Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

46
Asuhan Keperawatan Jiwa LAPORAN PENDAHULUAN SKIZOFRENIA I. Landasan Teori Medis A. Pengertian 1. Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian, diskripsi khas proses pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya dan autisme (Mansjoer, 2000). 2. Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berfikir realitas, merasakan dan menunjukkan emosi, dan berperilaku dengan sikap yang dapat diterima secara sosial (Issacs, 2004). 3. Skizofrenia adalah diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau deteriorating yang luas serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya) (Rusdi Maslim, 1997). B. Penyebab 1. Ketentuan Berbagai penelitian membuktikan bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9% – 1,8%, bagi saudara kandung 7% – 15%, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

description

askep

Transcript of Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Page 1: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

LAPORAN PENDAHULUAN

SKIZOFRENIAI. Landasan Teori Medis

A. Pengertian

1. Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian, diskripsi khas proses pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya dan autisme (Mansjoer, 2000).

2. Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berfikir realitas, merasakan dan menunjukkan emosi, dan berperilaku dengan sikap yang dapat diterima secara sosial (Issacs, 2004).

3. Skizofrenia adalah diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau deteriorating yang luas serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya) (Rusdi Maslim, 1997).

B. Penyebab

1. KetentuanBerbagai penelitian membuktikan bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9% – 1,8%, bagi saudara kandung 7% – 15%, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 40% – 68%, kembar 2 telur 2% – 15%, kembar 1 telur 61% – 86% (Maramis, 1998).

2. EndokrinTeori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu pubertas kehamilan atau pueperium dan klimakterium, tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.

3. MetabolismeTeori ini didasarkan karena penderita skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung ekstremitas agar sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stuper katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 2: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

4. Susunan Saraf PusatPenyebab skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu ditemukan kelainan pada area orak ganglia, misalnya pelebaran sulkus, fisura serta ventrikel lateral III dan IV, perubahan asimetri hemisfer serebri dan gangguan dervitas otak, namun tidak ada satupun yang patogromik atau selalu ditemukan pada pasien skizofrenia.Menurut pendapat lain, skizofrenia merupakan aktivitas dopamin otak yang berlebihan, dilaporkan juga bahwa kadar 5-hydroxiindoleacetic acid (SHIAA) menurun pada skizofrenia kronik dan pada pasien skizofrenia dengan pelebaran ventrikel.

5. Teori Adolf MeyerSkizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu saat kontinuitas yang interior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya skizofrenia. Menurut Meyer, skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladapsi sehingga timbulnya disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan kelainan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (autisme).

6. Teori Sigmund FreudSkizofrenia terdapat (1) kelamahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik atau somatik, (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan ia yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangan kapasitas untuk memindahkan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.

7. Eugen BleulerPenggunaan istilah skizofrenia menonjolkan segala utama penyakit ini yaitu jiwa terpecah

belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir perasaan dan perbuatan. Bleuer membagi gejala skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan autisme), gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).

8. Teori lainSkizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, meladapsi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, anteriosklerasis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.Sampai sekarang belum diketahii dasar penyebab skizofrenia, faktor keturunan mempunyai pengaruh, faktor yang mempercepat yang menjadikan manifestasi atau faktor pencetus seperti penyakit badaniah atau stress psikologis, biasanya tidak menyebabkan skizofrenia walaupun pengaruhnya terhadap suatu penyakit skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal (Maramis, 1998).

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 3: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

C. Klasifikasi Skizofrenia

Kraepelin membagi skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain :

1. Skizofrenia SimplekSering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya berlahan-lahan.Suatu kelainan yg tidak lazim dimana ada perkembangan yg bersifat perlahan tetapi progresif mengenai keanehan tingkah laku, ketidak mampuan untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan penurunan kinerja secara menyeluruh.Waham, halusinasi tidak ada.Dapat berkembang menjadi gelandangan, pendiam, malas, tanpa tujuan.Penarikan diri secara sosial.

2. Skizofrenia HebefreniaPermulaannya perlahan-lahan atau sub-akut dan sering timbul pada masa remaja atau antara usia 15 – 25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personallity. Gangguan psikomotor seperti mannerium, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinasi banyak sekali.Kriteria umum diagnosis skizofrenia harus dipenuhi.Perubahan afektif tampak jelas, dangkal dan tak wajar.Waham dan halusinasi mengambang dan terputus-putus (fragmentary).Sering disertai cekikikan (giggling), rasa puas diri, senyum sendiri, sikap angkuh, tertawa menyeringai, mannerisme, mengibul secara seloroh, sifat kekanak-kanakan. Hipokondrik Perilaku tak bertanggung jawab dan sulit diramalkan, menyendiri, tanpa tujuan.Proses pikir mengalami disorganisasi, pembicaraan tak menentu, inkohorensia.Pramorbid kepribadian pemalu, suka menyendiri.Prognosa buruk karena gejala negatif sangat cepat berkembangnya.

3. Skizofrenia KatatonikTimbulnya pertama kali umur15 – 30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.Kriteria umum diagnosis skizofrenia harus dipenuhi.Gangguan psikomotor sangat menonjol, berva-riasi antara kondisi ekstrem hiperkinesis dan stupor.Gangguan: stupor, gelisah, negativisme, katalepsi, fleksibilitas serea, otomatisme.

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 4: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

4. Skizofrenia ParanoidGejala yang mencolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.Tipe skizofrenia yg plng sering dijumpai.Kriteria umum diagnosis skizofrenia harus dipenuhi.Gambaran klinis didominasi oleh waham, sering bersifat paranoid dan halusinasi, terutama hal.pendengaran dan ggan persepsi lainnya.Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembica-raan, dan G/katatonik tidak menonjol.Selalu dijumpai ggan suasana perasaan (afektif) berupa iritabilitas,kemarahan yg tiba2, ketakutan, kecurigaan, tidak serasi. Perjalanan penyakit : dapat episodik dgn remisi sebahagian atau sempurna, atau menjadi kronis.Onset cenderung pada usia lebih tua dari pada bentuk hebefrenia dan katatonia.

5. Episode Skizofrenia AkutGejala skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.

6. Skizofrenia ResidualKeadan skizofrenia dengan gejala primernya Bleuer, tetapi tidak jelas adanya gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa hari serangan skizofrenia.Suatu stadium kronis dari skizofrenia yg lebih lanjut ditandai dgn gejala negatif yg panjang, walaupun belum tentu irreversibel.Gangguan negatif : perlambatan psikomotor, aktivitas menurun, afek tumpul, sikap pasif tak punya inisiatif, banyak diam, perawatan diri buruk, kinerja sosial buruk.Keadaan ini sudah berlangsung 1 thn.

7. Skizofrenia Skizo AfektifGejala skizofrenia terapat menonjolo secara bersamaan, juga gejala-gekala depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi juga mungkin timbul serangan lagi.

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 5: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

D. Manifestasi Klinis

1. Gejala primera. Gangguan proses pikerb. Gangguan emosic. Gangguan kemauan :

NegativismeAmbivalensiOtomatisme

2. Gejala psikomotora. Wahamb. Halusinasi

PPDGJ III1. Gejala amat jelas

Suara-suara halusinasi yang berkomentas terus-menerusWaham-waham yang menetap

2. Paling sedikit memiliki dua gejala yang terus ada dengan yang :Halusinasi secara menetap dalam setiap modelitasArus pikir terputus-putus atau mengalami sisipanPerilaku katatonik seperti gaduh gelisah atau fleksi belitas serta negatisme seperti apatis dan sebagainya.

Penatalaksanaan

Farmakoterapi

Obat neuroleptika selalu diberikan, kecuali obat-obat ini terkontraindikasi, karena 75% penderita skizofrenia memperoleh perbaikan dengan obat-obat neuroleptika. Kontraindikasi meliputi neuroleptika yang sangat antikolinergik seperti klorpromazin, molindone, dan thioridazine pada penderita dengan hipertrofi prostate atau glaucoma sudut tertutup. Antara sepertiga hingga separuh penderita skizofrenia dapat membaik dengan lithium. Namun, karena lithium belum terbukti lebih baik dari neuroleptika, penggunaannya disarankan sebatas obat penopang.

Terapi Elektrokonvulsif (ECT)

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 6: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

Meskipun terapi elektrokonvulsif (ECT) lebih rendah dibanding dengan neuroleptika bila dipakai sendirian, penambahan terapi ini pada regimen neuroleptika menguntungkan beberapa penderita skizofrenia.

Intervensi Psikososial

Hal ini dilakukan dengan menurunkan stressor lingkungan atau mempertinggi kemampuan penderita untuk mengatasinya, dan adanya dukungan sosial. Intervensi psikososial diyakini berdampak baik pada angka relaps dan kualitas hidup penderita. Intervensi berpusat pada keluarga hendaknya tidak diupayakan untuk mendorong eksplorasi atau ekspresi perasaan-perasaan, atau mempertinggi kewaspadaan impuls-impuls atau motivasi bawah sadar.

Tujuannya adalah :

1. Pendidikan pasien dan keluarga tentang sifat-sifat gangguan skizofrenia.2. Mengurangi rasa bersalah penderita atas timbulnya penyakit ini. Bantu penderita

memandang bahwa skizofrenia adalah gangguan otak.3. Mempertinggi toleransi keluarga akan perilaku disfungsional yang tidak berbahaya.

Kecaman dari keluarga dapat berkaitan erat dengan relaps.4. Mengurangi keterlibatan orang tua dalam kehidupan emosional penderita. Keterlibatan

yang berlebihan juga dapat meningkatkan resiko relaps.5. Mengidentifikasi perilaku problematik pada penderita dan anggota keluarga lainnya dan

memperjelas pedoman bagi penderita dan keluarga.

Psikodinamik atau berorientasi insight belum terbukti memberikan keuntungan bagi individu skizofrenia. Cara ini malahan memperlambat kemajuan. Terapi individual menguntungkan bila dipusatkan pada penatalaksanaan stress atau mempertinggi kemampuan social spesifik, serta bila berlangsung dalam konteks hubungan terapeutik yang ditandai dengan empati, rasa hormat positif, dan ikhlas. Pemahaman yang empatis terhadap kebingungan penderita, ketakutan-ketakutannya, dan demoralisasinya amat penting dilakukan.

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 7: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

II.Landasan Teori Keperawatan

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN “DEFISIT PERAWATAN DIRI”

1. Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

2. Jenis–Jenis Perawatan Diri

a. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihanKurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

b. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

c. Kurang perawatan diri : MakanKurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.

d. Kurang perawatan diri : ToiletingKurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).

3. EtiologiMenurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut:

Kelelahan fisik Penurunan kesadaran

Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :

1. Faktor prediposisia. PerkembanganKeluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 8: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

b. BiologisPenyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turunKlien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

d. SosialKurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasiYang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

a. Body ImageGambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

b. Praktik SosialPada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

c. Status Sosial EkonomiPersonal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

d. PengetahuanPengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

e. BudayaDi sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

f. Kebiasaan seseorangAda kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

g. Kondisi fisik atau psikis

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 9: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.

a. Dampak fisikBanyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

b. Dampak psikososialMasalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

4. Tanda dan Gejala

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:

a) FisikBadan bau, pakaian kotor,rambut dan kulit kotor,kuku panjang dan kotor, gigi kotor disertai mulut bau, penampilan tidak rapi

b) PsikologisMalas, tidak ada inisiatif,menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.c) SosialInteraksi kurang,kegiatan kurang,tidak mampu berperilaku sesuai normal, cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :1. Data subyektifa. Pasien merasa lemahb. Malas untuk beraktivitasc. Merasa tidak berdaya.2. Data obyektif

a. Rambut kotor, acak – acakanb. Badan dan pakaian kotor dan bauc. Mulut dan gigi bau.d. Kulit kusam dan kotore. Kuku panjang dan tidak terawatt5. Mekanisme Koping

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 10: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

a. Regresib. Penyangkalanc. Isolasi diri, menarik dirid. Intelektualisasi

6. Rentang Respon Kognitif

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri adalah :

1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diria) Bina hubungan saling percaya.b) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.c) Kuatkan kemampuan klien merawat diri.2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.a) Bantu klien merawat dirib) Ajarkan ketrampilan secara bertahapc) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

3. Ciptakan lingkungan yang mendukunga. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar mandi yang dekat dan tertutup.

7. Pohon MasalahPenurunan kemampuan dan motivasi merawat diriIsolasi sosialDefisit perawatan diri : mandi, toileting, makan, berhias.

8. Diagnosa KeperawatanMenurut Depkes (2000: 32) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien defisit perawatan diri sesuai dengan bagan 1.1 yaitu:1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri2. Defisit perawatan diri.3. Isolasi Sosial.

Asuhan keperawatan

Tujuan.1. Klien dapat meningatan minat dan motivasinya dalam perawatan diri.2. Mempertahanan kebersihan diri.

SP I PCara menjaga keberbersihan diri.

Intervensi.1. menjelasan pentingnya kebersihan diri.

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 11: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

2. menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.3. membantu klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.4. menganjuran klien agar agar memasukkan kedalam jadwal egiatan harian.

SP II P. Cara maan yang baik.

Intervensi.1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.2. Menjelasan cara makan yang baik.3. Membantu klien mempraktekkan cara makan yang baik.4. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

SP III P. Cara eliminasi yang baik.

Intervensi.1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik.3. Membantu klien mempraktekkan cara eliminasi yang baik.4. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

SP IV PCara berdandan

Intervensi1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.2. Menjelaskan cara berdandan3. Membantu klien mempraktekan cara berdandan4. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

SP I K

Intervensi1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala deficit perawatan diri dan jenis perawatan diri

yang dialami klien beserta proses terjadinya.3. Menjelaskan cara merawat klien deficit perawatan diri

SP II K

Intervensi1. Melatih keluarga memprakkan cara merawat klien dengan deficit perawatan diri2. Melatih keluarga mempratekkan cara merawat langsung kepada klien deficit perwatan dii

SP III KIntervensi

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 12: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat discharge planning

2. Menjelaskan follow up klien pulang

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 13: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN “ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI”

1. PengertianIsolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 )

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998)

Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).

Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. (Rawlins, 1993, dikutip Budi Anna Keliat).Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia. Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna. Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang banyak. (Mary C. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252).

Kerusakan Interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam suatu kualitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kualitas interaksi sosial yang tidak efektif, dengan karakteristik :Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidaknyamanan dalam situasi-situasi sosial. Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidakmampuan untuk menerima atau mengkomunikasikan kepuasan rasa memiliki, perhatian, minat, atau membagi cerita. Tampak menggunakan perilaku interaksi sosial yang tidak berhasil. Disfungsi interaksi dengan rekan sebaya, keluarga atau orang lain. Penggunaan proyeksi yang berlebihan tidak menerima tanggung jawab atas perilakunya sendiri. Manipulasi verbal. Ketidakmampuan menunda kepuasan. (Mary C. Townsend, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, 1998; hal 226).

2. Faktor Predisposisi Dan PresipitasiFaktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan meresa tertekan.

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 14: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995).

3. Tanda Dan GejalaData Subjektif : Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “, “iya”, “tidak tahu”.Data Objektif : Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :

Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul. Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang lain,

misalnya pada saat makan. Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain /

perawat. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk. Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika

diajak bercakap-cakap. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga

sehari-hari tidak dilakukan. Posisi janin pada saat tidur.

4. Karakteristik Perilaku Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis. Kemunduran secara fisik. Tidur berlebihan. Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama. Banyak tidur siang. Kurang bergairah. Tidak memperdulikan lingkungan. Kegiatan menurun. Immobilisasai. Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang). Keinginan seksual menurun.

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 15: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN “HALUSINASI”

Halusinasi adalah ketidakmampuan klien dalam mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai yang diterima oleh panca indra yang ada (Fortinash, 1995). Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada (Sheila L Videbeck, 2000).

Halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan dalam jumlah atau pola rangsang yang mendekat (baik yang dimulai secara eksternal maupun internal) disertai dengan respon yang berkurang dibesar-besarkan, distorsi atau kerusakan rangsang tertentu (Towsend, 1998). Dari keempat pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa halusinasi adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa melibatkan sumber dari luar yang meliputi semua system panca indra. Faktor predisposisi dari halusinasi menuruut Stuart & Laraia (1998) adalah aspek biologis, psikologis, genetik, sosial dan biokimia. Dari predisposisi tersebut pada klien Ny. Y yang dominan adalah faktor sosial karena klien menikah dalam usia muda (belum siap fisik dan psikis)dan orang tua klien bercerai pada saat klien berusia 11 tahun dan faktor psikologis dimana klien mempunyai kepribadian tertutup. Jika tugas perkembangan terlambat atau hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress atau kecemasan. Beberapa faktor  di masyarakat dapat membuat seseorang terisolasi dan kesepian sehingga menyebabkan kurangnya rangsangan dari eksternal. Stress yang menggangggu sistem metabolisme tubuh akan mengeluarkan suatu zat yang bersifat halusinogen.

Faktor presipitasi menurut Stuart & Sundeen (1998) adalah stresor sosial dimana stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadinya penurunan stabilitas, keluarga, perpisahan dari orang yang sangat penting atau diasingkan oleh kelomppok/masyarakat; faktor biokimia dapat meyebabkan partisipasi klien berinteraksi dengan kelompok kurang, suasana yang terisolasi (sepi) sehingga dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang mengeluarkan halusinogenik; faktor psikologis yang juga akan meningkatkan intensitas kecemasan yang berkepanjangan disertai terbatasnya kemampuan dalam memecahkan masalah mungkin akan mulai berkembangnya perubahan sensori persepsi klien, biasanya hal ini untuk pengembangan koping menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan diganti dengan hayalan yang menyenangkan.

Masalah keperawatan yang menjadi penyebab (sebagai Triger) munculnya halusinasi adalah harga diri rendah dan isolasi sosial (Stuart & Laraia, 1998). Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan mengakibatkan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan.selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya sendiri. Stimulus inernal akan menjadi lebih dominan daripada stimulus eksternal. Klien lama kelamaan akan kehilangan kemampuanmembedakan stimulus internal dengan stimulus eksternal. Ini memicu terjadinya halusinasi. Selain itu akibat lanjut dari kondisi rendah diri dan kuranngnya kemampuan klien berhubungan dengan orang lain yang membuat klien menarik diri dari lingkungan membuat klien mengalami penurunan motivasi karena ia merasa tidak mampu melakukan apapun sehingga akan memunculkan masalah kurangnya perawatan diri klien.

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 16: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

Masalah keperawatan rendah diri yang terjadi pada klien dapat didukung oleh koping keluarga tidak efektif: kurang pengetahuan, ketidakmampuan merawat klien dan bahkan menolak klien berada di rumahnya. Hal ini dapat membuat klien kurang mendapat penguatan terhadap kemampuan yang ia miliki sehinggga klien menganggap dirinya makin tidak berharga dan mengakibatkan keluarga kurang tepat dalam menanganni klien di rumah atau regimen therapeutik tidak efektif. Menurut Towsend & Mary (1995), tanda dan gejala halusinasi adalah sebagai berikut:

1. Berbicara, senyum dan tertawa sendirian.2. Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap dan merasa sesuatu

yang tidak nyata.3. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal tidak nyata, serta tidak mampu

melakukan asuhan keperawatan mandiri seperti mandi, sikat gigi, berganti pakaian dan berhias yang rapi.

5. Sikap curiga, bermusuhan , menarik diri, sulit membuat keputusan, ketakutan, mudah tersinggung, jengkel , mudah marah, ekspresi wajah tegang, pembicaraan kacau dan tidak masuk akal, banyak keringat.

 Dibawah ini beberapa tipe dari halusinasi (Cancro & Lehman, 2000):1. Halusinasi Pendengaran

Mendengar suara-suara, sering mendengar suara-suara orang berbicara atau membicarakannya, suara-suara tersebut biasanya familiar. Halusinasi ini paling sering dialami klien dibandingkan dengan halusinasi yang lain.

2. Halusinasi PenglihatanMelihat bayangan yang sebenarnya tidak ada, seperti cahaya atau seseorang yang telah mati.

3. Halusinasi PenciumanMencium bau-bau padahal di tempat tersebut tidak ada bau. Tipe ini sering ditemukan pada klien dengan dimensia seizure atau mengalami gangguan cerebrovaskuler.

4. Halusinasi SentuhanPerasaan nyeri, nikmat atau tidak nyaman padahal stimulus itu tidak ada.

5. Halusinasi PengecapanTermasuk rasa yang tidak hilang pada mulut, perasaan adanya rasa makanan dan berbagai zat lainnya yang dirasakan oleh indra pengecapan klien.

 Proses terjadinya halusinasi (Stuart & Laraia, 1998) dibagi menjadi empat fase yang terdiri dari:1. Fase Pertama

Klien mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah dan kesepian, klien mungkin melamun, memfokuskan pikirannnya kedalam hal-hal menyenangkan untuk menghilangkan stress dan kecemasannya. Tapi hal ini bersifat sementara, jika kecemasan datang klien dapat mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya namun intesitas persepsi meningkat.

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 17: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

2. Fase KeduaKecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, individu berada pada tingkat listening pada halusinasinya. Pikiran internal menjadi menonjol, gambarn suara dan sensori dan halusinasinya dapat berupa bisikan yang jelas. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasinya dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.

3. Fase KetigaHalusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Klien menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya. Kadang halusinasinya tersebut memberi kesenangan dan rasa aman sementara.

4. Fase KeempatKlien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah, memarahi. Klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien hidup dalam dunia yang menakutkan yang berlangsung secara singkat atau bahkan selamanya.

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 18: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN “HARGA DIRI RENDAH”

1. Pengertian

Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri. Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri, dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan harga diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.

2. Tanda dan gejala

Menurut Carpenito, L.J (1998: 352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:

Data subjektif:

a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain

b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan

c. Perasaan tidak mampu

d. Rasa bersalah

e. Sikap negatif pada diri sendiri

f. Sikap pesimis pada kehidupan

g. Keluhan sakit fisik

h. Pandangan hidup yang terpolarisasi

i. Menolak kemampuan diri sendiri

j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri

k. Perasaan cemas dan takut

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 19: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

l. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif

m. Mengungkapkan kegagalan pribadi

n. Ketidak mampuan menentukan tujuan

Data objektif:

a. Produktivitas menurun

b. Perilaku destruktif pada diri sendiri

c. Perilaku destruktif pada orang lain

d. Penyalahgunaan zat

e. Menarik diri dari hubungan social

f. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah

g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)

h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah

3. Penyebab

Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung, kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C, 1998: 366). Menurut Carpenito, L.J (1998: 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik, psikologis, perilaku atau kognitif). Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998: 312) koping individu tidak efektif merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah seseorang dalam memenuhi tuntunan kehidupan dan peran.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, individu yang mempunyai koping individu tidak efektif akan menunjukkan ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri atau tidak dapat memecahkan masalah terhadap tututan hidup serta peran yang

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 20: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

dihadapi. Adanya koping individu tidak efektif sering ditunjukkan dengan perilaku (Carpenito, L.J, 1998:83; Townsend, M.C, 1998:313) sebagai berikut:

Data subjektif :

a. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta bantuan

b. Mengungkapkan perasaan khawatir dan cemas yang berkepanjangan

c. Mengungkapkan ketidakmampuan menjalankan peran

Data Objektif :

a. Perubahan partisipasi dalam masyarakat

b. Peningkatan ketergantungan

c. Memanipulasi orang lain disekitarnya untuk tujuan-tujuan memenuhi keinginan sendiri

d. Menolak mengikuti aturan-aturan yang berlaku

e. Perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri dan orang lain:

f. Memanipulasi verbal/perubahan dalam pola komunikasi

g. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar

h. Penyalahgunaan obat terlarang

4. Akibat

Harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes RI, 1998:336). Isolasi Sosial menarik diri sering ditunjukkan dengan perilaku antara lain:

Data subjektif

a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan/pembicaraan

b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 21: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain

Data Objektif

a. Kurang spontan ketika diajak bicara

b. Apatis

c. Ekspresi wajah kosong

d. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal

e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara

C. Data yang perlu dikaji pada diagnosa Isolasi sosial :menarik diri Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain Klien mengatakan malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain Merusak diri sendiri Merusak orang lain Ekspresi malu Menarik diri dari hubungan sosial Tampak mudah tersinggung Tidak mau makan dan tidak tidur Tampak ketergantungan pada orang lain Tampak sedih dan tida melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan Wajah tampak murung Ekspresi wajah kosong, Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara Suara pelan dan tidak jelas Hanya memberijawaban singkat (ya/tidak) Menghindar ketika didekati

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 22: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

Asuhan Keperawatan Tujuan :Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

SP I P

Menilai kemampuan klien yang masih dapat diguanakan

Intervensi

1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di miliki klien 2. Membantu klien menilai kemampuan klien yang masih dapat di gunakan 3. Membantu klijen memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien4. Melatih klien sesuai kemampuan yang di pilih5. Memberian pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien6. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

SP II P

Melatih kemampuan kedua

Intervensi

1. Mengevaluasi kegiatan harian klien2. Melatih kemampuan kedua3. Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian

SP I K

Intervensi

1. Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga dalam merawat klien2. Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala HDR yang di alami klien beserta proses terjadinya3. Menjelaskan tentang cara – cara merawat klien harga diri rendah

SP II K

Intervensi

1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan harga diri rendah2. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat langsung kepada klien harga diri rendah

SP III K

Intervensi

1. Membatu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat2. Menjelaskan follow up klien setelah pulang

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 23: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN “PERILAKU KEKERASAN”

1. Pengertian

Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1995).Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaftif.

Rentang respons marah

Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega.

Frustasi : Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis.

Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami.

Agresif : Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih terkontrol.

Amuk : tindakan destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak terkontrol.

2. Faktor Predisposisi

Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor pridisposisi,artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiayaatau saksi penganiayaan.2. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive).4. Bioneurolgis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

3. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 24: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

4. Tanda Dan Gejala

Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien masuk kerumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah.Dapat dilakukan pengkajian dengan cara :- Observasi:Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara yang tinggi, berdebat.Sering pula tampak klien memaksakan kehendak : merampas makanan, memukul jika tidak senang- WawancaraDiarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan klien.

5. Masalah Keperawatan

1. Perilaku kekerasan2. Resiko mencederai3. Gangguan harga diri : harga diri rendah

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 25: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN “WAHAM”

7. PengertianWaham adalah : Keyakinan yang salah, tidak sesuai dengan kondisi obyektif, dipertahankan terusmenerus. Tidak dapat digoyahkan dengan argumentasi rasional Keyakinan palsu yang tetap dipertahankan sekalipun dihadapkan cukup bukti

kekeliruannya Tidak serasi dengan latar belakang pendidikan dan sosial budaya

2. Jenis-Jenis Waham Waham kebesaran Waham kejaran Waham depresif dan nihilistik Waham agama Waham somatik Siar pikir Sisip pikir Kontrol pikir

3. Kategori waham

Waham sistematis: konsisten, berdasarkan pemikiran mungkin terjadi walaupun hanya secara teoritis.

Waham nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan teoritis tidak mungkin

4. Pengajian Faktor predisposisi Faktor Presipitasi Mekanisme Koping Perilaku

5. Faktor predisposisi Genetis; diturunkan Neurobiologis; adanya gangguan pada kosteks pre frontal dan kosteks limbik Neurotransmiter; abnormalitas pada dopamin, serotonin, dan glutamat Virus: paparan virus influenza pd trimester III Psikologis: ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tdk peduli

6. Fator Presipitasi Proses pengolahan informasi yang berlebihan Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal Adanya gejala pemicu

7. Mekanisme Koping Regresi

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 26: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

Proyeksi Menarik diri Pada keluarga: mengingkari

8. Mekanisme Koping Regresi Proyeksi Menarik diri Pada keluarga: mengingkari

9. Perilaku Waham Waham agama: percaya bahwa seseorang menjadi kesayangan supranatural atau alat

supranatural Waham somatik: percaya adanya gangguan pada bagian tubuh Waham kebesaran: percaya memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa Waham curiga: kecurigaan yang berlebihan atau irasional dan tidak percaya dg orang lain

10. Pohon MasalahKerusakan komunikasi verbal

Perubahan proses pikir: waham …….

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 27: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN SKIZOFRENIA HIBEFRENIK

DENGAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI DAN HARGA DIRI RENDAH

I. Identitas KlienInisial Klien : Tn L MUmur : 23 tahunJenis Kelamin : Laki-lakiTanggal Masuk RS : 06-05-2010Tanggal Pengajian : 30-11-2010 pukulDiagnosa Medis : Skizofrenia HibefrenikNo. RM : 013350Ruangan : Asoka PriaPenanggung Jawab : Dari status pasien tidak didapatkan data mengenai penanggung jawab pasien, karena pasien masuk di RSJ dibawa oleh petugas dinas social karena menemukan pasien berkeliaran dijalan

II. Alasan Masuk Rumah Sakit

Pasien masuk dibawa oleh petugas dinas sosial karena ditemukan berkeliaran di jalan dengan perilaku

III. Faktor PredisposisiPasien masuk dibawa oleh petugas dinas sosial karena ditemukan berkeliaran di jalan dengan perilakukemudian mendapat perawatan di ruang UGD kemudian dipindahkan ke ruang akut laki-laki dengan terapi :

Setelah mendapatkan perawatan selama pasien dipindahkan ke ruang asoka priaAdanya trauma, pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan dan anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa tidak dapat diketahui karena pasien kurang berespon (hanya diam) saat dianamnese, bingung, menolak bicara dengan banyak orang, menghindar dari banyak orang, berdiam di tempat tidur, tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama, kegiatan menurun, apatis.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial Menarik Diri

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 28: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

IV. Faktor Presipitasi

Pasien dibawa oleh petugas dinas sosial karena ditemukan berkeliaran di jalan dengan perilaku

Setelah mendapatkan perawatan selama pasien dipindahkan ke ruang asoka pria

Hal-hal yang menyebaban terjadinya gangguan jiwa atau pencetus terjadinya masalah gangguan jiwa tidak diketahui karena pasien kurang berespon (hanya diam) saat dianamnese, kontak mata kurang, bingung, menolak bicara dengan banyak orang, menunduk bila ditanya, kurang adanya komunikasi verbal, afek datar,suara pelan.

Masalah Keperawatan : gangguan konsep diri Harga Diri Rendah

V. Keadaan FisikTanda-tanda vitalTanggal : 30-11-2010

Tekanan Darah : 110/70 mmhgRespirasi : 18x/mNadi : 70x/mSuhu : 36,50C

Pada klien tidak terlihat adanya gangguan fisik

Masalah Keperawatan : -

VI. Psikososial

Genogram pasien tidak diketahui, saat dianamnese pasien hanya diam

a. Konsep diri1. Gambaran diri

Saat dianamnese pasien hanya diam2. Identitas diri

Pasien mampu menyebutkan namanya3. Peran diri

Saat dianamnese pasien hanya diam4. Ideal diri

Saat dianamnese pasien hanya diam5. Harga diri

Saat dianamnese pasien hanya diam

Masalah Keperawatan : gangguan konsep diri Harga Diri Rendah

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 29: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

b. Hubungan socialSaat sakit pasien hanya terlihat dekat dengan beberapa orang saja, Pasien mengatakan tidak mau melakuan perkenalan berulang-ulang, pasien menolak bicara dengan banyak orang, menghindar dari banyak orang, berdiam di tempat tidur, tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lamaMasalah keperawatan : isolasi social menarik diri

c. SpiritualDari status pasien didapatkan pasien beragama Kristen katolik

Masalah keperawatan : -

VII. Status Mentala. Penampilan

Penampilan pasien sehari-hari rapi, sering mandi pagi, berpakaian sesuaiMasalah keperawatan : -

b. PembicaraanPasien susah diajak bicara, kontak mata kurang, menunduk bila ditanyaMasalah keperawatan : gangguan konsep diri Harga Diri Rendah

c. Aktivitas motorikPasien berdiam di tempat tidur, tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lamaMasalah Keperawatan : Isolasi Sosial Menarik Diri

d. Alam perasaanEkpresi pasien tidak terlihat sedih, putus asa, ketakutan ataupun khawatirMasalah keperawatan : -

e. AfekDatar : tidak ada perubahan roman mukaMasalah keperawatan : -

f. Interaksi selama wawancaraKontak mata kurangMasalah keperawatan : gangguan konsep diri Harga Diri Rendah

g. PersepsiPasien tidak terlihat mengalami halusinasiMasalah keperawatan : -

h. Proses pikirSaat dianamnese pasien hanya diam

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 30: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

Masalah keperawatan : -

i. Isi pikirPasien tidak terlihat mengalami obsesi, fobia, hipokondria, dllMasalah keperawatan : -

j. Tingkat kesadaranPasien dapat orientasi terhadap dirinya dan orang lain : saat diajak berkenalan pasien menyebutan namanya dan dapat menyebutkan nama yang dikenalkanSaat ditanya dimananakah pasien berada, hari dan waktu pasien hanya diamMasalah keperawatan : -

k. MemoriJangka panjang : Saat dianamnese pasien hanya diam, kontak mata kurangJangka pendek : Saat dianamnese pasien hanya diam, kontak mata kurangSaat ini : Saat dianamnese pasien hanya diam, kontak mata kurangMasalah keperawatan : gangguan konsep diri Harga Diri Rendah

l. Tingkat konsentrasi dan berhitungMudah dialihkan : perhatian pasien mudah beralih, kontak mata kurangTidak mampu berkonsentrasi : Saat dianamnese pasien hanya diamKemampuan berhitung : Saat dianamnese pasien hanya diamMasalah keperawatan : gangguan konsep diri Harga Diri Rendah

m. Kemampuan penilaianPasien mau melakukan aktivitas yang diatur oleh perawatMasalah keperawatan : -

n. Daya tilik diriSaat dianamnese pasien hanya diamMasalah keperawatan : -

VIII. Mekanisme KopingAdaptifDapat berkenalan dengan orang lainDapat menyesuaikan diri dengan dan berbaur dengan teman-temannya saat makan dan diajak bermain bersama (saat melakukan TAK)MaladaptifPasien menolak bicara dengan banyak orang, menghindar dari banyak orang, berdiam di tempat tidur, tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama, kurang berespon (hanya diam) saat dianamnese, kontak mata kurang, bingung, menolak bicara dengan banyak orang, menunduk bila ditanya, kurang adanya komunikasi verbal

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 31: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

Masalah keperawatan :Isolasi Sosial Menarik Diri dan gangguan konsep diri Harga Diri Rendah

IX. Kebutuhan Persiapan Pulanga. Makan

Pasien dapat mengambil sendiri makanannya di dapur dan sikap saat makan baikb. BAB/BAK

Pasien BAB/BAK di WC tanpa bantuan perawatc. Mandi

Pasien bias mandi sendiri dan menggunakan sabund. Berpakaian

Pasien dapat berpakaian sendiri dan rapie. Penggunaan obat

Pasien selalu minum obat tepat waktu dan teratur dengan bantuan dari perawatf. Istirahat dan tidur

Pasien tidur siang ± 20 menitg. Pemeliharaan kesehatan

Pasien sesekali merokok

Masalah keperawatan : -

X. Aspek MedikDiagnosa medis pasien : Skizofrenia HibefrenikTerapi medis :

Rizodal 2x1/2 tabVit B Com 3x1 tab

XI. Daftar Masalah KeperawatanIsolasi Sosial Menarik Diri Gangguan konsep diri Harga Diri Rendah

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 32: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

XII. Analisa Data

No

Data Masalah Keperawatan

1. DS : Pasien mengatakan tidak mau melakukan perenalan berulang-ulang

DO :Pasien apatisKurang berespon (hanya diam) saat dianamneseMenolak bicara dengan banyak orangMenghindar dari banyak orangBerdiam di tempat tidurTinggal di tempat tidur dalam waktu yang lamaKegiatan menurun

Isolasi Sosial Menarik Diri

2. DS : Pasien mengatakan tidak mau melakuan perkenalan berulang-ulang

DO :Afek datarKontak mata kurangBingungMenunduk bila ditanyaKurang adanya komunikasi verbalSuara pelan

Gangguan konsep diri Harga Diri Rendah

XIII. Pohon Masalah

Resiko Mencederai diri dan orang lain

Interaksi Sosial Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 33: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

XIV. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura

Page 34: Anyz_laporan Pendahuluan Lengkap

Asuhan Keperawatan Jiwa

DAFTAR PUSTAKA

Issac Ann (2004). Keperawatan dan Kesehatan Jiwa Psikiatrik Edisi 3. Jakarta : EGC.

Keliat, Budi Ana (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Mansjoer Arif (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I. Jakarta : FKUI.

Stuart & Loraia (1998). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (6th edition). St. Lois Mosby Year Book.

Stuart & Sunden (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Townsend (1998). Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri : Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta : EGC.

Akademi Keperawatan Kesdam XVI/Pattimura