KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf ·...
Transcript of KARYA ILMIAH AKHIR NERS - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351544-PR-Ni Putu.pdf ·...
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN
MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL
DI RUANG PENYAKIT DALAM LANTAI 7 ZONA A
RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
NI PUTU EKA ROSMALA DEWI
0806457294
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
i
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Penyakit Dalam
Lantai 7 Zona A RSUPN Cipto Mangunkusumo
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
NI PUTU EKA ROSMALA DEWI
0806457294
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM NERS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmia Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Ni Putu Eka Rosmala Dewi
NPM : 0806457294
Tanda Tangan :
Tanggal : 9 Juli 2013
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
iii
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.
Penulisan karya ilmiah akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk memenuhi tugas akhir dalam mencapai gelar Ners . Saya menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan
sampai penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Dewi Irawaty selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia;
2. Ibu Tuti Nuraini selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan
waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini;
3. Ibu Riri Maria, selaku koordinator mata ajar yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan selama penyusunan
dan pelaksanan mata ajar karya ilmiah akhir Ners ini.
4. Ibu Yeane Anastania selaku pembimbing ruangan yang senantiasa
menyediakan waktu untuk membimbing saya dan teman-teman.
5. Kakak-kakak perawat lantai 7 Zona A RSUP Cipto Mangunkusumo yang
sabar mengajari dan memotivasi untuk berani mencoba.
6. Orang tua saya (Bapak Suadnyana dan Ibu Pusparini), adik- adik saya(
Lode, Komang, dan Dek Tut), keluarga kedua di Jakarta dan Bogor (Bu
De, Pak Made, Bu Tu, Pak Gede), sepupu- sepupu, dan seluruh keluarga
besar saya di Bali yang tiada hentinya memberikan dukungan material dan
moral;
7. Teman-teman Profesi angkatan 2008 yang memberikan saya semangat
yang luar bisa untuk berjuang dalam menyelesaikan profesi ini.
Terimakasih teman-teman membuat saya memiliki pengalaman yang baru
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
v
dan menjadi saya yang lebih “bercorak”. Saya akan sangat merindukan
kebersamaan kita.
8. Sahabat saya Darmawan yang selalu setia dan sabar mendengarkan keluh-
kesah saat menjalani profesi.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir Ners ini
dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Depok, 9 Juli 2013
Penulis
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Uviversitas Indonesia, saya yang bertanda tangan
dibawah ini:
Nama : Ni Putu Eka Rosmala Dewi
NPM : 0806457294
Program Studi :Profesi Ners
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah akhir Ners saya yang berjudul:
“Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Penyakit Dalam Lantai 7 Zona A RSUP
Cipto Mangunkusumo ” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan
Hak Bebas Royalti Noneklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal: 9 Juli 2013
Yang menyatakan
(Ni Putu Eka Rosmala Dewi )
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
vii
ABSTRAK
Nama : Ni Putu Eka Rosmala Dewi
Program Studi: Ners Ilmu Keperawatan
Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Penyakit Dalam
Lantai 7 Zona A RSUPN Cipto Mangunkusumo
Pembatasan cairan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi
kelebihan volume cairan akibat penurunan fungsi ginjal. Pembatasan cairan
merupakan hal yang terberat yang dialami pasien gagal ginjal kronik selama
menjalani hidup dengan hemodialisa. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan
evidence based practice dari jurnal ilmiah. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk
menerapkan cognitive behavioral therapy terkait intervensi pembatasan cairan pada
penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Hasil menunjukkan
cognitive behavioral therapy efektif dalam meningkatkan kepatuhan pasien dalam
melakukan pembatasan cairan. Pasien menunjukkan berat badan yang stabil, balance
cairan seimbang, dan menunjukkan minat dan motivasi untuk melakukan pembatasan
cairan.
Kata kunci:
Cognitive behavioral therapy; gagal ginjal kronik,; hemodialisa, pembatasan cairan.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
viii
ABSTRACT
Name :Ni Putu Eka Rosmala Dewi
Study Programe :Ners Science Nursing
Title : Analysis of Clinical Nursing Practice of Urban Public Health
in Patients of Chronic Kidney Disease in Internal Medicine
Room Care 7th Floor Zone A RSUPN Cipto Mangunkusumo
Fluid restriction is one of the means used to reduce excess fluid volume due to
decreased renal function.Fluid restriction is the hardest part of patient’s life with
during hemodialysis. This papers is to use evidence-based practice of scientific
journals. This papers is aim to apply cognitive behavioral therapy interventions
related to fluid restriction in patients with CKD stage 5 undergoing hemodialysis.
The results showed cognitive behavioral therapy is effective in improving patient
compliance in conducting fluid restriction. Patients showed a stable weight, balance
fluid balance, and show an interest and motivation to perform fluid restriction.
Keywords:
Chronic kidney disease; cognitive behavioral therapy; hemodialysis; fluid restriction.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................
KARYA ILMIAH ............................................................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9
2.1 Gagal Ginjal Kronik ........................................................................... 9
2.1.1 Definisi ..................................................................................... 9
2.1.2 Etiologi dan Faktor Risiko ....................................................... 9
2.1.3 Patofisiologi ............................................................................ 10
2.1.4 Manifestasi Klinis ................................................................... 12
2.1.5 Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis ..................................... 13
2.1.5.1 Tindakan Konservatif ................................................. 14
2.1.5.1.1 Upaya Mempertahankan Fungsi Ginjal ...... 14
2.1.5.1.2 Meringankan Komplikasi Ekstrarenal........ 16
2.1.5.1.3 Peningkatan Nilai Biokimia Tubuh ............. 18
2.1.5.1.4 Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup ......... 20
2.2 Cognitive Behavioral Therapy (CBT)............................................... 21
2.2.1 Definisi ................................................................................... 21
2.2.2 Tujuan ..................................................................................... 22
2.2.3 Prinsip Pelaksanaan ............................................................... 23
2.2.4. Penggunaan CBT dalam Pembatasan Cairan ........................ 25
3. ANALISIS KASUS KELOLAAN UTAMA ...................................... 28
3.1 Pengkajian Keperawatan .................................................................. 27
3.2 Analisis Data ..................................................................................... 51
3.3 Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 56
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan.......................................................... 57
3.5 Evaluasi ............................................................................................ 71
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
x
4. ANALISA SITUASI .............................................................................. 94
4.1 Profil Lahan Praktek ......................................................................... 94
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP
dan Konsep Kasus Terkait ................................................................ 97
4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan
Konsep dan Penelitian Terkait .......................................................... 98
4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan .................................. 105
5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 106
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 106
5.2 Saran ................................................................................................. 106
5.2.1 Bidang Pelayanan Kesehatan ................................................... 106
5.2.2 Bidang Pendidikan .................................................................... 107
5.2.3 Penulisan Karya Ilmiah Selanjutnya ......................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 108
LAMPIRAN
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tahapan Gagal Ginjal Kronik ....................................................... 12
Tabel 2.2 Manifestasi klinis sindrom uremikum pada gagal ginjal kronik ... 13
Tabel 3.1 Rencana Asuhan Keperawatan ……………………………………57
Tabel 3.2 Evaluasi Keperawatan ................................................................... 71
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Catatan Perkembangan
Lampiran 2:Leaflet Gagal Ginjal Kronik
Lampiran 3: Leaflet Hemodialisa
Lampiran 4: Daftar Riwayat Hidup
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat
progresif dan irreversible. Penurunan kemampuan filtrasi pada penyakit gagal
ginjal kronik (Glomerular Filtration Rate/GFR) kurang dari 60 ml/min/1,73 m2
(Black and Hawk, 2005). Ginjal mengalami penurunan kemampuan dalam
melakukan fungsi metabolisme, keseimbangan cairan, dan elektrolit. Penyakit
gagal ginjal kronik dibagi menjadi tahap 1- 5. Penyakit gagal ginjal kronik yang
berada pada tahap 5 disebut gagal ginjal kronik tahap akhir (end stage renal
disease).
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan salah satu masalah kesehatan yang
dihadapi oleh berbagai negara di dunia. American Kidney Fund melaporkan
jumlah penderita penyakit gagal ginjal kronik pada tahun 2011 diperkirakan
mencapai 31 juta penderita atau sekitar 10% dari jumlah penduduk Amerika
Serikat. Laju prevalensi (prevalent rate) penyakit gagal ginjal kronik meningkat
600% dari tahun 1980- 2009 di Amerika Serikat. Angka kejadian gagal ginjal
kronik meningkat pada orang yang berumur 65 tahun ke atas.
The Centers for Disease Control and Prevention (2010) menyatakan bahwa
penyakit gagal ginjal kronik menduduki urutan ke 8 penyebab kematian terbanyak
di Amerika Serikat. Jumlah penderita gagal ginjal kronik di Australia juga
mengalami peningkatkan. Jumlah penderita gagal ginjal kronik di Australia
diperkirakan mencapai 1,7 juta jiwa pada tahun 2011 (Kidney Health Australia,
2011)
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
2
Universitas Indonesia
Yayasan Peduli Ginjal (Yadugi) mencatat 40.000 penderita penyakit gagal
ginjal kronik tahun 2008. Jumlah penderita mengalami kenaikan menjadi 70.000
jiwa pada tahun 2010 (Yadugi 2008, dalam Wahyuningsih, 2011). Berdasarkan
data rekam medik prevalensi penyakit gagal ginjal kronik di Indonesia mencapai
6,2% atau 104 ribu jiwa dari populasi penduduk Indonesia (Suharjono, 2008 ).
Menurut data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006, penyakit gagal ginjal kronik
menempati urutan ke 6 penyebab kematian pasien yang dirawat di rumah sakit di
Indonesia (Kemenkes, 2008 dalam Hadayati, 2012). Berdasarkan data rekam
medik RSUPN Cipto Mangunkusumo mencatat jumlah penderita gagal ginjal
kronik tahun 2012 mencapai 535 penderita.
Penyebab timbulnya penyakit gagal ginjal kronik antara lain diabetes
mellitus,glomerulonefritis, pyelonephiritis, batu ginjal,penyakit pembuluh darah
ginjal, dan hipertensi (Ansell& Feest, 2000 dalam Thomas, 2004). Diabetes
mellitus merupakan penyebab utama penyakit gagal ginjal kronik yang terjadi di
negara bagian barat. 20-30% dari akibat diabetes mellitus tipe 1 dan 2
menyebabkan nefropati (American Diabetes Association, 1999 dalam Thomas,
2004). United State of Renal System melaporkan bahwa penderita diabetes,
hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler memiliki risiko 2-3 kali mengalami
penyakit gagal ginjal kronik dibandingkan penderita penyakit lain. Penderita
penyakit gagal ginjal kronik juga rentan terjadi pada orang yang berusia 65 tahun
ke atas.
Diabetes dan tekanan darah tinggi dapat disebabkan oleh gaya hidup yang
kurang sehat. Konsumsi makanan secara berlebihan dan konsumsi garam yang
berlebihan. Konsumsi minuman pewarna, obat-obatan penambah stamina, dan
obat-obatan dalam waktu lama dapat meningkakan risiko kerusakan ginjal.
Indonesia merupakan negara tropis yang membuat rentan terjadi dehidrasi.
Kurang mengkonsumsi air sesuai kebutuhan berisiko meningkatkan risiko
kerusakan ginjal (Wibowo, 2010).
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
3
Universitas Indonesia
Penderita penyakit kronis umumnya mengalami perubahan psikososial dan
spiritual. Perubahan biologis yang dialami penderita gagal ginjal kronik
diantaranya pembatasan cairan dan diet, risiko terjadi anemia, risiko terjadinya
adanya gangguan tulang, mual muntah, gangguan tidur, disfungsi seksual, dll.
Penelitian yang dilakukan oleh Mok et all (2004) menunjukkan perubahan
psikologis yang dialami penderita yang ginjal kronik mengalami reaksi
emosional seperti tidak berguna, bersalah, takut, marah, dan merasa tidak
berdaya.
Reaksi emosional awal yang biasanya dilakukan oleh penderita yang baru
didiagnosa mengalami penyakit gagal ginjal kronik adalah tidak ada harapan,
menangis, dan menarik diri dari lingkungan sosial. Perubahan spiritual
diantaranya penderita gagal ginjal kronik cenderung menyalahkan dan
menganggap Tuhan tidak adil sehingga malas untuk menjalankan ibadah
(Setyaningsih, 2011).
Tindakan medis yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak penurunan
kemampuan ginjal adalah hemodialisa dan transplantasi ginjal. Prevalensi
penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Amerika
Serikat mencapai 398. 861 penderita gagal ginjal kronik dan 172.553 penderita
yang menjalani transplantasi ginjal pada akhir tahun 2009. (National Kidney and
Urologic Disease Information Clearinghouse / NKUDIC, 2009).
Pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
mengakibatkan terjadinya insomnia, kecemasan, keputusasaan, ketidakberdayaan,
penurunan motivasi hidup, gangguan citra tubuh, dan mengalami harga diri
rendah situasional (Black & Hawk, 2005). Penelitian yang dilakukan Rocco, dkk
1997 (dalam Black & Hawk, 2005). menemukan bahwa penderita gagal ginjal
kronik yang mengalami hemodialisa mengalami penurunan kualitas hidup dan
mengalami distress psikologi. Penderita yang menjalani hemodialisa memiliki
kemungkinan perubahan gaya hidup seperti penurunan status keuangan,
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
4
Universitas Indonesia
pembatasan makanan dan cairan, perubahan peran dan tanggung jawab dalam
keluarga, dan penurunan kemampuan dalam mencapai tujuan jangka panjang
(Fowler & Baas, 2006). Penelitian lain menemukan bahwa sebagian besar
penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mengalami depresi dan
gangguan emosional yang mempengaruhi dengan kualitas hidup penderita
(Fowler & Baas, 2006).
Pembatasan cairan merupakan salah satu tantangan terberat bagi penderita
gagal ginjal kronik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fowler & Baas (2006)
menemukan salah satu penyebab depresi dari penderita gagal ginjal kronik adalah
adanya restriksi atau pembatasan cairan. Berdasarkan studi literatur yang
dilakukan oleh JohnStone & Halshaw( 2003) menemukan 10 - 42% dari penderita
penyakit gagal ginjal kronik dikategorikan tidak patuh terhadap pembatasan
cairan. Sebagian besar penderita gagal ginjal kronik menyatakan bahwa
pembatasan cairan merupakan hal yang terberat selama menjalani hidup dengan
hemodialisa (Tovazzi & Mazzoni, 2012).
Pembatasan cairan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengurangi kelebihan volume cairan akibat penurunan fungsi ginjal. Jumlah
cairan yang diminum penderita gagal ginjal kronik harus mendapatkan
pengawasan yang ketat. Dampak dari ketidakpatuhan dalam melakukan
pembatasan cairan pada penderita yang menjalani hemodialisa mengakibatkan
kenaikan interdialytic weight gain. Nilai interdialytic weight gain yang dapat
ditoleransi sekitar 2-3 pon atau sekitar 0,9 – 1,3 kg (Black & Hawks, 2005).
Interdialytic Weight Gain (IDWG) merupakan peningkatan volume cairan
tubuh. Peningkatan volume cairan dapat terlihat dari adanya peningkatan berat
badan. Peningkatan IDWG melebihi 5% dari berat badan kering dapat
menyebabkan berbagai komplikasi seperti hipertensi, hipotensi intradialis, gagal
jantung kiri, asites, efusi pleura, gagal jantung kongestif, dan dapat menyebabkan
kematian (Black & Hawks, 2005). Prevalensi kenaikan IDWG di beberapa negara
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
5
Universitas Indonesia
mengalami peningkatan sekitar 9,7%- 49,5% di Amerika Serikat dan 9,8% - 70%
di Eropa (Kugler, et all, 2005). United State Renal Data System (USRDS, 2012)
melaporkan peningkatan angka kematian pada penderita gagal ginjal kronik yang
disebabkan peningkatan IDWG yang melebihi 4.8% dari total berat badan.
Penelitian terkait kepatuhan penderita gagal ginjal kronik terhadap
pembatasan cairan telah banyak diteliti. Penelitian Kugler, et all (2005)
menjelaskan pembatasan cairan merupakan suatu hal yang sangat sulit bagi
pasien yang menjalani hemodialisa. Penelitian ini menggunakan instrument
DDFQ (Dialysis Diet and Fluid Nonadhhernce Questionnaire) menunjukkan
sebanyak 76,4% (n=916) pasien mengalami kesulitan dalam pembatasan cairan.
Tovazzi dan Mazzoni (2012) menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap
pembatasan cairan berkaitan dengan motivasi individu, kontrol emosi,
pengalaman pribadi, waktu, dan motivasi dari orang lain. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa penderita gagal ginjal kronik yang menjadi koresponden
dalam penelitian ini setuju bahwa setiap orang harus menemukan cara sendiri
untuk patuh kepada untuk melakukan pembatasan cairan. Informasi dari tenaga
kesehatan bermanfaat untuk memperkuat pemahaman dan meningkatkan kontrol
diri.
Penelitian terkait strategi yang dapat digunakan untuk dapat meningkatkan
kepatuhan untuk melakukan pembatasan minum adalah penelitian yang dilakukan
oleh Joshtone dan Halshaw. Penelitian ini menggunakan pendekatan cognitive
behavioral therapy (CBT). Penelitian ini menunjukkan peningkatan kemampuan
manajemen cairan dari para koresponden penelitian. Koresponden menunjukkan
penurunan volume cairan (intradialytic weight gains/ IDWG hingga 24% selama
mengikuti CBT hingga 6 minggu.
Cognitive behavioral therapy (CBT) merupakan gabungan dari dua jenis
psikoterapi yaitu terapi kognitif dan perilaku (Bush, 2005 dalam Setyaningsih,
2011). Tujuan dari terapi CBT (Stallard, 2002 dalam Setyaningsih, 2011) adalah
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
6
Universitas Indonesia
untuk meningkatkan kesadaran diri, memfasilitasi pemahaman diri yang lebih
baik, dan untuk meningkatkan kontrol diri dengan mengembangkan ketrampilan
kognitif dan perilaku yang tepat. CBT membantu untuk mengidentifikasi pikiran-
pikiran dan kepercayaan yang negatif, bias, dan kritik diri. Terapi perilaku
mengarajrkan klien untuk meningkatkan harga diri dengan cara memahami
hubungan antara berpikir, perasaan, dan perilaku.
Kepatuhan terkait pembatasan cairan merupakan salah satu bentuk
tanggung jawab, maka harus didukung oleh pemahaman yang memadai tentang
penyakit gagal ginjal kronik dan perawatannya. Salah satu peran perawat dalam
diperlukan untuk memberikan pemahaman terkait penyakit dan perawatannya.
Perawat berperan dalam mengkaji kesulitan penderita gagal ginjal kronik terkait
pembatasan cairan. Strategi yang dapat dikembangkan adalah membantu
penderita gagal ginjal kronik untuk memilih cara yang dirasa nyaman dan efektif
oleh penderita. Perawat dapat memotivasi penderita gagal ginjal kronik untuk
memperoleh kemampuan untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan
pribadi untuk dapat meningkatkan self efficacy. Peningkatan self efficacy
berpengaruh pada self management terkait penyakit gagal ginjal kronik
(Costantini, 2006 ).
1.2.RUMUSAN MASALAH
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan salah satu masalah kesehatan yang
dihadapi oleh berbagai negara di dunia. Penyebab timbulnya penyakit gagal ginjal
kronik antara lain diabetes mellitus, glomerulonefritis, pyelonephiritis, batu
ginjal,penyakit pembuluh darah ginjal, dan hipertensi.
Penelitian menemukan bahwa sebagian besar penderita gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa mengalami depresi dan gangguan emosional yang
mempengaruhi dengan kualitas hidup penderita (Fowler & Baas, 2006). Sebagian
besar penderita gagal ginjal kronik menyatakan bahwa pembatasan cairan
merupakan hal yang terberat selama menjalani hidup dengan hemodialisa.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
7
Universitas Indonesia
Penelitian terkait strategi yang dapat digunakan untuk dapat meningkatkan
kepatuhan untuk melakukan pembatasan minum adalah penelitian yang dilakukan
oleh Joshtone dan Halshaw. Penelitian ini menggunakan pendekatan cognitive
behavioral therapy (CBT).
Peran perawat diperlukan untuk memberikan pemahaman terkait penyakit dan
perawatannya. Perawat berperan dalam mengkaji kesulitan penderita gagal ginjal
kronik terkait pembatasan cairan. Strategi yang dapat dikembangkan adalah
membantu penderita gagal ginjal kronik untuk memilih cara yang dirasa nyaman
dan efektif oleh penderita. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan strategi
pembatasan cairan pada penderita gagal ginjal kronik dengan menggunakan
cognitive behavioral therapy.
1.3.TUJUAN PENULISAN
1.3.1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pasien dengan gagal ginjal kronik.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa.
1.3.2.2. Mengetahui penerapan cognitive behavioral therapy untuk
pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa.
1.3.2.3. Mengetahui analisa masalah perkotaan pada klien dengan gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
1.3.2.4. Mengetahui keefektifan cognitive behavioral therapy untuk
pembatasan cairan pada klien dengan gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
8
Universitas Indonesia
1.4.MANFAAT PENULISAN
1.4.1. Lahan Praktek
Memberikan informasi kepada perawat mengenai asuhan keperawatan
dengan penyakit gagal ginjal kronik dan cognitive behavioral therapy yang
dapat dilakukan untuk melakukan pembatasan cairan pada penderita gagal
ginjal kronik. Diharapkan laporan ini dapat meningkatkan asuhan
keperawatan dengan penyakit gagal ginjal kronik khususnya.
1.4.2. Institusi Pendidikan
Memberikan gambaran pada mahasiswa mengenai penerapan cognitive
behavioral therapy yang dapat dilakukan untuk melakukan pembatasan cairan
pada penderita gagal ginjal kronik. Diharapkan institusi pendidikan dapat
mengajarkan dan melatih penerapan cognitive behavioral therapy pada
mahasiswa.
1.4.3. Penulisan Karya Ilmiah selanjutnya
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan terkait
pengembangan strategi intervensi keperawatan mengenai pembatasan cairan
pada penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa pada
khususnya.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
9 Universitas Indonesia
BAB 2
STUDI KEPUSTAKAAN
2.1 Gagal Ginjal Kronik
2.I.1 Definisi
Gagal ginjal kronik merupakan ganggguan fungsi ginjal yang bersifat
progresif dan irreversible. Penurunan kemampuan ginjal dalam
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta
mempertahankan metabolism. Keadaan tersebut dapat menyebabkan
retensi urea dan sampah nitrogen lainnya di dalam darah (Smeltzer &
Bare, 2005). Penyakit ginjal juga didefinisikan sebagai penurunan dari
fungsi jaringan ginjal secara progresif yang mengakibatkan penurunan
kemampuan dalam mempertahankan lingkungan internal tubuh (Black
& Hawks, 2005). Penyakit gagal ginjal kronik menurut Kidney Disease
Outcome Quality Initiative (KDOQI, 2002) adalah terjadinya kerusakan
ginjal yang ditunjukkan dengan adanya penurunan laju filtrasi
glomerulus kurang dari 60ml/menit/1,73m2, adanya proteinuria, dan
pemeriksaan darah dan diagnostik lain yang abnormal dalam waktu 3
bulan.
2.I.2 Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab penyakit gagal ginjal kronik yang paling banyak antara lain
glomerulonefritis kronik (24%), nefropati diabetik (25%), nefrosklerosis
hipertensif (9%), penyakit ginjal polikistik (8%), pielonefritis kronis dan
nefritis intersisial lain (8%) (Brenner & Lazarus dalam Price & Wilson,
2006). Penyebab gagal ginjal kronik yang paling sering dapat dibagin
menjadi menjadi 8 kelas yaitu penyakit infeksi tubulointersisial,
penyakit peradangan, penyakit vaskular hipertensif, penyakit jaringan
ikat, ganggunan kongenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
10
Universitas Indonesia
toksik, dan nefropati obstruktif (Hidayati, 2012). Terdapat 8 kelas
tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini
Tabel 2.1. : Klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik
2.I.3 Patofisiologi
Dua adaptasi penting yang dilakukan ginjal sebagai respon
kompensasi terhadap penurunan nefron secara progresif diantaranya
hipertrofi dan peningkatan kecepatan filtrasi, dan peningkatan tekanan
hidrostatik kapiler glomerulus. Sisa nefron yang ada mengalami
No Klasifikasi Penyakit
1. Penyakit tubulointersisial Infeksi pielonefritis atau refluks nefropati
2. Penyakit peradangan Glomerulonefritis
3. Penyakit vaskular hipertensif Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteri renalis
4. Gangguan jaringan ikat Lupus erimatosus sistemik, poliartritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif
5. Gangguan kongenital dan
herediter
Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal
6. Penyakit metabolik Diabetes mellitus, gout,
hiperparatiroidisme, amiloidosis
7. Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik, nefropati
timah
8. Nefropati obstruktif Traktus urinarius bagian atas: batu,
neoplasma, fibrosis, retoperitoneal.
Traktus urinarius bagian bawah: hipertrofi
prostat, striktur uretra, anomaly kongenita
leher vesika urinaria dan uretra.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
11
Universitas Indonesia
hipertrofi dalam usahanya mempertahankan fungsi ginjal secara optimal.
Hiperfusi glomerulus menyebabkan peningkatan kecepatan filtrasi,
beban solute dan reabropsi tubulus dalam setiap nefron. Proses
kompensasi ini dapat tidak dapat dipertahankan apabila kerusakan ginjal
mencapai di atas 75% dari jumlah nefron (Black &Hawk, 2005).
Gagal ginjal kronis berkaitan dengan penurunan progresif laju filtasi
glomerulus yang dibagi berdasarkan tahapan antara lain (Black & Hawk,
2005) adalah penurunan cadangan ginjal, insufiensi ginjal, gagal ginjal,
dan penyakit gagal ginjal stadium akhir.
Tahap penurunan cadangan ginjal terjadi penurunan laju filtasi
glomerulus mencapai 50% dari keadaan normal. Nefron yang normal
mengkompensasi nefron yang rusak. Selama tahap ini kreatinin serum
dan BUN dalam nilai normal dan bersifat belum ada manifestasi klinis
yang dirasakan penderita (asimtomatik). Pemerikasaan ginjal yang dapat
dilakukan untuk mengetahui penurunan cadangan ginjal adalah dengan
member beban pemekatan kerja yang berat pada ginjal seperti tes
pemekatan urin yang lama atau mengadakan tes GFR yang teliti.
Laju filtrasi turun hingga mencapai 20-35% dari normal pada tahap
insufiensi ginjal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami
kerusakan karena beban kerja yang berat. Penurunan kemampuan ginjal
ini mulai menyebabkan timbulnya akumulasi sampah sisa metabolik
yang menyebabkan peningkatan blood ureum nitrogen (BUN) dan
kreatinin serum. Pada tahap ini terdapat gejala nokturia dan poliuria.
Pada tahap gagal ginjal, nefron semakin banyak yang mati dan laju
filtrasi glomerulus sekitar 20%.
Penyakit gagal ginjal stadium akhir terjadi penurunan laju filtrasi
glomerulus kurang dari 5%. Hasil pemeriksaan diagnostik menemukan
jaringan parut dan atrofi pada tubulus ginjal. Ginjal tidak dapat lagi
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
12
Universitas Indonesia
mempertahankan fungsi sehingga penumpukan sesa metabolik di dalam
darah menjadi bertambah. Penurunan kemampuan ginjal memerlukan
tindakan hemodialisa atau transplantasi ginjal.
Tabel 2.2: Tahap-tahap dari gagal ginjal kronik
Tahap Gambaran GFR
Ml/min/1.73m2
1. Kerusakan sedikit dengan peningkatan laju
filtrasi
90
2. Penurunan fungsi ginjal kategori mild 60-89
3. Kerusakan gungsi ginjal kategori
moderate
30-59
4. Kerusakan fungsi ginjal kategori severe 15-29
5. Gagal ginjal yang membutuhkab dialysis
atau transplantasi
< 15
2.1.4. Manifestasi Klinis
Sindrom uremik merupakan suatu kumpulan gejala yang
disebabkan oleh penumpukan sampah metabolik berupa urea dan
nitrogen. Sindrom uremik ini muncul pada gagal ginjal tahap akhir
dimana terjadi laju filtrasi glomerulus hanya mencapai 5-10% (Price
& Wilson, 2006).
Dua kelompok gejala klinis pada sindrom uremikum yaitu
kegagalan fungsi ekskretori dan non eksretori (Black & Hawk, 2005).
Kegagalan fungsi ekskretori antara lain peningkatan reabropsi sodium,
penurunan eksresi sisa metabolik, penurunan eksresi kalium,
penurunan eksresi phospat, dan penurunan eksresi H+. Kegagalan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
13
Universitas Indonesia
fungsi non eksretori antara lain gangguan reproduksi, gangguan imun,
penurunan produksi eritropoetin, dan penurunan absopsi kalisum.
Tabel 2.2: Manifestasi klinis sindrom uremikum pada gagal ginjal kronik
(Black & Hawk, 2005)
Sistem Tubuh Manifestasi Klinis
Biokimia Asidosis metabolik, azotemia, retensi Na, hipermagnesia,
hiperuresemia.
Saluran Cerna Anoreksia, mual, muntah, nafas bau ammonia, mulut kering,
stomatitis
Perkemihan Poliuria berlanjut menuju oliguria lalu anuria, proteunuria
Metabolisme Sintesis abnormal hiperglikemia, peningkatan kadar
trigliserida
Muskuloskeletal Osteomalaisa, osteoporosis, osteoskeloris, kram otot, nyeri
otot.
Kardiovaskulaer Hipertensi, retinopati, disritmia, gagal jantung kongestif. 50-
65% kematian yag terjadi akibat komplikasi kardiovaskuler
Pernafasan Dispnea, pneumonitis, edema paru, pleuritis
Kulit Pruritus, kulit kering
Hematologi Anemia, resiko perdarahan, resiko infeksi, hemolisis
Neurologi Peripheral neuropati, lemah otot, mudah lupa, sulit
berkonsentasi, gangguan fungsi kognitif, koma.
Reproduksi Infertilitas, amenorrhea, menstruasi tidak teratur.
2.1.5 Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik
Penatalaksanaan penyakit gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi dua
tahap yaitu tindakan konservatif dan dialysis (Black & Hawk, 2005
dalam Hidayati, 2012)
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
14
Universitas Indonesia
2.1.5. 1 Tindakan Konservatif
Tujuan dari tindakan konservatif memperlambat
progress dari penyakit gagal ginjal kronik. Tindakan
konservatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
kontrol tekanan darah dan pembatasan diet dan cairan. Lima
tujuan dari manajemen kesehatan antara lain mempertahankan
fungsi ginjal dan menunda waktu dialisa, meringankan
manifestasi dari ekstrarenal, meningkatkan nilai biokimia
tubuh, dan membantu untuk mencapai kualitas hidup yang
optimal bagi penderita gagal ginjal kronik (Black & Hawk,
2005).
2.1.5.1.1. Upaya mempertahankan fungsi ginjal
Upaya untuk mempertahankan fungsi ginjal dan
menunda waktu dialysis dapat dilakukan dengan melakukan
pengaturan tekanan darah, pengaturan diet protein dan
cairan. Pembatasan protein pada penderita gagal ginjal
kronik bertujuan untuk mengurangi kadar BUN, asupan
kalium dan fosfat, dan mengurangi produksi ion hydrogen
yang berasal dari protein. Hasil penelitian yang dilakukan
Zeller dan Jacobus tahun 1989 (dalam Suharyanto, 2002)
menemukan bahwa pembatasan protein dapat
memperlambat terjadinya gagal ginjal.
Pembatasan makanan tinggi protein sekitar 0,75g/kg
BB/hari pada pasien gagal ginjal kronik tahap 4 dan 5 yang
tidak menjalani dialysis dan 1,2g/kg bb/hari pada penderita
yang menjalani dialysis (Wrihgt & Jones, 2010). Protein
yang direkomendasikan untuk dikonsumsi berasal dari
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
15
Universitas Indonesia
protein nabati yang mengandung asam amino esensial dan
lebih sedikit hasil sampah nitrogen (Black & Hawks, 2005).
Diet rendah kalium yang dianjurkan adalah sekitar 40-
80 mEg/hari. Konsumsi buah-buahan yang mengandung
kalium tinggi seperti pisang dikurangi. Diet rendah natrium
yang dianjurkan 40-90 mEq/hari (1 - 2 gram natrium).
Asupan natrium yang berlebihan dapat menyebabkan retensi
cairan, edema perifer, edema paru, hipertensi, dan gagal
jantung kongestif.
Pengaturan cairan pada penderita gagal ginjal kronik
harus dipantau ketat. Parameter yang tepat untuk diikuti
selain data asupan dan pengeluaran cairan adalah pemantaun
berat badan harian. Aturan yang dipakai untuk menentukan
jumlah asupan cairan adalah jumlah urin yang dikeluarkan
selama 24 jam ditambahkan IWL (5-10/kg bb).
Pembatasan cairan merupakan salah satu tantangan
terberat bagi penderita gagal ginjal kronik. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Fowler & Baas (2006) menemukan
salah satu penyebab depresi dari penderita gagal ginjal
kronik adalah adanya restriksi atau pembatasan cairan.
Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh JohnStone
& Halshaw ( 2003) menemukan 10 - 42% dari penderita
penyakit gagal ginjal kronik dikategorikan tidak patuh
terhadap pembatasan cairan. Sebagian besar penderita gagal
ginjal kronik menyatakan bahwa pembatasan cairan
merupakan hal yang terberat selama menjalani hidup dengan
hemodialisa (Tovazzi & Mazzoni, 2012).
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
16
Universitas Indonesia
Pembatasan cairan merupakan salah satu cara yang
digunakan untuk mengurangi kelebihan volume cairan akibat
penurunan fungsi ginjal. Jumlah cairan yang diminum
penderita gagal ginjal kronik harus mendapatkan pengawasan
yang ketat. Dampak dari ketidakpatuhan dalam melakukan
pembatasan cairan pada penderita yang menjalani hemodialisa
mengakibatkan kenaikan interdialytic weight gain. Nilai
interdialytic weight gain yang dapat ditoleransi sekitar 2-3 pon
atau sekitar 0,9 – 1,3 kg (Black & Hawks, 2005)
Penelitian terkait kepatuhan penderita gagal ginjal kronik
terhadap pembatasan cairan telah banyak diteliti. Penelitian
Kugler, et all (2005) menjelaskan pembatasan cairan
merupakan suatu hal yang sangat sulit bagi pasien yang
menjalani hemodialisa. Penelitian ini menggunakan instrument
DDFQ (Dialysis Diet and Fluid Nonadhhernce Questionnaire)
menunjukkan sebanyak 76,4% (n=916) pasien mengalami
kesulitan dalam pembatasan cairan.
Tovazzi dan Mazzoni (2012) menyimpulkan bahwa
kepatuhan terhadap pembatasan cairan berkaitan dengan
motivasi individu, kontrol emosi, pengalaman pribadi, waktu,
dan motivasi dari orang lain. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa penderita gagal ginjal kronik yang
menjadi koresponden dalam penelitian ini setuju bahwa setiap
orang harus menemukan cara sendiri untuk patuh kepada untuk
melakukan pembatasan cairan. Informasi dari tenaga kesehatan
bermanfaat untuk memperkuat pemahaman dan meningkatkan
kontrol diri.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
17
Universitas Indonesia
2.5.1.2. Meringankan Komplikasi Ekstrarenal
Meringankan komplikasi ekstrarenal bertujuan untuk
mengobati komplikasi yang disebabkan oleh penyakit gagal
ginjal kronik. Komplikasi yang dimaksud antara lain
hipertensi, hiperkalemia, anemia, asidosis, hiperfosfat, dan
hiperurisemia (Black & Hawk, 2005). Hipertensi dapat
dikontrol dengan pembatasan natrium dan cairan. Pemberian
obat antihipertensi antara lain metildopa, propanolol, klonidin,
captopril. Apabila penderita gagal ginjal kronik sedang
menjalani terapi hemodialisa, pemberian obat-obatan
antihipertensi dihentikan karena dapat mengakibatkan
hipotensi atau syok hipovolemik.
Komplikasi gagal ginjal hiperkalemia dan anemia.
Hiperkalemia merupakan salah satu komplikasi gagal ginjal
kronik karena dapat menyebabkan disaritmia atau aritmia.
Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian glukosa dan
insulim intavena, atau pemberian kalsium glukonas 10%.
Anemia pada gagal ginjal kronik dapat diatasi dengan
pemberian rekombinan eritropoetin, pemberian vitamin B12,
asam folat, dan transfusi darah.
Komplikasi gagal ginjal kronik asidosis metabolik dan
hiperurisemia. Asidosis metabolik yang terjadi pada ginjal
merupakan salah satu dampak penurunan kemampuan ginjal
untuk meskresikan H+
yang menyebabkan retensi H+ .
Pemberian natrium bikarbonat (bicnat) dapat mengatasi
keadaan asidosis metabolik. Pengobatan hiperurisemia yang
dapat digunakan antara lain alopurinol.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
18
Universitas Indonesia
2.1.5.1.3 Peningkatan Nilai Biokimia Tubuh
Peningkatan nilai biokimia tubuh dapat dilakukan
dengan menjalani dialysis, pengobatan, dan diet. Pengobatan
gagal ginjal stadium akhir adalah dialysis dan transplantasi
ginjal. Dialisis dapat digunakan untuk mengontrol uremia
dan persiapan fisik sebelum penderita gagal ginjal menjalani
transplantasi ginjal. 4 tujuan dasar dari terapi dialysis antara
lain untuk membuang sampah hasil metabolisme seperti urea
dan kreatinin, mempertahankan keseimbangan elektrolit
serum, mengkoreksi asidosis dalam darah, dan membuang
kelebihan cairan dalam tubuh.
Prinsip kerja terapi dialysis adalah ultrafiltrasi dan
difusi. Ultrafiltrasi mengacu pada perpindahan cairan dalam
pembuluh darah menggunakan prinsip tekanan onkotik dan
tekanan hidrostatik. Difusi merupakan perpindahan partikel
atau ion dari area yang memiliki konsentrai tinggi ke
konsentari lebih rendah. Terapi dialysis dibedakan menjadi
dua yaitu peritoneal dialysis dan hemodialis.
Hemodialis merupakan suatu proses yang digunakan
pada pasien dalam keadaan sakit akut atau memerlukan terapi
dialysis jangka pendek atau pasien yang mengalami gagal
ginjal kronik tahap akhir yang memerlukan terapi jangka
panjang atau bersifat permanen (Black & Hawk, 2005).
Hemodialisa bertujuan sama dengan terapi dialysis
pada umumnya. Cara kerja hemodialisis dengan prinsip
ultrafiltrasi, osmosis, dan difusi. Toksin dan sampah
metabolik dikeluarkan melalui proses difusi. Kelebihan
volume cairan dikeluarkan melalui proses osmosis.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
19
Universitas Indonesia
Komplikasi hemodialisa antara lain bersifat akut dan
kronis. Komplikasi akut hemodialisis antara lain hipotensi,
mual, nyeri kepala, kejang, hingga koma. Hipotensi dapat
disebabkan pergerakan darah ke luar sirkulasi menuju sirkuit
dialysis. Dialisis awal yang terlalu agresif dapat
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan dialysis karena
perubahan osmotik di otak pada saat kadar ureum plasma
berkurang. Nyeri kepalaa selama dialysis dapat disebabkan
oleh efek vasodilator asetat. Rasa gatal selama atau sesudah
hemodialisa dapat disebabkan efek eksaserbasi pelepasan
histamine akibat reaksi alergi yang bersifat ringan terhadap
membaran dialysis.Kram otot yang terjadi selama dialysis
dapat disebabkan pergerakan elektrolit yang melewati otot
(Hidayati, 2012).
Komplikasi kronis yang paling sering muncul adalah
masalah akses untuk hemodialisa. Masalah akses seperti
thrombosis fistula, pembentukan aneurisma, dan infeksi,
terutama dengan graft sintetik atau akses vena sentral
sementara. Infeksi sistemik dapat timbul pada lokasi akses
atau didapat dari sirkuit dialysis. Transisi infeksi dapat
ditularkan melalui darah seperti virus hepatitis dan
HIV/AIDS( Black & Hawk, 2005).
Interdialytic weight gain (IDWG) merupakan salah satu
hal penting yang perlu diperhatikan pada penderita gagal
ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. IDWG
merupakan peningkatan volume cairan yang
dimanifestasikan dengan peningkatan berat badan sebagai
indikator untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk
selama periode interdialitik dan kepatuhan pasiem terhadap
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
20
Universitas Indonesia
pengaturan cairan pada pasien yang mendapatkan terapi
hemodialisa.
Peningkatan IDWG melebihi 5% dari berat badan
kering dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti
hipertensi, hipotensi intradialis, gagal jantung kiri, asites,
efusi pleura, gagal jantung kongestif, dan dapat
menyebabkan kematian (Black & Hawks, 2005). Prevalensi
kenaikan IDWG di beberapa negara mengalami peningkatan
sekitar 9,7%- 49,5% di Amerika Serikat dan 9,8% - 70% di
Eropa (Kugler, et all, 2005). United State Renal Data System
(USRDS, 2012) melaporkan peningkatan angka kematian
pada penderita gagal ginjal kronik yang disebabkan
peningkatan IDWG yang melebihi 4.8% dari total berat
badan. Nilai interdialytic weight gain yang dapat ditoleransi
sekitar 2-3 pon atau sekitar 0,9 – 1,3 kg (Black & Hawks,
2005).
Asupan cairan membutuhkan regulasi yang hati-hati
pada penderita gagal ginjal. Pengukuran berat badan harian
merupakan salah satu parameter yang penting untuk dipantau
selain catatan intake dan output cairan. Aturan yang dipakai
untuk menentukan jumlah asupan cairan adalah jumlah urin
yang dikeluarkan selama 24 jam ditambahkan IWL (5-10/kg
bb).
`2.1.5.1.4. Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup
Pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
mengakibatkan terjadinya insomnia, kecemasan, keputusasaan,
ketidakberdayaan, penurunan motivasi hidup, gangguan citra
tubuh, dan mengalami harga diri rendah situasional (Black &
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
21
Universitas Indonesia
Hawk, 2005). Penelitian yang dilakukan Rocco, dkk (1997 dalam
Black & Hawk, 2005) menemukan bahwa penderita gagal ginjal
kronik yang mengalami hemodialisa mengalami penurunan
kualitas hidup dan mengalami distress psikologi.
Penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
memiliki kemungkinan perubahan gaya hidup seperti penurunan
status keuangan, pembatasan makanan dan cairan, perubahan peran
dan tanggung jawab dalam keluarga, dan penurunan kemampuan
dalam mencapai tujuan jangka panjang (Fowler & Baas, 2006).
Penelitian lain menemukan bahwa sebagian besar penderita gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mengalami depresi dan
gangguan emosional yang mempengaruhi dengan kualitas hidup
penderita (Fowler & Baas , 2006).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Molzhan,dkk 1996 dalam
Black & Hawk, 2005 menekankan bahwa pandangan dan harapan
yang positif, dukungan sosial, dan pandangan subjektif terkait
status kesehatan berkaitan dengan kualitas hidup. Manajemen diri
(self management ) yang optimal juga berpengaruh pada kualitas
hidup pada penderita gagal ginjal kronik.
Manajemen diri merupakan usaha positif yang dilakukan
seseorang untuk mengatur dan menjaga dan berpartisipasi
terhadap pengobatan dan perawatan terkait penyakit, mencegah
komplikasi, mengontrol tanda gejala, dan mengurangi hal yang
dapat membahayakan hidupnya. Perawat dapat berperan dengan
mendukung manajemen diri penderita gagal ginjal kronik dengan
pemberian edukasi, menyusun program pelatihan bersama, dan
memberikan dukungan psikologis yang bersifat motivasi.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
22
Universitas Indonesia
2.2 Cognitive Behavioral Therapy
2.2.1. Definisi Cognitive behavioral therapy
Cognitive behavioral therapy merupakan terapi yang berfokus
terhadap perubahan pikiran dan perilaku seseorang. Cognitive
behavioral therapy menurut Oemarjoedi (2003) adalah terapi yang
digunakan untuk memodifikasi pikiran, perasaan, dan perilaku dengan
menekankan peran pikiran untuk menganalisa, memutuskan, bertanya,
berbuat, dan memutuskan kembali sesuatu dengan melakakukan
perubahan dari pikiran dan perasaan yang dapat membuat perubahan
perilaku dari negatif menjadi positif. British Assocation for Behavioral
and Cognitive Psychotherapies (dalam Setyaningsih, 2011)
menyebutkan bahwa cognitive behavioral therapy adalah terapi yang
dapat membantu individu untuk melakukan perubahan cara berpikir
dan perilaku yang bertujuan untuk membuat perasaan individu merasa
lebih baik.
2.2.2. Tujuan cognitive behavioral therapy
Tujuan dari cognitive behavioral therapy secara umum adalah
merubah pikiran dan perilaku pasien secara bersamaan. O’Donohue
dan Fisher (2012) menyebutkan bahwa cognitive behavioral therapy
bertujuan untuk membantu pasien untuk mengatasi masalah,
melakukan perubahan perilaku, lingkungan atau cara berpikir secara
langsung, dan meningkatkan kemampuan koping. pasien. Stallard
(2002, dalam Setyaningsih, 2011) menyebutkan tujuan keseluruhan
dari cognitive behavioral therapy adalah meningkatkan kesadaran diri,
memfasilitasi pemahaman diri yang lebih baik, dan meningkatkan
kontrol diri dengan mengembangkan keterampilan kognitif dan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
23
Universitas Indonesia
perilaku yang tepat. Cognitive behavioral therapy membantu pasien
untuk dapat mengidentifikasi pikiran- pikiran, kepercayaan yang
negatif, dan kritik diri.
Cognitive behavioral therapy umumnya digunakan pada
pasien- pasien yang mengalami masalah kejiwaan sepert kecemasan,
depresi, harga diri rendah, dan gangguan kejiwaan lainnya. Penyakit
kronis dan gangguan kejiwaan memiliki hubungan yang erat. Dimana,
penyakit fisik merupakan salah satu faktor dari munculnya gangguan
kejiwaan. Penggunaan cognitive behavioral therapy dapat ditujukan
pada pasien dengan masalah fisik seperti kesulitan dalam
menyesuaikan diri terhadap suatu penyakit, kesulitan unuk mematuhi
suatu terapi atau pengobatan, masalah- masalah yang berhubungan
dengan perilaku terkait penyakit, dan gangguan jiwa komorbiditas
(Halford & Brown, 2009).
2.2.3. Prinsip Pelaksanaan Cognitive behavioral therapy
Prinsip yang penting dalam cognitive behavioral therapy
adalah keyakinan bahwa pola pikir dan keyakinan mempengaruhi
perilaku dan perubahan kognitif yang pada akhirnya dapat
menghasilkan perubahan perilaku yang diinginkan (Dobson & Dazois,
2001 dalam Setyaningsih, 2011). Prinsip dasar dari cognitive
behavioral therapy adalah pikiran, perasaan, gejala fisik, dan perilaku
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. (Halford &
Brown, 2009).
Teori cognitive behavioral meyakini bahwa pola pemikiran
manusia terbentuk melalui proses rangkaian stimulus- kognitif- respon
yang saling berikatan dan membentuk suatu jaringan dalam pikiran
manusia, dimana proses kognitif akan menjadi faktor penentu dalam
menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa, dan bertindak.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
24
Universitas Indonesia
Oemarjoedi (2003) menyebutkan bahwa cara individu menilai dan
mengintrepretasikan suatu kejadian akan mempengaruhi kondisi reaksi
emosional yang pada akhirnya akan mempengaruhi tindakan yang
akan dilakukan.
Stuart dan Laraia (2005) menyatakan bahwa strategi cognitive
behavioral therapy adalah menurunkan ansietas yang salah satunya
dengan cara latihan relaksasi, restrukturisasi kognitif dengan cara
melakukan monitor terhadap pikiran dan perilaku yang pada akhirnya
belajar perilaku baru seperti belajar token economy, role play, dan
social skills training. Proses cognitive behavioral modification
mengunakan teknik self instructional yang merupakan proses
merestrukturisasi sistem pikiran pasien. Pada tahap awal dari tahapan
perubahan perilaku adalah mengenali diri sendiri terkait cara berpikir,
merasa, dan bertindak, serta akibat dari tindakan yang dilakukan
terhadap orang lain.
Tahapan dari cognitive behavioral therapy adalah observasi
diri melalui proses pengkajian, membuat dialog internal baru, dan
belajar keterampilan (Setyaningsih, 2011). Pada tahap observasi diri,
pasien diminta mendengar dialog internal dalam diri mereka dan
mengenali karakteristik pernyataan negatif yang ada. Proses ini
melibatkan kegiatan meningkatkan sensitivitas terhadap pikiran,
perasaan, perbuatan, reaksi fisiologis, dan pola reaksi terhadap orang
lain. Tahap dialog internal memfokuskan untuk melatih pasien untuk
mengenali perilaku menyimpang, mencari kesempatan untuk
mengembangakan alternatif tingkah laku adaptif dengan cara merubah
dialog internal sehingga memunculkan dialog internal baru. Dengan
adanya dialog internal yang baru diharapkan dapat menghasilkan
tingkah laku baru yang akan memberikan dampak terhadap cara
berpikir pasien.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
25
Universitas Indonesia
Tahap terakhir adalah belajar keterampilan baru. Pada tahap
ini, pasien belajar mengatasi masalah dengan praktis dan dapat
diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Pada pelaksanaan cognitive
behavioral therapy juga penting untuk memperhatikan kesiapan diri
pasien agar dapat melakukan intervensi, memotivasi dirinya sendiri
untuk berubah, serta mampu menghadapi kemungkinan mengatasi
adanya hambatan dan kondisi yang tidak diinginkan selama sesi
pelatihan.
2.2.4. Penggunaan cognitive behavioral therapy dalam pembatasan cairan
Pembatasan cairan merupakan salah satu tantangan terberat
bagi penderita gagal ginjal kronik. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Fowler & Baas (2006) menemukan salah satu penyebab depresi
dari penderita gagal ginjal kronik adalah adanya restriksi atau
pembatasan cairan. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh
JohnStone & Halshaw( 2003) menemukan 10 - 42% dari penderita
penyakit gagal ginjal kronik dikategorikan tidak patuh terhadap
pembatasan cairan. Sebagian besar penderita gagal ginjal kronik
menyatakan bahwa pembatasan cairan merupakan hal yang terberat
selama menjalani hidup dengan hemodialisa (Tovazzi & Mazzoni,
2012).
Penelitian terkait strategi yang dapat digunakan untuk dapat
meningkatkan kepatuhan untuk melakukan pembatasan minum adalah
penelitian yang dilakukan oleh Joshtone dan Halshaw. Penelitian ini
menggunakan pendekatan cognitive behavioral therapy (CBT).
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 31 peserta dengan
sebagian besar responden (58%) berusia 41- 68 tahun yang menjalani
waktu dialysis rata-rata 1 - 2 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan focus group discussion. Strategi cognitive behavioral
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
26
Universitas Indonesia
therapy yang digunakan adalah dengan mengenalkan terkait
komplikasi dari kelebihan cairan, cara melakukan pembatasan cairan,
masalah-masalah yang dihadapi selama melakukan pembatasan cairan.
Keyakinan diri terkait program pembatasan cairan merupakan
hal yang penting. Pada penelitian ini awal dan akhir pelatihan peserta
diberikan pertanyaan mengenai kesanggupan untuk melakukan
perubahan. Pada awal pelatihan, 80% mengatakan perlu melakukan
perubahan perilaku untuk membatasi cairan dan hanya 20% yang
mengatakan sanggup untuk melakukan perubahan yang diinginkan.
Pertanyaan yang sama diajukan pada akhir sesi pelatihan 80% yang
menyatakan kesanggupan untuk melakukan perubahan.
Penelitian ini menunjukkan peningkatan kemampuan
manajemen cairan dari para koresponden penelitian. 65% responden
menunjukkan penurunan IDWG antara 8-17% dalam waktu enam
minggu setelah sesi pelatihan. Salah satu responden melaporkan
penurunan volume cairan (intradialytic weight gains/ IDWG hingga
24% selama mengikuti CBT selama 6 minggu setelah pelatihan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap pembatasan
cairan berkaitan dengan motivasi individu, kontrol emosi, pengalaman
pribadi, waktu, dan motivasi dari orang lain. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa penderita gagal ginjal kronik yang menjadi
koresponden dalam penelitian ini setuju bahwa setiap orang harus
menemukan cara sendiri untuk patuh kepada untuk melakukan
pembatasan cairan
Penelitian lain terkait penggunaan cognitive behavioral therapy
sebagai strategi pembatasan cairan adalah Anson, et all (2009).
Penelitian ini menggunakan metode case report dimana menggunakan
seorang responden dalam melakukan eksperimen. Strategi yang
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
27
Universitas Indonesia
digunakan meliputi peningkatan usaha, mengubah kebiasaan,
menurunkan motivasi, meningkatkan kesadaran, upaya menghadapi
situasi yang menantang, beristirahat di waktu yang padat, dukungan
sosial, mengontrol pikiran, dan pemberian reinforcement pada diri
sendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan jumlah konsumsi
cairan responden. Pada awal sesi jumlah cairan yang biasa dikonsumsi
1,7-2,5 liter/ hari dan pada akhir sesi dibawah 1,4 liter/hari (sesuai
saran dari dokter yang merawat responden). Responden juga
menunjukkan motivasi dan komitmen dalam melakukan pembatasan
cairan.
Sharp, et all (2004) juga tertarik melakukan penelitian terkait
pendekatan cognitive behavioral therapy untuk pembatasan cairan.
Penelitian ini melibatkan 56 responden. Peneliti mengkaji mulai dari
sebelum memulai terapi, setelah melakukan terapi, dan tahap follow
up. Cognitive behavioral therapy dilakukan selama 4 minggu. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan tidak ada perubahan interdialytic
weight gain pada analisa tahap awal. Namun, dari hasil analisis
longitudinal menunjukkan efek yang signifikan dari interdialytic
weight gain antara tahap awal hingga tahap follow up. Hal tersebut
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kepatuhan responden
terhadap terapi yang diberikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
cognitive behavioral therapy terbukti efektif dan mungkin untuk
diterapkan dalam upaya meningkatkan pembatasan cairan pada pasien
yang menjalani hemodialisa.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
28 Universitas Indonesia
BAB 3
ANALISIS KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1. Pengkajian Keperawatan
Informasi Umum
Nama : Tn. K.N(57 thn)
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Tanggal masuk : 15 Mei 2013
Sumber Informasi : Klien, status, keluarga
Alasan Masuk
Klien mengeluh mual, dan muntah serta penurunan nafsu makan. Klien
sempat dirawat di RSUD Bekasi selama 2 minggu dengan keluhan yang
sama. Klien didiagnosa mengalami batu ginjal bilateral dan sudah mengalami
operasi pemecahan batu ginjal 5 bulan yang lalu. Klien juga memiliki riwayat
melena.
Keluhan Utama
Klien mengeluh mual dan muntah,dan merasa lemas. Klien juga mengeluhkan
bengkak pada kaki.
Aktivitas/Istirahat
a. Gejala (Subjektif)
Pekerjaan: bekerja sebagai buruh bangunan. Aktivitas/hobi:klien
mengatakan menghabiskan waktu luang dengan menonton televisi.
Perasaan bosan/tidak puas: menurut keluarga, klien merasa bosan
jika hanya berdiam diri di rumah. Keterbatasan karena kondisi:
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
29
Universitas Indonesia
semenjak sakit klien merasa tidak mampu melakukan aktivitas
seperti biasa dan berhenti bekerja. Lama tidur: tidur siang- , tidur
malam 6-7 jam. Kebiasaan tidur: saat tidak bekerja, klien biasanya
suka menonton televisi sebelum tidur hingga menjelang pagi baru
dapat tidur. Klien mengatakan bangun pagi sekitar jam 8-9 pagi..
Insomnia: tidak ada. Rasa segar saat bangun (+). Saat ini klien
mengatakan susah untuk memulai tidur dan mengantuk pada pagi
hari.
b. Tanda (Objektif)
Respon terhadap aktivitas:normal. Status mental: compos mentis.
Massa/tonus otot: baik. Postur: normal. Tremor (-). Rentang gerak:
rentang gerak normal. Deformitas (-). Kekuatan otot:
5555 5555
5555 5555
Sirkulasi
a. Gejala (Subjektif)
Riwayat penyakit: Hipertensi (-), masalah jantung (-), demam
rematik (-). Edema pada mata kaki/kaki (+). Flebitis (-).
Penyembuhan lambat (-). Kesemutan/kebas pada ekstremitas (-).
Batuk (+). Perubahan dalam jumlah urin (+).
b. Tanda (Objektif)
Tekanan darah berbaring: 130/80 mmHg. Tekanan nadi: 80
x/menit. Nadi (palpasi): karotis (+), temporal (+), jugularis (+),
radialis (+), femoralis (+), popliteal (+), postibial (+), dorsalis
pedis (+). Jantung (palpasi): getaran teraba, dorongan (+). Bunyi
jantung: S1 (+), S2 (+), murmur (-), gallop (-). Bunyi napas:
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
30
Universitas Indonesia
vesikuler (+), wheezing (+), ronchi (-). Distensi vena jugularis (-),
JVP 5+1 cm. Ekstremitas: suhu 36,20 C, warna pink (tidak pucat),
pengisian kapiler < 2 detik, tanda homan’s sign (-), varises (-),
abnormalitas kuku (-), penyebaran/kualitas rambut baik. Warna:
membran mukosa pucat, punggung kuku pink, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, diaforesis (-)
Integritas Ego
a. Gejala (Subjektif)
Faktor stres: klien merasa stress karena tidak bekerja dan stressor
jangka pendek adalah anak perempuan yang akan segera menikah
sedangkan klien masih berada di rumah sakit. Cara menangani
stress: berdoa dan berserah pada Tuhan. Masalah-masalah
finansial: klien bersama istri hidup dari pekerjaan klien dan
menjadi masalah saat klien tidak dapat bekerja karena sakit.
Faktor-faktor budaya: klien dan keluarga kental dengan budaya
batak. Agama: Kristen Protestan. Kegiatan keagamaan: walaupun
sakit, klien masih melakukan aktivitas keagamaan terutama
mengikuti kebaktian dan acara agama rutin. Gaya hidup: klien
sehari–hari sering beraktivitas pada kegiatan keagamaan di
lingkungan rumahnya dan bekerja sebagai buruh bangunan.
Perubahan terakhir: biasanya klien selalu melakukan aktivitas
secara mandiri tetapi semenjak sakit klien hanya melakukan
aktivitas dengan dibantu. Perasaan
ketidakberdayaan/keputusasaan: klien merasa lemah untuk
melakukan aktivitas yang dahulu sering dilakukannya.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
31
Universitas Indonesia
b. Tanda (Objektif)
Status emosional: tenang. Respon fisiologis yang terobservasi:
tekanan darah dalam batas normal, pernapasan diatas batas normal.
Eliminasi
a. Gejala (Subjektif)
Pola BAB: biasanya 1 hari sekali Penggunaan laksatif (+).
Karakter feses: warna coklat kehijauan, agak cair, bau tidak
menyengat. BAB terakhir: 11 Mei 2013. Riwayat perdarahan (+).
Hemoroid (-). Konstipasi (+). Diare (-). Pola BAK: 3-4 x sehari.
Rasa sakit/terbakar saat BAK (-). Riwayat penyakit ginjal/kandung
kemih (+). Penggunaan diuretik (-).
b. Tanda (Objektif)
Abdomen: nyeri tekan (-), agak keras, massa (+), bising usus
5x/menit. Hemoroid (-).
Makanan/Cairan
a. Gejala (Subjektif)
Diet (tipe): makanan lunak. Diet makanan saat ini makanan yang
dikonsumsi makanan cair. Jumlah kalori 1700 kkal. . Jumlah
makanan/hari: 3x/hari. Pola diet sebelumnya: sebelum sakit, klien
mau memakan apa saja tanpa ada kecenderungan tidak menyukai
salah satu jenis makanan. Kehilangan selera makan (+).
Mual/muntah (+). Nyeri ulu hati/saluran cerna (-).
Alergi/intoleransi makanan (-). Masalah-masalah
mengunyah/menelan (-). Berat badan: ± 50 Kg. Perubahan berat
badan (+) tetapi tidak diketahui jumlahnya karena klien/keluarga
tidak mengetahui BB sebelum sakit. Penggunaan diuretik (-).
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
32
Universitas Indonesia
b. Tanda (Objektif)
Berat badan: ± 50 Kg. Tinggi badan: 155 cm. Turgor kulit: elastis.
Membran mukosa: lembab. Edema: edema umum (-), edema
dependen (+), edema periorbital (-), asites (-). Pembesaran tiroid (-
). Hernia/massa: (-). Kondisi gigi/gusi: agak kotor. Penampilan
lidah: lembab. Bising usus: 5 x/menit. Urin: warna agak
kekuningan, jumlah 500 cc
Higiene
a. Gejala (Subjektif)
Aktivitas sehari-hari: mandiri selama dirumah, tergantung oleh
bantuan keluarga/perawat (selama dirawat). Mobilitas: terbatas di
tempat tidur. Makan: dibantu oleh keluarga/perawat. Higiene:
dibantu oleh keluarga/perawat. Berpakaian: dibantu oleh
keluarga/perawat. Toileting: dibantu oleh keluarga/perawat.
b. Tanda (Objektif)
Penampilan umum: baik. Cara berpakaian: klien menggunakan
pakaiannya sendiri dan menggunakan sarung. Bau badan (-).
Kondisi kulit kepala: bersih, tidak berminyak, kutu (-)
Neurosensori
a. Gejala (Subjektif)
Rasa ingin pingsan/pusing (-). Sakit kepala (-).
Kesemutan/kebas/kelemahan (-). Stroke (-). Kejang (-). Mata:
penglihatan baik. Telinga: pendengaran sudah berkurang.
Epistaksis (-).
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
33
Universitas Indonesia
b. Tanda (Objektif)
Status mental: compos mentis. Orientasi waktu/tempat/orang: baik.
Kesadaran: GCS E4M6V5. Mengantuk (-). Kooperatif (+).
Halusinasi (-). Delusi (-). Memori: cukup baik. Kacamata (+).
Kontak lensa (-). Alat bantu dengar (-). Ukuran/reaksi pupil:
isokor, +/+. Gerakan menelan (+). Genggaman tangan: kuat.
Paralisis (-).
Nyeri/Ketidaknyamanan
a. Gejala (Subjektif)
Lokasi: punggung. Intensitas:2. Frekuensi: sering dan hilang
timbul. Kulitas: panas Durasi: > 1 menit. Penjalaran: di sepanjang
punggung. Faktor pencetus: muncul dengan sendirinya dan biasa
bertambah ketika aktivitas yang berat. Cara menghilangkan
ketidaknyamanan: dengan melakukan kompres air hangat serta
mencari posisi yang nyaman.
b. Tanda (Objektif)
Mengerutkan muka (-). Menjaga area yang sakit (+). Penyempitan
fokus (-)
Pernapasan
a. Gejala (Subjektif)
Dispnea (-). Riwayat penyakit: bronkitis (-), asma (-), TB (-),
emfisema (-), pneumonia (-), pemajanan terhadap udara berbahaya
(-). Merokok: satu bungkus/hari, selama ± 30 tahun, berhenti ± 5
bulan yang lalu. Penggunaan alat bantu pernapasan:-
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
34
Universitas Indonesia
b. Tanda (Objektif)
Pernapasan: frekuensi 20 x/menit, pengembangan paru simetris.
Penggunaan otot-otot aksesoris (-). Nafas cuping hidung (-).
Fremitus (+). Bunyi napas: vesikuler (+), wheezing (-). Sianosis (-
). Karakteristik sputum: tidak ada sputum. Fungsi mental/gelisah (-
).
Keamanan
a. Gejala (Subjektif)
Alergi/sensitivitas (-). Perubahan sistem imun sebelumnya (-).
Riwayat penyakit hubungan seksual (-). Perilaku risiko tinggi (-).
Tranfusi darah (+). Riwayat cedera kecelakaan (-).
Fraktur/dislokasi (-). Artritis/sendi tidak stabil (+). Masalah
punggung (-). Perubahan pada tahi lalat (-). Pembesaran nodus
limfe (-). Kerusakan penglihatan/pendengaran: terjadi penurunan
pada fungsi pendengaran pada telinga kanan. Alat ambulatori: saat
ini klien melakukan mobilisasi dengan dibantu orang lain karena
suka merasa pusing dan lemah.
b. Tanda (Objektif)
Suhu tubuh: 36,20 C. Diaforesis (-). Integritas kulit: (-). Tonus otot:
baik. Cara berjalan:lemah dan pergerakan harus dibantu. Rentang
gerak: baik tetapi harus dibantu untuk melakukan aktivitas.
Parastesia/paralisis (-). Hasil kultur pemeriksaan sistem imun: Anti
HIV penyaring non reaktif. Tranfusi (-).
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
35
Universitas Indonesia
Seksualitas
a. Gejala (Subjektif)
Aktif dalam melakukan hubungan seksual: (tidak terkaji).
Penggunaan kondom (-). Masalah-masalah/kesulitan seksual:
(tidak terkaji). Perubahan terakhir dalam frekuensi/minat: (tidak
terkaji). Gangguan prostat (-). Sirkumsisi (-). Vasektomi (-).
Melakukan pemeriksaan sendiri: (tidak terkaji). Pemeriksaan
prostat terakhir: (tidak terkaji).
b. Tanda (Objektif)
Pemeriksaan penis/testis: penis normal, skrotum normal
Interaksi Sosial
a. Gejala (Subjektif)
Status perkawinan: menikah. Lamanya pernikahan ± 30 tahun.
Orang pendukung lain: istri, anak dan anggota keluarga lainnya.
Peran dalam struktur keluarga: sebagai kepala keluarga, suami,
ayah, dan kakek. Masalah-masalah yang berhubungan dengan
penyakit: istri klien harus menjaga ayahnya di RS sedangkan anak
perempuan kedua akan menikah. Klien dan istri mengatakan
merasa tidak dapat membantu persiapan dan mungkin tidak akan
menghadiri pernikahan karena klien masih dalam kondisi sakit.
Perubahan bicara (-). Laringektomi (-).
b. Tanda (Objektif)
Bicara: jelas dan terarah. Penggunaan alat bantu bicara (-).
Komunikasi dengan orang lain: verbal dan non verbal.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
36
Universitas Indonesia
Penyuluhan/Pembelajaran
a. Gejala (Subjektif)
Bahasa dominan/khusus: bahasa batak dan bahasa indonesia.
Melek huruf (+). Tingkat pendidikan: SMP. Ketidakmampuan
belajar: (-). Keterbatasan kognitif: (-). Keyakinan kesehatan yang
dilakukan: klien percaya perlu menjaga makanan agar tetap sehat.
Orientasi terhadap perawatan kesehatan: klien akan datang ke
rumah sakit atau klinik apabila obat warung sudah tidak mempan .
Faktor risiko keluarga: DM (-), hipertensi (+), TB (-), penyakit
jantung (-), stroke (-), epilepsi (-), penyakit ginjal (-), kanker (-),
penyakit jiwa (-). Penggunaan obat-obatan tanpa resep: (tidak
terkaji). Alkohol (+) Klien mengatakan sesekali minum minuman
berakholol. Perokok (+). Diagnosa medis saat masuk RS: ISK
Komplikata, melena, dan CKD stage 5. Harapan pasien terhadap
perawatan dirinya: klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya.
Pertimbangan rencana pulang
Tanggal rencana pulang: belum ada. Dokter mengatakan rencana
untuk melakukan operasi pemecahan batu ginjal. Sumber-sumber
yang tersedia: jika pulang rencananya klien akan dijemput oleh
keluarganya, pembiayaan bersumber dari jaminan JAMKESDA. Area
yang mungkin membutuhkan bantuan ketika dirumah: ambulasi,
pemenuhan ADL, pemberian obat. Gambaran fisik rumah: (tidak
terkaji). Fasilitas kehidupan selain rumah (-).
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
37
Universitas Indonesia
Hasil Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
Nilai Klien Nilai Normal
Kimia klinik (22 Mei 2013)
Ureum Darah 75 mg/dl < 50
Protein total 6,3 g/dl 6,0-8,0 g/dl
Albumin 3,04 g/dl 3,4-4,8 d/dl
Globulin 3,26 g/dl 2,5- 3,0 g/dl
Albumin Globulin ratio 0,9 > 1
Fungsi Hati (22 Mei
2013)
SGPT 15 u/L < 50
SGOT 14u/L < 40
Glukosa darah (22 Mei
2013)
191 mg/dl < 140
Masa Protrombin (PT)
Pasien 13,2 detik 9,8-12,6
Kontrol 11,9 detik
INR 1,17
Magnesium Darah 2,56 mg/dl
Fosfat Inorganik 2,8 mg/dl 2,7- 4,5
Kadar Fibrinogen 490 mg/dl 136- 384
Elektrolit
Natrium 140 mEq/L 132- 147
Kalium 3,01 mEq/L 3,3-5,4
Clorida 100,9 mEq/L 94 - 111
Darah Lengkap Perifer
Hemoglobin 9,8 g/dl 13 - 17
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
38
Universitas Indonesia
Nilai Klien Nilai Normal
Hematokrit 28,4 % 40 - 50
Eritrosit 3,73 106/Ul 4,5 - 5,5
MCV 76,1 fL 80 - 95
MCH 26,3 pg 27 - 31
MCHC 34,5 g/dL 32 - 36
Jumlah trombosit 362 103/uL 150 - 400
Leukosit 12,24 103/uL 5 - 10
Hitung jenis
Basofil 0,2%
Eosionofil 0,2%
Neutrofil 92,7%
Limfosit 3,1%
Monosit 38%
Laju Endap Darah 120 mm 0 - 10
D dimer kuantitatif 100 ug/L 0-300
Kreatinin 5 mg/dl 0,9 – 1.3
Kalsium Ca ++ ion 1,37 mmol
Fungsi Hati
Bilirubin total 0,46 mg/dl < 1
Bilirubin direk 0,13 mg/dl <0,2
Bilirubin indirek 0,33 mg/dl < 0,6
Asam Urat 3,1 mg/dl < 7
Analisa Gas Darah
pH 7,458 7,35 – 7,45
pCO2 29,80 mmhg 35 - 45
PO2 106,90 75 - 100
HCO3 21,30 mmol 21 - 25
Imunoserologi (18 Mei 2013)
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
39
Universitas Indonesia
Nilai Klien Nilai Normal
Anti HIV Penyaring Non Reaktif
Fe (S1)TIB
Serum ion 96 ug/dl 59- 158
TIBC 97 ug/dl 228- 428
Saturasi Transferin 99% 15-45
Kimia Klinik
Ureum darah 196 mg/dl <50
Hasil laboratorium (25 Mei 2013)
Kreatinin Darah 4,60 mg/dl 0,9 – 1,3
Kalsium Ion 1,18 mmol/L 1,01-1,31
APTT Pasien : 37,4 detik Kontrol:31,4 detik
Darah Perifer Lengkap
Hemoglobin 9,3 g/dl 13 - 17
Hematokrit 27,6% 40 - 50
Eritrosit 3,53 4,5 - 5,5
MCV 78,2 80 - 95
MCH 26,3 27 - 31
MCHC 33,7 32 - 36
Jumlah trombosit 317 103/ul 150 - 400
Jumlah leukosit 8,10 103/ul 5 - 10
Laju endap darah 122 0-10
Gambaran darah tepi
Eritrosit: Mikrokistik hipokrom, sel pensil +, fregmentosit +,
Leukosit: kesan jumlah cukup, morfologi normal
Trombosit: kesan jumlah cukup morfologi baik
Kesimpulan: Anemia mikrokistik hipokrom kemungkinan defisiensi
besi, hemoglobinopati belum dapat disingkirkan
Fosfat inorganik 1,12 mg/dl 1,70- 2,55
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
40
Universitas Indonesia
Nilai Klien Nilai Normal
Ureum 64 mg/dl < 50
Hasil laboratorium (28 Mei 2013)
APTT
Pasien 66,5 detik 31-47
Kontrol 32,7 detik
Kalsium ion 1,43 mmol/L 1,01-1,31
Kreatinin darah 2,70 mg/dl 0,9 – 1,3
Darah perifer lengkap
Hemoglobin 8,6 g/dl 13 - 17
Hematokrit 26,3 % 40 - 45
Eritrosit 3,31 106/Ul 4,5 – 5,5
MCV 79,5 80 - 95
MCH 26 pg 27 - 31
MCHC 32,7 g/dl 32 - 36
Laju endap darah 57 mm 0 - 10
Ferritin 2013 ng/ml 30-400
Fosfat inorganic 1,3 mg/dl 2,7-4,5
Magnesium 2,41 mg/dl 1,7- 2,55
Masa Protrombin (PT)
Pasien 12,3 detik 9,8-12,6
Kontrol 11,7 detik
Fe (S1) TIBC
Serum Iron 88 ug/dl 59-158
TIBC 125 ug/dl 228-428
Saturasi transferin 70% 15-45
Protein
Protein total 6 g/dl 6,4-8,7
Albumin 3,03 g/dl 3,4-4,8
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
41
Universitas Indonesia
Nilai Klien Nilai Normal
Globulin 2,97 g/dl 1,8-3,9
Albumin Globulin ratio 1 >1
Ureum Darah 38 mg/dl <50
Urin Lengkap
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Keruh Jernih
Sedimen
Leukosit Banyak /LPB
Eritrosit 15-18 /LPB
Silinder Hyaline 0-1
Sel epitel Epitel transisional 1-2 LBP
Krista Negatif
Bakteria Positif Negatif
Berat jenis 1,005 1,005- 1,030
pH 7 4,5-8
Protein +2 Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah/Hb +3 Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen 3,2 u/mol/L 3,2-16
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit esterase +3 Negatif
b. Penunjang lain
- Pemeriksaan GaEsophago Gastro Duodenoscopy (Indikasi pemeriksaan:
riwayat melena)
Kesimpulan :esofagitis grade B (LA classification), multiple ulcer di
antrum, PanGastritis, Giant ulcer di bulbus duodeni.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
42
Universitas Indonesia
- USG Ginjal
Hasil:
Ginjal kanan :
Ukuran :8,23 cm bentuk :normal
:tepi ireguler
Parenchymal :endodensitas :meninggi
Lain-lain :tampak batu beberapa buah batu,
pelviokalis melebar
Ginjal kiri :
Ukuran :7,64 cm bentuk :normal
:tepi ireguler
Parenchymal :endodensitas :meninggi
SINUS :Pelviokalises :melebar
Lain-lain :Tidak tampak batu
Vesika Urinaria :Dinding rata, tidak tampak batu
Kesimpulan :Sonogram kedua ginjal menunjukkan
gambaran penyakit ginjal kronik,
hidronefrosis bilateral, batu multiple di ginjal
kanan, buli-buli normal.
- Pemeriksaan Radiologi (7 Juni 2013)
Hasil pemeriksaan: Periperitoneal fat line baik, Psoas line simetris,
Kontur kedua ginjal tertutup bayangan udara
usus dan fecal material, tampak bayangan
radiopak multiple di hemiabdomen kanan
setinggiL 1-2 proyeksi ginjal kanan, distribusi
udara usus mencapai pelvis minus, tulang-
tulang intak, terpasang dua buah DJ stent
dengan unung proksimal di hemiabdomen
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
43
Universitas Indonesia
kanan setinggi L2 dan kiri setinggi L1, proyeksi
ginjal kanan kiri dan ujung distal masing-
masing di pelvis minos proyeksi buli.
Kesimpulan pemeriksaan:
- nefrolithiasis kanan multiple
- Tak tampak batu radiopak di proyeksi ginjal kiri
- DJ stent bilateral dengan ujung-ujung proksimal di proyeksi
ginjal bilateral dan ujung-ujung distal di proyeksi buli
Terapi pengobatan antara lain menjalani Hemodialisa 2x seminggu.
Terapi Obat
Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat
Bicnat 1000 g (3x1) PO Indikasi: asidosis metabolic dan
osteodistrofi renal
Kontraindikasi: alkalosis
metabolik dan respiratorik,
hipokalsemia, pasien yang banyak
mengalami kehilangan klorida
akibat muntah dan pembersihan
saluran cerna secara kontinyu pada
pasien dengan resiko mengalami
alkalosis hipokloremik yang
diinduksi oleh diuretik.
Efeksamping: peregangan
lambung, flatulen, perdarahan
serebral, edema, kejang tetanus,
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
44
Universitas Indonesia
Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat
hipernatremia, hiperosmolaritas,
hipokalsemia, alkalosis metabolik.
Interaksi obat: dengan obat lain
yang dapat meningkatkan toksisitas
kadar amfetamin, efedrin,
pseudoeferin, kuinidin dan kuinin
akibat alkalinasi urin, penggunaan
bersama dengan zat besi dapat
menurunbkan absorpsi zat besi.
Mekanisme aksi: terjadi
pemisahan sehingga dihasilkan
bikarbonat yang dapat menetralkan
kosentrasi ion hydrogen dan
meningkatkan pH urin dan pH
darah.
Asam folat 15 g (1x1) PO Indikasi: anemia megaboblastik
yang disebabkan oleh defisiensi
asam folat.
Kontraindikasi: pengobatan
anemia pernisiosa dan anemia
megaloblastik lainnya dimana
vitamin B12 tidak cukup.
Efeksamping: umumnya terjadi
perubahan pola tidur, sulit
berkonsentrasi, iritabilitas, aktivitas
berlebih, depresi mental, anoreksia,
mual, distensi abdominal, dan
flatulensi.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
45
Universitas Indonesia
Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat
Mekanisme kerja: folat eksogen
dibutuhkan untuk sintesis
nucleoprotein dan pemeliharaan
eritropoesis normal. Asam folat
menstimulasi produksi sel darah
merah, sel darah putih, dan platelet
pada anemia megaloblastik.
Caco3 Tab 3 x 1 PO Indikasi: sebagai fosfat binder
(pengikat fosfat).
Kontraindikasi: pasien dengan
riwayat kalsium dalam ginjal yang
diperhitungkan, hiperkalsemia,
hipofostatemia, serta pasien yang
diduga keracunan digoksin.
Efeksamping: konstipasi, flatulen,
hiperkalsemia, dan asidosis
metabolik.
B12 Tab 3x PO Indikasi: Anemia pernisiosa yang
tidak terkomplikasi atau malabsorbsi
pada intestinum yang
menyebabkandefisiensi vitamin B12.
Kontraindikasi: Hipersensitivitas,
tidak boleh digunakan untuk anemia
megaloblastik pada wanita hamil.
Efeksamping: Sianokobalamin
biasanya bisa ditoleransi dengan baik.
Reaksi alergi setelah pemakaian
jarang terjadi
Allopurinol 100 mg (1x48 PO Indikasi: Hiperurisemia primer :
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
46
Universitas Indonesia
Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat
jam) gout Hiperurisemia sekunder :
mencegah pengendapan asam urat
dan kalsium oksalat. Produksi
berlebihan asam urat antara lain
pada keganasan, polisitemia vera,
terapi sitostatik.
Kontraindikasi: Penderita yang
hipersensitif terhadap allopurinol
Keadaan serangan akut gout
Efeksamping: Gejala
hipersensitifitas seperti ekspoliatif,
demam, limfodenopati, arthralgia,
eosinofilia. Reaksi kulit : pruritis,
makulopapular Gangguan
gastrointestinal, mual, diare Sakit
kepala, vertigo, mengantuk,
gangguan mata dan rasa. Gangguan
darah : leukopenia,
trombositopenia, anemia hemolitik,
anemia aplastik
Levofloxacine 500 g(1x 48) IV Indikasi: Sinusitis maksilaris akut,
bronkitis kronis dengan eksaserbasi
bakteri akut, pneumonia, infeksi
kulit dan struktur kulit tanpa
komplikasi, infeksi saluran kemih
dengan komplikasi dan pielonefritis
akut.
Kontraindikasi:
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
47
Universitas Indonesia
Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat
Hipersensitif terhadap levofloxacin,
epilepsi, riwayat gangguan tendon,
anak-anak dan remaja, serta wanita
hamil dan menyusui.
Efeksamping:
Reaksi hipersensitif kulit, diare,
mual, flatulensi, nyeri perut,
pusing, dispepsia, insomnia,
muntah, anoreksia, konstipasi,
edema, kelelahan, sakit kepala,
banyak berkeringat, malaise.
Kalitake 2 sachet(3x1) PO Indikasi: sebagai penurun kadar
kalium darah (hiperkalemia)
Kontraindikasi: gagal ginjal
bersamaan dengan hiperkalsemia.
Efeksamping: anoreksia dan
gangguan saluran cerna
Transamin 500 gr (3x 1) IV Indikasi:
Transamin adalah obat
antifibrinolitik yang menghambat
pemutusan benang fibrin. Asam
traneksamat digunakan untuk
profilaksis dan pengobatan
pendarahan yang disebabkan
fibrinolisis yang berlebihan dan
angiodema hereditas.
Kontraindikasi:
Pasien tromboembolik.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
48
Universitas Indonesia
Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat
Efeksamping:
Sakit dada, vasospasmus, syok
hemoragi, demam, sakit kepala,
kedinginan,urtikaria, alopesia,
dysesthesia pedis, purpura, ekzema,
nekrosis kutan, plak
erithemathosus, hiperkalemia,
hiperlipidemia, mual, muntah,
konstipasi, hemorage, ditemukan
darah pada urin, epistaksis,
hemoragi adrenal, hemoragi
retriperitonial, trombositopenia
Omeprazole 40 (2x1) IV Indikasi: Pengobatan jangka
pendek tukak duodenal dan yang
tidak responsif terhadap obat-obat
antagonis reseptor H2, pengobatan
jangka pendek tukak lambung,
pengobatan refluks esofagitis erosif
/ ulceratif yang telah didiagnosa
melalui endoskopi, dan pengobatan
jangka lama pada sindroma
Zollinger Ellison.
Kontraindikasi:
Penderita hipersensitif terhadap
omeprazole.
Efeksamping:
Omeprazole umumnya dapat
ditoleransi dengan baik. Pada dosis
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
49
Universitas Indonesia
Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat
besar dan penggunaan yang lama,
kemungkinan dapat menstimulasi
pertumbuhan sel ECL
(enterochromaffin-likecells). Pada
penggunaan jangka panjang perlu
diperhatikan adanya pertumbuhan
bakteri yang berlebihan di saluran
pencernaan.
Lactulac 15 cc (3x1) PO Indikasi: konstipasi (susah buang
air besar) kronis, ensefalopati porta
sistemik, termasuk keadaan pra
koma hepatik, dan koma hepatik
Kontraindikasi: galaktosemia,
sumbatan usus.
Efeksamping: pada penggunaan
jangka panjang dapat menyebabkan
rasa tidak enak pada perut dan
lambung, diare, kejang perut, dan
rasa haus.
Sucraflat 15 c (4x1) PO Indikasi:
Ulkus lambung, duodenum,
gastritis kronis.
Kontraindikasi: tidak diketahui
Efeksamping:
Susah buang air besar dan mulut
kering.
Vitamin K 10 g (3x1) IV Indikasi: hipoprotombinemia,
perdarahan berat, bayi baru lahir,
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
50
Universitas Indonesia
Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat
hepatitis dan serosis hati yang
menyebabkan hipoprotombinemia
Efek Samping: kemerahan pada
muka, berkeringat, bronkospasme,
sianosis, sakit pada dada, iritatif
pada kulit dan saluran napas
Farmakokinetik: absorpsi vitamin
K melalui usus sangat tergantung
dari kelarutannya. Absorpsi
finokuinon dan menakuinon hanya
berlangsung baik jika terdapat
garam-garam empedu, sedangkan
menadion dan derivatnya yang larut
air dapat diabsorpsi walaupun tidak
ada empedu. Berbeda dengan
finokuinon dan menakuinon yang
harus melalui saluran limfe lebih
dahulu, menadion dan derivatnya
yang larut air dapat langsung masuk
kedalam aliran darah. Vitamin K
diabsorpsi dengan mudah setelah
penyuntikan IM. Metabolisme
vitamin K didalam tubuh tidak
banyak diketahui. Pada empedu dan
urin hampir tidak ditemukan bentuk
bebas, sebagian besar dikonjugasi
dengan asam glukuronat.
Teofusin 500/24 jam IV Indikasi: untuk memenuhi
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
51
Universitas Indonesia
Nama Obat Dosis Rute Keterangan Obat
kebutuhan energi pada nutrisi
parenteral total dan parsial,
terutama pada gangguan
metabolisme.
Kontraindikasi:
Hiperglikemia, oliguria, intoleransi
fruktosa atau sorbitol, hipkalemia.
Efeksamping:
Demam, infeksi setempat, flebitis
atau thrombosis vena, ekstravasasi,
dan hipervolemia.
3.2. Analisa Data
No Data-data hasil pengkajian Masalah keperawatan
1.
Data Subjektif:
- Klien mengatakan bengkak
sejak 1 bulan yang lalu
- Klien mengatakan tidak
mengalami sesak
- Klien mengatakan jumlah
urin sekitar 500 – 600
cc/24 jam
- Klien mengatakan jumlah
cairan yang diminum lebih
banyak dibandingkan urin
yang dikeluarkan.
Data Objektif:
Kelebihan volume cairan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
52
Universitas Indonesia
No Data-data hasil pengkajian Masalah keperawatan
2.
3.
- Pitting edema derajat 2 di
peritibial
- JVP: 5+ 1
- Oliguria
- Hematokrit (27%)
- Hemoglobin (9 g/dl)
- Albumin (3,03 g/dl)
- Suara nafas:vesikuler,
ronkhi (-), wheezing (-)
Data Subjektif:
- Klien mengatakan
mengalami mual dan susah
untuk makan
- Klien mengatakan
mengalami penurunan
nafsu makan sejak 3 bulan
yang lalu
- Klien mengatakan merasa
bertambah kurus walaupun
ada bengkak di kaki
Data Objektif:
- IMT:20,8
- BB: 50 kg, TB: 155
- Membran mukosa pucat
- Konjungtiva anemis
Data Subjektif:
- Klien mengatakan belum
BAB sejak 4 hari yang lalu
Risiko ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan
Konstipasi
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
53
Universitas Indonesia
No Data-data hasil pengkajian Masalah keperawatan
4.
- Klien mengatakan perut
terasa begah dan tidak
nyaman
- Klien mengatakan perut
merasa mulas tapi tidak
dapat feses terasa susah
dikeluarkan.
- Klien mengatakan hanya
diam di tempat tidur karena
merasa suka pusing kalau
berdiri dan merasa lemas.
- Klien mengatakan merasa
mual dan tidak nafsu
makan.
Data Objektif:
- Bising usus 5x/menit
- Distensi abdomen
Data Subjektif:
- Klien mengatakan merasa
lemas saat bergerak
- Klien mengatakan merasa
pusing saat akan bangun
dari tempat tidur
- Klien mengatakan susah
untuk makan dan merasa
mual
- Klien mengatakan ada
masalah dengan sendi lutut
kadang merasa nyeri
Hambatan Mobilitas Fisik
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
54
Universitas Indonesia
No Data-data hasil pengkajian Masalah keperawatan
5.
karena ada riwayat rematik
Data Objektif:
- Pitting edema derajat 1
peritibial
- Konjungtiva anemis
- Hemoglobin: 9 g/dl
- Kekuatan otot:
5555 5555
5555 5555
Data Subjektif:
- Klien mengatakan belum
mengetahui terkait
penyakit ginjal yang
dideritanya
- Klien mengatakan hanya
mengetahui bahwa
mengalami penyakit batu
ginjal
- Klien dan keluarga
mengatakan belum
mengetahui terkait
perawatan pada penyakit
gagal ginjal
- Klien dan keluarga
mengatakan tidak
mengetahui terkait cuci
darah yang harus dijalani
Data Objektif:
- Klien didiagnosa medis
Defisit Pengetahuan terkait
perawatan gagal ginjal kronik
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
55
Universitas Indonesia
No Data-data hasil pengkajian Masalah keperawatan
6.
7.
mengalami gagal ginjal
kronik stage 5
- Fungsi kognitif: normal
- Tingkat pendidikan: SMP
Data Subjektif:
- Klien mengatakan susah
untuk memulai tidur
malam
- Klien mengatakan baru
bisa tidur menjelang subuh
- Klien mengatakan
memiliki kebiasaan
menonton televisi sampai
menjelang subuh baru
tertidur
- Klien mengeluh merasa
lemas dan merasa mudah
mengantuk
- Klien mengatakan saat ini
tidur pada pukul 04.00-
07.00 dan suka jatuh
tertidur.
Data Objektif
- klien tampak sering tertidur
- klien tampak lemas
Gangguan Pola Tidur
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
56
Universitas Indonesia
No Data-data hasil pengkajian Masalah keperawatan
Data Subjektif:
- klien mengatakan
mengalami bengkak di kaki
- klien mengatakan merasa
mual dan ingin muntah
Data Objektif:
- Klien mengalami gagal
ginjal kronik stage 5
- Hasil pemeriksaan
laboratorium:
Kalium:3,01 mEq/L
Natrium: 140 mEq/L
Klorida: 100,9mEq/L
HCO3: 21,30 mmol
Risiko ketidakseimbangan
elektrolit
3.3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah:
1. Risiko ketidakseimbangan elekrolit.
2. Kelebihan volume cairan
3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
4. Gangguan pola tidur
5. Konstipasi
6. Hambatan mobilitas fisik
7. Defisit pengetahuan terkait perawatan pada gagal ginjal kronik
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
[Type text] 58 Universitas Indonesia
3.4 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
1.
Kelebihan volume cairan Kelebihan volume cairan dapat
diatasi dalam 1x24 jam.
Kriteria evaluasi:
- Balance cairan seimbang
- Berat badan seimbang
- Tidak ada tanda edema
- Klien menunjukkan mengerti
dengan diet pembatasan
cairan
- Menunjukkan perubahan
perilaku dalam melakukan
usaha pembatasan cairan
1. Monitor TTV
2. Auskultasi bunyi nafas
dan bunyi jantung
3. Mengkaji adanya
edema dan lokasi dari
edema
Takipnea dan hipertensi
salah satu tanda.
Takipnea terjadi ada
atau tidak adanya
dispea.
Timbulnya suara
tambahan seperti
crackles dan suara
tambahan jantung S3
menunjukkan adanya
kelebihan volume
cairan. Kemungkinan
hasil dari perkembangan
edema paru.
Edema dapat disebabkan
oleh beberapa keadaan
patologis yaitu adanya
tekanan hidrostatik dan
osmotic, dan tekanan
onkotik. Edema biasa
muncul di area depende
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
59
Universitas Indonesia
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
4. Kaji adanya
peningkatan distensi
vena jugularis saat
muncul pitting edema
dan dispnea
5. Pertahankan
pemantauan
keseimbangan cairan
dan hitung balance
cairan selama 24 jam
6. Timbang berat badan
rutin
Intervensi kolaborasi
- Pemantaun kadar
elektrolit (K, Na, Cl),
Tanda gagal jantung.
Penurunan perfusi renal,
insufiensi jantung, dan
perpindahan cairan ke
ruang intertisial dapat
menyebabkan
penurunan urin output
dan munculnya edema.
1 liter penambahan berat
badan= 1 kg kenaikan
berat badan
Perpindahan cairan,
restriksi cairan, dan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
60
Universitas Indonesia
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
BUN, AGD garam, penurunan fungsi
ginjal dapat
mempengaruhi kadar
sodium. Defisit kalium
terjadi karena efek
samping pemberian
diuretic. Peningkatan
BUN akibat kerusakan
ginjal. AGD
menunjukkan adanya
asidosis metabolik
2 Risiko Ketidakseimbangan
elektrolit
Mempertahankan nilai elektrolit dan
khususnya HC03 dalam rentang
normal.
Kriteria Evaluasi:
- Tidak menunjukkan tanda-
tanda ketidakseimbangan
elektrolit
1. Monitor tekanan
darah
2. Kaji level
kesadaran (LOC)
dan perubahan
Dilatasi arteriolar atau
penurunan kontraktilitas
jantung, hipovolemia
dapat ditunjukkan dari
hipotensi dan hipoksia
jaringan.
Penurunan status
mental, konfusi,
kelemahan, paralisis
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
61
Universitas Indonesia
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
neuromuscular
seperti kekuatan,
irama, dan
pergerakan
3. Kaji suhu kulit,
warna, dan CRT
4. Observasi
perubahan dari
respiratory rate,
kedalaman,kelaina
n dari pernafasan
flaccid dapat terjadi
karena hipoksia,
hiperkalemia, dan
penurunan pH dari
cerebrospinal dan cairan
intertisial.
Mengevaluasi status
sirkulasi, perfusi
jaringan, dan efek
hipotensi.
Hiperventilasi, suara
kussmaul dapat
mengindikasikan adanya
kompensasi dari
kelebihan asam pada
asidosis metabolik.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
62
Universitas Indonesia
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Intervensi
kolaborasi:
- Pantau hasil AGD dan
berikan terapi
medikasi sesuai
indikasi.
- Kolaborasi dengan ahli
diet untuk makanan
rendah protein dan
tinggin karbohidrat
pada gagal ginjal.
.
Mengevaluasi perlunya
terapi dan efektifitasnya.
Restriksi protein dapat
berguna untuk
menurunkan sampah
asam hasil metabolisme
3. Konstipasi Masalah konstipasi dapat diatasi.
Kriteria Evaluasi:
Ditandai dengan klien melaporkan
BAB rutin dan feses lunal
1. Auskultasi bunyi usus
(konsistensi dan
frekuensi)
2. Kaji efek samping
terapi pengobatan
Penurunan bunyi usus
menunjukkan adanya
feses yang menumpuk di
usus
Efek samping dari obat
seperti zat besi, antasida.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
63
Universitas Indonesia
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
3. Kaji pola diet dan
pilihan makanan
4. Anjurkan buah-buahan
segar, sayuran, dan
serat yang sesuai
dengan diet penyakit
yang menyertai.
5. Anjurkan atau bantu
untuk melakukan
pergerakan
6. Pertahankan privasi di
kamar tidur atau kamar
mandi
7. Lakukan masase perut
Pertimbangan pemilihan
menu dapat mengatasi
masalah
Dapat meningkatkan
konsistensi
feses/melunakkan feses
Aktivitas dapat
membantu menstimulasi
gerakan peristatlik,
mengupayakan
pergerakan usus normal
Mengupayakan
kenyamanan dalam
memenuhi kebutuhan
eliminasi pas
Masase perut dapat
dilakukan untuk
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
64
Universitas Indonesia
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Intervensi
Kolaborasi:
- Berikan medikasi
sesuai indikasi seperti
obat-obatan laksatif
merangsang pergerakan
feses
Membantu melunakkan
feses sehingga mudah
untuk dikeluarkan
4. Kurang pengetahuan Peningkatan pengetahuan terkait
penyakit yang diderita
Kriteria evaluasi:
- Klien menyatakan mengerti
dengan kondisi, proses
penyakit, prognosis, dan
potensial komplikasi
- Menyatakan mengerti
dengan kebutuhan terapetik
terkait penyakit
- Menyatakan perlunya
perubahan gaya hidup untuk
dapat berpartisipasi untuk
patuh menjalani pengobatan
1. Bahas kembali proses
penyakit, prognosis,
dan harapan
2. Kaji perasaan, fokus,
dan cara untuk
bersahabat dengan
keadaan. Dengarkan
dan jawab pertanyaan
klien dengan jujur
3. Bahas tentang rencana
Menyediakan informasi
sesuai apa yang
diinginkan klien.
Gagal ginjal tahap akhir
memerlukan terapi
dialisa, dan akan
menghadapi perubahan
gaya hidup.
Reaksi yang biasa
muncul adalah cemas,
tidak percaya, marah,
dan depresi
Pembatasan pembatasan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
65
Universitas Indonesia
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
diet dan pembatasan
cairan dan makan
4. Anjurkan untuk
timbang bb rutin
5. Anjurkan intake kalori
adekuat terutama
karbohidrat pada non
diabetik. Diskusikan
nutrisi seperti intake
protein 0,6-o,7 g/kg
bb/hari dengan
mengkonsumsi protein
yang berkualitas
seperti ayam, telur,
kalsium seperti susu,
keju : retensi phosphor
dapat meningkatakan
stimulasi kelenjar
paratiroid untuk
mengambil kalsium dari
tulang. Pembatasan
cairan apabila
dibutuhkan dan sesuai
dengan output ditambah
IWL
Timbang bb untuk
menunjukkan adanya
peningkatan retensi
cairan
Diet tinggi karbohidrat
untuk mengurangi
konsumsi protein,
mengurangi sampah
metabolism, dan
menyediakan energy
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
66
Universitas Indonesia
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
ikan
6. Diskusikan terapi obat
seperti vit D, kalsium
suplemen, dan
menjauhi magnesium
antasida(Mylanta)
7. Anjurkan pantau
tekanan darah dan
glukosa secara rutin
8. Diskusikan terkait
aktivitas klien. Dan
tetap pertahankan
untuk latihan
Pembatasan magnesium
(whole grain):
akumulasi magnesium
dapat menganggu fungsi
neuromuscular
Hipertensi dan glukosa
yang tidak terkontrol
dapat meningkatkan
progresivitas dari
penyakit gagal ginjal.
Kelelahan akibat
anemia, gangguan tidur,
malnutrisi dapat
mengurangi aktivitas
klien. Latihan penting
untuk tetap
mempertahankan
kekuatan otot dan sendi.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
67
Universitas Indonesia
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
9. Libatkan keluarga
terkait pendidikan
kesehatan yang
diberikan
Family support dapat
memotivasi dan
membantu klien
menjalani terapi
pengobatan yang
diberikan.
5.
Hambatan Mobilitas Fisik
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 3x 24 jam klien dapat
melakukan mobilitas secara optimal
sesuai dengan toleransi klien.
Kriteria evaluasi:
- Klien mampu meningkatkan
kemampuan mobilitasnya.
- Klien mampu
mempertahankan posisi
fungsional tubuh yang
normal
- Klien dapat ikut serta dalam
program latihan untuk
meningkatkan mobilisasi
1. Kaji fungsi motorik
klien
2. Atur posisi tidur agar
tidak menekan area
penonjolan tulang
3. Kaji kemampuan klien
untuk melakukan
mobilisasi
Untuk menentukan
kemampuan motorik
klien, menentukan
adanya gangguan
motorik pada klien
Untuk mengurangi nyeri
akibat penekananan
pada area penonjolan
tulang
Untuk menentukan
tingkat toleransi aktivias
yang dapat klien
lakukan.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
68
Universitas Indonesia
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
4. Bantu klien untuk
melakukan latihan
rentang gerak sendi
5. Ajarkan serta libatkan
keluarga untuk
membantu klien
melakukan latihan
rentang gerak sendi.
6. Bantu klien untuk
melakukan mobilisasi
secara bertahap sesuai
tingkat toleransi klien
Untuk mempertahankan
tonus otot, mencegah
atrofi otot, dan
mencegah kontraktur.
Untuk meningkatkan
kemampuan keluarga
dalam merawat klien
Untuk meningkatkan
kemampuan mobilisasi
klien dan mencegah
terjadinya komplikasi
akibat immobilisasi
Risiko pemenuhan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 7x 24 jam, masalah
pemenuhan nutrisi dapat teratasi.
Kriteria Evaluasi:
- Keluhan mual dan mutah
1. Tentukan program diet
dan pola makan pasien
dan bandingkan
dengan makanan yang
dapat dihabiskan
Mengidentifikasi
kekurangan dan
penyimpangan dari
kebutuhan terapeutik
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
69
Universitas Indonesia
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
berkurang/ hilang
- Klien melaporkan
mengalami peningkatan
nafsu makan
- Klien dapat menghabiskan ¾
- 1 porsi makanan yang
diberikan.
pasien
2. Auskultasi bising
usus, catat adanya
nyeri abdomen/ perut
kembung, mual,
muntah, pertahankan
keadaan puasa sesuai
indikasi
3. Berikan makanan cair
yang mengandung zat
makanan (nutrien) dan
elektrolit dengan
segera jika pasien
sudah dapat
mentoleransinya
melalui pemberian
cairan melalui oral
4. Observasi tanda-tanda
hipoglikemi, spt:
perubahan tingkat
Hiperglikemi dan
gangguan
keseimbangan cairan
dan elektrolit dapat
menurunkan motilitas/
fungsi lambung yang
akan mempengaruhi
pilihan intervensi.
Pemberian makanan
melalui oral lebih baik
jika pasien sadar dan
fungsi gastrointestinal
baik.
Hipoglikemia dapat
terjadi karena
penurunan intake
nutrisi.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
70
Universitas Indonesia
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
kesadaran, kulit
dingin, nadi cepat,
lapar, peka rangsang,
cemas, sakit kepala,
pusing, sempoyongan
5. Lakukan dan pantau
oral higiene klien
Intervensi Kolaboratif
- Berikan obat-obatan
antiemetic sesuai
indikasi
Oral higiene dapat
meningkatkan nafsu
makan dan
menimbulkan sensasi
nyaman pada mulut
Menurunkan gejala
mual dan muntah untuk
dapat meningkatkan
keinginan untuk makan.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
71
Universitas Indonesia
3.4. Evaluasi Keperawatan
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
Rabu,
15
Mei
2013
Subjektif:
-Klien mengatakan
masih merasa mual dan
ingin muntah.
Objektif:
- TD:130/80
mmHg
- RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,20 C
- Tidak ada tanda-
tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot
normal,
Subjektif:
-Klien
mengatakan
mengalami
bengkak pada kaki
sejak 1 bulan yang
lalu.
-Klien
mengatakan
mengerti dengan
penjelasan terkait
pembatasan cairan
yang telah
dijelaskan.
Objektif:
Subjektif:
-Klien
mengatakan
saat ini
mengalami
mual dan
penurunan
nafsu makan
-Klien
mengatakan
makanan
hanya sedikit
yang masuk
-Klien
mengatakan
Subjektif:
-Klien
mengeluhkan
mual dan
muntah masih
ada
-Klien
mengatakan
tidak dapat
menghabiska
n makanan
yang
diberikan dan
masih tersisa
¾
- -
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
72
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
pergerakan
terarah
- Warna mukosa:
pink, CRT < 2
detik
-Pitting edema
derajat 2 di
peritibial.
-Suara nafas:
vesikuler,
wheezing
(-), ronkhi(-)
-JVP 5+1 cm H2O
-Berat badan 50
kg
biasa BAB
sehari sekali
-Klien
mengatakan
perut mulas
tapi tidak mau
keluar dan
perut terasa
tidak nyaman.
-Klien
mengatakan
mengerti
dengan
penjelasan
ynag diberikan
Objektif:
-Bising usus :
-Keluarga
mengatakan
mengerti
terkait cara
oral hygiene
-Setelah 45
menit
diberikan
obat, klien
mengatakan
mual
berkurang.
Objektif:
-Klien
tampak
tampak pucat
-Bising usus:
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
73
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
5x/menit
-Distensi
abdomen (+)
-Klien dapat
melakukan
masase perut
dengan benar
5x/menit
-Mual (+),
muntah (+)
Kamis
, 16
Mei
2013
Subjektif:
-Klien mengatakan
masih merasa mual dan
ingin muntah.
Objektif:
-TD:120/80 mmHg
-RR:20x/menit
-HR:80x/menit
-Suhu: 36,20 C
Subjektif:
- Klien
mengataka
n minum
1200 cc
Objektif:
-Pitting edema
derajat 2 di
peritibial.
Subjektif:
-Klien
mengatakan
saat ini belum
BAB
-Klien
mengatakan
perut tidak
terasa mulas
- - Subjektif:
-Klien dan
keluarga
mengatakan
mengerti dengan
penjelasan yang
diberikan
-Klien dan
keluarga
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
74
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
-Tidak ada tanda- tanda
kelainan muscular
-Kekuatan otot normal,
pergerakan terarah
-Warna mukosa: pink,
CRT < 2 detik
-Suara nafas:
vesikuler,
wheezing
(-), ronkhi(-)
-JVP 5+1 cm H2O
-Berat badan 50
kg
-Balance cairan:
seimbang
-intake 1200
output 700 cc,
IWL : 500 cc
-Klien
mengatakan
sudah
melakukan
masase perut
setiap pagi
-Klien
mengatakan
sudah
mengkonsums
i buah-
bauahan dan
sayuran
Objektif:
-Bising usus :
5x/menit
-Distensi
mengatakan baru
mengetahui terkait
penyakit gagal
ginjal kronik
Objektif:
-Klien dan
keluarga dapat
menyebutkan
kembali
pengertian gagal
ginjal kronik
-Klien dan
keluarga dapat
menyebutkan 3
dari 5 penyebab
gagal ginjal kronik
-Klien dapat
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
75
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
abdomen (+)
menyebutkan 5
dari 12 akibat
gagal ginjal kronik
Klien dapat
menyebutkan
pengertian dan
tujuan hemodialisa
Jumat,
17
Mei
2013
Pasien On HD - -
Sabtu,
18
Mei
2013
Subjektif:
-Klien mengatakan
masih merasa mual
mulai berkurang
Objektif:
-TD:110/70 mmHg
Subjektif:
-Klien
mengatakan
minum 1000 cc
Objektif:
-Pitting edema
Subjektif:
-Klien
mengatakan
mual dan
muntah
berkurang
- -
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
76
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
-RR:18x/menit
-HR:82x/menit
-Suhu: 36,20 C
-Tidak ada tanda- tanda
kelainan muscular
-Kekuatan otot normal,
pergerakan terarah
-Warna mukosa: pink,
CRT < 2 detik
derajat 1 di
peritibial.
-Suara nafas:
vesikuler,
wheezing
(-), ronkhi(-)
-JVP 5+1 cm H2O
-Berat badan 50
kg
-Balance cairan:
intake 1000 output
600 cc, IWL : 500
cc
-Balance cairan: -
100 cc
-Post HD (17 Mei
2013): 800 cc
-Klien
mengatakan
sudah
melakukan
masase perut
-Klien
mengatakan
sudah
mengkonsums
i buah-buahan
dan sayuran
-Klien
mengatakan
sudah minum
laxadine.
Objektif:
-Bising usus :
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
77
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
7x/menit
-Distensi
abdomen (+)
Senin,
20
Mei
2013
Subjektif:
-Klien mengatakan
masih merasa mual
namun sudah mulai
berkurang.
Objektif:
-TD:120/80 mmHg
-RR:20x/menit
-HR:82x/menit
-Suhu: 36,10 C
-Tidak ada tanda- tanda
kelainan muscular
-Kekuatan otot normal,
Subjektif:
-Klien
mengatakan
minum 1200 cc
Objektif:
-Pitting edema
derajat 1 di
peritibial.
-Suara nafas:
vesikuler,
wheezing
(-), ronkhi(-)
-JVP 5+1 cm H2O
Subjektif:
-Klien
mengatakan
sudah BAB
tadi pagi
namun masih
sedikit dan
perut masih
terasa mulas
-Klien
mengatakan
sudah
melakukan
- Subjektif:
-Klien dan
keluarga
mengatakan tidak
ingat mengenai
dampak atau
akibat gagal ginjal.
-Klien dan
keluarga
mengatakan
mengerti dengan
penjelasan yang
diberikan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
78
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
pergerakan terarah
Warna mukosa: pink,
CRT < 2 detik
-Berat badan 50
kg
- Balance cairan:
intake 1200 output
800 cc, IWL : 500
cc. Balance
cairan: - 100 cc
masase perut
-Klien
mengatakan
sudah
mengkonsums
i buah-buahan
dan sayuran
Objektif:
-Bising usus :
7x/menit
-Distensi
abdomen (+)
Objektif:
-Klien dan
keluarga tampak
kooperatif
-Klien dan
keluarga tampak
aktif dalam diskusi
-Klien dan
keluarga dapat
menyebutkan
beberapa contoh
diet makanan
penderita gagal
ginjal kronik.
Selasa,
Pasien On HD
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
79
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
21
Mei
2013
Rabu,
22
Mei
2013
Subjektif:
-Klien mengatakan
masih merasa mual
sudah berkurang
Objektif:
- TD:120/80
mmHg
- RR:20x/menit
- HR:84x/menit
- Suhu: 360 C
- Tidak ada tanda-
tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot
Subjektif:
-Klien
mengatakan tidak
ada masalah dalam
melakukan
pembatasan cairan
-Klien
mengatakan
merasa nyaman
dengan
pembatasan cairan
yang dilakukan
Objektif:
-Pitting edema
Subjektif:
-Klien
mengatakan
saat ini mual
berkurang dan
nafsu makan
mulai
membaik.
-Klien
mengatakan
BAB tadi pagi
dengan
konsistensi
lembek, warna
- -
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
80
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
normal,
pergerakan
terarah
- Warna mukosa:
pink, CRT < 2
detik
derajat 1 di
peritibial.
-Suara nafas:
vesikuler,
wheezing
(-), ronkhi(-)
-Kadar albumin 3,
03 g/dl
-Berat badan 50
kg
-Balance cairan:
intake 1200 output
600 cc, IWL : 500
cc
Balance cairan: -
100 cc
kecokelatan,
darah (-),
lendir (-)
Objektif:
-Bising usus :
9x/menit
Distensi
abdomen (-)
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
81
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
Kamis
, 23
Mei
2013
Subjektif:
-Klien mengatakan mual
mulai berkurang.
Objektif:
- TD:120/80
mmHg
- RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,20 C
- Tidak ada tanda-
tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot
normal,
pergerakan
terarah
Warna mukosa: pink,
Subjektif:
-Klien
mengatakan
minum 1100 cc
Objektif:
-Pitting edema
derajat 1 di
peritibial.
-Suara nafas:
vesikuler,
wheezing
(-), ronkhi(-)
-JVP 5+1 cm H2O
-Berat badan 50,5
kg
- Balance cairan:
intake 1100 output
- Subjektif:
-Klien
mengeluhkan
mual mulai
berkurang.
-Klien
mengatakan
dapat
menghabiska
n makanan
yang
diberikan
sebanyak ¾
porsi
-Keluarga
mengatakan
melakukan
Subjektif:
-Klien
mengatakan
tidak merasa
pusing dan sesak
saat melakukan
latihan
Objektif:
-Tanda vital
sebelum latihan:
TD:120/80
mmhg
Nadi:
80x/menit
Suhu: 36,30 C
-Tanda vital
sesudah latihan:
-
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
82
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
CRT < 2 detik 600 cc, IWL : 500
cc
-Balance cairan:
seimbang
oral hygiene
setiap hari
-Setelah 45
menit
diberikan
obat, klien
mengatakan
mual hilang.
Objektif:
-Bising usus:
5x/menit
-Mual (-),
muntah (-)
-Berat badan
50,5 kg
TD:120/80
mmhg
Nadi:
84x/menit
Suhu: 36,30 C
-Kekuatan otot:
5555 5555
5555 5555
-Keluarga dan
klien tampak
kooperatif
-Jenis latihan:
aktif
Jumat, - Pasien On HD
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
83
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
24
Mei
2013
Sabtu,
25
Mei
2013
Subjektif:
-Klien mengatakan
muntah mulia
berkurang.
Objektif:
- TD:120/80
mmHg
- RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,20 C
- Tidak ada tanda-
tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot
Subjektif:
-Klien
mengatakan
minum 1200 cc
Objektif:
-Pitting edema
derajat 1 di
peritibial.
-Suara nafas:
vesikuler,
wheezing
(-), ronkhi(-)
-JVP 5+1 cm H2O
-Berat badan 51
-
-
Subjektif:
-Klien
mengatakan
tidak merasa
pusing dan sesak
saat melakukan
latihan
Objektif:
-Tanda vital
sebelum latihan:
TD:120/80
mmhg
Nadi:
82x/menit
Subjektif:
-Klien
mengatakan
hambatanatau
situasi yang tidak
bersahabat dalam
melakukan
pembatasan cairan
adalah cuaca
panas, pesta, dan
saat menonton
tevelisi.
-Klien mengatakan
merasa nyaman
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
84
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
normal,
pergerakan
terarah
- Warna mukosa:
pink, CRT < 2
detik
kg
- Balance cairan:
intake 1200 output
700 cc, IWL : 500
cc
-Post HD: 600 cc
-Kadar albumin: 3,
06 g/dl
Suhu: 360
C
-Tanda vital
sesuadah latihan:
TD:120/80
mmhg
Nadi:
88x/menit
Suhu: 360
C
-Kekuatan otot:
5555 5555
55555555
-Keluarga dan
klien tampak
kooperatif
-Jenis latihan:
aktif
dengan
pembatasan cairan
yang diberikan
-Klien dan
keluarga
mengatakan agak
sulit untuk
menerapkan diet
yang sesuai
-Klien dan
keluarga
mengatakan
merasa cemas jika
tidak mendapatkan
tempat untuk
hemodialisa atau
tempatnya jauh
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
85
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
dari rumah
-Klien mengatakan
strategi yang dapat
digunakan seperti
berdoa dan
dukungan keluarga
untuk patuh
terhadap
pembatasan
cairan.
-Klien mengatakan
merasa nyaman
dengan
pembatasan cairan
yang dilakukan.
Objektif:
-Klien dan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
86
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
keluarga tampak
kooperatif
-Klien dan
keluarga aktif
dalam mengikuti
diskusi
-Klien dapat
menyebutkan
kembali pilihan
diet makanan pada
penderita gagal
ginjal kronik.
- Senin,
26
Mei
2013
Subjektif:
-Klien mengatakan
masihmual sudah tidak
muncul sejak kemarin.
Subjektif:
-Klien
mengatakan
minum 1200 cc
- - Subjektif:
-Klien
mengatakan
tidak merasa
-
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
87
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
Objektif:
- TD:110/80
mmHg
- RR:20x/menit
- HR:86x/menit
- Suhu: 36,10 C
- Tidak ada tanda-
tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot
normal,
pergerakan
terarah
- Warna mukosa:
pink, CRT < 2
detik
Objektif:
-Pitting edema (-)
-Suara nafas:
vesikuler,
wheezing
(-), ronkhi(-)
-JVP 5+1 cm H2O
-Berat badan 52
kg
- Balance
cairan:
intake
1200
output 700
cc, IWL :
500 cc
pusing dan sesak
saat melakukan
latihan
Objektif:
-Tanda vital
sebelum latihan:
TD:110/80
mmhg
Nadi:
86x/menit
Suhu: 360
C
-Tanda vital
sesuadah latihan:
TD:110/80
mmhg
Nadi:
90x/menit
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
88
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
Suhu: 360 C
-Keluarga dan
klien tampak
kooperatif
-Jenis latihan:
aktif
Selasa,
27
Mei
2013
Pasien On HD
-
Rabu,
28
Mei
2013
Subjektif:
-Klien mengatakan
masih merasa mual dan
ingin muntah.
Objektif:
Subjektif:
-Klien
mengatakan
minum 1200 cc
Objektif:
Subjektif:
Klien
mengeluhkan
mual dan
muntah tidak
Subjektif:
Klien
mengatakan
tidak merasa
pusing dan sesak
Subjektif:
Klien mengatakan
cukup mengerti
dengan penjelasan
yang diberikan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
89
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
TD:120/80 mmHg
RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,20 C
- Tidak ada tanda-
tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot
normal,
pergerakan
terarah
- Warna mukosa:
pink, CRT < 2
detik
-Pitting edema
(-)
-Suara nafas:
vesikuler,
wheezing
(-), ronkhi(-)
-JVP 5+1 cm H2O
-Berat badan 52
kg
-Balance cairan:
intake 1200 output
700 cc, IWL : 500
cc
-Post HD: 600 cc
ada.
-Klien
mengatakan
nafsu makan
sudah mulai
membaik
-Klien
mengatakan
sudah dapat
menghabiska
n makanan
sesuai porsi
yang
disediakan
Objektif:
-Klien
tampak
saat melakukan
latihan.
-Klien
mengatakan
telah mencoba
melakukan
latihan ROM
aktif tadi pagi
-Klien
mengatakan
akan melakukan
latihan ROM
setiap pagi pukul
06.00
Objektif:
-Tanda vital
sebelum latihan:
oleh mahasiswa
-Klien mengatakan
latihan yang akan
dilakukan adalah
jalan kaki dan
senam setiap hari
- Klien
mengatakan
merasa nyaman
dan merasa yakin
untuk mencoba
melakukan
pembatasan cairan
-Klien mengatakan
hal yang ingin
dicapai adalah
tetap sehat dan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
90
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
tampak pucat
-Bising usus:
10x/menit
Mual (-),
muntah (-)
-Berat badan:
52 kg
TD:120/80
mmhg
Nadi: 80x/menit
Suhu: 36, 20 C
-Tanda vital
sesuadah latihan:
TD:110/80
mmhg
Nadi90x/menit
Suhu: 360
C
-Keluarga dan
klien tampak
kooperatif
-Jenis latihan:
aktif
-Klien dapat
melakukan
bisa tetap aktif
dalam melakukan
kegiatan sosial.
-Klien mengatakan
dukungan keluarga
sangat penting
dalam menjalani
pola hidup yang
baru
-Klien mengatkan
akan mencoba
menerapkan pola
hidup yang baru.
-Klien akan
mencoba anjuran
untuk
memeriksakan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
91
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
tindakan ROM
aktif sesuai
dengan urutan.
kesehatan rutin
(tekanan darah,
kadar gula),
menimbang berat
badan setiap hari,
dan mencatat
cairan masuk dan
keluar.
Objektif:
- Klien dan
keluarga
tampak
kooperatif
- Klien dan
keluargater
libat aktif
dalam
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
92
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
diskusi
- Klien dapat
menyebutk
an kembali
tujuan
pembatasa
n cairan
dan
manfaat
yang
dicapai.
- Klien dapat
menyebutk
an kembali
diit
makanan
yang sesuai
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
93
Universitas Indonesia
Hari Dx : Risiko
Ketidakseimabangan
Elekrolit
Dx: Kelebihan
volume cairan
Dx:
kOnstipasi
Dx:Risiko
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Dx:Hambatan
Mobilitas Fisik
Dx:Kurang
Pengetahuan
dengan
penyakit
gagal
ginjal
kronik.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
94 Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISA SITUASI
4.1. Profil Lahan Praktek
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo ( RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo) merupakan rumah sakit rujukan nasional yang
bertempat di ibukota negara Jakarta. Sejarah berdirinya RSUP Cipto
Mangunkusumo memiliki kaitan erat dengan fakultas kedokteran Universitas
Indonesia. Pada tanggal 19 November 1919 didirikan CBZ (Centrale
Burgelijke Ziekenhuis) yang disatukan dengan STOVIA. Sejak saat itu
penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kedokteran semakin maju dan
berkembang fasilitas pelayanan kedokteran spesialistik bagi masyarakat luas.
Nama RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo mengalami beberapa kali
pergantian nama dari awal berdiri sampai saat ini. Peraturan terbaru yaitu
berdasarkan PP nomor 116 Tahun 2000, tanggal 12 Desember 2000, RSUPN Dr
Cipto Mangunkusumo ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) RS Dr
Cipto Mangunkusumo Jakarta. Dalam perkembangan selanjutnya, Perjan
RSCM berubah menjadi Badan Layanan Umum berdasarkan PP.Nomor 23
tahun 2005 (http://www.rscm.co.id)
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo memiliki visi untuk menjadi Rumah
Sakit Pendidikan dan Pusat Rujukan Nasional terkemuka di Asia Pasifik tahun
2014. Misi yang dilakukan antara lain memberikan pelayanan kesehatan
paripurna dan bermutu serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, menjadi
tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan, tempat penelitian dan
pengembangan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui manajemen yang dinamis dan akuntabel(http://www.rscm.co.id).
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
95
Universitas Indonesia
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo bernaung dibawah Kementerian
Kesehatan RI. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo telah mendapatkan akreditasi
sebagai rumah sakit dengan standar pelayanan berkelas dunia oleh lembaga
mutu internasional Joint Commission International (JSI) sejak bulan April
2013. Dimana, hal ini merupakan pencapaian yang istimewa yaitu menjadi
rumah sakit pemerintah pertama di Indonesia yang terakreditasi dengan standar
pelayanan berkelas dunia. Akreditasi JCI melakukan penilaian terhadap suatu
tempat pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk menentukan apakah suatu
organisasi telah memenuhi standar yang dirancang untuk memperbaiki
keselamatan dan kualitas pelayanan.
RSUP Cipto Mangunkusumo memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang
lengkap. Pelayanan kesehatan yang tersedia antara lain pelayanan spesialis
klinik (terdiri dari berbagai spesialisasi), pelayanan pemeriksaan penunjang
(Laboratorium, Hemodialisa, Kamar Bedah, dll), pelayanan rawat inap (anak,
dewasa, kelas 1-3, kelas VIP, ICU, IGD, dll), dan tenaga kesehatan yang
professional (http://www.rscm.co.id).
Gedung rawat inap yang dimiliki RSUP Cipto Mangunkusumo salah
satunya adalah Gedung A. Dimana, konsep dari rawat inap ini adalah
pelayanan rawat inap terpadu. Pelayanan Rawat Inap Terpadu ini
merupakan Integrasi 9 Departemen di RSCM terdiri kandungan dan kebidanan ,
bedah, bedah Syaraf, THT, penyakit dalam, anestesi, mata, kulit dan kelamin,
dan geriatri. Gedung 8 lantai, terdiri dari 169 kamar rawat, dan total kapasitas
900 tempat tidur . Gedung A terdiri dari 8 lantai yang terdiri dari kelas satu
hingga kelas 3 (http://www.rscm.co.id)
Penulis menjalani mata ajar praktik klinik KKMP yang mengambil
peminatan kmb kekhususan penyakit dalam ditempatkan di lantai 7 zona A.
Lantai 7 Zona A Gedung RSUP Cipto Mangunkusumo merupakan ruang rawat
penyakit dalam kelas III. Ruang rawat penyakit dalam khusus pasien laki-laki
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
96
Universitas Indonesia
dengan kapasitas 50 bed. Ruang rawat Lantai 7 Zona A terdiri dari 6 ruang
rawat biasa dengan kapasitas 6 bed dan 4 ruang rawat khusus dengan kapasitas
4 bed. Ruang rawat khusus merupakan ruang rawat untuk pasien-pasien dengan
kondisi tertentu seperti penyakit menular melalui udara seperti TB, Hemofilia,
dll.
Lantai 7 Zona A Selatan memiliki fasilitas yang cukup memadai. Ruang-
ruangan perlengkapan seperti ruangan alat kesehatan, ruang khusus
penyimpanan alat kesehatan dan linen yang telah terpakai, ruang edukasi, ruang
makan, ruang dokter, dan ruang diskusi mahasiswa. Perlengkapan yang dimiliki
ruang rawat terkait lain alat-alat kesehatan (stetoskop, sfignomanometer,
emergency trolley, EKG, dll), kotak-kotak obat masing-masing pasien, 3 buah
komputer, dua buah nurse stasion di sisi kanan dan kiri, peralatan APAR, dll.
Alat pelindung diri tersedia lengkap seperti sarung tangan bersih dan steril,
apron, masker, masker khusus (N95). Kotak kuning dan plastik khusus untuk
benda-benda infeksius ada di setiap trolley perawat. Fasilitas lain yang dapat
memudahkan keluarga pasien adalah adanya petugas khusus untuk
mengantarkan pasien untuk transfer antar ruangan atau melakukan prosedur
medis, mengantarkan hasil laboratorium, mengambilkan darah ke bank
darah,dll.
Ruang rawat kelas III di Gedung A lantai z zona A cukup memadai dan
nyaman. Di masing-masing ruang rawat terdapat 6 bed dengan 1 kamar mandi
dan 1 wastafel, dan 1 buah jam dinding. Setiap pasien dipisahkan dengan tirai.
Setiap pasien memiliki 1 buah meja. Ruangan juga dilengkapi air conditioner
(AC) dan 4 buah jendela. Masing-masing bed pasien dilengkapi bel yang dapat
digunakan pasien untuk memanggil perawat dan botol alkohol pencuci tangan.
Di pintu terpasang arah evakuasi dan 6 langkah mencuci tangan yang benar.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
97
Universitas Indonesia
4.2. Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP dan Konsep
Kasus Terkait
Batu ginjal merupakan salah satu masalah yang ditemui dan dialami pria
(Pak, Charles, 1998). Sebgaian besar pembentukan batu ginjal yaitu sekitar 80%
berasal dari penumpukan kalsium oksalat (Pak, Charles, 1998). Faktor- faktor
yang dapat dapat menyebabkan risiko penumpukan batu ginjal antara lain
kebiasaan kurang minum, kurang mengkonsumsi air putih, diet makanan,
konsumsi obat-obatan herbal, faktor genetik, d lingkungann (Gul, Asiya, 2005)
Pasien memiliki kebiasaan kurang mengonsumsi air putih. Pasien lebih
memilih untuk minum- minuman manis dan berwarna. Klien juga lebih senang
mengonsumsi kopi dan teh. Istri pasien mengatakan pasien dapat mengonsumsi
teh atau kopi 2 gelas sehari. Minuman- minuman yang berwarna dan memiliki
rasa umumnya lebih menarik bagi sebagian besar orang. Kopi merupakan
minuman wajib bagi klien untuk mencegah mengantuk saat bekerja. Tuntutan
pekerjaan yang tinggi mengharuskan klien untuk tetap terjaga.
Kopi, soft drink dan teh termasuk minuman yang banyak mengandung
oksalat. Kelebihan oksalat ini menyebabkan keadaan hiperoksaluria. Keadaan
tersebut dapat menyebabkan peningkatan risiko pembentukan batu ginjal.
Menurut penelitian yang dilakukan Wibowo (2006) terkait faktor yang
mempengaruhi pembentukan batu ginjal antara lain kebiasaan kurang minum
berkaitan dengan gaya hidup seperti kurang minum.
Tempat tinggal pasien yaitu berada di daerah Bekasi. Dimana, sebagian
besar daerah Bekasi merupakan kawasan industri. Penelitian yang dilakukan oleh
Pak (1998) menemukan bahwa sebagian besar wilayah industri berisiko terkena
batu ginjal. Dimana, sebanyak 80% batu ginjal terbentuk dari garam kalsium
dan biasanya menjadi jenis batu ginjal jenis oksalat.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
98
Universitas Indonesia
Gaya hidup lain yang dapat mempengaruhi pembentukan gagal ginjal yaitu
konsumsi protein secara berlebihan. Pasien mengatakan suka mengkonsumsi
daging. Konsumsi daging yang berlebihan dapat menimbulkan sampah berupa
kristal- kristal oksalat.Pasien juga gemar mengonsumsi makanan asin seperti
ikan asin. Pasien mengatakan makanan yang biasa dibeli juga cenderung gurih.
Istri klien mengaku jarang karena sibuk untuk bekerja. Hal ini menyebabkan istri
pasien jarang memasak dan lebih banyak makanan- makanan yang dibeli.
Makanan asin dan minum yang kurang dapat menyebabkan keadaan
hiperkalsiuri.
Hiperkalsiuri yaitu tingginya kadar kalsium di dalam urin yang bisa
disebabkan oleh tingginya pembuangan kalsium ke urin karena tingginya
konsumsi kalsium atau bisa karena kurangnya jumlah urin yang dihasilkan.
Karena jika urin yang dihasilkan semakin banyak, maka akan menurunkan
konsentrasi kalsium di dalam urin. Hal tersebutdapat mengurangi kepekatan urin
oleh kalsium (Gul, Asiya, 2005).
Keadaan cuaca di Indonesia yang cenderung panas dan iklim yang
berubah- ubah dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal. Temperatur
yang tinggi akan meningkatkan jumlah keringat dan meningkatkan konsentrasi
air kemih apabila tidak diimbangi dengan konsumsi air yang cukup. Konsentrasi
air kemih yang meningkat dapat menyebabkan pembentukan Kristal. Pekerjaan
klien terdahulu adalah tukang bangunan yang membuat klien lebih sering
terpapar dengan sinar matahari.
4.3.Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Ginjal memiliki peranan yang penting dalam mengatur regulasi cairan
dalamtubuh. Salah satu dampak dari penurunan fungsi ginjal pada penyakit gagal
ginjal kronik adalah ketidakmampuan ginjal untuk meeksresikan air. Hal ini
membuat penderita gagal ginjal memiliki risiko tinggi untuk mengalami
kelebihan volume cairan. Kelebihan volume cairan dapat menyebabkan timbulnya
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
99
Universitas Indonesia
edema dependen, asites, edema paru, sampai gagal jantung. Maka, kelebihan
volume cairan ini penting untuk menjadi perhatian. Salah satu diagnosa
keperawatan yang umumnya muncul pada penyakit gagal ginjal adalah kelebihan
volume cairan. Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah
dengan restriksi/ pembatasan cairan yang masuk.
Pembatasan cairan merupakan salah satu tantangan terberat bagi penderita
gagal ginjal kronik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fowler & Baas (2006)
menemukan salah satu penyebab depresi dari penderita gagal ginjal kronik adalah
adanya restriksi atau pembatasan cairan. Berdasarkan studi literatur yang
dilakukan oleh JohnStone & Halshaw( 2003) menemukan 10-42% dari penderita
penyakit gagal ginjal kronik dikategorikan tidak patuh terhadap pembatasan
cairan. Sebagian besar penderita gagal ginjal kronik menyatakan bahwa
pembatasan cairan merupakan hal yang terberat selama menjalani hidup dengan
hemodialisa (Tovazzi & Mazzoni, 2012).
Intervensi keperawatan yang terkait pembatasan cairan menjadi salah satu hal
yang menarik dan tantangan bagi peneliti untuk dapat meningkatkan kepatuhan
terhadap pembatasan cairan. Salah satu penelitian terkait strategi yang dapat
digunakan untuk dapat meningkatkan kepatuhan untuk melakukan pembatasan
minum adalah penelitian yang dilakukan oleh Joshtone dan Halshaw. Penelitian
ini menggunakan pendekatan cognitive behavioral therapy (CBT). Jumlah
responden dalam penelitian ini adalah 31 peserta dengan sebagian besar
responden (58%) berusia 41- 68 tahun yang menjalani waktu dialisis rata-rata 1-2
tahun. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan focus group discussion.
Strategi cognitive behavioral therapy yang digunakan adalah dengan
mengenalkan terkait komplikasi dari kelebihan cairan, cara melakukan
pembatasan cairan, masalah-masalah yang dihadapi selama melakukan
pembatasan cairan.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
100
Universitas Indonesia
Intervensi yang dilakukan penulis berdasarkan penelitian yang dilakukan
antara lain membagi sesi cognitive behavioral therapy menjadi 3 pertemuan. yaitu
adalah melakukan sesi satu, sesi dua, dan sesi tiga. Pada sesi satu adalah
melakukan pengkajian. Waktu yang dipakai adalah sekitar 45 menit. Pada sesi
ini, dilakukan pengkajian mengenai apa kepercayaan pasien terkait penyakitnya,
bagaimana pemahaman pasien terkait alasan untuk tidak patuh, bagaimana
perilaku pasien terkait pembatasan cairan, bagaimana pengaruh sosial dari
penyakit yang diderita, bagaimana pendapat terkait program pembatasan cairan,
mengenalkan manfaat pembatasan cairan, dan cara melakukan pengontrolan
pembatasan cairan, apa perasaan yang mungkin saat melakukan pembatasan
cairan. Masalah – masalah yang dirasakan klien dalam melakukan pembatasan
cairan diminta untuk dicatat dan didiskusikan pada sesi selanjutnya.
Sesi kedua dilakukan 3 hari kemudian. Pertemuan yang dilakukan sekitar 45
menit. Hal yang dibahas antara lain melakukan review kembali terkait sesi 1,
menceritakan kembali masalah-masalah fisik dan emosional yang dihadapi saat
melakukan pembatasan cairan, dan strategi – strategi yang dapat dilakukan terkait
masalah yang dihadapi.
Sesi terakhir dilaksanakan pada hari keempat setelah sesi kedua. Hal- hal yang
didiskusikan meliputi diskusi mengenai perasaan, hambatan, dan strategi yang
dilakukan, dan menyusun goal setting. Pada saat penyusunan goal setting ini,
klien diminta untuk menuliskan di catatan mengenai hal- hal yang ingin dicapai
dalam pembatasan cairan seperti berat badan yang stabil dan jumlah cairan yang
harus dikonsumsi. Pada sesi ini juga ditekankan bahwa goal setting bukan untuk
membatasi klien dan membuat merasa tertekan. Klien diminta untuk tetap
menikmati proses dan mengontrol emosi dalam menjalani pembatasan cairan.
Pasien ditemani istri klien saat melakukan pertemuan sesi setu. Kesimpulan
hasil yang diperoleh dari sesi satu adalah perasaan klien yang cenderung merasa
dibatasi. Klien menyatakan akan terjadi perubahan pola hidup yang mungkin
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
101
Universitas Indonesia
membuatnya merasa tidak nyaman. Pasien mengatakan tidak yakin dengan
perubahan yang akan dilalui dan pastinya ada tantangan yang mungkin ditemui.
Pasien mengatakan perasaan sedih dan marah saat mengetahui didiagnosa
menderita penyakit gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah. Pasien awalnya
menolak untuk mendapatkan terapi hemodialisa karena alasan keuangan dan jarak
rumah yang cukup jauh. Namun, jaminan kesehatan dan penjelasan mengenai
pentingnya hemodialisa memungkinkan untuk klien untuk mengikuti terapi.
Pasien tampak mendengarkan penjelasan dengan seksama saat mahasiswa
menjelaskan mengenai pembatasan cairan yaitu cara untuk melakukan dan
manfaat dari tindakan tersebut.
Pasien diminta untuk melakukan pencatatan jumlah cairan yang keluar dan
masuk selama 24 jam. Penulis memberikan formulir untuk mencatat pemantauan
cairan. Pasien juga diminta untuk melakukan penimbangan berat badan rutin yaitu
pada jam yang sama. Pasien diminta untuk menuliskan perasaan dan hambatan
atau tantangan yang dirasakan selama melakukan proses pembatasan cairan.
Pertemuan pada sesi dua membahas mengenai hambatan yang dirasakan
pasien, dan membahas mengenai pemantauan cairan yang dilakukan klien. Istri
pasien memperlihatkan catatan yang telah dibuat. Mahasiswa melakukan evaluasi
terkait tantangan yang dirasakan pasien. Pasien mengatakan tantangan yang
dirasakan adalah merasa akan lebih banyak minum setelah minum obat dan saat
makan.Pasien mengaku dapat memenuhi target untuk minum 1000 - 1200 ml/hari.
Pasien mengatakan tidak ada masalah yang cukup berat dirasakan selama 3 hari
terakhir. Pasien juga mengatakan perasaannya cukup puas untuk dapat patuh pada
pengobatan.
Penulis dan pasien melanjutkan diskusi dengan membahas situasi- situasi
yang mungkin dihadapi saat berada di luar rumah sakit. Penulis dan pasien
berdiskusi mengenai situasi- situasi yang memungkinkan untuk dapat menjadi
tantangan dalam melakukan pembatasan cairan. Situasi antara lain saat
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
102
Universitas Indonesia
menghadiri pesta, saat bekerja, saat bersantai. Pasien dan penulis juga membahas
strategi- strategi yang dapat dilakukan untuk menghadapi situasi yang menantang
tersebut.
Sesi terakhir dilakuakan selama 45 menit. pasien diminta untuk menceritakan
kembali terkait manfaat dari pembatasan cairan dan perasaaan setelah melakukan
pembatasan cairan selama 10 hari terakhir. Pasien mengatakan cukup
menyenangkan dan masih bisa untuk memenuhi target pembatasan cairan. Pasien
mengungkapkan strategi yang dilakukan adalah membasahi bibir dan botol yangb
sudah ditakarkan ditaruh di dekat klien dan menyingkirkan botol- botol lain dari
atas meja klien. Pasien mengungkapkan keinginan untuk dapat memenuhi target
dan melakukan hal-hal yang telah dianjurkan. Pasien menuliskan tujuannya dalam
melakukan pembatasan cairan adalah untuk tetap sehat dan menikmati hidup.
Hasil dari cognitive behavioral therapy yang dilakukan selama 2 minggu
merawat pasien kelolaan yaitu menunjukkan bahwa terapi ini cukup efektif. Hasil
dari catatan perkembangan menunjukkan tidak ada peningkatan berat badan
signifikan(IWG) selama 2 minggu ini. Hasil pemantauan balance cairan juga
menunjukkan hasil yang seimbang dan pasien dapat memenuhi target cairan yang
telah disusun. Pasien menunjukkan antusias dalam melakukan cognitive
behavioral therapy.
Keefektifan dari cognitive behavioral therapy dalam melakukan pembatasan
cairan yang dilakukan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
peningkatan manajemen diri klien dan dukungan sosial. Tovazzi dan Mazzoni
(2012) menemukan bahwa kepatuhan terhadap pembatasan cairan berkaitan
dengan motivasi individu, kontrol emosi, pengalaman pribadi, waktu, dan
motivasi dari orang lain.
Pasien yang menunjukkan antusias, emosi yang relatif stabil dan perasaan
nyaman menunjukkan bahwa terjadi suatu hubungan yang positif antara gejala
fisik, perilaku, pikiran, dan emosional saling mempengaruhi. Pandangan dan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
103
Universitas Indonesia
harapan yang positif, dukungan sosial, dan pandangan subjektif terkait status
kesehatan berkaitan dengan kualitas hidup.
Manajemen diri (self management ) klien juga tampak mulai terlihat dari cara
pasien melakukan pembatasan diet dan cairan. Manajemen diri yang optimal juga
berpengaruh pada kualitas hidup pada penderita gagal ginjal kronik. Manajemen
diri merupakan usaha positif yang dilakukan seseorang untuk mengatur dan
menjaga dan berpartisipasi terhadap pengobatan dan perawatan terkait penyakit,
memcegah komplikasi, mengontrol tanda gejala, dan mengurangi hal yang dapat
membahayakan hidupnya.
Pasien ditemani istri saat melakukan pelatihan. Pasien mengatakan bahwa
istri juga sangat membantu untuk mengingatkan saat klien mulai minum melebihi
batas minuman yang telah ditentukan. Istri pasien juga membantu klien untuk taat
dengan diet makanan yang telah disediakan. Keterlibatan keluarga atau family
support dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan klien terhadap terapi pembatasan
cairan. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan
meningkatkan motivasi pasien dalam melakukan pembatasan cairan.
Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan oleh (Ford, 2010).
Penderita gagal ginjal yang menikah atau memiliki keluarga memiliki tingkat
kepatuhan melakukan pengobatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
tidak menikah, hidup sendiria, atau bercerai. Menurut Friedman (1998 dalam
Wahyuningsih 2011), dukungan keluarga dapat memotivasi klien. Dukungan
keluarga yang diberikan dapat berupa dukungan informasi, dukungan
penghargaan, dukungan peralatan dan dukungan emosional.
Pendidikan kesehatan berpengaruh pada reaksi emosional pasien terhadap
pembatasan cairan yang diberikan. Pendidikan kesehatan yang dilakukan antara
lain memberikan informasi terkait penyakit seperti pengertian, penyebab, dampak,
dan terapi pengobatan pada penderita gagal ginjal kronik. Pemberian pendidikan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
104
Universitas Indonesia
kesehatan meningkatkan reaksi emosional terhadap perasaan yang lebih sejahtera,
peran, dan fungsi sosial pasien (Meers et al 1996 dalam Costantini, 2006).
Implementasi terkait pembatasan cairan berdasarkan pada penelitian yang
dilakukan masih mengalami kekurangan. Dimana, berdasarkan penelitian terkat
cognitive behavioral therapy dilakukan pada kelompok orang - orang yang
menjalani hemodialisa yang tidak sedang menjalani masa perawatan di rumah
sakit. Sedangkan, mahasiswa melakukan intervensi pada satu orang pasien yang
sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Pembatasan cairan yang dilakukan di
rumah sakit umumnya dapat dilakukan dengan baik dengan pengawasan ketat
keluarga dan tenaga kesehatan. Pasien juga melakukan aktivitas minimal sehingga
perasaan haus masih dapat dikontrol dengan baik. Pasien juga belum merasakan
tantangan - tantangan yang dapat mempengaruhi emosi seperti menghadiri pesta
yang memungkinkan klien merasa bersalah apabila mencicipi minuman yang
banyak.
Waktu evaluasi juga menjadi salah satu kelemahan dari intervensi pembatasan
cairan yang dilakukan. Cognitive behavioral therapy pada penelitian yang dipakai
mengevaluasi dengan menggunakan rentang waktu 6 sampai 12 minggu setelah
melakukan terapi ini. Sedangkan, penulis hanya menggunakan waktu selama 2
minggu untuk melakukan evaluasi. Evaluasi terkait perilaku umumnya dilakukan
pada rentang waktu yang lebih lama karena perubahan perilaku tidak dapat
dilakukan secara cepat. Perubahan perilaku membutuhkan proses dan adaptasi
dari seorang individu.
Penulis menggunakan pendekatan penerapan keperawatan jiwa dalam
cognitive behavioral therapy. Referensi yang dibaca masih dirasa belum cukup
dan seharusnya telah melakukan pelatihan terkait terapi ini sebelumnya. Penulis
menggunakan penerapan keperawatan jiwa yang telah dibekali komunikasi
terapetik dalam menerapkan cognitive behavioral therapy. Komunikasi terapetik
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
105
Universitas Indonesia
ini dirasa cukup efektif dan mampu membina hubungan saling percaya antara
penulis dan pasien.
4.4. Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan
Penulis menjumpai masalah - masalah dalam menerapkan cognitive
behavioral therapy. Masalah yang dihadapi antara lain penerapan cognitive
behavioral therapy yang sesuai standard pendekatan keperawatan jiwa. Masalah
tersebut dapat diatasi dengan mempersiapkan diri dengan mengikuti pelatihan
cognitive behavioral therapy untuk para mahasiswa dan perawat ruangan.
Pendekatan secara cognitive behavioral therapy dapat membantu klien yang
menjalani pembatasan cairan secara kognitif, perilaku, dan emosional.
Cognitive behavioral therapy memang dirasakan efektif apabila dilakukan
secara berkelompok. Dengan dibentuknya kelompok, peserta dapat saling
berbagi pengalaman, strategi untuk melakukan pembatasan cairan dan saling
memotivasi satu sama lain. Waktu evaluasi juga perlu diperhatikan. Sebaiknya
peserta terapi juga dilakukan evaluasi kembali terkait kepatuhan dalam
melakukan terapi.
Cognitive behavioral therapy terkait pembatasan cairan dapat menjadi
salah satu cara untuk meningkatkan manajemen diri pada penderita gagal ginjal
kronik. Perawat dapat berperan dengan mendukung manajemen diri penderita
gagal ginjal kronik dengan pemberian edukasi, menyusun program pelatihan
bersama, dan memberikan dukungan psikologis yang bersifat motivasi.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
106 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasar tujuan penulisan yang ditetapkan terkait gambaran penerapan cognitive
behavioral therapy pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
dengan pembatasan cairan, maka diperoleh kesimpulan bahwa:
5.1.1 Asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronik
menggunakan proses keperawatan diantaranya pengkajian, analisis
data, perumusan diagnosa, intervensi, implememtasi, dan evaluasi.
5.1.2 Cognitive behavioral therapy dibagi menjadi 3 sesi latihan yang terdiri
dari pengkajian, mengevaluasi perasaan, strategi- strategi untuk
menghadapi masalah, dan menyusun goal setting.
5.1.3 Penyakit gagal ginjal yang disebabkan oleh batu ginjal dapat
disebabkan karena gaya hidup yang kurang sehat.
5.1.4 Cognitive behavioral therapy terbukti efektif untuk meningkatkan
kepatuhan terhadap pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa.
5.2. Saran
Beberapa saran yang penulis rekomendasikan antara lain:
5.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan
Cognitive behavioral therapy terbukti efektif dalam meningkatkan
kepatuhan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
terkait pembatasan cairan. Pihak rumah sakit dapat melakukan
pelatihan terkait cognitive behavioral therapy. Perawat ruangan juga
dapat menerapkan cognitive behavioral therapy dengan pendekatan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
107
Universitas Indonesia
kelompok. Perawat dapat mengumpulkan pasien- pasien yang sedang
menjalani pembatasan cairan di suatu ruangan. Dengan dibentuknya
kelompok, diharapkan dapat memotivasi antar pasien dan saling
bertukar pengalaman. Perawat dapat berperan dengan mendukung
manajemen diri penderita gagal ginjal kronik dengan pemberian
edukasi, menyusun program pelatihan bersama, dan memberikan
dukungan psikologis yang bersifat motivasi
5.2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan
Cognitive behavioral therapy merupakan suatu terapi dari ilmu
keperawatan jiwa. Maka, cognitive behavioral therapy dapat
dimasukkan ke dalam sub topik bahasan pada mata kuliah
keperawatan khususnya bidang keperawatan jiwa.
5.2.3 Penulisan Karya Ilmiah Selanjutnya
Penulis yang ingin mengambil terkait tingkat kepatuhan terhadap
pembatasan cairan dapat menggunakan pendekatan metode terapi lain
yang yang telah berdasarkan evidence based practice. Karya ilmiah ini
juga dapat menjadi acuan bagi penulis yang ingin menggunakan
cognitive behavioral therapy ini pada pasien dengan penyakit tertentu
untuk meningkatkan kepatuhan pada suatu terapi pengobatan.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
American Kidney Fund. (2012). Kidney disease statistic. Diunduh pada tanggal 28
Juni 2013 pukul 22.00 WIB dari http://www.kidneyfund.org/about-
us/assets/pdfs/akf-kidneydiseasestatistics-2012.pdf
Anson, M. H., Byrd, R. M., Koch, I. E. (2009). Cognitive behavioral treatment to
improve adherence to hemodialysis fluid restrictions: A case report.
Diunduh pada tanggal 10 Mei 2013 pukul 16.00 WIB dari
http://www.readcube.com/articles/10.1155/2009/835262
Asiya,Gul (2005). A modeling study of the role of protein in calcium oxalate kidney
stone formation. Diunduh pada tanggal 05 Juli 2013 pukul 17.00 WIB dari
http://search.proquest.com/docview/305026531/13F240965D22E01D53E/
3?accountid=17242
Black, J., & Hawks, J. (2009). Medical- surgical nursing: Clinical management for
positive outcomes (8th
ed., vol 2). Missouri: Saunders Elseiver.
Costantini, Lucia. (2006). Compliance, adherence, and self management: Is a
paradigm Shift possible for chronic kidney disease clients?. CANNT
Journal; Oct-Dec 2006: 16, 4; Proquest pg 22. Diunduh pada tanggal 28
Juni 2013 pukul 17.00 WIB dari
http://search.proquest.com/docview/236627515/13F438E650331306E1E/
1?accountid=17242
Doenges, E. Marylynn., Moorhouse, F.M., Murr, C. A. (2010). Nursing diagnosis
manual:Planning, individualizing, and documenting client care (2 th
edition). Philadelphia :F.A Davis Company.
Ford, Anderson. Carla.A. (2010). The impact of demographics, sosial support and
health beliefs on adherence to hemodialysis treatment regimen. Diunduh
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
109
Universitas Indonesia
pada tanggal 10 Juli 2013 pukul 14.00 WIB dari
http://search.proquest.com/docview/366834328/13F4B5E7E485A3A8A1
B/1?accountid=17242
Fowler, Christoper., & Baas, S.Linda. (2006). Quality of life; health-related quality
of life and estimates of utility are low in CKD patient. Diunduh pada
tanggal 1 Juli 2013 pukul 14.00 WIB. dari
http://search.proquest.com/docview/210065793/13F028978866BEEC202/5
?accountid=17242
Hafford, Judith., & Brown, Tom. (2009). Cognitive- behavioral therapy as an
adjunctive treatment in chronic physical illness. Diunduh pada tanggal 11
Mei 2013 pukul 17.00 WIB dari
http://apt.rcpsych.org/content/15/4/306.full.pdf
Harwood, Lory., et all. (2009). Stressor and coping in individual with chronic kidney
disease. Diunduh pada tanggal 24 Juni 2013 pukul 16.00 WIB dari
http://search.proquest.com/docview/216533674/13F4368B1FB71ADEA2
3/2?accountid=17242
Hidayati, Sri. (2012). Efektifitas konseling transaksional tentang diet cairan terhadap
penurunan interdialytic weight gain (IDWG) pasien gagl ginjal kronis
yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah
Tegal. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Diunduh pada tanggal 13 Juni 2013 pukul 09.00 WIB dari www.
lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334043-T32526... pdf.
Johnstone, Stephanie., & Halshaw, Donna. (2003). Making peace with fluid social
workers lead cognitive- behavioral intervention to reduce health- risk
behavior. Diunduh pada tanggal 08 Mei 2013 pukul 13.00 dari
http://www.kidney.org/Professionals/cnsw/pdf/fluid_management.pdf
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
110
Universitas Indonesia
KDOQI. (2002). Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease:
Evaluation, Classification, and Stratification. Diunduh pada tanggal 20
Juni 2013 pukul 10.00 WIB dari
http://www.kidney.org/professionals/kdoqi/guidelines_ckd/p4_class_g1.ht
m
Kidney Health Disease. Fact sheets. Diunduh pada tanggal 27 Mei 2013 pukul 19.00
WIB 2013 dari
http://www.kidney.org.au/ForPatients/HealthFactSheets/tabid/609/Default.
aspx
Kugler, C., Vlaminck, H., Haverich, A., & Maes, B. (2005). Nonadherence with diet
and fluid restrictions among adults having hemodialysis. Diunduh pada
tanggal 10 Mei 2013 pukul 18.00 WIB dari
http://search.proquest.com/docview/236347963/13F4314004C13FDCA88/
1?accountid=17242
Mok, E., Lai, C., & Zhang, Z. (2004). Coping with chronic renal failure in
Hongkong. Diunduh pada tanggal 16 Juni 2013 pukul 18.00 WIB dari
http://www.journalofnursingstudies.com/article/S0020-
7489%2803%2900164-0/abstract
National Kidney and Urologic Disease Information Clearinghouse. (2009). Kidney
Disease Statistic for United States. Diunduh pada tanggal 19 Juni 2013
pukul 14.00 WIB dari http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/kustats/
O’Donohue, T. W., & Fisher, E. J. (2012). Cognitive behavioral therapy: Core
Priciples for practice.Canada: John Wiley & Sons, Inc. Diunduh pada
tanggal 12 Mei 2013 pukul 13.00 dari
http://books.google.co.id/books?id=qawT0W2MJI8C&printsec=frontcover
#v=onepage&q&f=false
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
111
Universitas Indonesia
Oemarjoedi, Kasandra. (2003). Pendekatan cognitive behavior dalam psikoterapi.
Jakarta: Kreatif Media.
Pace, Caswell. Rory. (2007). Fluid management in patient on hemodialysis. Diunduh
pada tanggal 8 Mei 2013 pukul 15.00 WIB dari
http://search.proquest.com/docview/216529958/13F431040F7733DFBF9/
1?accountid=17242
Pak, Charles. (1998). Kidney stone. Diunduh pada tanggal 05 Juli 2013 pukul 08.00
WIB dari
http://search.proquest.com/docview/199011101/13F23FEEA316BF063A4/1
2?accountid=17242
Price, A. S., & Wilson, M. L. (2006). Pathophysiology: Clinical concept of disease
process. Missiouri: Mosby.
Profil RSUP Cipto Mangunkusumo. Diunduh pada tanggal 22 Juni 2013 pada pukul
14.00 WIB dari
http://www.rscm.co.id/index.php?bhs=in&id=ADM0000003
Rini, Dhea. Puspita. (2010). Hubungan peningkatan kadar asam urat serum dengan
kejadian batu ginjal di RSUD DR Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
periode Januari – Desember 2008.Diunduh pada tanggal 19 Juni 2013
pukul 19.00 WIB dari
http://eprints.umm.ac.id/5698/1/HUBUNGAN_PENINGKATAN_KADA
R_ASAM_URAT_SERUM1.pdf
Setyaningsih, Tri. (2011). Pengaruh cognitive behavior therapy (CBT) terhadap
perubahan harga diri pasien gagal ginjal kronik di unit hemodialisa
Rumah Sakit Husada Jakarta. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Diunduh pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 19.00
WIB dari www. lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282775-T...pdf
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
112
Universitas Indonesia
Sharp, J. et all. (2005). A cognitive behavioral group approach to enchance
adherence to hemodialysis fluid restriction: A randomized controlled trial.
Diunduh pad tanggal 10 Mei 2013 pukul 19.00 WIB dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1595713
Stuart, W.G., & Laraia, T. M. (2005). Principles and practice of psychiatric.
Missiouri: Mosby
Smeltzer, Suzanne. C, & Bare, Brenda. G. (2005). Brunner&Suddarth’s:Textbook
of medical surgical nursing 10th
edition. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins.
Suharjono. (2008). Ilmu penyakit dalam.(Edisi 8). Jakarta: Penerbit FK UI.
Suraryanto, T. & Madjid, A. (2002). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Penerbit Trans Info Media.
The Centers for Disease Control and Prevention. (2010). National Chronic Kidney
Disease Fact Sheet. Diunduh pada tanggal 29 Juni 2013 pukul 19.00 WIB
dari www.cdc.gov/diabetes/pubs/factsheets/kidney.htm
Tovazzi, Elena. Maria., & Mazzoni, Valentina. (2012). Personal path of fluid
restriction in patients on hemodialysis.. Diunduh pada tanggal 1 Juli 2013
pukul 15.00 dari
http://search.proquest.com/docview/1022627001/13F43008B4E56316A53/1
?accountid=17242
USRDS Annual Data Report. (2012). Altas of CKD & ESRD. Diunduh pada tanggal
12 Mei 2013 pukul 18.00 WIB dari
http://www.usrds.org/2012/pdf/v1_ch2_12.pdf
Wahyuningsih, Atun.Sri. (2011). Pengaruh terapi suportif terhadap kemampuan
keluarga merawat klien gagal ginjal kronik (GGK) yang menjalani
hemodialisa di Rumah Sakit PELNI Jakarta. Depok: Fakultas Ilmu
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
113
Universitas Indonesia
Keperawatan Indonesia. Diunduh pada tanggal 13 Juni 2013 pukul 14.00
WIB dari www. lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282455...pdf.
Wibowo, A. Budi. (2010). Faktor risiko kejadian penyakit batu ginjal dan saluran
kemih di wilyah kerja Puskesmas Sentolo I Kabupaten Kulin Progo
Yogyakarta. Diunduh pada tanggal 28 Juni 2013 pukul 17.00 WIB dari
http://eprints.undip.ac.id/28924/1/2797.pdf
Wright, Mark., & Jones, Colin. (2010). Clinical Practice Guidelines: Nutrition in
CKD. Diunduh pada tanggal 12 Mei 2013 pukul 13.00 WIB dari
http://www.renal.org/clinical/guidelinessection/NutritionInCKD.aspx
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
CATATAN PERKEMBANGAN
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
Rabu, 15
Mei 2013
Risiko
ketidakseimbangan
elektrolit
1. Melakukan pemantauan tanda-tanda
vital
2. Mengkaji adanya perubahan
neuromuscular
3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT
4. Memberikan terapi bicnat
Subjektif:
- Klien mengatakan masih merasa
mual dan ingin muntah.
Objektif:
- TD:130/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,20 C
- Tidak ada tanda- tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot normal, pergerakan
terarah
- Warna mukosa: pink, CRT < 2
detik
Analisis
- Masalah belum teratasi
Perencanaan
- Pantau tanda-tanda vital
- Kaji adanya perubahan
neuromuscular
- kaji suhu, warna, dan CRT
- Pantau hasil AGD
- Berikan obat sesuai indikasi
Rabu, 15
Mei 2013
Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema
2. Mengauskultasi suara nafas dan
suara jantung.
Subjektif:
- Klien mengatakan mengalami
bengkak pada kaki sejak 1 bulan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
3. Timbang berat badan
4. Menghitung JVP
5. Menjelaskan klien terkait
pembatasan cairan
6. Memantau tanda-tanda vital
yang lalu.
- Klien mengatakan mengerti
dengan penjelasan terkait
pembatasan cairan yang telah
dijelaskan.
Objektif:
- Pitting edema derajat 2 di
peritibial.
- Suara nafas: vesikuler, wheezing
(-), ronkhi(-)
- JVP 5+1 cm H2O
- Berat badan 50 kg
- TD:130/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,20 C
Analisis:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Kaji adanya pitting edema
- Auskultasi suara nafas dan suara
jantung.
- Anjurkan untuk timbang berat
badan rutin
- Hitung JVP
- Pantau balance cairan
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium: albumin,
hematokrit.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
Rabu, 15
Mei 2013
Konstipasi 1) Mengauskultasi bunyi usus (
frekuensi)
2) Melakukan palpasi abdomen
3) Mengkaji pola diet dan pilihan
makanan
4) Mengkaji pola BAB
5) Mengajarkan masase perut
6) Menganjrkan untuk mengonsumsi
banyak buah-buahan dan sayuran
Subjektif:
- Klien mengatakan saat ini
mengalami mual dan penurunan
nafsu makan
- Klien mengatakan makanan
hanya sedikit yang masuk
- Klien mengatakan biasa BAB
sehari sekali
- Klien mengatakan perut mulas
tapi tidak mau keluar dan perut
terasa tidak nyaman.
- Klien mengatakan mengerti
dengan penjelasan ynag diberikan
Objektif:
- Bising usus : 5x/menit
- Distensi abdomen (+)
- Klien dapat melakukan masase
perut dengan benar
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencananan:
- Auskultasi bunyi usus ( frekuensi)
- Kaji pola diet dan pilihan
makanan
- Lakukan masase perut
- Anjurkan buah-buahan segar,
sayuran, dan serat yang sesuai
dengan diet penyakit yang
menyertai.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
- Pertahankan privasi klien di
kamar mandi atau di temapat
tidur.
Rabu, 15
Mei 2013
Risiko nutrisi; kurang
dari kebutuhan
1. Mengkaji pola makan pasien
sebelumnya dan bandingkan
dengan makanan yang dapat
dihabiskan pasien.
2. Mengauskultasi bising usus, catat
adanya nyeri abdomen/ perut
kembung, mual, dan muntah
3. Mengajarkan klien dan keluarga
mengenai oral
higiene klien.
4. Memberikan obat ondansenton
dan inpepsa
5. Menimbang berat badan
Subjektif:
- Klien mengeluhkan mual dan
muntah masih ada
- Klien mengatakan tidak dapat
menghabiskan makanan yang
diberikan dan masih tersisa ¾
- Keluarga mengatakan mengerti
terkait cara oral hygiene
- Setelah 45 menit diberikan obat,
klien mengatakan mual
berkurang.
-
Objektif:
- Klien tampak tampak pucat
- Bising usus: 5x/menit
- Mual (+), muntah (+)
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- kaji pola makan pasien dan
bandingkan dengan makanan
yang dapat dihabiskan pasien.
- Auskultasi bising usus, catat
adanya nyeri abdomen/ perut
kembung, mual, dan muntah
- Pantau oral higiene klien.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
- Kolaborasikan pemberian obat
antiemetic sesuai indikasi (obat
ondansenton dan inpepsa)
Kamis, 16
Mei 2013
Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting
edema
2. Mengauskultasi suara nafas
dan suara jantung.
3. Timbang berat badan
4. Menghitung JVP
5. Menjelaskan klien terkait
pembatasan cairan
6. Memantau tanda-tanda vital
Subjektif:
- Klien mengatakan minum 1200
cc
Objektif:
- Pitting edema derajat 2 di
peritibial.
- Suara nafas: vesikuler, wheezing
(-), ronkhi(-)
- JVP 5+1 cm H2O
- Berat badan 50 kg
- TD:120/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,30 C
- Balance cairan: intake 1200
output 700 cc, IWL : 500 cc
Analisis:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Kaji adanya pitting edema
- Auskultasi suara nafas dan suara
jantung.
- Anjurkan untuk timbang berat
badan rutin
- Hitung JVP
- Pantau balance cairan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium: albumin,
hematokrit.
Kamis,, 16
Mei 2013
Risiko
ketidakseimbangan
elektrolit
1. Melakukan pemantauan tanda-tanda
vital
2. Mengkaji adanya perubahan
neuromuscular
3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT
4. Memberikan terapi bicnat
Subjektif:
- Klien mengatakan masih merasa
mual dan ingin muntah.
Objektif:
- TD:120/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,20 C
- Tidak ada tanda- tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot normal, pergerakan
terarah
- Warna mukosa: pink, CRT < 2
detik
Analisis
- Masalah belum teratasi
Perencanaan
- Pantau tanda-tanda vital
- Kaji adanya perubahan
neuromuscular
- kaji suhu, warna, dan CRT
- Pantau hasil AGD
- Berikan obat sesuai indikasi
Kamis, 16 Konstipasi 1. Mengauskultasi bunyi usus ( Subjektif:
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
Mei 2013
Kamis, 16
Mei 2013
Kurang Pengetahuan
frekuensi)
2. Melakukan palpasi abdomen
3. Mengkaji pola diet dan pilihan
makanan
4. Mengkaji pola BAB
1. Menjelaskan mengenai gagal ginjal
kronik
- Klien mengatakan saat ini belum
BAB
- Klien mengatakan perut tidak
terasa mulas
- Klien mengatakan sudah
melakukan masase perut setiap
pagi
- Klien mengatakan sudah
mengkonsumsi buah-bauahan dan
sayuran
Objektif:
- Bising usus : 5x/menit
- Distensi abdomen (+)
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencananan:
- Auskultasi bunyi usus ( frekuensi)
- Kaji pola diet dan pilihan
makanan
- Lakukan masase perut
- Anjurkan buah-buahan segar,
sayuran, dan serat yang sesuai
dengan diet penyakit yang
menyertai.
- Pertahankan privasi klien di
kamar mandi atau di temapat
tidur.
Subjektif:
- Klien dan keluarga mengatakan
mengerti dengan penjelasan yang
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
2. Menjelaskan penyebab gagal ginjal
kronik
3. Menjelaskan akibat gagal ginjal
kronik
4. Menjelaskan terapi dialisa yaitu
hemodialisa
diberikan
- Klien dan keluarga mengatakan
baru mengetahui terkait penyakit
gagal ginjal kronik
Objektif:
- Klien dan keluarga dapat
menyebutkan kembali pengertian
gagal ginjal kronik
- Klien dan keluarga dapat
menyebutkan 3 dari 5 penyebab
gagal ginjal kronik
- Klien dapat menyebutkan 5 dari
12 akibat gagal ginjal kronik
- Klien dapat menyebutkan
pengertian dan tujuan hemodialisa
Analisa:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Diskusikan terkait diet makanan
dan cairan
- Diskusikan aktivitas/ latihan yang
sesuai
- Evaluasi kembali kegiatan penkes
yang sudah diberikan.
Jumat, 17
Mei 2013
Pasien On HD
Sabtu, 18
Mei 2013
Risiko
ketidakseimbangan
elektrolit
1. Melakukan pemantauan tanda-
tanda vital
2. Mengkaji adanya perubahan
Subjektif:
- Klien mengatakan masih merasa
mual mulai berkurang
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
neuromuscular
3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT
4. Memberikan terapi bicnat
Objektif:
- TD:110/70 mmHg
- RR:18x/menit
- HR:82x/menit
- Suhu: 36,20 C
- Tidak ada tanda- tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot normal, pergerakan
terarah
- Warna mukosa: pink, CRT < 2
detik
Analisis
- Masalah belum teratasi
Perencanaan
- Pantau tanda-tanda vital
- Kaji adanya perubahan
neuromuscular
- kaji suhu, warna, dan CRT
- Pantau hasil AGD
- Berikan obat sesuai indikasi
Sabtu,18
Mei 2013
Konstipasi
1. Mengauskultasi bunyi usus (
frekuensi)
2. Melakukan palpasi abdomen
3. Mengkaji pola diet dan pilihan
makanan
4. Mengkaji pola BAB
Subjektif:
- Klien mengatakan mual dan
muntah berkurang
- Klien mengatakan sudah
melakukan masase perut
- Klien mengatakan sudah
mengkonsumsi buah-buahan dan
sayuran
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
- Klien mengatakan sudah minum
laxadine.
Objektif:
- Bising usus : 7x/menit
- Distensi abdomen (+)
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencananan:
- Auskultasi bunyi usus ( frekuensi)
- Kaji pola diet dan pilihan
makanan
- Lakukan masase perut
- Anjurkan buah-buahan segar,
sayuran, dan serat yang sesuai
dengan diet penyakit yang
menyertai.
- Pertahankan privasi klien di
kamar mandi atau di temapat
tidur.
- Kolaborasi pemberian laxadine
Sabtu, 18
Mei 2013
Kelebihan volume cairan 1.Mengkaji adanya pitting edema
2. Mengauskultasi suara nafas
dan suara jantung.
3. Menghitung JVP
4. Memantau tanda-tanda vital
Subjektif:
- Klien mengatakan minum 1000
cc
Objektif:
- Pitting edema derajat 1 di
peritibial.
- Suara nafas: vesikuler, wheezing
(-), ronkhi(-)
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
- JVP 5+1 cm H2O
- Berat badan 50 kg
- TD:110/80 mmHg
- RR:18x/menit
- HR:88 x/menit
- Suhu: 36,30 C
- Balance cairan: intake 1000
output 600 cc, IWL : 500 cc
- Balance cairan: - 100 cc
- Post HD (17 Mei 2013): 800 cc
Analisis:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Kaji adanya pitting edema
- Auskultasi suara nafas dan suara
jantung.
- Anjurkan untuk timbang berat
badan rutin
- Hitung JVP
- Pantau balance cairan
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium: albumin,
hematokrit.
Senin,20
Mei 2013
Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema
2. Mengauskultasi suara nafas dan
suara jantung.
3. Timbang berat badan
4. Menghitung JVP
5. Menjelaskan klien terkait
Subjektif:
- Klien mengatakan minum 1200
cc
Objektif:
- Pitting edema derajat 1 di
peritibial.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
pembatasan cairan
6. Memantau tanda-tanda vital
- Suara nafas: vesikuler, wheezing
(-), ronkhi(-)
- JVP 5+1 cm H2O
- Berat badan 50 kg
- TD:120/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:82x/menit
- Suhu: 360 C
- Balance cairan: intake 1200
output 800 cc, IWL : 500 cc
- Balance cairan: - 100 cc
Analisis:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Kaji adanya pitting edema
- Auskultasi suara nafas dan suara
jantung.
- Anjurkan untuk timbang berat
badan rutin
- Hitung JVP
- Pantau balance cairan
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium: albumin,
hematokrit.
Senin, 20
Mei 2013
Konstipasi
1. Mengauskultasi bunyi usus (
frekuensi)
2. Melakukan palpasi abdomen
3. Mengkaji pola diet dan pilihan
makanan
Subjektif:
- Klien mengatakan sudah BAB
tadi pagi namun masih sedikit dan
perut masih terasa mulas
- Klien mengatakan sudah
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
4. Mengkaji pola BAB
melakukan masase perut
- Klien mengatakan sudah
mengkonsumsi buah-buahan dan
sayuran
Objektif:
- Bising usus : 7x/menit
- Distensi abdomen (+)
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencananan:
- Auskultasi bunyi usus ( frekuensi)
- Kaji pola diet dan pilihan
makanan
- Lakukan masase perut
- Anjurkan buah-buahan segar,
sayuran, dan serat yang sesuai
dengan diet penyakit yang
menyertai.
- Pertahankan privasi klien di
kamar mandi atau di temapat
tidur.
Senin, 20
Mei 2013
Risiko
ketidakseimbangan
elektrolit
1. Melakukan pemantauan tanda-tanda
vital
2. Mengkaji adanya perubahan
neuromuscular
3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT
4. Memberikan terapi bicnat
Subjektif:
- Klien mengatakan masih merasa
mual namun sudah mulai
berkurang.
Objektif:
- TD:120/80 mmHg
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
- RR:20x/menit
- HR:82x/menit
- Suhu: 36,10 C
- Tidak ada tanda- tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot normal, pergerakan
terarah
- Warna mukosa: pink, CRT < 2
detik
Analisis
- Masalah belum teratasi
Perencanaan
- Pantau tanda-tanda vital
- Kaji adanya perubahan
neuromuscular
- kaji suhu, warna, dan CRT
- Pantau hasil AGD
- Berikan obat sesuai indikasi
Senin, 20
Mei 2013
Kurang Pengetahuan 1. Melakuakan evaluasi terkait
pendidikan kesehatan yang
dilakukan sebelumnya
2. Menjelaskan kembali terkait
dampak gagal ginjal kronik
3. Menjelaskan terkait diet pada
gagal ginjal kronik
Subjektif:
- Klien dan keluarga mengatakan
tidak ingat mengenai dampak atau
akibat gagal ginjal.
- Klien dan keluarga mengatakan
mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
Objektif:
- Klien dan keluarga tampak
kooperatif
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
- Klien dan keluarga tampak aktif
dalam diskusi
- Klien dan keluarga dapat
menyebutkan beberapa contoh
diet makanan penderita gagal
ginjal kronik.
Analisis:
- Masalah belum teratasi
Perencanan:
- Evaluasi pendidikan kesehatan
yang telah diberikan
- Diskusikan kembali terkait terapi
hemodialisa
- Diskusikan mengenai aktivitas
yang cocok untuk klien.
Selasa, 21
Mei 2013
Pasien On HD
Rabu, 22
Mei 2013
Risiko
ketidakseimbangan
elektrolit
1. Melakukan pemantauan tanda-tanda
vital
2. Mengkaji adanya perubahan
neuromuscular
3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT
Subjektif:
- Klien mengatakan masih merasa
mual sudah berkurang
Objektif:
- TD:120/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:84x/menit
- Suhu: 360 C
- Tidak ada tanda- tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot normal, pergerakan
terarah
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
- Warna mukosa: pink, CRT < 2
detik
Analisis
- Masalah belum teratasi
Perencanaan
- Pantau tanda-tanda vital
- Kaji adanya perubahan
neuromuscular
- kaji suhu, warna, dan CRT
- Pantau hasil AGD
- Berikan obat sesuai indikasi
Rabu, 22
Mei 2013
Konstipasi
1. Mengauskultasi bunyi usus (
frekuensi)
2. Melakukan palpasi abdomen
3. Mengkaji pola diet dan pilihan
makanan
4. Mengkaji pola BAB
Subjektif:
- Klien mengatakan saat ini mual
berkurang dan nafsu makan mulai
membaik.
- Klien mengatakan BAB tadi pagi
dengan konsistensi lembek, warna
kecokelatan, darah (-), lendir (-)
Objektif:
- Bising usus : 9x/menit
- Distensi abdomen (-)
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencananan:
- Auskultasi bunyi usus ( frekuensi)
- Kaji pola diet dan pilihan
makanan
- Lakukan masase perut
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
- Anjurkan buah-buahan segar,
sayuran, dan serat yang sesuai
dengan diet penyakit yang
menyertai.
- Pertahankan privasi klien di
kamar mandi atau di tempat tidur.
Rabu, 22
Mei 2013
Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema
2. Mengauskultasi suara nafas dan
suara jantung.
3. Bersama klien melakukan
penimbangan berat badan
4. Memantau kadar albumin
5. Memantau tanda-tanda vital
Subjektif:
- Klien mengatakan minum 1200
cc
- Klien mengatakan tidak ada
masalah dalam melakukan
pembatasan cairan
- Klien mengatakan merasa
nyaman dengan pembatasan
cairan yang dilakukan
Objektif:
- Pitting edema derajat 1 di
peritibial.
- Suara nafas: vesikuler, wheezing
(-), ronkhi(-)
- Kadar albumin 3, 03 g/dl
- Berat badan 50 kg
- TD:120/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:84x/menit
- Suhu: 360 C
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
- Balance cairan: intake 1200
output 600 cc, IWL : 500 cc
- Balnce cairan: - 100 cc
Analisis:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Kaji adanya pitting edema
- Auskultasi suara nafas dan suara
jantung.
- Anjurkan untuk timbang berat
badan rutin
- Hitung JVP
- Pantau balance cairan
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium: albumin,
hematokrit.
Kamis, 23
Mei 2013
Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema
2. Mengauskultasi suara nafas dan
suara jantung.
3. Menimbang berat badan
4. Menghitung JVP
5. Memantau tanda-tanda vital
Subjektif:
- Klien mengatakan minum 1100
cc
Objektif:
- Pitting edema derajat 1 di
peritibial.
- Suara nafas: vesikuler, wheezing
(-), ronkhi(-)
- JVP 5+1 cm H2O
- Berat badan 50,5 kg
- TD:120/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:80x/menit
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
- Suhu: 36,20 C
- Balance cairan: intake 1100
output 600 cc, IWL : 500 cc
- Balance cairan: seimbang
Analisis:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Kaji adanya pitting edema
- Auskultasi suara nafas dan suara
jantung.
- Anjurkan untuk timbang berat
badan rutin
- Hitung JVP
- Pantau balance cairan
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium: albumin,
hematokrit.
Kamis, 23
Mei 2013
Risiko
ketidakseimbangan
elektrolit
1. Melakukan pemantauan tanda-tanda
vital
2. Mengkaji adanya perubahan
neuromuscular
3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT
4. Memberikan terapi bicnat
Subjektif:
- Klien mengatakan mual mulai
berkurang.
Objektif:
- TD:120/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,20 C
- Tidak ada tanda- tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot normal, pergerakan
terarah
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
- Warna mukosa: pink, CRT < 2
detik
Analisis
- Masalah belum teratasi
Perencanaan
- Pantau tanda-tanda vital
- Kaji adanya perubahan
neuromuscular
- kaji suhu, warna, dan CRT
- Pantau hasil AGD
- Berikan obat sesuai indikasi
Kamis, 23
Mei 2013
Risiko nutrisi; kurang
dari kebutuhan
1. Mengkaji pola makan pasien
sebelumnya dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan
pasien.
2. Mengauskultasi bising usus, catat
adanya nyeri abdomen/ perut
kembung, mual, dan muntah
3. Mengevaluasi tindakan oral
higiene klien.
4. Memberikan obat ondansenton dan
inpepsa
5. Menimbang berat badan
Subjektif:
- Klien mengeluhkan mual mulai
berkurang.
- Klien mengatakan dapat
menghabiskan makanan yang
diberikan sebanyak ¾ porsi
- Keluarga mengatakan melakukan
oral hygiene setiap hari
- Setelah 45 menit diberikan obat,
klien mengatakan mual hilang.
Objektif:
- Bising usus: 5x/menit
- Mual (-), muntah (-)
- Berat badan 50,5 kg
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencanaan:
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
- kaji pola makan pasien dan
bandingkan dengan makanan
yang dapat dihabiskan pasien.
- Auskultasi bising usus, catat
adanya nyeri abdomen/ perut
kembung, mual, dan muntah
- Pantau oral higiene klien.
- Kolaborasikan pemberian obat
antiemetic sesuai indikasi (obat
ondansenton dan inpepsa)
Kamis, 23
Mei 2013
Hambatan Mobilitas
Fisik
1. Memantau tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah latihan
2. Mengkaji kekuatan otot
3. Mengkaji kemampuan klien dalam
melakukan latihan ROM
4. Melatih ROM
5. Melibatkan keluarga dalam
melakukan latihan
Subjektif:
- Klien mengatakan tidak merasa
pusing dan sesak saat melakukan
latihan
Objektif:
- Tanda vital sebelum latihan:
- TD:120/80 mmhg
- Nadi: 80x/menit
- Suhu: 36,30 C
- Tanda vital sesuadah latihan:
- TD:120/80 mmhg
- Nadi: 84x/menit
- Suhu: 36,30 C
- Kekuatan otot:
5555 5555
5555 5555
- Keluarga dan klien tampak
kooperatif
- Jenis latihan: aktif
Analisa:
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
- Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Dorong klien untuk melakukan
secara rutin
- Lakukan ROM secara rutin
- Pantau TTV sebelum dan
sesuadah latihan
Jumat, 24
Mei 2013
Pasien On HD
Sabtu, 25
Mei 2013
Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema
2. Mengauskultasi suara nafas dan
suara jantung.
3. Bersama klien melakukan
penimbangan berat badan
4. Menghitung JVP
5. Memantau tanda-tanda vital
6. Memantau kadar albumin
Subjektif:
- Klien mengatakan minum 1200
cc
Objektif:
- Pitting edema derajat 1 di
peritibial.
- Suara nafas: vesikuler, wheezing
(-), ronkhi(-)
- JVP 5+1 cm H2O
- Berat badan 51 kg
- TD:120/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:86x/menit
- Suhu: 36,30 C
- Balance cairan: intake 1200
output 700 cc, IWL : 500 cc
- Post HD: 600 cc
- Kadar albumin: 3, 06 g/dl
Analisis:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
- Kaji adanya pitting edema
- Auskultasi suara nafas dan suara
jantung.
- Anjurkan untuk timbang berat
badan rutin
- Hitung JVP
- Pantau balance cairan
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium: albumin,
hematokrit.
Sabtu, 25
Mei 2013
Risiko
ketidakseimbangan
elektrolit
1. Melakukan pemantauan tanda-tanda
vital
2. Mengkaji adanya perubahan
neuromuscular
3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT
4. Memberikan terapi bicnat
Subjektif:
- Klien mengatakan muntah mulia
berkurang.
Objektif:
- TD:120/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,20 C
- Tidak ada tanda- tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot normal, pergerakan
terarah
- Warna mukosa: pink, CRT < 2
detik
Analisis
- Masalah belum teratasi
Perencanaan
- Pantau tanda-tanda vital
- Kaji adanya perubahan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
neuromuscular
- kaji suhu, warna, dan CRT
- Pantau hasil AGD
- Berikan obat sesuai indikasi.
Sabtu, 25
Mei 2013
Hambatan Mobilitas
Fisik
1. Memantau tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah latihan
2. Mengkaji kekuatan otot
3. Mengkaji kemampuan klien dalam
melakukan latihan ROM
4. Melatih ROM
Melibatkan keluarga dalam
melakukan latihan
Subjektif:
- Klien mengatakan tidak merasa
pusing dan sesak saat melakukan
latihan
Objektif:
- Tanda vital sebelum latihan:
- TD:120/80 mmhg
- Nadi: 82x/menit
- Suhu: 360 C
- Tanda vital sesuadah latihan:
- TD:120/80 mmhg
- Nadi: 88x/menit
- Suhu: 360 C
- Kekuatan otot:
5555 5555
5555 5555
- Keluarga dan klien tampak
kooperatif
- Jenis latihan: aktif
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Dorong klien untuk melakukan
secara rutin
- Lakukan ROM secara rutin
- Pantau TTV sebelum dan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
sesuadah latihan
Sabtu, 25
Mei 2013
Kurang Pengetahuan 1. Mengevaluasi terkait pendidikan
kesehatan yang telah dilakukan
2. Mengevaluasi terkait pembatasan
makanan dan jenis diet pada
penyakit gagal ginjal kronik
3. Mengevaluasi kembali strategi
yang digunakan untuk
melakukan pembatasan cairan
4. Mengevaluasi perasaan klien
terkait pendidikan kesehatan
yang diberikan.
5. Mendiskusikan terkait
hemodialisa
Subjektif:
- Klien mengatakan hambatanatau
situasi yang tidak bersahabat
dalam melakukan pembatasan
cairan adalah cuaca panas, pesta,
dan saat menonton tevelisi.
- Klien mengatakan merasa
nyaman dengan pembatasan
cairan yang diberikan
- Klien dan keluarga mengatakan
agak sulit untuk menerapkan diet
yang sesuai
- Klien dan keluarga mengatakan
merasa cemas jika tidak
mendapatkan tempat untuk
hemodialisa atau tempatnya jauh
dari rumah
- Klien mengatakan strategi yang
dapat digunakan seperti berdoa
dan dukungan keluarga untuk
patuh terhadap pembatasan
cairan.
- Klien mengatakan merasa
nyaman dengan pembatasan
cairan yang dilakukan.
Objektif:
- Klien dan keluarga tampak
kooperatif
- Klien dan keluarga aktif dalam
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
mengikuti diskusi
- Klien dapat menyebutkan kembali
pilihan diet makanan pada
penderita gagal ginjal kronik.
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Evaluasi pendidikan kesehatan
yang telah dilakukan
- Diskusikan terkait aktivitas/
latihan yang cocok untuk klien.
Senin, 27
Mei 2013
Risiko
ketidakseimbangan
elektrolit
1. Melakukan pemantauan tanda-tanda
vital
2. Mengkaji adanya perubahan
neuromuscular
3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT
4. Memberikan terapi bicnat
Subjektif:
- Klien mengatakan masihmual
sudah tidak muncul sejak
kemarin.
Objektif:
- TD:110/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:86x/menit
- Suhu: 36,10 C
- Tidak ada tanda- tanda kelainan
muscular
- Kekuatan otot normal, pergerakan
terarah
- Warna mukosa: pink, CRT < 2
detik
Analisis
- Masalah belum teratasi
Perencanaan
- Pantau tanda-tanda vital
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
- Kaji adanya perubahan
neuromuscular
- kaji suhu, warna, dan CRT
- Pantau hasil AGD
- Berikan obat sesuai indikasi
Senin, 27
Mei 2013
Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema
2. Mengauskultasi suara nafas dan
suara jantung.
3. Bersama klien melakukan
penimbangan berat badan
4. Menghitung JVP
5. Menjelaskan klien terkait
pembatasan cairan
6. Memantau tanda-tanda vital
Subjektif:
- Klien mengatakan minum 1200
cc
Objektif:
- Pitting edema (-)
- Suara nafas: vesikuler, wheezing
(-), ronkhi(-)
- JVP 5+1 cm H2O
- Berat badan 52 kg
- TD:110/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:86x/menit
- Suhu: 360 C
- Balance cairan: intake 1200
output 700 cc, IWL : 500 cc
Analisis:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Kaji adanya pitting edema
- Auskultasi suara nafas dan suara
jantung.
- Anjurkan untuk timbang berat
badan rutin
- Hitung JVP
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
- Pantau balance cairan
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium: albumin,
hematokrit.
Senin, 27
Mei 2013
Hambatan Mobilitas
Fisik
1. Memantau tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah latihan
2. Mengkaji kemampuan klien dalam
melakukan latihan ROM
3. Melatih ROM
4. Melibatkan keluarga dalam
melakukan latihan
Subjektif:
- Klien mengatakan tidak merasa
pusing dan sesak saat melakukan
latihan
Objektif:
- Tanda vital sebelum latihan:
- TD:110/80 mmhg
- Nadi: 86x/menit
- Suhu: 360 C
- Tanda vital sesuadah latihan:
- TD:110/80 mmhg
- Nadi: 90x/menit
- Suhu: 360 C
- Keluarga dan klien tampak
kooperatif
- Jenis latihan: aktif
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Dorong klien untuk melakukan
secara rutin
- Lakukan ROM secara rutin
- Pantau TTV sebelum dan
sesuadah latihan
Selasa, 28 Pasien On HD
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
Mei 2013
Rabu, 29
Mei 2013
Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya pitting edema
2. Mengauskultasi suara nafas dan
suara jantung.
3. Bersama klien melakukan
penimbangan berat badan
4. Menghitung JVP
5. Menjelaskan klien terkait
pembatasan cairan
6. Memantau tanda-tanda vital
Subjektif:
- Klien mengatakan minum 1200
cc
Objektif:
- Pitting edema (-)
- Suara nafas: vesikuler, wheezing
(-), ronkhi(-)
- JVP 5+1 cm H2O
- Berat badan 52 kg
- TD:120/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,30 C
- Balance cairan: intake 1200
output 700 cc, IWL : 500 cc
- Post HD: 600 cc
Analisis:
Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Operkan kepada perawat ruangan
Rabu, 29
Mei 2013
Risiko
ketidakseimbangan
elektrolit
1. Melakukan pemantauan tanda-tanda
vital
2. Mengkaji adanya perubahan
neuromuscular
3. Mengkaji suhu, warna, dan CRT
4. Memberikan terapi bicnat
Subjektif:
- Klien mengatakan masih merasa
mual dan ingin muntah.
Objektif:
- TD:120/80 mmHg
- RR:20x/menit
- HR:80x/menit
- Suhu: 36,20 C
- Tidak ada tanda- tanda kelainan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
muscular
- Kekuatan otot normal, pergerakan
terarah
- Warna mukosa: pink, CRT < 2
detik
Analisis
- Masalah belum teratasi
Perencanaan
- Pantau tanda-tanda vital
- Kaji adanya perubahan
neuromuscular
- kaji suhu, warna, dan CRT
- Pantau hasil AGD
- Berikan obat sesuai indikasi.
Rabu, 29
mei 2013
Hambatan Mobilitas
Fisik
1. Memantau tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah latihan
2. Mengkaji kekuatan otot
3. Mengkaji kemampuan klien dalam
melakukan latihan ROM
4. Melatih ROM
Melibatkan keluarga dalam
melakukan latihan
5. Menyusun jadwal latihan ROM
bersama dengan klien.
Subjektif:
- Klien mengatakan tidak merasa
pusing dan sesak saat melakukan
latihan.
- Klien mengatakan telah mencoba
melakukan latihan ROM aktif tadi
pagi
- Klien mengatakan akan
melakukan latihan ROM setiap
pagi pukul 06.00
Objektif:
- Tanda vital sebelum latihan:
- TD:120/80 mmhg
- Nadi: 80x/menit
- Suhu: 36, 20 C
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
- Tanda vital sesuadah latihan:
- TD:110/80 mmhg
- Nadi: 90x/menit
- Suhu: 360 C
- Keluarga dan klien tampak
kooperatif
- Jenis latihan: aktif
- Klien dapat melakukan tindakan
ROM aktif sesuai dengan urutan.
Analisa:
- Masalah teratasi
Perencanaan:
- Operkan kepada perawat ruangan.
Rabu, 29
Mei 2013
Kurang Pengetahuan 1. Mengevaluasi pendidikan
kesehatan yang telah dilakukan
2. Mendiskusikan kembali
hambatan yang terjadi selama
melakukan pembatasan cairan
3. Mendiskusikan masalah-masalah
yang belum jelas mengenai diit
4. Mendiskusikan terkait
aktivitas/latihan yang sesuai
dengan klien.
Subjektif:
- Klien mengatakan cukup
mengerti dengan penjelasan yang
diberikan oleh mahasiswa
- Klien mengatakan latihan yang
akan dilakukan adalah jalan kaki
dan senam setiap hari
- Klien mengatakan merasa
nyaman dan merasa yakin untuk
mencoba melakukan pembatasan
cairan
- Klien mengatakan hal yang ingin
dicapai adalah tetap sehat dan
bisa tetap aktif dalam melakukan
kegiatan sosial.
- Klien mengatakan dukungan
keluarga sangat penting dalam
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
menjalani pola hidup yang baru
- Klien mengatkan akan mencoba
menerapkan pola hidup yang
baru.
- Klien akan mencoba anjuran
untuk memeriksakan kesehatan
rutin (tekanan darah, kadar gula),
menimbang berat badan setiap
hari, dan mencatat cairan masuk
dan keluar.
Objektif:
- Klien dan keluarga tampak
kooperatif
- Klien dan keluargaterlibat aktif
dalam diskusi
- Klien dapat menyebutkan kembali
tujuan pembatasan cairan dan
manfaat yang dicapai.
- Klien dapat menyebutkan kembali
diit makanan yang sesuai dengan
penyakit gagal ginjal kronik.
Analisa:
- Masalah teratasi.
Perencanaan:
-
Rabu, 29
mei 2013
Risiko nutrisi; kurang
dari kebutuhan
1. Mengkaji pola makan pasien
sebelumnya dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan
pasien.
2. Mengauskultasi bising usus, catat
Subjektif:
- Klien mengeluhkan mual dan
muntah tidak ada.
- Klien mengatakan nafsu makan
sudah mulai membaik
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
adanya nyeri abdomen/ perut
kembung, mual, dan muntah
3. Mengevaluasi oral higiene klien
4. Menimbang berat badan
- Klien mengatakan sudah dapat
menghabiskan makanan sesuai
porsi yang disediakan
Objektif:
- Klien tampak tampak pucat
- Bising usus: 10x/menit
- Mual (-), muntah (-)
- Berat badan: 52 kg
Analisa:
- Masalah belum teratasi
Perencanaan:
- Operkan kepada perawat ruangan.
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Oleh
Ni Putu Eka Rosmala Dewi
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
APA ITU CKD ?
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menurun secara cepat dan fungsi tersebut tidak dapat kembali seperti semula, yaitu dimana ginjal mengalami kegagalan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Penyebab
Kurang minum
Minuman Beralkohol
Minuman bersoda
Tekanan darah tinggi
Infeksi penyakit
Pola makan dan gaya hidup yang tidak
sehat
Penyakit bawaan
Mengkonsumsi jamu-jamuan atau obat-
obatan secara berlebihan
Batu saluran kencing
Tanda dan gejala
Gejala dini: lemah, sakit kepala, berat badan menurun, lelah, nyeri pinggang.
Gejala lanjut: nafsu makan menurun, mual disertai muntah, sesak nafas baik di waktu ada kegiatan atau tidak, bengkak yang disertai lekukan, gatal-gatal pada kulit, dan kesadaran menurun .
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Penatalaksanaan
1. Observasi keseimbangan cairan antara yang masuk dan keluar
2. Pantau berat badan harian
3. Batasi cairan yang masuk 4. Cuci darah (hemodialisa)
5. Operasi
a. Pengambilan batu b. Transplantasi ginjal (Cangkok
Ginjal) 6. Pemantaun diet makanan
7. Obat-obatan
Apabila tidak segera
ditangani
1. Penyakit jantung, serangan
jantung
2. Stroke
3. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
4. Kurang darah (Anemia)
5. Penyakit tulang
6. Kerusakan kulit
7. Kematian
Saat / sesudah terkena gagal ginjal kronik
1. Kontrol rutin
2. Berhati-hati konsumsi obat-
obatan, seperti obat rematik
3. Pengobatan pada hipertensi
4. Pengendalian gula darah,
kolesterol
5. Peningkatan aktivitas fisik
6. Pengendalian berat badan
7. Diet rendah protein (20-40
gram/hari)
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Oleh
Ni Putu Eka Rosmala Dewi
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
APA ITU CKD ?
Hemodialisis berasal dari kata
“hemo” artinya darah, dan “dialisis
” artinya pemisahan zat-zat terlarut.
Hemodialisis
menggunakan ginjal buatan
berupa mesin dialisis. Hemodialisis
sama dengan „cuci darah‟.
PRINSIP KERJA
Akses
Mesin dialysis
Difusi/ perpindahan cairan
Ultrafiltrasi/penyaringan
4-5 jam
Obat- obatan seperti heparin
Komplikasi Kram otot
Hipotensi
Gangguan irama jantung
Perdarahan
Sakit kepala
Infeksi pada akses
Mual, muntah
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
Penatalaksanaan:
Diet rendah protein
Diet rendah kalium
Pembatasan konsumsi
garam
Pantau tekanan darah dan
gula darah secara rutin
Timbang berat badan rutin
Aktivitas/ Latihan
Hindari stress
Manisnya Hidup Kita Yang Tentukan
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ni Putu Eka Rosmala Dewi
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal lahir :Denpasar, 25 Maret 1991
Agama : Hindu
Alamat : Jalan I Gusti Ketut Jelantik No 5 Mengwi, Badung, Bali
Email : [email protected]; [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
No Pendidikan Tahun
1 FIK UI Program Ners Ilmu Keperawatan 2012-2013
2 FIK UI Program S1 Studi Ilmu Keperawatan 2008-2012
3 SMAN 3 Denpasar 2005-2008
4 SMPN 1 Mengwi 2002-2005
5 SD 1 Mengwi 1996-2002
6 TK Purnayasa 1995-1996
Analisis praktik..., Ni Putu Eka, FIK UI, 2013