ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK...

69
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN DIARE DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI KARYA ILMIAH AKHIR NERS Mariska Iriyanti 0706270876 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI REGULER DEPOK , JAWA BARAT JULI 2013 Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Transcript of ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK...

Page 1: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK

KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN

DIARE DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Mariska Iriyanti

0706270876

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI REGULER

DEPOK , JAWA BARAT

JULI 2013

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 2: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK

KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN

DIARE DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

Mariska Iriyanti

0706270876

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI REGULER

DEPOK , JAWA BARAT

JULI 2013

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 3: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya sendiri dan semua sumber

baik yang dikutip maupun dirujuk telah kami nyatakan dengan benar.

Nama : Mariska Iriyanti

NPM : 0706270876

Tanda Tangan :

Tanggal : 10 Juli 2013

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 4: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir ini diajukan oleh:

Nama : Mariska Iriyanti

NPM : 0706270876

Program : Profesi 2012-2013

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Karya Ilmiah : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Anak Kesehatan

Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Diare Di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian dari persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Ners pada Program Studi Profesi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu

Keperawatan, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Siti Chodijah, S. Kp., M.N. ( )

Penguji II : Ns. Ngatmi, S.Kep. ( )

Ditetapkan di : Fakultas Ilmu Keperawatan Indonesia

Tanggal : 21 Juni 2013

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 5: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

v

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir ini diajukan oleh:

Nama : Mariska Iriyanti

NPM : 0706270876

Program : Profesi 2012-2013

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Karya Ilmiah : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Anak Kesehatan

Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Diare Di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Telah mendapatkan persetujuan dari pembimbing KIA (Karya Ilmiah Akhir) dan

koordinator mata ajar peminatan anak program profesi sebagai bagian dari

persyaratan untuk memperoleh gelar nurse pada Program Studi Profesi Ilmu

Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.

Menyetujui,

Pembimbing KIA

Nur Agustini, SKp., MSi

197008191995122001

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 10 Juli 2013

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 6: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga mahasiswa dapat menyelesaikan

laporan karya ilmiah akhir yang berjudul “Analisis Praktik Klinik Keperawatan

Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Anak dengan Diare Di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati” dalam rangka memenuhi tugas mata ajar Karya Ilmiah

Akhir.

Dalam proses penyusunan laporan kary ailmiah ini, mahasiswa menyadari masih

banyak kekurangan yang dimiliki. Namun, berkat bantuan dan bimbingan semua

pihak maka laporan karya ilmiah akhir ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia.

2. Ibu Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.An. selaku koordinator

mata ajar peminatan anak program profesi Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia

3. Ibu Nur Agustini, SKp., MSi selaku pembimbing karya ilmiah akhir yang

telah memberikan motivasi dan banyak tuntunan yang sangat berguna

selama proses penulisan dan penyusunan laporan ini .

4. Ibu Ngatmi, S.Kep selaku pembimbing klinik di R.S.U.P Fatmawati

5. Orang tua dan adikku tercinta yang selalu memberikan semangat.

6. Serta semua pihak yang tidak dapat kami uraikan satu persatu tanpa

mengurangi rasa terima kasih peneliti.

Akhir kata, mahasiswa mengucapkan terima kasih pada semua pihak.

Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna perbaikan di

masa mendatang. Semoga penulisan laporan ini dapat membawa manfaat bagi

pengembangan dan peningkatan ilmu keperawatan.

Depok, 10 Juli 2013

Peneliti

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 7: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, Saya yang bertanda

tangan di bawah ini:

Nama : Mariska Iriyanti

NPM: : 0706270876

Program studi : Profesi 2012-2013

Fakultas : Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Jenis karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan

kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksekutif (Non-

exclusive Royalty-Free Right) atas laporan penelitian kami yang berjudul:

“Analisis Praktik Klinik Keperawatan Anak Kesehatan Masyarakat

Perkotaan Pada Pasien Diare Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati”,

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Nonekslusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan kata

(database), merawat, dan mempublikasikan laporan penelitian kami tanpa

meminta izin dari kami selama tetap mencantumkan nama kami sebagai

peneliti dan pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Depok

Pada tanggal: 10 Juli 2013

Yang menyatakan

(Mariska Iriyanti)

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 8: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

viii

ABSTRAK

Nama : Mariska Iriyanti

NPM : 0706270876

Fakultas : Ilmu Keperawatan

Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Anak Kesehatan Masyarakat Perkotaan

Pada Pasien Diare Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

Diare menempati urutan kedua pembunuh anak di bawah umur lima tahun di dunia. Diare

merupakan suatu gejala hasil dari kelainan pada peoses digestif, absorbsi, dan fungsi sekresi.

Penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan terapi pijat pada penurunan frekuensi BAB penderita Diare. Aplikasi dilakukan pada dua anak sebagai responden

intervensi dan satu anak sebagai responden non-intervensi. Hasil penerapan terapi pijat ini

didapatkan bahwa terdapat penurunan frekuensi BAB pada anak dengan diare setelah dilakukan

terapi pijat. Hasil penerapan aplikasi ini menyarankan institusi pelayanan kesehatan dapat

mempertimbangkan dalam penerapan terapi ini sebagai terapi komplementer. Kemudian, terapi

komplementer dapat dijadikan salah satu mata kuliah praktik pada mahasiswa keperawatan.

Kata Kunci: anak, diare, komplementer, pijat, terapi

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 9: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

ix

ABSTRACT

Name : Mariska Iriyanti

Student ID : 0706270876

Faculty : Nursing Science

Title : The analysis of child nursing clinical practice of Urban Public Health Nursing

at Children with diarrhoea in Fatmawati Hospital

Diarrhoeal disease is the second leading cause of death in children under five years old. Diarrhoea

is a symptom which is the result of disruption in digestive process, absorption, and secretion. The

objective of this study was to ascertain the effect of massage therapy in decreasing defecation frequency on children with diarrhoea. Samples for this study were two children as an intervention

respondents, and one child as a non-intervention respondent. Result of this study indicated that

there is an effect in decreasing defecation frequency in children who had been through a massage

therapy.This study suggest that a health care institution should considered this therapy to be

applied as a complementer therapy. Furthermore, the complementary therapy could be conducted

as a practical lesson for nursing students.

Keywords: children, complementary, diarrhoea, massage, therapy

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 10: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................ vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN .... vii

ABSTRAK ............................................................................................. viii

ABSTRACT ............................................................................................. ix

DAFTAR ISI .......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................. 5

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................ 6

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

BAB 2 .TINJAUAN KEPUSTAKAAN ................................................ 7

2.1 Tinjauan Teoritis ......................................................................... 7

2.1.1 Diare .............................................................................. 7

2.1.2 Konsep keseimbangan cairan & elektrolit ....................... 10

2.1.3 Terapi pijat ..................................................................... 16

BAB 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ........................... 22

3.1. Gambaran kasus ......................................................................... 22

3.2. Asuhan keperawatan ................................................................... 22

BAB 4. ANALISA SITUASI ................................................................. 24

4.1. Profil lahan praktik ..................................................................... 24

4.2. Analisa masalah keperawatan dengan konsep terkait

KKMP dan kasus terkait ......................................................... 26

4.3. Analisa salah satu intervensi dengan konsep

dan penelitian terkait ............................................................... 30

4.4. Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan ................................ 32

BAB 5. PENUTUP ................................................................................ 34

5.1 Kesimpulan ................................................................................ 34

5.2 Saran .......................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA 36

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 11: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengkajian An. A

Lampiran 2. Rencana Asuhan Keperawatan An. A

Lampiran 3. Catatan Perkembangan An. A

Lampiran 4. Web of Causation (WOC) Diare

Lampiran 5: Biodata Diri

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 12: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit diare merupakan masalah kesehatan anak terutama di negara

berkembang. Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention

(CDC, 2012), penyakit diare bertanggung jawab atas 1 dari 9 kematian di

dunia, membuat diare menjadi penyebab kedua kematian anak di bawah

usia lima tahun setelah pneumonia. Diare menjadi penyakit pembunuh di

dunia karena diare membunuh 2.195 anak setiap hari, lebih dari korban

penyakit AIDS, malaria, dan campak disatukan(CDC, 2012). Menurut

statistik World Health Oganization (WHO, 2011), diare menimbulkan

kematian bagi 2,4 juta anak di dunia atau 4,3% kematian dari total

populasi dunia, terkonsentrasi di negara miskin dan anak kurang mampu

di strata sosial dengan 90% kematian terjadi di afrika dan asia (UNICEF,

2012). Indonesia termasuk negara berkembang yang memiliki angka

kejadian diare tinggi ditandai dengan masih sering timbulnya Kejadian

Luar Biasa (KLB) terkait diare di beberapa wilayah Indonesia

(KEMENKES RI, 2011).

RISKESDAS (2007) menunjukkan bahwa diare merupakan penyebab

kematian pada anak di bawah lima tahun di Indonesia (UNICEF

Indonesia, 2012). Laporan RISKESDAS 2007 menunjukkan diare

sebagai penyebab 31 persen kematian anak usia antara 1 bulan hingga

satu tahun dan 25 persen kematian anak usia antara satu hingga empat

tahun (KEMENKES RI, 2011). Penurunan angka kematian anak

merupakan salah satu target dari Millenium Development Goals (MDGs)

yang disepakati dalam deklarasi internasional. Oleh karena itu, salah satu

upaya untuk mendukung tercapainya target tersebut adalah dengan

menurunkan angka kematian akibat diare.

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 13: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

2

UNIVERSITAS INDONESIA

Angka kejadian diare di tempat praktik, R.S.U.P. Fatmawati Jakarta,

berada pada posisi tiga teratas dari total pasien rawat inap selama periode

07 Mei s/d 20 Juni 2013. Tercatat 31 kasus diare yang dirawat di ruang

anak lantai III selatan, R.S.U.P Fatmawati. R.S.U.P Fatmawati berlokasi

di daerah perkotaan, Jakarta Selatan, merupakan rumah sakit rujukan

daerah JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan

Bekasi). Daerah perkotaan (urban) menjadi faktor menarik yang

mempengaruhi angka kejadian diare.

Walaupun prevalensi diare lebih banyak terjadi di pedesaan dibanding di

daerah perkotaan, yaitu 10% di pedesaan dan 7,4 % di perkotaan

(KEMENKES RI, 2011). Namun, sebuah studi menunjukkan bahwa

angka kematian di perdesaan mengalami penurunan lebih cepat daripada

angka kematian di perkotaan, dan bahwa kematian di perkotaan bahkan

telah mengalami peningkatan pada masa neonatal (UNICEF Indonesia.

2012). Tren ini tampaknya terkait dengan urbanisasi yang cepat, sehingga

menyebabkan kepadatan penduduk yang berlebihan, kondisi sanitasi

yang buruk pada penduduk miskin perkotaan, yang diperburuk oleh

perubahan dalam masyarakat yang telah menyebabkan hilangnya jaring

pengaman sosial tradisional. Kualitas pelayanan yang kurang optimal di

daerah-daerah miskin perkotaan juga merupakan faktor penyebab

(UNICEF Indonesia. 2012).

Diare menimbulkan masalah serius hingga kematian akibat kehilangan

cairan dan elektrolit yang menyebabkan dehidrasi. Bagi anak-anak yang

bertahan hidup, seringnya frekuensi menderita diare dapat berkontribusi

terhadap masalah gizi sehingga menghalangi anak untuk dapat mencapai

potensi maksimal mereka. Kondisi ini selanjutnya menimbulkan efek

serius terhadap kualitas sumber daya manusia dan kemampuan produktif

suatu bangsa di masa datang. Penanganan standar diare menurut WHO

(2005), terdiri dari tiga elemen utama, yaitu terapi rehidrasi, pemberian

zinc, dan lanjutkan pemberian makan. Lama hari rawat penderita diare

yang dirawat di R.S.U.P Fatmawati pada 07 Mei s/d 20 Juni 2013, yaitu 4

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 14: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

3

UNIVERSITAS INDONESIA

– 7 hari. Namun demikian, hari rawat balita diare dipengaruhi oleh

kondisi fisik bayi (status gizi balita baik, kurang atau buruk), darah

penderita (normal atau tidak), protein urine positif atau negatif, derajat

dehidrasi dan makanan/ minuman yang dimimun (KEMENKES. 2011).

Trend Evidence Based Pracrise (EBP) merupakan alternatif dan metode

baru dalam pemberian asuhan keperawatan. Hal ini terjadi seiring dengan

makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang

kesehatan yang dituntut untuk menemukan metode baru dalam pelayanan

kesehatan. Salah satu EBP dalam asuhan keperawatan yang sedang

berkembang, yaitu terapi komplementer, terapi yag menggunakan

pendekatan tidak umum yang sejalan dengan pendekatan konvensional-

medis (NCAM, 2012).

Integrasi dari terapi komplementer dan alternatif dengan praktik medis

konvensional telah mengalami peningkatan. Persepsi perbedaan dalam

kedua terapi pun telah berubah, dalam jurnal American College of

Physicians (ACP) dilakukan survey yang menghasilkan bahwa 79% dari

responden penelitian memiliki persepsi bahwa mengunjungi dokter medis

dan menggunakan terapi komplementer dalam 12 bulan terakhir merasa

kombinasi dari kedua pendekatan lebih baik daripada hanya

menggunakan salah satu pendekatan saja (Eisenberg et.al., 2001).

Beberapa dari terapi komplementer telah dilakukan dalam intervensi

keperawatan. Dalam The National Intervention Classification (NIC)

teridentifikasi 400 intervensi keperawatan yang terkait dengan terapi

komplementer, salah satunya terapi pijat. (Snyder dalam Novianti, 2010).

Melihat data statistik dunia, Indonesia, dan R.S tempat praktik

mahasiswa yang menunjukkan bahwa angka kejadian diare yang tinggi,

mahasiswa tertarik untuk mengambil kasus diare menjadi topik bahasan

karya ilmiah akhir. Di lahan praktik mahasiswa, terdapat kesempatan

dalam menerapkan terapi komplementer berdasarkan EBP. Oleh karena

itu, mahasiswa tertarik menerapkan asuhan keperawatan anak diare

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 15: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

4

UNIVERSITAS INDONESIA

dengan mengaplikasikan terapi komplementer, terapi pijat dalam usaha

menurunkan frekuensi BAB pada anak dengan diare.

Pijat tebukti membantu dalam mengatassi beberapa kondisi anak.

Beberapa artikel dalam National Centers for Biotechnology Information

(NCBI, 2007) menuliskan mengenai manfaat terapi komplementer dalam

perawatan anak dengan asma, penanganan nyeri, berat badan rendah,

kelainan neurologis. Pijat dapat merangsang aliran darah yang akan

membawa oksigen dan nutrisi pada jaringan yang dipijat. Beberapa studi

lain menunjukkan bahwa pijat dapat mengurangi kecemasan dan stres.

Penurunan stres terjadi dengan mekanisme pengaktifan sistem saraf

parasismpatik dalam tubuh sehingga menurunkan denyut nadi dan

melemaskan otot, menurunkan tingkat hornon stres, seperti adrenalin dan

kortisol, meningkatkan level kadar mimia di otak, seperti dopamin dan

serotonin yang membantu mengendalikan nyeri. (Hughes, Ladges,

Rooney, & Kelly dalam Novianti, 2010). Pijat juga dapat menguatkan

sistem imunitas dengan meningkatkan jumlah dan keagresifan sel-sel

tubuh dala melawan virus dan kanker, serta menstimlasi produksi

limfosit dan Natural Killer (Braun & Simonson, 2008).

Jumo, Fargo, dan Akers (2006) menulis tentang efek terapi pijat pada

bayi di dua panti asuhan di Ekuador. Projek penelitian ini bertujuan

untuk menginvestigasi efek terapetik terapi pijat untuk menurunkan

episode diare dan penurunan angka kesakitan pada bayi di kedua panti

asuhan tersebut. Terapi pijat dilakukan selama kurang lebih 53 hari

dengan hasil bahwa kelompok kontrol memiliki 50% risiko lebih besar

terkena diare dibandingkan dengan kelompok eksprerimen; 11%

kelompok kontrol cenderung mengalami sakit dibandingkan kelompok

eksperimen (Jump, Fargo, dan Akers, 2006).

Novianti (2010) juga melakukan penelitian terkait terapi pijat dalam

menurunkan frekuensi BAB dan tingkat dehidrasi pada anak usia 0 – 2

tahun di RSUD Cibabat, Cimahi. Hasil penelitian ini menemukan bahwa

terdapat pengaruh terapi pijat yang signifikan dalam penurunan frekuensi

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 16: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

5

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB dan tingkat dehidrasi pada kelompok intevensi tapi tidak ada

perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi

dalam penurunan frekuensi BAB dan tingkat dehidrasi (Novianti, 2010).

1.2. Perumusan Masalah

Diare menempati posisi kedua penyebab utama kematian anak di bawah

usia lima tahun di diunia. Diare membunuh sekitar 760.000 anak di

bawah usia lima tahun (WHO, 2013). Menurut survei morbiditas yang

dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d

2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 rarata

kejadian penyakit (incidence rate) diare, yaitu 301/ 1000 penduduk, tahun

2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423

/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk

(KEMENKES, 2011).

Diare dapat berlangsung beberapa hari yang menyebabkan tubuh

kekurangan air dan mineral garam yang penting bagi kelangsungan hidup

individu. Kebanyakan individu yang meninggal akibat diare meninggal

akibat dehidrasi dan kehilangan cairan berlebih. Diare sebenarnya

penyakit yang dapat dicegah dan diatasi. Penatalaksanaan diare yang tepat

ditambah dengan intervensi komplementer pendukung terapi

konvensional dapat menjadi pilihan yang baik untuk mengatasi diare.

Salah satu intervensi komplementer yang dapat dilakukan adalah terapi

pijat. Mengacu pada penelitian mengenai efek terapi pijat pada penurunan

frekuensi BAB yang telah dilakukan di luar negeri dan dalam negeri,

maka terapi pijat ini patut diuji coba untuk mengetahui keefektifannya.

1.3. Tujuan Penulisan

I.3.1 Tujuan umum

Mengetahui keefektifan terapi pijat pada penurunan frekuensi BAB

penderita Diare

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 17: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

6

UNIVERSITAS INDONESIA

I.3.2 Tujuan khusus

1) Mengetahui karakteristik anak yang mengalami diare (usia dan

kebiasaan mencuci tangan).

2) Menidentifikasi masalah keperawatan anak dengan diare

3) Mengidentifikasi tindakan keperawatan dalam penanganan

anak dengan diare

4) Mengidentifikasi penurunan frekuensi BAB pada anak dengan

diare setelah dilakukan terapi pijat.

5) Mengetahui adanya perbedaan frekuensi BAB pada anak yang

dilakukan intervensi dan tidak dilakukan intervensi.

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1. Masyarakat

Karya ilmiah ini bermanfaat sebagai salah satu bentuk pelayanan

keperawatan dalam menangani masalah terkait diare. Terapi ini

diharapkan membawa manfaat dalam kondisi kesehatan anak dan

mendekatkan keeratan hubungan orang tua dan anak saat anak sakit.

1.4.2. Pendidikan

Karya ilmiah ini dapat menjadi tambahan pengetahuan dalam pemberian

asuhan keperawatan anak dengan diare.

1.4.3. Praktek keperawatan

Diharapkan karya ilmiah ini dapat menjadi landasan untuk menerapkan

terapi pijat pada anak dengan diare.

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 18: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

7

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 2

STUDI KEPUSTAKAAN

Dalam bab ini akan diuraikan teori dan konsep yang berhubungan dengan dare

dan terapi pijat, serta penelitian terkait.

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Diare

2.1.1.1 Definisi

Diare adalah kondisi ketika terjadi perubahan tiba-tiba pada frekuensi

dan konsistensi buang air besar (Hazinski, 2013). Hockenberry dan

Wilson (2009) mendefinisikan diare sebagai suatu gejala yang

merupakan hasil dari kelainan pada proses digestif, absorbsi, dan fungsi

sekresi. Diare dapat dikatakan sebagai peningkatan frekuensi BAB atau

penurunan konsistensi feses (Ulshen, 2004 dalam Ricci & Kyle, 2009).

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa diare merupakan kondisi abnormal

pada proses digestif, absorbsi cairan dan elektrolit hingga gangguan

fungsi sekresinya. Diare dapat melibatkan lambung dan usus pada

penyakit gastroenteritis, usus halus (enteritis), kolon (kolitis), atau kolon

dan usus (enterokolitis)

2.1.1.2 Agen penyebab

Diare diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan durasi terjadinya

penyakit, yaitu diare akut dan diare kronik (Hockenberry & Wilson,

2009). Diare akut merupakan penyebab utama kejadian diare pada anak

berusia kurang dari lima tahun. Diare akut adalah kejadian diare,

peningkatan frekuensi BAB dan perubahan konsistensi feses, yang terjadi

selama kurang dari 14 hari. Diare jenis ini seringkali disebabkan oleh

agen infeksius di saluran cerna. Gejala tersebut juga dapat terjadi

bersamaan dengan infeksi saluran pernapasan dan saluran perkemihan.

Diare jenis ini dapat7 sembh dengan sendirinya dan tidak perlu

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 19: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

8

UNIVERSITAS INDONESIA

penanganan khusus kecuali jika terjadi dehidrasi. Agen infeksius yang

biasanya menyebabkan gastroenteritis akut adalah patogen virus, bakteri,

dan parasit (Hockenberry & Wilson, 2009).

Rotavirus merupakan agen patogen paling umum di dunia yang

menyebabkan anak usia di bawah lima tahun terkena diare (Hazinski,

2013). Selain agen patogen virus, agen patogen bakteri yang bisa menjadi

etiologi diare antara lain, E.coli, Clostridium perfringens, Clostridium

botulinum, Clostridium difficile, dll (Hazinski, 2013).

Diare kronik didefrinisikan sebagai peningkatan frekuensi BAB dan

peningkatan kandungan air dengan durasi lebih dari 14 hari. Penyebab

diare kronik diantranya adalah karena bagaian dari proses penyakit

(kanker kolon), infeksi saluran pencernaan, pertumbuhan bakteri yang

berlebihan pada usus halus, malabsorbsi karbohidrat, protein, atau

glukosa (Marks dalam Novianti, 2010).

2.1.1.3 Transmisi

Sebagian besar patogen penyebab diare disebarkan melalui jalur fekal-

oral yang mengkontaminasi makanan atau minuman (Hockenberry &

Wilson, 2009). Penyebaran juga dapat terjadi melalui infivifu yang

terinfeksi patogen bakteri dengan kontak langsung. Penyebaran patogen

bakteri yang biasanya menjadi kejadian wabah diare biasanya

dipengaruhi oleh faktor sanitasi air bersih yang tidak baik, perilaku yang

mengkontaminasi makanan atau minuman.

Penyebaran juga dapat terjadi melalui individu yang terinfeksi patogen

bakteri dengan kontak langsung. Penyebaran patogen bakteri yang

biasanya menjadi kejadian wabah diare biasanya dipengaruhi oleh faktor

kekurangan air bersih, sanitasi air bersih yang tidak baik, perilaku

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 20: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

9

UNIVERSITAS INDONESIA

mencuci tangan yang buruk, daerah pemukiman padat (Hockenberry &

Wilson, 2009).

2.1.1.4 Patofisiologi

Diare akut pada anak umumnya disebabkan oleh virus tapi etiologi

lainnya, seperti bakteri dan bakteri mungkin menjadi penyebab terjadinya

diare. Virus melukai lapisan penyerapan sel vili menyebabkan penurunan

proses penyerapan dan defisiensi disakarida (Ricci & Kyle, 2009).

Bakteri menghasilkan cedera usus dengan secara langsung menginvasi

mukosa usus, merusak lapisan permukaan vili atau melepaskan racun

(toksin). Diare akut dapat menghasilkan pengeluaran darah ataupun

tidak. Diare juga dapat terkait dengan penggunaan antibiotik dalam

waktu yang lama atau dosis yang tinggi sehingga membunuh flora

normal yang ada di usus.

Hockenberry dan Wilson (2010 dalam Novianti, 2010) merangkum

patofisiologi diare menjadi tiga mekanisme berbeda. Invasi

mikroorganisme parogen ke dalam saluran pencernaan menyebabkan

diare melalui, yaitu (1) produksi enterotoksin yang menstimukasi sekresi

air dan elektrolit, (2) invasi serta destruksi sel-sel eptitel usus, dan (3)

inflamasi lokal serta invasi sitemik oleh mikroorganisme tersebut.

Patogen merusak sel mukosa vili di usus kecil menyebabkan cedera

permukaan dan penurunan kapasitas absorbsi air dan elektrolit. Patogen

juga memasuki mukisa dan submukosa usus menyebabkan kerusakan sel,

nekrosis, dan ulserasi. Enterotoksin yang dihasilkan patogen bakteri

menstmulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel sekresi primer di usus

kecil. Aksi dari enterotoksin juga mempengaruhi fungsi absorbsi dari

daeraj permukaan usus kecil. Akibatnya, terjadilah ketidakseimbangan

sektesi cairan dan elektrolit dan termanifestasikan dengan peningkatan

frekuensi bab. Diare dengan proses demikian dapat mengarahkan

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 21: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

10

UNIVERSITAS INDONESIA

penderita mengalami dehidrasi dan asidosis metabolik (Pott and

Mandleco dalam Novanti, 2010). Jika kondisi dehidrasi dan asidosis

metabolik tidak tertangani, maka kejadian syok hipovolemik tidak

terelakkan. Kondisi tersebut mengancam jiwa penderita.

2.1.1.5 Manifestasi klinis

Anak dengan diare dan dehidrasi sudah dipastikan mengalami

ketidakadekuatan cairan masuk dan peningkatan frekuensi BAB. Anak

kemungkinan akan mengalami demam dan rewel atau tampak lemah.

Anak juga dapat mengalami muntah dan perubahan staus hemodinamik.

2.1.2 Konsep keseimbangan cairan dan elektrolit

II.1.2.1 Klasifikasi cairan tubuh

Cairan tubuh adalah cairan tubuh yang mengandung zat terlarut di

dalamnya, zat terlarut meliputi elektrolit dan ion-ion. Cairan tubuh

terletak dalam dua kompartemen utama, yaitu

1) Cairan intra selular (CIS): 2/3 cairan tubuh

2) Cairan ekstra selular (CES): 1/3 cairan tubuh

Cairan interstitial

Plasma darah

Limfe

Cairan lintas sel (serebrospinal, sinovial, perikardium, pleura,

& peritoneum, serta getah pencernaan). (Wong

&Hockenberry, 2003; Ball & Blinder, 2003; Sherwood,

2001)

II.1.2.2 Konsentrasi elektrolit tubuh

Terdapat beragam elektrolit di dalam tubuh. Selain beragam jenisnya,

elektrolit pun berbeda konsentrasinya sesuai lokasi elektrolit tersebut

berada untuk menjaga homeostasis tubuh. Table berikut menjelaskan

konsentrasi lektroli-elektrolit penting di dalam tubuh.

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 22: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

11

UNIVERSITAS INDONESIA

Komponen Ekstraseluler (CES) Intravaskuler

(CIS) Vaskular Interstisial

Na+ Tinggi Tinggi Rendah

K+ Rendah Rendah Tinggi

Ca++ Rendah Rendah Rendah (lebih

tinggi dari

CES

Mg++ Rendah Rendah Tinggi

Cl- Tinggi Tinggi Rendah

Protein Tinggi Rendah Tinggi

Dikutip dari Ball & Blinder, 2003. New Jersey: Pearson Education

II.1.2.3 Perbedaan anatomi dan fisiologi cairan pada anak

Total cairan tubuh bayi dan anak <2 tahun 20% lebih banyak daripada

orang dewasa. Total cairan tubuh pada bayi baru lahir sekitar 79% dari

total berat tubuh-menurun sesuai dengan pertambahan usia. (Robinson &

Roberton, 2003; Ball & Blinder, 2003). Anak berisiko lebih tinggi untuk

kehilangan cairan karena:

1) Luas permukaan tubuh lebih besar, cairan hilang melalui kulit; bayi

prematur berisiko 5 kali lebih banyak kehilangan cairan & neonatus

berisiko 2-3 kali lebih banyak kehllangan cairan dari pada anak

yang lebih tua atau dewasa

2) BMR 2-3 X lebih tinggi, turnover air lebih cepat

3) Frekuensi pernapasan lebih tinggi

4) Ginjal belum matur: memerlukan lebih banyak air untuk

mengeluarkan sisa metabolis

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 23: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

12

UNIVERSITAS INDONESIA

5) Tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan

cairannya. (Wong ,Hockenberry, & Wilson 2003; Ball & Blinder,

2003).

II.1.2.4 Gangguan keseimbangan cairan dan eletrolit

1) Dehidrasi

Dehidrasi adalah kondisi akibat kehilangan cairan ekstraseluler

(Hockenberry, & Wilson 2009). Situasi yang menyebabkan

kehilangan cairan yang mengandung sodium: muntah, diare, suction

nasogastrik, hemoragi, luka bakar.

Masalah dasar dari kehilangan cairan ekstraseluler menyebabkan

penurunan cardiac output yang berakibat menurunnya MAP (Mean

arterial pressure) sehingga menurunkan perfusi jaringan. Baroreseptor

dan kemoreseptor mendeteksi perubahan tersebut sehingga membuat

jantung, ginjal, dan otak bereaksi untuk meningkatkan cardiac outout

dan meningkatkan retensi sodium dan air.

Mekanisme terhadap respon baroreseptor adalah (1) Pusat integrasi

cerebral menginisiasi respon dengan mengaktifkan sistem daraf

simpatis u/ meningkatkan denyut jantung dan kontraksi jantung

sehingga menyebabkan peningkatan cardiac ouput, (2) Stimulasi saraf

simpatis juga menyebabkan vasokonstriksi peripheral, sehingga

meningkatkan resistensi vaskular dan peningkatnan tekanan arterial.

Pada anak yang menderita diare, status dehidrasi diklasifikasikan

dengan dehidrasi berat, dehidrasi ringan-sedang, dan tanpa dehidrasi

(WHO, 2005). Tanda dan gejala dari masing-masing kondisi

dijelaskan pada tabel berikut:

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 24: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

13

UNIVERSITAS INDONESIA

Derajat Dehidrasi Tanda dan gejala

Dehidrasi Berat Terdapat dua atau lebih dari

tanda di bawah ini:

Letargis/tidak sadar

Mata cekung

Tidak bisa minum atau

malas minum

Cubitan kulit perut

kembali sangat lambat (

≥ 2 detik)

Dehidrasi ringan-sedang Terdapat dua atau lebih dari

tanda di bawah ini:

Rewel, gelisah

Mata cekung

Minum dengan lahap,

haus

Cubitan kulit kembali

lambat

Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untk

diklasifikasikan sebagai

dehidrasi ringan atau berat

2) Edema

Peningkatan abnormal dari volume cairan interstisial. Kondisi

penyebab edema:

Peningkatan tekanan hidrostatik darah

Penurunan tekanan osmotik koloid darah

Peningkatan tekanan osmotik cairan interstisial

Drainase limfatik yang tersumbat

3) Ketidakseimbangan asam basa

Asidosis Respiratorik (pH Turun PCO2 Naik)

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan

karena penumpukan CO2 dalam darah sebagai akibat dari fungsi

paru-paru yang buruk atau pernapasan yang lambat. Kecepatan

dan kedalaman pernapasan mengendalikan jumlah CO2 dalam

darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul CO2, pH darah

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 25: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

14

UNIVERSITAS INDONESIA

akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar CO2 dalam

darah merangsang otak yang mengatur pernapasan, sehingga

pernapasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.

Penyebab asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat

mengeluarkan CO2 secara adekuat. Asidosis respiratorik dapat

juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada

menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Hal ini

dapat terjadi pada penyakit paru, seperti emfisema, edema

pulmoner, bronkitis kronis, pneumonia berat, dan asma. Selain

itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat

narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernapasan..

Asidosis Metabolik (pH Turun HCO3 Turun)

Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang

ditandai dengan rendahnya kadar HCO3 dalam darah. Bila

peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah

akan benar-benar menjadi asam.

Seiring dengan menurunnya pH darah, pernapasan menjadi lebih

dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan

kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah

CO2. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi

keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam

dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa

terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak

asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan

koma.

Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3

kelompok utama. Pertama, jumlah asam dalam tubuh dapat

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 26: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

15

UNIVERSITAS INDONESIA

meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang

diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan

asidosis bila dimakan dianggap beracun, contohnya metanol

(alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol). Overdosis aspirin

pun dapat menyebabkan asidosis metabolic.

Kedua, tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak

melalui metabolisme. Tubuh dapat menghasilkan asam yang

berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit, salah

satunya DM tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik,

tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut

keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium

lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.

Ketiga, asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu

untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan

jumlah asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis jika

ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini

dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada

penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang

mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.

Penyebab utama dari asidois metabolic, yaitu gagal ginjal,

asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal), ketoasidosis

diabetikum, asidosis laktat, bahan beracun seperti etilen glikol,

overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau

amonium klorida, kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui

saluran pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostomi.

Alkaliosis Respiratorik (pH Naik PCO2 Turun)

Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah

menjadi basa karena pernapasan yang cepat dan dalam, sehingga

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 27: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

16

UNIVERSITAS INDONESIA

menyebabkan kadar CO2 dalam darah menjadi rendah. Penyebab

kondisi ini, antara lain pernapasan yang cepat dan dalam disebut

hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah

karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab

hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.

Penyebab lain dari alkalosis respiratorik, diantaranya rasa byeri,

demam,overdosis-aspirin.

Alkaliosis Metabolik (pH naik HCO3 naik)

Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam

keadaan basa karena tingginya kadar HCO3. Penyebab alkalosis

metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam,

misalnya kehilangan sejumlah asam lambung selama periode

muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot

dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di

rumah sakit, terutama setelah pembedahan abdomen).

Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada

seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-

bahan, seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik

dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah

yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam

mengendalikan keseimbangan asam basa darah. Penyebab utama

akalosis metabolik, yaitu penggunaan diuretik (tiazid, furosemid,

asam etakrinat), kehilangan asam karena muntah atau

pengosongan lambung, dan kelenjar adrenal yang terlalu aktif

(sindroma Cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).

2.1.3 Terapi Pijat

II.1.3.1 Definisi terapi pijat

Pijat merupakan manipulasi pada jaringan lunak dengan tujuan terapi (Barr

& Talitz dalam Novianti, 2010). Dunn, Slep, dan Collet (dalam Novianti,

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 28: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

17

UNIVERSITAS INDONESIA

2010) menyatakan, pijat adalah aplikasi dari gerakan tangan yang

sistematik dan biasanya ritmis yang dilakukan pada jaringan lunak tubuh.

Menurut Braun dan Simonson (2008), pijat adalah usaha yang

membutuhkan tekanan manual pada jaringan tubuh klien yang

diaplikasikan terapis untuk meningkatkan atau menjaga kesehatan. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa pijat adalah suatu aplikasi terapi yang dilakukan

dengan gerakan tangan sistematis dan ritmis pada jaringan tubuh untuk

meningkatkan atau menjaga kesehatan tubuh seseorang.

II.1.3.2 Manfaat terapi pijat

Menurut Sinclair (dalam Novianti 2010), menjelaskan beberapa manfaat

dari pijat, yaitu sebagai berikut:

Meningkatkan sirkulasi darah dan kelenjar getah bening

Meningkatkan fungsi sistem imun

Meningkatkan level hormon

Menurunkan rasa nyeri

Merangsang sistem sensori

II.1.3.3 Teknik pemijatan

Terdapat beragam teknik pemijatan yang diaplikasikan pada bayi. Namun,

terdapat penelitian terkait pijat dan diare yang dilakukan sebelumnya, yaitu

penelitian mengenai pengaruh terapi pijat pada anak bayi di panti asuhan

di Ekuador tahun 2006. Pada penelitian ini dilakukan pemijatan setiap pagi

setiap harinya selama kurang lebih 53 hari setiap pagi. Hailnya adalah bayi

yang tidak diberi pemijatan pada kelompok ontrol berisiko terkena diare

50% lebih besar dibanding bayi oada kelompok eksperimen yang diberi

pemijatan setiap harinya (Jump, Fargo, & Akers, 2006).

Menurut Roesli (dalam Novianti, 2010), pemijatan dapat efektif dilakukan

pada saat pagi hari, yaitu pada asaat orang tua dan ank siap untuk memulai

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 29: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

18

UNIVERSITAS INDONESIA

hari baru, dan pada saat malam hari, sebelum tidur yang sangat baik untuk

membantu anak tidur lebih nyenyak.

Ikatan Dokter Indonesia (IDAI dalam Novianti, 2010) telah menyusun

panduan pemijatan untuk bayi cukup bulan atau anak di bawah usia 3

tahun. Total lama pemijatan yang dilakukan adalah 15 menit dengan

gerakan boleh dilakukan tidak berurutan dan dapat dihentikan sebelum

semua rangkaian selesai jika bayi/batita tidak menghendaki. Tiap gerakan

dilakukan enam kali. Berikut gerakan pemijatan yang dilakukan:

1) Pijatan wajah

Caress Love: menggunakan ± seperempat ujung telapak tangan

menekan pada kening bayi, pelipis, dan pipi dengan gerakan seperti

membuka buku dari tengah ke samping.

Relax: kedua ibu jari memijat daerah di atas alis dari tengah ke

samping

Circle down: memijat dari pangkal hidung turun sampai tulang pipi

menggunakan ibu jari atau jari telunjuk dengan gerakan memutar

perlahan

Smile: memijat di atas mulut bayi dengan ibu jari dari tengah ke

samping, tarik sehingga anak tersenyum dan dilanjutkan dengan

memijat lembut rahang bawah bayi dari tengah ke samping seolah

membuat anak tersenyum

Cute: akhiri pijat wajah dengan memijat secara lembut daerah di

belakang telinga ke arah dagu.

2) Pijatan dada

Butterfly: mulailah dengan meletakkan kedua telapak tangan di

tengah dada bayi. Menggerakkan kedua telapak tangan ke atas,

kemudian ke sisi luar tubuh dan kembali ke tengah tanpa

mengangkat tangan, seperti membentuk kup-kupu

Cross: membuat pijatan menyilang dengan telapak tangan dari

pingga ke arah baru dan sebaliknya. Bergantian dari kanan dan kiri.

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 30: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

19

UNIVERSITAS INDONESIA

3) Pijatan lengan

Milking India: memegang lengan bayi dengan kedua telapak tanga,

seperti memegang pemukul softball (tangan kanan menggenggam

lengan bawah) sambil menggenggam lengan bayi kedua tangan di

gerakan dari bahu ke pergelangan tangan sampai memerah

Milking swedia: melakukan gerakan kebalikan dari pergelangan

tangan ke pangkal lengan

Rolling: gunakan kedua telapak tangan untuk emmbuat gerakan

menggulung dimulai dari pangkal lengan menuju pergelangan

tangan

Squezzing: melakukan gerakan memutar/memeras dengan lembut

kedua tangan dari pangkal lengan ke pergelangan tangan.

Thumb after thumb: dengan kedua ibu jari secara bergantian pijat

permukaan telapak tangan dan punggung tangan mulai dari

pergelangan tangan

Spiral: dengan ibu jari pijat seluruh permukaan telapak tangan dari

punggung tangan mulai dari pergelagan tangan dengan gerakan

memutar

Finger shake: akhiri dengan menggoyang dan menarik lembut

setiap jari tangan bayi.

4) Pijatan perut

Mengayuh: meletakkan telapak tangan kanan di bawah tulang iga

dan hati. Menggerakkan telapak tangan kanan ke bawah dengan

tekana yang lembut sampai di bawah pusar. Mengulang dengan

telapak tangan kiri secara bergantian.

Bulan-matahari: membuat pijatan dengan telapak tangan kanan

mulai dari perut atas sebelah kiri ke kanan searah jarum jam sampai

kanan perut bawah bayi (gerakan bulan). Dengan tangan kiri ke

atas mengikuti arah jarum jam membentuk lingkaran penuh

(gerakan matahari)

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 31: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

20

UNIVERSITAS INDONESIA

I love you

1: memijat dengan ujung telapak tangan dari perut atas lurus ke

bawah seperti membentu huruf I

Love: memijat dengan ujung telapak tangan mulai dari perut kanan

atas ke kiri kemudian ke bawah membentuk huruf L terbalik

You: memijat dengan ujung telapak tangan mulai dari perut kanan

bawah ke aras membentuk setengan lingkaran ke arah perut kiri

atas kemudian ke bawah membentuk huruf U terbalik.

Walking: menekan didnding perut dengan ujung jari telunjuk,

tengah, dan jari manis bergantian berjalan dari sebelah kanan ke

kiri. Mengalhiri pijatan perut dengan mengangkat kedua kaki bayi

kemudian menekan perlahan ke arah perut.

5) Pijatan kaki

Milking India: memegang tungkai bayi dengan kedua telapak

tangan seperti memgang pemukul softball (tangan kanan

menggenggam tungkai atas, tangan kiri menggenggam tungkai

bawah). Sambil menggenggam tungkai bayi kedua tangan

digerakkan dari pangkal paha ke tumit sampai memerah

Milking Swedia: melakukangerakan kebalikan dari milking india

dengan cara satu tangan memegang pergelangan kaki yang lain

memijat dari pergelagan kaki ke pangkal paha

Squeezing: melakukan gerakan menggenggam dan memutar dar

pangkal pada sampai ke ujung jari kaki

Thumb after thumb: menekan dengan kedua ibu jaru bergantian

mulai dari tumit ke arah ujung jari kaki; menekan tiap jari kaki

menggunakan dua jari tangan kemudian ditarik dengan lembut;

menekan pungggung kaki dengan kedua ibu jari secara bergantian

ke arah ujung jari.

6) Pijatan punggung

Go back forward: dengan posisi telapak tangan tegak lurus

terhadap tulang punggung dilakukan pemijatan dengan gerakan

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 32: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

21

UNIVERSITAS INDONESIA

maju mundur menggunakan kedua telapak tangan di sepanjang

punggung dari eher ke pantat bayi.

Slip: dengan posisi telapak tangan tegak lurus terhadap tulang

punggung dulakukan pemijatan dengan gerakan lurus ke bawah

menggelincr dari leher sampai pantat.

Spiral: dengan tiga jari membuat gerakan melingkar kecil

sepanjang otot punggung dari bahu sampai pantat sebelah kiri dan

kanan. Akhiri pijatan dengan membuat beberapa kali belaian

memanjang dengan ujung jari dari leher menuju pantat.

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 33: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

22 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 3

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Gambaran Kasus

An. A (9 bulan) masuk ruang rawat tanggal 6 juni 2013 dengan

keluhan masuk, yaitu demam 2 hari SMRS, muntah positif air susu,

diare lima kali sehari cair, sedikit ampas. BB klien 6,9 kg, nadi 110

x/menit, Suhu: 37,8. Klien tampak irritable, menangis tanpa air mata

keluar, klien mau minum tapi muntah, dan masih demam.

3.2 Asuhan Keperawatan

Berdasarkan pemeriksaan fisik pada An. A ditemukan kesadaran

compos mentis, klien tampak terus menangis, dan teraba hangat.

Status nutrisi An. A dengan berat badan 6,9 Kg dan panjang badan 64

cm menurut perhitungan Z-Score berada pada kisaran -2SD s/d 2SD

sehingga klien terklasifikasi gizi baik. Klien tampak pucat, kulit dan

mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis, capillari refill time (CRT) <

2”, terukur suhu tubuh 38,30C. Tidak tampak adanya distensi abdomen

dengan bising usus 30 kali/menit. Klien tampak kehausan, kuat dalam

menghisap ASI ibu dan susu formula. Terobservasi klien BAB dengan

konsistensi cair, tidak ada ampas di hari rawat pertama dan ada

muntah satu kali dengan isi cairan yang keluar berupa susu.

Berdasarkan wawancara didapatkan bahwa klien merupakan anak

pertama yang lahir dengan operasi caesar. Klien tinggal di kontrakan

yang berdekatan satu sama lain di daerah Tangerang. Diagnosa medis

An. A adalah dehidrasi akut dehidrasi ringan-sedang

Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi klien menunjukkan nilai

Hb, Ht, Leukosit, Thrombosit, dan Eritrosit, yaitu 11,1 g/dl, 33%, 10,8

ribu/ul, 305 ribu/ul, dan 4,48 juta/ul. Kemudian, hasil pemeriksaan

laboratorium elektolit klien menunjukkan hasil kadar natrum, kalium,

dan klorida sebagai berikut 135 mmol/L, 3,52 mmol/L, dan 95

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 34: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

23

UNIVERSITAS INDONESIA

mmol/L. Lalu, hasil pemeriksaan feses klien ditemukan bahwa

konsistensi feses cair dengan pH dalam batas normal (5), tidak

ditemukan darah, nanah, cacing atau telur cacing, E.coli dan E.

Hystolitica. Namun, berdasarkan pemeriksaan ditemukan adanya

lendir positif dan terdapat bakteri batang gram negatif positif.

Masalah keperawatan yang muncul pada An. A, meliputi hipertermia,

risiko defisit volume cairan, dan potensial peningkatan pengetahuan

tentang informasi penyakit diare dan pencegahan diare berulang.

Tindakan keperawatan yang dilakukan kepada klien, meliputi

penerapan kompres dengan teknik tepid water sponge (TWS), anjuran

Ibu untuk terus memberikan ASI yang adekuat, observasi tanda-tanda

dehidrasi, penerapan terapi pijat, memberi pendidikan kesehatan untuk

tidak menggunakan pakaian tebal, proses penyakit diare, teknik

mencuci tangan dengan enam langkah, serta cara pengolahan dan

pemberian susu formula yang baik.

Asuhan keperawatan yang dilakukan untuk masalah keperawatan

hypertermia, meliputi tiga tindakan utama. Tindakan keperawatan

yang dilakukan, yaitu penerapan kompres dengan teknik tepid water

sponge (TWS), anjuran Ibu untuk terus memberikan ASI dan PASI

yang adekuat, dan memberi pendidikan kesehatan untuk tidak

menggunakan pakaian tebal. Tindakan-tindakan tersebut bertujuan

untuk menjaga temperatur klien dalam batas normal, bebas dari

kejang, dan bebas dari komplikasi kerusakan neurologis. Evaluasi dari

tindakan keperawatan hypertermia selama tiga hari, yaitu terjadi

penurunan suhu tubuh anak menjadi suhu temperatur dalam rentang

normal (36,50C s/d 37,5

0C), klien tampak mengeluarkan keringat, Ibu

tampak agak kaku dalam melakukan kompres dengan teknik TWS

pada hari pertama tapi pada hari berikutnya Ibu tampak mampu

melakukan TWS secara mandiri dengan benar.

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 35: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

24

UNIVERSITAS INDONESIA

Kemudian, asuhan keperawatan yang dilakukan untuk masalah

keperawatan risiko defisit volume cairan juga meliputi tiga tindakan

utama. Tindakan tersebut, meliputi anjuran Ibu untuk terus

memberikan ASI dan PASI yang adekuat, observasi tanda-tanda

dehidrasi, dan penerapan terapi pijat dua kali sehari. Tindakan

keperawatan tersebut bertujuan untuk mencegah timbulnya defisit

volume cairan pada anak dengan memberikan rehidrasi adekuat dan

stimulasi daya tahan tubuh melalui pijat guna mengurangi frekuensi

BAB klien. Evaluasi dari tindakan yang telah diberikan, yaitu anak

masih tampak kehausan di hari pertama tapi di hari berikutnya anak

lebih tenang, menyusui dengan kuat, turgor kulit elastis, mukosa bibir

lembab, tidak ada muntah, frekuensi BAB menurun dari 9 kali/hari

menjadi 7 kali/hari (hari pertama); 7 kali/hari menjadi 5 kali/hari (hari

kedua); dan 5 kali/hari menjadi 1 kali/hari (hari ketiga) .

Lalu, asuhan keperawatan untuk masalah keperawatan potensial

peningkatan pengetahuan tentang informasi penyakit diare, yaitu

berupa pemberian pendidikan kesehatan terkait penyakit dan perilaku

hidup bersih. Pemberian pendidikan kesehatan melalui media leaflet

terdiri dari pemberian informasi mengenai proses penyakit diare,

teknik mencuci tangan dengan enam langkah, serta cara pengolahan

dan pemberian susu formula yang baik. Tujuan dilakukan tindakan ini

adalah meningkatkan pengetahuan Ibu tentang proses penyakit

sehingga diharapkan Ibu melakukan tindakan pencegahan agar diare

tidak terjadi kembali. Evaluasi dari tindakan yang diberikan, yaitu Ibu

klien mampu mengulang pengertian diare dengan benar; Ibu klien

dapat menjawab tiga dari empat penyebab diare; Ibu klien dapat

mengulang dua dari empat komplikasi diare, Ibu klien mampu

menjawab tiga dari lima cara pencegahan diare; Ibu tampak

melakukan teknik mencuci tangan dengan enam langkah setelah

membersihkan diaper anak.

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 36: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

24

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 4

ANALISA SITUASI

Bab ini secara khusus akan menyajikan dan menjelaskan hasil pengamatan

mahasiswa mengenai asuhan keperawatan anak dengan diare dan analisa

mengenai hasil penerapan aplikasi terapi pijat pada penurunan frekuensi BAB.

Pengamatan yang dilakukan mahasiswa dalam periode masa praktik mata ajar

peminatan. KKMP (Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan), dan

manajemen keperawatan tanggal 07 Mei 2013 s/d 22 Juni 2013.

4.1 Profil Lahan Praktik

Ruang rawat anak gedung teratai lantai III Selatan merupakan salah satu

ruang rawat anak di RSUP Fatmawati yang terdiri atas ruang rawat inap kelas

III dan ruang rawat anak onkologi dan hematologi. Ruang ini memiliki

kapasitas kamar untuk kelas III sebanyak 4 kamar, 2 kamar onkologi dan

hematologi, 2 kamar isolasi, dan satu ruangan high care unit (HCU).

Kapasitas tempat tidur yang ada di ruang III selatan, yaitu 37 tempat tidur.

Ruang ini memiliki tingkat hunian (BOR –bed occupancy rate) rata-rata

sebesar 67,8% per bulan. Tingkat ketergantungan pasien ruangan ini rata-rata

partial care, dan sisanya pasien total care maupun minimal care. Penyakit-

penyakit yang dirawat di ruangan ini cenderung berkaitan dengan penyakit

tropis dan penyakit-penyakit dalam tanpa bedah.

Berdasarkan catatan kepegawaian di ruang anak lantai III selatan diperoleh

data bahwa pegawai di ruang ini terdiri dari perawat, pekarya, dan Cleaning

Service. Ruangan tersebut dipimpin oleh seorang kepala ruangan yang

berlatar belakang pendidikan S1 Keperawatan yang membawahi 29 orang

perawat, 1 pekarya, dan 2 Cleaning Service. Pendidikan perawat di ruang

tersebut pun cukup bervariasi. Perawat ruangan memiliki tingkat pendidikan

S1 (27%) dan D3 (73%). Terdapat 2 orang perawat yang sedang melanjutkan

studi ke jenjang pendidikan S1 dan satu perawat yang melanjutkan studi ke

jenjang pendidikan S2.

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 37: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

25

Berdasarkan observasi, jumlah tenaga perawat dinas pagi, sore, dan malam

hari tidak sebanding dengan jumlah pasien. Perbandingan jumlah perawat

dinas pagi:sore:malam, yaitu 8: 6: 4 perawat. Hal ini menunjukkan kelebihan

beban kerja akibat kekurangan tenaga. Berdasarkan perhitungan tenaga

menurut Douglas (1984) dengan memperhatikan tingkat ketergantungan

pasien (8 pasien total care, 21 pasien partial care, dan 8 pasien minimal

care), perbandingan jumlah perawat dinas pagi:sore:malam, yaitu 11:7:5

perawat.

Diare merupakan penyakit dengan angka kejadian di peringkat tiga teratas di

ruangan anak lantai III selatan R.S.U.P Fatmawati. Dalam periode 07 Mei s/d

20 Juni 2013, tercatat 31 kasus diare yang dirawat di ruangan ini. Bila dilihat

dari kelompok usia penderita diare, tercatat 29 anak pada usia 6 bulan hingga

4 tahun (93,54%), 1 anak usia 8 tahun (3,2%), dan 1 anak usia 15 tahun

(3,2%). Lama hari rawat penderita diare yang dirawat di R.S.U.P Fatmawati

pada 07 Mei s/d 20 Juni 2013, yaitu 4 – 7 hari.

Diare merupakan penyakit yang berkaitan dengan gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit. Gangguan ini membutuhkan pemantauan ketat, terutama

pemantauan status hemodinamika, tingkat kesadaran, tanda dehidrasi yang

dilihat melalui pemantauan masukan dan keluaran anak. Pemantauan ini

penting dilakukan untuk mengantisipasi dan memberikan intervensi yang

tepat segera jika ada tanda-tanda bahaya akibat kekurangan cairan pada anak.

Mengacu pada perbandingan jumlah perawat dan pasien yang tidak seimbang,

pengenalan tanda bahaya ini dapat terabaikan dan dapat mengancam jiwa

akibat keterlambatan penanganan.

Diare juga merupakan salah satu penyakit menular. Penularan diare dapat

melalui oral atau fekal. Oleh karena itu diperlukan strategi khusus unuk

mencegah penularan penyakit ini. Ruang rawat anak R.S.U.P Fatmawati

memiliki satu ruang khusus untuk menempatkan pasien dengan diare.

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 38: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

26

Penempatan satu ruangan khusus ini tentu bertujuan untuk memutus rantai

penularan penyakit, khususnya rantai infeksi mode transmisi (Crisp & Taylor,

2009).

Pemutusan rantai infeksi juga dapat dilakukan melalui pemutusan rantai

infeksi, portal keluar (Crisp & Taylor, 2009). Caranya adalah dengan

melaksanakan teknik mencuci tangan dan penyediaan tempat pembuangan

sampah infeksius. Teknik cuci tangan dengan enam langkah merupakan

program rumah sakit yang sudah disosialisasikan oleh perawat kepada

anggota keluarga klien. Namun, penyediaan tempat sampah infeksius di

ruang rawat pasien belum tersedia. Hal tersebut dapat memunculkan risiko

peyebaran infeksi diare meluas ataupun diare berulang sehingga

memperpanjang lawa rawat inap pasien.

4.2 Analisa Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP dan Kasus

Terkait

Pada praktik di rumah sakit, mahasiswa mengelola satu pasien kelolaan

utama dengan diare. An. A merupakan pasien kelolaan utama dengan

diagnosa medis diare akut dehidrasi ringan-sedang. Klasifikasi dehidrasi An.

A dinyatakan ringan-sedang karena terdapat dua tanda sesuai klasifikasi

menurut WHO (2005), yaitu anak rewel, gelisah dan anak tampak minum

ASI dan PASI dengan kuat, tampak kehausan. Masalah keperawatan yang

muncul pada An. A, meliputi hipertermia, risiko defisit volume cairan, dan

potensial peningkatan pengetahuan tentang informasi penyakit diare dan

pencegahan diare berulang.

Berdasarkan wawancara kepada Ibu mengenai proses terjadinya diare pada

anak didapat informasi mengenai perilaku kebersihan, cara pengolahan dan

pemberian PASI (susu formula) dan situasi lingkungan rumah klien. Menurut

Ibu, Ibu biasa memberikan susu formula sebagai usaha untuk tambahan

nutrisi bagi anak. Namun, setelah diwawancara, Ibu biasa memberikan susu

dalam keadaan dingin dan setelah lebih dari 30 menit dari pembuatan awal,

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 39: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

27

Ibu juga hanya mencuci botol susu dengan sabun cuci dan air biasa, tidak

didihkan dengan air panas, serta hanya melakukan cuci tangan ketika ada

kotoran di tangan, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah pembuatan

susu formula. Ibu juga menyatakan tinggal di rumah kontrakan daerah

Ciputat, Tangerang Selatan, yang lumayan padat dan dekat dengan jalan raya.

Perilaku-perilaku tersebut kemungkinan menjadi penyebab klien mengalami

diare karena sanitasi dan perilaku kurang bersih, serta air minum yang tidak

aman berkontribusi terhadap 88% kematian anak akibat diare (UNICEF

indonesia, 2012).

Meskipun rumah tangga perdesaan masih memiliki angka kematian balita

sepertiga lebih tinggi daripada angka kematian balita pada rumah tangga

perkotaan, tetapi sebuah studi menunjukkan bahwa angka kematian di

perdesaan mengalami penurunan lebih cepat daripada angka kematian di

perkotaan, dan bahwa kematian di perkotaan bahkan telah mengalami

peningkatan pada masa neonatal (UNICEF Indonesia. 2012). Tren ini

tampaknya terkait dengan urbanisasi yang cepat, sehingga menyebabkan

kepadatan penduduk yang berlebihan, kondisi sanitasi yang buruk pada

penduduk miskin perkotaan, yang diperburuk oleh perubahan dalam

masyarakat yang telah menyebabkan hilangnya jaring pengaman sosial

tradisional. Kualitas pelayanan yang kurang optimal di daerah-daerah miskin

perkotaan juga merupakan faktor penyebab.

Diare diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan durasi terjadinya penyakit,

yaitu diare akut dan diare kronik (Hockenberry & Wilson, 2009). Diare akut

adalah kejadian diare, peningkatan frekuensi BAB dan perubahan konsistensi

feses, yang terjadi selama kurang dari 14 har, sedangkan diare persisten

adalah kejadian diare lebih dari 14 hari (Hockenberry & Wilson, 2009). Oleh

karena klien mengalami diare selama enam hari, klien termasuk kasus diare

akut. Diare jenis ini seringkali disebabkan oleh agen infeksius di saluran

cerna. Berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologi feses klien didapat bakteri

gram negatif positif, biasanya bakteri dari golongan Plesiomanas shigelloides

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 40: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

28

dan Spesies Aeromonas. Patogen ini dapat menimbulkan respon inflamasi di

saluran cerna, khususnya mukosa sel epitel yang dirusak oleh racun yang

diproduksi patogen tersebut (Bliss, Doughty, Heitkemper dalam Sisson,

2011). Gejala yang timbul akibat respon inflamasi ini, meliputi demam (suhu

tubuh > 37,50C) dan munculnya lendir pada feses.

An. A juga berisiko tinggi mengalami kekurangan voume cairan. Setidaknya

terdapat 10 liter cairan yang dipindahkan melalui usus halus dalam 24 jam

dari makanan, cairam, dan sekresi beragam enzime dan cairan yang

dibutuhkan dalam pencernaan (Kent and Blanks dalam Sisson, 2011). Usus

halus dan usus besar memiliki kemampuan untuk menyerap kembali cairan

tersebuat sedemikian rupa sehingga terjaga keadaan homeostasis. Namun,

ketika diare, terjadi penigkatan isi usus dan kemampuan reabsorbsi usus

menurun menyebabkan pengeluaran cairan dan elekrolit keluar dari tubuh..

Berdasarkan pemantauan klinis dan hasil lab, klien termasuk diare sekretorik

karena hasil lab menunjukkan terdapat bakteri gram negatif yang

menyebabkan penurunan kemampuan reabsorbsi lumen. Umumnya klien

dengan diare sekretorik memiliki konsistensi feses cair yang keluar kurang

lebih satu liter/hari dengan nilai pH normal (Bliss, Doughty, Heitkemper

dalam Sisson, 2011).

Pada setiap kasus diare, edukasi mengenai perilaku hidup bersih, proses

penyakit, dan pengenalan tanda bahaya anak menjadi penting. Hal ini

dikarenakan individu yang kurang terpapar informasi kesehatan cenderung

melakukan praktek-praktek kebersihan yang buruk, yang berkontribusi

terhadap penyebaran penyakit dan peningkatan risiko kematian anak

(UNICEF Indonesia, 2012). Edukasi yang diberikan terkait diare, yaitu

pengenalan proses penyakit dimulai dari pengertian, penyebab penyakit,

penularan, komplikasi penyakit, cara pencegahan, dan cara perawatan di

rumah. Ibu diberikan demonstrasi teknik cuci tangan dengan enam langkah

sesuai panduan WHO (2009). Ibu juga diberikan pendidikan mengenai

pengenalan tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada anak sehingga ketika

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 41: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

29

tanda-tanda itu muncul, keluarga dapat memberikan pertolongan segera ke

pelayanan kesehatan secara cepat.

Pendidikan kesehatan menjadi lebih penting diberikan kepada An. A karena

klien berisiko tinggi mengalami diare berulang. Hal ini disebabkan karena

An. A dilahirkan dengan operasi caesar. Alasan operasi caesar klien, yaitu

saat usia 8 bulan, Ibu sudah merasakan kontraksi yang kuat dan tidak bisa

diatasi. Laubereau et.al (2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa 17%

total responden bayi yang lahir dengan operasi caesar risiko tinggi diare dan

sensitif terhadap alergi makanan.

Kemudian, selama praktik, mahasiswa juga menemukan klien dengan diare

lain dengan tingkatan dehidrasi berat. An. R masuk ke ruang high care unit

(HCU) dengan kondisi dehidrasi berat. Klien merupakan klien post rawat

inap tanggal 30 Mei 2013. Klien terpasang selang NGT yang dipasang sejak

tanggal 7 juni 2013 di poliklinik saat kontrol. Klien mengalami dehidrasi

berat karena memenuhi kriteria WHO (2005), yaitu dengan adanya penurunan

kesadaran (apatis), mata cekung, dan klien tidak bisa minum. Klien

didiagnosa medis diare akut dehidrasi berat, hiperpireksia, dan cerebral palsy

e.c meningitis dd TB Paru.

Masalah keperawatan klien ini sedikit berbeda dengan masalah keperawatan

An. A. Walau terdapat satu kesamaan masalah keperawatan, yaitu

kekurangan volume cairan, An. R memiliki dua masalah keperawatan yang

berbeda, yaitu ketidakefektifan thermoregulasi dan kerusakan integritas kulit.

Berbeda dengan An. A yang tidak mengalami demam sejak hari kedua

perawatan di rumah sakit, An. R selalu mengalami fluktuasi suhu tubuh

selama perawatan dan di rumah. Perubahan regulasi temperatur ini

kemungkinan diakibatkan jejas pada pusat termoregulasi di hipotalamus

(Alshahrani; Al-said; Mamoun; & Streletz, 2002). Alshahrani; Al-said;

Mamoun; & Streletz (2002) juga melaporkan bahwa klien dengan meningitis

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 42: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

30

tuberkulosis terus mengalami demam persisten walau penatalaksanaan

tuberkulosis sudah dilakukan.

An. R juga mengalami masalah kerusakan integritas kulit. Hal ini dapat

terjadi akibat peningkatan nilai keasaman feses menjadi 8,5, berbeda dengan

An. A yang memiliki tingkat keasaman feses normal,, yaitu 5. Tingkat

keasaman feses ditambah penggunaan diaper yang memungkinkan paparan

feses terhadap kulit lebih tidak terkontrol menimbulkan iritasi kulit An. R.

Disamping itu, An. R mengalami penurunan kesadaran saat hari pertama di

HCU sehingga respon terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar

terganggu, klien menjadi pasien dengan keterhantungan total. An. R juga

mengalami ketidaksembangan asam basa dalam tubuh akibat muntah dan

diare sehingga menimbulkan kondisi alkalosis respiratorik.

4.3 Analisa Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait

Aplikasi tesis yang terkait dengan asuhan keperawatan anak dengan diare,

yaitu terapi pijat untuk menurunkan frekuensi BAB pada anak dengan diare

oleh Novianti (2010). Terapi pijat ini merupakan terapi komplementer yang

dilakukan sejalan dengan penatalaksanaan medis bagi diare sesuai protokol.

Terapi ini dilakukan mengikuti panduan Ikatan Dokter Indonesia bagi bayi

cukup bulan hingga anak di bawah usia tiga tahun. Total lama pemijatan yang

dilakukan adalah 15 menit dengan gerakan boleh dilakukan tidak berurutan

dan dapat dihentikan sebelum semua rangkaian selesai jika bayi/batita tidak

menghendaki. Tiap gerakan dilakukan enam kali. Pemijatan dilakukan dua

kali sehari, pada pagi hari dan sore hari.

Mahasiswa tertarik menerapkan terapi pijat ini karena dua alasan. Pertama,

mahasiswa melihat adanya kesempatan di ruangan karena belum pernah

diterapkannya terapi pijat ini pada anak dengan diare sehingga mahasiswa

berpeluang untuk membuktikan aplikasi tindakan keperawatan ini. Kedua,

terapi pijat ini dapat diterapkan dalam upaya penerapan teori family-centered

care (FCC). FCC merupakan suatu filosofi keperawatan yang mengakui

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 43: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

31

pentingnya keluarga sebagai fokus dasar dalam intervensi perawatan

kesehatan (Bowden & Greenberg, 2012). Model ini menekankan bahwa

hubungan kolaborasi antara keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan untuk

mencapai hasil positif bagi anggota keluarga yang sakit. Terapi pijat ini dapat

melibatkan ibu sebagai pemberi terapi pada anaknya. .

Teknik pemijatan dilakukan pada dua klien kelolaan dengan diare. Setelah

dilakukan teknik pemijatan selama tiga hari pada An. A didapatkan frekuensi

BAB pada hari pertama, kedua, dan ketiga, yaitu 7 kali, 5 kali, 1 kali.

Kemudian, pada An. R didapatkan hasil frekuensi BAB selama tiga hari,

yaitu 5 kali, 3 kali, dan 2 kali. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

terdapat penurunan frekuensi BAB pada anak dengan diare setelah dilakukan

teknik pemijatan.

Mahasiswa juga melakukan observasi klien diare lain yang tidak diberikan

terapi pijat. An. V masuk dengan diare akut tanpa dehidrasi. Keluhan klien

saat masuk, yaitu diare cair dan muntah. An. V tidak mendapatkan terapi pijat

dan didapatkan bahwa durasi diare yang dialami An. V lebih lama, yaitu lebih

dari 7 hari dengan rerata BAB lebih dari lima kali. Hal ini bukan semata-mata

akibat tidak diberikannya teknik pemijatan. Namun, berdasarkan observasi

Ibu dan keluarga klien kurang memperhatikan kebersihan anak dan makanan

anak. Anak tampak hanya satu kali ganti baju, Ibu tampak jarang mencuci

tangan sebelum menyuapi atau menyiapkan susu bagi anak, dan kurang

kesadaran bagi Ibu untuk memberikan rehidrasi adekuat kepada An. V.

Dalam The National Intervention Classification (NIC) teridentifikasi terapi

pijat merupakan salah satu dari 400 intervensi komplementer yang telah

diterapkan dalam proses keperawatan (Snyder dalam Novianti, 2010). Dalam

jurnal American College of Physicians (ACP) dihasilkan bahwa 79% dari

responden penelitian memiliki persepsi bahwa mengunjungi dokter medis dan

menggunakan terapi komplementer dalam 12 bulan terakhir merasa

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 44: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

32

kombinasi dari kedua pendekatan lebih baik daripada hanya menggunakan

salah satu pendekatan saja (Eisenberg et.al., 2001).

Lalu, penelitian Novianti (2010) yang menjadi acuan penerapan aplikasi ini

didapatkan juga hasil terdapat pengaruh terapi pijat yang signifikan dalam

penurunan frekuensi BAB dan tingkat dehidrasi pada kelompok intevensi tapi

tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok

intervensi dalam penurunan frekuensi BAB dan tingkat dehidrasi.

4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan

Walaupun hasil penerapan terapi pijat pada dua pasien kelolaan menunjukkan

terjadi penurunan frekuensi BAB. Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi

pada saat pelaksanaan terapi pijat. Pertama, melihat angka kesakitan diare

yang menempati urutan tiga teratas penyakit di ruang anak, perbandingan

jumlah perawat tidak cukup jika terapi ini dilakukan pada semua anak dengan

diare. Kedua, perlunya kolaborasi dan diskusi kepada dokter penanggung

jawab pasien untuk melaksanakan terapi pijat sesuai panduan. Dokter

penanggung jawab mungkin saja kurang setuju dengan terapi pijat yang

memberikan penekanan bagian abdomen sehingga ditakutkan menimbulkan

efek samping.

Alternatif pemecahan masalah yang pertama terkait beban kerja perawat yang

kurang dalam penerapan terapi pijat dapat diatasi dengan pelibatan anggota

keluarga. Sesuai dengan konsep family centered care yang menyatakan

bahwa kolaborasi antara tenaga kesehatan dan unit keluarga sangat penting

dilakukan dalam usaha peningkatan derakat kesehatan klien (Bowden &

Greenberg, 2012). Keluarga menjadi advokat untuk perawatan anak dan opini

anak sangat penting dalam proses pengambilan keputusan. FCC menguatkan

keluarga dan mendorong keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan

anak. Teknik pijat ini dapat diajarkan pada Ibu. Dengan demikian, Ibu dapat

melanjutkan terapi sendiri, baik di rumah sakit maupun di rumah setelah

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 45: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

33

keluar dari rumah sakit. Dengan adanya Ibu yang melakukan terapi, efek

negatif hospitalisasi pada anak dapat dikurangi.

Kemudian, alternatif pemecahan masalah terkait kolaborasi antara perawat

dengan dokter penanggung jawab pasien, yaitu dengan memberikan ringkasan

mengenai hasil penelitian-penelitian terkait yang membuktikan keberhasilan

terapi pijat ini. Selain itu, diskusi dan negosiasi dapt diterapkan dalam terapi

pijat, misalnya tetap dilakukannya terapi pijat di lokasi tubuh lain, selain di

bagian abdomen. Hal ini logis dilakukan tanpa mengurangi efek dari terapi

pijat karena terapi ini dapat dilakukan pada lokasi lain, seperti muka, dada,

punggung, lengan tangan, dan kaki. Selain itu, gerakan pijatan pun dapat

dihentikan sebelum semua rangkaian selesai jika bayi/batita tidak

menghendaki (IDAI dalam Novianti, 2010).

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 46: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

34 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 5

PENUTUP

Bab ini menjelaskan kesimpulan dari pengamatan dan aplikasi tindakan

keperawatan yang berkaitan dengan upaya menjawab tujuan penulisan. Bab ini

juga memaparkan saran atau rekomendasi untuk memperbaiki karya ilmiah akhir

selanjutnya.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penulisan yang ditetapkan, yaitu, mengetahui keefektifan

terapi pijat pada penurunan frekuensi BAB penderita diare, maka dapat

diperoleh kesimpulan bahwa:

1) Rata-rata usia anak yang mengalami kejadian diare di R.S.U.P Fatmawati

selama satu bulan terakhir berada pada usia 6 bulan s/d 4 tahun.

2) Ibu dan anggota keluarga penderita diare cenderung belum memiliki

kebiasaan untuk mencuci tangan yang baik.

3) Terdapat penurunan frekuensi BAB pada anak yang diberikan terapi pijat

dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut.

4) Frekuensi BAB pada anak yang tidak diberikan intervensi terapi pijat

lebih lama berkurang daripada anak yang diberikan terapi pijat.

V.2. Saran

1) Pelayanan

Mengacu pada hasil yang positif, yaitu terjadi penurunan frekuensi BAB

yang lebih cepat pada anak yang diterapkan terapi pijat. Oleh karena itu,

diharapkan institusi pelayanan dapat mempertimbangkan menjadikan terapi

ini sebagai terapi komplementer yang dijalankan bersama dengan

penatalaksanaan standar medis konvensional.

2) Pendidikan

Bedasarkan hasil penelitian yang menunjukkan terjadi efek penurunan

frekuensi BAB pada anak dengan diare, diharapkan hasil ini dapat menjadi

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 47: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

35

UNIVERSITAS INDONESIA

pertimbangan untuk institusi pendidikan dalam memberikan informasi saat

perkuliahan mengenai terapi ini. Jika memungkinkan, institusi pendidikan

dapat membuka kelas khusus untuk mempelajari lebih dalam mengenai

terapi komplementer dan praktiknya selama bangku perkuliahan.

3) Penelitian

Aplikasi terapi pijat ini baru diberikan kepada dua pasien selama mahasiswa

praktik di rumah sakit. Keterbatasan jumpah responden dan waktu

mahasiswa ini kurang memberikan hasil yang signifikan bagi penelitian.

Oleh karena itu, diharapkan penerapan aplikasi terapi pijat ini dapat

diberikan dengan jumlah responden yang lebih banyak dan dapat diterapkan

modifikasi terapi pijat selain berdasarkan satu panduan saja.

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 48: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 1

UNIVERSITAS INDONESIA

A. KASUS KELOLAAN UTAMA

1. Gambaran Kasus

An. A (9 bulan) masuk ruang rawat tanggal 6 juni 2013 dengan keluhan masuk, yaitu

demam 2 hari SMRS, muntah positif air susu, diare lima kali sehari cair, sedikit

ampas. BB klien 6,4 kg, nadi 110 x/menit, Suhu: 37,8. Klien tampak irritable,

menangis tanpa air mata keluar, klien mau minum tapi muntah, dan masih demam.

Klien didiagnosa medis diare akut dehidrasi ringan-sedang

2. Pengkajian

a) IDENTITAS DATA

Nama : An. A

Tempat/tgl lahir : Sumedang, 25 Agustus 2012

Usia : 9 bulan

Nama Ayah/Ibu : Andri Fauzi / Cica Nurlina

Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga

Alamat : Kp. Gunung, Ciputat timur, Tangerang selatan

Agama : Islam

Suku Bangsa : Sunda

Pendidikan Ayah : SLTA

Pendidikan Ibu : SLTA

b) KELUHAN UTAMA

Klien masuk IGD tanggal 06 Juni 2013 dengan keluhan demam sejak 2 hari

sebelum masuk rumah sakit (SMRS), muntah lebih dari lima kali dengan isi

muntahan susu, BAB cair sebanyak delapan kali hari ini.

c) RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

Pre-natal:

Ibu mengatakan, saat kehamilan anak pertama ini, ibu klien mengunjungi

bidan sejak usia kehamilan 2 bulan. Tidak ada masalah selama kehamilan

hingga usia 8 bulan. Saat usia 8 bulan, ibu mengatakan merasakan kontraksi

kuat sehingga dirujuk ke rumah sakit.

Intra-natal

Saat di rumah sakit, dokter memutuskan untuk melahirkan bayi secara caesar.

Klien lahir dengan berat 2900 gram, panjang badan 45

Post-natal

Setelah dilahirkan, An. A pulang ke rumah setelah dirawat 3 hari. Di rumah,

klien sehat, hanya pernah sakit demam dan pilek.

d) RIWAYAT MASA LAMPAU

Penyakit waktu kecil: demam dan pilek.

Riwayat dirawat di Rumah Sakit: tidak pernah

Obat-obatan yang digunakan: tidak ada

Tindakan operasi: operasi caesar saat klien dilahirkan

Alergi: tidak ada alergi obat dan makanan sampai saat ini

Kecelakaan: klien tidak pernah jatuh

Imunisasi: klien sudah diberikan imunisasi BCG, Hepatitis, Polio, DPT.

Imunisasi campak seharusnya diberikan bulan ini tapi akibat klien sakit,

imunisasi campak ditunda pemberiannya.

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 49: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 1

UNIVERSITAS INDONESIA

e) RIWAYAT KELUARGA (GENOGRAM)

f) RIWAYAT SOSIAL

Yang mengasuh: Ibu kandung

Hubungan dengan anggota keluarga: Klien tampak sangat dekat, baik ke ibu

dan ayah.

Hubungan dengan teman sebaya: Klien belum pada periode bermain dengan

teman

Pembawaan secara umum: Klien tampak rewel, tidak mudah dekat dengan

orang baru

Lingkungan rumah: Klien tinggal di rumah kontrakan yang berdekatan.

Menurut Ibu klien, lingkungan rumah dekat dengan jalan sehingga banyak

debu akibat lalu lalang kendaraan bermotor

g) KEBUTUHAN DASAR

Makanan yang disukai/tidak disukai :

Selera : nafsu makan menurun saat masuk rumah sakit, klien lebih

banyak minum ASI dan sudah mulai makan bubur putih dan

tim

Alat makan yang dipakai : sendok

Pola makan/jam : 2 kali sehari

Pola tidur

Siang : 09.00 s/d 11.00 WIB

Malam : 20.00 s/d 04.00 WIB

Kebiasaan sebelum tidur : tidak ada

Mandi : 2 kali sehari dibantu

Aktivitas bermain : Main boneka

Eliminasi : 2 kali sehari

h) KEADAAN KESEHATAN SAAT INI

Diagnosa Medis: Diare akut dehidrasi ringan-sedang

Tindakan operasi: Tidak ada

Status nutrisi: BB: 6,9 kg/ TB: 64 cm, Lingkar Dada: 40 cm, Lingkar perut

37 cm. Klasifikasi panjang badan sesuai usia menurut NCHS growth chart

klien berada pada presentil 5, klasifikasi pendek. Klasifikasi berat badan

sesuai usia menurut NCHS growth chart klien berada pada presentil 5,

klasifikasi kurus. Namun demikian, klasifikasi NCHS merupakan rerata

status gizi yang digunakan populasi anak ras kaukasian sehingga patut

dipertimbangkan penggunaannya. Status Gizi klien menurut perhitungan Z-

score, perbandingan panjang badan dengan berat klien berada pada kisaran -

2SD s/d 2SD sehingga klien terklasifikasi gizi baik.

Status cairan

Klien tampak kehausan, kuat dalam menghisap ASI. Hari rawat pertama di

ruangan, klien tidak muntah. Intake klien didapat dari ASI dan air putih,

sedangkan output yang terjadi adalah penjumlahan BAB, Insessible water

loss (IWL), dan BAK (500 + 224 = 724 cc/24 jam).

A

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 50: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 1

UNIVERSITAS INDONESIA

Obat-obatan

Klien mendapatkan obat parasetamol syrup 0,9 ml 4 kali sehari; L-Bio 1

sachet/hari, Zink, 1 kali/hari.

Aktivitas

Pada saat pengkajian hari pertama, klien terobservasi lebih banyak menangis

Tindakan Keperawatan

1) Mengajarkan ibu klien demonstrasi Tepid water Sponge

2) Monitoring Intake dan ouput

3) Menghitung tetesan infus

4) Memberikan Pendidikan kesehatan mengenai cara pemberian Susu

formula dalam keadaan hangat dan tidak boleh diberikan setelah 30

menit dari waktu pembuatan; hand hygiene sebelum pembuatan SF

dan setelah membersikan BAB klien.

5) Melakukan tindakan pemijatan bayi

i) Hasil Laboratorium

Lab. Hematologi Hasil Interpretasi

Hb 11.1

Nilai hematologi An. A dalam batas normal,

tidak ada indikasi dehidrasi

Ht 33

Leukosit 10,8

Thrombosit 305

Eritrosit 4,48

Lab. Elektrolit Hasil Interpretasi

Natrium 135 Hasil tersebut menunjukkan bahwa

pengeluaran cairan dan elektrolit melalui diare

dikompensasi oleh tubuh akibat rehidrasi yang

baik sehingga terjadi homeostasis.

Kalium 3,51

Klorida 95

Lab. Pemeriksaan

Feses Hasil Interpretasi

Konsistensi Cair

Perubahan konsistensi feses klien menjadi cair

kemungkinan disebabkan oleh endotoksin

yang ditimbulkan oleh bakteri gram negatif,

seperti Plesiomanas shigelloides dan Spesies

Aeromonas

Warna Kuning

Bau Normal

pH 5,0

Cacing Negatif

Nanah Negatif

Lendir Positif

Darah Negatif

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 51: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 1

UNIVERSITAS INDONESIA

Lab. Pemeriksaan

Feses Hasil Interpretasi

Leukosit 0-1

Perubahan konsistensi feses klien menjadi cair

kemungkinan disebabkan oleh endotoksin

yang ditimbulkan oleh bakteri gram negatif,

seperti Plesiomanas shigelloides dan Spesies

Aeromonas

Lemak 0-1

E.Coli Negatif

E. Hystolitica Negatif

Amilum Negatif

Jamur Negatif

Serat tumbuhan Negatif

Telur cacing Negatif

Pemeriksaan

Bakteriologi

Bakteri

batang gram

negatif:

positif

j) Hasil Pemeriksaan penunjang

Tidak ada

k) Data Tambahan

Tidak ada

l) PEMERIKSAAN FISIK

Parameter Faktor yang dikaji An. A

Kulit Penurunan/lenaikan suhu

tubuh

Perubahan warna

kulitmenjadi pucat

Kulit terasa kering

Turgor melambat (poor

capilary refill)

Elastisisitas

Edema

Mata cekung

• Demam, suhu 38,30C

• Anak tampak pucat

• Kulit lembab

• Turgor kulit elastis

• CRT< 3”

• Mata tidak cekung

• Tidak ada edema

Membran

mukosa

Kering

Lidah menyusut secara

longitudinal

Membran mukosa lembab

Tanda neurologis Penampilan umum yang

lemah

Adanya tremor, kram, atau

tetany

kejang

• Tidak ada kejang, tremor, kram

Kardiovaskular Nadi lemah atau kuat

Penurunan atau kenaikan

Tekanan Darah

Distensi vena jugularis

• Nadi kuat: 110 x/menit

• TD: 100/70 mmHg

• Tidak ada distensi vena

jugularis

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 52: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 1

UNIVERSITAS INDONESIA

Parameter Faktor yang dikaji An. A

Pernapasan Kecepatan pernapasan

melambat dan dalam

Kecepatan pernapasan

cepat dan dalam

Takipneu/dispneu

• RR: 28 kali/menit cepat

Gastrointestinal Distensi abdomen Tidak ada distensi

Perilaku Perubahan tk.kesadaran-

kondisi koma (tidak

responsif), bingung

Lethargy

Iritabilitas: tangisan lemah

Kejang

• CM

• Anak tampak irritable

(menangis terus)

• Klien tampak haus, kuat

menghisap putig susu Ibu saat

menyusui

m) PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN

Kemandirian dan bergaul

Klien masih bergantung secara total terhadap orang lain. Klien tampak takut

terhadap orang baru yang ditemui

Motorik Halus

Tidak Terkaji

Kognitif dan bahasa

Klien tampak mengeluarkan suara “dadada”.

Motorik kasar

Klien tampak sudah bisa tengkurap dan duduk sendiri.

n) INFORMASI LAIN

Tidak ada

o) RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN

1) Mengajarkan ibu klien demonstrasi Tepid water Sponge

2) Monitoring Intake dan ouput

3) Menghitung tetesan infus

4) Memberikan Pendidikan kesehatan mengenai cara pemberian Susu formula dalam

keadaan hangat dan tidak boleh diberikan setelah 30 menit dari waktu pembuatan;

hand hygiene sebelum pembuatan SF dan setelah membersikan BAB klien.

5) Melakukan tindakan pemijatan bayi

p) ANALISA DATA

Data Masalah Keperawatan

Data Subjektif:

• Ibu mengatakan, “ anak saya panas,

pilek, nangis terus”

Data Objektif:

• Suhu: 38,30C

• RR: 28 kali/menit

• Badan teraba panas

Hipertermia

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 53: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 1

UNIVERSITAS INDONESIA

Data Masalah Keperawatan

Data Subjektif:

• Ibu mengatakan, “ada muntah dan

masih diare cair 7 kali hari ini, mau

minum”

Data Objektif:

• Anak tampak susah minum

• Anak demam dengan suhu 38,30C

• Anak muntah 1 kali air susu dan diare

cair

• I/8 jam: ASI + 200 cc air putih

• O/8 jam: BAB+ BAK+ IWL = 430 cc

+ 64,76 = 494,76

Risiko defisit volume

cairan

Data Subjektif:

• Ibu mengatakan, “ gak mau makan

makanan dari R.S, cuma mau ASI”

Data Objektif:

• BU hiperaktif: 30 kali/menit

• Diare 7 kali/hari cair

Ketidakseimbangan

nutrisi < dari keb.tubuh

Data Subjektif:

• Ibu mengatakan, “ Saya gak ngerti

gimana anak saya bisa kena diare ya

padahal Cuma minum ASI dan susu

formula”

Potensial peningkatan

pengetahuan tentang

informasi penyakit diare

dan pencegahan diare

berulang

q) PRIORITAS MASALAH

Diagnosa Keperawatan:

Risiko Defisit volume cairan

Hipertermia

Potensial peningkatan pengetahuan tentang informasi penyakit diare dan

pencegahan diare berulang

Ketidakseimbangan nutrisi < dari keb.tubuh

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 54: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 2

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN AN. A DENGAN DIARE

Diagnosa Keperawatan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

Risiko defisit volume cairan tubuh b.d

kekurangan intake dan kehilangan cairan

berlebih akibat diare dan muntah

ditandai dengan

Data Subjektif:

• Ibu mengatakan, “ada muntah

dan masih diare cair 7 kali hari

ini, mau minum”

Data Objektif:

• Anak tampak susah minum

• Anak demam dengan suhu

38,30C

• Anak muntah 1 kali air susu

dan diare cair

• I/8 jam: ASI + 200 cc air putih

• O/8 jam: BAB+ BAK+ IWL =

430 cc + 64,76 = 494,76

Dalam 3 hari interaksi, klien akan:

1. Diperoleh informasi mengenai

faktor-faktor yang dapat

menyebabkan defisit volume

cairan

2. Menunjukkan perubahan

perilaku untuk mencegah

timbulnya defisit volume

cairan yang sesuai ditandai

dengan

kulit hangat;

denyut nadi dalam rentang

normal (100-160

kali/menit); tanda-tanda

vital dalam rentang

normal (temperatur:

360C – 37,5

0C, RR: 40-

60 kali/menit);

tk. Kesadaran klien

compos mentis;

balance intake/output;

turgor kulit baik

CTR < 3”

Tidak muntah/diare

Intake minimum ± 690 +

12% keb.caoran total (

suhu tubuh 10C)= 772,8

cc (BB= 6,9Kg)

Penurunan BB < 5% dari

BB awal

Hb rentang normal (13,2 –

17,3 g/dl

Ht dalam rentang normal

(33-46 %)

Mandiri

1. Menentukan kondisi atau proses yang

memungkinkan terjadinya defisit

volume cairan, seperti a) kehilangan

cairan berlebih (diare, muntah, diaforesis

berlebih, demam, luka bakar,

penggunaan diuretik); b) terbatasnya

intake cairan (usia ekstrim, imobilitas,

dependen dalam pemenuhan KDM; c)

Perpindahan cairan (asites, efusi, sepsis,

luka bakar); d) faktor lingkungan

(isolasi, restrain)

2. Pertimbangkan faktor usia dan jenis

kelamin. Ukur BB dan massa otot/lemak

subkutan

3. Evaluasi status nutrisi, catat intake

makanan, tipe diet. Catat masalah yang

dapat menimbulkan efek negatif pada

intake makanan, seperti mual,

imobilitas, restriksi makanan

4. Monitor intake dan output, serta balance

cairan klien

5. Ukur BB setiap hari dan bandingkan

dengan BB sebelum masuk RS

1. Mengidentifikasi risiko kondisi

penyakit yang dapat menimbulkan

terjadinya defisit volume cairan

sehingga dapat dilakukan intervensi

yang sesuai dan segera

2. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi

rasio lean body mass, yang akan

mempengaruhi juga total body water.

Secara umum, laki-laki memiliki

TBW> dari wanita, dan lansia

memiliki TBW< dari anak atau

dewasa. Infant dan anak

kemungkinan tidak bisa

memverbalisasi atau merespon rasa

haus mandiri.

3. Pengenalan masalah-masalah ini

dapat menjadi petunjuk pemilihan

intervensi yang tepat sesuai etiologi

yang menyebabkan penurunan intake

makanan.

4. Menentukan kekakuratan status

cairan klien

5. Petunjuk derajat dehidrasi

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 55: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 2

UNIVERSITAS INDONESIA

6. Monitor TTV, adanya hipotensi

ortostatik, takikardi, atau demam

7. Kaji turgor kulit, membran mukosa,

tanda-tanda dehidrasi, seperti mata

cekung, Ubun-ubun cekung, klien lemas

(perubahan derajat kesadaran)

8. Berikan reinforcement untuk

meningkatkan intake oral.

berikan minum sedikit tapi sering

dan lanjutnkan pemberian ASI

adekuat

Kolaboratif

1. Berikan cairan infus via IV line sesuai

indikasi

2. Berikan obat-obatan yang dian njurkan:

Zinc

L-bio (probiotik)

3. Konsultasi dengan dokter atau ahli gizi

untuk mereview tipe diet, apakah perlu

restriksi pemebrian garam atau restriksi

makanan atau minuman yang dapat

menimbulkan kehilangan cairan lebih

lanjut

4. Monitor laboratorium yang

didindikasikan seperti Hb, Ht, Leukosit,

Eritrosit, Thrombosit, Elektrolit (Na, K,

Cl)

6. Perubahan-perubahan status

hemodinamik menjadi petunjuk

terjadinya dehidrasi

7. Tanda-tanda dehidrasi inilah yang

menjadi penanda adanya bahaya

terjadinya peningkatan derajat

dehidrasi dan memerlukan

penanganan segera dan tepat

8. Peningkatan intake minum akan

mengurangi terjadinya dehidrasi.

Pemberian minum dilakukan sedikit

tapi sering agar tidak terjadi

kembung, mual, dan muntah akibat

kelebihan intake minum secara cepat.

1. Cairan dapat diberikan per IV

dengan pertimbangan kien belum

dapat memenuhi kebutuhan cairan

per oral. Diberikan untuk

menghentikan atau menurunkan

terjadinya kehilangan cairan lebih

lanjut

2. Pemberian zinc merupakan protokol

penatalaksanaan diare karena zonc

dapat berfungsi untuk meningkatkan

sistem imunitas dan pertumbuhan sel

baru sehingga dapat memerangi

pertumbuhan patogen. Zinc telah

terbukti mengurangu durasi dan

keparahan diare.

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 56: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 2

UNIVERSITAS INDONESIA

Hipertermia

Data Subjektif:

• Ibu mengatakan, “ anak saya

panas, pilek, nangis terus”

Data Objektif:

• Suhu: 38,30C

• RR: 28 kali/menit

• Badan teraba panas

Dalam 3 hari interaksi diharapkan:

1. klien terjaga suhu tubuh

dalam batas normal

(36,50C – 37,5

0C)

2. Klien bebas kompikasi,

seperti kerusakan otak atau

saraf irreversibel, atau

gagal ginjal akut

3. Teridentifikasinya

penyebab dan faktor

pendukung terjadinya

demam

4. Bebas dari kejang

5. Keluarga dapat

mendemonstrasikan

perilaku untuk memonitor

tanda demam dan merawat

anak demam. Seperti

kompres metode TWS dan

pemakaian baju yang tidak

terlalu tebal

Mandiri

1. Identifikasi fator penyebab dan

fakor pendukung terjadinya demam

2. Perhatikan usia dan tingkatan

timbuh kembang anak

3. Monitor suhu tubuh anak setiap 4

jam

4. Kaji apakah demam terkait dengan

suhu ruang yang panas (heatstroke),

misal akibat terlalu banyak

penunggu di ruangan, ventilasi

yang kurang, atau pemakaian

seimut dan baju tebal

5. Kaji dan monitor respon neuroligis,

tk. kesadaran, dan rekasi pupil,

aktifitas kejang

6. Moniotr denyut nadi berikut

iramanya.

1. Identifikasi faktor-faktor yang

menyebabkan dan mendukung

terjadinya demam pada anak

sehingga pemilihan intervensi

penanganan dan pencegahan demam

tepat sasaran.

2. Bayi, anak kecul, dan lansia

merupakan kelompok usia yang

rentan mengalami kelainan akibat

hipertermia. Faktor lingkungan dan

infeksi minimal dapat

mengakibatkan temperatur tinggi

pada kelompok usia bayi dan anak

kecil dibandingkan anak dewasa.

Bayi, anak, dan individu berkebiuhan

khusus tidak bisa mengenali dan

mengatasi sendiri demam yang

dialami.

3. Evaluasi keefekifan intervensi

penurunan demam dan mencegah

terjadinya komplikasi

4. Faktor-faktor lingungan dan

menyebabkan sulitnya demam turun

5. Demam tinggi disertai dengan

perubahan status mental menjadi

ndikasi terkadinya status septik atau

heatstroke.

6. Takikardi, disrtitmia, dan perubahan

gelombang abnormal EKG dapat

muncul akibat ketidakseimbangan

cairan dan elektrolit, dehidrasi, efek

katekolamin, dan efek langsung

hipertermia pada darah dan jaringan

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 57: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 2

UNIVERSITAS INDONESIA

7. Monior laju pernafasan.

8. Monitor dan catat intake dan output

klien

9. Monitor hasil lab, seperti penilaian

elektrolit tubuh, GDS, pemeriksaan

kultur urin dan feses.

10. Lakukan intervensi menurunkan

panas:

kompres degan metode TWS

sekaligus mengakarkan Ibu

untuk menerapkan kompres

pada anak. Anjuran untuk

kompres pada bagian ketiak,

selangkangan, dan leher.

Membatasi pemakaian pakaian

atau selimut tebal

Ciptakan ruangan sejuk, hindari

pengunjung terlalu banyak di

ruangan.

11. Kolaborasi pemberian obat yang

mengatasi etiologi demam, seperti

antibiotik,

12. Kolaborasi pemberian obat

antipiretik

13. Kolaborasi pemberian cairan IV

jika ada tanda-tanda dehidrasi.

14. Anjuran untuk hidrasi adekuar: ASI

dan PASI

sistem kardiovaskuler.

7. Hiperventilasi umumnya muncul tapi

usaha pernafasan dapat mengalami

gangguan akibat kejang

8. Intervensi ini berfungsi untuk

memonitor derajat dehidrasi klien.

9. Identifikasi penyebab hypertermia;

Evaluasi efek hipertermia pada

bagian internal tubuh

10.

Usaha menurunkan panas dengan

proses konduksi dan evaporasi.

Meningkatkan usaha mengeluarkan

panas dengan cara radiasi dan

konduksi

Meningkatkan usaha mengeluarkan

panas dengan radiasi

11. Pilihan obat yang diberikan

disesuaikan untuk mengatasi etiologi

demam

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 58: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 2

UNIVERSITAS INDONESIA

Diagnosa Keperawatan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

Potensial peningkatan pengetahuan

tentang informasi penyakit diare dan

pencegahan diare berulang ditandai

dengan:

Data Subjektif:

Ibu mengatakan, “ Saya gak ngerti

gimana anak saya bisa kena diare ya

padahal Cuma minum ASI dan susu

formula”

Dalam 3 kali interaksi diharapkan klien

dan anggota keluarga klien:

1. Berpartisipasi dalam proses

pembelajaran

2. Identifikasi hambatan dalam

proses belajar

3. Menunjukkan peningkatan

keingintahuan dengan aktif

dalam bertanya dan mencari

informasi dari sumber lain

4. Memverbalisasikan pengertian

kondisi penyakit, penyebab

terjadinya penyakit, tanda dan

gejala yang mungkin muncul

akibta penyakti, dan cara

perawatan penyakit, serta

pencegahan terulangnya

penyakit

Mandiri

1. Kaji tigkat pengetahuan klien dan

anggota keluarga klien

2. Tentukan kemampuan atau kesiapan

klien/ anggota keluarga untuk belajar

3. Observasi tanda-tanda

penolakan/penghindaran

4. Libatkan anggota keluarga yang

menyakan informasi ttg penyakit

anggota keluarga

5. Diskusikan dengan anggota keluarga

tentang Diare dengan leaflet dari R.S,

meliputi

Berikan penjelasan tentang

pengertian diare

tanda dan gejala yang muncul

saat diare

Dorong keluarga untuk

mengulangi penjelasan perawat

1. Tingkat pengetahuan perlu dikaji

untuk mengetahui informasi manakah

yang perlu diberikan atau dikoreksi

saat pendidikan kesehatan.

Pengkajian meliputi definisi penyakit,

penyebab dan proses terjadi penyakit,

faktor yang menimbulkan tanda dan

gejala, cara perawatan dan

pencegahan penyakit, cara

pencegahan komplikasi

2. Klien atau anggota keluarga klien

mungkin belum siap menerima

pembelajaran secara fisik, emosional,

dan mental saat akan diberikan

pendkes dan kemungkinan

membutuhkan waktu untuk ekspresi

perasaan terlebih dahulu sebelum

memulai belajar.

3. Klien atau anggota klien mungkin

butuh diberikan waktu untuk

merasakan konsekuensi dari

kekurangan informasi sebelum klien

siap menerima informasi

4. Menyediakan informasi yang sesuai

kepada orang lain dapat menjadi

salah satu cara memberikan

pembelajaran secara tidak langsung

ke pasien

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 59: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 2

UNIVERSITAS INDONESIA

Dorong klien untuk bertanya

mengenai maslah yang belum

dimengerti

Berikan penguatan positif

Diskusikan bersama keluarga

tentang penyebab diare

diskusikan dengan keluarga

tentang akibat diare tidak

tertangani, serta komplikasi

yang dapat muncul

motivasi keluarga untuk

bertanya masalah yang belum

dimengerti

motivasi keluarga untuk

mengulang kembali penjelasan

dari perawat

beri penguatan positif

diskusikan dengan keluarga

tentang cara perawatan

sederhana dengan diare

diskusikan dengan keluarga

tentang cara pencegahan

munculnya diare kembali

Berikan penjelasan cara

pembuatan oralit

Demonstrasikan cara pembuatan

susu formula dan pencuciannya.

Berikan penjelasan cara

menciptakan lingkungan yang

tepat untuk mencegahterjadinya

diare dan penularan jika sudah

terjadi, yaitu mengusahakan

makanan tertutup tudung saji

(bebas dari lalat), usahakan

dalam keadaan hangat,

bersihkan kamar mandi setelah

ada anggota keluarga terjangkit

diare

Beri kesempatan keluarga untuk

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 60: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 2

UNIVERSITAS INDONESIA

bertanya dan mengulangi

penjelasan

beri pujian atas pujian yang

diberikan keluarga

Beri penjelasan untuk

menggunakan fasilias kesehatan

terdekat ketika tanda dan gejala

diare muncul pada anak

Motivasi anggota keluarga

untuk menggunakan fasilitas

kesehatan untuk mengkontrol

kesehatan anak setelah

hospitalisasi fasilitas pelayanan

kesehatan

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 61: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 3

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 06 Juni 2013 Diagnosa Medis : Diare akut dehidrasi ringan-sedang

Nama Klien/Usia : An. A/ 9 bulan Ruangan : Teratai 3 selatan, ruang 323

Waktu Diagnosa Keperawatan Kriteria Evaluasi Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

Risiko defisit volume cairan

tubuh

Data Subjektif :

- keluarga mengatakan

bahwa klien muntah susu

satu kali

- Keluarga mengatakan

bahwa klien BAB 7 kali

cair

-

Data objektif:

- Kulit dan mukosa lembab

- Turgor kulit baik

- Klien tampak sering

berkeringat dan menangis

terus

- N:110 kali/menit

- Suhu: 38,3 0C

- Intake klien selama 8 jam:

ASI dan air putih

- Output klien:[ (Urin BAB

= 450) + IWL (66,7 cc/ 8

jam)] = 516,7 cc.

- Klien tampak kehausan,

kuat dalam menghisap ASI

Dalam 3 hari interaksi,

klien akan:

1. Diperoleh informasi

mengenai faktor-

faktor yang dapat

menyebabkan defisit

volume cairan

2. Menunjukkan

perubahan perilaku

untuk mencegah

timbulnya defisit

volume cairan yang

sesuai ditandai

dengan

kulit hangat;

denyut nadi

dalam rentang

normal (100-

160

kali/menit);

tanda-tanda

vital dalam

rentang normal

(temperatur:

360C – 37,5

0C,

RR: 30-60

kali/menit);

tk. Kesadaran

klien compos

mentis;

balance

intake/output;

turgor kulit baik

CTR < 3”

Tidak

1. Mengkaji kondisi umum pasien:

derajat kesadaran

2. Mengobservasi tanda-tanda vital ( TD,

Suhu,Nadi,RR )

3. Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi

(kulit kering, turgor kulit inelastic,

mukosa bibir kering, mata cekung)

4. Monitor frekuensi muntah dan diare

5. Mengobservasi tetesan infus dan

lokasi penusukan jarum infus

6. Monitoring intake dan output cairan,

balance cairan

7. Melakukan terapi pijat pada pagi hari

8. Memonitor hasil lab

9. Kolaborasi untuk program theraphy:

memberikan theraphy cairan dan obat

(zinc, L-Bio, paracetamol syrup)

S:

Ibu klien mengatakan, “ anak mau

minum ASI tapi rewel terus, nangis”

O:

N: 112 kali/menit

Suhu: 37,6 0C

RR: 32 kali/menit

I= ASI + air putih (tidak terukur)

O= (Urin + BAB) +IWL

O= 480 + 66,7 = 546,7 cc/8 jam

Turgor kulit baik

CRT< 2”

Mukosa bibir lembab

Tidak ada muntah

Cekung di kelopak mata tidak ada

Klien tampak menangis, rewel

A: Masalah teratasi sebagian

P:

Observasi tanda-tanda dehidrasi

Obsrvasi frekuensi muntah dan diare

Monitoring intake dan output

Monitoring tanda-tanda vital

Pemberian terapi pijat sore hari

Kolaborasi obat antimual: ranitidin

Monitor hasil laboratorium,

terutama hematologi dan elektrolit

darah

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 62: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 3

muntah/diare

Intake minimum

± 690 cc (BB=

6,9 Kg)

Penurunan BB <

5% dari BB

awal

Hb rentang

normal (10 – 17

g/dl

Ht dalam rentang

normal (33-46

%)

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 06 Juni 2013 Diagnosa Medis : Diare akut dehidrasi ringan-sedang

Nama Klien/Usia : An. A/ 9 bulan Ruangan : Teratai 3 selatan, ruang 323

Waktu Diagnosa Keperawatan Kriteria Evaluasi Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

Hypertermia

Data subjektif:

- Ibu klien mengatakan klien

panas dari kemarin

-

Data objektif:

- Klien tampak rewel

- Suhu terukur = 38,30C

- RR = 32 kali/menit

Dalam 3 kali pertemuan

diharapkan:

1. klien terjaga pada

temperatur normal

(36,50 C– 37,7

0C

2. Klien bebas dari

komplikasi, seperti

kerusakan neurologis

3. Klien bebas kejang

1. Mengukur tanda-tanda vital,

khususnya temperatur setiap 4 jam

2. Melakukan aplikasi tepid water

sponge (TWS) selama 30 menit

3. Mengajarkan dan menganjurkan ibu

untuk meredomenstrasikan teknik

TWS pada anak

4. Menganjurkan ibu untuk tidak

memakaikan pakaian tidak terlalu

tebal dan menyerap keringat pada

klien, tidak menyelimuti dengan

selimut tebal

5. Ciptakan lingkungan nyaman dengan

membatasi pengunjung hanya saat

waktu kunjungan

6. Menanjurkan untuk memberikan

parasetamol pada anak

S:

Ibu klien mengatakan, “ panasnya

turun ya setelah dikompres tadi”

O:

Klien masih tampak menangis

Temperatur setelah dilakukan TWS

menjadi 37,60C

RR klien menjadi 30 kali/menit

Klien tampak mengeluarkan

keringat

A: Masalah teratasi sebagian

P:

Anjuran Ibu untuk terus

memberikan ASI

Kolaborasi pemberian obat

paracetamol setelah 4 jam, jika

demam masih ada

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 63: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 3

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 07 Mei 2013 Diagnosa Medis : Dehidrasi ringan sedang

Nama Klien/Usia : An. A/ 9 bulan Ruangan : Teratai 3 selatan, ruang 323

Waktu Diagnosa Keperawatan Kriteria Evaluasi Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

Potensial peningkatan

pengetahuan tentang informasi

penyakit diare dan pencegahan

diare berulang

Data Subjektif :

- Ibu mengatakan, “

Saya gak ngerti gimana

anak saya bisa kena diare

ya padahal Cuma minum

ASI dan susu formula”

Data objektif:

- Ibu tampak masih

memberikan susu formula

yang telah dibuat

sebelumnya

Dalam 3 hari interaksi, Ibu

klien akan:

1. Menyebutkan pengertian

diare, penyebab diare,

tanda dan gejala diare,

komplikasi jika diare

tidak diatasi, cara

pencegahan, dan cara

perawatan anak dengan

diare

2. Mendemonstrasikan

perilaku mencuci tangan

dengan baik

3. Mendemonstrasikan cara

pengolahan susu formula

dan menjaga kebersihan

botol susu

1. Mengkaji tingkat pengetahuan Ibu

tentang diare

2. Menjelaskan dengan leaflet dari R.S

tentang diare

3. Mendiskusikan ulang jika ada

pertanyaan atau sesuatu yang belum

dimengerti Ibu

4. Mendemonstrasikan cara mencuci

tangan dengan enam langkaj

5. Menganjurkan ibu intuk

meredemonstrasikan mencuci tangan

dengan enam langkah menggunakan

handrub

6. Menjelaskan cara pengolahan susu

formula yang baik, yaitu dalam

keadaan hangat dan tidak boleh

diberikan setelah lebih dari 30 menit.

Botol susu perlu dimasak dalam air

mendidih untuk menjaga kebersihan

dari kuman.

S:

Ibu klien mengatakan, “ diare itu,

kalo anak BAB cair lebih dari 3

kali/hari, penyebabnya bisa dari

kuman, bakteri, dan virus. Kalo diare

teru-terusan anak bisa pingsan,

kekurangan cairan. Agar anak tidak

diare ya harus jaga kebersihan

makanan”

O:

Ibu klien bisa menjawab pengertian

diare dengan benar

Ibu klien dapat menjawab dua dari

empat penyebab diare

Ibu klien dapat menjawab 2 dari 4

komplikasi diare

Ibu klin bisa menjawab 1 dari 5 cara

pencegahan diare

A: masalah teratasi sebian

P:

Pemberian pendidikan kesehatan

ulang

Pemberian leaflet untuk ibu

Observasi ibu ketika membuat susu

formula

Observasi mencuci tangan ibu

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 64: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 3

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 07 Mei 2013 Diagnosa Medis : Dehidrasi ringan sedang

Nama Klien/Usia : An. A/ 9 bulan Ruangan : Teratai 3 selatan, ruang 323

Waktu Diagnosa Keperawatan Kriteria Evaluasi Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

Risiko defisit volume cairan

tubuh

Data Subjektif :

- keluarga mengatakan

bahwa klien muntah susu

satu kali

- Keluarga mengatakan

bahwa klien BAB 7 kali

cair

-

Data objektif:

- Kulit dan mukosa lembab

- Turgor kulit baik

- Klien tampak sering

berkeringat dan menangis

terus

- N:110 kali/menit

- Suhu: 38,3 0C

- Intake klien selama 8 jam:

ASI dan air putih

- Output klien:[ (Urin BAB

= 350) + IWL (66,7 cc/ 8

jam)] = 416,7 cc.

Dalam 3 hari interaksi, klien

akan:

1. Diperoleh informasi

mengenai faktor-faktor

yang dapat

menyebabkan defisit

volume cairan

2. Menunjukkan

perubahan perilaku

untuk mencegah

timbulnya defisit

volume cairan yang

sesuai ditandai dengan

kulit hangat;

denyut nadi dalam

rentang normal

(100-160

kali/menit); tanda-

tanda vital dalam

rentang normal

(temperatur: 360C

– 37,50C, RR: 30-

60 kali/menit);

tk. Kesadaran klien

compos mentis;

balance

intake/output;

turgor kulit baik

CTR < 3”

Tidak muntah/diare

Intake minimum ±

690 cc (BB= 6,9

Kg)

Penurunan BB < 5%

dari BB awal

1. Mengkaji kondisi umum pasien:

derajat kesadaran

2. Mengobservasi tanda-tanda vital (

TD, Suhu,Nadi,RR )

3. Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi

(kulit kering, turgor kulit inelastic,

mukosa bibir kering, mata cekung)

4. Monitor frekuensi muntah dan diare

5. Mengobservasi tetesan infus dan

lokasi penusukan jarum infus

6. Monitoring intake dan output cairan,

balance cairan

7. Melakukan terapi pijat pada pagi hari

8. Memonitor hasil lab

9. Kolaborasi untuk program theraphy:

memberikan theraphy cairan dan obat

(zinc, L-Bio, paracetamol syrup)

S:

Ibu klien mengatakan, “ anak mau

minum ASI tapi rewel terus, nangis”

O:

N: 116 kali/menit

Suhu: 37,6 0C

RR: 32 kali/menit

I= ASI + air putih (tidak terukur)

O= (Urin + BAB) +IWL

O= 330 + 66,7 = 396,7 cc/8 jam

BAB menurun jadi 5 kali

Turgor kulit baik

CRT< 2”

Mukosa bibir lembab

Tidak ada muntah

Cekung di kelopak mata tidak ada

Klien tampak menangis, rewel

A: Masalah teratasi sebagian

P:

Observasi tanda-tanda dehidrasi

Obsrvasi frekuensi muntah dan

diare

Monitoring intake dan output

Monitoring tanda-tanda vital

Pemberian terapi pijat sore hari

Kolaborasi obat antimual: ranitidin

Monitor hasil laboratorium,

terutama hematologi dan elektrolit

darah

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 65: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 3

Hb rentang normal

(10 – 17 g/dl

Ht dalam rentang

normal (33-46 %)

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 07 Mei 2013 Diagnosa Medis : Dehidrasi ringan sedang

Nama Klien/Usia : An. A/ 9 bulan Ruangan : Teratai 3 selatan, ruang 323

Waktu Diagnosa Keperawatan Kriteria Evaluasi Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

Hypertermia

Data subjektif:

- Ibu klien mengatakan klien

panas dari kemarin padahal

udah minum obat panas

-

Data objektif:

- Klien tampak rewel

- Suhu terukur = 38,50C

- RR = 35 kali/menit

Dalam 3 kali pertemuan

diharapkan:

1. klien terjaga pada

temperatur normal

(36,50 C– 37,7

0C

2. Klien bebas dari

komplikasi, seperti

kerusakan neurologis

3. Klien bebas kejang

1. Mengukur tanda-tanda vital,

khususnya temperatur setiap 4 jam

2. Melakukan aplikasi tepid water

sponge (TWS) selama 30 menit

3. Mengajarkan dan menganjurkan ibu

untuk meredomenstrasikan teknik

TWS pada anak

4. Menganjurkan ibu untuk tidak

memakaikan pakaian tidak terlalu

tebal dan menyerap keringat pada

klien, tidak menyelimuti dengan

selimut tebal

5. Ciptakan lingkungan nyaman

dengan membatasi pengunjung

hanya saat waktu kunjungan

6. Mengobservasi pemberian obat

parasetamol ibu, kemudian

mengkoreksi dosis yang diberikan

pada anak

S:

Ibu klien mengatakan, “ panasnya

turun ya setelah dikompres tapi nanti

Saya takut naik lagi”

“Saya sudah kasih obat panasnya”

O:

Klien masih tampak menangis

Temperatur setelah dilakukan TWS

menjadi 37,30C

RR klien menjadi 30 kali/menit

Klien tampak mengeluarkan keringat

Ibu klien memberikan dosis

parasetamol 0,6 cc. Berbeda dengan

dosis anjuran dalam resep 0,9 cc

A: Masalah teratasi sebagian

P:

Anjuran Ibu untuk terus memberikan

ASI

Kolaborasi pemberian obat

paracetamol setelah 4 jam, jika

demam masih ada

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 66: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 3

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 08 Mei 2013 Diagnosa Medis : Dehidrasi ringan sedang

Nama Klien/Usia : An. A/ 9 bulan Ruangan : Teratai 3 selatan, ruang 323

Waktu Diagnosa Keperawatan Kriteria Evaluasi Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

Risiko defisit volume cairan

tubuh

Data Subjektif :

- keluarga mengatakan

bahwa klien muntah susu

satu kali

- Keluarga mengatakan

bahwa klien BAB 7 kali

cair

-

Data objektif:

- Kulit dan mukosa lembab

- Turgor kulit baik

- Klien tampak sering

berkeringat dan menangis

terus

- N:110 kali/menit

- Suhu: 38,3 0C

- Intake klien selama 8 jam:

ASI dan air putih

- Output klien:[ (Urin BAB

= 450) + IWL (66,7 cc/ 8

jam)] = 516,7 cc.

- Klien tampak kehausan,

kuat dalam menghisap

ASI

Dalam 3 hari interaksi, klien

akan:

1. Diperoleh informasi

mengenai faktor-faktor

yang dapat menyebabkan

defisit volume cairan

2. Menunjukkan perubahan

perilaku untuk mencegah

timbulnya defisit volume

cairan yang sesuai

ditandai dengan

kulit hangat;

denyut nadi dalam

rentang normal

(100-160

kali/menit); tanda-

tanda vital dalam

rentang normal

(temperatur: 360C

– 37,50C, RR: 30-

60 kali/menit);

tk. Kesadaran klien

compos mentis;

balance

intake/output;

turgor kulit baik

CTR < 3”

Tidak muntah/diare

Intake minimum ±

690 cc (BB= 6,9

Kg)

Penurunan BB < 5%

1. Mengkaji kondisi umum pasien:

derajat kesadaran

2. Mengobservasi tanda-tanda vital (

TD, Suhu,Nadi,RR )

3. Mengobservasi tanda-tanda

dehidrasi (kulit kering, turgor kulit

inelastic, mukosa bibir kering, mata

cekung)

4. Monitor frekuensi muntah dan diare

5. Mengobservasi tetesan infus dan

lokasi penusukan jarum infus

6. Monitoring intake dan output

cairan, balance cairan

7. Melakukan terapi pijat pada pagi

hari

8. Memonitor hasil lab

9. Kolaborasi untuk program

theraphy: memberikan theraphy

cairan dan obat (zinc, L-Bio,

paracetamol syrup)

S:

Ibu klien mengatakan, “ anak mau

minum ASI tapi rewel terus, nangis”

O:

N: 112 kali/menit

Suhu: 37,6 0C

RR: 32 kali/menit

I= ASI + air putih (tidak terukur)

O= (Urin + BAB) +IWL

O= 280 + 66,7 = 346,7 cc/8 jam

BAB menurun jadi 1 kali

Turgor kulit baik

CRT< 2”

Mukosa bibir lembab

Tidak ada muntah

Cekung di kelopak mata tidak ada

A: Masalah teratasi

P:

Observasi tanda-tanda dehidrasi

Obsrvasi frekuensi muntah dan

diare

Monitoring intake dan output

Monitoring tanda-tanda vital

Pemberian terapi pijat sore hari

Kolaborasi obat antimual: ranitidin

Monitor hasil laboratorium,

terutama hematologi dan elektrolit

darah

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 67: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Lampiran 3

dari BB awal

Hb rentang normal

(10 – 17 g/dl

Ht dalam rentang

normal (33-46 %)

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 08 Mei 2013 Diagnosa Medis : Dehidrasi ringan sedang

Nama Klien/Usia : An. A/ 9 bulan Ruangan : Teratai 3 selatan, ruang 323

Waktu Diagnosa Keperawatan Kriteria Evaluasi Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf

Potensial peningkatan

pengetahuan tentang informasi

penyakit diare dan pencegahan

diare berulang

Data Subjektif :

- Ibu mengatakan, “

Saya gak ngerti gimana

anak saya bisa kena diare

ya padahal Cuma minum

ASI dan susu formula”

Data objektif:

- Ibu tampak masih

memberikan susu formula

yang telah dibuat

sebelumnya

Dalam 3 hari interaksi, Ibu

klien akan:

1. Menyebutkan

pengertian diare,

penyebab diare, tanda

dan gejala diare,

komplikasi jika diare

tidak diatasi, cara

pencegahan, dan cara

perawatan anak dengan

diare

2. Mendemonstrasikan

perilaku mencuci tangan

dengan baik

3. Mendemonstrasikan

cara pengolahan susu

formula dan menjaga

kebersihan botol susu

1. Mengkaji tingkat pengetahuan Ibu

tentang diare

2. Menjelaskan dengan leaflet dari

R.S tentang diare

3. Mendiskusikan ulang jika ada

pertanyaan atau sesuatu yang

belum dimengerti Ibu

4. Mendemonstrasikan cara mencuci

tangan dengan enam langkaj

5. Menganjurkan ibu intuk

meredemonstrasikan mencuci

tangan dengan enam langkah

menggunakan handrub

6. Menjelaskan cara pengolahan susu

formula yang baik, yaitu dalam

keadaan hangat dan tidak boleh

diberikan setelah lebih dari 30

menit. Botol susu perlu dimasak

dalam air mendidih untuk menjaga

kebersihan dari kuman.

S:

Ibu klien mengatakan, “ diare itu,

kalo anak BAB cair lebih dari 3

kali/hari, penyebabnya bisa dari

kuman, bakteri, dan virus. Kalo diare

teru-terusan anak bisa pingsan,

kekurangan cairan. Agar anak tidak

diare ya harus jaga kebersihan

makanan”

O:

Ibu klien bisa menjawab pengertian

diare dengan benar

Ibu klien dapat menjawab dua dari

empat penyebab diare

Ibu klien dapat menjawab 2 dari 4

komplikasi diare

Ibu klin bisa menjawab 1 dari 5 cara

pencegahan diare

A: masalah teratasi sebian

P:

Pemberian pendidikan kesehatan

ulang

Pemberian leaflet untuk ibu

Observasi ibu ketika membuat

susu formula

Observasi mencuci tangan ibu

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 68: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

Web of Causation : DiareWeb of Causation : DiareWeb of Causation : Diare Faktor Pendukung:

Ketidakadekuatan sanitasi (Kontaminasi air dan ku-rangnya pengaliran air bersih melalui pipa)

Kurangnya kesadaran perilaku mencuci tangan

Tingkat pengetahuan ibu ten-tang cara penularan diare

Buruknya pengolahan pembu-angan sampah public

Vaksinasi Rotavirus rutin be-lum menjadi program kesehatan

AKUT KRONIK

Infeksius Non-infeksius

Proses penyakit

Medikasi

Abnormalitas

genetik

Durasi Penyakit Karakteristik Tinja

Mekanisme Patologis

Sekretori Osmosis

Berair Darah Berlemak

Bakteri, Virus, Jamur, Parasit

Masuk usus & berkembang

Reaksi inflamasi

Endotoksin merusak mukosa

Proses Absorbsi normal usus

terganggu

Hipersekresi air dan

elektrolit

Medikasi (Antibiotik) Malabsorbsi Karbohid-

rat, Protein, Lemak

Psikologi Ggn. Peristaltik

Peningkatan pergeseran elektrolit & air

di usus

Membuat Tekanan (-) di

usus

Eradikasi flora normal Cemas

Rangsan-

gan saraf

simpatis

Hiperperi-

staltik

Hipoperi-

staltik

Penurunan

Absorbsi

normal

Tempat

pertum-

buhan bak-

Endotoksin merusak

mukosa usus

Hipersekresi air dan

elektrolit

Peningkatan isi usus

Peningkatan frek-

uensi BAB Iritasi Kulit

Tubuh kehilangan

cairan & elektrolit

>>>

Penurunan CES

Penurunan CIS

Turgor kulit

menurun

Kehilang Na+, K+, HCO3-

Asidosis

Metab. (

pH,

Pernapasan

Aktivasi sys-

tem RAA

Produksi Urin

Gagal ginjal

Gangguan Sirkulasi

Perfusi jaringan

Hipoksia, Sianosis, Akral

dingin, TD , CRT > 3” Syok

Kerusakan Mukosa usus

Nyeri Akut

Kerusakan

integritas

kulit

Distensi Abdomen

Mual & Muntah

Alkalosis Metab ( (pH,

HCO3)

Muntah >>

Asidosis

Metabolik

Nafsu Makan

BB

Ketidakseimbangan nutrisi

< dari keb. tubuh

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013

Page 69: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351572-PR-Mariska.pdf · sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. ... Diare menempati urutan

BIODATA DIRI

Nama : Mariska Iriyanti

TTL : Cirebon, 30 Maret 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Rumah : Jalan Sunan Gunung Jati Desa Pasindangan Gg. KPN

RT/RW: 04/05 No. 43 Kec. Gunung Jati Cirebon 45151

Alamat Kost : Kost Nugraha Pratama Jalan Stasiun No. 32 Pondok Cina

No. Telepon : 085716634878

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan Formal

SDN Pasindangan 2 (1995-2001)

SMP Negeri 2 Kota Cirebon (2001-2004)

SMA Negeri 1 Kota Cirebon (2004-2007)

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (2007-2013)

Analisis praktik ..., Mariska, FIK UI, 2013