Appendix

2
SINOPSIS NOVEL 5 cm. KARYA DONNY DHIRGANTORO Novel ini merupakan kisah dari lima orang bersahabat yang mengaku manusia- manusia agak pintar, sedikit tolol dan sok tahu tentang semua hal. Mereka adalah Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta. Arial adalah sosok yang paling ganteng di antara mereka. Riani adalah orang yang memakai kacamata, cantik, cerdas, dan seorang yang selalu mengutamakan prestasi. Zafran adalah seorang penyair yang selalu bimbang dengan keadaan hidupnya. Ian adalah sosok yang gendut dan kepalanya botak plontos. Genta adalah seorang pemimpin di kelompok ini, Genta merupakan sosok yang mempunyai perawakan badan yang agak besar dengan rambut agak lurus berjambul. Lagu Picture of You miliknya The Cure terdengar lembut dari tape mobil Ian di sepanjang jalan Diponegoro, Menteng. Lima orang di dalam mobil itu baru saja makan bubur ayam di Cikini. Mereka sepakat, entah untuk ke berapa kalinya pergi ke rumah Arial. Tiba- tiba Genta berucap kepada teman-temannya supaya tidak berjumpa sementara untuk beberapa bulan. Riani yang pada awalnya tidak setuju dengan ide Genta, akhirnya mau untuk tidak berjumpa dengan teman-temannya selama tiga bulan. Mereka sepakat untuk bertemu kembali yaitu pada tanggal 14 Agustus. Genta meyakinkan kepada teman-temannya bahwa dia akan memberikan informasi tentang rencana yang akan mereka lakukan pada tanggal 14 Agustus tersebut. Pada tanggal 7 Agustus, pukul sembilan pagi, Genta memberikan informasi kepada teman-temannya tentang rencana yang akan mereka lakukan pada tanggal 14 Agustus. Genta mengatakan kepada teman-temannya bahwa mereka akan berkumpul pada tanggal 14 Agustus di stasiun kereta api Senen pukul dua siang. Genta juga mengatakan kepada temannya bahwa mereka harus membawa tas gunung, baju hangat, senter, baterai, makanan ringan untuk empat hari, kacamata hitam, betadine, obat, sandal sepatu. Genta juga mengingatkan kepada teman-temannya terutama Ian, agar melakukan olahraga kecil-kecilan. Pada tanggal 14 Agustus, pukul satu lebih tiga puluh lima menit, di stasiun kereta api Senen terasa panas sekali. Genta yang membawa barang bawaan yang sangat banyak, sedang menikmati makan siang di salah satu restoran Padang. Tiba-tiba Genta melihat Zafran dengan tas yang besar, baju oranye menyala, celana pendek, dan kacamata hitam dari kejauhan. Zafran langsung menghampiri Genta dan membuat suasana terasa begitu bahagia di hati mereka. Kemudian Riani dan Ian yang baru sampai di stasiun kereta api Senen juga langsung menghampiri Zafran dan Genta. Tidak lama kemudian, Arial yang datang bersama adiknya yang bernama Arinda juga langsung menghampiri mereka berempat. Pukul setengah tiga lebih, mereka berenam yang membawa barang bawaan cukup banyak menuju ke kereta yang siap untuk berangkat. Mereka menaiki kereta ekonomi Matarmaja, yang melayani trayek Malang-Jakarata. Kereta tersebut terlihat tua dan kumuh, dengan kaca-kaca yang sudah pecah. Setelah membereskan barang bawaan, mereka duduk berenam, berhadap-hadapan. Riani dan Dinda duduk berhadapan di pojok dekat jendela. Genta di sebelah Riani berhadapan dengan Arial, dan Zafran di sebelah Arial berhadapan dengan Ian. Lima menit kemudian kereta pun mulai bergerak meninggalkan stasiun kereta api Senen. Kereta bergerak perlahan dengan sesekali mengeluarkan angin dari sambungan gerbongnya. Ian lalu bercerita tentang jungkir baliknya dia selama dua bulan. Ian menceritakan semua hal yang dialaminya selama dua bulan tersebut, mulai dari sikap pantang menyerahnya dia dalam mengerjai skripsi, mengalami dua kali penolakan terhadap kuisionernya, Universitas Sumatera Utara

description

AgFRJT

Transcript of Appendix

  • SINOPSIS NOVEL 5 cm.

    KARYA DONNY DHIRGANTORO

    Novel ini merupakan kisah dari lima orang bersahabat yang mengaku manusia-manusia agak pintar, sedikit tolol dan sok tahu tentang semua hal. Mereka adalah Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta. Arial adalah sosok yang paling ganteng di antara mereka. Riani adalah orang yang memakai kacamata, cantik, cerdas, dan seorang yang selalu mengutamakan prestasi. Zafran adalah seorang penyair yang selalu bimbang dengan keadaan hidupnya. Ian adalah sosok yang gendut dan kepalanya botak plontos. Genta adalah seorang pemimpin di kelompok ini, Genta merupakan sosok yang mempunyai perawakan badan yang agak besar dengan rambut agak lurus berjambul.

    Lagu Picture of You miliknya The Cure terdengar lembut dari tape mobil Ian di sepanjang jalan Diponegoro, Menteng. Lima orang di dalam mobil itu baru saja makan bubur ayam di Cikini. Mereka sepakat, entah untuk ke berapa kalinya pergi ke rumah Arial. Tiba-tiba Genta berucap kepada teman-temannya supaya tidak berjumpa sementara untuk beberapa bulan. Riani yang pada awalnya tidak setuju dengan ide Genta, akhirnya mau untuk tidak berjumpa dengan teman-temannya selama tiga bulan. Mereka sepakat untuk bertemu kembali yaitu pada tanggal 14 Agustus. Genta meyakinkan kepada teman-temannya bahwa dia akan memberikan informasi tentang rencana yang akan mereka lakukan pada tanggal 14 Agustus tersebut.

    Pada tanggal 7 Agustus, pukul sembilan pagi, Genta memberikan informasi kepada teman-temannya tentang rencana yang akan mereka lakukan pada tanggal 14 Agustus. Genta mengatakan kepada teman-temannya bahwa mereka akan berkumpul pada tanggal 14 Agustus di stasiun kereta api Senen pukul dua siang. Genta juga mengatakan kepada temannya bahwa mereka harus membawa tas gunung, baju hangat, senter, baterai, makanan ringan untuk empat hari, kacamata hitam, betadine, obat, sandal sepatu. Genta juga mengingatkan kepada teman-temannya terutama Ian, agar melakukan olahraga kecil-kecilan.

    Pada tanggal 14 Agustus, pukul satu lebih tiga puluh lima menit, di stasiun kereta api Senen terasa panas sekali. Genta yang membawa barang bawaan yang sangat banyak, sedang menikmati makan siang di salah satu restoran Padang. Tiba-tiba Genta melihat Zafran dengan tas yang besar, baju oranye menyala, celana pendek, dan kacamata hitam dari kejauhan. Zafran langsung menghampiri Genta dan membuat suasana terasa begitu bahagia di hati mereka. Kemudian Riani dan Ian yang baru sampai di stasiun kereta api Senen juga langsung menghampiri Zafran dan Genta. Tidak lama kemudian, Arial yang datang bersama adiknya yang bernama Arinda juga langsung menghampiri mereka berempat.

    Pukul setengah tiga lebih, mereka berenam yang membawa barang bawaan cukup banyak menuju ke kereta yang siap untuk berangkat. Mereka menaiki kereta ekonomi Matarmaja, yang melayani trayek Malang-Jakarata. Kereta tersebut terlihat tua dan kumuh, dengan kaca-kaca yang sudah pecah. Setelah membereskan barang bawaan, mereka duduk berenam, berhadap-hadapan. Riani dan Dinda duduk berhadapan di pojok dekat jendela. Genta di sebelah Riani berhadapan dengan Arial, dan Zafran di sebelah Arial berhadapan dengan Ian. Lima menit kemudian kereta pun mulai bergerak meninggalkan stasiun kereta api Senen. Kereta bergerak perlahan dengan sesekali mengeluarkan angin dari sambungan gerbongnya.

    Ian lalu bercerita tentang jungkir baliknya dia selama dua bulan. Ian menceritakan semua hal yang dialaminya selama dua bulan tersebut, mulai dari sikap pantang menyerahnya dia dalam mengerjai skripsi, mengalami dua kali penolakan terhadap kuisionernya,

    Universitas Sumatera Utara

    http://search.4shared.com/q/z-a/CCQD/1/music/afganhttp://search.4shared.com/q/z-a/CCQD/1/music/afganhttp://search.4shared.com/q/z-a/CCQD/1/music/afganhttp://search.4shared.com/q/z-a/CCQD/1/music/afganhttp://search.4shared.com/q/z-a/CCQD/1/music/afganhttp://search.4shared.com/q/z-a/CCQD/1/music/afgan

  • menghadapi dosen pembimbingnya, melihat keriput tangan kedua orang tuanya, dan merasakan sidang skripsinya. Sementara Arial mulai bercerita tentang Indy, wanita yang telah merebut hatinya. Arial menceritakan kepada teman-temanya tentang sosok Indy yang memiliki paras yang biasa saja tetapi enak untuk dilihat dan tidak membuat bosan. Indy yang selama ini selalu mengisi hari-harinya.

    Pada saat tengah malam, kereta yang membawa mereka mulai memasuki kota-kota di Jawa Tengah. Kereta melaju dengan cepat melewati jalan desa dan jalan kota yang damai dan sepi. Pukul setengah tiga malam, Genta, Riani, Zafran, dan Dinda turun dari kereta, menginjakkan kaki di ubin putih yang mulai kekuningan di stasiun Lempuyangan, Jogjakarta. Mereka berjalan ke toilet stasiun yang ada di antara para pedagang yang masih mencari rezeki di malam yang terasa dingin.

    Mereka berempat segera berjalan masuk ke kereta. Perlahan tapi pasti, kereta mulai berjalan meninggalkan stasiun Lempuyangan. Kereta mulai melaju cepat melewati hutan jati antara Madiun dan Nganjuk. Keenam anak manusia ini pun sudah lepas dari rasa kantuknya, dan kembali bercanda di kereta. Pagi yang begitu cerah seakan menyambut rombongan yang jauh dari rumah ini.

    Pukul setengah tiga lebih, mereka tiba di stasiun Malang. Matahari sore yang sudah enggan mengeluarkan panasnya datang menyambut. Sebelum meninggalkan kereta, sekali lagi mereka memandang kereta yang terdiam lelah setelah berlari seharian penuh, kereta yang dalam diamnya telah banyak bercerita tentang beragam manusia. Rombongan pecinta alam itu menarik perhatian banyak orang di stasiun Malang. Rasa pegal belum hilang benar dari badan mereka, sehingga mereka memutuskan untuk duduk sebentar di bangku stasiun yang panjang untuk meluruskan kaki dan menghilangkan penat.

    Matahari sore masih tersisa sedikit, menembus pepohonan di jalan desa kecil. Sore itu di Tumpang banyak sekali kesibukan jip-jip menunggu pendaki yang mulai berdatangan dengan berbagai macam tas gunung yang besar. Penampilan mereka mirip semua karena memang mempunyai tujuan yang sama yaitu Mahameru. Mereka mulai melangkah, menyusuri jalan berbatu desa yang akhirnya berbelok ke jalan setapak kecil menuju ke punggung Mahameru. Perjalanan berlanjut menembus pinggir hutan, punggung Mahameru. Tampak dari ketinggian pinggiran lereng hutan Mahameru, Ranu Kumbolo perlahan muncul seperti tetesan air raksasa yang jatuh dari langit dan membesar di depan mereka.

    Pukul dua malam, keadaan terasa dingin di atas tiga ribu meter dari permukaan laut. Keenam anak manusia itu tertegun melihat puncak Mahameru dalam gelap malam. Rombongan mulai bergerak, berjalan melewati hutan cemara yang gelap. Puncak Mahameru seperti sebuah gundukan pasir mahabesar dengan tebaran batu karang gunung di mana-mana. Jalur pendakian terlihat terang dipenuhi sinar bulan dan cahaya senter para pendaki yang mulai mendaki Gunung Semeru.

    Matahari pagi 17 Agustus pun terbit, sinar matahari yang hangat menyapa badan dingin mereka. Keenam anak manusia itu seperti melayang saat menjejakkan kaki di tanah tertinggi Pulau Jawa. Waktu seperti terhenti, dataran luas berpasir itu seperti sebuah papan besar menjulang indah di ketinggian menggapai langit, di sekeliling mereka tampak langit biru sebiru-birunya dengan sinar matahari yang begitu dekat. Awan putih berkumpul melingkar di bawah mereka. Asap putih tebal yang membubung di depan mereka sekarang terlihat jelas sekali kepulannya. Para pendaki tampak berbaris teratur di puncak Mahameru. Tertancap tiang bendera bambu yang berdiri tinggi sendiri di depan barisan upacara dengan latar belakang kepulan asap Mahameru dan langit biru.

    Rombongan anak manusia itu pun dengan khidmat dan penuh tangis haru melaksanakan upacara bendera di tanah tertinggi Pulau Jawa. Mereka tidak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan mereka negeri yang begitu Indah yang bernama Indonesia.

    Universitas Sumatera Utara

    http://search.4shared.com/q/z-a/CCQD/1/music/afgan