dan tumbuh cepat

-

-

-

Kopi

Sapi Potong

Domba

Komoditi

berkembang cepat

-

-

Ubi jalar

Kelapa

Laju Pertumbuhan kabupaten

lebih kecil dari pada laju

pertumbuhan provinsi

r ik < r i

Komoditi maju dan

tumbuh lambat

-

-

-

-

-

-

Jagung

Kakao

Kuda

Babi

Ayam petelur

Perikanan

budidaya (kolam)

Komoditi relatif

tertinggal

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Padi

Kacang Tanah

Kacang Hijau

Ubi kayu

Cengkeh

Jambu Mete

Kerbau

Kambing

Ayam pedaging

Perikanan

tangkap (danau)

4.2 Pembahasan hasil penelitian

4.2.1 Arah pengembangan komoditi unggulan sub sektor tanaman pangan

Sub sektor tanaman pangan merupakan salah satu sub sektor yang

mempunyai kotribusi terbesar terhadap perekonomian Kabupaten Sigi.

Berdasarkan hasil analisis Loqation Quotient, pada sub sektor Tanaman Pangan

terdapat komoditi unggul dan komoditi tidak unggul, dimana jagung merupakan

satu-satunya komoditi unggulan sedangkan padi, kacang tanah, kacang hijau, ubi

kayu dan ubi jalar tergolong tidak unggul karena memiliki LQ < 1.

Kontribusi

Laju Pertumbuhan

Page 14: artikel

14

Untuk komodi padi, kacang tanah, kacang hijau,ubi kayu dan ubi jalar

berdasarkan hasil analisis Loqation Quotient termasuk pada golongan bukan

unggulan. Tetapi dengan penanganan yang baik, diharapkan komoditi-komoditi

ini dapat menjadi komoditi unggulan. Utamanya komoditi padi, berdasarkan data

yang diperoleh pada Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah merupakan

Kabupaten terbesar ke-2 penyumbang komoditi ini setelah kabupaten Parigi

Moutong.

Upaya peningkatan produksi komoditi tanaman pangan di Kabupaten Sigi

dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu peningkatan produktivitas dan

perluasan areal tanam atau luas tanam, peningkatan daya saing dan nilai tambah,

peningkatan dan pengembangan infrastruktur pertanian, pengembangan sistem

perbenihan dan perbibitan, pengembangan alat dan mesin pertanian, pengamanan

produksi tanaman bahan pangan, pengembangan kelembagaan serta perbaikan

citra petani dan pertanian agar kembali diminati generasi penerus.

4.2.2. Arah pengembangan komoditi unggulan sub sektor perkebunan

Pada Sub sektor perkebunan ini, komoditi yang diamati adalah kakao,

kelapa, kopi, cengkeh dan jambu mete. Dari hasil analisis LQ diperoleh bahwa

selama 3 (tiga) tahun pengamatan yang termasuk komoditi unggulan adalah kakao

dan kopi, sedangkan komoditi yang bukan unggulan adalah kelapa, cengkeh dan

jambu mete.

Berdasarkan kondisi di lapangan diperoleh bahwa kelapa, cengkeh dan

jambu mete bukan merupakan unggulan disebabkan karena kondisi sebagian besar

tanaman-tanaman ini merupakan tanaman tua yang menyebabkan tingkat produksi

Page 15: artikel

15

yang rendah. Untuk itu dalam rangka peningkatan produksi komoditi tersebut

dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: Perbaikan lahan, Perbenihan

dan pembibitan, infrastruktur dan sarana, peningkatan sumberdaya manusia dan

kelembagaan petani perkebunan serta pembiayaan, tehnologi dan industri hilir

4.2.3 Arah pengembangan komoditi unggulan sub sektor peternakan

Pada Sub sektor peternakan ini, yang diamati adalah sapi potong, kerbau

dan kuda untuk golongan ternak besar dan kambing, domba dan babi untuk

golongan ternak kecil serta golongan unggas adalah ayam petelur dan ayam

pedaging. Dari hasil analisis LQ diperoleh bahwa selama 3 (tiga) tahun

pengamatan yang termasuk unggulan adalah sapi potong, kuda, domba, babi dan

ayam petelur sedangkan yang bukan unggulan adalah Kerbau, kambing dan ayam

pedaging.

Pengembangan sub sektor peternakan pemerintah daerah Kabupaten Sigi

juga telah memberi perhatian khusus, untuk itu beberapa strategi pengembangan

yang dapat ditempuh antara lain adalah: pengembangan Kelembagaan Peternakan,

Pola pembinaan kelompok tingkat usaha tani, Pola bergulir, Pengembangan

Kelembagaan Penyuluh, Pengembangan Jasa Pelayanan Tehnis dan Konsultasi

Peternakan, Pengembangan Tehnologi Tepat Guna, Program Optimalisasi

Sumberdaya Alam Lokal, Program Pengembangan Kelembagaan Keuangan,

Pengembangan kemitraan, Pembangunan dan Pemeliharaan

Prasarana/Infrastruktur

Page 16: artikel

16

4.2.4 Arah pengembangan komoditi unggulan sub sektor perikanan

Pada Sub sektor perikanan ini, untuk Kabupaten Sigi tidak dapat mengkaji

sektor perairan laut dikarenakan tidak adanya perairan laut. Komoditi yang

diamati adalah perikanan budidaya adalah kolam dan perikanan tangkap yaitu

danau. Dari hasil analisis LQ diperoleh bahwa selama 3 (tiga) tahun pengamatan

yang termasuk komoditi unggulan adalah perikanan budidaya yaitu kolam,

sedangkan komoditi yang bukan unggulan adalah perikanan tangkap khususnya

danau. Hal ini disebabkan karena wilayah Kabupaten Sigi tidak memiliki wilayah

laut, sehingga usaha bidang perikanan digerakkan hanya pada budidaya kolam.

Disadari bahwa Kabupaten Sigi memiliki potensi budidaya perikanan air tawar

yang cukup besar. Pengembangan budidaya kolam di Kabupaten Sigi yang

dikembangkan adalah pada jenis Ikan Mas, Nila dan Lele. Upaya yang perlu

dilakukan untuk pengembangannya adalah: Pemilihan spesies ikan, Penyediaan

sarana dan prasarana budidaya yang memadai, Pemberdayaan kelompok

pembudidayan ikan, termasuk bantuan permodalan, Meningkatkan daya saing,

melalui efisiensi biaya produksi, Mengendalikan hama penyakit ikan

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Hasil analisis Location Quotient di Kabupaten Sigi menunjukkan bahwa

komoditi-komoditi unggulan sektor pertanian yang diamati berdasarkan sub

sektornya masing-masing yaitu :

a. sub sektor tanaman pangan adalah jagung;

Page 17: artikel

17

b. sub sektor perkebunan adalah kakao, kopi;

c. sub sektor peternakan adalah sapi potong, kuda, domba, babi, ayam petelur ;

dan

d. sub sektor perikanan adalah perikanan budidaya kolam.

2. Hasil analisis Klassen Typologi struktur pertumbuhan komoditi sektor

pertanian di Kabupaten Sigi terbagi menjadi 4 bagian, yaitu :

a. komoditi maju dan tumbuh cepat adalah kopi dan domba;

b. komoditi berkembang cepat adalah ubi jalar dan kelapa;

c. Komoditi maju dan tumbuh lambat adalah kakao, sapi potong, babi, ayam

petelur dan perikanan budidaya (kolam); dan

d. Komoditi relatif tertinggal adalah padi, kacang tanah, kacang hijau, ubi

kayu, cengkeh, jambu mete, kerbau, kuda, kambing, ayam pedaging dan

perikanan tangkap (danau).

3. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan berbagai upaya dapat dilakukan

untuk pengembangan komoditi-komoditi unggulan dan bukan unggulan

tersebut berdasarkan sub sektornya masing-masing sehingga dapat terus

memberikan kontrubusi yang signifikan dalam perekonomian daerah

Kabupaten Sigi sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

5.2. Saran

1. Komoditi yang masuk dalam komoditi unggulan dapat terus dipertahankan

kelangsungannya dan bisa lebih diupayakan menjadi lebih berkembang lagi.

Page 18: artikel

18

2. Komoditi yang belum unggul perlu diidentifikasi sehingga bisa diketahui

masalah-masalah yang dihadapi dan bisa dicari solusi yang dapat dilakukan

sehingga dapat menjadi komoditi unggulan terhadap Kabupaten Sigi.

3. Peningkatan produksi Sub sektor tanaman pangan di Kabupaten Sigi dapat

dilakukan melalui peningkatan produksi, perluasan areal tanaman atau luas

tanam, peningkatan daya saing dan nilai tambah, peningkatan dan

pengembangan infrastruktur, pengembangan sistem perbenihan dan perbibitan,

pengembangan alat dan mesin pertanian, pengamanan produksi,

pengembangan kelembagaan dan perbaikan citra petani dan pertanian agar

kembali diminati generasi penerus.

4. Pada Sub sektor perkebunan, dapat dilakukan melalui perbaikan lahan,

perbenihan dan pembibitan, infrastruktur dan sarana, peningkatan sumberdaya

manusia dan kelembagaan petani perkebunan dan tehnologi dan industri hilir.

5. Peningkatan produksi pada Sub sektor peternakan dapat dilakukan dengan cara

pengembangan kelembagaan peternak, pola kelompok tingkat usaha tani, pola

bergulir, pengembangan kelembagaan penyuluh, pengembangan jasa pelayanan

tehnis dan konsultasi peternakan, pengembangan tehnologi tepat guna, program

optimalisasi sumberdaya alam lokal, program pengembangan kelembagaan

keuangan, pengembangan kemitraan, pembangunan dan pemeliharaan

prasarana/infrastruktur.

6. Peningkatan produksi pada Sub sektor perikanan dapat dilakukan melalui

upaya pemilihan spesies ikan, penyediaan sarana dan prasarana budidaya yang

memadai, pemberdayaan kelompok pembudidayaan ikan, termasuk bantuan

Page 19: artikel

19

permodalan, meningkatkan daya saing melalui efisiensi biaya produksi serta

mengendalikan hama penyakit ikan.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Adisasmita, Rahardjo, 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah, Graha Ilmu,

Yokyakarta.

Adisasmita, Rahardjo, 2006. Ekonomi Archipelago. Makassar.

Arief Daryanto dan Yundy Hafizrianda, 2010. Model-Model Kuantitatif Untuk

Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah, Konsep dan Aplikasi. PT.

Penerbit IPB Press, Bogor.

Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi

Daerah. BPFE, Yogyakarta.

Badan Perecanaan Pembangunan Daerah. 2010. Arah Pengembangan Kawasan

Pertanian di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Laporan. Kerjasama

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

dengan Lembaga Lamdawara, Palu

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sigi, 2010. Kawasan Sentra

Pengembangan Agribisnis Komoditi Unggulan untuk Komoditi Ternak di

Kabupaten Sigi. Laporan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Sigi dan Pusat Kajian Perencanaan dan Pengembangan

Sumberdaya Ternak (PKP2SP) Untad, Palu.

Damsar, 2002. Sosiologi Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2006. Pedoman Umum

Pelaksanaan Program dan Anggaran Kinerja Pengolahan dan Pemasaran

Hasi Pertanian. Deptan.

Indra Susanto, 2009. Strategi Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten

Pacitan dengan menggunakan Pendekatan Analisis Tipologi Klassen, Skipsi.

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 20: artikel

20

Jaenudin, D. Marwah H, Subagio H, Anny Mulyani dan Nata Suharta. 2000.

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kmoditas Pertanian. Versi 3. Pusat

Penelitian Tanah dan Agrokliat, Bogor.

Kuncoro, M, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan,

Strategi dan Peluang. Erlangga, Jakarta.

La Ode Syaifudin, 2003. Analisis Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Di

Kabupaten Muna, Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas

Brawijaya, 2010. Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten

Ponorogo. Laporan. Kerjasama Lembaga Penelitian dan Pengembangan

Kepada Masyarakat Universitas Brawijaya Malang dan Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Ponorogo.

Mayrowani H. Spriyati, B., Rahmanto, dan Erwidodo, 2002. Kajian Perdagangan

Komoditas Pertanian Antar Wilayah dalam Era Otonomi Daerah. Laporan

Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi

Pertanian.

M. Suparmoko, 1999. Metode Penelitian Praktis. BPFE-Yokyakarta.

Muhammad, Hasan, 2009. Ekonomi Pembangunan Perdesaan. Buku Ajar.

Program Pasca Sarjana Universitas Tadulako Palu.

Nur Indah Wulandari, 2010. Penentuan Agribisnis Unggulan Komodita Pertanian

Berdasarkan Nilai Produksi di Kabupaten Grobogan, Tesis. Program Studi

Magister Agribisnis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro

Semarang.

Nurleli, 2008. Pengembangan Komoditas Unggulan Perkebunan Di Kabupaten

Tanggamus Propinsi Lampung, Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor, Bogor

Ridha W, 2008. Analisis Potensi Wilayah untuk Pengembangan Usaha. Pasted

Juni 7th.

Riyadi dan Dedy Supriady, 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah. PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Saragih, B., 2000. Kumpulan Pemikiran Agribisnis Berbasis Peternakan. Pustaka

Wirausaha Muda, Bogor.

Page 21: artikel

21

Setiono, Dedi, NS, 2011. Ekonomi Pengembangan Wilayah, teori dan Analisis.

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Siagian, Sondang P, 1984. Proses Pengelolaan Pembangunan Nasional. Gunung

Agung, Jakarta.

Singarimbun, M dan Sofyan Effendi., 1989. Metode Penelitian Survay. LP3ES,

Jakarta.

Sirojuzilam, 2008. Disparitas Ekonomi dan Perencanaan Regional, Ketimpangan

Ekonomi Wilayah Barat dan Wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara,

Pustaka Bangsa Press.

Sjafrizal, 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah

Indonesia Bagian Barat. Prisma Lembaga Penelitian, Pendidikan dan

Penerangan Ekonomi dan Sosial.

Sjafrizal, 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Boduose Media. Padang

Sumatera Barat.

Sjafrizal, 2009. Teknis Praktis Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah.

Boduose Media. Padang Sumatera Barat.

Soekartawi, 1993. Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian. Rajawali Press,

Jakarta.

Tahawila, Amir, 2010. Perencanaan Tata Ruang. Buku Ajar. Program Pasca

Sarjana Universitas Tadulako Palu.

Tambunan, Tulus T. H, 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia: Teori &

Penemuan Empiris. Salemba Empat Jakarta.

Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional. PT Bumi Aksara, Jakarta.

.............................Perencanaan Pembangunan Wilayah. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Yusdja dan Ilham, 2004. Tinjauan Kebijakan Pengembangan Agribisnis Sapi

Potong. Akp. Vol. 2 No. 2, Juni 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.