Anmas IU-Parkinson Lisa
-
Upload
hatina-agsari -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
description
Transcript of Anmas IU-Parkinson Lisa
a. Hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan sering mengompol? 1, 6, 7
Usia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya inkontinensia urine karena terjadinya
perubahan struktur kandung kemih dan otot-otot dasar panggul. Prevalensi inkotinensia urine
juga meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Selain itu inkontinensia urin lebih banyak
terjadi pada wanita daripada laki laki karena perempuan mengalami proses kehamilan,
persalinan, menopause, serta struktur kandung kemih yang berbeda dengan laki-laki.
Inkontinensia urin pada perempuan biasanya disebabkan karena kelemahan otot-otot dasar
panggul yang menyangga saluran kemih dan otot pintu saluran kemih (uretra), sehingga urin
keluar begitu saja tanpa dapat ditahan. Proses persalinan juga dapat membuat otot-otot dasar
panggul rusak akibat regangan otot-otot dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir,
sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya inkontinensia urin. Selain itu, dengan
menurunnya kadar hormon estrogen pada perempuan di usia menopause, akan terjadi penurunan
tonus otot vagina dan otot pintu saluran kemih (uretra), sehingga menyebabkan terjadinya
inkontinensia urin.
b. Patofisiologi tangan bergetar terutama tangan kanan? 7, 12, 1
Pada parkinson, terjadi hilangnya pigmentasi neuron dopamine pada substantia nigra. Dopamine
berfungsi sebagai pengantar antara 2 wilayah otak, yakni substantia nigra dan corpus
striatum, untuk menghasikan gerakan halus dan motorik. Sebagian besar penyakit Parkinson
disebabkan hilangnya sel yang memproduksi dopamine di substantia nigra. Ketika kadar
dopamine terlalu rendah, komunikasi antar 2 wilayah tadi menjadi tidak efektif, terjadi
gangguan pada gerakan. Semakin besar hilangnya dopamine, semakin buruk gejala gangguan
gerakan.
4. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan ditemukan resting tremor, pull test (+), MMSE
score 17.
a. Interpretasi dan mekanisme abnormal? 12, 7, 6
resting tremor, (abnormal) :
termasuk salah satu kriteria diagnosis parkinson. Tremor parkinson khas biasanya mulai dengan
frekuensi rendah, gerakan jemari seperti menggulung pil, lalu menyebar ke pronasi/supinasi
antebrachii dan ekstensi/fleksi siku. Tremor ini umumnya asimetris, terjadi saat diam, dan
menjadi lebih jelas dengan adanya gerakan sadar. Meskipun resting remor merupakan salah
satu kriteria diagnosis parkinson, kebanyakan pasien memiliki gabungan antara resting tremor
sekaligus tremor ketika beraktivitas.
pull test (+),
MMSE score 17.( severe cognitive impairment )
b. Apa yang dimaksud dan Bagaimana cara pemeriksaan:
- Resting tremor 1, 6, 7
Resting tremor
terjadi pada saat bagian tubuh sedang berelaksasi dan tidak sedang melawan gravitasi
(contoh: saat lengan sedang beristirahat di kursi). Tremor jenis ini biasanya akan meningkat
dengan adanya stress mental (contoh: menghitung mundur) atau pergerakan dari bagian tubuh
yang lain (contoh: berjalan), dan menghilang dengan adanya gerakan volunteer dari bagian
tubuh yang mengalami tremor tersebut.
Sebagian besar tremor merupakan action tremor, yang terjadi dengan adanya kontraksi sadar
dari otot. Action tremor dapat dibagi menjadi postural, isometric, isometric tremor dan kinetic
tremor.
Postural tremor terjadi saat bagian tubuh ditahan melawan gravitasi. Isometric tremor terjadi
saat otot dikontraksikan melawan obyek kaku yang tidak bergerak (contoh: saat tangan
mengepal). Kinetic tremor dikaitkan dengan pergerakan volunter apapun dan terdiri dari
intention tremor yang disebabkan oleh pergerakan meraih target.
Pemeriksaan resting tremor :
• Inspeksi lengan pasien saat di pangkuan
• Inspeksi lengan pasien dengan perhatian pasien dialihkan (pasien diminta untuk
menutup mata sambil menghitung mundur)
WD
Tn.abdul 60 tahun mengalami Inkontinensia urine dengan ganguan kompleks parkinson
EDUKASI DAN PREVENTIF
Tujuan dari pelayanan kesehatan adalah pencegahan primer (mengurangi resiko yang
menyebabkan terjadinya inkontinensia urin), pencegahan sekunder ( medeteksi gejala awal dan
menghalangi serta menghentikaan perkembangan penyakit) dan pencegaha teriser
( menghentikan terjadinya sakit berulang dan mencegah agar tidak memburuk.
• Adanya faktor predisposisi seperti umur, obesitas, riwayat keluarga, paritas/ persalinan
pervagina, dan operasi , sehingga anjurkan pasien untuk menjaga BB terutama ada riwayat
keluarga inkontinensia urin, anjurkan diet tinggi serat, jika perlu laxative bisa memiliki efek
positif dalam perlindungan.
• Hidarkan atau kurangi dosis pemakaian dalam pemberian medikasi yang dapat memberi efek
pada kaandung kemih yang dapat menyebabkan inkontinensia seperti Diuretik, Ca Channel
Antagonis, NSAID, ACE inhibitor (dapat menyebabkan batuk kronis) dan sedatif.
• Anjurkan kebiasaan berkemih yang teratur, akses mudah ke toilet , pembatasan cairan
(terutama cafein), dan perlindungan dari infeksi saluran urin (misal dengan jus cranberry,
vitamin C).
Komplikasi
Inkontinensia Urin:
- Infeksi saluran kemih, urosepsis
- Infeksi kulit daerah kemaluan
- Gangguan tidur
- Masalah psikososial seperti depresi, mudah marah dan rasa terisolasi
- Dehidrasi -->karena pasien mengurangi minum karena khawatir terjadi inkontinensia urin
- Ulkus dekubitus -->pada pasien yang kurang aktifitas, hanya berbaring.
Sumber :
1. Lumbantobing, S.M. 2004. Neurogeriatri. Hal : 31-33. Jakarta : FKUI.
2. Crawford, P. dan Ethan E. Zimmerman. Differentiation and Diagnosis of Tremor.
American Family Physician, 2011 : Vol 83. No.6.
3. Mazzoni, P., T.S. Pearson, dan L.P. Rowland. 2006. Merritt’s Neurology Handbook.
Chapter 114. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
4. Lynn, D. Joanne, H.B. Newton, A.D. Rae-Gant. 2004. 5-Minute Neurology Consult.
Section I. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins