Anestesi Inhalasi

47
Anestesi Inhalasi OLEH: dr. 0ktavienni PEMBIMBING: dr. Akhyar Hamonangan Nst SpAn,KAKV Diterjemahkan dari Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice, 4th Edition karangan Stoelting, Robert K.; Hillier, Simon C

description

ok

Transcript of Anestesi Inhalasi

Page 1: Anestesi Inhalasi

Anestesi Inhalasi

OLEH: dr. 0ktavienni  PEMBIMBING: dr. Akhyar Hamonangan Nst SpAn,KAKV

Diterjemahkan dari Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice, 4th Edition karangan Stoelting, Robert K.; Hillier, Simon C

Page 2: Anestesi Inhalasi

Sejarah Penemuan sifat anestesi dari nitrous oxide,

dietil eter dan chloroform pada tahun 1840 Pada tahun 1950 dikatakan semua

anestesi inhalasi kecuali nitrous oxide mudah terbakar atau berpotensial merusak hati

Halotan disintesis pada tahun 1951 dan diperkenalkan untuk keperluan klinis pada tahun 1956.

Page 3: Anestesi Inhalasi

• Metoxyfluran, metal etil ether adalah derivate pertama diperkenalkan ke klinik pada tahun 1960.

• Enflurane, derivate metal eter selanjutnya diperkenalkan untuk kegunaan klinik pada tahun 1973.

• Desfluran diperkenalkan pada tahun 1992 dan diikuti dengan sevoflurane pada tahun 1994.

Page 4: Anestesi Inhalasi

Nitrus oxide Nitrous oxide dengan berat molekul

rendah, baunya manis, potensial rendah untuk terbakar dan kelarutan dalam darah rendah cepat masuk dalam alveolar dan darah.

Page 5: Anestesi Inhalasi

Halotan Halotan bentuknya berupa cairan jernih

yang tidak mudah terbakar Uap dari cairan ini memiliki bau yang

enak dan tidak tajam.

Page 6: Anestesi Inhalasi

Enfluran Cara kerja cepat, pemulihan juga cepat Mudah menguap, tidak mudah terbakar,

memiliki bau yang tajam dan halus

Page 7: Anestesi Inhalasi

Isoflurane• Tingkat kelarutannya dalam darah cepat

disertai dengan suatu potensi/kemampuan yang tinggi sehingga memungkinkan onsetnya cepat dan pemulihan yang cepat dari anestesia

Page 8: Anestesi Inhalasi

Desflurane Tidak seperti halothane maupun

sevoflurane, desflurane memiliki bau yang tajam terjadinya iritasi saluran nafas maupun kejadian salivasi, sesak-nafas, batuk, ataupun laringopasme

Page 9: Anestesi Inhalasi

SevofluranePemulihan sevoflurane lebih cepat

3 sampai 4 menit dari isofluranSevofluran tidak toksik terhadap

hati

Page 10: Anestesi Inhalasi

Xenon Tidak mendepresi hemodinamik Lebih berpotensi daripada N2O Tidak memicu hipertermi Tidak berbahaya bagi lingkungan

Page 11: Anestesi Inhalasi
Page 12: Anestesi Inhalasi

EFEK PADA SISTEM SARAF PUSAT Volatile agent tidak menyebabkan

amnesia retrograde atau kerusakan fungsi intelektual yang berkepanjangan.

Desflurane, isoflurane dan sevoflurane, tidak menimbulkan aktivitas kejang

Page 13: Anestesi Inhalasi

Anestesi volatile menimbulkan peningkatan aliran darah otak yang bergantung dosis.

Pemberian anestesi volatil selama normokapnia pada konsentrasi > 0.6 MAC menimbulkan vasodilatasi cerebral, penurunan tahanan vaskular cerebral.

Page 14: Anestesi Inhalasi

Konsentrasi desflurane < 0,8 MAC tidak meningkatkan ICP, dimana 1,1 MAC mampu meningkatkan ICP 7 mmHg

Enflurane meningkatkan kedua hal yakni produksi dan resistensi untuk reabsorpsi dari CSF peningkatan ICP

Page 15: Anestesi Inhalasi

Peningkatan ICP berhubungan dengan pemberian N2O yang rupanya meningkatkan CBF

Peningkatan ICP terjadi pada pemberian halothan bila >0,5 %

peningkatan produksi CSF tidak terjadi pada penggunaan gas anestesi

Page 16: Anestesi Inhalasi

EFEK SIRKULASI

Penurunan tekanan darah oleh halothane karena penurunan kontraktilitas miokard dan curah jantung

Isoflurane, desflurane dan sevoflurane, menyebabkan penurunan tekanan darah sistemik oleh karena penurunan resistensi vaskular sistemik

Page 17: Anestesi Inhalasi
Page 18: Anestesi Inhalasi

Sevoflurane menyebabkan penurunan curah jantung lebih sedikit daripada halothane ketika diberikan pada infant.

Isofluran meningkatkan sistem konduksi atrioventrikular. Sebaliknya sevofluran tidak.

Page 19: Anestesi Inhalasi

isofluran

desfluran

sevoflurane

halotan

HR + + + -

CVP (tekanan atrium kanan)

+ + - +

CO dan SV

- - - +

resistensi vaskuler

+ + + -

Page 20: Anestesi Inhalasi
Page 21: Anestesi Inhalasi
Page 22: Anestesi Inhalasi
Page 23: Anestesi Inhalasi

Anestetik volatil menurunkan kontraktilitas miokard dan melemahkan otot jantung.

Pada pasien dengan penyakit arteri koroner pemberian 40% nitrous oxide menyebabkan terjadinya depresi myocardial yang tidak terjadi pada pasien tanpa penyakit jantung.

Page 24: Anestesi Inhalasi

Penyakit jantung yang telah ada dapat mempengaruhi signifikansi efek sirkulasi dari anestetik inhalasi.

Terapi obat sebelumnya yang mengubah aktivitas sistem saraf simpatetik (antihipertensi, antagonis beta adrenergic) dapat mempengaruhi besarnya efek sirkulasi yang dihasilkan oleh anestetik volatile.

Page 25: Anestesi Inhalasi

EFEK VENTILASI Anestesi inhalasi menimbulkan dose-

dependent dan efek spesifik obat pada (a) pola pernapasan, (b) respon ventilasi terhadap CO2, (c) respon ventilasi terhadap hipoksemia arteri, dan (d)resistensi jalan napas.

Desflurane dan Sevoflurane menekan ventilasi, menghasilkan penurunan pada ventilasi yang nantinya dapat menimbulkan henti napas antara 1,5 dan 2,0 MAC.

Page 26: Anestesi Inhalasi

Setelah pemberian selama 5 jam, peningkatan PaCO2 yang dihasilkan oleh anestesi volatile lebih rendah jika dibandingkan pemberian dengan konsentrasi yang sama selama 1 jam

Page 27: Anestesi Inhalasi
Page 28: Anestesi Inhalasi

Sevoflurane bermanfaat dalam pembedahan rongga dada, dimana berperan sebagai bronkodilator poten, kelarutan gas darah yang rendah pengaruhnya terhadap vasokonstriksi pulmonal kecil

Page 29: Anestesi Inhalasi

HEPATIC EFFECT Isoflurane merupakan vasodilatasi pada

sirkulasi hepatik efek baik pada pengangkutan oksigen

Vasokonstriksi arteri hepatik dilaporkan pada pasien sehat saat pemberian halothane

Page 30: Anestesi Inhalasi

Peningkatan sementara konsentrasi plasma alpha gutathione transferase (indikator yang sensitif untuk cedera hepatoselular) didapatkan pada pemberian isoflurane dan desfluran.

Page 31: Anestesi Inhalasi

Halothane menyebabkan dua tipe hepatotoksisitas pada pasien yang rentan: 1. hepatotoksisitas postoperasi ringan yang sembuh spontan yang ditandai oleh mual, letargi, demam dan sedikit peningkatan pada konsentrasi plasma enzym transaminase hati (Wright et al, 1975). 2.Tipe hepatotoksisitas lainnya yang lebih jarang (hepatitis halothane)

Page 32: Anestesi Inhalasi

Disfungsi hepar paska operasi ringan yang self-limited yang berhubungan dengan semua volatil anestesi.

Enflurane, isoflurane, dan desflurane dimetabolisme secara oxidatif di hati.

Page 33: Anestesi Inhalasi

EFEK PADA GINJAL Volatile anesthetics menghasilkan efek

menurunnya aliran darah ginjal, tingkat filtrasi glomerulus, dan produksi urin, sesuai dengan dosis yang diberikan.

Page 34: Anestesi Inhalasi

Walaupun beberapa penelitian gagal menunjukkan bahwa gangguan ginjal terjadi setelah pemakaian sevoflurane, ada penemuan terjadinya gangguan sementara pada kemampuan mengkonsentrasi urin dan peningkatan ekskresi beta-N-acetylglucosaminidase (NAG) dalam urin pada pasien yang mendapatkan sevoflurane.

Page 35: Anestesi Inhalasi

Pemberian desflurane atau isoflurane tidak memperberat gangguan ginjal pada pasien dengan insufisiensi ginjal kronis sebelumnya.

Halothane, seperti halnya sevoflurane, dipecah oleh carbon dioxide absorbent menjadi unsaturated volatile compounds yang bersifat nephrotoxic terhadap tikus.

Page 36: Anestesi Inhalasi

SKELETAL MUSCLE EFFECTS Ether derivative fluorinated volatile

anesthetics menyebabkan relaksasi otot rangka dua kali lebih kuat daripada halothane dengan dosis yang sama.

Nitrous oxide tidak merelaksasikan otot rangka dan pada dosis > 1 MAC, dapat menyebabkan kekakuan otot rangka.

Page 37: Anestesi Inhalasi

Volatile anesthetics menguatkan efek dari obat-obatan penghambat neuromuskular, dimana enflurane, isoflurane, desflurane, dan sevoflurane berefek lebih kuat daripada halothane.

Volatile anesthetics dapat memicu terjadinya hipertermi malignant

Page 38: Anestesi Inhalasi

Diantara volatile anesthetics, halothane adalah pemicu hipertermi malignant yang paling kuat.

Page 39: Anestesi Inhalasi

EFEK OBSTETRI Volatile Anesthetics bisa mengakibatkan

penurunan kontraksi otot polos rahim Relaksasi uterus yang dihasilkan dapat

berkontribusi untuk kehilangan darah akibat atonia uteri

Anestesi inhalasi dapat melewati sawar plasenta,tetapi juga cepat dihembuskan oleh bayi yang baru lahir

Page 40: Anestesi Inhalasi

EFEK GENETIK Peningkatan kejadian spontan aborsi

dikamar operasi mencerminkan efek teratogenik dari pemaparan kronis kensentrasi anestesi inhalasi terutama N2O.

Penelitian pada hewan konsentrasi N2O,halothan,Enfluran,Isofluran,belum menunjukan efek reproduksi yang berbahaya

Page 41: Anestesi Inhalasi

RESISTANCE TO INFECTION Inhaled anesthetics tidak memiliki efek

bakteriostatik pada konsentrasi yang biasa digunakan secara klinis. Sebaliknya, bentuk liquid dari inhaled anesthetics mungkin berefek bakterisidal.

Page 42: Anestesi Inhalasi

Seluruh volatile anesthetics menghambat replikasi virus campak (measles) dan mengurangi tingkat kematian pada tikus yang mendapatkan virus influenza intranasal.

Page 43: Anestesi Inhalasi

BONE MARROW FUNCTION Gangguan pada sintesis DNA berperan

pada perubahan megaloblastik dan agranulositosis yang menyertai pemakaian berkepanjangan dari nitrous oxide.

Paparan terhadap nitrous oxide selama 4 hari atau lebih menyebabkan agranulositosis.

Page 44: Anestesi Inhalasi

NEUROPATI PERIFER Manusia yang menghirup nitrous oxide

jangka panjang di luar tujuan medis dapat mengalami neuropati yang ditandai dengan polineuropati sensorimotor dan sering juga disertai dengan gejala degenerasi korda spinalis posterolateral yang menyerupai anemia pernisiosa.

Page 45: Anestesi Inhalasi

METABOLISME Metabolisme anestesi inhalasi penting

karena memiliki 2 alasan. 1. Metabolit segera, metabolit akhir, ataupun

produk pemecahan akibat paparan terhadap absorbent karbon dioksida dapat bersifat toksik terhadap ginjal, liver, dan organ reproduksi.

2. Derajat metabolisme dapat mempengaruhi laju penurunan tekanan parsial alveolar pada akhir anestesi.

Page 46: Anestesi Inhalasi
Page 47: Anestesi Inhalasi