KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf ·...

164
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL DI RUANG PENYAKIT DALAM LANTAI 7 ZONA A RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO KARYA ILMIAH AKHIR NERS NI PUTU EKA ROSMALA DEWI 0806457294 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI ILMU KEPERAWATAN DEPOK JULI 2013 Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Transcript of KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf ·...

Page 1: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN

MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL

DI RUANG PENYAKIT DALAM LANTAI 7 ZONA A

RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

NI PUTU EKA ROSMALA DEWI

0806457294

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI ILMU KEPERAWATAN

DEPOK

JULI 2013

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 2: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

i

UNIVERSITAS INDONESIA

Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan

pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Penyakit Dalam

Lantai 7 Zona A RSUPN Cipto Mangunkusumo

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

NI PUTU EKA ROSMALA DEWI

0806457294

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM NERS ILMU KEPERAWATAN

DEPOK

JULI 2013

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 3: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmia Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Ni Putu Eka Rosmala Dewi

NPM : 0806457294

Tanda Tangan :

Tanggal : 9 Juli 2013

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 4: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

iii

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 5: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.

Penulisan karya ilmiah akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk memenuhi tugas akhir dalam mencapai gelar Ners . Saya menyadari

bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan

sampai penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk

menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Ibu Dewi Irawaty selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia;

2. Ibu Tuti Nuraini selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan

waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini;

3. Ibu Riri Maria, selaku koordinator mata ajar yang telah menyediakan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan selama penyusunan

dan pelaksanan mata ajar karya ilmiah akhir Ners ini.

4. Ibu Yeane Anastania selaku pembimbing ruangan yang senantiasa

menyediakan waktu untuk membimbing saya dan teman-teman.

5. Kakak-kakak perawat lantai 7 Zona A RSUP Cipto Mangunkusumo yang

sabar mengajari dan memotivasi untuk berani mencoba.

6. Orang tua saya (Bapak Suadnyana dan Ibu Pusparini), adik- adik saya(

Lode, Komang, dan Dek Tut), keluarga kedua di Jakarta dan Bogor (Bu

De, Pak Made, Bu Tu, Pak Gede), sepupu- sepupu, dan seluruh keluarga

besar saya di Bali yang tiada hentinya memberikan dukungan material dan

moral;

7. Teman-teman Profesi angkatan 2008 yang memberikan saya semangat

yang luar bisa untuk berjuang dalam menyelesaikan profesi ini.

Terimakasih teman-teman membuat saya memiliki pengalaman yang baru

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 6: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

v

dan menjadi saya yang lebih “bercorak”. Saya akan sangat merindukan

kebersamaan kita.

8. Sahabat saya Darmawan yang selalu setia dan sabar mendengarkan keluh-

kesah saat menjalani profesi.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir Ners ini

dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Depok, 9 Juli 2013

Penulis

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 7: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Uviversitas Indonesia, saya yang bertanda tangan

dibawah ini:

Nama : Ni Putu Eka Rosmala Dewi

NPM : 0806457294

Program Studi :Profesi Ners

Fakultas : Ilmu Keperawatan

Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalty

Free Right) atas karya ilmiah akhir Ners saya yang berjudul:

“Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada

Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Penyakit Dalam Lantai 7 Zona A RSUP

Cipto Mangunkusumo ” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan

Hak Bebas Royalti Noneklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal: 9 Juli 2013

Yang menyatakan

(Ni Putu Eka Rosmala Dewi )

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 8: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

vii

ABSTRAK

Nama : Ni Putu Eka Rosmala Dewi

Program Studi: Ners Ilmu Keperawatan

Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Perkotaan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Penyakit Dalam

Lantai 7 Zona A RSUPN Cipto Mangunkusumo

Pembatasan cairan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi

kelebihan volume cairan akibat penurunan fungsi ginjal. Pembatasan cairan

merupakan hal yang terberat yang dialami pasien gagal ginjal kronik selama

menjalani hidup dengan hemodialisa. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan

evidence based practice dari jurnal ilmiah. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk

menerapkan cognitive behavioral therapy terkait intervensi pembatasan cairan pada

penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Hasil menunjukkan

cognitive behavioral therapy efektif dalam meningkatkan kepatuhan pasien dalam

melakukan pembatasan cairan. Pasien menunjukkan berat badan yang stabil, balance

cairan seimbang, dan menunjukkan minat dan motivasi untuk melakukan pembatasan

cairan.

Kata kunci:

Cognitive behavioral therapy; gagal ginjal kronik,; hemodialisa, pembatasan cairan.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 9: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

viii

ABSTRACT

Name :Ni Putu Eka Rosmala Dewi

Study Programe :Ners Science Nursing

Title : Analysis of Clinical Nursing Practice of Urban Public Health

in Patients of Chronic Kidney Disease in Internal Medicine

Room Care 7th Floor Zone A RSUPN Cipto Mangunkusumo

Fluid restriction is one of the means used to reduce excess fluid volume due to

decreased renal function.Fluid restriction is the hardest part of patient’s life with

during hemodialysis. This papers is to use evidence-based practice of scientific

journals. This papers is aim to apply cognitive behavioral therapy interventions

related to fluid restriction in patients with CKD stage 5 undergoing hemodialysis.

The results showed cognitive behavioral therapy is effective in improving patient

compliance in conducting fluid restriction. Patients showed a stable weight, balance

fluid balance, and show an interest and motivation to perform fluid restriction.

Keywords:

Chronic kidney disease; cognitive behavioral therapy; hemodialysis; fluid restriction.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 10: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................

KARYA ILMIAH ............................................................................................ vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

ABSTRACT ..................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 7

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 8

2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9

2.1 Gagal Ginjal Kronik ........................................................................... 9

2.1.1 Definisi ..................................................................................... 9

2.1.2 Etiologi dan Faktor Risiko ....................................................... 9

2.1.3 Patofisiologi ............................................................................ 10

2.1.4 Manifestasi Klinis ................................................................... 12

2.1.5 Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis ..................................... 13

2.1.5.1 Tindakan Konservatif ................................................. 14

2.1.5.1.1 Upaya Mempertahankan Fungsi Ginjal ...... 14

2.1.5.1.2 Meringankan Komplikasi Ekstrarenal........ 16

2.1.5.1.3 Peningkatan Nilai Biokimia Tubuh ............. 18

2.1.5.1.4 Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup ......... 20

2.2 Cognitive Behavioral Therapy (CBT)............................................... 21

2.2.1 Definisi ................................................................................... 21

2.2.2 Tujuan ..................................................................................... 22

2.2.3 Prinsip Pelaksanaan ............................................................... 23

2.2.4. Penggunaan CBT dalam Pembatasan Cairan ........................ 25

3. ANALISIS KASUS KELOLAAN UTAMA ...................................... 28

3.1 Pengkajian Keperawatan .................................................................. 27

3.2 Analisis Data ..................................................................................... 51

3.3 Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 56

3.4 Rencana Asuhan Keperawatan.......................................................... 57

3.5 Evaluasi ............................................................................................ 71

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 11: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

x

4. ANALISA SITUASI .............................................................................. 94

4.1 Profil Lahan Praktek ......................................................................... 94

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP

dan Konsep Kasus Terkait ................................................................ 97

4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan

Konsep dan Penelitian Terkait .......................................................... 98

4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan .................................. 105

5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 106

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 106

5.2 Saran ................................................................................................. 106

5.2.1 Bidang Pelayanan Kesehatan ................................................... 106

5.2.2 Bidang Pendidikan .................................................................... 107

5.2.3 Penulisan Karya Ilmiah Selanjutnya ......................................... 107

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 108

LAMPIRAN

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 12: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tahapan Gagal Ginjal Kronik ....................................................... 12

Tabel 2.2 Manifestasi klinis sindrom uremikum pada gagal ginjal kronik ... 13

Tabel 3.1 Rencana Asuhan Keperawatan ……………………………………57

Tabel 3.2 Evaluasi Keperawatan ................................................................... 71

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 13: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Catatan Perkembangan

Lampiran 2:Leaflet Gagal Ginjal Kronik

Lampiran 3: Leaflet Hemodialisa

Lampiran 4: Daftar Riwayat Hidup

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 14: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

1 Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Penyakit gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat

progresif dan irreversible. Penurunan kemampuan filtrasi pada penyakit gagal

ginjal kronik (Glomerular Filtration Rate/GFR) kurang dari 60 ml/min/1,73 m2

(Black and Hawk, 2005). Ginjal mengalami penurunan kemampuan dalam

melakukan fungsi metabolisme, keseimbangan cairan, dan elektrolit. Penyakit

gagal ginjal kronik dibagi menjadi tahap 1- 5. Penyakit gagal ginjal kronik yang

berada pada tahap 5 disebut gagal ginjal kronik tahap akhir (end stage renal

disease).

Penyakit gagal ginjal kronik merupakan salah satu masalah kesehatan yang

dihadapi oleh berbagai negara di dunia. American Kidney Fund melaporkan

jumlah penderita penyakit gagal ginjal kronik pada tahun 2011 diperkirakan

mencapai 31 juta penderita atau sekitar 10% dari jumlah penduduk Amerika

Serikat. Laju prevalensi (prevalent rate) penyakit gagal ginjal kronik meningkat

600% dari tahun 1980- 2009 di Amerika Serikat. Angka kejadian gagal ginjal

kronik meningkat pada orang yang berumur 65 tahun ke atas.

The Centers for Disease Control and Prevention (2010) menyatakan bahwa

penyakit gagal ginjal kronik menduduki urutan ke 8 penyebab kematian terbanyak

di Amerika Serikat. Jumlah penderita gagal ginjal kronik di Australia juga

mengalami peningkatkan. Jumlah penderita gagal ginjal kronik di Australia

diperkirakan mencapai 1,7 juta jiwa pada tahun 2011 (Kidney Health Australia,

2011)

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 15: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

2

Universitas Indonesia

Yayasan Peduli Ginjal (Yadugi) mencatat 40.000 penderita penyakit gagal

ginjal kronik tahun 2008. Jumlah penderita mengalami kenaikan menjadi 70.000

jiwa pada tahun 2010 (Yadugi 2008, dalam Wahyuningsih, 2011). Berdasarkan

data rekam medik prevalensi penyakit gagal ginjal kronik di Indonesia mencapai

6,2% atau 104 ribu jiwa dari populasi penduduk Indonesia (Suharjono, 2008 ).

Menurut data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006, penyakit gagal ginjal kronik

menempati urutan ke 6 penyebab kematian pasien yang dirawat di rumah sakit di

Indonesia (Kemenkes, 2008 dalam Hadayati, 2012). Berdasarkan data rekam

medik RSUPN Cipto Mangunkusumo mencatat jumlah penderita gagal ginjal

kronik tahun 2012 mencapai 535 penderita.

Penyebab timbulnya penyakit gagal ginjal kronik antara lain diabetes

mellitus,glomerulonefritis, pyelonephiritis, batu ginjal,penyakit pembuluh darah

ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes

mellitus merupakan penyebab utama penyakit gagal ginjal kronik yang terjadi di

negara bagian barat. 20-30% dari akibat diabetes mellitus tipe 1 dan 2

menyebabkan nefropati (American Diabetes Association, 1999 dalam Thomas,

2004). United State of Renal System melaporkan bahwa penderita diabetes,

hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler memiliki risiko 2-3 kali mengalami

penyakit gagal ginjal kronik dibandingkan penderita penyakit lain. Penderita

penyakit gagal ginjal kronik juga rentan terjadi pada orang yang berusia 65 tahun

ke atas.

Diabetes dan tekanan darah tinggi dapat disebabkan oleh gaya hidup yang

kurang sehat. Konsumsi makanan secara berlebihan dan konsumsi garam yang

berlebihan. Konsumsi minuman pewarna, obat-obatan penambah stamina, dan

obat-obatan dalam waktu lama dapat meningkakan risiko kerusakan ginjal.

Indonesia merupakan negara tropis yang membuat rentan terjadi dehidrasi.

Kurang mengkonsumsi air sesuai kebutuhan berisiko meningkatkan risiko

kerusakan ginjal (Wibowo, 2010).

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 16: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

3

Universitas Indonesia

Penderita penyakit kronis umumnya mengalami perubahan psikososial dan

spiritual. Perubahan biologis yang dialami penderita gagal ginjal kronik

diantaranya pembatasan cairan dan diet, risiko terjadi anemia, risiko terjadinya

adanya gangguan tulang, mual muntah, gangguan tidur, disfungsi seksual, dll.

Penelitian yang dilakukan oleh Mok et all (2004) menunjukkan perubahan

psikologis yang dialami penderita yang ginjal kronik mengalami reaksi

emosional seperti tidak berguna, bersalah, takut, marah, dan merasa tidak

berdaya.

Reaksi emosional awal yang biasanya dilakukan oleh penderita yang baru

didiagnosa mengalami penyakit gagal ginjal kronik adalah tidak ada harapan,

menangis, dan menarik diri dari lingkungan sosial. Perubahan spiritual

diantaranya penderita gagal ginjal kronik cenderung menyalahkan dan

menganggap Tuhan tidak adil sehingga malas untuk menjalankan ibadah

(Setyaningsih, 2011).

Tindakan medis yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak penurunan

kemampuan ginjal adalah hemodialisa dan transplantasi ginjal. Prevalensi

penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Amerika

Serikat mencapai 398. 861 penderita gagal ginjal kronik dan 172.553 penderita

yang menjalani transplantasi ginjal pada akhir tahun 2009. (National Kidney and

Urologic Disease Information Clearinghouse / NKUDIC, 2009).

Pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa

mengakibatkan terjadinya insomnia, kecemasan, keputusasaan, ketidakberdayaan,

penurunan motivasi hidup, gangguan citra tubuh, dan mengalami harga diri

rendah situasional (Black & Hawk, 2005). Penelitian yang dilakukan Rocco, dkk

1997 (dalam Black & Hawk, 2005). menemukan bahwa penderita gagal ginjal

kronik yang mengalami hemodialisa mengalami penurunan kualitas hidup dan

mengalami distress psikologi. Penderita yang menjalani hemodialisa memiliki

kemungkinan perubahan gaya hidup seperti penurunan status keuangan,

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 17: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

4

Universitas Indonesia

pembatasan makanan dan cairan, perubahan peran dan tanggung jawab dalam

keluarga, dan penurunan kemampuan dalam mencapai tujuan jangka panjang

(Fowler & Baas, 2006). Penelitian lain menemukan bahwa sebagian besar

penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mengalami depresi dan

gangguan emosional yang mempengaruhi dengan kualitas hidup penderita

(Fowler & Baas, 2006).

Pembatasan cairan merupakan salah satu tantangan terberat bagi penderita

gagal ginjal kronik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fowler & Baas (2006)

menemukan salah satu penyebab depresi dari penderita gagal ginjal kronik adalah

adanya restriksi atau pembatasan cairan. Berdasarkan studi literatur yang

dilakukan oleh JohnStone & Halshaw( 2003) menemukan 10 - 42% dari penderita

penyakit gagal ginjal kronik dikategorikan tidak patuh terhadap pembatasan

cairan. Sebagian besar penderita gagal ginjal kronik menyatakan bahwa

pembatasan cairan merupakan hal yang terberat selama menjalani hidup dengan

hemodialisa (Tovazzi & Mazzoni, 2012).

Pembatasan cairan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

mengurangi kelebihan volume cairan akibat penurunan fungsi ginjal. Jumlah

cairan yang diminum penderita gagal ginjal kronik harus mendapatkan

pengawasan yang ketat. Dampak dari ketidakpatuhan dalam melakukan

pembatasan cairan pada penderita yang menjalani hemodialisa mengakibatkan

kenaikan interdialytic weight gain. Nilai interdialytic weight gain yang dapat

ditoleransi sekitar 2-3 pon atau sekitar 0,9 – 1,3 kg (Black & Hawks, 2005).

Interdialytic Weight Gain (IDWG) merupakan peningkatan volume cairan

tubuh. Peningkatan volume cairan dapat terlihat dari adanya peningkatan berat

badan. Peningkatan IDWG melebihi 5% dari berat badan kering dapat

menyebabkan berbagai komplikasi seperti hipertensi, hipotensi intradialis, gagal

jantung kiri, asites, efusi pleura, gagal jantung kongestif, dan dapat menyebabkan

kematian (Black & Hawks, 2005). Prevalensi kenaikan IDWG di beberapa negara

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 18: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

5

Universitas Indonesia

mengalami peningkatan sekitar 9,7%- 49,5% di Amerika Serikat dan 9,8% - 70%

di Eropa (Kugler, et all, 2005). United State Renal Data System (USRDS, 2012)

melaporkan peningkatan angka kematian pada penderita gagal ginjal kronik yang

disebabkan peningkatan IDWG yang melebihi 4.8% dari total berat badan.

Penelitian terkait kepatuhan penderita gagal ginjal kronik terhadap

pembatasan cairan telah banyak diteliti. Penelitian Kugler, et all (2005)

menjelaskan pembatasan cairan merupakan suatu hal yang sangat sulit bagi

pasien yang menjalani hemodialisa. Penelitian ini menggunakan instrument

DDFQ (Dialysis Diet and Fluid Nonadhhernce Questionnaire) menunjukkan

sebanyak 76,4% (n=916) pasien mengalami kesulitan dalam pembatasan cairan.

Tovazzi dan Mazzoni (2012) menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap

pembatasan cairan berkaitan dengan motivasi individu, kontrol emosi,

pengalaman pribadi, waktu, dan motivasi dari orang lain. Hasil penelitian ini juga

menunjukkan bahwa penderita gagal ginjal kronik yang menjadi koresponden

dalam penelitian ini setuju bahwa setiap orang harus menemukan cara sendiri

untuk patuh kepada untuk melakukan pembatasan cairan. Informasi dari tenaga

kesehatan bermanfaat untuk memperkuat pemahaman dan meningkatkan kontrol

diri.

Penelitian terkait strategi yang dapat digunakan untuk dapat meningkatkan

kepatuhan untuk melakukan pembatasan minum adalah penelitian yang dilakukan

oleh Joshtone dan Halshaw. Penelitian ini menggunakan pendekatan cognitive

behavioral therapy (CBT). Penelitian ini menunjukkan peningkatan kemampuan

manajemen cairan dari para koresponden penelitian. Koresponden menunjukkan

penurunan volume cairan (intradialytic weight gains/ IDWG hingga 24% selama

mengikuti CBT hingga 6 minggu.

Cognitive behavioral therapy (CBT) merupakan gabungan dari dua jenis

psikoterapi yaitu terapi kognitif dan perilaku (Bush, 2005 dalam Setyaningsih,

2011). Tujuan dari terapi CBT (Stallard, 2002 dalam Setyaningsih, 2011) adalah

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 19: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

6

Universitas Indonesia

untuk meningkatkan kesadaran diri, memfasilitasi pemahaman diri yang lebih

baik, dan untuk meningkatkan kontrol diri dengan mengembangkan ketrampilan

kognitif dan perilaku yang tepat. CBT membantu untuk mengidentifikasi pikiran-

pikiran dan kepercayaan yang negatif, bias, dan kritik diri. Terapi perilaku

mengarajrkan klien untuk meningkatkan harga diri dengan cara memahami

hubungan antara berpikir, perasaan, dan perilaku.

Kepatuhan terkait pembatasan cairan merupakan salah satu bentuk

tanggung jawab, maka harus didukung oleh pemahaman yang memadai tentang

penyakit gagal ginjal kronik dan perawatannya. Salah satu peran perawat dalam

diperlukan untuk memberikan pemahaman terkait penyakit dan perawatannya.

Perawat berperan dalam mengkaji kesulitan penderita gagal ginjal kronik terkait

pembatasan cairan. Strategi yang dapat dikembangkan adalah membantu

penderita gagal ginjal kronik untuk memilih cara yang dirasa nyaman dan efektif

oleh penderita. Perawat dapat memotivasi penderita gagal ginjal kronik untuk

memperoleh kemampuan untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan

pribadi untuk dapat meningkatkan self efficacy. Peningkatan self efficacy

berpengaruh pada self management terkait penyakit gagal ginjal kronik

(Costantini, 2006 ).

1.2.RUMUSAN MASALAH

Penyakit gagal ginjal kronik merupakan salah satu masalah kesehatan yang

dihadapi oleh berbagai negara di dunia. Penyebab timbulnya penyakit gagal ginjal

kronik antara lain diabetes mellitus, glomerulonefritis, pyelonephiritis, batu

ginjal,penyakit pembuluh darah ginjal, dan hipertensi.

Penelitian menemukan bahwa sebagian besar penderita gagal ginjal kronik

yang menjalani hemodialisa mengalami depresi dan gangguan emosional yang

mempengaruhi dengan kualitas hidup penderita (Fowler & Baas, 2006). Sebagian

besar penderita gagal ginjal kronik menyatakan bahwa pembatasan cairan

merupakan hal yang terberat selama menjalani hidup dengan hemodialisa.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 20: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

7

Universitas Indonesia

Penelitian terkait strategi yang dapat digunakan untuk dapat meningkatkan

kepatuhan untuk melakukan pembatasan minum adalah penelitian yang dilakukan

oleh Joshtone dan Halshaw. Penelitian ini menggunakan pendekatan cognitive

behavioral therapy (CBT).

Peran perawat diperlukan untuk memberikan pemahaman terkait penyakit dan

perawatannya. Perawat berperan dalam mengkaji kesulitan penderita gagal ginjal

kronik terkait pembatasan cairan. Strategi yang dapat dikembangkan adalah

membantu penderita gagal ginjal kronik untuk memilih cara yang dirasa nyaman

dan efektif oleh penderita. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan strategi

pembatasan cairan pada penderita gagal ginjal kronik dengan menggunakan

cognitive behavioral therapy.

1.3.TUJUAN PENULISAN

1.3.1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan pasien dengan gagal ginjal kronik.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik

yang menjalani hemodialisa.

1.3.2.2. Mengetahui penerapan cognitive behavioral therapy untuk

pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa.

1.3.2.3. Mengetahui analisa masalah perkotaan pada klien dengan gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

1.3.2.4. Mengetahui keefektifan cognitive behavioral therapy untuk

pembatasan cairan pada klien dengan gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 21: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

8

Universitas Indonesia

1.4.MANFAAT PENULISAN

1.4.1. Lahan Praktek

Memberikan informasi kepada perawat mengenai asuhan keperawatan

dengan penyakit gagal ginjal kronik dan cognitive behavioral therapy yang

dapat dilakukan untuk melakukan pembatasan cairan pada penderita gagal

ginjal kronik. Diharapkan laporan ini dapat meningkatkan asuhan

keperawatan dengan penyakit gagal ginjal kronik khususnya.

1.4.2. Institusi Pendidikan

Memberikan gambaran pada mahasiswa mengenai penerapan cognitive

behavioral therapy yang dapat dilakukan untuk melakukan pembatasan cairan

pada penderita gagal ginjal kronik. Diharapkan institusi pendidikan dapat

mengajarkan dan melatih penerapan cognitive behavioral therapy pada

mahasiswa.

1.4.3. Penulisan Karya Ilmiah selanjutnya

Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan terkait

pengembangan strategi intervensi keperawatan mengenai pembatasan cairan

pada penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa pada

khususnya.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 22: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

9 Universitas Indonesia

BAB 2

STUDI KEPUSTAKAAN

2.1 Gagal Ginjal Kronik

2.I.1 Definisi

Gagal ginjal kronik merupakan ganggguan fungsi ginjal yang bersifat

progresif dan irreversible. Penurunan kemampuan ginjal dalam

mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta

mempertahankan metabolism. Keadaan tersebut dapat menyebabkan

retensi urea dan sampah nitrogen lainnya di dalam darah (Smeltzer &

Bare, 2005). Penyakit ginjal juga didefinisikan sebagai penurunan dari

fungsi jaringan ginjal secara progresif yang mengakibatkan penurunan

kemampuan dalam mempertahankan lingkungan internal tubuh (Black

& Hawks, 2005). Penyakit gagal ginjal kronik menurut Kidney Disease

Outcome Quality Initiative (KDOQI, 2002) adalah terjadinya kerusakan

ginjal yang ditunjukkan dengan adanya penurunan laju filtrasi

glomerulus kurang dari 60ml/menit/1,73m2, adanya proteinuria, dan

pemeriksaan darah dan diagnostik lain yang abnormal dalam waktu 3

bulan.

2.I.2 Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab penyakit gagal ginjal kronik yang paling banyak antara lain

glomerulonefritis kronik (24%), nefropati diabetik (25%), nefrosklerosis

hipertensif (9%), penyakit ginjal polikistik (8%), pielonefritis kronis dan

nefritis intersisial lain (8%) (Brenner & Lazarus dalam Price & Wilson,

2006). Penyebab gagal ginjal kronik yang paling sering dapat dibagin

menjadi menjadi 8 kelas yaitu penyakit infeksi tubulointersisial,

penyakit peradangan, penyakit vaskular hipertensif, penyakit jaringan

ikat, ganggunan kongenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 23: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

10

Universitas Indonesia

toksik, dan nefropati obstruktif (Hidayati, 2012). Terdapat 8 kelas

tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini

Tabel 2.1. : Klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik

2.I.3 Patofisiologi

Dua adaptasi penting yang dilakukan ginjal sebagai respon

kompensasi terhadap penurunan nefron secara progresif diantaranya

hipertrofi dan peningkatan kecepatan filtrasi, dan peningkatan tekanan

hidrostatik kapiler glomerulus. Sisa nefron yang ada mengalami

No Klasifikasi Penyakit

1. Penyakit tubulointersisial Infeksi pielonefritis atau refluks nefropati

2. Penyakit peradangan Glomerulonefritis

3. Penyakit vaskular hipertensif Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis

maligna, stenosis arteri renalis

4. Gangguan jaringan ikat Lupus erimatosus sistemik, poliartritis

nodosa, sklerosis sistemik progresif

5. Gangguan kongenital dan

herediter

Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus

ginjal

6. Penyakit metabolik Diabetes mellitus, gout,

hiperparatiroidisme, amiloidosis

7. Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik, nefropati

timah

8. Nefropati obstruktif Traktus urinarius bagian atas: batu,

neoplasma, fibrosis, retoperitoneal.

Traktus urinarius bagian bawah: hipertrofi

prostat, striktur uretra, anomaly kongenita

leher vesika urinaria dan uretra.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 24: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

11

Universitas Indonesia

hipertrofi dalam usahanya mempertahankan fungsi ginjal secara optimal.

Hiperfusi glomerulus menyebabkan peningkatan kecepatan filtrasi,

beban solute dan reabropsi tubulus dalam setiap nefron. Proses

kompensasi ini dapat tidak dapat dipertahankan apabila kerusakan ginjal

mencapai di atas 75% dari jumlah nefron (Black &Hawk, 2005).

Gagal ginjal kronis berkaitan dengan penurunan progresif laju filtasi

glomerulus yang dibagi berdasarkan tahapan antara lain (Black & Hawk,

2005) adalah penurunan cadangan ginjal, insufiensi ginjal, gagal ginjal,

dan penyakit gagal ginjal stadium akhir.

Tahap penurunan cadangan ginjal terjadi penurunan laju filtasi

glomerulus mencapai 50% dari keadaan normal. Nefron yang normal

mengkompensasi nefron yang rusak. Selama tahap ini kreatinin serum

dan BUN dalam nilai normal dan bersifat belum ada manifestasi klinis

yang dirasakan penderita (asimtomatik). Pemerikasaan ginjal yang dapat

dilakukan untuk mengetahui penurunan cadangan ginjal adalah dengan

member beban pemekatan kerja yang berat pada ginjal seperti tes

pemekatan urin yang lama atau mengadakan tes GFR yang teliti.

Laju filtrasi turun hingga mencapai 20-35% dari normal pada tahap

insufiensi ginjal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami

kerusakan karena beban kerja yang berat. Penurunan kemampuan ginjal

ini mulai menyebabkan timbulnya akumulasi sampah sisa metabolik

yang menyebabkan peningkatan blood ureum nitrogen (BUN) dan

kreatinin serum. Pada tahap ini terdapat gejala nokturia dan poliuria.

Pada tahap gagal ginjal, nefron semakin banyak yang mati dan laju

filtrasi glomerulus sekitar 20%.

Penyakit gagal ginjal stadium akhir terjadi penurunan laju filtrasi

glomerulus kurang dari 5%. Hasil pemeriksaan diagnostik menemukan

jaringan parut dan atrofi pada tubulus ginjal. Ginjal tidak dapat lagi

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 25: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

12

Universitas Indonesia

mempertahankan fungsi sehingga penumpukan sesa metabolik di dalam

darah menjadi bertambah. Penurunan kemampuan ginjal memerlukan

tindakan hemodialisa atau transplantasi ginjal.

Tabel 2.2: Tahap-tahap dari gagal ginjal kronik

Tahap Gambaran GFR

Ml/min/1.73m2

1. Kerusakan sedikit dengan peningkatan laju

filtrasi

90

2. Penurunan fungsi ginjal kategori mild 60-89

3. Kerusakan gungsi ginjal kategori

moderate

30-59

4. Kerusakan fungsi ginjal kategori severe 15-29

5. Gagal ginjal yang membutuhkab dialysis

atau transplantasi

< 15

2.1.4. Manifestasi Klinis

Sindrom uremik merupakan suatu kumpulan gejala yang

disebabkan oleh penumpukan sampah metabolik berupa urea dan

nitrogen. Sindrom uremik ini muncul pada gagal ginjal tahap akhir

dimana terjadi laju filtrasi glomerulus hanya mencapai 5-10% (Price

& Wilson, 2006).

Dua kelompok gejala klinis pada sindrom uremikum yaitu

kegagalan fungsi ekskretori dan non eksretori (Black & Hawk, 2005).

Kegagalan fungsi ekskretori antara lain peningkatan reabropsi sodium,

penurunan eksresi sisa metabolik, penurunan eksresi kalium,

penurunan eksresi phospat, dan penurunan eksresi H+. Kegagalan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 26: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

13

Universitas Indonesia

fungsi non eksretori antara lain gangguan reproduksi, gangguan imun,

penurunan produksi eritropoetin, dan penurunan absopsi kalisum.

Tabel 2.2: Manifestasi klinis sindrom uremikum pada gagal ginjal kronik

(Black & Hawk, 2005)

Sistem Tubuh Manifestasi Klinis

Biokimia Asidosis metabolik, azotemia, retensi Na, hipermagnesia,

hiperuresemia.

Saluran Cerna Anoreksia, mual, muntah, nafas bau ammonia, mulut kering,

stomatitis

Perkemihan Poliuria berlanjut menuju oliguria lalu anuria, proteunuria

Metabolisme Sintesis abnormal hiperglikemia, peningkatan kadar

trigliserida

Muskuloskeletal Osteomalaisa, osteoporosis, osteoskeloris, kram otot, nyeri

otot.

Kardiovaskulaer Hipertensi, retinopati, disritmia, gagal jantung kongestif. 50-

65% kematian yag terjadi akibat komplikasi kardiovaskuler

Pernafasan Dispnea, pneumonitis, edema paru, pleuritis

Kulit Pruritus, kulit kering

Hematologi Anemia, resiko perdarahan, resiko infeksi, hemolisis

Neurologi Peripheral neuropati, lemah otot, mudah lupa, sulit

berkonsentasi, gangguan fungsi kognitif, koma.

Reproduksi Infertilitas, amenorrhea, menstruasi tidak teratur.

2.1.5 Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik

Penatalaksanaan penyakit gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi dua

tahap yaitu tindakan konservatif dan dialysis (Black & Hawk, 2005

dalam Hidayati, 2012)

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 27: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

14

Universitas Indonesia

2.1.5. 1 Tindakan Konservatif

Tujuan dari tindakan konservatif memperlambat

progress dari penyakit gagal ginjal kronik. Tindakan

konservatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan

kontrol tekanan darah dan pembatasan diet dan cairan. Lima

tujuan dari manajemen kesehatan antara lain mempertahankan

fungsi ginjal dan menunda waktu dialisa, meringankan

manifestasi dari ekstrarenal, meningkatkan nilai biokimia

tubuh, dan membantu untuk mencapai kualitas hidup yang

optimal bagi penderita gagal ginjal kronik (Black & Hawk,

2005).

2.1.5.1.1. Upaya mempertahankan fungsi ginjal

Upaya untuk mempertahankan fungsi ginjal dan

menunda waktu dialysis dapat dilakukan dengan melakukan

pengaturan tekanan darah, pengaturan diet protein dan

cairan. Pembatasan protein pada penderita gagal ginjal

kronik bertujuan untuk mengurangi kadar BUN, asupan

kalium dan fosfat, dan mengurangi produksi ion hydrogen

yang berasal dari protein. Hasil penelitian yang dilakukan

Zeller dan Jacobus tahun 1989 (dalam Suharyanto, 2002)

menemukan bahwa pembatasan protein dapat

memperlambat terjadinya gagal ginjal.

Pembatasan makanan tinggi protein sekitar 0,75g/kg

BB/hari pada pasien gagal ginjal kronik tahap 4 dan 5 yang

tidak menjalani dialysis dan 1,2g/kg bb/hari pada penderita

yang menjalani dialysis (Wrihgt & Jones, 2010). Protein

yang direkomendasikan untuk dikonsumsi berasal dari

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 28: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

15

Universitas Indonesia

protein nabati yang mengandung asam amino esensial dan

lebih sedikit hasil sampah nitrogen (Black & Hawks, 2005).

Diet rendah kalium yang dianjurkan adalah sekitar 40-

80 mEg/hari. Konsumsi buah-buahan yang mengandung

kalium tinggi seperti pisang dikurangi. Diet rendah natrium

yang dianjurkan 40-90 mEq/hari (1 - 2 gram natrium).

Asupan natrium yang berlebihan dapat menyebabkan retensi

cairan, edema perifer, edema paru, hipertensi, dan gagal

jantung kongestif.

Pengaturan cairan pada penderita gagal ginjal kronik

harus dipantau ketat. Parameter yang tepat untuk diikuti

selain data asupan dan pengeluaran cairan adalah pemantaun

berat badan harian. Aturan yang dipakai untuk menentukan

jumlah asupan cairan adalah jumlah urin yang dikeluarkan

selama 24 jam ditambahkan IWL (5-10/kg bb).

Pembatasan cairan merupakan salah satu tantangan

terberat bagi penderita gagal ginjal kronik. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Fowler & Baas (2006) menemukan

salah satu penyebab depresi dari penderita gagal ginjal

kronik adalah adanya restriksi atau pembatasan cairan.

Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh JohnStone

& Halshaw ( 2003) menemukan 10 - 42% dari penderita

penyakit gagal ginjal kronik dikategorikan tidak patuh

terhadap pembatasan cairan. Sebagian besar penderita gagal

ginjal kronik menyatakan bahwa pembatasan cairan

merupakan hal yang terberat selama menjalani hidup dengan

hemodialisa (Tovazzi & Mazzoni, 2012).

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 29: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

16

Universitas Indonesia

Pembatasan cairan merupakan salah satu cara yang

digunakan untuk mengurangi kelebihan volume cairan akibat

penurunan fungsi ginjal. Jumlah cairan yang diminum

penderita gagal ginjal kronik harus mendapatkan pengawasan

yang ketat. Dampak dari ketidakpatuhan dalam melakukan

pembatasan cairan pada penderita yang menjalani hemodialisa

mengakibatkan kenaikan interdialytic weight gain. Nilai

interdialytic weight gain yang dapat ditoleransi sekitar 2-3 pon

atau sekitar 0,9 – 1,3 kg (Black & Hawks, 2005)

Penelitian terkait kepatuhan penderita gagal ginjal kronik

terhadap pembatasan cairan telah banyak diteliti. Penelitian

Kugler, et all (2005) menjelaskan pembatasan cairan

merupakan suatu hal yang sangat sulit bagi pasien yang

menjalani hemodialisa. Penelitian ini menggunakan instrument

DDFQ (Dialysis Diet and Fluid Nonadhhernce Questionnaire)

menunjukkan sebanyak 76,4% (n=916) pasien mengalami

kesulitan dalam pembatasan cairan.

Tovazzi dan Mazzoni (2012) menyimpulkan bahwa

kepatuhan terhadap pembatasan cairan berkaitan dengan

motivasi individu, kontrol emosi, pengalaman pribadi, waktu,

dan motivasi dari orang lain. Hasil penelitian ini juga

menunjukkan bahwa penderita gagal ginjal kronik yang

menjadi koresponden dalam penelitian ini setuju bahwa setiap

orang harus menemukan cara sendiri untuk patuh kepada untuk

melakukan pembatasan cairan. Informasi dari tenaga kesehatan

bermanfaat untuk memperkuat pemahaman dan meningkatkan

kontrol diri.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 30: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

17

Universitas Indonesia

2.5.1.2. Meringankan Komplikasi Ekstrarenal

Meringankan komplikasi ekstrarenal bertujuan untuk

mengobati komplikasi yang disebabkan oleh penyakit gagal

ginjal kronik. Komplikasi yang dimaksud antara lain

hipertensi, hiperkalemia, anemia, asidosis, hiperfosfat, dan

hiperurisemia (Black & Hawk, 2005). Hipertensi dapat

dikontrol dengan pembatasan natrium dan cairan. Pemberian

obat antihipertensi antara lain metildopa, propanolol, klonidin,

captopril. Apabila penderita gagal ginjal kronik sedang

menjalani terapi hemodialisa, pemberian obat-obatan

antihipertensi dihentikan karena dapat mengakibatkan

hipotensi atau syok hipovolemik.

Komplikasi gagal ginjal hiperkalemia dan anemia.

Hiperkalemia merupakan salah satu komplikasi gagal ginjal

kronik karena dapat menyebabkan disaritmia atau aritmia.

Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian glukosa dan

insulim intavena, atau pemberian kalsium glukonas 10%.

Anemia pada gagal ginjal kronik dapat diatasi dengan

pemberian rekombinan eritropoetin, pemberian vitamin B12,

asam folat, dan transfusi darah.

Komplikasi gagal ginjal kronik asidosis metabolik dan

hiperurisemia. Asidosis metabolik yang terjadi pada ginjal

merupakan salah satu dampak penurunan kemampuan ginjal

untuk meskresikan H+

yang menyebabkan retensi H+ .

Pemberian natrium bikarbonat (bicnat) dapat mengatasi

keadaan asidosis metabolik. Pengobatan hiperurisemia yang

dapat digunakan antara lain alopurinol.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 31: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

18

Universitas Indonesia

2.1.5.1.3 Peningkatan Nilai Biokimia Tubuh

Peningkatan nilai biokimia tubuh dapat dilakukan

dengan menjalani dialysis, pengobatan, dan diet. Pengobatan

gagal ginjal stadium akhir adalah dialysis dan transplantasi

ginjal. Dialisis dapat digunakan untuk mengontrol uremia

dan persiapan fisik sebelum penderita gagal ginjal menjalani

transplantasi ginjal. 4 tujuan dasar dari terapi dialysis antara

lain untuk membuang sampah hasil metabolisme seperti urea

dan kreatinin, mempertahankan keseimbangan elektrolit

serum, mengkoreksi asidosis dalam darah, dan membuang

kelebihan cairan dalam tubuh.

Prinsip kerja terapi dialysis adalah ultrafiltrasi dan

difusi. Ultrafiltrasi mengacu pada perpindahan cairan dalam

pembuluh darah menggunakan prinsip tekanan onkotik dan

tekanan hidrostatik. Difusi merupakan perpindahan partikel

atau ion dari area yang memiliki konsentrai tinggi ke

konsentari lebih rendah. Terapi dialysis dibedakan menjadi

dua yaitu peritoneal dialysis dan hemodialis.

Hemodialis merupakan suatu proses yang digunakan

pada pasien dalam keadaan sakit akut atau memerlukan terapi

dialysis jangka pendek atau pasien yang mengalami gagal

ginjal kronik tahap akhir yang memerlukan terapi jangka

panjang atau bersifat permanen (Black & Hawk, 2005).

Hemodialisa bertujuan sama dengan terapi dialysis

pada umumnya. Cara kerja hemodialisis dengan prinsip

ultrafiltrasi, osmosis, dan difusi. Toksin dan sampah

metabolik dikeluarkan melalui proses difusi. Kelebihan

volume cairan dikeluarkan melalui proses osmosis.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 32: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

19

Universitas Indonesia

Komplikasi hemodialisa antara lain bersifat akut dan

kronis. Komplikasi akut hemodialisis antara lain hipotensi,

mual, nyeri kepala, kejang, hingga koma. Hipotensi dapat

disebabkan pergerakan darah ke luar sirkulasi menuju sirkuit

dialysis. Dialisis awal yang terlalu agresif dapat

menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan dialysis karena

perubahan osmotik di otak pada saat kadar ureum plasma

berkurang. Nyeri kepalaa selama dialysis dapat disebabkan

oleh efek vasodilator asetat. Rasa gatal selama atau sesudah

hemodialisa dapat disebabkan efek eksaserbasi pelepasan

histamine akibat reaksi alergi yang bersifat ringan terhadap

membaran dialysis.Kram otot yang terjadi selama dialysis

dapat disebabkan pergerakan elektrolit yang melewati otot

(Hidayati, 2012).

Komplikasi kronis yang paling sering muncul adalah

masalah akses untuk hemodialisa. Masalah akses seperti

thrombosis fistula, pembentukan aneurisma, dan infeksi,

terutama dengan graft sintetik atau akses vena sentral

sementara. Infeksi sistemik dapat timbul pada lokasi akses

atau didapat dari sirkuit dialysis. Transisi infeksi dapat

ditularkan melalui darah seperti virus hepatitis dan

HIV/AIDS( Black & Hawk, 2005).

Interdialytic weight gain (IDWG) merupakan salah satu

hal penting yang perlu diperhatikan pada penderita gagal

ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. IDWG

merupakan peningkatan volume cairan yang

dimanifestasikan dengan peningkatan berat badan sebagai

indikator untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk

selama periode interdialitik dan kepatuhan pasiem terhadap

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 33: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

20

Universitas Indonesia

pengaturan cairan pada pasien yang mendapatkan terapi

hemodialisa.

Peningkatan IDWG melebihi 5% dari berat badan

kering dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti

hipertensi, hipotensi intradialis, gagal jantung kiri, asites,

efusi pleura, gagal jantung kongestif, dan dapat

menyebabkan kematian (Black & Hawks, 2005). Prevalensi

kenaikan IDWG di beberapa negara mengalami peningkatan

sekitar 9,7%- 49,5% di Amerika Serikat dan 9,8% - 70% di

Eropa (Kugler, et all, 2005). United State Renal Data System

(USRDS, 2012) melaporkan peningkatan angka kematian

pada penderita gagal ginjal kronik yang disebabkan

peningkatan IDWG yang melebihi 4.8% dari total berat

badan. Nilai interdialytic weight gain yang dapat ditoleransi

sekitar 2-3 pon atau sekitar 0,9 – 1,3 kg (Black & Hawks,

2005).

Asupan cairan membutuhkan regulasi yang hati-hati

pada penderita gagal ginjal. Pengukuran berat badan harian

merupakan salah satu parameter yang penting untuk dipantau

selain catatan intake dan output cairan. Aturan yang dipakai

untuk menentukan jumlah asupan cairan adalah jumlah urin

yang dikeluarkan selama 24 jam ditambahkan IWL (5-10/kg

bb).

`2.1.5.1.4. Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup

Pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa

mengakibatkan terjadinya insomnia, kecemasan, keputusasaan,

ketidakberdayaan, penurunan motivasi hidup, gangguan citra

tubuh, dan mengalami harga diri rendah situasional (Black &

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 34: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

21

Universitas Indonesia

Hawk, 2005). Penelitian yang dilakukan Rocco, dkk (1997 dalam

Black & Hawk, 2005) menemukan bahwa penderita gagal ginjal

kronik yang mengalami hemodialisa mengalami penurunan

kualitas hidup dan mengalami distress psikologi.

Penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa

memiliki kemungkinan perubahan gaya hidup seperti penurunan

status keuangan, pembatasan makanan dan cairan, perubahan peran

dan tanggung jawab dalam keluarga, dan penurunan kemampuan

dalam mencapai tujuan jangka panjang (Fowler & Baas, 2006).

Penelitian lain menemukan bahwa sebagian besar penderita gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mengalami depresi dan

gangguan emosional yang mempengaruhi dengan kualitas hidup

penderita (Fowler & Baas , 2006).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Molzhan,dkk 1996 dalam

Black & Hawk, 2005 menekankan bahwa pandangan dan harapan

yang positif, dukungan sosial, dan pandangan subjektif terkait

status kesehatan berkaitan dengan kualitas hidup. Manajemen diri

(self management ) yang optimal juga berpengaruh pada kualitas

hidup pada penderita gagal ginjal kronik.

Manajemen diri merupakan usaha positif yang dilakukan

seseorang untuk mengatur dan menjaga dan berpartisipasi

terhadap pengobatan dan perawatan terkait penyakit, mencegah

komplikasi, mengontrol tanda gejala, dan mengurangi hal yang

dapat membahayakan hidupnya. Perawat dapat berperan dengan

mendukung manajemen diri penderita gagal ginjal kronik dengan

pemberian edukasi, menyusun program pelatihan bersama, dan

memberikan dukungan psikologis yang bersifat motivasi.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 35: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

22

Universitas Indonesia

2.2 Cognitive Behavioral Therapy

2.2.1. Definisi Cognitive behavioral therapy

Cognitive behavioral therapy merupakan terapi yang berfokus

terhadap perubahan pikiran dan perilaku seseorang. Cognitive

behavioral therapy menurut Oemarjoedi (2003) adalah terapi yang

digunakan untuk memodifikasi pikiran, perasaan, dan perilaku dengan

menekankan peran pikiran untuk menganalisa, memutuskan, bertanya,

berbuat, dan memutuskan kembali sesuatu dengan melakakukan

perubahan dari pikiran dan perasaan yang dapat membuat perubahan

perilaku dari negatif menjadi positif. British Assocation for Behavioral

and Cognitive Psychotherapies (dalam Setyaningsih, 2011)

menyebutkan bahwa cognitive behavioral therapy adalah terapi yang

dapat membantu individu untuk melakukan perubahan cara berpikir

dan perilaku yang bertujuan untuk membuat perasaan individu merasa

lebih baik.

2.2.2. Tujuan cognitive behavioral therapy

Tujuan dari cognitive behavioral therapy secara umum adalah

merubah pikiran dan perilaku pasien secara bersamaan. O’Donohue

dan Fisher (2012) menyebutkan bahwa cognitive behavioral therapy

bertujuan untuk membantu pasien untuk mengatasi masalah,

melakukan perubahan perilaku, lingkungan atau cara berpikir secara

langsung, dan meningkatkan kemampuan koping. pasien. Stallard

(2002, dalam Setyaningsih, 2011) menyebutkan tujuan keseluruhan

dari cognitive behavioral therapy adalah meningkatkan kesadaran diri,

memfasilitasi pemahaman diri yang lebih baik, dan meningkatkan

kontrol diri dengan mengembangkan keterampilan kognitif dan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 36: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

23

Universitas Indonesia

perilaku yang tepat. Cognitive behavioral therapy membantu pasien

untuk dapat mengidentifikasi pikiran- pikiran, kepercayaan yang

negatif, dan kritik diri.

Cognitive behavioral therapy umumnya digunakan pada

pasien- pasien yang mengalami masalah kejiwaan sepert kecemasan,

depresi, harga diri rendah, dan gangguan kejiwaan lainnya. Penyakit

kronis dan gangguan kejiwaan memiliki hubungan yang erat. Dimana,

penyakit fisik merupakan salah satu faktor dari munculnya gangguan

kejiwaan. Penggunaan cognitive behavioral therapy dapat ditujukan

pada pasien dengan masalah fisik seperti kesulitan dalam

menyesuaikan diri terhadap suatu penyakit, kesulitan unuk mematuhi

suatu terapi atau pengobatan, masalah- masalah yang berhubungan

dengan perilaku terkait penyakit, dan gangguan jiwa komorbiditas

(Halford & Brown, 2009).

2.2.3. Prinsip Pelaksanaan Cognitive behavioral therapy

Prinsip yang penting dalam cognitive behavioral therapy

adalah keyakinan bahwa pola pikir dan keyakinan mempengaruhi

perilaku dan perubahan kognitif yang pada akhirnya dapat

menghasilkan perubahan perilaku yang diinginkan (Dobson & Dazois,

2001 dalam Setyaningsih, 2011). Prinsip dasar dari cognitive

behavioral therapy adalah pikiran, perasaan, gejala fisik, dan perilaku

merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. (Halford &

Brown, 2009).

Teori cognitive behavioral meyakini bahwa pola pemikiran

manusia terbentuk melalui proses rangkaian stimulus- kognitif- respon

yang saling berikatan dan membentuk suatu jaringan dalam pikiran

manusia, dimana proses kognitif akan menjadi faktor penentu dalam

menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa, dan bertindak.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 37: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

24

Universitas Indonesia

Oemarjoedi (2003) menyebutkan bahwa cara individu menilai dan

mengintrepretasikan suatu kejadian akan mempengaruhi kondisi reaksi

emosional yang pada akhirnya akan mempengaruhi tindakan yang

akan dilakukan.

Stuart dan Laraia (2005) menyatakan bahwa strategi cognitive

behavioral therapy adalah menurunkan ansietas yang salah satunya

dengan cara latihan relaksasi, restrukturisasi kognitif dengan cara

melakukan monitor terhadap pikiran dan perilaku yang pada akhirnya

belajar perilaku baru seperti belajar token economy, role play, dan

social skills training. Proses cognitive behavioral modification

mengunakan teknik self instructional yang merupakan proses

merestrukturisasi sistem pikiran pasien. Pada tahap awal dari tahapan

perubahan perilaku adalah mengenali diri sendiri terkait cara berpikir,

merasa, dan bertindak, serta akibat dari tindakan yang dilakukan

terhadap orang lain.

Tahapan dari cognitive behavioral therapy adalah observasi

diri melalui proses pengkajian, membuat dialog internal baru, dan

belajar keterampilan (Setyaningsih, 2011). Pada tahap observasi diri,

pasien diminta mendengar dialog internal dalam diri mereka dan

mengenali karakteristik pernyataan negatif yang ada. Proses ini

melibatkan kegiatan meningkatkan sensitivitas terhadap pikiran,

perasaan, perbuatan, reaksi fisiologis, dan pola reaksi terhadap orang

lain. Tahap dialog internal memfokuskan untuk melatih pasien untuk

mengenali perilaku menyimpang, mencari kesempatan untuk

mengembangakan alternatif tingkah laku adaptif dengan cara merubah

dialog internal sehingga memunculkan dialog internal baru. Dengan

adanya dialog internal yang baru diharapkan dapat menghasilkan

tingkah laku baru yang akan memberikan dampak terhadap cara

berpikir pasien.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 38: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

25

Universitas Indonesia

Tahap terakhir adalah belajar keterampilan baru. Pada tahap

ini, pasien belajar mengatasi masalah dengan praktis dan dapat

diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Pada pelaksanaan cognitive

behavioral therapy juga penting untuk memperhatikan kesiapan diri

pasien agar dapat melakukan intervensi, memotivasi dirinya sendiri

untuk berubah, serta mampu menghadapi kemungkinan mengatasi

adanya hambatan dan kondisi yang tidak diinginkan selama sesi

pelatihan.

2.2.4. Penggunaan cognitive behavioral therapy dalam pembatasan cairan

Pembatasan cairan merupakan salah satu tantangan terberat

bagi penderita gagal ginjal kronik. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Fowler & Baas (2006) menemukan salah satu penyebab depresi

dari penderita gagal ginjal kronik adalah adanya restriksi atau

pembatasan cairan. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh

JohnStone & Halshaw( 2003) menemukan 10 - 42% dari penderita

penyakit gagal ginjal kronik dikategorikan tidak patuh terhadap

pembatasan cairan. Sebagian besar penderita gagal ginjal kronik

menyatakan bahwa pembatasan cairan merupakan hal yang terberat

selama menjalani hidup dengan hemodialisa (Tovazzi & Mazzoni,

2012).

Penelitian terkait strategi yang dapat digunakan untuk dapat

meningkatkan kepatuhan untuk melakukan pembatasan minum adalah

penelitian yang dilakukan oleh Joshtone dan Halshaw. Penelitian ini

menggunakan pendekatan cognitive behavioral therapy (CBT).

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 31 peserta dengan

sebagian besar responden (58%) berusia 41- 68 tahun yang menjalani

waktu dialysis rata-rata 1 - 2 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan focus group discussion. Strategi cognitive behavioral

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 39: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

26

Universitas Indonesia

therapy yang digunakan adalah dengan mengenalkan terkait

komplikasi dari kelebihan cairan, cara melakukan pembatasan cairan,

masalah-masalah yang dihadapi selama melakukan pembatasan cairan.

Keyakinan diri terkait program pembatasan cairan merupakan

hal yang penting. Pada penelitian ini awal dan akhir pelatihan peserta

diberikan pertanyaan mengenai kesanggupan untuk melakukan

perubahan. Pada awal pelatihan, 80% mengatakan perlu melakukan

perubahan perilaku untuk membatasi cairan dan hanya 20% yang

mengatakan sanggup untuk melakukan perubahan yang diinginkan.

Pertanyaan yang sama diajukan pada akhir sesi pelatihan 80% yang

menyatakan kesanggupan untuk melakukan perubahan.

Penelitian ini menunjukkan peningkatan kemampuan

manajemen cairan dari para koresponden penelitian. 65% responden

menunjukkan penurunan IDWG antara 8-17% dalam waktu enam

minggu setelah sesi pelatihan. Salah satu responden melaporkan

penurunan volume cairan (intradialytic weight gains/ IDWG hingga

24% selama mengikuti CBT selama 6 minggu setelah pelatihan.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap pembatasan

cairan berkaitan dengan motivasi individu, kontrol emosi, pengalaman

pribadi, waktu, dan motivasi dari orang lain. Hasil penelitian ini juga

menunjukkan bahwa penderita gagal ginjal kronik yang menjadi

koresponden dalam penelitian ini setuju bahwa setiap orang harus

menemukan cara sendiri untuk patuh kepada untuk melakukan

pembatasan cairan

Penelitian lain terkait penggunaan cognitive behavioral therapy

sebagai strategi pembatasan cairan adalah Anson, et all (2009).

Penelitian ini menggunakan metode case report dimana menggunakan

seorang responden dalam melakukan eksperimen. Strategi yang

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 40: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

27

Universitas Indonesia

digunakan meliputi peningkatan usaha, mengubah kebiasaan,

menurunkan motivasi, meningkatkan kesadaran, upaya menghadapi

situasi yang menantang, beristirahat di waktu yang padat, dukungan

sosial, mengontrol pikiran, dan pemberian reinforcement pada diri

sendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan jumlah konsumsi

cairan responden. Pada awal sesi jumlah cairan yang biasa dikonsumsi

1,7-2,5 liter/ hari dan pada akhir sesi dibawah 1,4 liter/hari (sesuai

saran dari dokter yang merawat responden). Responden juga

menunjukkan motivasi dan komitmen dalam melakukan pembatasan

cairan.

Sharp, et all (2004) juga tertarik melakukan penelitian terkait

pendekatan cognitive behavioral therapy untuk pembatasan cairan.

Penelitian ini melibatkan 56 responden. Peneliti mengkaji mulai dari

sebelum memulai terapi, setelah melakukan terapi, dan tahap follow

up. Cognitive behavioral therapy dilakukan selama 4 minggu. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan tidak ada perubahan interdialytic

weight gain pada analisa tahap awal. Namun, dari hasil analisis

longitudinal menunjukkan efek yang signifikan dari interdialytic

weight gain antara tahap awal hingga tahap follow up. Hal tersebut

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kepatuhan responden

terhadap terapi yang diberikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah

cognitive behavioral therapy terbukti efektif dan mungkin untuk

diterapkan dalam upaya meningkatkan pembatasan cairan pada pasien

yang menjalani hemodialisa.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 41: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

28 Universitas Indonesia

BAB 3

ANALISIS KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1. Pengkajian Keperawatan

Informasi Umum

Nama : Tn. K.N(57 thn)

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan

Tanggal masuk : 15 Mei 2013

Sumber Informasi : Klien, status, keluarga

Alasan Masuk

Klien mengeluh mual, dan muntah serta penurunan nafsu makan. Klien

sempat dirawat di RSUD Bekasi selama 2 minggu dengan keluhan yang

sama. Klien didiagnosa mengalami batu ginjal bilateral dan sudah mengalami

operasi pemecahan batu ginjal 5 bulan yang lalu. Klien juga memiliki riwayat

melena.

Keluhan Utama

Klien mengeluh mual dan muntah,dan merasa lemas. Klien juga mengeluhkan

bengkak pada kaki.

Aktivitas/Istirahat

a. Gejala (Subjektif)

Pekerjaan: bekerja sebagai buruh bangunan. Aktivitas/hobi:klien

mengatakan menghabiskan waktu luang dengan menonton televisi.

Perasaan bosan/tidak puas: menurut keluarga, klien merasa bosan

jika hanya berdiam diri di rumah. Keterbatasan karena kondisi:

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 42: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

29

Universitas Indonesia

semenjak sakit klien merasa tidak mampu melakukan aktivitas

seperti biasa dan berhenti bekerja. Lama tidur: tidur siang- , tidur

malam 6-7 jam. Kebiasaan tidur: saat tidak bekerja, klien biasanya

suka menonton televisi sebelum tidur hingga menjelang pagi baru

dapat tidur. Klien mengatakan bangun pagi sekitar jam 8-9 pagi..

Insomnia: tidak ada. Rasa segar saat bangun (+). Saat ini klien

mengatakan susah untuk memulai tidur dan mengantuk pada pagi

hari.

b. Tanda (Objektif)

Respon terhadap aktivitas:normal. Status mental: compos mentis.

Massa/tonus otot: baik. Postur: normal. Tremor (-). Rentang gerak:

rentang gerak normal. Deformitas (-). Kekuatan otot:

5555 5555

5555 5555

Sirkulasi

a. Gejala (Subjektif)

Riwayat penyakit: Hipertensi (-), masalah jantung (-), demam

rematik (-). Edema pada mata kaki/kaki (+). Flebitis (-).

Penyembuhan lambat (-). Kesemutan/kebas pada ekstremitas (-).

Batuk (+). Perubahan dalam jumlah urin (+).

b. Tanda (Objektif)

Tekanan darah berbaring: 130/80 mmHg. Tekanan nadi: 80

x/menit. Nadi (palpasi): karotis (+), temporal (+), jugularis (+),

radialis (+), femoralis (+), popliteal (+), postibial (+), dorsalis

pedis (+). Jantung (palpasi): getaran teraba, dorongan (+). Bunyi

jantung: S1 (+), S2 (+), murmur (-), gallop (-). Bunyi napas:

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 43: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

30

Universitas Indonesia

vesikuler (+), wheezing (+), ronchi (-). Distensi vena jugularis (-),

JVP 5+1 cm. Ekstremitas: suhu 36,20 C, warna pink (tidak pucat),

pengisian kapiler < 2 detik, tanda homan’s sign (-), varises (-),

abnormalitas kuku (-), penyebaran/kualitas rambut baik. Warna:

membran mukosa pucat, punggung kuku pink, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik, diaforesis (-)

Integritas Ego

a. Gejala (Subjektif)

Faktor stres: klien merasa stress karena tidak bekerja dan stressor

jangka pendek adalah anak perempuan yang akan segera menikah

sedangkan klien masih berada di rumah sakit. Cara menangani

stress: berdoa dan berserah pada Tuhan. Masalah-masalah

finansial: klien bersama istri hidup dari pekerjaan klien dan

menjadi masalah saat klien tidak dapat bekerja karena sakit.

Faktor-faktor budaya: klien dan keluarga kental dengan budaya

batak. Agama: Kristen Protestan. Kegiatan keagamaan: walaupun

sakit, klien masih melakukan aktivitas keagamaan terutama

mengikuti kebaktian dan acara agama rutin. Gaya hidup: klien

sehari–hari sering beraktivitas pada kegiatan keagamaan di

lingkungan rumahnya dan bekerja sebagai buruh bangunan.

Perubahan terakhir: biasanya klien selalu melakukan aktivitas

secara mandiri tetapi semenjak sakit klien hanya melakukan

aktivitas dengan dibantu. Perasaan

ketidakberdayaan/keputusasaan: klien merasa lemah untuk

melakukan aktivitas yang dahulu sering dilakukannya.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 44: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

31

Universitas Indonesia

b. Tanda (Objektif)

Status emosional: tenang. Respon fisiologis yang terobservasi:

tekanan darah dalam batas normal, pernapasan diatas batas normal.

Eliminasi

a. Gejala (Subjektif)

Pola BAB: biasanya 1 hari sekali Penggunaan laksatif (+).

Karakter feses: warna coklat kehijauan, agak cair, bau tidak

menyengat. BAB terakhir: 11 Mei 2013. Riwayat perdarahan (+).

Hemoroid (-). Konstipasi (+). Diare (-). Pola BAK: 3-4 x sehari.

Rasa sakit/terbakar saat BAK (-). Riwayat penyakit ginjal/kandung

kemih (+). Penggunaan diuretik (-).

b. Tanda (Objektif)

Abdomen: nyeri tekan (-), agak keras, massa (+), bising usus

5x/menit. Hemoroid (-).

Makanan/Cairan

a. Gejala (Subjektif)

Diet (tipe): makanan lunak. Diet makanan saat ini makanan yang

dikonsumsi makanan cair. Jumlah kalori 1700 kkal. . Jumlah

makanan/hari: 3x/hari. Pola diet sebelumnya: sebelum sakit, klien

mau memakan apa saja tanpa ada kecenderungan tidak menyukai

salah satu jenis makanan. Kehilangan selera makan (+).

Mual/muntah (+). Nyeri ulu hati/saluran cerna (-).

Alergi/intoleransi makanan (-). Masalah-masalah

mengunyah/menelan (-). Berat badan: ± 50 Kg. Perubahan berat

badan (+) tetapi tidak diketahui jumlahnya karena klien/keluarga

tidak mengetahui BB sebelum sakit. Penggunaan diuretik (-).

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 45: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

32

Universitas Indonesia

b. Tanda (Objektif)

Berat badan: ± 50 Kg. Tinggi badan: 155 cm. Turgor kulit: elastis.

Membran mukosa: lembab. Edema: edema umum (-), edema

dependen (+), edema periorbital (-), asites (-). Pembesaran tiroid (-

). Hernia/massa: (-). Kondisi gigi/gusi: agak kotor. Penampilan

lidah: lembab. Bising usus: 5 x/menit. Urin: warna agak

kekuningan, jumlah 500 cc

Higiene

a. Gejala (Subjektif)

Aktivitas sehari-hari: mandiri selama dirumah, tergantung oleh

bantuan keluarga/perawat (selama dirawat). Mobilitas: terbatas di

tempat tidur. Makan: dibantu oleh keluarga/perawat. Higiene:

dibantu oleh keluarga/perawat. Berpakaian: dibantu oleh

keluarga/perawat. Toileting: dibantu oleh keluarga/perawat.

b. Tanda (Objektif)

Penampilan umum: baik. Cara berpakaian: klien menggunakan

pakaiannya sendiri dan menggunakan sarung. Bau badan (-).

Kondisi kulit kepala: bersih, tidak berminyak, kutu (-)

Neurosensori

a. Gejala (Subjektif)

Rasa ingin pingsan/pusing (-). Sakit kepala (-).

Kesemutan/kebas/kelemahan (-). Stroke (-). Kejang (-). Mata:

penglihatan baik. Telinga: pendengaran sudah berkurang.

Epistaksis (-).

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 46: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

33

Universitas Indonesia

b. Tanda (Objektif)

Status mental: compos mentis. Orientasi waktu/tempat/orang: baik.

Kesadaran: GCS E4M6V5. Mengantuk (-). Kooperatif (+).

Halusinasi (-). Delusi (-). Memori: cukup baik. Kacamata (+).

Kontak lensa (-). Alat bantu dengar (-). Ukuran/reaksi pupil:

isokor, +/+. Gerakan menelan (+). Genggaman tangan: kuat.

Paralisis (-).

Nyeri/Ketidaknyamanan

a. Gejala (Subjektif)

Lokasi: punggung. Intensitas:2. Frekuensi: sering dan hilang

timbul. Kulitas: panas Durasi: > 1 menit. Penjalaran: di sepanjang

punggung. Faktor pencetus: muncul dengan sendirinya dan biasa

bertambah ketika aktivitas yang berat. Cara menghilangkan

ketidaknyamanan: dengan melakukan kompres air hangat serta

mencari posisi yang nyaman.

b. Tanda (Objektif)

Mengerutkan muka (-). Menjaga area yang sakit (+). Penyempitan

fokus (-)

Pernapasan

a. Gejala (Subjektif)

Dispnea (-). Riwayat penyakit: bronkitis (-), asma (-), TB (-),

emfisema (-), pneumonia (-), pemajanan terhadap udara berbahaya

(-). Merokok: satu bungkus/hari, selama ± 30 tahun, berhenti ± 5

bulan yang lalu. Penggunaan alat bantu pernapasan:-

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 47: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

34

Universitas Indonesia

b. Tanda (Objektif)

Pernapasan: frekuensi 20 x/menit, pengembangan paru simetris.

Penggunaan otot-otot aksesoris (-). Nafas cuping hidung (-).

Fremitus (+). Bunyi napas: vesikuler (+), wheezing (-). Sianosis (-

). Karakteristik sputum: tidak ada sputum. Fungsi mental/gelisah (-

).

Keamanan

a. Gejala (Subjektif)

Alergi/sensitivitas (-). Perubahan sistem imun sebelumnya (-).

Riwayat penyakit hubungan seksual (-). Perilaku risiko tinggi (-).

Tranfusi darah (+). Riwayat cedera kecelakaan (-).

Fraktur/dislokasi (-). Artritis/sendi tidak stabil (+). Masalah

punggung (-). Perubahan pada tahi lalat (-). Pembesaran nodus

limfe (-). Kerusakan penglihatan/pendengaran: terjadi penurunan

pada fungsi pendengaran pada telinga kanan. Alat ambulatori: saat

ini klien melakukan mobilisasi dengan dibantu orang lain karena

suka merasa pusing dan lemah.

b. Tanda (Objektif)

Suhu tubuh: 36,20 C. Diaforesis (-). Integritas kulit: (-). Tonus otot:

baik. Cara berjalan:lemah dan pergerakan harus dibantu. Rentang

gerak: baik tetapi harus dibantu untuk melakukan aktivitas.

Parastesia/paralisis (-). Hasil kultur pemeriksaan sistem imun: Anti

HIV penyaring non reaktif. Tranfusi (-).

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 48: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

35

Universitas Indonesia

Seksualitas

a. Gejala (Subjektif)

Aktif dalam melakukan hubungan seksual: (tidak terkaji).

Penggunaan kondom (-). Masalah-masalah/kesulitan seksual:

(tidak terkaji). Perubahan terakhir dalam frekuensi/minat: (tidak

terkaji). Gangguan prostat (-). Sirkumsisi (-). Vasektomi (-).

Melakukan pemeriksaan sendiri: (tidak terkaji). Pemeriksaan

prostat terakhir: (tidak terkaji).

b. Tanda (Objektif)

Pemeriksaan penis/testis: penis normal, skrotum normal

Interaksi Sosial

a. Gejala (Subjektif)

Status perkawinan: menikah. Lamanya pernikahan ± 30 tahun.

Orang pendukung lain: istri, anak dan anggota keluarga lainnya.

Peran dalam struktur keluarga: sebagai kepala keluarga, suami,

ayah, dan kakek. Masalah-masalah yang berhubungan dengan

penyakit: istri klien harus menjaga ayahnya di RS sedangkan anak

perempuan kedua akan menikah. Klien dan istri mengatakan

merasa tidak dapat membantu persiapan dan mungkin tidak akan

menghadiri pernikahan karena klien masih dalam kondisi sakit.

Perubahan bicara (-). Laringektomi (-).

b. Tanda (Objektif)

Bicara: jelas dan terarah. Penggunaan alat bantu bicara (-).

Komunikasi dengan orang lain: verbal dan non verbal.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 49: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

36

Universitas Indonesia

Penyuluhan/Pembelajaran

a. Gejala (Subjektif)

Bahasa dominan/khusus: bahasa batak dan bahasa indonesia.

Melek huruf (+). Tingkat pendidikan: SMP. Ketidakmampuan

belajar: (-). Keterbatasan kognitif: (-). Keyakinan kesehatan yang

dilakukan: klien percaya perlu menjaga makanan agar tetap sehat.

Orientasi terhadap perawatan kesehatan: klien akan datang ke

rumah sakit atau klinik apabila obat warung sudah tidak mempan .

Faktor risiko keluarga: DM (-), hipertensi (+), TB (-), penyakit

jantung (-), stroke (-), epilepsi (-), penyakit ginjal (-), kanker (-),

penyakit jiwa (-). Penggunaan obat-obatan tanpa resep: (tidak

terkaji). Alkohol (+) Klien mengatakan sesekali minum minuman

berakholol. Perokok (+). Diagnosa medis saat masuk RS: ISK

Komplikata, melena, dan CKD stage 5. Harapan pasien terhadap

perawatan dirinya: klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya.

Pertimbangan rencana pulang

Tanggal rencana pulang: belum ada. Dokter mengatakan rencana

untuk melakukan operasi pemecahan batu ginjal. Sumber-sumber

yang tersedia: jika pulang rencananya klien akan dijemput oleh

keluarganya, pembiayaan bersumber dari jaminan JAMKESDA. Area

yang mungkin membutuhkan bantuan ketika dirumah: ambulasi,

pemenuhan ADL, pemberian obat. Gambaran fisik rumah: (tidak

terkaji). Fasilitas kehidupan selain rumah (-).

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 50: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

37

Universitas Indonesia

Hasil Pemeriksaan Diagnostik

a. Laboratorium

Nilai Klien Nilai Normal

Kimia klinik (22 Mei 2013)

Ureum Darah 75 mg/dl < 50

Protein total 6,3 g/dl 6,0-8,0 g/dl

Albumin 3,04 g/dl 3,4-4,8 d/dl

Globulin 3,26 g/dl 2,5- 3,0 g/dl

Albumin Globulin ratio 0,9 > 1

Fungsi Hati (22 Mei

2013)

SGPT 15 u/L < 50

SGOT 14u/L < 40

Glukosa darah (22 Mei

2013)

191 mg/dl < 140

Masa Protrombin (PT)

Pasien 13,2 detik 9,8-12,6

Kontrol 11,9 detik

INR 1,17

Magnesium Darah 2,56 mg/dl

Fosfat Inorganik 2,8 mg/dl 2,7- 4,5

Kadar Fibrinogen 490 mg/dl 136- 384

Elektrolit

Natrium 140 mEq/L 132- 147

Kalium 3,01 mEq/L 3,3-5,4

Clorida 100,9 mEq/L 94 - 111

Darah Lengkap Perifer

Hemoglobin 9,8 g/dl 13 - 17

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 51: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

38

Universitas Indonesia

Nilai Klien Nilai Normal

Hematokrit 28,4 % 40 - 50

Eritrosit 3,73 106/Ul 4,5 - 5,5

MCV 76,1 fL 80 - 95

MCH 26,3 pg 27 - 31

MCHC 34,5 g/dL 32 - 36

Jumlah trombosit 362 103/uL 150 - 400

Leukosit 12,24 103/uL 5 - 10

Hitung jenis

Basofil 0,2%

Eosionofil 0,2%

Neutrofil 92,7%

Limfosit 3,1%

Monosit 38%

Laju Endap Darah 120 mm 0 - 10

D dimer kuantitatif 100 ug/L 0-300

Kreatinin 5 mg/dl 0,9 – 1.3

Kalsium Ca ++ ion 1,37 mmol

Fungsi Hati

Bilirubin total 0,46 mg/dl < 1

Bilirubin direk 0,13 mg/dl <0,2

Bilirubin indirek 0,33 mg/dl < 0,6

Asam Urat 3,1 mg/dl < 7

Analisa Gas Darah

pH 7,458 7,35 – 7,45

pCO2 29,80 mmhg 35 - 45

PO2 106,90 75 - 100

HCO3 21,30 mmol 21 - 25

Imunoserologi (18 Mei 2013)

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 52: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

39

Universitas Indonesia

Nilai Klien Nilai Normal

Anti HIV Penyaring Non Reaktif

Fe (S1)TIB

Serum ion 96 ug/dl 59- 158

TIBC 97 ug/dl 228- 428

Saturasi Transferin 99% 15-45

Kimia Klinik

Ureum darah 196 mg/dl <50

Hasil laboratorium (25 Mei 2013)

Kreatinin Darah 4,60 mg/dl 0,9 – 1,3

Kalsium Ion 1,18 mmol/L 1,01-1,31

APTT Pasien : 37,4 detik Kontrol:31,4 detik

Darah Perifer Lengkap

Hemoglobin 9,3 g/dl 13 - 17

Hematokrit 27,6% 40 - 50

Eritrosit 3,53 4,5 - 5,5

MCV 78,2 80 - 95

MCH 26,3 27 - 31

MCHC 33,7 32 - 36

Jumlah trombosit 317 103/ul 150 - 400

Jumlah leukosit 8,10 103/ul 5 - 10

Laju endap darah 122 0-10

Gambaran darah tepi

Eritrosit: Mikrokistik hipokrom, sel pensil +, fregmentosit +,

Leukosit: kesan jumlah cukup, morfologi normal

Trombosit: kesan jumlah cukup morfologi baik

Kesimpulan: Anemia mikrokistik hipokrom kemungkinan defisiensi

besi, hemoglobinopati belum dapat disingkirkan

Fosfat inorganik 1,12 mg/dl 1,70- 2,55

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 53: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

40

Universitas Indonesia

Nilai Klien Nilai Normal

Ureum 64 mg/dl < 50

Hasil laboratorium (28 Mei 2013)

APTT

Pasien 66,5 detik 31-47

Kontrol 32,7 detik

Kalsium ion 1,43 mmol/L 1,01-1,31

Kreatinin darah 2,70 mg/dl 0,9 – 1,3

Darah perifer lengkap

Hemoglobin 8,6 g/dl 13 - 17

Hematokrit 26,3 % 40 - 45

Eritrosit 3,31 106/Ul 4,5 – 5,5

MCV 79,5 80 - 95

MCH 26 pg 27 - 31

MCHC 32,7 g/dl 32 - 36

Laju endap darah 57 mm 0 - 10

Ferritin 2013 ng/ml 30-400

Fosfat inorganic 1,3 mg/dl 2,7-4,5

Magnesium 2,41 mg/dl 1,7- 2,55

Masa Protrombin (PT)

Pasien 12,3 detik 9,8-12,6

Kontrol 11,7 detik

Fe (S1) TIBC

Serum Iron 88 ug/dl 59-158

TIBC 125 ug/dl 228-428

Saturasi transferin 70% 15-45

Protein

Protein total 6 g/dl 6,4-8,7

Albumin 3,03 g/dl 3,4-4,8

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 54: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

41

Universitas Indonesia

Nilai Klien Nilai Normal

Globulin 2,97 g/dl 1,8-3,9

Albumin Globulin ratio 1 >1

Ureum Darah 38 mg/dl <50

Urin Lengkap

Warna Kuning Kuning

Kejernihan Keruh Jernih

Sedimen

Leukosit Banyak /LPB

Eritrosit 15-18 /LPB

Silinder Hyaline 0-1

Sel epitel Epitel transisional 1-2 LBP

Krista Negatif

Bakteria Positif Negatif

Berat jenis 1,005 1,005- 1,030

pH 7 4,5-8

Protein +2 Negatif

Glukosa Negatif Negatif

Keton Negatif Negatif

Darah/Hb +3 Negatif

Bilirubin Negatif Negatif

Urobilinogen 3,2 u/mol/L 3,2-16

Nitrit Negatif Negatif

Leukosit esterase +3 Negatif

b. Penunjang lain

- Pemeriksaan GaEsophago Gastro Duodenoscopy (Indikasi pemeriksaan:

riwayat melena)

Kesimpulan :esofagitis grade B (LA classification), multiple ulcer di

antrum, PanGastritis, Giant ulcer di bulbus duodeni.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 55: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

42

Universitas Indonesia

- USG Ginjal

Hasil:

Ginjal kanan :

Ukuran :8,23 cm bentuk :normal

:tepi ireguler

Parenchymal :endodensitas :meninggi

Lain-lain :tampak batu beberapa buah batu,

pelviokalis melebar

Ginjal kiri :

Ukuran :7,64 cm bentuk :normal

:tepi ireguler

Parenchymal :endodensitas :meninggi

SINUS :Pelviokalises :melebar

Lain-lain :Tidak tampak batu

Vesika Urinaria :Dinding rata, tidak tampak batu

Kesimpulan :Sonogram kedua ginjal menunjukkan

gambaran penyakit ginjal kronik,

hidronefrosis bilateral, batu multiple di ginjal

kanan, buli-buli normal.

- Pemeriksaan Radiologi (7 Juni 2013)

Hasil pemeriksaan: Periperitoneal fat line baik, Psoas line simetris,

Kontur kedua ginjal tertutup bayangan udara

usus dan fecal material, tampak bayangan

radiopak multiple di hemiabdomen kanan

setinggiL 1-2 proyeksi ginjal kanan, distribusi

udara usus mencapai pelvis minus, tulang-

tulang intak, terpasang dua buah DJ stent

dengan unung proksimal di hemiabdomen

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 56: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

43

Universitas Indonesia

kanan setinggi L2 dan kiri setinggi L1, proyeksi

ginjal kanan kiri dan ujung distal masing-

masing di pelvis minos proyeksi buli.

Kesimpulan pemeriksaan:

- nefrolithiasis kanan multiple

- Tak tampak batu radiopak di proyeksi ginjal kiri

- DJ stent bilateral dengan ujung-ujung proksimal di proyeksi

ginjal bilateral dan ujung-ujung distal di proyeksi buli

Terapi pengobatan antara lain menjalani Hemodialisa 2x seminggu.

Terapi Obat

Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat

Bicnat 1000 g (3x1) PO Indikasi: asidosis metabolic dan

osteodistrofi renal

Kontraindikasi: alkalosis

metabolik dan respiratorik,

hipokalsemia, pasien yang banyak

mengalami kehilangan klorida

akibat muntah dan pembersihan

saluran cerna secara kontinyu pada

pasien dengan resiko mengalami

alkalosis hipokloremik yang

diinduksi oleh diuretik.

Efeksamping: peregangan

lambung, flatulen, perdarahan

serebral, edema, kejang tetanus,

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 57: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

44

Universitas Indonesia

Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat

hipernatremia, hiperosmolaritas,

hipokalsemia, alkalosis metabolik.

Interaksi obat: dengan obat lain

yang dapat meningkatkan toksisitas

kadar amfetamin, efedrin,

pseudoeferin, kuinidin dan kuinin

akibat alkalinasi urin, penggunaan

bersama dengan zat besi dapat

menurunbkan absorpsi zat besi.

Mekanisme aksi: terjadi

pemisahan sehingga dihasilkan

bikarbonat yang dapat menetralkan

kosentrasi ion hydrogen dan

meningkatkan pH urin dan pH

darah.

Asam folat 15 g (1x1) PO Indikasi: anemia megaboblastik

yang disebabkan oleh defisiensi

asam folat.

Kontraindikasi: pengobatan

anemia pernisiosa dan anemia

megaloblastik lainnya dimana

vitamin B12 tidak cukup.

Efeksamping: umumnya terjadi

perubahan pola tidur, sulit

berkonsentrasi, iritabilitas, aktivitas

berlebih, depresi mental, anoreksia,

mual, distensi abdominal, dan

flatulensi.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 58: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

45

Universitas Indonesia

Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat

Mekanisme kerja: folat eksogen

dibutuhkan untuk sintesis

nucleoprotein dan pemeliharaan

eritropoesis normal. Asam folat

menstimulasi produksi sel darah

merah, sel darah putih, dan platelet

pada anemia megaloblastik.

Caco3 Tab 3 x 1 PO Indikasi: sebagai fosfat binder

(pengikat fosfat).

Kontraindikasi: pasien dengan

riwayat kalsium dalam ginjal yang

diperhitungkan, hiperkalsemia,

hipofostatemia, serta pasien yang

diduga keracunan digoksin.

Efeksamping: konstipasi, flatulen,

hiperkalsemia, dan asidosis

metabolik.

B12 Tab 3x PO Indikasi: Anemia pernisiosa yang

tidak terkomplikasi atau malabsorbsi

pada intestinum yang

menyebabkandefisiensi vitamin B12.

Kontraindikasi: Hipersensitivitas,

tidak boleh digunakan untuk anemia

megaloblastik pada wanita hamil.

Efeksamping: Sianokobalamin

biasanya bisa ditoleransi dengan baik.

Reaksi alergi setelah pemakaian

jarang terjadi

Allopurinol 100 mg (1x48 PO Indikasi: Hiperurisemia primer :

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 59: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

46

Universitas Indonesia

Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat

jam) gout Hiperurisemia sekunder :

mencegah pengendapan asam urat

dan kalsium oksalat. Produksi

berlebihan asam urat antara lain

pada keganasan, polisitemia vera,

terapi sitostatik.

Kontraindikasi: Penderita yang

hipersensitif terhadap allopurinol

Keadaan serangan akut gout

Efeksamping: Gejala

hipersensitifitas seperti ekspoliatif,

demam, limfodenopati, arthralgia,

eosinofilia. Reaksi kulit : pruritis,

makulopapular Gangguan

gastrointestinal, mual, diare Sakit

kepala, vertigo, mengantuk,

gangguan mata dan rasa. Gangguan

darah : leukopenia,

trombositopenia, anemia hemolitik,

anemia aplastik

Levofloxacine 500 g(1x 48) IV Indikasi: Sinusitis maksilaris akut,

bronkitis kronis dengan eksaserbasi

bakteri akut, pneumonia, infeksi

kulit dan struktur kulit tanpa

komplikasi, infeksi saluran kemih

dengan komplikasi dan pielonefritis

akut.

Kontraindikasi:

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 60: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

47

Universitas Indonesia

Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat

Hipersensitif terhadap levofloxacin,

epilepsi, riwayat gangguan tendon,

anak-anak dan remaja, serta wanita

hamil dan menyusui.

Efeksamping:

Reaksi hipersensitif kulit, diare,

mual, flatulensi, nyeri perut,

pusing, dispepsia, insomnia,

muntah, anoreksia, konstipasi,

edema, kelelahan, sakit kepala,

banyak berkeringat, malaise.

Kalitake 2 sachet(3x1) PO Indikasi: sebagai penurun kadar

kalium darah (hiperkalemia)

Kontraindikasi: gagal ginjal

bersamaan dengan hiperkalsemia.

Efeksamping: anoreksia dan

gangguan saluran cerna

Transamin 500 gr (3x 1) IV Indikasi:

Transamin adalah obat

antifibrinolitik yang menghambat

pemutusan benang fibrin. Asam

traneksamat digunakan untuk

profilaksis dan pengobatan

pendarahan yang disebabkan

fibrinolisis yang berlebihan dan

angiodema hereditas.

Kontraindikasi:

Pasien tromboembolik.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 61: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

48

Universitas Indonesia

Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat

Efeksamping:

Sakit dada, vasospasmus, syok

hemoragi, demam, sakit kepala,

kedinginan,urtikaria, alopesia,

dysesthesia pedis, purpura, ekzema,

nekrosis kutan, plak

erithemathosus, hiperkalemia,

hiperlipidemia, mual, muntah,

konstipasi, hemorage, ditemukan

darah pada urin, epistaksis,

hemoragi adrenal, hemoragi

retriperitonial, trombositopenia

Omeprazole 40 (2x1) IV Indikasi: Pengobatan jangka

pendek tukak duodenal dan yang

tidak responsif terhadap obat-obat

antagonis reseptor H2, pengobatan

jangka pendek tukak lambung,

pengobatan refluks esofagitis erosif

/ ulceratif yang telah didiagnosa

melalui endoskopi, dan pengobatan

jangka lama pada sindroma

Zollinger Ellison.

Kontraindikasi:

Penderita hipersensitif terhadap

omeprazole.

Efeksamping:

Omeprazole umumnya dapat

ditoleransi dengan baik. Pada dosis

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 62: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

49

Universitas Indonesia

Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat

besar dan penggunaan yang lama,

kemungkinan dapat menstimulasi

pertumbuhan sel ECL

(enterochromaffin-likecells). Pada

penggunaan jangka panjang perlu

diperhatikan adanya pertumbuhan

bakteri yang berlebihan di saluran

pencernaan.

Lactulac 15 cc (3x1) PO Indikasi: konstipasi (susah buang

air besar) kronis, ensefalopati porta

sistemik, termasuk keadaan pra

koma hepatik, dan koma hepatik

Kontraindikasi: galaktosemia,

sumbatan usus.

Efeksamping: pada penggunaan

jangka panjang dapat menyebabkan

rasa tidak enak pada perut dan

lambung, diare, kejang perut, dan

rasa haus.

Sucraflat 15 c (4x1) PO Indikasi:

Ulkus lambung, duodenum,

gastritis kronis.

Kontraindikasi: tidak diketahui

Efeksamping:

Susah buang air besar dan mulut

kering.

Vitamin K 10 g (3x1) IV Indikasi: hipoprotombinemia,

perdarahan berat, bayi baru lahir,

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 63: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

50

Universitas Indonesia

Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat

hepatitis dan serosis hati yang

menyebabkan hipoprotombinemia

Efek Samping: kemerahan pada

muka, berkeringat, bronkospasme,

sianosis, sakit pada dada, iritatif

pada kulit dan saluran napas

Farmakokinetik: absorpsi vitamin

K melalui usus sangat tergantung

dari kelarutannya. Absorpsi

finokuinon dan menakuinon hanya

berlangsung baik jika terdapat

garam-garam empedu, sedangkan

menadion dan derivatnya yang larut

air dapat diabsorpsi walaupun tidak

ada empedu. Berbeda dengan

finokuinon dan menakuinon yang

harus melalui saluran limfe lebih

dahulu, menadion dan derivatnya

yang larut air dapat langsung masuk

kedalam aliran darah. Vitamin K

diabsorpsi dengan mudah setelah

penyuntikan IM. Metabolisme

vitamin K didalam tubuh tidak

banyak diketahui. Pada empedu dan

urin hampir tidak ditemukan bentuk

bebas, sebagian besar dikonjugasi

dengan asam glukuronat.

Teofusin 500/24 jam IV Indikasi: untuk memenuhi

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 64: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

51

Universitas Indonesia

Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat

kebutuhan energi pada nutrisi

parenteral total dan parsial,

terutama pada gangguan

metabolisme.

Kontraindikasi:

Hiperglikemia, oliguria, intoleransi

fruktosa atau sorbitol, hipkalemia.

Efeksamping:

Demam, infeksi setempat, flebitis

atau thrombosis vena, ekstravasasi,

dan hipervolemia.

3.2. Analisa Data

No Data-data hasil pengkajian Masalah keperawatan

1.

Data Subjektif:

- Klien mengatakan bengkak

sejak 1 bulan yang lalu

- Klien mengatakan tidak

mengalami sesak

- Klien mengatakan jumlah

urin sekitar 500 – 600

cc/24 jam

- Klien mengatakan jumlah

cairan yang diminum lebih

banyak dibandingkan urin

yang dikeluarkan.

Data Objektif:

Kelebihan volume cairan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 65: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

52

Universitas Indonesia

No Data-data hasil pengkajian Masalah keperawatan

2.

3.

- Pitting edema derajat 2 di

peritibial

- JVP: 5+ 1

- Oliguria

- Hematokrit (27%)

- Hemoglobin (9 g/dl)

- Albumin (3,03 g/dl)

- Suara nafas:vesikuler,

ronkhi (-), wheezing (-)

Data Subjektif:

- Klien mengatakan

mengalami mual dan susah

untuk makan

- Klien mengatakan

mengalami penurunan

nafsu makan sejak 3 bulan

yang lalu

- Klien mengatakan merasa

bertambah kurus walaupun

ada bengkak di kaki

Data Objektif:

- IMT:20,8

- BB: 50 kg, TB: 155

- Membran mukosa pucat

- Konjungtiva anemis

Data Subjektif:

- Klien mengatakan belum

BAB sejak 4 hari yang lalu

Risiko ketidakseimbangan nutrisi:

kurang dari kebutuhan

Konstipasi

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 66: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

53

Universitas Indonesia

No Data-data hasil pengkajian Masalah keperawatan

4.

- Klien mengatakan perut

terasa begah dan tidak

nyaman

- Klien mengatakan perut

merasa mulas tapi tidak

dapat feses terasa susah

dikeluarkan.

- Klien mengatakan hanya

diam di tempat tidur karena

merasa suka pusing kalau

berdiri dan merasa lemas.

- Klien mengatakan merasa

mual dan tidak nafsu

makan.

Data Objektif:

- Bising usus 5x/menit

- Distensi abdomen

Data Subjektif:

- Klien mengatakan merasa

lemas saat bergerak

- Klien mengatakan merasa

pusing saat akan bangun

dari tempat tidur

- Klien mengatakan susah

untuk makan dan merasa

mual

- Klien mengatakan ada

masalah dengan sendi lutut

kadang merasa nyeri

Hambatan Mobilitas Fisik

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 67: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

54

Universitas Indonesia

No Data-data hasil pengkajian Masalah keperawatan

5.

karena ada riwayat rematik

Data Objektif:

- Pitting edema derajat 1

peritibial

- Konjungtiva anemis

- Hemoglobin: 9 g/dl

- Kekuatan otot:

5555 5555

5555 5555

Data Subjektif:

- Klien mengatakan belum

mengetahui terkait

penyakit ginjal yang

dideritanya

- Klien mengatakan hanya

mengetahui bahwa

mengalami penyakit batu

ginjal

- Klien dan keluarga

mengatakan belum

mengetahui terkait

perawatan pada penyakit

gagal ginjal

- Klien dan keluarga

mengatakan tidak

mengetahui terkait cuci

darah yang harus dijalani

Data Objektif:

- Klien didiagnosa medis

Defisit Pengetahuan terkait

perawatan gagal ginjal kronik

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 68: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

55

Universitas Indonesia

No Data-data hasil pengkajian Masalah keperawatan

6.

7.

mengalami gagal ginjal

kronik stage 5

- Fungsi kognitif: normal

- Tingkat pendidikan: SMP

Data Subjektif:

- Klien mengatakan susah

untuk memulai tidur

malam

- Klien mengatakan baru

bisa tidur menjelang subuh

- Klien mengatakan

memiliki kebiasaan

menonton televisi sampai

menjelang subuh baru

tertidur

- Klien mengeluh merasa

lemas dan merasa mudah

mengantuk

- Klien mengatakan saat ini

tidur pada pukul 04.00-

07.00 dan suka jatuh

tertidur.

Data Objektif

- klien tampak sering tertidur

- klien tampak lemas

Gangguan Pola Tidur

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 69: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

56

Universitas Indonesia

No Data-data hasil pengkajian Masalah keperawatan

Data Subjektif:

- klien mengatakan

mengalami bengkak di kaki

- klien mengatakan merasa

mual dan ingin muntah

Data Objektif:

- Klien mengalami gagal

ginjal kronik stage 5

- Hasil pemeriksaan

laboratorium:

Kalium:3,01 mEq/L

Natrium: 140 mEq/L

Klorida: 100,9mEq/L

HCO3: 21,30 mmol

Risiko ketidakseimbangan

elektrolit

3.3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah:

1. Risiko ketidakseimbangan elekrolit.

2. Kelebihan volume cairan

3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

4. Gangguan pola tidur

5. Konstipasi

6. Hambatan mobilitas fisik

7. Defisit pengetahuan terkait perawatan pada gagal ginjal kronik

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 70: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

[Type text] 58 Universitas Indonesia

3.4 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

1.

Kelebihan volume cairan Kelebihan volume cairan dapat

diatasi dalam 1x24 jam.

Kriteria evaluasi:

- Balance cairan seimbang

- Berat badan seimbang

- Tidak ada tanda edema

- Klien menunjukkan mengerti

dengan diet pembatasan

cairan

- Menunjukkan perubahan

perilaku dalam melakukan

usaha pembatasan cairan

1. Monitor TTV

2. Auskultasi bunyi nafas

dan bunyi jantung

3. Mengkaji adanya

edema dan lokasi dari

edema

Takipnea dan hipertensi

salah satu tanda.

Takipnea terjadi ada

atau tidak adanya

dispea.

Timbulnya suara

tambahan seperti

crackles dan suara

tambahan jantung S3

menunjukkan adanya

kelebihan volume

cairan. Kemungkinan

hasil dari perkembangan

edema paru.

Edema dapat disebabkan

oleh beberapa keadaan

patologis yaitu adanya

tekanan hidrostatik dan

osmotic, dan tekanan

onkotik. Edema biasa

muncul di area depende

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 71: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

59

Universitas Indonesia

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

4. Kaji adanya

peningkatan distensi

vena jugularis saat

muncul pitting edema

dan dispnea

5. Pertahankan

pemantauan

keseimbangan cairan

dan hitung balance

cairan selama 24 jam

6. Timbang berat badan

rutin

Intervensi kolaborasi

- Pemantaun kadar

elektrolit (K, Na, Cl),

Tanda gagal jantung.

Penurunan perfusi renal,

insufiensi jantung, dan

perpindahan cairan ke

ruang intertisial dapat

menyebabkan

penurunan urin output

dan munculnya edema.

1 liter penambahan berat

badan= 1 kg kenaikan

berat badan

Perpindahan cairan,

restriksi cairan, dan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 72: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

60

Universitas Indonesia

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

BUN, AGD garam, penurunan fungsi

ginjal dapat

mempengaruhi kadar

sodium. Defisit kalium

terjadi karena efek

samping pemberian

diuretic. Peningkatan

BUN akibat kerusakan

ginjal. AGD

menunjukkan adanya

asidosis metabolik

2 Risiko Ketidakseimbangan

elektrolit

Mempertahankan nilai elektrolit dan

khususnya HC03 dalam rentang

normal.

Kriteria Evaluasi:

- Tidak menunjukkan tanda-

tanda ketidakseimbangan

elektrolit

1. Monitor tekanan

darah

2. Kaji level

kesadaran (LOC)

dan perubahan

Dilatasi arteriolar atau

penurunan kontraktilitas

jantung, hipovolemia

dapat ditunjukkan dari

hipotensi dan hipoksia

jaringan.

Penurunan status

mental, konfusi,

kelemahan, paralisis

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 73: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

61

Universitas Indonesia

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

neuromuscular

seperti kekuatan,

irama, dan

pergerakan

3. Kaji suhu kulit,

warna, dan CRT

4. Observasi

perubahan dari

respiratory rate,

kedalaman,kelaina

n dari pernafasan

flaccid dapat terjadi

karena hipoksia,

hiperkalemia, dan

penurunan pH dari

cerebrospinal dan cairan

intertisial.

Mengevaluasi status

sirkulasi, perfusi

jaringan, dan efek

hipotensi.

Hiperventilasi, suara

kussmaul dapat

mengindikasikan adanya

kompensasi dari

kelebihan asam pada

asidosis metabolik.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 74: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

62

Universitas Indonesia

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

Intervensi

kolaborasi:

- Pantau hasil AGD dan

berikan terapi

medikasi sesuai

indikasi.

- Kolaborasi dengan ahli

diet untuk makanan

rendah protein dan

tinggin karbohidrat

pada gagal ginjal.

.

Mengevaluasi perlunya

terapi dan efektifitasnya.

Restriksi protein dapat

berguna untuk

menurunkan sampah

asam hasil metabolisme

3. Konstipasi Masalah konstipasi dapat diatasi.

Kriteria Evaluasi:

Ditandai dengan klien melaporkan

BAB rutin dan feses lunal

1. Auskultasi bunyi usus

(konsistensi dan

frekuensi)

2. Kaji efek samping

terapi pengobatan

Penurunan bunyi usus

menunjukkan adanya

feses yang menumpuk di

usus

Efek samping dari obat

seperti zat besi, antasida.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 75: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

63

Universitas Indonesia

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

3. Kaji pola diet dan

pilihan makanan

4. Anjurkan buah-buahan

segar, sayuran, dan

serat yang sesuai

dengan diet penyakit

yang menyertai.

5. Anjurkan atau bantu

untuk melakukan

pergerakan

6. Pertahankan privasi di

kamar tidur atau kamar

mandi

7. Lakukan masase perut

Pertimbangan pemilihan

menu dapat mengatasi

masalah

Dapat meningkatkan

konsistensi

feses/melunakkan feses

Aktivitas dapat

membantu menstimulasi

gerakan peristatlik,

mengupayakan

pergerakan usus normal

Mengupayakan

kenyamanan dalam

memenuhi kebutuhan

eliminasi pas

Masase perut dapat

dilakukan untuk

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 76: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

64

Universitas Indonesia

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

Intervensi

Kolaborasi:

- Berikan medikasi

sesuai indikasi seperti

obat-obatan laksatif

merangsang pergerakan

feses

Membantu melunakkan

feses sehingga mudah

untuk dikeluarkan

4. Kurang pengetahuan Peningkatan pengetahuan terkait

penyakit yang diderita

Kriteria evaluasi:

- Klien menyatakan mengerti

dengan kondisi, proses

penyakit, prognosis, dan

potensial komplikasi

- Menyatakan mengerti

dengan kebutuhan terapetik

terkait penyakit

- Menyatakan perlunya

perubahan gaya hidup untuk

dapat berpartisipasi untuk

patuh menjalani pengobatan

1. Bahas kembali proses

penyakit, prognosis,

dan harapan

2. Kaji perasaan, fokus,

dan cara untuk

bersahabat dengan

keadaan. Dengarkan

dan jawab pertanyaan

klien dengan jujur

3. Bahas tentang rencana

Menyediakan informasi

sesuai apa yang

diinginkan klien.

Gagal ginjal tahap akhir

memerlukan terapi

dialisa, dan akan

menghadapi perubahan

gaya hidup.

Reaksi yang biasa

muncul adalah cemas,

tidak percaya, marah,

dan depresi

Pembatasan pembatasan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 77: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

65

Universitas Indonesia

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

diet dan pembatasan

cairan dan makan

4. Anjurkan untuk

timbang bb rutin

5. Anjurkan intake kalori

adekuat terutama

karbohidrat pada non

diabetik. Diskusikan

nutrisi seperti intake

protein 0,6-o,7 g/kg

bb/hari dengan

mengkonsumsi protein

yang berkualitas

seperti ayam, telur,

kalsium seperti susu,

keju : retensi phosphor

dapat meningkatakan

stimulasi kelenjar

paratiroid untuk

mengambil kalsium dari

tulang. Pembatasan

cairan apabila

dibutuhkan dan sesuai

dengan output ditambah

IWL

Timbang bb untuk

menunjukkan adanya

peningkatan retensi

cairan

Diet tinggi karbohidrat

untuk mengurangi

konsumsi protein,

mengurangi sampah

metabolism, dan

menyediakan energy

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 78: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

66

Universitas Indonesia

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

ikan

6. Diskusikan terapi obat

seperti vit D, kalsium

suplemen, dan

menjauhi magnesium

antasida(Mylanta)

7. Anjurkan pantau

tekanan darah dan

glukosa secara rutin

8. Diskusikan terkait

aktivitas klien. Dan

tetap pertahankan

untuk latihan

Pembatasan magnesium

(whole grain):

akumulasi magnesium

dapat menganggu fungsi

neuromuscular

Hipertensi dan glukosa

yang tidak terkontrol

dapat meningkatkan

progresivitas dari

penyakit gagal ginjal.

Kelelahan akibat

anemia, gangguan tidur,

malnutrisi dapat

mengurangi aktivitas

klien. Latihan penting

untuk tetap

mempertahankan

kekuatan otot dan sendi.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 79: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

67

Universitas Indonesia

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

9. Libatkan keluarga

terkait pendidikan

kesehatan yang

diberikan

Family support dapat

memotivasi dan

membantu klien

menjalani terapi

pengobatan yang

diberikan.

5.

Hambatan Mobilitas Fisik

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan 3x 24 jam klien dapat

melakukan mobilitas secara optimal

sesuai dengan toleransi klien.

Kriteria evaluasi:

- Klien mampu meningkatkan

kemampuan mobilitasnya.

- Klien mampu

mempertahankan posisi

fungsional tubuh yang

normal

- Klien dapat ikut serta dalam

program latihan untuk

meningkatkan mobilisasi

1. Kaji fungsi motorik

klien

2. Atur posisi tidur agar

tidak menekan area

penonjolan tulang

3. Kaji kemampuan klien

untuk melakukan

mobilisasi

Untuk menentukan

kemampuan motorik

klien, menentukan

adanya gangguan

motorik pada klien

Untuk mengurangi nyeri

akibat penekananan

pada area penonjolan

tulang

Untuk menentukan

tingkat toleransi aktivias

yang dapat klien

lakukan.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 80: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

68

Universitas Indonesia

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

4. Bantu klien untuk

melakukan latihan

rentang gerak sendi

5. Ajarkan serta libatkan

keluarga untuk

membantu klien

melakukan latihan

rentang gerak sendi.

6. Bantu klien untuk

melakukan mobilisasi

secara bertahap sesuai

tingkat toleransi klien

Untuk mempertahankan

tonus otot, mencegah

atrofi otot, dan

mencegah kontraktur.

Untuk meningkatkan

kemampuan keluarga

dalam merawat klien

Untuk meningkatkan

kemampuan mobilisasi

klien dan mencegah

terjadinya komplikasi

akibat immobilisasi

Risiko pemenuhan nutrisi: kurang dari

kebutuhan tubuh

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan 7x 24 jam, masalah

pemenuhan nutrisi dapat teratasi.

Kriteria Evaluasi:

- Keluhan mual dan mutah

1. Tentukan program diet

dan pola makan pasien

dan bandingkan

dengan makanan yang

dapat dihabiskan

Mengidentifikasi

kekurangan dan

penyimpangan dari

kebutuhan terapeutik

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 81: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

69

Universitas Indonesia

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

berkurang/ hilang

- Klien melaporkan

mengalami peningkatan

nafsu makan

- Klien dapat menghabiskan ¾

- 1 porsi makanan yang

diberikan.

pasien

2. Auskultasi bising

usus, catat adanya

nyeri abdomen/ perut

kembung, mual,

muntah, pertahankan

keadaan puasa sesuai

indikasi

3. Berikan makanan cair

yang mengandung zat

makanan (nutrien) dan

elektrolit dengan

segera jika pasien

sudah dapat

mentoleransinya

melalui pemberian

cairan melalui oral

4. Observasi tanda-tanda

hipoglikemi, spt:

perubahan tingkat

Hiperglikemi dan

gangguan

keseimbangan cairan

dan elektrolit dapat

menurunkan motilitas/

fungsi lambung yang

akan mempengaruhi

pilihan intervensi.

Pemberian makanan

melalui oral lebih baik

jika pasien sadar dan

fungsi gastrointestinal

baik.

Hipoglikemia dapat

terjadi karena

penurunan intake

nutrisi.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 82: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

70

Universitas Indonesia

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

kesadaran, kulit

dingin, nadi cepat,

lapar, peka rangsang,

cemas, sakit kepala,

pusing, sempoyongan

5. Lakukan dan pantau

oral higiene klien

Intervensi Kolaboratif

- Berikan obat-obatan

antiemetic sesuai

indikasi

Oral higiene dapat

meningkatkan nafsu

makan dan

menimbulkan sensasi

nyaman pada mulut

Menurunkan gejala

mual dan muntah untuk

dapat meningkatkan

keinginan untuk makan.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 83: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

71

Universitas Indonesia

3.4. Evaluasi Keperawatan

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

Rabu,

15

Mei

2013

Subjektif:

-Klien mengatakan

masih merasa mual dan

ingin muntah.

Objektif:

- TD:130/80

mmHg

- RR:20x/menit

- HR:80x/menit

- Suhu: 36,20 C

- Tidak ada tanda-

tanda kelainan

muscular

- Kekuatan otot

normal,

Subjektif:

-Klien

mengatakan

mengalami

bengkak pada kaki

sejak 1 bulan yang

lalu.

-Klien

mengatakan

mengerti dengan

penjelasan terkait

pembatasan cairan

yang telah

dijelaskan.

Objektif:

Subjektif:

-Klien

mengatakan

saat ini

mengalami

mual dan

penurunan

nafsu makan

-Klien

mengatakan

makanan

hanya sedikit

yang masuk

-Klien

mengatakan

Subjektif:

-Klien

mengeluhkan

mual dan

muntah masih

ada

-Klien

mengatakan

tidak dapat

menghabiska

n makanan

yang

diberikan dan

masih tersisa

¾

- -

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 84: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

72

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

pergerakan

terarah

- Warna mukosa:

pink, CRT < 2

detik

-Pitting edema

derajat 2 di

peritibial.

-Suara nafas:

vesikuler,

wheezing

(-), ronkhi(-)

-JVP 5+1 cm H2O

-Berat badan 50

kg

biasa BAB

sehari sekali

-Klien

mengatakan

perut mulas

tapi tidak mau

keluar dan

perut terasa

tidak nyaman.

-Klien

mengatakan

mengerti

dengan

penjelasan

ynag diberikan

Objektif:

-Bising usus :

-Keluarga

mengatakan

mengerti

terkait cara

oral hygiene

-Setelah 45

menit

diberikan

obat, klien

mengatakan

mual

berkurang.

Objektif:

-Klien

tampak

tampak pucat

-Bising usus:

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 85: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

73

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

5x/menit

-Distensi

abdomen (+)

-Klien dapat

melakukan

masase perut

dengan benar

5x/menit

-Mual (+),

muntah (+)

Kamis

, 16

Mei

2013

Subjektif:

-Klien mengatakan

masih merasa mual dan

ingin muntah.

Objektif:

-TD:120/80 mmHg

-RR:20x/menit

-HR:80x/menit

-Suhu: 36,20 C

Subjektif:

- Klien

mengataka

n minum

1200 cc

Objektif:

-Pitting edema

derajat 2 di

peritibial.

Subjektif:

-Klien

mengatakan

saat ini belum

BAB

-Klien

mengatakan

perut tidak

terasa mulas

- - Subjektif:

-Klien dan

keluarga

mengatakan

mengerti dengan

penjelasan yang

diberikan

-Klien dan

keluarga

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 86: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

74

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

-Tidak ada tanda- tanda

kelainan muscular

-Kekuatan otot normal,

pergerakan terarah

-Warna mukosa: pink,

CRT < 2 detik

-Suara nafas:

vesikuler,

wheezing

(-), ronkhi(-)

-JVP 5+1 cm H2O

-Berat badan 50

kg

-Balance cairan:

seimbang

-intake 1200

output 700 cc,

IWL : 500 cc

-Klien

mengatakan

sudah

melakukan

masase perut

setiap pagi

-Klien

mengatakan

sudah

mengkonsums

i buah-

bauahan dan

sayuran

Objektif:

-Bising usus :

5x/menit

-Distensi

mengatakan baru

mengetahui terkait

penyakit gagal

ginjal kronik

Objektif:

-Klien dan

keluarga dapat

menyebutkan

kembali

pengertian gagal

ginjal kronik

-Klien dan

keluarga dapat

menyebutkan 3

dari 5 penyebab

gagal ginjal kronik

-Klien dapat

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 87: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

75

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

abdomen (+)

menyebutkan 5

dari 12 akibat

gagal ginjal kronik

Klien dapat

menyebutkan

pengertian dan

tujuan hemodialisa

Jumat,

17

Mei

2013

Pasien On HD - -

Sabtu,

18

Mei

2013

Subjektif:

-Klien mengatakan

masih merasa mual

mulai berkurang

Objektif:

-TD:110/70 mmHg

Subjektif:

-Klien

mengatakan

minum 1000 cc

Objektif:

-Pitting edema

Subjektif:

-Klien

mengatakan

mual dan

muntah

berkurang

- -

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 88: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

76

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

-RR:18x/menit

-HR:82x/menit

-Suhu: 36,20 C

-Tidak ada tanda- tanda

kelainan muscular

-Kekuatan otot normal,

pergerakan terarah

-Warna mukosa: pink,

CRT < 2 detik

derajat 1 di

peritibial.

-Suara nafas:

vesikuler,

wheezing

(-), ronkhi(-)

-JVP 5+1 cm H2O

-Berat badan 50

kg

-Balance cairan:

intake 1000 output

600 cc, IWL : 500

cc

-Balance cairan: -

100 cc

-Post HD (17 Mei

2013): 800 cc

-Klien

mengatakan

sudah

melakukan

masase perut

-Klien

mengatakan

sudah

mengkonsums

i buah-buahan

dan sayuran

-Klien

mengatakan

sudah minum

laxadine.

Objektif:

-Bising usus :

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 89: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

77

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

7x/menit

-Distensi

abdomen (+)

Senin,

20

Mei

2013

Subjektif:

-Klien mengatakan

masih merasa mual

namun sudah mulai

berkurang.

Objektif:

-TD:120/80 mmHg

-RR:20x/menit

-HR:82x/menit

-Suhu: 36,10 C

-Tidak ada tanda- tanda

kelainan muscular

-Kekuatan otot normal,

Subjektif:

-Klien

mengatakan

minum 1200 cc

Objektif:

-Pitting edema

derajat 1 di

peritibial.

-Suara nafas:

vesikuler,

wheezing

(-), ronkhi(-)

-JVP 5+1 cm H2O

Subjektif:

-Klien

mengatakan

sudah BAB

tadi pagi

namun masih

sedikit dan

perut masih

terasa mulas

-Klien

mengatakan

sudah

melakukan

- Subjektif:

-Klien dan

keluarga

mengatakan tidak

ingat mengenai

dampak atau

akibat gagal ginjal.

-Klien dan

keluarga

mengatakan

mengerti dengan

penjelasan yang

diberikan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 90: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

78

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

pergerakan terarah

Warna mukosa: pink,

CRT < 2 detik

-Berat badan 50

kg

- Balance cairan:

intake 1200 output

800 cc, IWL : 500

cc. Balance

cairan: - 100 cc

masase perut

-Klien

mengatakan

sudah

mengkonsums

i buah-buahan

dan sayuran

Objektif:

-Bising usus :

7x/menit

-Distensi

abdomen (+)

Objektif:

-Klien dan

keluarga tampak

kooperatif

-Klien dan

keluarga tampak

aktif dalam diskusi

-Klien dan

keluarga dapat

menyebutkan

beberapa contoh

diet makanan

penderita gagal

ginjal kronik.

Selasa,

Pasien On HD

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 91: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

79

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

21

Mei

2013

Rabu,

22

Mei

2013

Subjektif:

-Klien mengatakan

masih merasa mual

sudah berkurang

Objektif:

- TD:120/80

mmHg

- RR:20x/menit

- HR:84x/menit

- Suhu: 360 C

- Tidak ada tanda-

tanda kelainan

muscular

- Kekuatan otot

Subjektif:

-Klien

mengatakan tidak

ada masalah dalam

melakukan

pembatasan cairan

-Klien

mengatakan

merasa nyaman

dengan

pembatasan cairan

yang dilakukan

Objektif:

-Pitting edema

Subjektif:

-Klien

mengatakan

saat ini mual

berkurang dan

nafsu makan

mulai

membaik.

-Klien

mengatakan

BAB tadi pagi

dengan

konsistensi

lembek, warna

- -

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 92: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

80

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

normal,

pergerakan

terarah

- Warna mukosa:

pink, CRT < 2

detik

derajat 1 di

peritibial.

-Suara nafas:

vesikuler,

wheezing

(-), ronkhi(-)

-Kadar albumin 3,

03 g/dl

-Berat badan 50

kg

-Balance cairan:

intake 1200 output

600 cc, IWL : 500

cc

Balance cairan: -

100 cc

kecokelatan,

darah (-),

lendir (-)

Objektif:

-Bising usus :

9x/menit

Distensi

abdomen (-)

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 93: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

81

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

Kamis

, 23

Mei

2013

Subjektif:

-Klien mengatakan mual

mulai berkurang.

Objektif:

- TD:120/80

mmHg

- RR:20x/menit

- HR:80x/menit

- Suhu: 36,20 C

- Tidak ada tanda-

tanda kelainan

muscular

- Kekuatan otot

normal,

pergerakan

terarah

Warna mukosa: pink,

Subjektif:

-Klien

mengatakan

minum 1100 cc

Objektif:

-Pitting edema

derajat 1 di

peritibial.

-Suara nafas:

vesikuler,

wheezing

(-), ronkhi(-)

-JVP 5+1 cm H2O

-Berat badan 50,5

kg

- Balance cairan:

intake 1100 output

- Subjektif:

-Klien

mengeluhkan

mual mulai

berkurang.

-Klien

mengatakan

dapat

menghabiska

n makanan

yang

diberikan

sebanyak ¾

porsi

-Keluarga

mengatakan

melakukan

Subjektif:

-Klien

mengatakan

tidak merasa

pusing dan sesak

saat melakukan

latihan

Objektif:

-Tanda vital

sebelum latihan:

TD:120/80

mmhg

Nadi:

80x/menit

Suhu: 36,30 C

-Tanda vital

sesudah latihan:

-

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 94: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

82

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

CRT < 2 detik 600 cc, IWL : 500

cc

-Balance cairan:

seimbang

oral hygiene

setiap hari

-Setelah 45

menit

diberikan

obat, klien

mengatakan

mual hilang.

Objektif:

-Bising usus:

5x/menit

-Mual (-),

muntah (-)

-Berat badan

50,5 kg

TD:120/80

mmhg

Nadi:

84x/menit

Suhu: 36,30 C

-Kekuatan otot:

5555 5555

5555 5555

-Keluarga dan

klien tampak

kooperatif

-Jenis latihan:

aktif

Jumat, - Pasien On HD

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 95: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

83

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

24

Mei

2013

Sabtu,

25

Mei

2013

Subjektif:

-Klien mengatakan

muntah mulia

berkurang.

Objektif:

- TD:120/80

mmHg

- RR:20x/menit

- HR:80x/menit

- Suhu: 36,20 C

- Tidak ada tanda-

tanda kelainan

muscular

- Kekuatan otot

Subjektif:

-Klien

mengatakan

minum 1200 cc

Objektif:

-Pitting edema

derajat 1 di

peritibial.

-Suara nafas:

vesikuler,

wheezing

(-), ronkhi(-)

-JVP 5+1 cm H2O

-Berat badan 51

-

-

Subjektif:

-Klien

mengatakan

tidak merasa

pusing dan sesak

saat melakukan

latihan

Objektif:

-Tanda vital

sebelum latihan:

TD:120/80

mmhg

Nadi:

82x/menit

Subjektif:

-Klien

mengatakan

hambatanatau

situasi yang tidak

bersahabat dalam

melakukan

pembatasan cairan

adalah cuaca

panas, pesta, dan

saat menonton

tevelisi.

-Klien mengatakan

merasa nyaman

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 96: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

84

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

normal,

pergerakan

terarah

- Warna mukosa:

pink, CRT < 2

detik

kg

- Balance cairan:

intake 1200 output

700 cc, IWL : 500

cc

-Post HD: 600 cc

-Kadar albumin: 3,

06 g/dl

Suhu: 360

C

-Tanda vital

sesuadah latihan:

TD:120/80

mmhg

Nadi:

88x/menit

Suhu: 360

C

-Kekuatan otot:

5555 5555

55555555

-Keluarga dan

klien tampak

kooperatif

-Jenis latihan:

aktif

dengan

pembatasan cairan

yang diberikan

-Klien dan

keluarga

mengatakan agak

sulit untuk

menerapkan diet

yang sesuai

-Klien dan

keluarga

mengatakan

merasa cemas jika

tidak mendapatkan

tempat untuk

hemodialisa atau

tempatnya jauh

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 97: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

85

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

dari rumah

-Klien mengatakan

strategi yang dapat

digunakan seperti

berdoa dan

dukungan keluarga

untuk patuh

terhadap

pembatasan

cairan.

-Klien mengatakan

merasa nyaman

dengan

pembatasan cairan

yang dilakukan.

Objektif:

-Klien dan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 98: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

86

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

keluarga tampak

kooperatif

-Klien dan

keluarga aktif

dalam mengikuti

diskusi

-Klien dapat

menyebutkan

kembali pilihan

diet makanan pada

penderita gagal

ginjal kronik.

- Senin,

26

Mei

2013

Subjektif:

-Klien mengatakan

masihmual sudah tidak

muncul sejak kemarin.

Subjektif:

-Klien

mengatakan

minum 1200 cc

- - Subjektif:

-Klien

mengatakan

tidak merasa

-

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 99: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

87

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

Objektif:

- TD:110/80

mmHg

- RR:20x/menit

- HR:86x/menit

- Suhu: 36,10 C

- Tidak ada tanda-

tanda kelainan

muscular

- Kekuatan otot

normal,

pergerakan

terarah

- Warna mukosa:

pink, CRT < 2

detik

Objektif:

-Pitting edema (-)

-Suara nafas:

vesikuler,

wheezing

(-), ronkhi(-)

-JVP 5+1 cm H2O

-Berat badan 52

kg

- Balance

cairan:

intake

1200

output 700

cc, IWL :

500 cc

pusing dan sesak

saat melakukan

latihan

Objektif:

-Tanda vital

sebelum latihan:

TD:110/80

mmhg

Nadi:

86x/menit

Suhu: 360

C

-Tanda vital

sesuadah latihan:

TD:110/80

mmhg

Nadi:

90x/menit

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 100: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

88

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

Suhu: 360 C

-Keluarga dan

klien tampak

kooperatif

-Jenis latihan:

aktif

Selasa,

27

Mei

2013

Pasien On HD

-

Rabu,

28

Mei

2013

Subjektif:

-Klien mengatakan

masih merasa mual dan

ingin muntah.

Objektif:

Subjektif:

-Klien

mengatakan

minum 1200 cc

Objektif:

Subjektif:

Klien

mengeluhkan

mual dan

muntah tidak

Subjektif:

Klien

mengatakan

tidak merasa

pusing dan sesak

Subjektif:

Klien mengatakan

cukup mengerti

dengan penjelasan

yang diberikan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 101: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

89

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

TD:120/80 mmHg

RR:20x/menit

- HR:80x/menit

- Suhu: 36,20 C

- Tidak ada tanda-

tanda kelainan

muscular

- Kekuatan otot

normal,

pergerakan

terarah

- Warna mukosa:

pink, CRT < 2

detik

-Pitting edema

(-)

-Suara nafas:

vesikuler,

wheezing

(-), ronkhi(-)

-JVP 5+1 cm H2O

-Berat badan 52

kg

-Balance cairan:

intake 1200 output

700 cc, IWL : 500

cc

-Post HD: 600 cc

ada.

-Klien

mengatakan

nafsu makan

sudah mulai

membaik

-Klien

mengatakan

sudah dapat

menghabiska

n makanan

sesuai porsi

yang

disediakan

Objektif:

-Klien

tampak

saat melakukan

latihan.

-Klien

mengatakan

telah mencoba

melakukan

latihan ROM

aktif tadi pagi

-Klien

mengatakan

akan melakukan

latihan ROM

setiap pagi pukul

06.00

Objektif:

-Tanda vital

sebelum latihan:

oleh mahasiswa

-Klien mengatakan

latihan yang akan

dilakukan adalah

jalan kaki dan

senam setiap hari

- Klien

mengatakan

merasa nyaman

dan merasa yakin

untuk mencoba

melakukan

pembatasan cairan

-Klien mengatakan

hal yang ingin

dicapai adalah

tetap sehat dan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 102: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

90

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

tampak pucat

-Bising usus:

10x/menit

Mual (-),

muntah (-)

-Berat badan:

52 kg

TD:120/80

mmhg

Nadi: 80x/menit

Suhu: 36, 20 C

-Tanda vital

sesuadah latihan:

TD:110/80

mmhg

Nadi90x/menit

Suhu: 360

C

-Keluarga dan

klien tampak

kooperatif

-Jenis latihan:

aktif

-Klien dapat

melakukan

bisa tetap aktif

dalam melakukan

kegiatan sosial.

-Klien mengatakan

dukungan keluarga

sangat penting

dalam menjalani

pola hidup yang

baru

-Klien mengatkan

akan mencoba

menerapkan pola

hidup yang baru.

-Klien akan

mencoba anjuran

untuk

memeriksakan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 103: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

91

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

tindakan ROM

aktif sesuai

dengan urutan.

kesehatan rutin

(tekanan darah,

kadar gula),

menimbang berat

badan setiap hari,

dan mencatat

cairan masuk dan

keluar.

Objektif:

- Klien dan

keluarga

tampak

kooperatif

- Klien dan

keluargater

libat aktif

dalam

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 104: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

92

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

diskusi

- Klien dapat

menyebutk

an kembali

tujuan

pembatasa

n cairan

dan

manfaat

yang

dicapai.

- Klien dapat

menyebutk

an kembali

diit

makanan

yang sesuai

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 105: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

93

Universitas Indonesia

Hari Dx : Risiko

Ketidakseimabangan

Elekrolit

Dx: Kelebihan

volume cairan

Dx:

kOnstipasi

Dx:Risiko

Nutrisi

Kurang Dari

Kebutuhan

Dx:Hambatan

Mobilitas Fisik

Dx:Kurang

Pengetahuan

dengan

penyakit

gagal

ginjal

kronik.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 106: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

94 Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISA SITUASI

4.1. Profil Lahan Praktek

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo ( RSUPN

Dr. Cipto Mangunkusumo) merupakan rumah sakit rujukan nasional yang

bertempat di ibukota negara Jakarta. Sejarah berdirinya RSUP Cipto

Mangunkusumo memiliki kaitan erat dengan fakultas kedokteran Universitas

Indonesia. Pada tanggal 19 November 1919 didirikan CBZ (Centrale

Burgelijke Ziekenhuis) yang disatukan dengan STOVIA. Sejak saat itu

penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kedokteran semakin maju dan

berkembang fasilitas pelayanan kedokteran spesialistik bagi masyarakat luas.

Nama RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo mengalami beberapa kali

pergantian nama dari awal berdiri sampai saat ini. Peraturan terbaru yaitu

berdasarkan PP nomor 116 Tahun 2000, tanggal 12 Desember 2000, RSUPN Dr

Cipto Mangunkusumo ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) RS Dr

Cipto Mangunkusumo Jakarta. Dalam perkembangan selanjutnya, Perjan

RSCM berubah menjadi Badan Layanan Umum berdasarkan PP.Nomor 23

tahun 2005 (http://www.rscm.co.id)

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo memiliki visi untuk menjadi Rumah

Sakit Pendidikan dan Pusat Rujukan Nasional terkemuka di Asia Pasifik tahun

2014. Misi yang dilakukan antara lain memberikan pelayanan kesehatan

paripurna dan bermutu serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, menjadi

tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan, tempat penelitian dan

pengembangan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

melalui manajemen yang dinamis dan akuntabel(http://www.rscm.co.id).

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 107: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

95

Universitas Indonesia

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo bernaung dibawah Kementerian

Kesehatan RI. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo telah mendapatkan akreditasi

sebagai rumah sakit dengan standar pelayanan berkelas dunia oleh lembaga

mutu internasional Joint Commission International (JSI) sejak bulan April

2013. Dimana, hal ini merupakan pencapaian yang istimewa yaitu menjadi

rumah sakit pemerintah pertama di Indonesia yang terakreditasi dengan standar

pelayanan berkelas dunia. Akreditasi JCI melakukan penilaian terhadap suatu

tempat pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk menentukan apakah suatu

organisasi telah memenuhi standar yang dirancang untuk memperbaiki

keselamatan dan kualitas pelayanan.

RSUP Cipto Mangunkusumo memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang

lengkap. Pelayanan kesehatan yang tersedia antara lain pelayanan spesialis

klinik (terdiri dari berbagai spesialisasi), pelayanan pemeriksaan penunjang

(Laboratorium, Hemodialisa, Kamar Bedah, dll), pelayanan rawat inap (anak,

dewasa, kelas 1-3, kelas VIP, ICU, IGD, dll), dan tenaga kesehatan yang

professional (http://www.rscm.co.id).

Gedung rawat inap yang dimiliki RSUP Cipto Mangunkusumo salah

satunya adalah Gedung A. Dimana, konsep dari rawat inap ini adalah

pelayanan rawat inap terpadu. Pelayanan Rawat Inap Terpadu ini

merupakan Integrasi 9 Departemen di RSCM terdiri kandungan dan kebidanan ,

bedah, bedah Syaraf, THT, penyakit dalam, anestesi, mata, kulit dan kelamin,

dan geriatri. Gedung 8 lantai, terdiri dari 169 kamar rawat, dan total kapasitas

900 tempat tidur . Gedung A terdiri dari 8 lantai yang terdiri dari kelas satu

hingga kelas 3 (http://www.rscm.co.id)

Penulis menjalani mata ajar praktik klinik KKMP yang mengambil

peminatan kmb kekhususan penyakit dalam ditempatkan di lantai 7 zona A.

Lantai 7 Zona A Gedung RSUP Cipto Mangunkusumo merupakan ruang rawat

penyakit dalam kelas III. Ruang rawat penyakit dalam khusus pasien laki-laki

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 108: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

96

Universitas Indonesia

dengan kapasitas 50 bed. Ruang rawat Lantai 7 Zona A terdiri dari 6 ruang

rawat biasa dengan kapasitas 6 bed dan 4 ruang rawat khusus dengan kapasitas

4 bed. Ruang rawat khusus merupakan ruang rawat untuk pasien-pasien dengan

kondisi tertentu seperti penyakit menular melalui udara seperti TB, Hemofilia,

dll.

Lantai 7 Zona A Selatan memiliki fasilitas yang cukup memadai. Ruang-

ruangan perlengkapan seperti ruangan alat kesehatan, ruang khusus

penyimpanan alat kesehatan dan linen yang telah terpakai, ruang edukasi, ruang

makan, ruang dokter, dan ruang diskusi mahasiswa. Perlengkapan yang dimiliki

ruang rawat terkait lain alat-alat kesehatan (stetoskop, sfignomanometer,

emergency trolley, EKG, dll), kotak-kotak obat masing-masing pasien, 3 buah

komputer, dua buah nurse stasion di sisi kanan dan kiri, peralatan APAR, dll.

Alat pelindung diri tersedia lengkap seperti sarung tangan bersih dan steril,

apron, masker, masker khusus (N95). Kotak kuning dan plastik khusus untuk

benda-benda infeksius ada di setiap trolley perawat. Fasilitas lain yang dapat

memudahkan keluarga pasien adalah adanya petugas khusus untuk

mengantarkan pasien untuk transfer antar ruangan atau melakukan prosedur

medis, mengantarkan hasil laboratorium, mengambilkan darah ke bank

darah,dll.

Ruang rawat kelas III di Gedung A lantai z zona A cukup memadai dan

nyaman. Di masing-masing ruang rawat terdapat 6 bed dengan 1 kamar mandi

dan 1 wastafel, dan 1 buah jam dinding. Setiap pasien dipisahkan dengan tirai.

Setiap pasien memiliki 1 buah meja. Ruangan juga dilengkapi air conditioner

(AC) dan 4 buah jendela. Masing-masing bed pasien dilengkapi bel yang dapat

digunakan pasien untuk memanggil perawat dan botol alkohol pencuci tangan.

Di pintu terpasang arah evakuasi dan 6 langkah mencuci tangan yang benar.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 109: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

97

Universitas Indonesia

4.2. Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP dan Konsep

Kasus Terkait

Batu ginjal merupakan salah satu masalah yang ditemui dan dialami pria

(Pak, Charles, 1998). Sebgaian besar pembentukan batu ginjal yaitu sekitar 80%

berasal dari penumpukan kalsium oksalat (Pak, Charles, 1998). Faktor- faktor

yang dapat dapat menyebabkan risiko penumpukan batu ginjal antara lain

kebiasaan kurang minum, kurang mengkonsumsi air putih, diet makanan,

konsumsi obat-obatan herbal, faktor genetik, d lingkungann (Gul, Asiya, 2005)

Pasien memiliki kebiasaan kurang mengonsumsi air putih. Pasien lebih

memilih untuk minum- minuman manis dan berwarna. Klien juga lebih senang

mengonsumsi kopi dan teh. Istri pasien mengatakan pasien dapat mengonsumsi

teh atau kopi 2 gelas sehari. Minuman- minuman yang berwarna dan memiliki

rasa umumnya lebih menarik bagi sebagian besar orang. Kopi merupakan

minuman wajib bagi klien untuk mencegah mengantuk saat bekerja. Tuntutan

pekerjaan yang tinggi mengharuskan klien untuk tetap terjaga.

Kopi, soft drink dan teh termasuk minuman yang banyak mengandung

oksalat. Kelebihan oksalat ini menyebabkan keadaan hiperoksaluria. Keadaan

tersebut dapat menyebabkan peningkatan risiko pembentukan batu ginjal.

Menurut penelitian yang dilakukan Wibowo (2006) terkait faktor yang

mempengaruhi pembentukan batu ginjal antara lain kebiasaan kurang minum

berkaitan dengan gaya hidup seperti kurang minum.

Tempat tinggal pasien yaitu berada di daerah Bekasi. Dimana, sebagian

besar daerah Bekasi merupakan kawasan industri. Penelitian yang dilakukan oleh

Pak (1998) menemukan bahwa sebagian besar wilayah industri berisiko terkena

batu ginjal. Dimana, sebanyak 80% batu ginjal terbentuk dari garam kalsium

dan biasanya menjadi jenis batu ginjal jenis oksalat.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 110: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

98

Universitas Indonesia

Gaya hidup lain yang dapat mempengaruhi pembentukan gagal ginjal yaitu

konsumsi protein secara berlebihan. Pasien mengatakan suka mengkonsumsi

daging. Konsumsi daging yang berlebihan dapat menimbulkan sampah berupa

kristal- kristal oksalat.Pasien juga gemar mengonsumsi makanan asin seperti

ikan asin. Pasien mengatakan makanan yang biasa dibeli juga cenderung gurih.

Istri klien mengaku jarang karena sibuk untuk bekerja. Hal ini menyebabkan istri

pasien jarang memasak dan lebih banyak makanan- makanan yang dibeli.

Makanan asin dan minum yang kurang dapat menyebabkan keadaan

hiperkalsiuri.

Hiperkalsiuri yaitu tingginya kadar kalsium di dalam urin yang bisa

disebabkan oleh tingginya pembuangan kalsium ke urin karena tingginya

konsumsi kalsium atau bisa karena kurangnya jumlah urin yang dihasilkan.

Karena jika urin yang dihasilkan semakin banyak, maka akan menurunkan

konsentrasi kalsium di dalam urin. Hal tersebutdapat mengurangi kepekatan urin

oleh kalsium (Gul, Asiya, 2005).

Keadaan cuaca di Indonesia yang cenderung panas dan iklim yang

berubah- ubah dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal. Temperatur

yang tinggi akan meningkatkan jumlah keringat dan meningkatkan konsentrasi

air kemih apabila tidak diimbangi dengan konsumsi air yang cukup. Konsentrasi

air kemih yang meningkat dapat menyebabkan pembentukan Kristal. Pekerjaan

klien terdahulu adalah tukang bangunan yang membuat klien lebih sering

terpapar dengan sinar matahari.

4.3.Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait

Ginjal memiliki peranan yang penting dalam mengatur regulasi cairan

dalamtubuh. Salah satu dampak dari penurunan fungsi ginjal pada penyakit gagal

ginjal kronik adalah ketidakmampuan ginjal untuk meeksresikan air. Hal ini

membuat penderita gagal ginjal memiliki risiko tinggi untuk mengalami

kelebihan volume cairan. Kelebihan volume cairan dapat menyebabkan timbulnya

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 111: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

99

Universitas Indonesia

edema dependen, asites, edema paru, sampai gagal jantung. Maka, kelebihan

volume cairan ini penting untuk menjadi perhatian. Salah satu diagnosa

keperawatan yang umumnya muncul pada penyakit gagal ginjal adalah kelebihan

volume cairan. Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah

dengan restriksi/ pembatasan cairan yang masuk.

Pembatasan cairan merupakan salah satu tantangan terberat bagi penderita

gagal ginjal kronik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fowler & Baas (2006)

menemukan salah satu penyebab depresi dari penderita gagal ginjal kronik adalah

adanya restriksi atau pembatasan cairan. Berdasarkan studi literatur yang

dilakukan oleh JohnStone & Halshaw( 2003) menemukan 10-42% dari penderita

penyakit gagal ginjal kronik dikategorikan tidak patuh terhadap pembatasan

cairan. Sebagian besar penderita gagal ginjal kronik menyatakan bahwa

pembatasan cairan merupakan hal yang terberat selama menjalani hidup dengan

hemodialisa (Tovazzi & Mazzoni, 2012).

Intervensi keperawatan yang terkait pembatasan cairan menjadi salah satu hal

yang menarik dan tantangan bagi peneliti untuk dapat meningkatkan kepatuhan

terhadap pembatasan cairan. Salah satu penelitian terkait strategi yang dapat

digunakan untuk dapat meningkatkan kepatuhan untuk melakukan pembatasan

minum adalah penelitian yang dilakukan oleh Joshtone dan Halshaw. Penelitian

ini menggunakan pendekatan cognitive behavioral therapy (CBT). Jumlah

responden dalam penelitian ini adalah 31 peserta dengan sebagian besar

responden (58%) berusia 41- 68 tahun yang menjalani waktu dialisis rata-rata 1-2

tahun. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan focus group discussion.

Strategi cognitive behavioral therapy yang digunakan adalah dengan

mengenalkan terkait komplikasi dari kelebihan cairan, cara melakukan

pembatasan cairan, masalah-masalah yang dihadapi selama melakukan

pembatasan cairan.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 112: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

100

Universitas Indonesia

Intervensi yang dilakukan penulis berdasarkan penelitian yang dilakukan

antara lain membagi sesi cognitive behavioral therapy menjadi 3 pertemuan. yaitu

adalah melakukan sesi satu, sesi dua, dan sesi tiga. Pada sesi satu adalah

melakukan pengkajian. Waktu yang dipakai adalah sekitar 45 menit. Pada sesi

ini, dilakukan pengkajian mengenai apa kepercayaan pasien terkait penyakitnya,

bagaimana pemahaman pasien terkait alasan untuk tidak patuh, bagaimana

perilaku pasien terkait pembatasan cairan, bagaimana pengaruh sosial dari

penyakit yang diderita, bagaimana pendapat terkait program pembatasan cairan,

mengenalkan manfaat pembatasan cairan, dan cara melakukan pengontrolan

pembatasan cairan, apa perasaan yang mungkin saat melakukan pembatasan

cairan. Masalah – masalah yang dirasakan klien dalam melakukan pembatasan

cairan diminta untuk dicatat dan didiskusikan pada sesi selanjutnya.

Sesi kedua dilakukan 3 hari kemudian. Pertemuan yang dilakukan sekitar 45

menit. Hal yang dibahas antara lain melakukan review kembali terkait sesi 1,

menceritakan kembali masalah-masalah fisik dan emosional yang dihadapi saat

melakukan pembatasan cairan, dan strategi – strategi yang dapat dilakukan terkait

masalah yang dihadapi.

Sesi terakhir dilaksanakan pada hari keempat setelah sesi kedua. Hal- hal yang

didiskusikan meliputi diskusi mengenai perasaan, hambatan, dan strategi yang

dilakukan, dan menyusun goal setting. Pada saat penyusunan goal setting ini,

klien diminta untuk menuliskan di catatan mengenai hal- hal yang ingin dicapai

dalam pembatasan cairan seperti berat badan yang stabil dan jumlah cairan yang

harus dikonsumsi. Pada sesi ini juga ditekankan bahwa goal setting bukan untuk

membatasi klien dan membuat merasa tertekan. Klien diminta untuk tetap

menikmati proses dan mengontrol emosi dalam menjalani pembatasan cairan.

Pasien ditemani istri klien saat melakukan pertemuan sesi setu. Kesimpulan

hasil yang diperoleh dari sesi satu adalah perasaan klien yang cenderung merasa

dibatasi. Klien menyatakan akan terjadi perubahan pola hidup yang mungkin

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 113: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

101

Universitas Indonesia

membuatnya merasa tidak nyaman. Pasien mengatakan tidak yakin dengan

perubahan yang akan dilalui dan pastinya ada tantangan yang mungkin ditemui.

Pasien mengatakan perasaan sedih dan marah saat mengetahui didiagnosa

menderita penyakit gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah. Pasien awalnya

menolak untuk mendapatkan terapi hemodialisa karena alasan keuangan dan jarak

rumah yang cukup jauh. Namun, jaminan kesehatan dan penjelasan mengenai

pentingnya hemodialisa memungkinkan untuk klien untuk mengikuti terapi.

Pasien tampak mendengarkan penjelasan dengan seksama saat mahasiswa

menjelaskan mengenai pembatasan cairan yaitu cara untuk melakukan dan

manfaat dari tindakan tersebut.

Pasien diminta untuk melakukan pencatatan jumlah cairan yang keluar dan

masuk selama 24 jam. Penulis memberikan formulir untuk mencatat pemantauan

cairan. Pasien juga diminta untuk melakukan penimbangan berat badan rutin yaitu

pada jam yang sama. Pasien diminta untuk menuliskan perasaan dan hambatan

atau tantangan yang dirasakan selama melakukan proses pembatasan cairan.

Pertemuan pada sesi dua membahas mengenai hambatan yang dirasakan

pasien, dan membahas mengenai pemantauan cairan yang dilakukan klien. Istri

pasien memperlihatkan catatan yang telah dibuat. Mahasiswa melakukan evaluasi

terkait tantangan yang dirasakan pasien. Pasien mengatakan tantangan yang

dirasakan adalah merasa akan lebih banyak minum setelah minum obat dan saat

makan.Pasien mengaku dapat memenuhi target untuk minum 1000 - 1200 ml/hari.

Pasien mengatakan tidak ada masalah yang cukup berat dirasakan selama 3 hari

terakhir. Pasien juga mengatakan perasaannya cukup puas untuk dapat patuh pada

pengobatan.

Penulis dan pasien melanjutkan diskusi dengan membahas situasi- situasi

yang mungkin dihadapi saat berada di luar rumah sakit. Penulis dan pasien

berdiskusi mengenai situasi- situasi yang memungkinkan untuk dapat menjadi

tantangan dalam melakukan pembatasan cairan. Situasi antara lain saat

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 114: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

102

Universitas Indonesia

menghadiri pesta, saat bekerja, saat bersantai. Pasien dan penulis juga membahas

strategi- strategi yang dapat dilakukan untuk menghadapi situasi yang menantang

tersebut.

Sesi terakhir dilakuakan selama 45 menit. pasien diminta untuk menceritakan

kembali terkait manfaat dari pembatasan cairan dan perasaaan setelah melakukan

pembatasan cairan selama 10 hari terakhir. Pasien mengatakan cukup

menyenangkan dan masih bisa untuk memenuhi target pembatasan cairan. Pasien

mengungkapkan strategi yang dilakukan adalah membasahi bibir dan botol yangb

sudah ditakarkan ditaruh di dekat klien dan menyingkirkan botol- botol lain dari

atas meja klien. Pasien mengungkapkan keinginan untuk dapat memenuhi target

dan melakukan hal-hal yang telah dianjurkan. Pasien menuliskan tujuannya dalam

melakukan pembatasan cairan adalah untuk tetap sehat dan menikmati hidup.

Hasil dari cognitive behavioral therapy yang dilakukan selama 2 minggu

merawat pasien kelolaan yaitu menunjukkan bahwa terapi ini cukup efektif. Hasil

dari catatan perkembangan menunjukkan tidak ada peningkatan berat badan

signifikan(IWG) selama 2 minggu ini. Hasil pemantauan balance cairan juga

menunjukkan hasil yang seimbang dan pasien dapat memenuhi target cairan yang

telah disusun. Pasien menunjukkan antusias dalam melakukan cognitive

behavioral therapy.

Keefektifan dari cognitive behavioral therapy dalam melakukan pembatasan

cairan yang dilakukan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

peningkatan manajemen diri klien dan dukungan sosial. Tovazzi dan Mazzoni

(2012) menemukan bahwa kepatuhan terhadap pembatasan cairan berkaitan

dengan motivasi individu, kontrol emosi, pengalaman pribadi, waktu, dan

motivasi dari orang lain.

Pasien yang menunjukkan antusias, emosi yang relatif stabil dan perasaan

nyaman menunjukkan bahwa terjadi suatu hubungan yang positif antara gejala

fisik, perilaku, pikiran, dan emosional saling mempengaruhi. Pandangan dan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 115: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

103

Universitas Indonesia

harapan yang positif, dukungan sosial, dan pandangan subjektif terkait status

kesehatan berkaitan dengan kualitas hidup.

Manajemen diri (self management ) klien juga tampak mulai terlihat dari cara

pasien melakukan pembatasan diet dan cairan. Manajemen diri yang optimal juga

berpengaruh pada kualitas hidup pada penderita gagal ginjal kronik. Manajemen

diri merupakan usaha positif yang dilakukan seseorang untuk mengatur dan

menjaga dan berpartisipasi terhadap pengobatan dan perawatan terkait penyakit,

memcegah komplikasi, mengontrol tanda gejala, dan mengurangi hal yang dapat

membahayakan hidupnya.

Pasien ditemani istri saat melakukan pelatihan. Pasien mengatakan bahwa

istri juga sangat membantu untuk mengingatkan saat klien mulai minum melebihi

batas minuman yang telah ditentukan. Istri pasien juga membantu klien untuk taat

dengan diet makanan yang telah disediakan. Keterlibatan keluarga atau family

support dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan klien terhadap terapi pembatasan

cairan. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan

meningkatkan motivasi pasien dalam melakukan pembatasan cairan.

Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan oleh (Ford, 2010).

Penderita gagal ginjal yang menikah atau memiliki keluarga memiliki tingkat

kepatuhan melakukan pengobatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang

tidak menikah, hidup sendiria, atau bercerai. Menurut Friedman (1998 dalam

Wahyuningsih 2011), dukungan keluarga dapat memotivasi klien. Dukungan

keluarga yang diberikan dapat berupa dukungan informasi, dukungan

penghargaan, dukungan peralatan dan dukungan emosional.

Pendidikan kesehatan berpengaruh pada reaksi emosional pasien terhadap

pembatasan cairan yang diberikan. Pendidikan kesehatan yang dilakukan antara

lain memberikan informasi terkait penyakit seperti pengertian, penyebab, dampak,

dan terapi pengobatan pada penderita gagal ginjal kronik. Pemberian pendidikan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 116: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

104

Universitas Indonesia

kesehatan meningkatkan reaksi emosional terhadap perasaan yang lebih sejahtera,

peran, dan fungsi sosial pasien (Meers et al 1996 dalam Costantini, 2006).

Implementasi terkait pembatasan cairan berdasarkan pada penelitian yang

dilakukan masih mengalami kekurangan. Dimana, berdasarkan penelitian terkat

cognitive behavioral therapy dilakukan pada kelompok orang - orang yang

menjalani hemodialisa yang tidak sedang menjalani masa perawatan di rumah

sakit. Sedangkan, mahasiswa melakukan intervensi pada satu orang pasien yang

sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Pembatasan cairan yang dilakukan di

rumah sakit umumnya dapat dilakukan dengan baik dengan pengawasan ketat

keluarga dan tenaga kesehatan. Pasien juga melakukan aktivitas minimal sehingga

perasaan haus masih dapat dikontrol dengan baik. Pasien juga belum merasakan

tantangan - tantangan yang dapat mempengaruhi emosi seperti menghadiri pesta

yang memungkinkan klien merasa bersalah apabila mencicipi minuman yang

banyak.

Waktu evaluasi juga menjadi salah satu kelemahan dari intervensi pembatasan

cairan yang dilakukan. Cognitive behavioral therapy pada penelitian yang dipakai

mengevaluasi dengan menggunakan rentang waktu 6 sampai 12 minggu setelah

melakukan terapi ini. Sedangkan, penulis hanya menggunakan waktu selama 2

minggu untuk melakukan evaluasi. Evaluasi terkait perilaku umumnya dilakukan

pada rentang waktu yang lebih lama karena perubahan perilaku tidak dapat

dilakukan secara cepat. Perubahan perilaku membutuhkan proses dan adaptasi

dari seorang individu.

Penulis menggunakan pendekatan penerapan keperawatan jiwa dalam

cognitive behavioral therapy. Referensi yang dibaca masih dirasa belum cukup

dan seharusnya telah melakukan pelatihan terkait terapi ini sebelumnya. Penulis

menggunakan penerapan keperawatan jiwa yang telah dibekali komunikasi

terapetik dalam menerapkan cognitive behavioral therapy. Komunikasi terapetik

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 117: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

105

Universitas Indonesia

ini dirasa cukup efektif dan mampu membina hubungan saling percaya antara

penulis dan pasien.

4.4. Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan

Penulis menjumpai masalah - masalah dalam menerapkan cognitive

behavioral therapy. Masalah yang dihadapi antara lain penerapan cognitive

behavioral therapy yang sesuai standard pendekatan keperawatan jiwa. Masalah

tersebut dapat diatasi dengan mempersiapkan diri dengan mengikuti pelatihan

cognitive behavioral therapy untuk para mahasiswa dan perawat ruangan.

Pendekatan secara cognitive behavioral therapy dapat membantu klien yang

menjalani pembatasan cairan secara kognitif, perilaku, dan emosional.

Cognitive behavioral therapy memang dirasakan efektif apabila dilakukan

secara berkelompok. Dengan dibentuknya kelompok, peserta dapat saling

berbagi pengalaman, strategi untuk melakukan pembatasan cairan dan saling

memotivasi satu sama lain. Waktu evaluasi juga perlu diperhatikan. Sebaiknya

peserta terapi juga dilakukan evaluasi kembali terkait kepatuhan dalam

melakukan terapi.

Cognitive behavioral therapy terkait pembatasan cairan dapat menjadi

salah satu cara untuk meningkatkan manajemen diri pada penderita gagal ginjal

kronik. Perawat dapat berperan dengan mendukung manajemen diri penderita

gagal ginjal kronik dengan pemberian edukasi, menyusun program pelatihan

bersama, dan memberikan dukungan psikologis yang bersifat motivasi.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 118: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

106 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasar tujuan penulisan yang ditetapkan terkait gambaran penerapan cognitive

behavioral therapy pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa

dengan pembatasan cairan, maka diperoleh kesimpulan bahwa:

5.1.1 Asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronik

menggunakan proses keperawatan diantaranya pengkajian, analisis

data, perumusan diagnosa, intervensi, implememtasi, dan evaluasi.

5.1.2 Cognitive behavioral therapy dibagi menjadi 3 sesi latihan yang terdiri

dari pengkajian, mengevaluasi perasaan, strategi- strategi untuk

menghadapi masalah, dan menyusun goal setting.

5.1.3 Penyakit gagal ginjal yang disebabkan oleh batu ginjal dapat

disebabkan karena gaya hidup yang kurang sehat.

5.1.4 Cognitive behavioral therapy terbukti efektif untuk meningkatkan

kepatuhan terhadap pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik

yang menjalani hemodialisa.

5.2. Saran

Beberapa saran yang penulis rekomendasikan antara lain:

5.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan

Cognitive behavioral therapy terbukti efektif dalam meningkatkan

kepatuhan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

terkait pembatasan cairan. Pihak rumah sakit dapat melakukan

pelatihan terkait cognitive behavioral therapy. Perawat ruangan juga

dapat menerapkan cognitive behavioral therapy dengan pendekatan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 119: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

107

Universitas Indonesia

kelompok. Perawat dapat mengumpulkan pasien- pasien yang sedang

menjalani pembatasan cairan di suatu ruangan. Dengan dibentuknya

kelompok, diharapkan dapat memotivasi antar pasien dan saling

bertukar pengalaman. Perawat dapat berperan dengan mendukung

manajemen diri penderita gagal ginjal kronik dengan pemberian

edukasi, menyusun program pelatihan bersama, dan memberikan

dukungan psikologis yang bersifat motivasi

5.2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Cognitive behavioral therapy merupakan suatu terapi dari ilmu

keperawatan jiwa. Maka, cognitive behavioral therapy dapat

dimasukkan ke dalam sub topik bahasan pada mata kuliah

keperawatan khususnya bidang keperawatan jiwa.

5.2.3 Penulisan Karya Ilmiah Selanjutnya

Penulis yang ingin mengambil terkait tingkat kepatuhan terhadap

pembatasan cairan dapat menggunakan pendekatan metode terapi lain

yang yang telah berdasarkan evidence based practice. Karya ilmiah ini

juga dapat menjadi acuan bagi penulis yang ingin menggunakan

cognitive behavioral therapy ini pada pasien dengan penyakit tertentu

untuk meningkatkan kepatuhan pada suatu terapi pengobatan.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 120: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

American Kidney Fund. (2012). Kidney disease statistic. Diunduh pada tanggal 28

Juni 2013 pukul 22.00 WIB dari http://www.kidneyfund.org/about-

us/assets/pdfs/akf-kidneydiseasestatistics-2012.pdf

Anson, M. H., Byrd, R. M., Koch, I. E. (2009). Cognitive behavioral treatment to

improve adherence to hemodialysis fluid restrictions: A case report.

Diunduh pada tanggal 10 Mei 2013 pukul 16.00 WIB dari

http://www.readcube.com/articles/10.1155/2009/835262

Asiya,Gul (2005). A modeling study of the role of protein in calcium oxalate kidney

stone formation. Diunduh pada tanggal 05 Juli 2013 pukul 17.00 WIB dari

http://search.proquest.com/docview/305026531/13F240965D22E01D53E/

3?accountid=17242

Black, J., & Hawks, J. (2009). Medical- surgical nursing: Clinical management for

positive outcomes (8th

ed., vol 2). Missouri: Saunders Elseiver.

Costantini, Lucia. (2006). Compliance, adherence, and self management: Is a

paradigm Shift possible for chronic kidney disease clients?. CANNT

Journal; Oct-Dec 2006: 16, 4; Proquest pg 22. Diunduh pada tanggal 28

Juni 2013 pukul 17.00 WIB dari

http://search.proquest.com/docview/236627515/13F438E650331306E1E/

1?accountid=17242

Doenges, E. Marylynn., Moorhouse, F.M., Murr, C. A. (2010). Nursing diagnosis

manual:Planning, individualizing, and documenting client care (2 th

edition). Philadelphia :F.A Davis Company.

Ford, Anderson. Carla.A. (2010). The impact of demographics, sosial support and

health beliefs on adherence to hemodialysis treatment regimen. Diunduh

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 121: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

109

Universitas Indonesia

pada tanggal 10 Juli 2013 pukul 14.00 WIB dari

http://search.proquest.com/docview/366834328/13F4B5E7E485A3A8A1

B/1?accountid=17242

Fowler, Christoper., & Baas, S.Linda. (2006). Quality of life; health-related quality

of life and estimates of utility are low in CKD patient. Diunduh pada

tanggal 1 Juli 2013 pukul 14.00 WIB. dari

http://search.proquest.com/docview/210065793/13F028978866BEEC202/5

?accountid=17242

Hafford, Judith., & Brown, Tom. (2009). Cognitive- behavioral therapy as an

adjunctive treatment in chronic physical illness. Diunduh pada tanggal 11

Mei 2013 pukul 17.00 WIB dari

http://apt.rcpsych.org/content/15/4/306.full.pdf

Harwood, Lory., et all. (2009). Stressor and coping in individual with chronic kidney

disease. Diunduh pada tanggal 24 Juni 2013 pukul 16.00 WIB dari

http://search.proquest.com/docview/216533674/13F4368B1FB71ADEA2

3/2?accountid=17242

Hidayati, Sri. (2012). Efektifitas konseling transaksional tentang diet cairan terhadap

penurunan interdialytic weight gain (IDWG) pasien gagl ginjal kronis

yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah

Tegal. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Diunduh pada tanggal 13 Juni 2013 pukul 09.00 WIB dari www.

lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334043-T32526...‎ pdf.

Johnstone, Stephanie., & Halshaw, Donna. (2003). Making peace with fluid social

workers lead cognitive- behavioral intervention to reduce health- risk

behavior. Diunduh pada tanggal 08 Mei 2013 pukul 13.00 dari

http://www.kidney.org/Professionals/cnsw/pdf/fluid_management.pdf

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 122: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

110

Universitas Indonesia

KDOQI. (2002). Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease:

Evaluation, Classification, and Stratification. Diunduh pada tanggal 20

Juni 2013 pukul 10.00 WIB dari

http://www.kidney.org/professionals/kdoqi/guidelines_ckd/p4_class_g1.ht

m

Kidney Health Disease. Fact sheets. Diunduh pada tanggal 27 Mei 2013 pukul 19.00

WIB 2013 dari

http://www.kidney.org.au/ForPatients/HealthFactSheets/tabid/609/Default.

aspx

Kugler, C., Vlaminck, H., Haverich, A., & Maes, B. (2005). Nonadherence with diet

and fluid restrictions among adults having hemodialysis. Diunduh pada

tanggal 10 Mei 2013 pukul 18.00 WIB dari

http://search.proquest.com/docview/236347963/13F4314004C13FDCA88/

1?accountid=17242

Mok, E., Lai, C., & Zhang, Z. (2004). Coping with chronic renal failure in

Hongkong. Diunduh pada tanggal 16 Juni 2013 pukul 18.00 WIB dari

http://www.journalofnursingstudies.com/article/S0020-

7489%2803%2900164-0/abstract

National Kidney and Urologic Disease Information Clearinghouse. (2009). Kidney

Disease Statistic for United States. Diunduh pada tanggal 19 Juni 2013

pukul 14.00 WIB dari http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/kustats/

O’Donohue,‎ T.‎ W.,‎ &‎ Fisher,‎ E.‎ J.‎ (2012).‎ Cognitive behavioral therapy: Core

Priciples for practice.Canada: John Wiley & Sons, Inc. Diunduh pada

tanggal 12 Mei 2013 pukul 13.00 dari

http://books.google.co.id/books?id=qawT0W2MJI8C&printsec=frontcover

#v=onepage&q&f=false

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 123: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

111

Universitas Indonesia

Oemarjoedi, Kasandra. (2003). Pendekatan cognitive behavior dalam psikoterapi.

Jakarta: Kreatif Media.

Pace, Caswell. Rory. (2007). Fluid management in patient on hemodialysis. Diunduh

pada tanggal 8 Mei 2013 pukul 15.00 WIB dari

http://search.proquest.com/docview/216529958/13F431040F7733DFBF9/

1?accountid=17242

Pak, Charles. (1998). Kidney stone. Diunduh pada tanggal 05 Juli 2013 pukul 08.00

WIB dari

http://search.proquest.com/docview/199011101/13F23FEEA316BF063A4/1

2?accountid=17242

Price, A. S., & Wilson, M. L. (2006). Pathophysiology: Clinical concept of disease

process. Missiouri: Mosby.

Profil RSUP Cipto Mangunkusumo. Diunduh pada tanggal 22 Juni 2013 pada pukul

14.00 WIB dari

http://www.rscm.co.id/index.php?bhs=in&id=ADM0000003

Rini, Dhea. Puspita. (2010). Hubungan peningkatan kadar asam urat serum dengan

kejadian batu ginjal di RSUD DR Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

periode Januari – Desember 2008.Diunduh pada tanggal 19 Juni 2013

pukul 19.00 WIB dari

http://eprints.umm.ac.id/5698/1/HUBUNGAN_PENINGKATAN_KADA

R_ASAM_URAT_SERUM1.pdf

Setyaningsih, Tri. (2011). Pengaruh cognitive behavior therapy (CBT) terhadap

perubahan harga diri pasien gagal ginjal kronik di unit hemodialisa

Rumah Sakit Husada Jakarta. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia. Diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 19.00

WIB dari www. lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282775-T...pdf‎

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 124: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

112

Universitas Indonesia

Sharp, J. et all. (2005). A cognitive behavioral group approach to enchance

adherence to hemodialysis fluid restriction: A randomized controlled trial.

Diunduh pad tanggal 10 Mei 2013 pukul 19.00 WIB dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1595713

Stuart, W.G., & Laraia, T. M. (2005). Principles and practice of psychiatric.

Missiouri: Mosby

Smeltzer, Suzanne. C, & Bare, Brenda. G. (2005). Brunner‎&‎Suddarth’s:‎Textbook‎

of medical surgical nursing 10th

edition. Philadelphia: Lippincott Williams

& Wilkins.

Suharjono. (2008). Ilmu penyakit dalam.(Edisi 8). Jakarta: Penerbit FK UI.

Suraryanto, T. & Madjid, A. (2002). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Penerbit Trans Info Media.

The Centers for Disease Control and Prevention. (2010). National Chronic Kidney

Disease Fact Sheet. Diunduh pada tanggal 29 Juni 2013 pukul 19.00 WIB

dari www.cdc.gov/diabetes/pubs/factsheets/kidney.htm

Tovazzi, Elena. Maria., & Mazzoni, Valentina. (2012). Personal path of fluid

restriction in patients on hemodialysis.. Diunduh pada tanggal 1 Juli 2013

pukul 15.00 dari

http://search.proquest.com/docview/1022627001/13F43008B4E56316A53/1

?accountid=17242

USRDS Annual Data Report. (2012). Altas of CKD & ESRD. Diunduh pada tanggal

12 Mei 2013 pukul 18.00 WIB dari

http://www.usrds.org/2012/pdf/v1_ch2_12.pdf

Wahyuningsih, Atun.Sri. (2011). Pengaruh terapi suportif terhadap kemampuan

keluarga merawat klien gagal ginjal kronik (GGK) yang menjalani

hemodialisa di Rumah Sakit PELNI Jakarta. Depok: Fakultas Ilmu

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 125: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

113

Universitas Indonesia

Keperawatan Indonesia. Diunduh pada tanggal 13 Juni 2013 pukul 14.00

WIB dari www. lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282455...pdf‎.

Wibowo, A. Budi. (2010). Faktor risiko kejadian penyakit batu ginjal dan saluran

kemih di wilyah kerja Puskesmas Sentolo I Kabupaten Kulin Progo

Yogyakarta. Diunduh pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 17.00 WIB dari

http://eprints.undip.ac.id/28924/1/2797.pdf

Wright, Mark., & Jones, Colin. (2010). Clinical Practice Guidelines: Nutrition in

CKD. Diunduh pada tanggal 12 Mei 2013 pukul 13.00 WIB dari

http://www.renal.org/clinical/guidelinessection/NutritionInCKD.aspx

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 126: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

CATATAN PERKEMBANGAN

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

Rabu, 15

Mei 2013

Risiko

ketidakseimbangan

elektrolit

1. Melakukan pemantauan tanda-tanda

vital

2. Mengkaji adanya perubahan

neuromuscular

3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT

4. Memberikan terapi bicnat

Subjektif:

- Klien mengatakan masih merasa

mual dan ingin muntah.

Objektif:

- TD:130/80 mmHg

- RR:20x/menit

- HR:80x/menit

- Suhu: 36,20 C

- Tidak ada tanda- tanda kelainan

muscular

- Kekuatan otot normal, pergerakan

terarah

- Warna mukosa: pink, CRT < 2

detik

Analisis

- Masalah belum teratasi

Perencanaan

- Pantau tanda-tanda vital

- Kaji adanya perubahan

neuromuscular

- kaji suhu, warna, dan CRT

- Pantau hasil AGD

- Berikan obat sesuai indikasi

Rabu, 15

Mei 2013

Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema

2. Mengauskultasi suara nafas dan

suara jantung.

Subjektif:

- Klien mengatakan mengalami

bengkak pada kaki sejak 1 bulan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 127: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

3. Timbang berat badan

4. Menghitung JVP

5. Menjelaskan klien terkait

pembatasan cairan

6. Memantau tanda-tanda vital

yang lalu.

- Klien mengatakan mengerti

dengan penjelasan terkait

pembatasan cairan yang telah

dijelaskan.

Objektif:

- Pitting edema derajat 2 di

peritibial.

- Suara nafas: vesikuler, wheezing

(-), ronkhi(-)

- JVP 5+1 cm H2O

- Berat badan 50 kg

- TD:130/80 mmHg

- RR:20x/menit

- HR:80x/menit

- Suhu: 36,20 C

Analisis:

Masalah belum teratasi

Perencanaan:

- Kaji adanya pitting edema

- Auskultasi suara nafas dan suara

jantung.

- Anjurkan untuk timbang berat

badan rutin

- Hitung JVP

- Pantau balance cairan

- Pantau tanda-tanda vital

- Pantau hasil pemeriksaan

laboratorium: albumin,

hematokrit.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 128: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

Rabu, 15

Mei 2013

Konstipasi 1) Mengauskultasi bunyi usus (

frekuensi)

2) Melakukan palpasi abdomen

3) Mengkaji pola diet dan pilihan

makanan

4) Mengkaji pola BAB

5) Mengajarkan masase perut

6) Menganjrkan untuk mengonsumsi

banyak buah-buahan dan sayuran

Subjektif:

- Klien mengatakan saat ini

mengalami mual dan penurunan

nafsu makan

- Klien mengatakan makanan

hanya sedikit yang masuk

- Klien mengatakan biasa BAB

sehari sekali

- Klien mengatakan perut mulas

tapi tidak mau keluar dan perut

terasa tidak nyaman.

- Klien mengatakan mengerti

dengan penjelasan ynag diberikan

Objektif:

- Bising usus : 5x/menit

- Distensi abdomen (+)

- Klien dapat melakukan masase

perut dengan benar

Analisa:

- Masalah belum teratasi

Perencananan:

- Auskultasi bunyi usus ( frekuensi)

- Kaji pola diet dan pilihan

makanan

- Lakukan masase perut

- Anjurkan buah-buahan segar,

sayuran, dan serat yang sesuai

dengan diet penyakit yang

menyertai.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 129: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Pertahankan privasi klien di

kamar mandi atau di temapat

tidur.

Rabu, 15

Mei 2013

Risiko nutrisi; kurang

dari kebutuhan

1. Mengkaji pola makan pasien

sebelumnya dan bandingkan

dengan makanan yang dapat

dihabiskan pasien.

2. Mengauskultasi bising usus, catat

adanya nyeri abdomen/ perut

kembung, mual, dan muntah

3. Mengajarkan klien dan keluarga

mengenai oral

higiene klien.

4. Memberikan obat ondansenton

dan inpepsa

5. Menimbang berat badan

Subjektif:

- Klien mengeluhkan mual dan

muntah masih ada

- Klien mengatakan tidak dapat

menghabiskan makanan yang

diberikan dan masih tersisa ¾

- Keluarga mengatakan mengerti

terkait cara oral hygiene

- Setelah 45 menit diberikan obat,

klien mengatakan mual

berkurang.

-

Objektif:

- Klien tampak tampak pucat

- Bising usus: 5x/menit

- Mual (+), muntah (+)

Analisa:

- Masalah belum teratasi

Perencanaan:

- kaji pola makan pasien dan

bandingkan dengan makanan

yang dapat dihabiskan pasien.

- Auskultasi bising usus, catat

adanya nyeri abdomen/ perut

kembung, mual, dan muntah

- Pantau oral higiene klien.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 130: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Kolaborasikan pemberian obat

antiemetic sesuai indikasi (obat

ondansenton dan inpepsa)

Kamis, 16

Mei 2013

Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting

edema

2. Mengauskultasi suara nafas

dan suara jantung.

3. Timbang berat badan

4. Menghitung JVP

5. Menjelaskan klien terkait

pembatasan cairan

6. Memantau tanda-tanda vital

Subjektif:

- Klien mengatakan minum 1200

cc

Objektif:

- Pitting edema derajat 2 di

peritibial.

- Suara nafas: vesikuler, wheezing

(-), ronkhi(-)

- JVP 5+1 cm H2O

- Berat badan 50 kg

- TD:120/80 mmHg

- RR:20x/menit

- HR:80x/menit

- Suhu: 36,30 C

- Balance cairan: intake 1200

output 700 cc, IWL : 500 cc

Analisis:

Masalah belum teratasi

Perencanaan:

- Kaji adanya pitting edema

- Auskultasi suara nafas dan suara

jantung.

- Anjurkan untuk timbang berat

badan rutin

- Hitung JVP

- Pantau balance cairan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 131: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Pantau tanda-tanda vital

- Pantau hasil pemeriksaan

laboratorium: albumin,

hematokrit.

Kamis,, 16

Mei 2013

Risiko

ketidakseimbangan

elektrolit

1. Melakukan pemantauan tanda-tanda

vital

2. Mengkaji adanya perubahan

neuromuscular

3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT

4. Memberikan terapi bicnat

Subjektif:

- Klien mengatakan masih merasa

mual dan ingin muntah.

Objektif:

- TD:120/80 mmHg

- RR:20x/menit

- HR:80x/menit

- Suhu: 36,20 C

- Tidak ada tanda- tanda kelainan

muscular

- Kekuatan otot normal, pergerakan

terarah

- Warna mukosa: pink, CRT < 2

detik

Analisis

- Masalah belum teratasi

Perencanaan

- Pantau tanda-tanda vital

- Kaji adanya perubahan

neuromuscular

- kaji suhu, warna, dan CRT

- Pantau hasil AGD

- Berikan obat sesuai indikasi

Kamis, 16 Konstipasi 1. Mengauskultasi bunyi usus ( Subjektif:

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 132: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

Mei 2013

Kamis, 16

Mei 2013

Kurang Pengetahuan

frekuensi)

2. Melakukan palpasi abdomen

3. Mengkaji pola diet dan pilihan

makanan

4. Mengkaji pola BAB

1. Menjelaskan mengenai gagal ginjal

kronik

- Klien mengatakan saat ini belum

BAB

- Klien mengatakan perut tidak

terasa mulas

- Klien mengatakan sudah

melakukan masase perut setiap

pagi

- Klien mengatakan sudah

mengkonsumsi buah-bauahan dan

sayuran

Objektif:

- Bising usus : 5x/menit

- Distensi abdomen (+)

Analisa:

- Masalah belum teratasi

Perencananan:

- Auskultasi bunyi usus ( frekuensi)

- Kaji pola diet dan pilihan

makanan

- Lakukan masase perut

- Anjurkan buah-buahan segar,

sayuran, dan serat yang sesuai

dengan diet penyakit yang

menyertai.

- Pertahankan privasi klien di

kamar mandi atau di temapat

tidur.

Subjektif:

- Klien dan keluarga mengatakan

mengerti dengan penjelasan yang

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 133: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

2. Menjelaskan penyebab gagal ginjal

kronik

3. Menjelaskan akibat gagal ginjal

kronik

4. Menjelaskan terapi dialisa yaitu

hemodialisa

diberikan

- Klien dan keluarga mengatakan

baru mengetahui terkait penyakit

gagal ginjal kronik

Objektif:

- Klien dan keluarga dapat

menyebutkan kembali pengertian

gagal ginjal kronik

- Klien dan keluarga dapat

menyebutkan 3 dari 5 penyebab

gagal ginjal kronik

- Klien dapat menyebutkan 5 dari

12 akibat gagal ginjal kronik

- Klien dapat menyebutkan

pengertian dan tujuan hemodialisa

Analisa:

Masalah belum teratasi

Perencanaan:

- Diskusikan terkait diet makanan

dan cairan

- Diskusikan aktivitas/ latihan yang

sesuai

- Evaluasi kembali kegiatan penkes

yang sudah diberikan.

Jumat, 17

Mei 2013

Pasien On HD

Sabtu, 18

Mei 2013

Risiko

ketidakseimbangan

elektrolit

1. Melakukan pemantauan tanda-

tanda vital

2. Mengkaji adanya perubahan

Subjektif:

- Klien mengatakan masih merasa

mual mulai berkurang

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 134: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

neuromuscular

3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT

4. Memberikan terapi bicnat

Objektif:

- TD:110/70 mmHg

- RR:18x/menit

- HR:82x/menit

- Suhu: 36,20 C

- Tidak ada tanda- tanda kelainan

muscular

- Kekuatan otot normal, pergerakan

terarah

- Warna mukosa: pink, CRT < 2

detik

Analisis

- Masalah belum teratasi

Perencanaan

- Pantau tanda-tanda vital

- Kaji adanya perubahan

neuromuscular

- kaji suhu, warna, dan CRT

- Pantau hasil AGD

- Berikan obat sesuai indikasi

Sabtu,18

Mei 2013

Konstipasi

1. Mengauskultasi bunyi usus (

frekuensi)

2. Melakukan palpasi abdomen

3. Mengkaji pola diet dan pilihan

makanan

4. Mengkaji pola BAB

Subjektif:

- Klien mengatakan mual dan

muntah berkurang

- Klien mengatakan sudah

melakukan masase perut

- Klien mengatakan sudah

mengkonsumsi buah-buahan dan

sayuran

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 135: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Klien mengatakan sudah minum

laxadine.

Objektif:

- Bising usus : 7x/menit

- Distensi abdomen (+)

Analisa:

- Masalah belum teratasi

Perencananan:

- Auskultasi bunyi usus ( frekuensi)

- Kaji pola diet dan pilihan

makanan

- Lakukan masase perut

- Anjurkan buah-buahan segar,

sayuran, dan serat yang sesuai

dengan diet penyakit yang

menyertai.

- Pertahankan privasi klien di

kamar mandi atau di temapat

tidur.

- Kolaborasi pemberian laxadine

Sabtu, 18

Mei 2013

Kelebihan volume cairan 1.Mengkaji adanya pitting edema

2. Mengauskultasi suara nafas

dan suara jantung.

3. Menghitung JVP

4. Memantau tanda-tanda vital

Subjektif:

- Klien mengatakan minum 1000

cc

Objektif:

- Pitting edema derajat 1 di

peritibial.

- Suara nafas: vesikuler, wheezing

(-), ronkhi(-)

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 136: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- JVP 5+1 cm H2O

- Berat badan 50 kg

- TD:110/80 mmHg

- RR:18x/menit

- HR:88 x/menit

- Suhu: 36,30 C

- Balance cairan: intake 1000

output 600 cc, IWL : 500 cc

- Balance cairan: - 100 cc

- Post HD (17 Mei 2013): 800 cc

Analisis:

Masalah belum teratasi

Perencanaan:

- Kaji adanya pitting edema

- Auskultasi suara nafas dan suara

jantung.

- Anjurkan untuk timbang berat

badan rutin

- Hitung JVP

- Pantau balance cairan

- Pantau tanda-tanda vital

- Pantau hasil pemeriksaan

laboratorium: albumin,

hematokrit.

Senin,20

Mei 2013

Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema

2. Mengauskultasi suara nafas dan

suara jantung.

3. Timbang berat badan

4. Menghitung JVP

5. Menjelaskan klien terkait

Subjektif:

- Klien mengatakan minum 1200

cc

Objektif:

- Pitting edema derajat 1 di

peritibial.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 137: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

pembatasan cairan

6. Memantau tanda-tanda vital

- Suara nafas: vesikuler, wheezing

(-), ronkhi(-)

- JVP 5+1 cm H2O

- Berat badan 50 kg

- TD:120/80 mmHg

- RR:20x/menit

- HR:82x/menit

- Suhu: 360 C

- Balance cairan: intake 1200

output 800 cc, IWL : 500 cc

- Balance cairan: - 100 cc

Analisis:

Masalah belum teratasi

Perencanaan:

- Kaji adanya pitting edema

- Auskultasi suara nafas dan suara

jantung.

- Anjurkan untuk timbang berat

badan rutin

- Hitung JVP

- Pantau balance cairan

- Pantau tanda-tanda vital

- Pantau hasil pemeriksaan

laboratorium: albumin,

hematokrit.

Senin, 20

Mei 2013

Konstipasi

1. Mengauskultasi bunyi usus (

frekuensi)

2. Melakukan palpasi abdomen

3. Mengkaji pola diet dan pilihan

makanan

Subjektif:

- Klien mengatakan sudah BAB

tadi pagi namun masih sedikit dan

perut masih terasa mulas

- Klien mengatakan sudah

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 138: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

4. Mengkaji pola BAB

melakukan masase perut

- Klien mengatakan sudah

mengkonsumsi buah-buahan dan

sayuran

Objektif:

- Bising usus : 7x/menit

- Distensi abdomen (+)

Analisa:

- Masalah belum teratasi

Perencananan:

- Auskultasi bunyi usus ( frekuensi)

- Kaji pola diet dan pilihan

makanan

- Lakukan masase perut

- Anjurkan buah-buahan segar,

sayuran, dan serat yang sesuai

dengan diet penyakit yang

menyertai.

- Pertahankan privasi klien di

kamar mandi atau di temapat

tidur.

Senin, 20

Mei 2013

Risiko

ketidakseimbangan

elektrolit

1. Melakukan pemantauan tanda-tanda

vital

2. Mengkaji adanya perubahan

neuromuscular

3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT

4. Memberikan terapi bicnat

Subjektif:

- Klien mengatakan masih merasa

mual namun sudah mulai

berkurang.

Objektif:

- TD:120/80 mmHg

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 139: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- RR:20x/menit

- HR:82x/menit

- Suhu: 36,10 C

- Tidak ada tanda- tanda kelainan

muscular

- Kekuatan otot normal, pergerakan

terarah

- Warna mukosa: pink, CRT < 2

detik

Analisis

- Masalah belum teratasi

Perencanaan

- Pantau tanda-tanda vital

- Kaji adanya perubahan

neuromuscular

- kaji suhu, warna, dan CRT

- Pantau hasil AGD

- Berikan obat sesuai indikasi

Senin, 20

Mei 2013

Kurang Pengetahuan 1. Melakuakan evaluasi terkait

pendidikan kesehatan yang

dilakukan sebelumnya

2. Menjelaskan kembali terkait

dampak gagal ginjal kronik

3. Menjelaskan terkait diet pada

gagal ginjal kronik

Subjektif:

- Klien dan keluarga mengatakan

tidak ingat mengenai dampak atau

akibat gagal ginjal.

- Klien dan keluarga mengatakan

mengerti dengan penjelasan yang

diberikan

Objektif:

- Klien dan keluarga tampak

kooperatif

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 140: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Klien dan keluarga tampak aktif

dalam diskusi

- Klien dan keluarga dapat

menyebutkan beberapa contoh

diet makanan penderita gagal

ginjal kronik.

Analisis:

- Masalah belum teratasi

Perencanan:

- Evaluasi pendidikan kesehatan

yang telah diberikan

- Diskusikan kembali terkait terapi

hemodialisa

- Diskusikan mengenai aktivitas

yang cocok untuk klien.

Selasa, 21

Mei 2013

Pasien On HD

Rabu, 22

Mei 2013

Risiko

ketidakseimbangan

elektrolit

1. Melakukan pemantauan tanda-tanda

vital

2. Mengkaji adanya perubahan

neuromuscular

3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT

Subjektif:

- Klien mengatakan masih merasa

mual sudah berkurang

Objektif:

- TD:120/80 mmHg

- RR:20x/menit

- HR:84x/menit

- Suhu: 360 C

- Tidak ada tanda- tanda kelainan

muscular

- Kekuatan otot normal, pergerakan

terarah

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 141: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Warna mukosa: pink, CRT < 2

detik

Analisis

- Masalah belum teratasi

Perencanaan

- Pantau tanda-tanda vital

- Kaji adanya perubahan

neuromuscular

- kaji suhu, warna, dan CRT

- Pantau hasil AGD

- Berikan obat sesuai indikasi

Rabu, 22

Mei 2013

Konstipasi

1. Mengauskultasi bunyi usus (

frekuensi)

2. Melakukan palpasi abdomen

3. Mengkaji pola diet dan pilihan

makanan

4. Mengkaji pola BAB

Subjektif:

- Klien mengatakan saat ini mual

berkurang dan nafsu makan mulai

membaik.

- Klien mengatakan BAB tadi pagi

dengan konsistensi lembek, warna

kecokelatan, darah (-), lendir (-)

Objektif:

- Bising usus : 9x/menit

- Distensi abdomen (-)

Analisa:

- Masalah belum teratasi

Perencananan:

- Auskultasi bunyi usus ( frekuensi)

- Kaji pola diet dan pilihan

makanan

- Lakukan masase perut

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 142: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Anjurkan buah-buahan segar,

sayuran, dan serat yang sesuai

dengan diet penyakit yang

menyertai.

- Pertahankan privasi klien di

kamar mandi atau di tempat tidur.

Rabu, 22

Mei 2013

Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema

2. Mengauskultasi suara nafas dan

suara jantung.

3. Bersama klien melakukan

penimbangan berat badan

4. Memantau kadar albumin

5. Memantau tanda-tanda vital

Subjektif:

- Klien mengatakan minum 1200

cc

- Klien mengatakan tidak ada

masalah dalam melakukan

pembatasan cairan

- Klien mengatakan merasa

nyaman dengan pembatasan

cairan yang dilakukan

Objektif:

- Pitting edema derajat 1 di

peritibial.

- Suara nafas: vesikuler, wheezing

(-), ronkhi(-)

- Kadar albumin 3, 03 g/dl

- Berat badan 50 kg

- TD:120/80 mmHg

- RR:20x/menit

- HR:84x/menit

- Suhu: 360 C

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 143: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Balance cairan: intake 1200

output 600 cc, IWL : 500 cc

- Balnce cairan: - 100 cc

Analisis:

Masalah belum teratasi

Perencanaan:

- Kaji adanya pitting edema

- Auskultasi suara nafas dan suara

jantung.

- Anjurkan untuk timbang berat

badan rutin

- Hitung JVP

- Pantau balance cairan

- Pantau tanda-tanda vital

- Pantau hasil pemeriksaan

laboratorium: albumin,

hematokrit.

Kamis, 23

Mei 2013

Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema

2. Mengauskultasi suara nafas dan

suara jantung.

3. Menimbang berat badan

4. Menghitung JVP

5. Memantau tanda-tanda vital

Subjektif:

- Klien mengatakan minum 1100

cc

Objektif:

- Pitting edema derajat 1 di

peritibial.

- Suara nafas: vesikuler, wheezing

(-), ronkhi(-)

- JVP 5+1 cm H2O

- Berat badan 50,5 kg

- TD:120/80 mmHg

- RR:20x/menit

- HR:80x/menit

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 144: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Suhu: 36,20 C

- Balance cairan: intake 1100

output 600 cc, IWL : 500 cc

- Balance cairan: seimbang

Analisis:

Masalah belum teratasi

Perencanaan:

- Kaji adanya pitting edema

- Auskultasi suara nafas dan suara

jantung.

- Anjurkan untuk timbang berat

badan rutin

- Hitung JVP

- Pantau balance cairan

- Pantau tanda-tanda vital

- Pantau hasil pemeriksaan

laboratorium: albumin,

hematokrit.

Kamis, 23

Mei 2013

Risiko

ketidakseimbangan

elektrolit

1. Melakukan pemantauan tanda-tanda

vital

2. Mengkaji adanya perubahan

neuromuscular

3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT

4. Memberikan terapi bicnat

Subjektif:

- Klien mengatakan mual mulai

berkurang.

Objektif:

- TD:120/80 mmHg

- RR:20x/menit

- HR:80x/menit

- Suhu: 36,20 C

- Tidak ada tanda- tanda kelainan

muscular

- Kekuatan otot normal, pergerakan

terarah

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 145: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Warna mukosa: pink, CRT < 2

detik

Analisis

- Masalah belum teratasi

Perencanaan

- Pantau tanda-tanda vital

- Kaji adanya perubahan

neuromuscular

- kaji suhu, warna, dan CRT

- Pantau hasil AGD

- Berikan obat sesuai indikasi

Kamis, 23

Mei 2013

Risiko nutrisi; kurang

dari kebutuhan

1. Mengkaji pola makan pasien

sebelumnya dan bandingkan dengan

makanan yang dapat dihabiskan

pasien.

2. Mengauskultasi bising usus, catat

adanya nyeri abdomen/ perut

kembung, mual, dan muntah

3. Mengevaluasi tindakan oral

higiene klien.

4. Memberikan obat ondansenton dan

inpepsa

5. Menimbang berat badan

Subjektif:

- Klien mengeluhkan mual mulai

berkurang.

- Klien mengatakan dapat

menghabiskan makanan yang

diberikan sebanyak ¾ porsi

- Keluarga mengatakan melakukan

oral hygiene setiap hari

- Setelah 45 menit diberikan obat,

klien mengatakan mual hilang.

Objektif:

- Bising usus: 5x/menit

- Mual (-), muntah (-)

- Berat badan 50,5 kg

Analisa:

- Masalah belum teratasi

Perencanaan:

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 146: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- kaji pola makan pasien dan

bandingkan dengan makanan

yang dapat dihabiskan pasien.

- Auskultasi bising usus, catat

adanya nyeri abdomen/ perut

kembung, mual, dan muntah

- Pantau oral higiene klien.

- Kolaborasikan pemberian obat

antiemetic sesuai indikasi (obat

ondansenton dan inpepsa)

Kamis, 23

Mei 2013

Hambatan Mobilitas

Fisik

1. Memantau tanda-tanda vital sebelum

dan sesudah latihan

2. Mengkaji kekuatan otot

3. Mengkaji kemampuan klien dalam

melakukan latihan ROM

4. Melatih ROM

5. Melibatkan keluarga dalam

melakukan latihan

Subjektif:

- Klien mengatakan tidak merasa

pusing dan sesak saat melakukan

latihan

Objektif:

- Tanda vital sebelum latihan:

- TD:120/80 mmhg

- Nadi: 80x/menit

- Suhu: 36,30 C

- Tanda vital sesuadah latihan:

- TD:120/80 mmhg

- Nadi: 84x/menit

- Suhu: 36,30 C

- Kekuatan otot:

5555 5555

5555 5555

- Keluarga dan klien tampak

kooperatif

- Jenis latihan: aktif

Analisa:

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 147: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Masalah belum teratasi

Perencanaan:

- Dorong klien untuk melakukan

secara rutin

- Lakukan ROM secara rutin

- Pantau TTV sebelum dan

sesuadah latihan

Jumat, 24

Mei 2013

Pasien On HD

Sabtu, 25

Mei 2013

Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema

2. Mengauskultasi suara nafas dan

suara jantung.

3. Bersama klien melakukan

penimbangan berat badan

4. Menghitung JVP

5. Memantau tanda-tanda vital

6. Memantau kadar albumin

Subjektif:

- Klien mengatakan minum 1200

cc

Objektif:

- Pitting edema derajat 1 di

peritibial.

- Suara nafas: vesikuler, wheezing

(-), ronkhi(-)

- JVP 5+1 cm H2O

- Berat badan 51 kg

- TD:120/80 mmHg

- RR:20x/menit

- HR:86x/menit

- Suhu: 36,30 C

- Balance cairan: intake 1200

output 700 cc, IWL : 500 cc

- Post HD: 600 cc

- Kadar albumin: 3, 06 g/dl

Analisis:

Masalah belum teratasi

Perencanaan:

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 148: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Kaji adanya pitting edema

- Auskultasi suara nafas dan suara

jantung.

- Anjurkan untuk timbang berat

badan rutin

- Hitung JVP

- Pantau balance cairan

- Pantau tanda-tanda vital

- Pantau hasil pemeriksaan

laboratorium: albumin,

hematokrit.

Sabtu, 25

Mei 2013

Risiko

ketidakseimbangan

elektrolit

1. Melakukan pemantauan tanda-tanda

vital

2. Mengkaji adanya perubahan

neuromuscular

3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT

4. Memberikan terapi bicnat

Subjektif:

- Klien mengatakan muntah mulia

berkurang.

Objektif:

- TD:120/80 mmHg

- RR:20x/menit

- HR:80x/menit

- Suhu: 36,20 C

- Tidak ada tanda- tanda kelainan

muscular

- Kekuatan otot normal, pergerakan

terarah

- Warna mukosa: pink, CRT < 2

detik

Analisis

- Masalah belum teratasi

Perencanaan

- Pantau tanda-tanda vital

- Kaji adanya perubahan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 149: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

neuromuscular

- kaji suhu, warna, dan CRT

- Pantau hasil AGD

- Berikan obat sesuai indikasi.

Sabtu, 25

Mei 2013

Hambatan Mobilitas

Fisik

1. Memantau tanda-tanda vital sebelum

dan sesudah latihan

2. Mengkaji kekuatan otot

3. Mengkaji kemampuan klien dalam

melakukan latihan ROM

4. Melatih ROM

Melibatkan keluarga dalam

melakukan latihan

Subjektif:

- Klien mengatakan tidak merasa

pusing dan sesak saat melakukan

latihan

Objektif:

- Tanda vital sebelum latihan:

- TD:120/80 mmhg

- Nadi: 82x/menit

- Suhu: 360 C

- Tanda vital sesuadah latihan:

- TD:120/80 mmhg

- Nadi: 88x/menit

- Suhu: 360 C

- Kekuatan otot:

5555 5555

5555 5555

- Keluarga dan klien tampak

kooperatif

- Jenis latihan: aktif

Analisa:

- Masalah belum teratasi

Perencanaan:

- Dorong klien untuk melakukan

secara rutin

- Lakukan ROM secara rutin

- Pantau TTV sebelum dan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 150: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

sesuadah latihan

Sabtu, 25

Mei 2013

Kurang Pengetahuan 1. Mengevaluasi terkait pendidikan

kesehatan yang telah dilakukan

2. Mengevaluasi terkait pembatasan

makanan dan jenis diet pada

penyakit gagal ginjal kronik

3. Mengevaluasi kembali strategi

yang digunakan untuk

melakukan pembatasan cairan

4. Mengevaluasi perasaan klien

terkait pendidikan kesehatan

yang diberikan.

5. Mendiskusikan terkait

hemodialisa

Subjektif:

- Klien mengatakan hambatanatau

situasi yang tidak bersahabat

dalam melakukan pembatasan

cairan adalah cuaca panas, pesta,

dan saat menonton tevelisi.

- Klien mengatakan merasa

nyaman dengan pembatasan

cairan yang diberikan

- Klien dan keluarga mengatakan

agak sulit untuk menerapkan diet

yang sesuai

- Klien dan keluarga mengatakan

merasa cemas jika tidak

mendapatkan tempat untuk

hemodialisa atau tempatnya jauh

dari rumah

- Klien mengatakan strategi yang

dapat digunakan seperti berdoa

dan dukungan keluarga untuk

patuh terhadap pembatasan

cairan.

- Klien mengatakan merasa

nyaman dengan pembatasan

cairan yang dilakukan.

Objektif:

- Klien dan keluarga tampak

kooperatif

- Klien dan keluarga aktif dalam

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 151: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

mengikuti diskusi

- Klien dapat menyebutkan kembali

pilihan diet makanan pada

penderita gagal ginjal kronik.

Analisa:

- Masalah belum teratasi

Perencanaan:

- Evaluasi pendidikan kesehatan

yang telah dilakukan

- Diskusikan terkait aktivitas/

latihan yang cocok untuk klien.

Senin, 27

Mei 2013

Risiko

ketidakseimbangan

elektrolit

1. Melakukan pemantauan tanda-tanda

vital

2. Mengkaji adanya perubahan

neuromuscular

3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT

4. Memberikan terapi bicnat

Subjektif:

- Klien mengatakan masihmual

sudah tidak muncul sejak

kemarin.

Objektif:

- TD:110/80 mmHg

- RR:20x/menit

- HR:86x/menit

- Suhu: 36,10 C

- Tidak ada tanda- tanda kelainan

muscular

- Kekuatan otot normal, pergerakan

terarah

- Warna mukosa: pink, CRT < 2

detik

Analisis

- Masalah belum teratasi

Perencanaan

- Pantau tanda-tanda vital

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 152: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Kaji adanya perubahan

neuromuscular

- kaji suhu, warna, dan CRT

- Pantau hasil AGD

- Berikan obat sesuai indikasi

Senin, 27

Mei 2013

Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema

2. Mengauskultasi suara nafas dan

suara jantung.

3. Bersama klien melakukan

penimbangan berat badan

4. Menghitung JVP

5. Menjelaskan klien terkait

pembatasan cairan

6. Memantau tanda-tanda vital

Subjektif:

- Klien mengatakan minum 1200

cc

Objektif:

- Pitting edema (-)

- Suara nafas: vesikuler, wheezing

(-), ronkhi(-)

- JVP 5+1 cm H2O

- Berat badan 52 kg

- TD:110/80 mmHg

- RR:20x/menit

- HR:86x/menit

- Suhu: 360 C

- Balance cairan: intake 1200

output 700 cc, IWL : 500 cc

Analisis:

Masalah belum teratasi

Perencanaan:

- Kaji adanya pitting edema

- Auskultasi suara nafas dan suara

jantung.

- Anjurkan untuk timbang berat

badan rutin

- Hitung JVP

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 153: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Pantau balance cairan

- Pantau tanda-tanda vital

- Pantau hasil pemeriksaan

laboratorium: albumin,

hematokrit.

Senin, 27

Mei 2013

Hambatan Mobilitas

Fisik

1. Memantau tanda-tanda vital sebelum

dan sesudah latihan

2. Mengkaji kemampuan klien dalam

melakukan latihan ROM

3. Melatih ROM

4. Melibatkan keluarga dalam

melakukan latihan

Subjektif:

- Klien mengatakan tidak merasa

pusing dan sesak saat melakukan

latihan

Objektif:

- Tanda vital sebelum latihan:

- TD:110/80 mmhg

- Nadi: 86x/menit

- Suhu: 360 C

- Tanda vital sesuadah latihan:

- TD:110/80 mmhg

- Nadi: 90x/menit

- Suhu: 360 C

- Keluarga dan klien tampak

kooperatif

- Jenis latihan: aktif

Analisa:

- Masalah belum teratasi

Perencanaan:

- Dorong klien untuk melakukan

secara rutin

- Lakukan ROM secara rutin

- Pantau TTV sebelum dan

sesuadah latihan

Selasa, 28 Pasien On HD

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 154: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

Mei 2013

Rabu, 29

Mei 2013

Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema

2. Mengauskultasi suara nafas dan

suara jantung.

3. Bersama klien melakukan

penimbangan berat badan

4. Menghitung JVP

5. Menjelaskan klien terkait

pembatasan cairan

6. Memantau tanda-tanda vital

Subjektif:

- Klien mengatakan minum 1200

cc

Objektif:

- Pitting edema (-)

- Suara nafas: vesikuler, wheezing

(-), ronkhi(-)

- JVP 5+1 cm H2O

- Berat badan 52 kg

- TD:120/80 mmHg

- RR:20x/menit

- HR:80x/menit

- Suhu: 36,30 C

- Balance cairan: intake 1200

output 700 cc, IWL : 500 cc

- Post HD: 600 cc

Analisis:

Masalah belum teratasi

Perencanaan:

- Operkan kepada perawat ruangan

Rabu, 29

Mei 2013

Risiko

ketidakseimbangan

elektrolit

1. Melakukan pemantauan tanda-tanda

vital

2. Mengkaji adanya perubahan

neuromuscular

3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT

4. Memberikan terapi bicnat

Subjektif:

- Klien mengatakan masih merasa

mual dan ingin muntah.

Objektif:

- TD:120/80 mmHg

- RR:20x/menit

- HR:80x/menit

- Suhu: 36,20 C

- Tidak ada tanda- tanda kelainan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 155: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

muscular

- Kekuatan otot normal, pergerakan

terarah

- Warna mukosa: pink, CRT < 2

detik

Analisis

- Masalah belum teratasi

Perencanaan

- Pantau tanda-tanda vital

- Kaji adanya perubahan

neuromuscular

- kaji suhu, warna, dan CRT

- Pantau hasil AGD

- Berikan obat sesuai indikasi.

Rabu, 29

mei 2013

Hambatan Mobilitas

Fisik

1. Memantau tanda-tanda vital sebelum

dan sesudah latihan

2. Mengkaji kekuatan otot

3. Mengkaji kemampuan klien dalam

melakukan latihan ROM

4. Melatih ROM

Melibatkan keluarga dalam

melakukan latihan

5. Menyusun jadwal latihan ROM

bersama dengan klien.

Subjektif:

- Klien mengatakan tidak merasa

pusing dan sesak saat melakukan

latihan.

- Klien mengatakan telah mencoba

melakukan latihan ROM aktif tadi

pagi

- Klien mengatakan akan

melakukan latihan ROM setiap

pagi pukul 06.00

Objektif:

- Tanda vital sebelum latihan:

- TD:120/80 mmhg

- Nadi: 80x/menit

- Suhu: 36, 20 C

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 156: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

- Tanda vital sesuadah latihan:

- TD:110/80 mmhg

- Nadi: 90x/menit

- Suhu: 360 C

- Keluarga dan klien tampak

kooperatif

- Jenis latihan: aktif

- Klien dapat melakukan tindakan

ROM aktif sesuai dengan urutan.

Analisa:

- Masalah teratasi

Perencanaan:

- Operkan kepada perawat ruangan.

Rabu, 29

Mei 2013

Kurang Pengetahuan 1. Mengevaluasi pendidikan

kesehatan yang telah dilakukan

2. Mendiskusikan kembali

hambatan yang terjadi selama

melakukan pembatasan cairan

3. Mendiskusikan masalah-masalah

yang belum jelas mengenai diit

4. Mendiskusikan terkait

aktivitas/latihan yang sesuai

dengan klien.

Subjektif:

- Klien mengatakan cukup

mengerti dengan penjelasan yang

diberikan oleh mahasiswa

- Klien mengatakan latihan yang

akan dilakukan adalah jalan kaki

dan senam setiap hari

- Klien mengatakan merasa

nyaman dan merasa yakin untuk

mencoba melakukan pembatasan

cairan

- Klien mengatakan hal yang ingin

dicapai adalah tetap sehat dan

bisa tetap aktif dalam melakukan

kegiatan sosial.

- Klien mengatakan dukungan

keluarga sangat penting dalam

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 157: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

menjalani pola hidup yang baru

- Klien mengatkan akan mencoba

menerapkan pola hidup yang

baru.

- Klien akan mencoba anjuran

untuk memeriksakan kesehatan

rutin (tekanan darah, kadar gula),

menimbang berat badan setiap

hari, dan mencatat cairan masuk

dan keluar.

Objektif:

- Klien dan keluarga tampak

kooperatif

- Klien dan keluargaterlibat aktif

dalam diskusi

- Klien dapat menyebutkan kembali

tujuan pembatasan cairan dan

manfaat yang dicapai.

- Klien dapat menyebutkan kembali

diit makanan yang sesuai dengan

penyakit gagal ginjal kronik.

Analisa:

- Masalah teratasi.

Perencanaan:

-

Rabu, 29

mei 2013

Risiko nutrisi; kurang

dari kebutuhan

1. Mengkaji pola makan pasien

sebelumnya dan bandingkan dengan

makanan yang dapat dihabiskan

pasien.

2. Mengauskultasi bising usus, catat

Subjektif:

- Klien mengeluhkan mual dan

muntah tidak ada.

- Klien mengatakan nafsu makan

sudah mulai membaik

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 158: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Universitas Indonesia

Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

adanya nyeri abdomen/ perut

kembung, mual, dan muntah

3. Mengevaluasi oral higiene klien

4. Menimbang berat badan

- Klien mengatakan sudah dapat

menghabiskan makanan sesuai

porsi yang disediakan

Objektif:

- Klien tampak tampak pucat

- Bising usus: 10x/menit

- Mual (-), muntah (-)

- Berat badan: 52 kg

Analisa:

- Masalah belum teratasi

Perencanaan:

- Operkan kepada perawat ruangan.

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 159: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Oleh

Ni Putu Eka Rosmala Dewi

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA

APA ITU CKD ?

Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menurun secara cepat dan fungsi tersebut tidak dapat kembali seperti semula, yaitu dimana ginjal mengalami kegagalan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Penyebab

Kurang minum

Minuman Beralkohol

Minuman bersoda

Tekanan darah tinggi

Infeksi penyakit

Pola makan dan gaya hidup yang tidak

sehat

Penyakit bawaan

Mengkonsumsi jamu-jamuan atau obat-

obatan secara berlebihan

Batu saluran kencing

Tanda dan gejala

Gejala dini: lemah, sakit kepala, berat badan menurun, lelah, nyeri pinggang.

Gejala lanjut: nafsu makan menurun, mual disertai muntah, sesak nafas baik di waktu ada kegiatan atau tidak, bengkak yang disertai lekukan, gatal-gatal pada kulit, dan kesadaran menurun .

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 160: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Penatalaksanaan

1. Observasi keseimbangan cairan antara yang masuk dan keluar

2. Pantau berat badan harian

3. Batasi cairan yang masuk 4. Cuci darah (hemodialisa)

5. Operasi

a. Pengambilan batu b. Transplantasi ginjal (Cangkok

Ginjal) 6. Pemantaun diet makanan

7. Obat-obatan

Apabila tidak segera

ditangani

1. Penyakit jantung, serangan

jantung

2. Stroke

3. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

4. Kurang darah (Anemia)

5. Penyakit tulang

6. Kerusakan kulit

7. Kematian

Saat / sesudah terkena gagal ginjal kronik

1. Kontrol rutin

2. Berhati-hati konsumsi obat-

obatan, seperti obat rematik

3. Pengobatan pada hipertensi

4. Pengendalian gula darah,

kolesterol

5. Peningkatan aktivitas fisik

6. Pengendalian berat badan

7. Diet rendah protein (20-40

gram/hari)

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 161: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 162: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Oleh

Ni Putu Eka Rosmala Dewi

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA

APA ITU CKD ?

Hemodialisis berasal dari kata

“hemo” artinya darah, dan “dialisis

” artinya pemisahan zat-zat terlarut.

Hemodialisis

menggunakan ginjal buatan

berupa mesin dialisis. Hemodialisis

sama dengan „cuci darah‟.

PRINSIP KERJA

Akses

Mesin dialysis

Difusi/ perpindahan cairan

Ultrafiltrasi/penyaringan

4-5 jam

Obat- obatan seperti heparin

Komplikasi Kram otot

Hipotensi

Gangguan irama jantung

Perdarahan

Sakit kepala

Infeksi pada akses

Mual, muntah

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 163: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

Penatalaksanaan:

Diet rendah protein

Diet rendah kalium

Pembatasan konsumsi

garam

Pantau tekanan darah dan

gula darah secara rutin

Timbang berat badan rutin

Aktivitas/ Latihan

Hindari stress

Manisnya Hidup Kita Yang Tentukan

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013

Page 164: KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf · ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes Diabetes

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ni Putu Eka Rosmala Dewi

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal lahir :Denpasar, 25 Maret 1991

Agama : Hindu

Alamat : Jalan I Gusti Ketut Jelantik No 5 Mengwi, Badung, Bali

Email : [email protected]; [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

No Pendidikan Tahun

1 FIK UI Program Ners Ilmu Keperawatan 2012-2013

2 FIK UI Program S1 Studi Ilmu Keperawatan 2008-2012

3 SMAN 3 Denpasar 2005-2008

4 SMPN 1 Mengwi 2002-2005

5 SD 1 Mengwi 1996-2002

6 TK Purnayasa 1995-1996

Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013