Anemia Def Besi

13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia 1. Pengertian Anemia Anemia adalah tingkat kekurangan zat besi yang paling berat dan terjadi bila konsumsi Hemogobin jauh dibawah ambang batas yang ditentukan. Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan trimester II ( Muryanti, 2006 ). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat gizi, jenis pengobatannya relatif mudah bahkan murah. Kekurangan zat besi (Fe) dalam tubuh pada ibu hamil salah satunya karena perdarahan menahun atau berulang di semua bagian tubuh. Faktor resiko defisiensi zat besi (Fe) terjadi pada ibu hamil karena cadangan besi dalam tubuh lebih sedikit sedangkan kebutuhannya lebih tinggi yaitu antara 1-2 mg zat besi (Fe) secara normal (Mulyanti, 2006). Anemia merupakan penyebab utama dari tingginya angka kematian ibu melahirkan di negara sedang berkembang. Untuk Indonesia, hasil SKRT (1995) mencatat kematian ibu sebesar 373 orang untuk setiap 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut untuk Jawa Barat dan NTT meupakan yang trtinggi yaitu 686 orang, sedangkan yang terendah adalah Jawa Tengah yaitu 246 orang ( Soekirman , 2000). 2. Penyebab Anemia Anemia terjadi disebabkan oleh kekurangnya zat besi dalam darah, yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin. Kekurangan besi dalam tubuh akan berakibat yaitu: a. Kurangnya konsumsi makanan kaya besi, terutama berasal dari sumber hewani. b. Kekurangan besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan, masa tumbuh kembang serta pada penyakit infeksi ( malaria dan penyakit kronis lainnya misalnya TBC). c. Kehilangan besi yang berlebihan pada perdarahan termasuk haid yang berlebihan , sering melahirkan dan infeksi cacing. d. Ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh akan besi dibandingkan dengan penyerapan dari makanan. 3. Klasifikasi anemia dalam kehamilan pada ibu hamil

description

Anemia adalah tingkat kekurangan zat besi yang paling berat dan terjadi bilakonsumsi Hemogobin jauh dibawah ambang batas yang ditentukan. Anemia adalahkondisi ibu dengan kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12gr%. Sedangkananemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin dibawah 11gr% pada trimester I dan trimester II

Transcript of Anemia Def Besi

Page 1: Anemia Def Besi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia

1. Pengertian Anemia

Anemia adalah tingkat kekurangan zat besi yang paling berat dan terjadi bila

konsumsi Hemogobin jauh dibawah ambang batas yang ditentukan. Anemia adalah

kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12gr%. Sedangkan

anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin dibawah 11

gr% pada trimester I dan trimester II ( Muryanti, 2006 ).

Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat gizi, jenis

pengobatannya relatif mudah bahkan murah. Kekurangan zat besi (Fe) dalam tubuh

pada ibu hamil salah satunya karena perdarahan menahun atau berulang di semua

bagian tubuh. Faktor resiko defisiensi zat besi (Fe) terjadi pada ibu hamil karena

cadangan besi dalam tubuh lebih sedikit sedangkan kebutuhannya lebih tinggi yaitu

antara 1-2 mg zat besi (Fe) secara normal (Mulyanti, 2006).

Anemia merupakan penyebab utama dari tingginya angka kematian ibu

melahirkan di negara sedang berkembang. Untuk Indonesia, hasil SKRT (1995)

mencatat kematian ibu sebesar 373 orang untuk setiap 100.000 kelahiran hidup.

Angka tersebut untuk Jawa Barat dan NTT meupakan yang trtinggi yaitu 686 orang,

sedangkan yang terendah adalah Jawa Tengah yaitu 246 orang ( Soekirman , 2000).

2. Penyebab Anemia

Anemia terjadi disebabkan oleh kekurangnya zat besi dalam darah, yang

dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin. Kekurangan besi dalam tubuh akan

berakibat yaitu:

a. Kurangnya konsumsi makanan kaya besi, terutama berasal dari sumber hewani.

b. Kekurangan besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan, masa

tumbuh kembang serta pada penyakit infeksi ( malaria dan penyakit kronis lainnya

misalnya TBC).

c. Kehilangan besi yang berlebihan pada perdarahan termasuk haid yang berlebihan ,

sering melahirkan dan infeksi cacing.

d. Ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh akan besi dibandingkan dengan

penyerapan dari makanan.

3. Klasifikasi anemia dalam kehamilan pada ibu hamil

Page 2: Anemia Def Besi

Menurut Mochtar (1998) klasifikasi anemia dalam kehamilan adalah sebagai

berikut:

a. Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat

besi dalam darah. Pengobatannya yaitu bagi wanita hamil, tidak hamil dan dalam

laktasi yang memerlukan asupan besi dianjurkan untuk diberikan tablet besi.

Untuk menegakkan diagnosa anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan

anamnesa. Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800

mg.

b. Anemia Hipoplastik

Anemia Hipoplastik adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi

sumsum pemecahan sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan

pemeriksaan diantaranya darah tepi lengkap, pemeriksaan fungsi eksternal dan

pemeriksaan retikulasi.

c. Anemia Hemolitik

Anemia Hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh penghancuran

atau oemecahan sel darah merah yang lebih cepat pembuatannya. Gejala utama

kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan serta gejala komplikasi bila

terjadi kelainan pada organ-organ vital

4. Upaya pencegahan dan penaggulangan anemia

Upaya pencegahan dan penaggulangan anemia pada dasarnya adalah dengan

mengatasi penyebab pada anemia dan biasanya dikarenakan adanya penyakit yang

melatar belakangi yaitu antara lain penyakit TBC, infeksi cacing atau malaria,

sehingga selain penanggulangan pada anemianya, perlu dilakukan pencegahan yaitu:

a. Meningkatkan konsumsi besi yang bersumber dari makanan sumber hewani yang

mudah diserap (hati, ikan, daging dan lain-lain). Serta penambahan vitamin C

yang dapat membantu pembentukan besi dan proses pembentukan kadar

hemoglobin dalam darah.

b. Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan besi, asam folat, vitamin A dan

asam amino esensial pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh

kelompok sasaran.

c. Suplementasi besi folat secara rutin selama jangka waktu tertentu untuk

meningkatkan kadar hemoglobin secara tepat.

Page 3: Anemia Def Besi

d. Suplemen besi atau pemberian tablet besi yang merupakan suatu upaya dalam

pencegahan dan penanggulangan anemia, karena jenis anemia yang terbanyak

adalah anemia kekurangan besi.

B. Zat Besi

1. Definisi besi

Zat besi adalah mineral makro, selama zat tersebut terdapat dalam jumlah

yang relatif kecil di dalam tubuh. Mineral tersebut memainkan peranan yang

sangat penting dalam kesehatan dan gizi, sementara itu kekurangan gizi yang di

sebabkan kekurangan besi sering terjadi. Mineral tersebut dalam darah dan dalam

sel tubuh.

Kebanyakan zat besi dalam sel darah merah merupakan bagian dari

hemoglobin dan pigmen sel merah. Zat besi berfungsi dalam sintesa dan

metabolisme sel merah. Mineral tersebut bertindak sebagai pembawa oksigen

yang diperlukan sel dan karbondioksida dari sel paru-paru. Besi juga diperlukan

melepas tenaga dalam tubuh (Suhardjo, 1986).

Pada dasarnya, semua zat besi dalam tubuh berasal dari pangan. Setelah tubuh

menyimpan persediaan pokok akan zat besi tersebut, kebutuhan tubuh disediakan

dari 3 sumber :

a. Jika sel merah usang, besi didalamnya dilepaskan untuk dipakai kembali.

b. Tubuh menyimpan besi dalam hati, limpa, sumsum tulang dan mineral tersebut

dapat diperoleh selama persediaan masih cukup.

c. Besi tambahan yang diperlukan harus disediakan lagi oleh pangan.

Kebutuhan akan zat besi meningkat selama masa pertumbuhan, selama

datang bulan atau waktu lain ketika darah hilang dan selama hamil dan

menyusui. Dengan demikian, kebutuhan seseorang akan zat besi boleh

dikatakan kecil, tetapi untuk bayi, anak-anak yang sedang tumbuh dan wanita

sampai mereka mencapai setengah baya adalah lebih besar.

Jika tidak tercukup zat besi untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka

jumlah hemoglobin dalam sel darah merah berkurang dan keadaan tidak sehat

timbul yang dikenal dengan anemia ( kurang darah), anemia sangat sering

terjadi karena konsumsi pangan yang tidak cukup mengandung

besi,peningkatan permintaan tubuh akan besi selama pertumbuhan, hamil,

menyusui, kehilangan darah, atau terlalu sedikit besi yang diserap dari tempat

perecernaan.

Page 4: Anemia Def Besi

Seorang ibu yang dalam hamilnya telah menderita kekurangan garam

besi, tentulah tidak dapat memberikan cadangan zat besi kepada bayinya

dalam jumlah yang cukup untuk beberapa bulan pertama. Sesungguhnya

bayipun telah mendapat air susu dari ibunya, tetapi susu bukan bahan-bahan

makanan yang banyka mengandung garam besi, akibatnya bayi itupun akan

menderita anemia.

Kebutuhan zat besi bagi seorang wanita hamil sama pentingnya dengan

garam lain. Zat besi adalah unsur yang sangat penting dalam pembuatan darah,

karena untuk janin juga harus buat darah, maka dengan sendirinya selama

hamil juga kebutuhan akan garam ini semakin banyak.

2. Fungsi Zat Besi

Didalam setiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein pengangkut

elektron yang berperan dalam langkah-langkah akhir metabolisme energi.

Protein-protein ini memindahkan hidrogen dan elektron yang berasal dari zat gizi

penghasil energi ke oksigen. Zat besi juga meningkatkan kemampuan belajar.

Kadar besi dalam darah meningkat selama pertumbuhan sampai remaja.

Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap otak terutama pada reseptor saraf,

jika kepekaan seresptor saraf dapat berakibat hilangnya reseptor tersebut sehingga

daya konsentrasi dan daya ingat kurang serta kemampuan belajar terganggu. Besi

juga memegang dalam peranan tubuh dalam sistem kekebalan tubuh dan pelarut

obat-obatan yang tidak larut air karena oleh enzim yang mengandung besi dapat

dikeluarkan dari tubuh (Almatsier,2002).

3. Metabolisme Zat Besi

Pada dasarnya ada lima proses metabolisme yaitu pemyerapan, transportasi,

pemanfaatan dan pengawetan, penyimpanan, pembuangan (ekresi). Besi didalam

makanan yang dikonsumsi berada dalam ikatan ferri (umumnya dalam pangan

nabati) maupun ikatan ferro (umumnya dalam pangan hewani). Besi yang

terbentuk ferri oleh getah lambung, direduksi menjadi ferro yang lebih mudah

diserap oleh sel mukosa usus. Adanya Vitamin C dapat membantu proses reduksi.

Plasma darah disamping menerima besi berasal dari penyerapan makanan,

juga menerima besi dari simpanan pemecahan hemoglobin. Jumlah besi yang

diserap diganti sebanyak 30-40 mg. Dari jumlah ini hanya 1 mg yang berasal dari

makanan. Banyaknya besi yang dimanfaatkan untuk pembentukan hemoglobin

umumnya sebesar 20-25 mg perhari. Pada kondisi dimana sumsum tulang

Page 5: Anemia Def Besi

berfungsi baik, dapat memproduksi sel darah merah dan hemoglobin sebesar

enam kali. Besi yang berlebihan akan disimpan sebagai cadangan didalam

sumsum tulang, hati dan limfa. Ekresi besi dari tubuh sebanyak 0,5-1,0 mg

perhari, dikeluarkan bersama urine, keringat dan feses. Dapat pula melalui

perdarahan, mestruasi dan saluran urine (Soehardjo, 1992).

4. Sumber Zat Besi

Sumber zat besi yang paling baik adalah makanan hewani, seperti daging,

ayam dan ikan, sumber besi lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-

kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Pada dasarnya besi dalam

daging, ayam dan ikan mempunyai ketersediaan biologik tinggi, besi dalam

serealia dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan biologik sedang, dan besi

didalam sebagian besar sayuran, terutama yang mengandung asam oksalat tinggi

seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik rendah. Kandungan besi

beberapa bahan makanan dapat dilihat pada tabel 1

TABEL 1

NILAI BESI BERBAGAI BAHAN MAKANAN (mg/hr)

Nilai Besi Berbagai Bahan Makanan (mg/hr)Bahan Makanan Nilai

FeBahan Makanan Nilai

FeTempe kacang kedelai,murni 10,0 Biskuit 2,7Tempe kacang kedelai,kering 8,0 Jagung kuning, pipil lama 2,4Kacang merah 6,7 Beras setengah giling 1,5Kelapa tua, daging 5,0 Kentang 1,2Udang segar 7,6 Daun kacang panjang 0,7Hari sapi 8,0 Bayam 6,2Daging sapi 6,6 Sawi 3,9Telur bebek 2,8 Daun katuk 2,9Telur ayam 2,7 Kangkung 2,7Ikan segar 2,0 Daun singkong 2,5Ayam 1,5 Pisang ambon 0,5Gula kelapa 2,0 Keju 1,5Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, Depkes 1975

C. Vitamin C

1. Definisi Vitamin C

Vitamin C adalah derivat heksosa yang cocok digolongkan sebagai suatu

karbohidrat. Vitamin ini dalam bentuk kristal berwarna putih, sangat larut dalam

air dan oksalat. Vitamin C stabil dalam keadaan kering, tetapi mudah teroksidasi

dalam keadaan larutan, apalagi dalam suasana basa. Asam askorbat adalah bahan

Page 6: Anemia Def Besi

yang kuat kemampua reduksinya dan dan bertindak sebagai antioksidan dalam

reaksi-reaksi hidroksilasi (Suharjo,1992).

Vitamin C disebut juga vitamin anti askorbat karena dapat mencegah

penyakit yang disebut “scurvey”. Penyakit tersebut ditandai oleh terjadinya

perdarahan pada gusi dan mulut (Moehji, 2002). Vitamin C dalam makanan

diserap usus halus dan masuk keperedaran darah terutama melalui usus kecil

dalam beberapa setelah makan. Kadar vitamin C dalam darah hanya sebentar naik

karena vitamin C segera diambil oleh jaringan, jika ada kelebihan akan segera

dikeluarkan melalui ginjal (Suharjo, 1995).

Dari semua vitamin yang ada, vitamin C merupakan vitamin yang paling

mudah rusak. Disamping larut dalam air, vitamin C mudah teroksidasi dan proses

tersebut dipercepat oleh panas sinar, alkali, enzim, oksidator serta oleh katalis

tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam

keadaan asam, atau pada sushu rendah (Winarno, 2002).

2. Fungsi Vitamin C

Menurut Moehdji (2002:65-66), berbagai penelitian menunjukkan

beberapa fungsi vitamin C antara lain adalah:

a. Untuk pembentukan sel jaringan tubuh

b. Untuk pembentukan Collagen. Collagen adalah sejenis protein yang

diperlukan dalam pembentukan jaringan ikat. Diperlukan proses

penyembuhan luka.

c. Memperkuat pembuluh darah

d. Diperlukan dalam penyerapan Fe

e. Beberapa dalam metabolisme kolesterol karena dapat menurunkan kadar

kolesterol darah.

3. Metabolisme Vitamin C

Vitamin C mudah diserap secara aktif dan secara difusi pada bagian atas

usus halus masuk keperedaran darah melalui Vena Porta. Rata-rata absorbsi

adalah 90% untuk konsumsi antara 20-120 mg sehari kemudian vitamin C dibawa

kesemua jaringan. Vitamin C stabil dalam suasana basa, asam askorbat mudah

teroksidasi menjadi dehidro askorbat.

4. Angka Kecukupan Vitamin C

Angka kecukupan gizi sehari vitamin C Indonesia menurut widya Karya

Pangan dan gizi (1998) dapat dilihat pada tabel 2.

Page 7: Anemia Def Besi

TABEL 2

ANGKA KECUKUPAN VITAMIN C UNTUK INDONESIA

Angka Kecukupan Vitamin C untuk Indonesia

Golongan Umur AKG 1 mg

Wanita

10-12 50

13-15 60

16-19 60

20-45 60

46-59 60

≥ 60 60

Hamil + 10

Menyusui

0-6 bl +25

7-25 bl +10

Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi 1998

5. Sumber-sumber Vitamin C

Vitamin C umumnya hanya terdapat dalam pangan nabati, yaitu sayur dan

buah terutama yang asam, seperti jeruk, nenas, rambutan, pepaya, gandaria dan

tomat. Vitamin C banyak terdapat dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol.

Kandungan vitamin C beberapa bahan makanan dapat dilihat pada tabel 3.

Page 8: Anemia Def Besi

TABEL 3

NILAI VITAMIN C BERBAGAI BAHAN MAKANAN (mg/100gr)

Nilai Vitamin C Berbagai Bahan Makanan (mg/100gr)

Bahan Makanan Mg Bahan Makanan Mg

Daun singkong 275 Jambu monyet 197

Daun katuk 200 Gandaria (masak) 110

Daun melinjo 150 Jambu biji 45

Daun pepaya 140 Pepaya 78

Sawi 102 Mangga muda 65

Kol 50 Mangga masak pohon 41

Kembang kol 65 Durian 53

Bayam 60 Kedondong (masak) 50

Kemangi 50 Jeruk manis 45

Tomat masak 40 Jeruk nipis 27

Kangkung 30 Nenas 24

Ketela pohon kuning 30 Rambutan 58

Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi 1998

6. Hubungan Vitamin C dan Zat Besi

Dalam absorbsi dan metabolisme zat besi, vitamin C mereduksi ferri menjadi

ferro dalam usus halus sehingga mudah di absorbsi. Vitamin C menghambat

pembentukan hemosiderin yang sukar di mobilisasi untuk membebaskan besi jika

diperlukan. Absprbsi besi dalam bentuk non heme meningkatkan empat kali lipat

jika ada vitamin C berperan dalam memindahkan besi dari transferin didalam

plasma ke feritin hati (Almatsier, 2002). Vitamin C diperlukan dalam penyerapan

zat besi, dengan demikian vitamin C berperan dalam pembentukan hemoglobin,

sehingga mempercepat penyembuhan Anemia (Moehji, 2002).

D. Kadar Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah protein majemuk yang tersusun atas protein sederhana

yaitu globin dan radikal prosterik yang berwarna yang disebut heme. Protein ini

terdapat dalam butir-butir merah dan dapat dipisahkandengan cara pemusingan. Berat

molekulnya yang ditentukan dengan ultrasentrifuge sebesar 68.000. ini adalah protein

Page 9: Anemia Def Besi

pertama yang diperolah dalam bentuk hablur. Hemoglobin merupakan protein

pembawa oksigen dalam darah. Tiap liter darah mengandung kira-kira150 gr

hemoglobin (Wiknjosastro.(1999). Kadar hemoglobin adalah jumlah K3Fe (CN)6 akan

berubah menjadi hemoglobi yang kemudian diubah menjadi hemoglobin sianida

(HiCN) oleh KCN dengan batas ambang berat bila Hb< 8 gr/dl,anemia ringan Hb > 8

– 11 gr/dl dan normal pada ibu hamil Hb > 11 gr/dl (Depkes, 1996).

Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur 10

minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Dari

kehamilan 8 minggu sampai 40 hari postpartum, kadar Hemoglobin, jumlah eritrosit

dan nilai hematokrit, ketiganya turun sehingga kehamilan ke 7 hari postpartum

mencapai angka yang kira-kira sama dengan diluar kehamilan. Batas terendah untuk

kadar Hemoglobin dalam kehamilan nilai 10 gr/dl, bila kurang dari itu disebut anemia

dalam kehamilan. Menutur klasifikasi WHO kadar hemoglobin untuk ibu hamil

ditetapkan menjadi tiga kategori yaitu Normal (>11 gr%), anemia ringan (8 – 11 gr%)

dan anemia berat (<8 gr%) (Husaini, 1989),

Kadar haemoglobin dalam darah maupun kerja atau fungsi hemoglobin yang

optimal dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa hal, meliputi:

a. Makanan atau Gizi

Zat-zat gizi atau komponen gizi yang terdapat dalam makanan yang

dimakan digunakan untuk menyusun terbentuknya haemoglobin yaitu Fe (zat

besi), protein.

b. Fungsi Jantung dan Paru

Jantung berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Dalam darah terdapat

haemoglobin yang membawa oksigen keseluruh tubuh sebagai pembentukan

energi. Sedangkan paru berfungsi untuk menghisap oksigen dari udara luar yang

kemudian disuplai ke aliran darah dengan adanya ikatan antara haemoglobin dan

paru mempengaruhi kerja jantung yang optimal.

c. Fungsi Organ-organ Tubuh Lain

Misalnya fungsi hepar dan ginjal yang membantu dalam proses

pembentukan eritrosit dan haemoglobin.

Page 10: Anemia Def Besi

d. Merokok

Menurut Giam, C.K dan Teh K.C (1993:47) merokok mengurangi

kelembaban haemoglobin membawa oksigen dari darah. Juga pengaliran darah ke

organ-organ vital dan jaringan-jaringan (seperti jantung, otak dan otot) akan

berkurang. Secara keseluruhan pengaruh rokok ialah berkurangnya kemampuan

fisik dan timbulnya stess terhadap organ-organ vital, seperti jantung.

E. Tingkat Pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari suatu kejadian setelah seorang melakukan

pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia yaitu melalui indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan

aatau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang ( Notoadmodjo, 2003). Karena dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Pengetahuan mencakup ingatan yang dipelajari dan disimpan dalam ingatan,

hal tersebut meliputi fakta, kaidah dan prinsip serta metode yang diketahui.

Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan akan digali pada yang dibutuhkan

melalui bentuk mengingat atau mengenal kembali (Notoatmodjo, 2002).

2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2002), yang mengutip dari Bloom tingkat

pengetahuan didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :

a. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan dalam tingkatan ini adalah

mengingat kembali (recall). Sesuatu spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain mampu menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan dan sebagainya.

b. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan benar tentang

suatu obyek yang diketahui materi tersebut secara benar. Orang yang paham

terhadap suatu obyek materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh

Page 11: Anemia Def Besi

menyimpulkan, meramalkan terhadap obyek yang telah dipelajari, misalnya

dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

c. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi nyta sebelumnya.

d. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan atau obyek kedalam

komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih

ada kaitanya satu sama lain.

e. Sintesis

Menunjukkan bahwa suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi

Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaukan justifikasi atau penilaian

suatu materi atau obyek. Penelitian ini berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau berdasrkan kriteria yang sudah ada.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo

(2002),yaitu:

e. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih mudah

dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk

menyelesaikan hal-hal baru tersebut.

f. Informasi

Seseorang mempunyai sumber iinformasi yang lebih banyak akan memberikan

pengetahuan yang jelas.

g. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Karena

informasi-informasi baru akan disaring kira-kira sesuai dengan kebudayaan

yang ada dan agama yang dianut.

h. Pengalaman

Page 12: Anemia Def Besi

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,

maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang umur

semakin banyak (bertambah tua).

i. Sosial ekonomi

Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup dissesuaikan dengan

penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus

dipergunakan semaksimal mungkin, begitupun dalam mencari bantuan

kesarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga

F. Hiperemesis Gravidarum

1. Definisi Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita

hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi

buruk, karena terjadi dehidrasi. (Rustam Mochtar, 1998). Mual biasanya terjadi pada

pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan bahkan malam hari. Gejala-gejala ini

kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung selama

kurang lebih 10 minggu.

Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama

kehamilan. (Hellen Farrer, 1999, hal : 112)

2. Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi

kejadian adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang

dikemukakan : ( Rustan Mochtar, 1998 )

1. Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal

dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang menurun dari

pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi, yaitu merupakan

salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.

2. Faktor Psikologik

Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga

yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut

terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat

memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan

menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

Page 13: Anemia Def Besi

3. Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-

lain.

G. Kerangka Teori

H. Kerangka Konsep

I. Hipotesis

1. Ada hubungan pengetahuan makanan sumber Fe dengan kadar Hb pada ibu hamil

post hiperemesis gravidarum

2. Ada hubungan pengetahuan makanan sumber vitamin C dengan kadar Hb pada

ibu hamil post hiperemesis gravidarum

Pengetahuan Gizi

Pendidikan

Informasi

Budaya

Kadar Hb

Pengetahuan Sumber Vit C

Pengetahuan Sumber Fe

Kadar Hb

Sikap Perilaku