Anatomi Hidung Dan Sinus Paranasal

18
ANATOMI SINUS PARANASALIS Pada bab ini akan dibahas mengenai anatomi sinus paranasalis. Pembahasan terutama ditekankan pada sinus ethmoid dan struktur2 sekitarnya untuk kepentingan sinus surgery. Sinus ethmoid biasanya disebut sebagai ‘labirin’ karena kompleksitas dan variasinya antar individu. Ahli rinologi dan bedah membedakan labirin tersebut menjadi beberapa lamella berdasarkan embriologinya. Lamella-lamella ini terletak oblik dan terletak paralel satu sama lain. Dengan pengalaman struktur-struktur ini dapat dikenali pada saat pembedahan. Lamella pertama adalah prosesus unsinatus; lamella kedua berhubungan dengan bulla ethmoid; yang ketiga adalah lamella basal dari middle turbunate; dan yang keempat adalah lamella superior turbinate. Lamella basal dari middle turbinate terutama sangat penting, struktur ini membagi ethmoid menjadi anterior dan posterior. Sinus maksilaris, frontalis dan ethmoidalis berasal dari, dan drainasenya ke meatus media. Sinus ethmoid posterior berasal dari, drainasenya ke meatus superior dan suprema. Sinus sphenoid drainasenya ke resesus sphenoethmoidal. Lamella-lamella tersebut relatif konstan antara berbagai individu, sehingga merupakan marker yang penting dalam operasi. ETHMOID ANTERIOR

description

anatomi hidung dan sinus paranasal

Transcript of Anatomi Hidung Dan Sinus Paranasal

ANATOMI SINUS PARANASALIS

ANATOMI SINUS PARANASALIS

Pada bab ini akan dibahas mengenai anatomi sinus paranasalis. Pembahasan terutama ditekankan pada sinus ethmoid dan struktur2 sekitarnya untuk kepentingan sinus surgery. Sinus ethmoid biasanya disebut sebagai labirin karena kompleksitas dan variasinya antar individu. Ahli rinologi dan bedah membedakan labirin tersebut menjadi beberapa lamella berdasarkan embriologinya. Lamella-lamella ini terletak oblik dan terletak paralel satu sama lain. Dengan pengalaman struktur-struktur ini dapat dikenali pada saat pembedahan.

Lamella pertama adalah prosesus unsinatus; lamella kedua berhubungan dengan bulla ethmoid; yang ketiga adalah lamella basal dari middle turbunate; dan yang keempat adalah lamella superior turbinate. Lamella basal dari middle turbinate terutama sangat penting, struktur ini membagi ethmoid menjadi anterior dan posterior. Sinus maksilaris, frontalis dan ethmoidalis berasal dari, dan drainasenya ke meatus media. Sinus ethmoid posterior berasal dari, drainasenya ke meatus superior dan suprema. Sinus sphenoid drainasenya ke resesus sphenoethmoidal. Lamella-lamella tersebut relatif konstan antara berbagai individu, sehingga merupakan marker yang penting dalam operasi. ETHMOID ANTERIORAgger Nasi

Pada rinoskopi anterior, dapat dilihat penonjolan yang terdapat di depan tempat insersi concha media ke dinding lateral. Area ini disebut agger nasi. Bahasa latin Agger berarti penonjolan. Penonjolan ini selalu tampak pada pemeriksaan hidung. Pada banyak kasus agger nasi mengalami pneumatisasi seperti sel-sel ethmoidalis anterior, disebut sel-sel agger nasi. Selulae-selulae ini berasal dari bagian superior infundibulum atau resesus frontalis. Sel agger nasi dibatasi di anterior oleh prosesus frontalis os maxilla, superior oleh resesus/sinus frontalis, anterolateral oleh os nasal, inferomedila oleh prosesus uncinatus os ethmoid, inferolateral oleh os lacrimalis. Hubungan antara sel-sel tersebut dengan os lacrimal dapat dijelaskan dengan terjadinya epifora pada pasien-pasien sinusitis. Agger nasi penting pada sinusitis frontalis dan pentalaksanaannya. Bagian superior sel-sel agger nasi merupakan lantai anteromedial resesus frontalis. Hal ini penting untuk mengerti patofisiologi sinusitis frontalis dan terapi operatif sinus frontalis. Agger nasi dpat mengalami pneumatisasi ke inferomedial sampai ke prosesus uncinatus. Pada beberapa pasien, pneumatisasi bisa sangat jelas, dan terbentuk bulla pada prosesus uncinatus. Prosesus Uncinatus

Prosesus uncinatus dapat dilihat jelas pada potongan sagital dengan mendefleksikan middle turbinate ke superior. Struktur ini letaknya hampir sagital, dan hampir paralel dengan bulla ethmoid. Ukurannya kira-kira 3-4 mm lebarnya dan 1,5-2 cm panjangnya. Batas posteriornya tidak melekat pada tulang. Hiatus semilunaris terletak tepat di belakang margin posterior prosesus uncinatus. Bagian anterior dan superior meletak pada crista ethmoid os maxilla, tepat inferior dari tempat melekatnya concha media bagian anterior dan agger nasi. Bagian posterior dan inferior prosesus uncinatus melekat pada prosesus ethmoidalis concha inferior. Pelekatan ini tebal, dan prosesus uncinatus sering terpisah (split) atau melebar pada daerah ini untuk bergabung degan stouter inferior turbinate. Pada batas posterior dan superior, prosesus uncinatus memberikan penonjolan tulang untuk melekat pada lamina perpendicularis os palatina.

Prosesus uncinatus tidak memiliki perlekatan pada tulang di anterior dan posterior pada perlekatannya dengan inferior turbinate. Sehingga dinding nasal lateral tidak terbentuk dari tulang melainkan oleh mukosa meatus media, sedikit lapisan jaringan ikat, dan mukosa sinus. Area ini disebut sebagai fontanel anterior dan posterior. Fontanel posterior lebih besar dan lebih jelas daripada yang anterior. Hubungan dengan sinus maksilaris, ostium acessorius, dapat sering terlihat dari sini dan sering salah disangka sebagai ostium sinus maksilaris. Ostium acessorius sering terdapat di fontanel posterior pada 20-25% pasien.

Kembali ke bagian superior, prosesus uncinatus menonjol ke posterior dan superior dari tempat melekat middle turbinate dan biasanya berbelok ke lateral untuk berinsersi pada lamina papiracea orbita. Inferior dan lateral dari bagian ini terletak superior dari infundibular air space (resesus terminalis). Bagian superior dan medial dari bagian ini (biasanya) terletak pada lantai resesus frontalis. Secara alternatif, prosesus uncinatus dapat melekat di sentral (tengah) pada dasar tengkorak atau ke medial pada bagian superior dari lamella vertikal concha media di dekat insersi concha tersebut pada lamina cribrosa. Prosesus uncinatus juga dapat bergabung dengan selulae ethmoidalis anterior, seperti pada agger nasi. Stammberger menekankan bahwa bagian superior dari prosesus uncinatuis dapat dibagi perlekatannya ke lamina papiracea, dasar tengkorak, dan concha media. Sehingga masing-masing dapat membentuk septa yang membagi secara komplit atau parsial.

Prosesus uncinatusmembentuk batas anteromedial dari infundibulum ethmoid. Secara keseluruhan, prosesus uncinatus merupakan struktur 3 lapis, anteromedial merupakan mukosa nasal atau meatus media, tulang ethmoid, dan mukosa infundibulum pada posterolateral. Prosesus uncinatus terhadap dinding lateral dan lamina papiracea membentuk sudut kira-kira 140o; tapi tetap terdapat variasi pada individu. Prosesus uncinatus dapat displaced ke lateral pada hipoplasia sinus maksilaris, atau displaced ke medial pada penyakit polipoid yang luas di infundibulum. Bulla Ethmoid

Bulla ethmoid merupakan struktur yang konstan dan terbesar dari selulae ethmoid anterior. Terletak di dalam meatus media tepat posterior dari prosesus uncinatus dan anterior dari lamella basal middle turbinate. Selulae dasarnya pada lamina papiracea dan menonjol ke medial ke meatus media. Sel-sel tersebut terlihat sebagai bulla; penonjolan tulang yang bulat, hollow (kosong) dan berdinding tipis. Di superior, dinding anterior bulla ethmoid dapat meluas ke dasar tengkorak dan membentuk batas posterior resesus frontalis. Di posterior, bula dapat bergabung dengan lamella dasar (basal).

Variasi anatomis dapat terjadi pada bulla ethmoid. Jika pneumatisasi berlebihan, bulla ethmoid dapat merupakan selulae ethmoidalis anterior yang terbesar dan terletak pada bagian bawah meatus media. Pada kasus-kasus tertentu, bulla letak rendah dapat menyempitkan infundibulum ethmoidalis dan mengganggu transport mukosiliaris dan ventilasi. Bulla ethmoid dapat terjadi akibat pneumatisasi dari atau di belakang lamella basal kedua atau bulla lamella. Jika tidak tejadi pneumatisasi, tonjolan tulang dari lamina papiracea menjadi yang disebut torus lateralis. Hal ini diperkirakan terjadi pada 80% individu.

Hiatus Semilunaris

Hiatus semilunaris merupakan lubang yang berbentuk bulan sabit antara margin posterior prosesus uncinatus dan dinding anteror bulla ethmoid. Celah ini merupakan hubungan antara meatus media dengan infundibulum ethmoid. Yang ini menurut Grunwald disebut sebagai hiatus semilunaris inferior, yang dibedakan dengan hiatus semilunaris superior yang bentuknya lebih kecil dan kurang berbentuk bulan sabit. Hiatus semilunaris superior adalah celah yang terbentuk antara dinding posterior bulla ethmoid dan lamella basal middle turbinate, yang merupakan hubungan antara meatus media dengan sinus lateral ( resesus retrobullar dan suprabullar).

Infundibulum Ethmoidalis

Infundibulum ethmoidalis merupakan saluran yang berbentuk funnel-shaped dimana sekresi dari berbagai selulae ethmoidalis anterior, sinus maksilaris, dan pada kasus-kasus tertentu sinus frontalis dibawa ke meatus media. Infundibulum ethmoidalis merupakan struktur 3 dimensi yang terletak di bagian anterior ethmoid, dibatasi di medial oleh prosesus uncinatus yang dilapisi mukosa, lateral oleh lamina papiracea, dan anterior dan superior oleh prosesus frontalis os maxilla, di superolateral oleh os lacrimal. Jika dilihat dari potongan sagital, infundibulum ethmoidalis bentuknya melengkung (curved) sesuai dengan prosesus uncinatus dan bulla ethmoid. Dinding anterior bulla ethmoid membentuk batas posterior infundibulum ethmoidalis. Infundibulum ethmoidalis berhubungan dengan meatus media melalui hiatus semilunaris. Jika dilihat pada potongan coronal pada level ostium sinus maksilaris, batas medial dari infundibulum adalah prosesus uncinatus, batas lateralnya lamina papiracea, dan ostium sinus maksilaris membentuk batas inferior. Batas superior dibentuk oleh dinding anterior bulla ethmoid, sehingga batas superior medial dibentuk oleh hiatus semilunaris.

Bagian superior infundibulum penting karena berhubungan dengan resesus frontalis. Hubungan ini sebagian besar ditentukan oleh perlekatan prosesus uncinatus. Seringnya, prosesus uncinatus berbelok ke lateral untuk melekat pada lamina papiracea dan membentuk batas superior dari infundibulum ethmoidalis (resesus terminalis). Resesus frontalis drainasenya ke uncinatus, jika prosesus uncinatus melekat ke lamina papiracea. Selain itu, prosesus uncinatus dapat melekat ke atap ethmoid atau berinsersi ke middle turbinate. Pada kasus-kasus ini resesus frontalis akan berhubungan dengan infundibulum ethmoidalis.

Bagian inferior dari infundibulum juga penting, karena hubungannya dengan ostium sinus maksilaris. Ostium sinus maksilaris sering terletak pada 1/3 posteroinferior infundibulum ethmoidalis. Bagian paling inferoposterior dari infundibulum berakhir dan pada meatus media dan bergabung dengan mukosa fontanel posterior. Sinus Lateralis (Resesus suprabullar dan Retrobullar)

Sinus lateralis merupakan rongga udara yang tidak selalu ada yang terletak di belakang dan di atas bulla ethmoid dan juga disebut sebagai resesus suprabullar dan resesus retrobullar. Rongga ini pertama kali di kemukakan oleh Grunwald, yang dapat sangat berkembang dan pada beberapa kasus dibatasi oleh atap ethmoid di superior, lamina papiracea di lateral, atap bulla ethmoid dan dinding posterior di inferior dan anterior, serta lamella basar middleturbinate di posterior. Karena sinus lateralis terletak anterior dari lamella basal middle turbinate, sehingga menjadi bagian dari ethmoidalis anterior. Tapi dapat juga tidak dianggap sebagai bagian dari ethmoidalis anterior karena tidak memiliki ostium khusus untuk ventilasi dan drainasenya.. Sehingga lebih dianggap sebagai resesus atau ruang yang berhubungan dengan meatus media melalui hiatus semilunaris superior. Stamberger menyatakan bahwa bila bulla ethmoid tidak meluas sampai ke basis cranii untuk membentuk dinding posterior resesus frontalis, sinus lateralis dapat berhubungan dengan resesus frontalis dan hiatus semilunaris inferior. Bulla ethmoid sering berhubungan dengan sinus lateralis di posteriornya. Ostiomeatal Unit

Ostiomeatal unit bukan merupakan suatu struktur anatomi yang berdiri sendiri tapi lebih merupakan gabungan antara beberapa struktur di sekitar meatus media, antara lain: prosesus uncinatus, infundibulum ethmoid, selulae ethmoidalis anterior, dan ostium sinus ethmoidalis anterior, sinus maksilaris, dan sinus frontalis. Ostiomeatal unit leibh merupakan struktur fungsional daripada struktur anatomis, seperti dinyatakan oleh Naumann pada patofisiologi sinusitis. Ia menyakan bahwa bila terjadi sumbatan kecil pada daerah kritis tersebut dapat mengakibatkan suatu penyakit yang lebih besar di sinus frontalis dan sinus maksilaris. Sinus Frontalis dan Resesus Frontalis

Sinus frontalis drainasenya ke meatus media dan cavum nasi melalui saluran yang kompleks. Penamaan anatomis di daerah ini membuat perdebatan yang banyak. Beberapa pengarang menyebutkan bahwa duktus nasofrontal yang menjadi hubungan nasofrontal. Tapi pada dissections anatomic memperlihatkan bahwa duktus yang sebenarnya yaitu sturktur tubular yang berisi cairan tersebut tidak ada. Sehingga diperlukan penamaan yang lebih akurat untuk daerah anatomi tersebut, istilah resesus frontalis lebih dapat diterima/direkomendasikan.

Resesus frontalis merukan bagian paling anterosuperior dari sinus ethmoidalis anterior yang membentuk hubungan dengan sinus frontalis. Batas-batas resesus frontalis adalah lamina papiracea di lateral, middle turbinate di medial, dinding posterosuperior sel agger nasi (bila ada) di anterior, dan dinding anterior bulla ethmoid di posterior. Jika dinding anterior bulla ethmoid tidak mencapai basis cranii dan membentuk dinding posterior yang komplit, resesus frontalis akan berhubungan dengan resesus suprabullar.

Kompleksitas anatomis dari resesus frontalis oleh Stamberger dinyatakan bahwa selulae ethmoidalis anterior dapat berkembang dari resesus frontalis. Sel-sel agger nasi, frontalis, dan concha bullosa dinyatakan juga berasal dari resesus frontalis. Jadi, struktur-struktur yang dinyakatakan oleh para pengarang yang merupakan batas-batas resesus frontalis dapat membentuk resesus frontalis itu sendiri.

Sinus Maksilaris

Sinus maksilaris biasanya hanya merupakan satu ruang, yang batas-batasnya antara lain lantai orbita di superior, bagian dental dan alveolar maxilla di inferior, prosesus zigomatikus di lateral, dan sebuah dinding tulang tipis yang memisahkan rongga tersebut dengan fossa infratemporal dan pterygopalatina di posterior, serta prosesus uncinatus, fontanel dn inferior turbinate di medial. Ostium sinus maksilaris terletak di dalam 1/3 bagian paling posteroinferior infundibulum (71,8%).

Variasi anatomis tersering dari sinus maksilaris adalah sel-sel ethmoidalis infraorbital atau disebut Hallers cell. Haller, seorang ahli anatomi pada abad ke-18, pertama kali menyatakan sel ethmoidal yang excavates os planum dan os maxilla, di luar berhubungan dengan kapsula labiurin ethmoid. Selulae ini adalah selulae ehtmoid yang mengalami penumatisasi ke lantai orbita di sinus maksilaris, letaknya inferolateral dari bulla ethmoid, dan berhubungan erat dengan infundibulum ehtmoid dan ostium sinus maksilaris. Sel Haller ini dikatakan berasal dari ethmoidalis anterior (88%) dan ethmoidalis posterior pada (12%). Nama-nama lain untuk sel Haller ini antara lain adalah sel maxillo-orbital, sel maxilloethmoidal, dan sel orbitoethmoidal. Tapi penamaan sel Haller untuk sekarang dipakai sel ethmoidalis infraorbital. Istilah ini lebih tepat, berdasarkan lokasi dan asal dari sel ini dan membedakannya dari sel supraorbital yang berasal dari resesus frontalis atau resesus suprabullar.

Variasi anatomis lainnya adalah hipoplasia atau atelektasis sinus maksilaris. Pada variasi ini, sinus maksilaris lebih kecil dan dikelilingi oleh tulang maksila yang lebih tebal, prosesus uncinatus juga mengalami hipolasia dan terletak pada bagianinferomedial orbita; jadi infundibulum juga mengalami atelektasis. Uncinektomi menjadi sulit pada pasien-pasien ini karena lateral displacement dari struktur tersebut dan resiko masuk ke orbita. Middle Turbinate

Middle turbinate tulang ethmoid, yang berasal dari ethmoturbinal kedua, memiliki beberapa bagian yang penting. Di anterior, turbinate melekat ke lateral pada daerah agger nasi, tepatnya pada crista ethmoidalis (eminatnia ethmidalis) maxilla. Dari sini, turbinate berjalan ke superior dan medial tuntuk melekat secara vertikal di bagian lateral lamina cribrosa (cribriform plate). Perlekatan ini meluas sampai insersi berjalan secara horizontal menyilang basis cranii dan ke inferior untuk melekat pada lamina papiracea dan/atau dinding medial sinus maksilaris. Segmen ini terletak hampir koronal di anterior dan hampir horizontal di posterior. Struktur ini membagi labirin ethmoid menjadi komponen anterior dan posterior; dan disebut sebagai lamella basal middle turbinate. Bagian paling postrior middle turbinate pada perlekatan di inferior pada dinding lateral crista ethmoidalis prosesus perpendicularis os palatina, tepat anterior dari foramen sphenopalatina.

Variasi pada bagian tengahlamella basal middle turbinate penting untuk diketahui. Walaupun terletak pada bidang koronal, merupakan struktur yang tidak mudah untuk ditentukan. Bentuk middle turbinate sangat bervariasi, dan dapat mengalami pneumatisasi. Pneumatisasi middle turbinate disebut concha bullosa. Terdapat variasi yang sangat besar antara masing-masing orang untuk derajat pneumatisasinya. Jika bagian vertikal atau lamella middle turbinate mengalami pneumatisasi, sel-sel yang terbentuk disebut sebagai sel interlamelar. Sel interlamellar dibedakan dengan concha bullosa. Concha bullosa letaknya lebih inferior dan pada bagian bulbus dari turbinate. Concha bullosa yang besar merupakan variasi anatomis yang dapat menyempitkan meatus media dan mengurangi mucocilliary clearace dan ventilasi. Masih terjadi perdebatan dari manakah asalnya pneumatisasi middle turbinate; dinyakan dapat berasal dari ethmoidalis anterior, posterior atau dari resesus frontalis. Sinus Ethmoidalis Posterior

Sinus ethmoidalis posterior adalah kumpulan dari satu sampai lima sel-sel ethmoid yang drainasenya ke meatus superior dan suprema. Terbentuk dari primary furrow kedua dan ketiga. Sinus ethmoidalis posterior dibatasi di anteror oleh lamella basalis middle turbinate, dinding aterior sinus sphemoid di posterior, lamina papiracea di lateral, di medial oleh bagaian vertikal concha superior dan suprema berserta meatusnya, dan di superior dibatasi oleh atap ethmoid. Pengetahuan anatomis mengenai batas-batas sinus ethmoidalis posterior sangat penting bagi seorang ahli bedah untuk menghindari komplikasi intraoperatif. Sinus ethmoidalis posterior mempunyai kepentingan dalam pembedahan karena kedekatannya dengan basis cranii dan nervus optikus.

Variasi anatomis sinus ethmoidalis posterior sangat penting untuk dimengerti. Onodi meneliti variabilitas anatomi sinus ethmoidalis posterior, dan ia menekankan hubungan sel paling posterior dari ethmoidalis posterior dengan nervus optikus. Onodi mengemukakan ada 38 variasi pada hubungan sinus ethmoidalis posterior dengan nervus optikus, dan dibagi menjadi 12 kelompok utama. Ia menemukan bahwa sel paling posterior dari sinus ethmoidalis posterior pneumatisasinya sangat baik (luas), sehingga meluas ke posterior sepanjang lamina papiracea ke dinding anterior sinus sphenoid. Disesksi sinus ethmoidalis posterior dapat menyebabkan trauma pada nervus optikus dan menyebabkan kebutaan, terutama jikakurang mengetahui variasi anatomisnya. Ahli bedah endoskopi yang modern mulai menyebut variasi anatomis ini sebagai Onodi Cell; tapi dapat juga istilah Sphenoethmoidal Cell dipergunakan, dimana nama ini lebih tepat untuk penamaan anatomisnya. Jika sel sphenoethmoidal ini besar, canalis caroticus dapat menonjol (bulging) ke sinus ethmoidalis posterior.

Onodi telah mencoba berkali-kali untuk meyakinkan para ahli THT pada zamannya bahwa sinus sphenoid tidak selalu berada tepat di belakang sinus ethmoidalis posterior. Ia mengingatkan para ahli bedah bahwa untuk mencapai sinus sphenoid, hanya diperlukan diseksi sampai batas belakang sinus ethmoidalis posterior. Diseksi sinus ethmoidalis posterior arahnya harus inferomedial, bukan superolateral, untuk menghindari trauma cranial atau orbital.

Sinus Sphenoid

Terletak di tengah di dalam tengkorak, sinus sphenoid dibatasi oleh beberapa struktur penting. Lateral dari sinus terletak arteri carotis, nervus optikus, sinus cavernosus, N. II,IV,V, VI. Jika sinus sphenoid pneumatisasinya baik, nervus optikus dan arteri karotis dapat sangat dekat dengan sinus, dibatasi hanya oleh dinding tulang yang tipis. Pada beberapa kasus, daerah ini mengalami dehisensi. Diseksi sinus sphenoid dapat menyebabkan kerusakan dari arteri karotis dan nervus optikus.

Sinus sphenoid kiri dan kanan dipisahkan oleh septum intersinus. Struktur ini sangat bervariasi, bentuknya dapat oblik dan bukan sagital. Septum yang inkomplit juga sering terjadi. Manipulasi septum sphenoid harus dilakukan dengan sangat hati-hati, dimana septum intersinus diketahui menempel pada midline, dekat atau pada canalis karotikus.

Atap Ethmoid

Suatu daerah yang juga perlu perhatian khusus adalah atap ethmoid. Dari orbital plate, os frontalis memberikan perluasan ke ethmoid, yang terbuka di superior, untuk bergabung dengan lamella lateralis cribriform plate. Perluasan os frontalis membentuk atap ethmoid, yang membatasi berbagai selulae ethmoid dan membelah untuk membentuk indentasi atau foveolae; terutama, foveolae ethmoidalis os frontalis. Atap ethmoid dapat bervariasi arahnya dari mendekati horizontal sampai mendekati vertikal; tetapi pada kebanyakan pasien, atap ethmoid terletak diatas lamina cribrosa, jadi atap tersebut merupakan bagian superomedial. Permukaan medial dari atap ethmoid dibentuk oleh lamellae lateral lamina cribrosa, juga dikenal sebagai lamina lateralis lamina cribrosa karena menonjol ke superior atau superomedial dari lamina cribrosa.

Keros menggambarkan 3 tipe basis cranii yang mempunyai relevansidengan sinus surgery. Pada tipe pertama, sulcus olfactorius dalamnya 1-3 mm, lateral lamella pendek , dan terdapat bagian os frontalis yang terletal di belakang ke atap ethmoid, sehingga atap menjadi tebal dan pada operasi sinus menjadi aman. Pada tipe 2, sulcus olfactorius dalamnya 3-7 mm, lateral lamella membentuk bagian medial dari atap ethmoid. Pada tipe 3, sulcus olfactorius dalamnya 7-16 mm, dan atap ethmoid terletak tepat diatas lamina cribrosa. Lamina lateral yang tipis tersebut merupakan bagian terbesar dari atap ethmoid, dan bagain penting atap ethmoid tidak terletak di belakang os frontalis yang tebal., sehingga dalam operasi sinus menjadi berbahaya. Pada saat operasi dekat basis kranii harus sangat hati-hati, terutama di medial pada daerah lamella lateralis lamina cribrosa yang tipis. Pada studi anatomis menggunakan mikroskop, perluasan os frontalis yang di belakang atap ethmoid diukur kira-kita 0,5 mm tebalnya, dimana lateral lamella diketahui hanya setebal 0,2 mm tebalnya. Sulcus ethmoidalis, suatu lekukan di lamella lateralis tempat berjalannya arteri ethmoidalis anterior, tulangnya diukur kira-kira hanya 0,05 mm, 10 kali lipat lebih tipis daripada atap ethmoid. Daerah ini diketahui merupakan tempat tersering terjadinya kebocoran LCS pada bedah sinus endoskopi.

Arteri ethmoidalis anterior merupakan struktur penting pada atap ethmoid anterior. Ketika arteri tersebut memasuki ethmoid dari orbita, ia berjalan melintang atap ethmoid, di dalam kanal pada atau dibawah atap. Kemudian berjalan ke kanterior dan menyilang dari lateral ke medial, dan menembus lamella lateral untuk masuk ke sulcus olfactorius. Mengetahui anatomi arteri ethmoidalis anterior sangat membantu dalam bedah sinus endoskopi. Identifikasi dan menghindari diseksi pembuluh darah tersebut dapat mengurangi resiko perdarahan dan hematom orbital, mengurangi kemungkinan cedera pada basis cranii dan bocornya LCS, dan membantu identifikasi dan diseksi resesus frontalis.

Variasi Anatomis

Variasi anatomis diketahui biasanya pada pemeriksaan CT sca. Beberapa penulis menyatakan bahwa variasi anatomis merupakan faktor potensial untuk terjadinya gangguan ventilasi sinus dan mucociliary clearance yang mejadi faktor predisposisi terjadinya sinusitis. Variasi anatomis yang diduga sebagai faktor-faktor yang mungkin menyebabkan sinusitis antara lain adalah concha bullosa, infraorbital ethmid cell (sel Haller), concha media yang secara paradoksal membengkok, septum deviasi, dan abnormalitas prosesus uncinatus. Data ini ditunjang dengan tingginya frekuensi concha bulllosa pada pasien-pasien sinusitis kronis atau rekuren. Tapi ada juga penelitian yang menyatakan bahwa variasi anatomis terjadi tapi tidak disertai dengan penyakit sinus.

Kesimpulan

Anatomi sinus paranasalis kompleks dan sangat bervariasi, dan terutama pada sinus ethmoidalis. Seperti sidik jari, tidak ada 2 sinus ehtmoid yang betul-betul sama. Operator untuk operasi ethmoid perlu pendalaman anatomi untuk menghindari komplikasi.