Antibiotik Met. Iodo Deny.docx
-
Upload
denny-deny -
Category
Documents
-
view
161 -
download
8
Transcript of Antibiotik Met. Iodo Deny.docx
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Antibiotik merupakan golongan senyawa kimia, baik alami
maupun sintetik, yang dapat menghambat pertumbuhan dan
reproduksi dari bakteri dan jamur. Berdasarkan toksisitasnya,
antibiotik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu antibiotik dengan
aktivitas bakteriostatik dan aktivitas bakterisida. Antibiotik dengan
aktivitas bakteriostatik bersifat menghambat pertumbuhan mikroba
sedangkan antibiotik dengan aktivitas bakterisida bersifat
mambinasakan mikroba lain.
Antibiotik yang baik idealnya mempunyai aktivitas antimikroba
yang efektif dan selektif serta mempunyai aktifitas bakterisida.
Antibiotik yang sesuai untuk terapi penyakit infeksi pada manusia
harus mempunyai sifat toksisitas selektif yaitu aktifitas gangguan pada
mikroba penginfeksi lebih besar daripada gangguan pada sel inang.
Adapun hubungan dengan kefarmasian adalah dimana kita
harus mengetahui dan menguasai berbagai metode dalam volumetri
yang termasuk kedalamnya adalah dalam titrasi iodometri. Senyawa
antibiotik yang termasuk adalah obat ampicilin dalam golongan
penicillin, dimana secara struktur sintetik merupakan yang dalam
kadar rendah mampu menghambat atau membunuh satu atau lebih
spesies mikroorganisme. Melihat kegunaannya tersebut, maka
percobaan ini perlu dilakukan.
I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara analisa farmasi secara
metode Iodometri untuk analisa senyawa antibiotik.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui cara analisis/ penetapan kadar zat/ obat
dalam sediaan farmasi Ampicilin dengan menggunakan metode
Iodometri.
I.3. Prinsip Percobaan
Berdasarkan reaksi reduksi oksidasi Iodium dengan indikator
kanji yang berwarna biru dan yang setelah dititrasi dengan natrium
tiosulfat menghilangkan warn biru menjadi reaksi pembentukan
natrium iodide yang tidak berwarna.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Antibiotik merupakan senyawa khas yang dihasilkan atau diturunkan
oleh organisme hidup, termasuk struktur analognya yang dibuat sintetik
yang dalam kadar rendah mampu menghambat atau membunuh satu atau
lebih spesies mikroorganisme.
Penetapan antibiotik secara kimia makin sering digunakan sebab
mempunyai ketelitian yang tinggi, waktu analisis yang lebih cepat, dan
lebih obyektif sehingga bisa menggantikan penetapan secara hayati.
Dengan mempelajari sifat kimia dan rumus bangun dari suatu antibiotik
maka dapat disusun penetapan secara kimiawi yang secara kuantitiatif
tanpa diganggu oleh hasil peruraiannya atau senyawa lain yang
mempunyai sifat kimia yang serupa. Penetapan secara kimia diharapkan
lebih spesifik daripada penetapan secara hayati.
Dengan dapat dibuatnya antibiotik murni, maka penetapan secara
kimia berkembang dengan menetapkan jumlah zat dalam berat dan tidak
lagi dalam unit, walaupun demikian beberapa antibiotik masih diukur
dalam aktivitas unit dan ini dapat diubah menjadi unit perberat jika
diperlukan. (1)
1. Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotik spektrum luas dan sesuai untuk
mengobati berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Kloramfenikol mempunyai rasa sangat pahit karena itu
untuk sediaan sirup digunakan bentuk ester palmitat atau suksinat supaya
rasanya tidak pahit. Kloramfenikol juga dapat mengalami kerusakan akibat
cahaya (fotodegradasi) yang menghasilkan warna kuning sampai
kecoklatan karena terjadi proses oksidasi, reduksi, dan kondensasi yang
secara berurutan akan menghasilkan 4-nitrobenzaldehid, 4-
nitrosobenzoat, dan asam 4,4’-asam benzoate. (1)
Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein
kuman. Yang dihambat ialah enzim peptidil transferase yang berperan
sebagai katalisator untuk membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses
sintesis protein kuman, kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik.
Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakteriosid
terhadap kuman-kuman tertentu. (2)
2. β- Laktam
2.1 Penisilin
Penisilin mempunyai cincin tiazolidin dan cincin β-laktam. Atom H
pada –COOH dapat diganti dengan kation anorganik atau organik
membentuk suatu garam. Kation yang digunakan biasanya natrium,
kalium, aluminium, prokain, dan benzatin. Penggantian gugus R akan
berpengaruh terhadap kelarutannya dalam pelarut organik, penyerapan,
stabilitas terhadap asam dan resistensi terhadap penisilinase. Penisilin
mudah sekali terurai baik oleh asam atau basa. (1)
Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan
untuk sintesis dinding sel mikroba, terhadap mikroba yang sensitif,
penisilin akan menghasilkan efek bakteriosid pada mikroba yang sedang
aktif membelah. (2)
2.2 Sefalosporin
Sefalosporin merupakan antibiotik golongan β laktam. Sefadroksil
merupakan sefalosporin generasi pertama. Seperti halnya antibiotik
betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba sefalosporin ialah dengan
menghambat sintesis dinding sel mikroba. (2)
3. Kuinolon
Ciprofloksasin termasuk antibiotik golongan flurokuinolon. Golongan
flurokuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan
bersifat bakterisidal. (2)
4. Tetrasiklin
Doksisiklin termasuk antibiotik golongan tetrasiklin. Golongan
tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosom. Paling
sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotik ke dalam ribosom
bakteri gram negatif, pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal
hidrofilik, kedua iialah sistem transpor aktif. Setelah masuk maka,
antibiotik berikatan dengan ribosom 305 dan menghalangi masuknya
kompleks tRNA asam amino pada lokasi asam amino. (2)
5. Metronidazol
Metronidazol ialah (1β-hidroksi etil)-2 metil-5-nitromidazol yang
berbentuk Kristal kuning muda dan sedikit larut dalam air atau alkohol.
Metronidazol memperlihatkan daya amubisid langsung. Sampai saat ini
belum ditemukan amuba yang resisten terhadap metronidazol. (2)
Analisis kimia farmasi kuantitatif biasanya dibagi menjadi beberapa
analisis berdasarkan metode dan teknik kerjanya (3).
1. Analisis gravimetri
2. Analisis volumetri yang bisa disebut juga analisis titrimetri
3. Analisis gasometri
4. Analisis dengan metode fisika dan kimia.
Analisis titrimetri umumnya dapat dibagi dalam 4 bentuk, yaitu:
1. Reaksi netralisasi atau disebut asidimetri/alkalimetri
2. Reaksi pembentukan kompleks
3. Reaksi pengendapan
4. Reaksi oksidasi-reduksi. (3)
Istilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif
dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan (4).
Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air
sebagai pelarut, tetapi menggunakan pelarut organik. Bila asam/ basa
bersifat lemah seperti halnya asam-asam organik atau alkaloida-alkaloida,
cara titrasi dalam lingkungan berair ini tidak dapat dilakukan karena
disamping sukar larut air, juga kurang reaktif dalam air. Titrasi dalam
lingkungan bebas air ini mempunyai keuntungan-keuntungan misalnya
zat-zat yang dapat larut dalam air, terutama basa-basa organik dapat
dititrasi dalam pelarut dimana zat itu dapat segera akan larut. Senyawa-
senyawa yang mempunyai sifat basa yang sangat lemah, yang tidak dapat
dititrasi dalam air, masih memberikan titik akhir yang cukup tajam dalam
berbagai pelarut organik dan dapat langsung ditentukan.
Banyak senyawa-senyawa yang tidak larut dalam air, bila dilarutkan
dalam pelarut organik akan menaikkan sifat asam atau basanya. Dengan
demikian perlu pemilihan pelarut yang sesuai untuk menentukan berbagai
macam senyawa dengan titrasi dalam lingkungan bebas air.
Garam-garam asam halida dapat dititrasi dalam asam cuka setelah
penambahan raksa (II) asetat yang dapat merubah ion halida menjadi
raksa (II) halide yang tidak terdisossiasi. (3).
Teori TBA sangat singkat, sebagai berikut air dapat bersifat asam
lemah dan basa lemah. Oleh karena itu, dalam lingkungan air, air dapat
berkompetisi dengan asam-asam atau basa-basa yang sangat lemah
dalam hal menerima atau memberi proton.
Asam perklorat dalam larutan asam asetat merupakan asam yang
paling kuat diantara asam-asam umum yang digunakan untuk titrasi basa
lemah dalam medium bebas air. Dalam TBA biasanya ditambah dengan
asam asetat anhidrida dengan tujuan untuk menghilangkan air yang ada
dalam asam perklorat
Jika basa yang dianalisis dalam bentuk garam yang berasal dari
asam lemah, maka penghilangan anion yang berasal dari asam kurang,
begitu penting. Akan tetapi, jika basa dalam bentuk garam klorida atau
bromida, maka bromida atau klorida harus dihilangkan sebelum dititrasi.
Penghilangan bromida atau klorida dilakukan dengan penambahan
merkuri asetat. Adanya asam klorida atau bromida dan asam-asam kuat
lain harus dihindari karena bisa mengakibatkan penetapan kadar tidak
kuantitatif karena asam-asam kuat ini juga bisa bereaksi dengan senyawa
sampel yang bersifat basa. (5)
Pada pelaksanaan titrasi dalam pelarut bebas air sebenarnya tidak
berbeda dengan titrasi dalam larutan air. Titik akhir dalam hal ini dapat
kembali ditentukan secara elektometri atau dengan bantuan indikator.
Harus diperhatikan bahwa larutan asam asetat menunjukkan pemuaian
termik yang besar. Berdasarkan ini maka harus bekerja dengan larutan
dengan suhu sama atau volume pentitrasi harus dikoreksi. Pada
penggantian indikator atau pelarut, faktor larutan pengukur harus
ditentukan kembali. Dapat dimengerti, bahwa juga larutan volumetrik dan
indikator serta larutan uji harus dibuat bebas air.
Pada penentuan yang sering dalam lingkungan bebas air lebih
baik digunakan buret automatik. Untuk penentuan tunggal digunakan
buret yang lazim. Untuk wadah persediaan larutan pengukur dan larutan
indikator digunakan wadah gelas yang tertutup. (6)
Dikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan senyawa
dikromat sebagai oksidator. Senyawa dikromat merupakan oksidator kuat,
tetapi lebih lemah dari permanganat. Kalium dikromat merupakan standar
baku primer. Penggunaan utama dikromatometri adalah untuk penentuan
besi (II) dalam asam klorida. (7)
Dikromatometri termasuk ke dalam titrasi redoks, karena dalam
reaksinya terjadi perpindahan elektron atau perubahan bilangan oksidasi.
Seperti yang diketahui bahwa kemungkinan terjadinya reaksi redoks dapat
dilihat dari 2 hal berikut:
1. Terjadi perubahan biloks (bilangan oksidasi).
2. Bila ada zat reduktor maupun oksidator (dalam hal ini, kalium
dikromat selain berfungsi sebagai bahan baku juga sebagai oksidator).
Kalium dikromat dalam keadaan asam mengalami reduksi menjadi
Cr3+. Reaksi:
Cr2O72- + 14 H+ + 6 e ↔ 2 Cr3+ + 7 H2O E0=1,33 V
Karena daya oksidasinya lebih sedikit dibanding dengan KMnO4
dan Ce (IV). Maka hal ini menyebabkan reaksi sangat lambat. Akan tetapi,
dari sifat K2Cr2O7 larutannya sangat stabil, tidak bereaksi dengan (inert
terhadap) Cl-, dengan kemurnian tinggi, mudah diperoleh dan murah.
Metode dikromatometri digunakan terutama untuk penentuan Fe2+,
ion klorida dalam jumlah besar tidak mempengaruhi titer ini. Suatu cara
tidak langsung untuk menentukan, oksidasi yang diberi larutan Fe2+
berlebihan kemudian kelebihan dititrasi dengan standar Dikromat. Maka
cara ini dipakai untuk penentuan NO3-, ClO3
-, H2O2, MnO4- dan Cr2O7
2-.
Kalium Dikromat (K2Cr2O7) bukanlah zat pengoksidasi yang begitu
kuat seperti Kalium Permanganat (KMnO4), tetapi ia mempunyai beberapa
keuntungan yaitu dapat diperoleh murni, stabil sampai titik leburnya dan
karenanya merupakan suatu standar primer yang sangat baik. Larutan
standar dengan kekuatan yang diketahui tepat dapat disiapkan dengan
menimbang garam keringnya yang murni dan kelarutannya dalam volume
air yang sesuai. Lebih jauh larutannya dalam air adalah stabil tanpa batas
waktu jika dilindungi dengan memadai terhadap penguapan. Kalium
Dikromat (K2Cr2O7) digunakan hanya dalam larutan asam, dan direduksi
dengan cepat pada temperatur biasa menjadi garam Kromium (III) yang
hijau. Ia tak direduksi oleh Asam Klorida (HCl) dingin, asalkan konsentrasi
asam itu tak melampaui 1 atau 2 Molar.
Larutan-larutan Dikromat juga kurang mudah direduksi oleh beban
organik dibanding larutan-larutan Permanganat dan juga stabil terhadap
cahaya. Karena itu, Kalium Dikromat berharga khusus dalam penetapan
besi dalam bijih besi: Bijih besi itu biasanya dilarutkan dalam Asam
Klorida, Besi (III) direduksi menjadi Besi (II), dan dititrasi dengan larutan
Dikromat standar.
Cr2072- + 6 Fe2+ + 14 H+ ↔ 2 Cr3+ + 6 Fe3+ + 7 H2O
Dalam larutan asam, reduksi Kalium Dikromat dapat dinyatakan
sebagai :
Cr2072- + 14 H+ + 6 e ↔ 2 Cr3+ + 7 H2O
Jadi ekuivalennya adalah seperenam mol, yaitu 294,18/6 atau
49,030 g. Maka suatu larutan 0,1 N mengandung 4,9030 g dm-3.
Warna hijau yang ditimbulkan oleh ion-ion Cr3+ yang terbentuk oleh
reduksi Kalium Dikromat membuat tak mungkin titik akhir suatu titrasi
dengan Dikromat hanya dengan meneliti larutan secara visual sehingga
harus digunakan suatu indikator redoks yang memberi perubahan warna
yang kuat dan tak bisa disalahtafsirkan. Indikator yang sesuai untuk
digunakan dengan titrasi Dikromat meliputi asam 2 N-Fenilan Tranilat
(larutan 0,1 % dalam NaOH 0,005 M) dan Natrium Difenilaminasufonat
atau senyawa Na/Badifenilamina Sulfonat (larutan 0,2 % dalam air).
Indikator ini hanya digunakan dalam suasana Asam Sulfat-Asam Fosfat.
(8)
II.2 Uraian Bahan
a. Ampicilin ( 9:90)
Nama resmi : AMPICILLINUM
Sinonim : Ampisilina
RM/BM : C16H19N3O4S / 349,41
Pemerian : Serbuk hablur renik; putih ; tidak berbau
atau hamper tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 170 bagian air;
praktis tidak larut dalam etanol (95%)p,
dalam kloroform p, dalam eter p, dalam
aseton p dan dalam minyak lemak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel analisa
b. Natrium hidroksida (9:412)
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Sinonim : Natrium hidroksida
RM/BM : NaOH / 40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau
keping, kering, keras, rapuh dan
menunjukkan susunan hablur; putih, mudah
meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif.
Segera menyerap karbondioksida
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunanaan : Sebagai pemberi suasana basa
c. HCl ( 9: 53 )
Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Sinonim : Asam klorida
RM/BM : HCl / 36,46
Pemerian : Cairan; tidak berwarna; berasap, bau
merangsang. Jika diencerkan dengan 2
bagian air, asap dan bau hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunanaan : Sebagai pemberi suasana asam dan
melarutkan sampel contoh
Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
d. Iodium ( 9:316)
Nama resmi : IODUM
Sinonim : Iodum
RM/BM : I / 126,91
Pemerian : Keping atau butir, barat, mengkilat, seperti
logam ; hitam kelabu; bau khas
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 3500 bagian air,
dalam 13 bagian etanol (95%)p, dalam lebih
kurang 80 bagian gliserol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pemberi iod
e. Natrium tiosulfat ( 9:428)
Nama resmi : NATRII THIOSULFAS
Sinonim : Natrium tiosulfat Hipo
RM/BM : Na2S2O3 / 248,17
Pemerian : Hablur besar tidak berwarna atau serbuk
hablur kasar. Dalam udara lembab meleleh
basah: dalam hampa udara pada suhu
diatas 330 merapuh
Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air: praktis tidak
larut dalam etanol (95%)p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai penitran
f. Air suling (3:96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Aquadest
RM/BM : H2O/ 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan jernih,tidak berwarna,tidak
berbau,tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan adalah gelas kimia, Erlenmeyer,
statif dan klem, buret, corong, pengaduk, neraca analitik.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah sampel tablet Ampisilin,
NaOH 0,1 N; HCl 1 N; Iodium 0,01 N; Natrium tiosulfat 0.1 N
III.2 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 50 mg ampisilin, dilarutkan dalam air sebanyak 25 ml.
3. Dipipet 5 ml larutan kedalam labu bersumbat, lalu ditambahkan 1
ml NaOH 1N, lalu dengan 5 ml larutan dapar.
4. Kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 1 N dan 10 ml I2 0,15 N
5. Ditambahkan indikator kanji dan dititrasi dengan natrium tiosulfat
0,1 N hingga berubah warna.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Pengamatan
No. Larutan baku Perubahan warna
1 Na2S2O3 biru tidak berwarna
IV.2 Perhitungan
1. Berat ampicilin yang ditimbang untuk mendapatkan berat setara
teofilin 50 mg
Dik : z (berat tablet keseluruhan) = 3106 mg
50mg5tab x500mg
x 3106=62,12mg
Dan berat berdasarkan yang ditimbang = 0,062 g
Jadi, 0,062 mg ampisilin yang ditimbang mengandung
sebanyak 50 mg.
2. Kadar = (N x VI2 – N x V Tio) x BE sampel
= (0,1 x 5 – 0,1 x 3,65) x 85,8
= 11,583 mg
3. % Kadar ampicilin
% = V x N x BEMgContoh
x 100 %
= 3,65x 0,1 x85,8
50x100 %
= 62,63 %
O
n
OH
OH
CH2OH
O
H
H OH
OH
CH2OH
O
H
H
I
I
O
n
OH
OH
CH2OH
O
H
H OH
OH
CH2OH
O
H
H
IV.3 Reaksi
Penentuan Kadar Amoksisilin
Amylum
Biru
Amoksisilin
+ I2
+ Na2S2O3
2
I
I
O
n
OH
OH
CH2OH
O
H
H OH
OH
CH2OH
O
H
H
O
n
OH
OH
CH2OH
O
H
H OH
OH
CH2OH
O
H
H
Na. Amoksisilin
Biru
Bening
2+ H2S2O3
+ Na2S2O3
+ 2 NaI + H2S2O3
BAB V
PEMBAHASAN
Antibiotik adalah semua senyawa kimia yang dihasilkan oleh
organisme hidup atau yang diperoleh melalui sintesis yang memiliki indeks
kemoterapi tinggi, dan manifestasi aktivitasnya terjadi pada dosis yang
sangat rendah. Serta secara spesifik melalui inhibisi proses vital tertentu
pada virus, mikroorganisme, atau berbagai organisme bersel majemuk.
Dari segi daya kerjanya, antibiotik dapat dibedakan dalam kelompok
antibiotik bakteriostatik dan antibiotik bakterisidik. Kelompok yang pertama
menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Sedang kelompok
yang kedua bekerja mematikan bakteri tersebut.
Penisilin mempunyai cincin tiazolidin dan cincin β-laktam. Atom H
pada –COOH dapat diganti dengan kation anorganik atau organik
membentuk suatu garam. Kation yang digunakan biasanya natrium,
kalium, aluminium, prokain, dan benzatin. Penggantian gugus R akan
berpengaruh terhadap kelarutannya dalam pelarut organik, penyerapan,
stabilitas terhadap asam dan resistensi terhadap penisilinase. Penisilin
mudah sekali terurai baik oleh asam atau basa.
Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan
untuk sintesis dinding sel mikroba, terhadap mikroba yang sensitif,
penisilin akan menghasilkan efek bakteriosid pada mikroba yang sedang
aktif membelah.
Metode titrasi iodometri mengacu kepada titrasi dengan suatu
larutan iod standar. Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan
proses iodometri adalah natrium thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk
sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi
dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi
dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu
yang lama Dengan kontrol pada titik akhir titrasi jika kelebihan 1 tetes
titran. perubahan warna yang terjadi pada larutan akan semakin jelas
dengan penambahan indikator amilum/kanji
Pada percobaan ini akan ditentukan kadar amoksisilin. Metode
yang biasa digunakan metode iodometri. Metode ini menggunakan titrasi
secara tidak langsung, berbeda dengan iodimetri yang dengan titrasi
langsung menggunakan larutan baku iodium. Sebelum penentuan kadar,
dibakukan terlebih dahulu Na2S2O3 dengan menggunakan I2 dan indikator
kanji. Dicampurkan I2 0.15 N sebanyak 10 ml dan dititrasi dengan Na2S2O3
hingga warna biru hilang.
Dalam menentukan kadar, amoksilin dilarutkan dlam air dan
dimasukkan dalam labu Erlenmeyer kemudian ditambahkan 5 ml NaOH
dan dan 5 ml buffer asetat. Setelah itu ditambahkan 5 ml HCl P dan I2
0.15 N sebanyak 5 ml. Setelah itu dititrasi dengan Na2S2O3 0.1 N
menggunakan indikator kanji hingga warna biru hilang.
Dari hasil praktikum didapatkan bahwa kadar amoksilin yang
ditimbang sebanyak 50 mg adalah sebanyak 62,63 %. Hal ini tidak sesuai
dengan literatur yang mengatakan bahwa amoksilin mengandung tidak
kurang 98,0 % dan tidak lebih dari 101,00 %. Kesalahan yang terjadi ini
disebabkan oleh karena adanya kesalahan dalam membaca skala dimana
titik akhir titrasi terlalu pekat sehingga hasil yang didapat terlalu tinggi
kadarnya.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dan berdasarkan
hasil perhitungan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Berat amoksilin yang ditimbang untuk mendapatkan amoksilin 50
mg adalah 0,062 g.
2. Kadar amoksilin adalah 62,63 %.
VI.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudjadi. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 108, 119, 121
2. Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Universitas Indonesia. 622, 651
3. Susanti, S., Jeanny Wunas. 1997. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar : UNHAS. 1, 29,30, 70, 71, 74. 75, 144, 151, 196-198
4. Basset, J., dkk. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4. Jakarta : EGC. 259
5. Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.142,143,144, 153, 154
6. Roth, Hermann J.1981. Analisis Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 241, 270, 271
7. Shofyan. 2010. Macam-macam Titrasi Redoks. Diakses dari http://forum.upi.edu/v3/index. Diakses tanggal 16 November 2011
8. Budiman, Melisa. 2011. Oksidasi dengan Kalium Dikromat dan Metode Titrasi Dikromatometri. Diakses dari http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/dikromatometri/metode-titrasi-dikromatometri/ . Diakses tanggal 16 November 2011
9. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI. 42, 47, 48, 58, 94, 96, 151, 316, 598, 651, 698, 724
10. The Department of Health. 2009. British Pharmacopeia. London : The Stationery Office on behalf of the Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA). 1381, 3954
11. Auterhoff & Kovar. 2002. Identifikasi Obat. Bandung : ITB. 90, 141
12. Officers of the USP convention. 2007.US Pharmacopeia 30 – NF 25. United States : The United States Pharmacopeial Convention.
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS FARMASI
“ANALISIS SENYAWA ANTIBIOTIK
METODE IODOMETRI ”
Oleh:
Nama : D E N N Y
Nim : 11.01.034
Kelompok : IV (empat)
Asisten : Isela Kalambo
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2013