ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN BELANJA KEUANGAN …
Transcript of ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN BELANJA KEUANGAN …
ii
ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN BELANJA MODAL ASET TETAP PADA BADAN PENGELOLA
KEUANGAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR
SKRIPSI
Oleh
SYAMSINAR 105730521115
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2020
iii
ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN BELANJA MODAL ASET TETAP PADA BADAN PENGELOLA
KEUANGAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR
SKRIPSI
SYAMSINAR
NIM 105730521115
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Penelitian pada
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2019
iv
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah “Analisis Pencatatan dan Pelaporan Belanja Modal Aset
Tetap pada Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Takalar”
ini kupersembahkan kepada Bapak, Ibu dan Saudaraku tercinta, terima
kasih atas segala kasih sayang serta dukungan dan doa yang tulus kalian.
MOTTO HIDUP
FASTABIQUL KHAIRAT
v
vi
vii
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya.
Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pencatatan dan Pelaporan
Belanja Modal Aset Tetap pada Badan Pengelola Keuangan Daerah
Kabupaten Takalar”.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program sarjana (S1) pada Fakultas ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penuis sampaikan ucapan terima kasih yang
tulus disertai rasa penghormatan yang teramat sangat penulis haturkan kepada
kedua orang tuaku tercinta bapak Syamsuddin dan ibu Sawiah yang senantiasa
memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa yang tulus. Dan
saudara-saudaraku tercinta Erna, Ancu, Sri dan Kamal yang senantiasa
mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh
keluarga besar atas pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan
demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah
diberikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan
didunia dan akhirat.
ix
Begitu pula penghargaan setinggi-tingginya dan terimakasih banyak
disampaikan dengan hormat kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim,SE.,MM., Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong,SE.,MM, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail badollahi,SE.,M.Si.Ak.CA.CSP, Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
4. Ibu Nurniah, SE.,M.SA.Ak.CA, selaku Pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
Skripsi selesai dengan baik.
5. Bapak Faidul Adzim, SE.,M.Si selaku Pembimbing II yang telah berkenan
membantu selama dalam penyusunan Skripsi hingga ujian Skripsi.
6. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
7. Bapak H. Basri Sulaiman, SE.,MM selaku Kepala Badan Pengelola Keuangan
Daerah Kabupaten Takalar beserta staf dan karyawan yang telah
memberikan izin untuk pengambilan data yang penulis butuhkan.
8. Keluarga besar Ak.B 2015 tanpa terkecuali yang selama ini selalu berjuang
bersama, saling memberi motivasi dan semangat.
9. Teman-teman mahasiswa khususnya angkatan 2015 yang sama-sama
berjuang untuk menyelesaikan skripsinya masing-masing.
10. Teman rasa saudara Arwinni Amalia dan Nuriftitah Nufri yang selalu ada
memberikan semangat dan motivasi untuk penulis.
x
11. Teman rasa saudara Alda, Marwa, Rihul, Ira dan Wahda yang selalu ada
memberikan doa, semangat dan motivasi untuk penulis
Penulis menyadari bahwa sejak penyusunan proposal dan skripsi ini
rampung, banyak hambatan, rintangan dan halangan namun, berkat motivasi,
dan doa dari berbagai pihak semua ini dapat teratasi dengan baik. Penulis juga
menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap dengan selesainya skripsi ini, bukanlah akhir dari sebuah karya,
melainkan awal dari semuanya, awal dari perjuangan hidup.
Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Makassar, Agustus 2019
SYAMSINAR
xi
ABSTRAK
Syamsinar, 2019 Analisis Pencatatan dan Pelaporan Belanja Modal Aset tetap pada Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Kabupaten Takalar, Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Nurniah dan Pembimbing II Faidul Adzim.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Takalar telah melakukan pencatatan dan pelaporan belanja modalnya dengan baik sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, wawancara, dan teknik pustaka untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Kabupaten Takalar dalam melakukan pencatatan dan pelaporan belanja modal aset tetap berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 terdapat 2 penyajian akuntansi yang berbeda diantaranya paragraf 49 dan paragraf 66. Selanjutnya Item yang tidak relevan dalam penyajian akuntansi terdapat 5 item yaitu paragraf 42, , paragraf 43-45, paragraf 55, paragraf 58-59, dan paragraf 62-63. Selebihnya penyajian akuntansi pada laporan keuangan sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual.
.
Kata Kunci: Pencatatan, Pelaporan, Belanja Modal Aset Tetap
xii
ABSTRACT
Syamsinar, 2019 Analysis of the Recording and Reporting of Fixed Asset Capital Expenditure at Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Kabupaten Takalar, Thesis Faculty of Economics and Business Department of Accounting Muhammadiyah University of Makassar. Guided by Supervisor I Nurniah and Advisor II Faidul Adzim.
This study aims to determine whether Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Takalar has recorded and reported its capital expenditure properly in accordance with Government Regulations Number 71 year 2010. This type of research used in this study is a qualitative descriptive study, while data collection techniques use documentation techniques, interview and library techniques to collect the required data. Based on the results of the study showed that the Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD0 kabupaten Takalar in recording and reporting capital expenditure on fixed assets based on government regulation number 71 year 2010. There are 2 different accounting presentations including paragraphs 49 and 66. Further irrelevant items in the accounting presentation there are 5 namely paragraph 42, paragraph 43-45, paragraph 55, paragraph 58-59, paragraph 62-63. The rest is presented in the accounting report finance is in accordance with government regulation number 71 year 2010 concerning accrual bassed accounting standard.
Keywords: Recording, Reporting, Capital Expenditure for Fixed Asset
xiii
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ....................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
A. Pengertian Pencatatan ........................................................................... 7
B. Pengertian Belanja Modal ...................................................................... 9
C. Pengelolaan Keuangan Daerah ............................................................. 12
D. Akuntansi SKPD/SKPKD ........................................................................ 14
E. Akuntansi Belanja dan Akuntansi Aset Tetap ........................................ 28
F. Kerangka Pikir......................................................................................... 38
xiv
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 39
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 39
B. Lokasi dan waktu Penelitian ................................................................... 39
C. Sumber Data ........................................................................................... 40
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 41
E. Metode Analisis data .............................................................................. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 42
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................................... 42
1. Visi dan Misi ....................................................................................... 43
2. Uraian Tugas dan Fungsi................................................................... 44
3. Struktur Organisasi BPKD ................................................................ 59
B. Pencatatan dan Pelaporan Belanja Modal Aset Tetap BPKD ................ 60
1. Mekanisme Pencairan Dana dan Belanja ......................................... 60
2. Pencatatan Belanja Modal Aset Tetap .............................................. 64
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan .......................................................... 91
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 97
A. Kesimpulan ............................................................................................... 97
B. Saran ......................................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 99
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Contoh Format Jurnal Finansial Untuk Mencatat Aset .................... 10
Tabel 2.2 Contoh Format Jurnal Anggaran Untuk Mencatat Aset ................... 10
Tabel 2.3 Contoh Format Jurnal Finansial Untuk Mencatat Pembelian .......... 29
Tabel 2.4 Contoh Format Jurnal Anggaran Untuk Mencatat Pembelian ......... 29
Tabel 2.5 Contoh Format Jurnal Finansial Untuk Mencatat Beban ................. 30
Tabel 2.6 Contoh Format Jurnal Anggaran Untuk Mencatat Beban ................ 31
Tabel 2.7 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 35
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian .............................................................................. 41
Tabel 4.1 Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kab.Takalar .................. 65
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pikir ............................................................................. 39
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPKD ........................................................... 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi saat ini merupakan sesuatu yang tidak dapat di hindari
oleh seluruh masyarakat dunia. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari
masyarakat dunia memiliki kewajiban untuk secara terus-menerus berpartisipasi
dalam mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance).
Dalam rangka mewujudkan good governance diperlukan paradigma
pemerintahan yang mendasar dari sistem lama yang serba sentralistis, di mana
pemerintah pusat sangat kuat dalam menentukan kebijakan. Menanggapi
paradigma baru maka pemerintah memberikan otonomi daerah yang bertujuan
untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri agar mampu berdaya
guna dan berhasil guna untuk penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan serta dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Penyelenggaraan otonomi daerah di laksanakan dengan memberikan otonomi
seluas-luasnya dan secara proporsional kepada daerah yang di wujudkan
dengan adanya pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional
yang berkeadilan serta adanya perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.
World Bank dalam Mardiasmo (2004:18) mendefinisikan (good
governance) sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang
sejalan dengan prinsip demokrasi, penghindaran salah alokasi dana investasi,
pencegahan korupsi baik secara politik dan administratif. Kepemerintahan yang
baik setidaknya di tandai dengan tiga elemen yaitu transparansi, partisipasi, dan
akuntabilitas. Transparansi di bangun atas dasar kebebasan memperoleh
informasi. Partisipasi maksudnya mengikutsertakan keterlibatan masyarakat
2
dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Sedangkan
akuntabilitas adalah pertanggunjawaban kepada public atas setiap aktivitas yang
dilakukan.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah,
daerah diberi kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan pengelolaan
keuangan sendiri. Hal ini tentu saja menjadikan daerah provinsi,kabupaten dan
kota menjadi entitas-entitas otonom yang harus melakukan pengelolaan
pertanggungjawaban keuangan sendiri. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
dalam pasal 35 mengamanatkan bahwa ”penatausahaan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah berpedoman pada standar akuntansi
keuangan pemerintah”. Pada Tahun 2004 terbit Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang perbendaharaan negara kembali mengamanatkan penyusunan
laporan pertanggungjawaban pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintah.
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis akrual menjadi pedoman
untuk menyatukan persepsi antara penyusunan, penggunaan, dan auditor.
Penyusunan laporan keuangan yang berpedoman pada standar akuntansi
pemerintah sesungguhnya dapat di gunakan sebagai salah satu cara untuk
mewujudkan good governance. Keinginan untuk mewujudkan good governance
merupakan salah satu agenda pokok reformasi yang di harapkan dapat di
laksanakan secara kosisten oleh pemerintah daerah.
Lahirnya Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 yang
kemudian disempurnakan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.21 Tahun
2011 mengakibatkan reformasi dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, reformasi
3
tersebut mencakup penyerahan kekuasaan pemerintah daerah oleh pemerintah
pusat dalam sistem akuntansi dan keuangan, dimana unit kerja memperoleh
wewenang untuk mengelola keuangannya sendiri. Wewenang tersebut
ditetapkan untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi pengelolaan sumber
daya keuangan daerah. Terdapat dua satuan kerja untuk pengelolaan keuangan
daerah yaitu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).
Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban,
aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta
mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan
anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD. Pasal 1 ayat
11 Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 menyatakan bahwa Sistem
Akuntansi Pemerintahan adalah rangkaian sistematik dari prosedur,
penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi
sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan
organisasi pemerintah. Penyusunan laporan keuangan yang berpedoman pada
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan sesungguhnya adalah dalam rangka peningkatan kualitas laporan
keuangan, sehingga laporan keuangan yang dimaksud dapat meningkatkan
kredibilitasnya pada giliran selanjutnya akan dapat mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah sehingga good
governance dapat tercapai secara efektif.
SKPD memiliki kewenangan dalam menentukan belanja-belanja yang
akan dilaksanakan dalam memenuhi kebutuhan, guna meningkatkan efektivitas
4
dan efisiensi pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka
peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Belanja –
belanja yang dilakukan oleh SKPD adalah belanja langsung yang meliputi
belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Nadya,dkk (2018) menunjukkan
Pencatatan dan Pelaporan atas Belanja Modal pada UPTD Pusat
Pengembangan Mutu Guru (PPMG) Wilayah I Dinas Pendidikan Aceh telah
menerapkan Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.64 Tahun 2013
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah. Pelaporan belanja
yang dilakukan oleh UPTD Pusat Pengembangan Mutu Guru (PPMG) Wilayah I
Dinas Pendidikan Aceh telah menerapkan PP No. 71 Tahun 2010 tentang
pencatatan berbasis akrual, yang bisa dilihat dari pencatatan akun belanja yang
terdiri atas belanja operasi meliputi belanja pegawai dan belanja barang dan
Jasa dan belanja modal yang meliputi belanja peralatan dan mesin serta belanja
aset tetap lainnya.
Sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan Rumbaru.S (2018) hasil
penelitian menunjukkan bahwa Dinas Pekerjaan Umum dalam penerapan
penyusutan aset tetap, penentuan nilai penyusutan, masa manfaat aset,
penggunaan metode penyusutan dan penentuan nilai buku aset sesuai dengan
PSAP 07, namun dalam pelaksanaan pencatatan kedalam pelaporan penyusutan
aset tetap, belum dilaksanakan secara mandiri tetapi dilakukan oleh Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sulawesi Utara tidak
sesuai dengan asumsi independensi entitas dalam Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
5
Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Kabupaten Takalar
merupakan instansi yang berkedudukan sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Badan
Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Takalar menerapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 berbasis akrual sejak tahun 2014 sampai
dengan saat ini. Dari hasil observasi dan wawancara dari salah satu pegawai
Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) mengatakan bahwa terdapat
kekeliruan pencatatan aset tetap yang tidak sesuai yaitu pada SKPD BP2KP
(Badan Pelaksanaan Penyuluh dan Ketahanan Pangan) dimana terjadi mutasi
tambahan kedalam aset tetap sebesar 3.135.000,00 yang merupakan buku
perpus Rp 275.000 dan tanaman Rp 2.860.000 dicatat sebagai persediaan
padahal itu tidak masuk kedalam aset tetap. Berdasarkan latar belakang tersebut
di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Analisis
Pencatatan dan Pelaporan Belanja Modal Aset Tetap pada Badan Pengelola
Keuangan Daerah (BPKD) Kabupaten Takalar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini dapat dirumuskan ”Bagaimana Pencatatan dan Pelaporan
Belanja Modal Aset Tetap yang disusun oleh Badan Pengelola Keuangan
Daerah Kabupaten Takalar berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Badan Pengelola
Keuangan Daerah Kabupaten Takalar telah melakukan Pencatatan dan
6
Pelaporan Belanja Modal Aset Tetap dengan baik sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, maka penulis berharap ada manfaat yang
dapat di ambil oleh berbagai pihak sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Merupakan persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Muhammadiyah Makassar sekaligus menambah wawasan
dan pemahaman mengenai pencatatan dan pelaporan belanja modal aset
tetap pada Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Takalar.
2. Bagi BPKD
Sebagai informasi tambahan dan bahan pertimbangan dalam hal
pencatatan dan pelaporan belanja modal aset tetap bagi Badan
Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Takalar.
3. Bagi Peneliti
Khususnya mahasiswa dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa lain
yang mengadakan penelitian dalam bidang yang sama.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pencatatan
Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu
aktivitas dalam bentuk tulisan. Pencatatan di lakukan di atas kertas, disket,pita
nama dan pita film. Bentuk pencatatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan
suara. (syahlan :253)
Setiap kegiatan yang dilakukan diakhiri dengan pembuatan laporan.
Laporan adalah catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan tertentu
dan hasilnya yang di sampaikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan
dengan kegiatan tersebut (syahlan : 256)
Pencatatan yaitu pengumpulan data secara teratur tentang peredaran
bruto atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang termasuk penghasilan yang bukan objek pajak yang bersifat final.
Proses pencatatan data akuntansi dapat dilakukan secara manual, yaitu dengan
tangan, memakai mesin pembukuan, atau dengan menggunakan komputer.
Apabila pembukuan dilakukan dengan tangan atau memakai mesin pembukuan,
maka data akuntansi akan dicatat dalam jurnal dan rekening (baik yang ada
dalam buku besar maupun buku pembantu).
Menurut Mursyidi (2010:18), bahwa tahapan dalam proses akuntansi
mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Pencatatan transaksi-transaksi keuangan. Pada tahap ini setiap transaksi
keuangan dicatat secara kronologis dan sistematis dalam periode tertentu
di dalam sebuah atau beberapa buku yang disebut jurnal. Tiap catatan itu
harus di tunjang oleh dokumen sumbernya (nota, faktur, kwitansi, bukti
8
memorial, dan lain-lain). Pencatatan dalam akuntansi ada dua tahap
yaitu: pencatatan transaksi dalam buku jurnal dan pencatatanayat jurnal
ke buku besar.
2. Pengelompokan. Pada tahap ini menunjukkan aktivitas transaksi-
transaksi yang sudah di catat itu dikelompokan menurut kelompok akun
yang ada, yaitu kelompok akun kewajiban, akun ekuitas, akun
pendapatan dan akun beban.
3. Pengikhtisaran . Pada tahap ini dilakukan aktivitas penyusunan nilai untuk
setiap akun yang di sajikan dalam bentuk saldo masing-masing sisi debit
dan kredit, bahkan hanya berupa saldo saja. Berarti bahwa secara
berkala semua transaksi yang sudah dicatat, dikelompokkan, disajikan
secara rigat dalam daftar sendiri, yang di sebut neraca saldo.
4. Pelaporan. Pada tahap ini dilakukan aktivitas penyusunan ringkasan dari
hasil peringkasan. Laporan disusun secara sistematis untuk dapat di
pahami dan dapat di bandingkan serta di sajikan secara lengkap. Laporan
keuangan terdiri dari laba rugi, laporan perubahan ekuitas,laporan
neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
5. Penafsiran. Tahap ini merupakan lanjutan dari proses akuntansi secara
teknis, yaitu membaca laporan keuangan melalui alat dan formula tertentu
sehingga dapat di ketahui kinerja dan posisi keuangan dan perubahannya
untuk suatu organisasi.
Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan.
Tanpa ada pencatatn dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang
dilaksanakan tidak akan terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan
ini adalah sebuah data dan informasi yang berharga dan bernilai bila
9
menggunakan metode yang tepat dan benar. Jadi, data dan informasi
merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi, karena data dan
informasilahyang bebicara tentang keberhasilan atau perkembangan organisasi
tersebut.
B. Pengertian Belanja Modal
Menurut Mulyanto (2014:3), belanja modal merupakan belanja daerah
yang dilakukan pemerintah daerah diantaranya pembangunan dan perbaikan
sektor pendidikan, kesehatan, transportasi sehingga masyarakat juga menikmati
manfaat dari pembangunan daerah. Sedangkan Menurut PP Nomor 71 Tahun
2010, belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset
tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Belanja modal meliputi belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan
bangunan, peralatan dan aset tak berwujud.
Ciri-ciri belanja modal yaitu:
1. Berwujud
2. Sifatnya menambah
3. Memiliki manfaat yang lebih dari satu periode
4. Nilainya relatif material.
Prinsip pengakuan dan pengukuran belanja modal sebagai berikut:
1. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening kas umum
daerah.
2. Pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanjanya
terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran yang disahkan
oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan
10
3. Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode
dicatat sebagai pengurangan belanja. Apabila diterima pada periode
berikutnya, koreksi belanja dicatat sebagai pendapatan lain-lain.
Apabila pembelian aset tetap dilakukan dengan mekanisme UP/GU/TU,
pengakuannya dilakukan berdasarkan bukti pembayaran (bukti belanjanya).
Jurnal yang dibuat oleh PPK-SKPD jika ada belanja modal adalah:
Tabel 2.1
Contoh Format Jurnal Finansial untuk Mencatat Penambahan Aset
Tgl
No.
Bukti
Kode
Perkiraan Nama Perkiraan Ref Debit Kredit
….. …… Aset Tetap….
Kas dibendahara pengeluaran
Xxx
-
-
Xxx
Sumber: Buku Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Tabel 2.2
Contoh Format Jurnal Anggaran untuk Mencatat Penambahan Aset
Tgl No.
Bukti
Kode
Perkiraan Nama Perkiraan Ref Debit Kredit
….. …… Belanja modal
Perubahan SAL
Xxx
-
-
Xxx
11
Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), pengertian belanja modal
adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang
sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberi manfaat lebih dari satu
periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya
pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat,
serta meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.
Standar Akuntansi Pemerintah, belanja modal terdiri dari beberapa jenis
diantaranya adalah:
1. Belanja Modal Tanah
Belanja modal tanah adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan
untuk pengadaan/pembelian/pembebasan, penyelesaian, balik nama dan
sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah,
pembuatan sertifikat dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan
perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap
pakai.
2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran atau biaya yang
digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan peningkatan
kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan
manfaat lebih dari dua belas bulan dan sampai peralatan dan mesin
dimaksud dalam kondisi siap pakai.
3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran atau biaya
yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan
termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan
12
pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai
gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran atau biaya
yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian,
peningkatan pembangunan pembuatan serta perawatan, dan termasuk
pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan
irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan
jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
5. Belanja Modal Fisik Lainnya
Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran atau biaya yang
digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, peningkatan
pembangunan, pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya yang
tidak dapat dikategorikan ke dalam kriteria belanja modal tanah, peralatan
dan mesin, gedung dan bangunan, jalan irigasi dan jaringan. Termasuk
dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian
barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum,
hewan ternak dan tanaman, buku-buku dan jurnal ilmiah belanja modal
dan pengakuan belanja modal, dimana variabel-variabel tersebut akan
diukur dengan skala rasio.
C. Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Anggaran pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD). APBD adalah rencana keuangan tahunan
13
pemerintah daerah yang di bahas dan disetujuibersama oleh pemerintah daerah
dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Widjaja (2011:147) mengemukakan bahwa keuangan daerah adalah
semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah
daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk
kekayaan lain yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut
dalam APBD. Ditinjau dari aspek administrasi atau manajemen yang dimaksud
dengan pengelolaan keuangan adalah proses pengurusan, penyelenggaraan,
penyediaan dan penggunaan uang dalam setiap usaha kerjasama sekelompok
orang untuk tercapainya suatu tujuan.
Sistem Akuntasni Pemerintah Daerah merupakan bagian dari
pengelolaan keuangan daerah secara keseluruhan. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan menyatakan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan
masyarakat. Tujuan utama dan kedua undang-undang tersebut bukan hanya
keinginan untuk melimpahkan kewenangan pembiayaan dari pemerintah pusat
ke pemerintah daerah, tetapi yabg lebih penting adalah peningkatan efesiensi
dan efektifitas pengelolaan sumber daya keuangan dalam rangka peningkatan
kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat.
Dalam struktur pemerintah daerah, Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) merupakan entitas akuntansi yang mempunyai kewajiban melakukan
pencatatan atas transaksi-transaksi yang terjadi dilingkungan satuan kerja
tersebut. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
14
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dalam kontribusi keuangan
daerah, terdapat dua jenis satuan kerja yaitu:
1. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran
atau pengguna barang.
2. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat
SKPKD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku
pengguna anggaran atau pengguna barang, yang juga melaksanakan
pengelolaan keuangan daerah.
D. Sistem Akuntansi SKPD/SKPKD
Peraturan Menteri Dalam Negeri (permendagri) Nomor 21 Tahun 2011
mengatur prosedur akuntansi penerimaan kas, pengeluaran kas, dan aset pada
SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang meliputi serangkaian proses mulai
dari pencatatan, pengikhtisaran, dan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan
penerimaan kas, pengeluaran kas, dan atas perolehan, rehabilitas, perubahan
klasifikasi dan penyusutan terhadap aset tetap yang dikuasai atau digunakan
SKPD dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBD yang dapat
dilakukan secara manual atau dengan menggunakan aplikasi komputer.
Fungsi akuntansi SKPKD (Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah)
membuat bukti memorial berdasarkan bukti transaksi dan atau kejadian. Bukti
memorial tersebut dicatat ke dalam jurnal dan sekurang-kurangnya memuat
informasi mengenai jenis atau nama aktiva tetap, kode rekening, klasifikasi, nilai
tetap, serta tanggal transaksi dan atau kejadian. Bukti memorial harus
dilampirkan dengan dokumen-dokumen:
15
1. Berita acara penerimaan barang
2. Surat keputusan penghapusan barang
3. Surat keputusan mutasi barang (antar SKPKD)
4. Berita acara pemusnahan barang
5. Berita acara serah terima barang
6. Berita acara penilaian
7. Berita acara penyelesaian pekerjaan.
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dapat dijelaskan dengan rinci melalui
siklus akuntansi. Siklus akuntansi merupakan tahap-tahap yang ada dalam
sistem akuntansi. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Analisis Transaksi
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam proses pelaksanaan
akuntansi untuk perkiraan-perkiraan yang terdapat dalam laporan keuangan
SKPD (terutama untuk penjurnalan) adalah dengan melakukan analisis terhadap
dokumen transaksi. Jika tidak memahami makna dari transaksi yang terjadi
tersebut, maka akan sulit untuk menentukan perkiraan mana yang didebet dan
mana yang dikredit. Masing-masing elemen dari laporan keuangan dapat
berubah yaitu dengan bertambah maupun berkurang.
Dalam hal ini mendebet suatu perkiraan bukan berarti penambahan
terhadap perkiraan tersebut, demikian pula dengan mengkredit suatu perkiraan
bukan berarti pengurangan terhadap perkiraan yang bersangkutan, tergantung
pada jenis perkiraannya. Untuk dapat lebih memahami bertambah atau
berkurangnya suatu perkiraan, maka perlu diketahui aturan debet kredit dalam
akuntansi keuangan daerah, serta saldo normal dari masing-masing perkiraan.
16
2. Jurnal
Jurnal adalah catatan sistematis dan kronologis dari transaksi-transaksi
keuangan dengan menyebutkan rekening yang akan didebet atau dikredit disertai
jumlahnya masing-masing serta referensinya. Penjurnalan didasarkan pada
dokumen transaksi dan direkam dengan menggunakan ayat jurnal pada buku
jurnal.
Keberadaan jurnal dalam siklus akuntansi tidak menggantikan peranan
perkiraan dalam mecatat transaksi, tetapi merupakan sumber utama untuk
mencatat kebuku besar suatu oerkiraan. Dengan bantuan jurnal, maka
pencatatan ke masing-masing perkiraan akan menjadi lebih mudah, karena jurnal
sudah memisahkan suatu perkiraan dalam debet dan kredit. Penjurnalan dapat
dilakukan pada buku jurnal baik secara harian maupun bulanan sesuai dengan
terjadinya transaksi.
Buku jurnal merupakan media tempat pecatatan transaksi pertama kali,
yang didalamnya telah dilakukan pengelompokan berdasarkan pos atau
rekening/perkiraan yang dipengaruhi oleh transaksi tersebut beserta nilainya.
Selain buku jurnal harian (jurnal umum), untuk memudahkan pencatatan,
pengomtrolan dan pemindahan jurnal ke buku besar maka dapat digunakan
jurnal khusus, yaitu jurnal yang dirancang untuk setiap kelompok transaksi.
3. Posting Ke Buku Besar
Pemindah-bukuan (posting) berarti pemindahan jumlah uang dari jurnal
ke perkiraan-perkiraan yang bersangkutan dalam buku besar ini merupakan
tahapan selanjutnya dari proses akuntansi setelah pencatatan transaksi dalam
jurnal. Posting ke buku besar dapat dilakukan baik secara harian maupun
bulanan.
17
Pemindah-bukuan (posting) dari jurnal khusus ke buku besar sama
halnya seperti posting dari jurnal umum, namun jumlah nominal yang
dipindahkan adalah jumlah pada akhir periode dan perkiraan-perkiraan yang
terdapat dalam jurnal khusus dipindahkan ke perkiraan-perkiraan yang
bersangkutan di buku besar. Buku besar merupakan catatan akuntansi
permanen yang terakhir.
4. Neraca saldo
Neraca saldo adalah daftar yang berisi kumpulan dari seluruh rekening
atau perkiraan buku besar. Neraca percobaan secara sederhana mendata setiap
perkiraan didalam buku besar bersamaan dengan saldo debet atau kredit
terbarunya. Langkah ini memungkinkan pengecekan umum pada keakuratan
catatan dalam pengertian bahwa jumlah saldo debet sama dengan saldo kredit.
Namun keseimbangan ini bukan berarti catatan akuntansi benar-benar akurat.
5. Jurnal penyesuaian
Tahapan selanjutnya setelah neraca saldo adalah melakukan
penyesuaian terhadap perkiraan-perkiraan tertentu dengan membuat jurnal
penyesuaian. Jurnal penyesuaian dimaksudkan agar nilai dari perkiraan-
perkiraan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca sudah menunjukkan nilai
wajar pada tanggal pelaporan serta untuk memisahkan antara pendapatan dan
beban dari suatu periode dengan periode berikutnya.
Penyesuaian dilakukan terhadap perkiraan-perkiraan tertentu karena
akuntansi pemerintahan menganut basis kas untuk penyusunan Laporan
Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk penyusunan Neraca. Penyesuaian ini
meliputi penyesuaian koreksi kesalahan pencatatan, pencatatan untuk transaksi
yang belum dicatat, transaksi penyesuaian akibat adanya perbedaan waktu
18
pengakuan transaksi seperti piutang dan persediaan, penyesuaian akumulasi
penyusutan diakhir periode akuntansi.
Perkiraan-perkiraan yang perlu disesuaikan pada akhir tahun dan ayat
jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan pajak dan retribusi yang telah ditetapkan sampai dengan
31 Desember tahun yang bersangkutan belum diterima.
b. Standar jurnal penyesuaian untuk persediaan dari hasil investarisasi
fisik.
6. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Setelah penyesuaian selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah
memposting jurnal penyesuaian tersebut kedalam buku besar masing-masing
perkiraan. Setelah penyesuaian dimasukkan maka akan dihasilkan jumlah-jumlah
saldo setelah penyesuaian. Saldo dari perkiraan-perkiraan yang ada dalam
neraca saldo setelah penyesuaian adalah saldo yang dari buku besar dari setiap
perkiraan setelah disesuaikan. Apabila dalam penyesuaian muncul perkiraan
baru, maka perkiraan baru tersebut dimasukkan dalam neraca saldo setelah
penyesuaian.
7. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan laporan terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Pembuatan laporan keuangan dilakukan oleh masing-masing SKPD dengan
menggunakan bantuan kertas kerja (worksheet).
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama
19
digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan
pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan,
mengevaluasi efektivitas dan efesiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu
menentukan ketaataannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Laporan keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah
dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsip-prinsip
yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Laporan
keuangan dihasilkan dari masing-masing SKPD yang kemudian akan dijadikan
dasar dalam membuat Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.
Laporan keuangan SKPD adalah suatu hasil dari proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan, dari transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas
akuntansi yang ada dalam suatu pemerintah daerah yang dijadikan sebagai
informasi dalam rangka pertanggungjawaban pengeloaan keuangan entitas
akuntansi dan pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang
memerlukannya.
Tujuan laporan keuangan yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah adalah pelaporan
keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan
atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan:
a. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas pemerintah;
b. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya
ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah;
20
c. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan
sumber daya ekonomi;
d. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap
anggaran;
e. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;
f. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk
membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintah;
g. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi
kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
8. Jurnal Penutup
Jurnal penutup adalah jurnal yang dibuatkan untuk menutup saldo
nominal menjadi nol pada akhir periode akuntansi. Perkiraan nominal adalah
perkiraan yang digunakan untuk Laporan Realisasi Anggaran, yaitu Pendapatan
dan Belanja. Jurnal penutup diperlukan agar semua perkiraan yang bersifat
nominal tidak ikut atau tidak terbawa pada periode berikutnya, sehingga saldo
perkiraan tersebut perlu dinihilkan. Pada dasarnya, jurnal penutup
mempengaruhi nilai SLPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran) dineraca jumlah
yang benar.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah, disebutkan bahwa peranan laporan keuangan adalah
untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai
dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu
periode pelaporan untuk kepentingan:
21
1. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
2. Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu
entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi
perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban
dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
3. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban
pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya
dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
4. Keseimbangan Antar Generasi
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan
pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran
yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan
ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
5. Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber
daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang
direncanakan.
22
Bentuk laporan keuangan sektor publik, khususnya laporan keuangan
yang harus disusun oleh pemerintah menurut Standar Akuntansi Pemerintah
yang diterapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 meliputi:
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan
pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat atau
daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya
dalam satu periode pelaporan.
Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran
terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan pembiayaan. Masing-masing
unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh bendahara umum Negara atau
bendahara umum daerah oleh entitas pemerintah lainnya yang
menambah saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar
kembali oleh pemerintah.
b. Belanja adalah semua pengeluaran oleh bendahara umum negara atau
bendahara umum daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam
periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah
c. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas
pelaporan kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan
dan dana bagi hasil.
d. Pembiayaan adalah setiap penerimaan atau pengeluaran yang tidak
berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali
23
atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran
pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain
dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Pengeluaran pembiayaan
antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman,
pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh
pemerintah.
2. Neraca
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu
entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
Neraca ini menyajikan informasi mengenai posisi keuangan SKPD pada tanggal
tertentu.
Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas.
Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh,
baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam
satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Aset diklasifikasikan kedalam aset lancer dan aset nonlancar
24
1) Aset Lancar
Digolongkan sebagai aset lancar jika diharapkan segera dapat
direalisasikan atau dimiliki atau dipakai atau dijual dalam waktu dua
belas bulan sejak tanggal pelaporan. Yang masuk dalam kategori ini
adalah kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan
persediaan.
2) Aset Nonlancar
Mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan aset tak berwujud
yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan
pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum, terdiri dari:
a) Investasi jangka panjang
Merupakan investasi yang diadakan dengan maksud untuk
mendapat manfaat ekonomi dan manfaat sosial dalam jangka
waktu lebih dari satu periode akuntansi. Investasi jangka panjang
meliputi investasi nonpermanen dan permanen. Investasi
nonpermanen antara lain investasi dalam Surat Utang Negara,
penyertaan modal dalam proyek pembangunan, dan investasi
nonpermanen lainnya. Investasi permanen antara lain penyertaan
modal pemerintah dan investasi permanen lainnya.
b) Aset Tetap
Meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,
irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam
pengerjaan.
25
c) Aset Nonlancar lainnya
Diklasifikasikan sebagai aset lainnya, termasuk dalam aset lainnya
adalah aset tak berwujud dan aset kerja sama (kemitraan).
b. Kewajiban
Kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai kewajiban masa kini
yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya
ekonomi dimasa yang akan datang.
Dalam pemerintah kewajiban dapat muncul karena penggunaan
pembiayaan pinjaman untuk menutup defisit anggaran. Pembiayaan
pinjaman tersebut dapat berasal dari masyarakat, lembaga keuangan,
pemerintah Negara lain, atau dari lembaga internasional. Kewajiban juga
bias muncul karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada
pemerintah, misalnya dalam bentuk gaji, tunjangan atau dengan
pemberian jasa lainnya. Kwajiban dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1) Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok kewajiban yang
diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan setelah tanggal
pelaporan.
2) Kewajiban jangka panjang merupakan kelompok kewajiban yang
penyelesaiaannya dilakukan setelah dua belas bulan setelah tanggal
pelaporan.
c. Ekuitas Dana
Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah daerah. Ekuitas
dana dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
26
1) Ekuitas dana lancar adalah selisih antara aset lancar dengan
kewajiban jangka pendek.
2) Ekuitas dana investasi, mencerminkan kekayaan pemerintah daerah
yang tertanam dalam aset nonlancar selain dana cadangan, dikurangi
dengan kewajiban jangka panjang.
3) Ekuitas dana cadangan, mencerminkan kekayaan pemerintah daerah
yang dicadangkan untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
sesuai dengaan peraturan perundang-undangan.
3. Laporan Operasional
Laporan operasional yang selanjutnya disingkat LO adalah laporan yang
menyajikan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas
pelaporan yang tercemin dalam pendapatan-LO, beban dan surplus atau defisit
operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan
dengan periode sebelumnya.
Unsur yang dicakup secara langsung dalam laporan operasional terdiri
dari pendapatan-LO, beban, transfer dan pos-pos luar biasa.
a. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambahan
nilai kekayaan bersih.
b. Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.
c. Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari
suatu entitas pelaporan kepada entitas pelaporan lainnya, termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil.
d. Pos luar biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang
terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi
27
biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada diluar kendali
atau pengaruh entitas bersangkutan.
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas yang disingkat LPE adalah laporan yang
menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas yang terdiri dari ekuitas awal,
surplus atau defisit-LO, koreksi dan ekuitas akhir.
5. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang menyajikan informasi kas
sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitori yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas
pemerintah daerah selama periode tertentu.
Unsur yang dicakup dalam laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan
pengeluaran kas.
a. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke bendahara
umum daerah
b. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari bendahara
umum daerah.
6. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan perubahan saldo anggaran lebih atau disingkat laporan
perubahan SAL adalah laporan yang menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan saldo anggaran lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
7. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan atau disingkat CALK meliputi penjelasan
naratif atau rincian dari angka yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran,
28
Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas,
Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga berisi
informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh pemerintah
daerah dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan
didalam Standar Akuntansi Pemerintah serta ungkapan-ungkapan yang
diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai
berikut:
a. Menyajikan informasi tentang ekonomi makro, kebijakan fiscal atau
keuangan dan pencapaian target kinerja APBD, berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.
b. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun
pelaporan.
c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas
transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.
d. Menyajikan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, yang tidak disajikan pada lembar muka laporan keuangan.
E. Akuntansi Belanja dan Akuntansi Aset Tetap
1. Akuntansi Belanja
Dalam peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah disebutkan bahwa Belanja adalah semua pengeluaran dari
rekening kas umum Negara atau Daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih
29
dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Akuntansi belanja pada SKPD meliputi akuntansi belanja UP (Uang
Persediaan), GU (Ganti Uang), TU (Tambahan Uang) dan LS (Langsung).
a. Akuntansi Belanja UP/GU/TU
Pembelian barang dan jasa yang mana barang dan jasa tersebut tidak
langsung digunakan/dikonsumsi segera tapi sifatnya untuk digunakan
dalam satu periode atau sifatnya berjaga-jaga, kemudian dilakukan
pembayaran mekanisme SP2D UP/GU/TU
b. Akuntansi Belanja LS
Belanja LS yang dimaksud adalah belanja LS Gaji dan tunjangan serta
belanja LS barang dan jasa. Perlakuan akuntansi untuk belanja LS adalah
PPK-SKPD mencatat belanjanya, sedangkan pengeluaran kasnya dicatat
oleh PPKD. Dalam konteks ini, belanja yang dilakukan oleh SKPD
dananya mengalir langsung dari rekening kas daerah kepada pihak ketiga
atau pihak lainyang telah ditetapkan. Dengan kata lain belanja sudah
dapat diakui pada saat SP2D diterbitkan.
Belanja pegawai yang pembayarannya melalui mekanisme LS dimana
pembayaran tersebut langsung ditransfer ke rekening masing-masing
PNS.
Pencatatan yang dilakukan oleh PPK-SKPD adalah sebagai berikut:
30
Tabel 2.5
Contoh Format Jurnal Finansial untuk Mencatat Beban
Tgl No.
Bukti
Kode
Perkiraan Nama Perkiraan Ref Debit Kredit
…… ……. Beban gaji pokok
RK-PPKD
Xxx
-
-
xxx
Sumber: Buku Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Tabel 2.6
Contoh Format Jurnal Anggaran untuk Mencatat Beban
Tgl No.
Bukti
Kode
Perkiraan Nama Perkiraan Ref Debit Kredit
…… ……. Belanja gaji pokok
Perubahan SAL
Xxx
-
-
xxx
Sumber: Buku Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Untuk belanja LS dan tunjangan, meskipun dana yang diterima oleh
pegawai adalah jumlah netto (jumlah setelah dikurangi dengan potongan
pajak), namun PPK-SKPD tetap mencatat belanja gaji dan tunjangan
tersebut dalam jumlah bruto. PPK-SKPD tidak perlu mencatat potongan
31
tersebut karena pencatatannya sudah dilakukan oleh BUD (Bendahara
Umum Daerah) dalam sub sistem akuntansi PPKD
Dalam belanja Barang dan Jasa seringkali terdapat potongan
pajak, sehingga yang diterima oleh pihak ketiga adalah jumlah netto
(setelah dikurangi potongan pajak), namun PPK-SKPD tetap mencatat
belanja tersebut dengan jumlah umum, jika pemotongan dan pembayaran
pajak dilakukan oleh BUD.
2. Akuntansi Aset Tetap
PSAP Nomor 7 menyatakan bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas bulan untuk digunakan, atau
dimaksudkan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan
oleh masyarakat umum.
Klasifikasi aset tetap menurut PSAP Nomor 7 adalah sebagai berikut:
1. Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah
daerah dan dalam kondisi siap dipakai.
2. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor,
alat elektronik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya
signifikan, masa manfaatnya lebih dari dua belas bulan, dan dalam
kondisi siap pakai.
32
3. Gedung dan Bangunan
Gedung dan Bangunan mencakup aset tetap yang diperoleh dengan
maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah daerah dan
dalam kondisi siap dipakai.
4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang
dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah daerah dan dalam kondisi siap
pakai.
5. Aset Tetap lainnya
Aset Tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan
kedalam kelompok aset tetap diatas, yang diperoleh dan dimanfaatkan
untuk kegiatan operasional pemerintah daerah dan dalam kondisi siap
pakai.
6. Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam
proses pembangunan yang pada tanggal laporan keuangan belum
selesai seluruhnya.
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi aset tetap antara
lain:
1. Bukti Belanja/Pembayaran Aktiva Tetap
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk melakukan jurnal
pengakuan aktiva tetap dan belanja modal dengan cara pembayaran UP.
2. Berita Acara Serah Terima Barang/Pekerjaan
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk melakukan jurnal atas
pengakuan aktiva tetap dengan cara pembayaran LS.
33
3. SP2D LS
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk melakukan jurnal atas
pengakuan aktiva tetap dengan cara pembayaran LS.
4. Surat Permohonan Kepala SKPD tentang Penghapusan Aset Tetap
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk pengakuan reklasifikasi
aset tetap menjadi aset lainnya.
5. Surat Keputusan Kepala Daerah tentang penghapusan Aset
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk pengakuan
penghapusan aset tetap.
6. Berita Acara Pemeriksaan Kemajuan Pekerjaan
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk pengakuan aset tetap
konstruksi dalam pekerjaan.
Prinsip pengakuan dan pengukuran aset tetap yaitu:
1. Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh
oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
dengan andal.
2. Aset tidak diakui jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya
dipandang tidak mungkin diperoleh pemerintah setelah periode akuntansi
berjalan.
3. Aset tetap dicatat sebagai biaya perolehan.
4. Aset tetap dicatat sebesar nilai wajar apabila biaya perolehan tidak
memungkinkan digunakan.
5. Biaya perolehan atas pembelian aset meliputi:
a. Harga beli aset tetap
b. Semua biaya yang dikeluarkan sampai aset tetap siap digunakan
34
6. Pengeluaran belanja untuk aset tetap setelah perolehan dibedakan
menjadi:
a. Belanja untuk pemeliharaan yaitu belanja untuk mempertahankan
kondisi aset tetap tersebut sesuai kondisi awal.
b. Belanja untuk peningkatan yaitu belanja yang memberi manfaat
ekonomik dimasa yang akan datang dalam bentuk peningkatan
kapasitas, masa manfaat, mutu produksi, atau peningkatan standar
kinerja.
Penyajian aset tetap dalam lembar neraca sebagai berikut:
Aset Aset tetap Tanah xxx Peralatan dan mesin xxx Gedung dan bangunan xxx Jalan, irigasi dan jaringan xxx Aset tetap lainnya xxx Akumulasi penyusutan xxx Konstruksi dalam pengerjaan xxx Total Aset Tetap xxx
Table 2.7
Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti/Ta
hun
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Nadya dkk
(2018)
Analisis Pencatatan dan
Pelaporan Belanja
Modal pada Unit
Hasil penelitian menunjukkan
pelaporan belanja yang dilakukan
oleh UPTD Pusat Pengembangan
35
Pelaksana Teknis Dinas
Pusat Pengembangan
Mutu Guru (PPMG)
Mutu Guru (PPMG) Wilayah I Dinas
Pendidikan Aceh telah menerapkan
PP No. 71 Tahun 2010 tentang
pencatatan berbasis akrual, yang
bisa dilihat dari pencatatan akun
belanja yang terdiri atas belanja
operasi meliputi belanja pegawai dan
belanja barang dan Jasa dan belanja
modal yang meliputi belanja
peralatan dan mesin serta belanja
aset tetap lainnya.
Rumbaru.S
dkk (2018)
Penerapan Akuntansi
Penyusutan Aset Tetap
Berdasarkan
Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintah
Nomor 07 Pada Dinas
Pekerjaan Umum
Provinsi Suawesi Utara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Dinas Pekerjaan Umum dalam
penerapan penyusutan aset tetap,
penentuan nilai penyusutan, masa
manfaat aset, penggunaan metode
penyusutan dan penentuan nilai buku
aset sesuai dengan PSAP 07, namun
dalam pelaksanaan pencatatan
kedalam pelaporan penyusutan aset
tetap, belum dilaksanakan secara
mandiri tetapi dilakukan oleh Badan
Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah (BPKAD) Provinsi Sulawesi
Utara tidak sesuai dengan asumsi
36
independensi entitas dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah.
Saskia Dwi
Arif dkk
(2018)
Pelaksanaan Akuntansi
Aset Tetap Pada Badan
Pengelolaan Keuangan
Dan Aset Daerah
(Bpkad) Kota Palopo
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengakuan aset tetap BPKAD Kota
Palopo telah menerapkan kriteria
nilai minimal pengakuan aset tetap,
penyajian aset tetap BPKAD Kota
Palopo sudah menyajikan aset
daerah dalam bentuk laporan barang
milik daerah BPKAD Kota Palopo
belum sepenuhnya memadai
walaupun formatnya telah sesuai
dengan permendagri 64 tahun 2013.
Maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan akuntansi aset tetap
daerah pada Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kota
Palopo telah sesuai dengan SAP
berbasis akrual dalam PP No.71
Tahun 2010
Jemy Billy Analisis Pencatatan
dan Pelaporan Belanja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Dinas Tenaga Kerja dan
37
Massie
(2016)
Langsung dan Beban
Pada Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Kota Bitung
Transmigrasi Kota Bitung telah
melakukan proses pencatatan
akuntansinya sesuai dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri
No.64 Tahun 2013 dan Peraturan
Pemerintah No.71 Tahun 2010.
Ria
Valentina.P
(2015)
Analisis Pencatatan dan
Pelaporan Keuangan
Pada Unit Pelaksana
Teknis Dinas Di
Pemerintah Provinsi
Sulawesi Utara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
UPTD Metrologi Dinas Perindustrian
dan Perdagangan telah melakukan
proses pencatatan akuntansi, serta
pelaporannya telah sesuai dengan
PP Nomor 71 Tahun 2010.
Sumber: Jurnal Penelitian tahun 2015 sd 2018
38
F. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
ASET BELANJA
BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR
SISTEM PENCATATAN PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010
LAPORAN
KEUANGAN
1. Pengakuan 2. pengukuran 3. Penyajian
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan berupa penelitian dengan metode
deskriptif kualitatif. Adapun pengertian deskriptif menurut Sugiyono (2013) adalah
metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap
objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana
adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan berlaku umum.
Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2013) adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti obyek yang alamiah,(sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis dan bersifat
induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Badan Pengelola Keuangan Daerah
Kabupaten Takalar yang beralamat di Jl. Jend Sudirman No.26,
Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Takalar,
Sulawesi Selatan, Kode Pos 92212.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian selama kurang lebih dua bulan sejak dikeluarkannya
surat izin sampai selesai.
40
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
Keterangan Feb
-19
Mar
-19
Apr
-19
Mei 2019 Juni 2019 Juli 2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan Proposal
Observasi Lapangan
Seminar Proposal
Pengumpulan Data
Analisis Data
Seminar Hasil
Skripsi
Sumber: Format Penelitian Tahun 2019
C. Sumber Data
Sumber Data dalam penelitian ini adalah:
1. Data Sekunder
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan adalah dengan menggunakan
data sekunder yaitu data yang telah tersusun atau telah diolah terlebih
dahulu dalam bentuk dokumen-dokumen yang telah ada sebelumnya,
atau berdasarkan hasil penelitian terlebih dahulu.
2. Data Primer, data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya hasil
wawancara pada Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten
Takalar.
41
D. Pengumpulan Data
Menurut Nazir (2014) pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik
dan berstandar untuk memperoleh data yang diperlukan. metode pengumpulan
data yg digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dokumentasi
Digunakan dalam mengumpulkan data sekunder yaitu data yang didapat
dari instansi, dimana peneliti dapat mengamati, menelusuri dan
mengumpulkan data untuk mendiskripsikan tentang Analisis Pencatatan
dan Pelaporan Belanja Modal Aset Tetap pada Badan Pengelola
Keuangan Daerah Kabupaten Takalar.
2. Wawancara
Dengan menanyakan secara langsung terhadap narasumber dengan
menggunakan pedoman wawancara berdasarkan topik penelitian pada
Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Takalar.
3. Penelitian pustaka (library research)
Dengan cara membaca dan mempelajari teori-teori yang berkaitan
langsung dengan penelitian ini, serta melakukan penelusuran terhadap
dokumen-dokumen yang mendukung penelitian.
E. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif
yaitu suatu metode dengan mengumpulkan data kemudian dianalisa sehingga
memberikan gambaran tentang pencatatan dan pelaporan belanja modal aset
tetap berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Takalar merupakan unsur
pelaksana pemerintah Kabupaten Takalar yang dipimpin oleh Kepala Badan
yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah. Badan Pengelola Keuangan Daerah mempunyai tugas
membantu Bupati dalam melaksanakan fungsi penunjang urusan Pemerintah
Bidang Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Takalar, dan dalam pelaksanaan
tugasnya mempunyai fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dibidang Keuangan dan Aset Daerah.
b. Pelaksanaan tugas dukungan teknis dibidang kKeuangan dan Aset
Daerah.
c. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis
dibidang Keuangan dan Aset Daerah.
d. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang urusan
pemerintah daerah dibidang Keuangan dan Aset Daerah.
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
1. Visi dan Misi
a. Visi
Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah, Visi Badan
Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Takalar yaitu:
43
“Terwujudnya pengelolaan keuangan yang efisiensi, efektif,
akuntabel dan Transparan”
Berdasarkan visi tersebut, Badan Pengelola Keuangan Daerah
dalam kurun waktu 5 (lima) tahun bercita-cita mewujudkan pengelolaan
keuangan yang efisien, efektif, akuntabel dan transparan. Dengan
demikian berarti BPKD harus menjadi lembaga keuangan yang mampu
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan peraturan dan
standar pelayanan yang ditetapkan dengan didukung SDM yang
kompeten dibidangnya.
b. Misi
BPKD Kabupaten Takalar menetapkan misi sebagai berikut:
1) Memaksimalkan Pengelolaan Keuangan Daerah yang akuntable dan
transparan.
2) Meningkatkan pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah yang
didukung oleh penatausahaan yang tertib.
3) Meningkatkan kerjasama dengan pihak terkait demi kelancaran
penyelenggaraan otonomi daerah.
4) Memaksimalkan pendapatan daerah melalui dana transfer dan
bantuan keuangan.
5) Memaksimalkan Pengelolaan Aset Daerah.
2. Uraian Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Bupati Takalar No.63 Tahun 2016 tentang
kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja Badan
Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Takalar, dijelaskan uraian tugas berikut:
a. Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah
44
1) Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah mempunyai tugas pokok
membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah dan tugas pembantuan dibidang Pengelolaan
Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah.
2) Kepala Badan dalam melaksanakan tugas pokok sebagai mana dimaksud
pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi:
a) Perumusan kebijakan urusan pemerintahan bidang pengelolaan
keuangan, pendapatan dan aset daerah.
b) Pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan bidang pengelolaan
keuangan, pendapatan dan aset daerah.
c) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahan bidang
pengelolaan keuanga, pendapatan dan aset daerah
d) Pelaksanaan administrasi dinas
e) Pelaksanaan fungsi lain yang diperintahkan oleh atasan terkait tugas
dan fungsi.
3) Tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) dirinci
sebagai berikut:
a) Menyusun rancana kegiatan dinas sebagai pedoman dalam
pelaksanaan tugas.
b) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas sehingga
berjalan lancar.
c) Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dalam
lingkungan dinas untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
tugas.
45
d) Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas.
e) Mengikuti rapat-rapat sesuai dengan bidang tugasnya.
f) Menyusun kebijakan teknis dibidang keuangan dan aset daerah yang
meliputi bidang pendapatan asli daerah, anggaran, akuntansi, dan
aset.
g) Menyelenggarakan pelayanan dalam bidang keuangan dan aset
daerah yang meliputi bidang bidang pendapatan asli daerah,
anggaran, akuntansi, dan aset.
h) Melakukan koordinasi pelaksanaan tugas dibidang keuangan dan
aset daerah yang meliputi bidang pendapatan asli daerah, anggaran,
akuntansi, dan aset.
i) Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas dan memberikan saran
pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan.
j) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan
sesuai dengan bidang tugasnya.
b. Sekretariat
1) Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretariat yang mempunyai tugas
pokok membantu Kepala Badan dalam melaksanakan koordinasi
kegiatan, memberikan pelayanan teknis dan administrasi penyusunan
perencanaan program, kegiatan, anggaran, pelaporan, umum,
kepegawaian, hukum, dan keuangan dalam lingkungan badan.
2) Sekretaris dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi:
a) Pengoordinasian pelaksanaan tungsi dalam lingkungan badan.
46
b) Pengoordinasian perencanaan penyusunan program kegiatan dan
anggaran.
c) Pengoordinasian urusan umum dan kepegawaian.
d) Pengoordinasian pengelolaan administrasi keuangan.
e) Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai bidang tugasnya.
3) Tugas pokok dan fungsi sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2)
dirinci sebagai berikut:
a) Menyusun rencana kegiatan sekretariat sebagai pedoman dalam
pelaksanaan tugas.
b) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas sehingga
berjalan lancar.
c) Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dalam
lingkungan sekretariat untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
tugas.
d) Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas.
e) Mengikuti rapat-rapat sesuai dengan bidang tugasnya.
f) Mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan dalam lingkungan badan
sehingga terwujud koordinasi, sinkronisasi dan integrasi pelaksanaan
kegiatan.
g) Mengoordinasikan dan melaksanakan penyusunan perencanaan,
pengendalian dan evaluasi serta pelaporan kinerja dan pelaporan
keuangan badan.
h) Mengoordinasikan dan melaksanakan pelayanan administrasi umum,
kepegawaian dan hukum.
47
i) Mengoordinasikan dan melaksanakan pelayanan ketatausahaan.
j) Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sekretariat dan
memberikan saran pertimbsngsn kepada atasan sebagai bahan
perumusan kebijakan.
k) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan
sesuai dengan bidang tugasnya.
c. Bidang Perencanaan Pendapatan Daerah
1) Bidang Perencanaan Pendapatan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang yang mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan dibidang
perencanaan pendapatan daerah.
2) Kepala Bidang dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi:
a) Perumusan kebijakan urusan pemerintahan bidang perencanaan dan
pendapatan daerah.
b) Pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan bidang perencanaan
dan pendapatan daerah.
c) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahan bidang
perencanaan dan pendapatan daerah.
d) Pelaksanaan administrasi badan.
e) Pelaksanaan fungsi lain yang diperintahkan oleh atasan terkait tugas
dan fungsi.
3) Tugas pokok dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dirinci sebagai berikut:
a) Menyusun rencana kegiatan bidang perencanaan pendapatan daerah
sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas.
48
b) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas sehingga
berjalan lancar.
c) Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dalam
lingkungan bidang perencanaan pendapatan daerah untuk
mengetahui perkembangan pelaksanaan tugas.
d) Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas.
e) Mengikuti rapat-rapat sesuai dengan bidang tugasnya.
f) Menyiapkan bahan penetapan kebijakan perencanaan, evaluasi dan
pelaporan, hukum dan pembinaan teknis pengelolaan pendaptan.
g) Menyiapkan bahan penetapan pedoman, norma, standar, prosedur
dan kriteria dibidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan, hukum
dan pembinaan teknis pengelolaan pendapatan.
h) Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi perencanaan, evaluasi dan
pelaporan, hukum dan pembinaan teknis pengolaan pendapatan.
i) Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas dan memberikan saran
pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan.
d. Bidang Pajak dan Retribusi Daerah
1) Bidang Pajak dan Retribusi Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Bidang
yang mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan dibidang pajak
dan retribusi daerah.
2) Kepala Bidang dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi:
a) Perumusan kebijakan urusan pemerintahan bidang pajak dan retribusi
daerah.
49
b) Pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan bidang pajak dan
retribusi daerah.
c) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahan bidang
pajak dan retribusi daerah.
d) Pelaksanaan administrasi badan.
e) Pelaksanaan fungsi lain yang diperintahkan oleh atasan terkait tugas
dan fungsinya.
3) Tugas pokok dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dirinci sebagai berikut:
a) Menyusun rencana kegiatan bidang pajak dan retribusi daerah
sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas.
b) Mendistribusikan dan memberikan petunjuk pelaksanaan tugas
sehingga berjalan lancar.
c) Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dalam
lingkungan bidang pajak dan retribusi daerah untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan tugas.
d) Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas.
e) Mengikuti rapat-rapat sesuai dengan bidang tugasnya.
f) Menyiapkan bahan penetapan kebijakan pajak daerah dan retribusi
daerah.
g) Menyiapkan bahan pebetapan pedoman, norma, standar, prosedur
dan kriteria dibidang pajak daerah dan retribusi daerah.
h) Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas dan memberikan saran
pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan.
50
e. Bidang Anggaran
1) Bidang anggaran dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai
tugas pokok merencanakan operasionalisasi, memberi tugas, memberi
petunjuk, menyelia, mengatur, mengevaluasi dan melaporkan
penyelenggaraan tugas Bidang Anggaran.
2) Kepala Bidang dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi:
a) Perumusan kebijakan urusan pemerintahan bidang anggaran.
b) Pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan bidang anggaran.
c) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahan bidang
anggaran.
d) Pelaksanaan administrasi badan.
e) Pelaksanaan fungsi lain yang diperintahkan oleh atasan terkait tugas
dan fungsinya.
3) Tugas pokok dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dirinci sebagai berikut:
a) Menyusun rencana kegiatan bidang anggaran sebagai pedoman
dalam pelaksanaan tugas.
b) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas sehingga
berjalan lancar.
c) Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dalam
lingkungan bidang anggaran untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan tugas.
d) Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas.
51
e) Mengikuti rapat-rapat sesuai dengan bidang tugasnya.
f) Menyusun kebijakan teknis bidang anggaran.
g) Menyelenggarakan program dan kegiatan bidang anggaran.
h) Menyelenggarakan evaluasi program dan kegiatan kepala subbidang
dan pejabat non struktural dalam lingkup bidang anggaran.
i) Menyusun alokasi dan perubahan anggaran daerah dan menyusun
analisa standar belanja, standar satuan harga dan standar pelayanan
minimal.
j) Menyiapkan anggaran kas daerah dan menerbitkan surat penyediaan
dana.
k) Menginventarisir permasalahan-permasalahan yang berhubungan
dengan bidang tugasnya dan menyiapkan bahan petunjuk
pemecahan masalah.
l) Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas dan memberikan saran
pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan.
f. Bidang Akuntansi dan Pelaporan
1) Bidang Akuntansi dan Pelaporan dipimpin oleh seorang kepala bidang
yang mempunyai tugas pokok melakukan penelitian, pemeriksaan,
perbaikan dan penolakan atas laporan pertanggung jawaban
penggunaan dana APBD dari setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah.
2) Kepala Bidang dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi:
a) Perumusan kebijakan urusan pemerintahan bidang akuntansidan
pelaporan.
52
b) Pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan bidang akuntansi
dan pelaporan.
c) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahan bidang
akuntansi dan pelaporan.
d) Pelaksanaan administrasi badan.
e) Pelaksanaan fungsi lain yang diperintahkan oleh atasan terkait
tugas dan fungsinya.
3) Tugas pokok dan fungsi sabagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dirinci sebagai berikut:
a) Menyusun rencana kegiatan bidang akuntansi dan pelaporan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas.
b) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas
sehingga berjalan lancar.
c) Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas
dalam lingkungan bidang akuntansi dan pelaporan untuk
mengetahui perkembangan pelaksanaan tugas.
d) Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah.
e) Memberikan pembinaan, supervisi dan monitoring bidang
akuntansi dan pelaporan skala kabupaten.
f) Memeriksa bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran dan
melakukan penelitian atas kelengkapan dokumen surat
pertanggungjawaban penggunaan dana dari masing-masing
satuan kerja perangkat daerah.
53
g) Melaksanakan koreksi atas dokumen surat pertanggungjawaban
satuan kerja perangkat daerah.
h) Memberi pembinaan terhadap aparat pengelola keuangan
dimasing-masing satuan kerja perangkat daerah.
i) Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas dan memberikan
saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan
kebijakan.
g. Bidang Aset
1) Bidang Aset dipimpin oleh seorang kepala bidang yang mempunyai
tugas pokok penyusunan pedoman dan petunjuk teknis perumusan
program standarisasi, perencanaan, pengadaan, penghapusan,
pelelangan, inventarisasi, dan pengendalian/pengawasan
pengelolaan aset serta pembinaan administrasi barang dan
pengelolaan investasi baik dalam bentuk uang maupun aktiva lainnya
serta kerja sama dengan pihak lain dalam pemanfaatan dan
pengelolaan aset.
2) Kepala Bidang dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi:
a) Perumusan kebijakan urusan pemerintahan bidang aset.
b) Pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan bidang aset.
c) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahan bidang
aset.
d) Pelaksanaan administrasi badab.
e) Pelaksanaan fungsi lain yang diperintahkan oleh atasan terkait
tugas dan fungsinya.
54
3) Tugas pokok dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dirinci sebagai berikut:
a) Menyusun rencana kegiatan bidang aset sebagai pedoman dalam
pelaksanaan tugas.
b) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas
sehingga berjalan lancar.
c) Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas
dalam lingkungan bidang aset untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan tugas.
d) Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan program pengadaan
aset dan inventarisasi barang serta investasi daerah.
e) Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan program
pengelolaan aset daerah dan investasi daerah baik dalam bentuk
uang maupun aktiva lainnya.
f) Memberikan bimbingan dan petunjuk teknis penyimpanan dan
pemeliharaan barang.
g) Memberikan bimbingan dan petunjuk teknis dalam rangka
pembinaan bendahara barang.
h) Melaksanakan koordinasi dalam rangka pemanfaatan dan
pengelolaan aset daerah dengan pihak lain.
i) Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas dan memberikan
saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan
kebijakan.
55
h. Kelompok Jabatan Fungsional
1) Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Kepala Badan sesuai dengan keahlian dan
kebutuhan.
2) Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri
dari sejumlah tenaga ahli dalam jenjang jabatan fungsional yang
terbagi dalam berbagai kelompok sesuia dengan keahliannya.
3) Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior selaku ketua
kelompok yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung
kepada Kepala Badan.
4) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dalam keputusan Bupati berdasarkan kebutuhan dan
beban kerja.
i. Unit Pelaksanaan Teknis Badan (UPTB)
1) Unit Pelaksanaan Tugas Badan (UPTB) dipimpin oleh seorang kepala
UPTB yang mempunyai tugas melakukan sebagian tugas Badan
Pengelola Keuangan Daerah sesuai dengan bidang teknis dan
kebutuhan.
2) Dalam melaksanakan tugas sebagiaman dimaksud pada ayat (1)
Kepala unit mempunyai uraian tugas:
a) Menyusun program kerja, rencana kerja dan anggaran UPTB
Badan Pengelola Keuangan Daerah sesuai kebutuhan setiap
tahunnya.
56
b) Melaksanakan peningkatan kompetensi Badan Pengelola
Keuangan Daerah.
c) Mengendalikan aktivitas Badan Pengelola Keuangan Daerah
diunit pelaksana teknis.
d) Melaksanakan pemberdayaan sumber daya manusia pada Badan
Pengelola Keuangan Daerah.
e) Mengkoordinasi hasil kegiatan Badan Pengelola Keuangan
Daerah diunit pelaksana teknis.
f) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan yang diberikan oleh atasan.
j. Tata Kerja
1) Kepala Badan dalam menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan
kebijakan umum yang ditetapkan oleh Bupati sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
2) Kepala Badan, sekretaris, kepala bidang, kepala subbagian, kepala
subbidang, pejabat fungsional dan seluruh personil dalam lingkungan
dinas melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, serta menerapkan prinsip hierarki,
koordinasi, kerjasama, integrasi, simplifikasi, akuntabilitas,
transparansi, dan efisiensi.
3) Kepala Badan, sekretaris, kepala bidang, kepala subbagian, kepala
subbidang, pejabat fungsional dan seluruh personil dalam lingkungan
badan wajib mematuhi petunjuk dan arahan pimpinan, sesuai
kebutuhan secara tepat waktu kepada atasan masing-masing.
4) Setiap laporan yang diterima diolah dan digunakan oleh pimpinan
sebagai bahan perumusan pelaksanaan kebijakan teknis.
57
5) Kepala Badan, sekretaris, kepala bidang, kepala subbagian, kepala
subbidang dalam lingkungan badan dalam melaksankan tugasnya,
melakukan pengawasan, dan evaluasi, serta melaksanakan rapat
koordinasi secara berkala dan/atau sesuai kebutuhan.
6) Kepala Badan, sekretaris, kepala bidang, kepala subbagian, kepala
subbidang dalam lingkungan badan mengembangkan koordinasi dan
kerjasama dengan instansi pemerintahan/swasta dalam rangka
meningkatkan kinerja dan memperlancar pelaksanaan tugas dan
fungsi badan.
58
3. Struktur Organisasi BPKD
Bagan Susunan Organisasi
Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Takalar
Bidang
Anggaran
Bidang
Akuntansi Bidang Aset
Sekretaris
Subbagian
Perencanaan
Subbagian
Umum dan
Kepegawia
n
Jabatan
Fungsional
Subbidang
Penyusunan
APBD
Subbidang
Otorisasi
DPA SKPD
dan
Pembiayaan
Subbidang
Akuntansi &
Penyusunan
Laporan
Keuangan
Kepala Badan
Subbagian
Keuangan
Subbidang
Perbendaharaan
Subbidang
Pemanfaatan
&Penghapusan
Aset
Subbidang
Perencanaan
Kebutuhan &
Penatausahaan
Aset
Bidang
Perencanaan
Pendapatan
Daerah
Bidang Pajak
dan Retribusi
Daerah
Subbidang
Perencanaan
Evaluasi &
Pelaporan
Subbidang
Pajak Daerah
Subbidang Hukum
& Pembinaan
Teknis Pengelolaan
Pendapatan
Subbidang
Retrinusi
Daerah
UPTB
59
B. Pencatatan dan Pelaporan Belanja Modal Aset Tetap yang disusun oleh Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Takalar berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah
1. Mekanisme Pencairan Dana dan Belanja
a. Persiapan pelaksanaan penetapan pejabat satuan kerja
1) Penerbitan surat edaran menteri
Setiap akhir tahun anggaran menteri menerbitkan surat edaran tentang
pelaksanaan program dan anggaran kementrian termasuk menetapkan
kompetensi teknis dan persyaratan administrasi pejabat inti satuan kerja
sampai dengan mekanisme pengusulan jika diperlukan.
2). Penetapan pejabat inti satuan kerja
Pejabat eselon I terkait mengajukan usulan atau perubahan pejabat inti
satuan kerja kepada menteri melalui sekretaris jendral dengan mengacu
kepada persyaratan personil pelaksana kegiatan satuan kerja kementrian.
3) Pembantu pejabat inti satuan kerja
Pembantu pejabat inti satuan kerja ditetapkan oleh atasan langsung
kepala satuan kerja atas nama pejabat eselon I terkait.
4) Pejabat pelaporan
Pejabat pelaporan ditetapkan oleh atasan langsung kepala satuan kerja
atas nama pejabat eleson I terkait.
b. Pelaksanaan pembayaran
Kewajiban satuan kerja terkait penggunaan rekening satuan kerja:
1) Setiap satuan kerja yang akan membuka rekening bendahara
penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran wajib mendapat
persetujuan dari Bendahara Umum Daerah (BUD).
60
2) Terhadap rekening bendahara penerimaan dan/atau rekening bendahara
pengeluaran dan rekening bendahara pembantu, harus dimintakan
persetujuan dari Bendahara Umum Daerah (BUD).
Pelaksanaan pembayaran APBD pada satuan kerja terdiri dari
pembayaran melalui Uang Persediaan (UP), Ganti Uang (GU), Tambah Uang
(TU) dan pembayaran secara langsung (LS), dengan tahapan:
1. Pengajuan SPP (surat permintaan pembayaran) oleh kepala satuan kerja
atau pejabat pembuat komitmen.
2. Penerbitan SPM (surat perintah membayar) oleh pejabat yang melakukan
pengujian dan perintah pembayaran.
3. Penerbitan SP2D (surat perintah pencairan dana) oleh PPKD .
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kepala Bidang Akuntansi dan
Pelaporan, sebagai berikut:
“Mekanisme pencairan dana itu yang disampaikan ke PPKD dalam hal ini
BPKD adalah SPM (surat perintah membayar) yang lampirannya itu ada SPP
(Surat Permintaan Pembayaran) yang sudah ditanda tangani oleh pengguna
anggaran, bendahara dan pejabat penatausahaan keuangan di SKPD, kemudian
PPKD melakukan penelitian lalu memproses SP2Dnya.”
1. Proses pengajuan SPP
Surat Permintaan Pembayaran (SPP) diterbitkan oleh kepala satuan kerja
atau dapat didelegasikan kepada pejabat komitmen yang bertangungjawab atas
pelaksanaan kegiatan dan disampaikan kepada pejabat yang melakukan
pengujian dan perintah pembayaran.
61
a. SPP-UP
SPP-UP merupakan surat pernyataan dari kuasa pengguna anggaran atau
pejabat pembuat komitmen yang dipergunakan untuk mengisi Uang
Persediaan (UP) tiap-tiap SKPD. Pengajuan SPP-UP hanya dilakukan sekali
dalam setahun.
b. SPP-GU
SPP-GU merupakan surat pernyataan dari kuasa pengguna anggaran atau
pejabat pembuat komitmen yang dipergunakan untuk mengganti uang
persediaan yang sudah terpakai atau habis dan melampirkan laporan
realisasi penggunaanya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kepala
Bidang Akuntansi dan Pelaporan, sebagai berikut:
”Untuk belanja Ganti Uang (GU) harus melampirkan laporan realisasi
penggunaan bulan sebelumnya, seberapa besar realisasi belanjanya sebesar
itu juga yang dibayarkan.”
c. SPP-TU
SPP-TU merupakan surat pernyataan dari kuasa pengguna anggaran atau
pejabat pembuat komitmen yang dipergunakan hanya untuk meminta
tambahan uang, apabila terjadi pengeluaran yang sedemikian rupa sehingga
saldo UP tidak akan cukup untuk membiayainya. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Kepala Bidang Akuntansi dan Pelaporan, sebagai berikut:
“Kalaupun memang Uang Persediaan (UP) itu tidak mencukupi maka ada
permintaan pembayaran tambahan uang. Tambahan uang itu dberikan ketika
ada kegiatan yang mau dilakukan kemudian tidak mencukupi uang
persediaan yang ada dibendahara”.
d. SPP-Langsung (LS)
62
SPP-LS merupakan surat pernyataan dari kuasa pengguna anggaran atau
pejabat pembuat komitmen yang dipergunakan untuk pembayaran langsung
kepada pihak ketiga dengan jumlah yang telah ditetapkan. SPP-LS
dikelompokkan menjadi:
1) SPP-LS gaji dan tunjangan
2) SPP-LS barang dan jasa
3) SPP-LS belanja bunga, hibah, bantuan dan tak terduga serta
pengeluaran pembiayaan.
2. Penerbitan SPM
Surat Perintah Membayar merupakan tahapan lanjutan dari proses
pengajuan SPP. Surat perintah membayar juga dibedakan menjadi 4 sesuai
dengan jenis SPPnya, yaitu SPM-UP, SPM-GU, SPM-TU, dan SPM-LS.
SPM dapat diterbitkan jika:
a. Pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran yang tersedia.
b. Didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Waktu pelaksanaan penerbitan SPM diterbitkan paling
lambat 2 hari sejak SPP diterima, dan apabila ditolak, dikembalikan paling
lambat 1 hari sejak diterima SPP.
3. Penerbitan SP2D
Surat Perintah Pencairan Dana merupakan surat yang dipergunakan
untuk mencairkan dana lewat bank yang ditunjuk setelah SPM diterima oleh
BUD. SP2D hanya dibuat untuk satu SPM saja. Waktu pelaksanaan penerbitan
SP2D sebagai berikut:
a. Diterbitkan paling lambat 2 hari sejak SPM diterima.
b. Apabila ditolak, dikembalikan paling lambat 1 hari sejak diterima SPM.
63
2. Pencatatan Belanja Modal Aset Tetap
Pencatatan belanja modal dilakukan untuk mencatat semua belanja
modal yang keluar melaui alat media sehingga menciptakaan suatu tulisan yang
dapat dipahami atau dimengerti. Belanja modal merupakan pengeluaran
anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat
lebih dari satu periode. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang
Aset mengatakan bahwa “Pencatatan belanja modal itu dilakukan dineraca
karena belanja modal itu sama dengan penambahan aset, semua belanja aset
adalah belanja modal.”
Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten takalar mengakui suatu
aset tetap apabila aset tetap tersebut telah diserahkan hak kepemilikannya, dan
atau pada saat penguasaannya berpindah dan berdasarkan berita acara serah
terima pengerjaan. Perolehan aset tetap melalui pembelian atau pembangunan
pada umumnya didahului dengan pengakuan belanja modal yang akan
mengurangi Kas Umum Daerah, atas belanja modal tersebut pemerintah dalam
hal ini Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Takalar akan memperoleh
aset tetap yang harus disajikan dineraca.
64
Tabel 4. 1. Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Takalar Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
No Unsur PP No 71 tahun 2010
Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Takalar Tahun 2017
Sama Berbeda
Tidak Releva
n
Neraca
1 Penyajian posisi keuangan dalam aset, kewajiban, dan ekuitas dana
PSAP 01 paragraf 38 Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
Neraca Pemerintah Kabupaten Takalar merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan Pemerintah Daerah mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
√
2 Penyajian klasifikasi aset dan kewajiban
PSAP 01 paragraf 39 Setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan non lancer serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca.
Pemerintah KabupatenTakalar menyajikan aset menjadi aset lancar dan non lancar, kewajiban menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.
√
65
No Unsur PP No 71 tahun 2010
Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Takalar tahun 2017
Sama Berbed
a Tidak
Relevan
5 Penyajian klasifikasi untuk masing-masing pos dalam aset lancar
PSAP 01 paragraf 49 Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3 sampai 12 bulan, surat berharga yang mudah diperjualbelikan. Pos-pos piutang antara lain piutang pajak, retribusi, denda, penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
Pengklasifikasian aset lancar Pemerintah Kabupaten Takalar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Pengklasifikasian masing-masing pos aset lancar yaitu kas dan setara kas, selanjutnya investasi jangka pendek, kemudian piutang diklasifikasikan menjadi piutang pajak, retribusi, bunga, denda, penjualan angsuran, tagihan sewa, tuntutan ganti rugi, piutang lainnya, dan penyisihan piutang, serta persediaan meliputi barang pakai habis, barang tak habis pakai, dan barang bekas pakai.
√
6 Penyajian klasifikasi aset non lancar
PSAP 01 paragraf 51 Klasifikasi aset non lancar meliputi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.
Klasifikasi aset non lancar Pemerintah Kabupaten Takalar berupa investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.
√
66
No Unsur PP No 71 tahun 2010
Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Takalar tahun 2017
Sama Berbed
a Tidak
Relevan
7
Penyajian klasifikasi investasi jangka panjang
PSAP 01 paragraf 52 Investasi jangka panjang terdiri dari investasi non permanen dan investasi permanen.
Penyajian investasi jangka panjang Pemerintah Kabupaten Takalar meliputi investasi non permanen dan investasi permanen.
√
8 Penyajian klasifikasi investasi non Permanen
PSAP 01 paragraf 55 Investasi non permanen terdiri dari pembelian surat utang negara, penanaman modal proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada fihak ketiga, dan investasi non permanen lainnya.
Pemerintah Kabupaten Takalar tidak memiliki investasi non permanen.
√
9
Penyajian klasifikasi investasi permanen
PSAP 01 paragraf 56 Investasi permanen terdiri dari penyertaan modal pemerintah dan investasi permanen lainnya.
Pemerintah Kabupaten Takalar mengklasifikasikan investasi permanen menjadi penyertaan modal pemerintah dan investasi permanen lainnya.
√
10 Penyajian klasifikasi aset tetap
PSAP 01 paragraf 58 Aset tetap diklasifikasikan menjadi: 1) Tanah; 2) Peralatan dan mesin; 3) Gedung dan bangunan; 4) Jalan, irigasi, dan jaringan; 5) Aset tetap lainnya; dan 6) Konstruksi dalam pengerjaan.
Aset tetap dalam neraca Pemerintah Kabupaten Takalar tahun 2017 terdiri dari: 1) Tanah; 2) Peralatan dan mesin; 3) Gedung dan bangunan; 4) Jalan, irigasi, dan jaringan; 5) Aset tetap lainnya; dan 6) Konstruksi dalam pengerjaan.
√
67
No Unsur PP No 71 tahun 2010
Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Takalar tahun 2017
Sama Berbed
a Tidak Relevan
11 Penyajian dana cadangan
PSAP 01 paragraf 59 Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung Kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
Dalam tahun anggaran 2017, Pemerintah Kabupaten Takalar tidak memiliki dana cadangan, namun Pemerintah Kabupater Takalar tetap mengklasifikasikan dana cadangan dalam bagian neraca, maka hal ini dapat dikatakan sesuai.
√
12 Penyajian klasifikasi aset non lancar Lainnya
PSAP 01 paragraf 60 Komponen aset non lancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya. Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan, dan aset kerja sama dengan fihak ketiga.
Penyajian komponen aset non lancar lainnya Pemerintah Kabupaten Takalar meliputi aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tagihan sewa, dan aset lain-lain.
√
13 Pengakuan aset PSAP 01 paragraf 61-62 Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh Pemerintah Daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal dan aset diakui juga pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.
Dalam kebijakan akuntansi di Peraturan Bupati Pemerintah Kabupaten Takalar menjelaskan bahwa aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh Pemerintah Daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal dan aset diakui juga pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.
√
68
No Unsur PP No 71 tahun 2010 Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Takalar tahun 2017
Sama Berbeda Tidak
Relevan
14 Pengukuran aset PSAP 01 paragraf 63-65 Pengukuran aset: 1) Kas dicatat sebesar
nilai nominal; 2) Investasi jangka
pendek dicatat sebesar nilai perolehan;
3) Piutang dicatat sebesar nilai nominal;
4) Persediaan dicatat sebesar:
a) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
b) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
c) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
5) Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi;
6) Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
Pengukuran aset Pemerintah Kabupaten Takalar : 1) Kas dicatat sebesar nilai
nominal; 2) Investasi jangka pendek
dicatat sebesar nilai perolehan;
3) Piutang dicatat sebesar nilai nominal;
4) Persediaan dicatat sebesar: a) Biaya perolehan
apabila diperoleh dengan pembelian;
b) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
c) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
5) Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut;
6) Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
69
No Unsur PP No 71 tahun 2010 Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Takalar tahun 2017
Sama Berbeda
Tidak Releva
n 15 Pengukuran
berikutnya untuk aset tetap
PSAP 01 paragraf 66 Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan.
Dalam neraca akun akumulasi penyusutan tahun 2017 bersaldo nol rupiah, dan dalam catatan atas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Takalar disebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten Takalar tidak menerapkan aturan mengenai penyusutan.
√
16 Biaya perolehan aset tetap
PSAP 01 paragraf 67 Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
Kebijakan akuntansi di Peraturan Bupati Pemerintah Kabupaten Takalar menjelaskan bahwa biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
√
70
No Unsur PP No 71 tahun 2010 Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Takalar tahun 2017
Sama Berbed
a
Tidak Releva
n 44 Penyajian aset
tetap PSAP 07 paragraf 6
AAset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset Pemerintah, dan karenanya signifikan dalam penyajian neraca. Termasuk dalam aset tetap:
Aset tetap milik Pemerintah Daerah ada yang digunausahakan dan dipinjamkan oleh pihak lain, tetapi tetap digolongkan ke dalam aset tetap Pemerintah Kabupaten Takalar .
1) Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh entitas lainnya, misalnya Instans Pemerintah lainnyam, Universitas dan Kontraktor;
√
2) Hak atas tanah.
45 Penyajian klasifikasi aset tetap
PSAP 07 paragraf 7 Tidak termasuk ke dalam definisi aset tetap adalah aset yang dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi Pemerintah, seperti bahan (material) dan perlengkapan (supplies').
Aset yang dimiliki untuk tujuan dikonsumsi dalam operasi Pemerintah Kabupaten Takalar seperti bahan/material dan perlengkapan tidak digolongkan ke dalam aset tetap, melainkan ke dalam aset lancar.
√
71
No Unsur PP No 71 tahun 2010 Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Takalar tahun 2017
Sama Berbeda
Tidak Releva
n 46 Penyajian
klasifikasi pos- pos aset tetap
PSAP 07 paragraf 8 Aset tetap diklasifikasikan menjadi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, serta konstruksi dalam pengerjaan.
Klasifikasi aset tetap Pemerintah Kabupaten Takalar telah sesuai dengan PSAP 07 paragraf 8, yaitu meliputi:
1) Tanah; 2) Peralatan dan mesin;
3) Gedung dan bangunan;
4) Jalan, irigasi, dan jaringan;
5) Aset tetap lainnya; dan
6) Konstruksi dalam pengerjaan.
√
47 Pengakuan aset tetap
PSAP 07 paragraf 16-21 Dalam kebijakan akuntansi di Peraturan Bupati Pemerintah Kabupaten Takalar menjelaskan bahwa untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria: 1) Mempunyai masa
manfaat lebih dari 12 bulan;
2) Biaya perolehan aset dapat diukur dengan andal;
3) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
Dalam kebijakan akuntansi di Peraturan Bupati Pemerintah Kabupaten Takalar menjelaskan bahwa untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria:
1) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan;
2) Biaya perolehan aset dapat diukur dengan andal;
3) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
√
72
No Unsur PP No 71 tahun 2010 Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Takalar tahun 2017
Sama Berbeda
Tidak Releva
n 4) Diperoleh atau
dibangun dengan maksud untuk digunakan; dan
5) Memenuhi batasan minimal nilai rupiah kapitalisasi aset tetap.
Dimana pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah.
4) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan; dan
5) Memenuhi batasan minimal nilai rupiah kapitalisasi aset tetap.
Dimana pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah.
48 Pengukuran aset tetap
PSAP 07 paragraf 22 Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan.
Dalam kebijakan akuntansi di Peraturan Bupati Pemerintah Kabupaten Takalar menjelaskan bahwa penilaian aset tetap didasarkan pada biaya perolehan.
√
49 Penilaian awal aset tetap
PSAP 07 paragraf 24-28 Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh.
Penilaian awal aset tetap diatur dalam kebijakan akuntansi di Peraturan Bupati Pemerintah Kabupaten Takalar, yaitu pada awalnya harus diukur berdasarkanbiaya perolehan. Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh.
√
73
No Unsur PP No 71 tahun 2010 Laporan
Keuangan Pemerintah
Kabupaten Takalar tahun 2019
Sama Berbeda
Tidak Releva
n 50 Biaya perolehan
aset tetap PSAP 07 paragraf 29-38 Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tetap tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan, dan segala komponen-komponen biaya perolehan aset tetap diatur dalam PSAP 07 paragraf 30-38. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah: 1) biaya persiapan
tempat; 2) biaya pengiriman
awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat (handling cost);
3) biaya pemasangan (instalation cost);
4) biaya profesional seperti arsitek dan insinyur; dan
5) biaya konstruksi.
Penilaian aset tetap Pemerintah Kabupaten Takalar dalam kebijakan akuntansi di Peraturan Bupati Pemerintah Kabupaten Takalar yaitu biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tetap tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan, dan segala komponen- komponen biaya-biaya untuk masing- masing aset tetap sama seperti yang diatur dalam PSAP 07 paragraf 30-38.
√
74
No Unsur PP No 71 tahun 2010
Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Takalar tahun 2017
Sama
Berbeda
Tidak Releva
n 51 Penyajian aset
yang dalam masa konstruksi
PSAP 07 paragraf 39 Jika penyelesaian pengerjaan suatu aset tetap melebihi dan atau melewati satu periode tahun anggaran, maka aset tetap yang belum selesai tersebut digolongkan dan dilaporkan sebagai konstruksi dalam pengerjaan sampai dengan aset tersebut selesai dan siap pakai.
Pemerintah kabupaten takalar menggolongkan semua aset tetap yang pengeijaannya belum selesai sampai pada 31 Desember 2017 ke dalam konstruksi dalam pengerjaan dan jika konstruksi pengerjaan tersebut sudah selesai, akan direklasifikasikan ke dalam aset tetap.
52 Perolehan aset tetap dengan cara gabungan
PSAP 07 paragraf 42 Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan.
Semua aset tetap Pemerintah Kabupaten Takalar yang diperoleh dalam tahun 2017 tidak secara gabungan.
√
53 Perolehan aset tetap melalui pertukaran
PSAP 07 paragraf 43-45 Aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atau pertukaran sebagian aset tetap yang tidak serupa. Biaya dari pos itu diukur berdasarkan nilai wajar aset yaitu nilai ekuivalen atas nilai tercatat aset yang dilepas setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas/ setara kas yang ditransfer/ diserahkan.
Aset tetap Pemerintah Kabupaten Takalar dalam tahun 2017 tidak ada yang diperoleh dari hasil pertukaran.
√
75
No Unsur PP No 71 tahun 2010
Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Takalar tahun 2017
Sama
Berbeda
Tidak Releva
n 54 Pengukuran aset
tetap yang diperoleh dari hibah/sumbanga n/donasi
PSAP 07 paragraf 46 Pengakuan aset tetap yang diperoleh dari hibah/sumbangan/donasi diakui memakai nilai wajar.
Aset tetap Pemerintah Kabupaten Takalar juga ada yang diperoleh dari hibah/sumbangan/donasi dan pengakuannya memakai nilai wajar saat perolehannya.
55 Pengakuan perolehan aset tetap dari donasi/hibah sebagai pendapatan dan pengakuan belanja aset tetap untuk donasi/hibah
PSAP 07 paragraf 49 Perolehan aset tetap melalui donasi/hibah diakui sebagai pendapatan pemerintah dan jumlah yang sama juga diakui sebagai belanja modal dalam laporan realisasi anggaran.
Perolehan aset tetap melalui donasi/hibah tidak diakui sebagai pendapatan pemerintah dalam laporan realisasi anggaran, dan pengeluaran aset tetap sebagai hibah dari Pemerintah Kabupaten Takalar kepada pihak lain juga tidak diakui sebagai belanja modal dalam laporan realisasi anggaran.
√
76
No Unsur PP No 71 tahun 2010 Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Takalar tahun 2017
Sama
Berbeda
Tidak Releva
n 57 Pengukuran
berikutnya untuk aset tetap
PSAP 07 paragraf 53-57 Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan.
Dalam neraca akun akumulasi penyusutan tahun 2017 bersaldo nol rupiah, dan dalam catatan atas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Takalar disebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten Takalar tidak menerapkan aturan mengenai penyusutan.
58 Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap
PSAP 07 paragraf 58-59. Penilaian kembali/ revaluasi aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Pemerintahan menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan.Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkanketentuan Pemerintah yang berlaku secara nasional. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan konsep biaya perolehan dalam penyajian aset tetap serta pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan suatu entitas. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat aset tetap dibukukan dalam ekuitas dana pada akun diinvestasikan pada aset tetap.
Pemerintah Kabupaten Takalar tidak melakukan revaluasi aset tetap dalam tahun 2017, maka mengenai hal ini tidak diungkapkan oleh Pemerintah Kabupaten Takalar .
√
77
No Unsur PP No 71 tahun 2010 Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Takalar
tahun 2017
Sama Berbeda Tidak
Relevan 59 Akuntansi
tanah PSAP 07 paragraf 60-61 Tanah yang dimiliki/ dikuasai Pemerintah tidak diperlakukan secara khusus, dan pada prinsipnya mengikuti ketentuan yang diatur pada pernyataan tentang akuntansi aset tetap. Tidak seperti Institusi Non- Pemerintah, Pemerintah tidak dibatasi satu periode tertentu untuk kepemilikan/penguasaan tanah.Setelah perolehan awal,Pemerintah tidak memerlukan biaya untuk mempertahankan hak atas tanah. Tanah yang memenuhi definisi aset tetap harus diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada Pernyataan ini.
Dalam catatan atas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Takalar tidak terdapat pengeluaran yang dapat dikapitalisasi menjadi aset tetap berupa tanah dan pada prinsipnya tanah diakui dan diukur mengikuti ketentuan seperti yang diatur dalam pernyataan tentang akuntansi aset tetap dan hal ini telah dijelaskan sebelumnya dalam aturan PSAP 07 paragraf 16-28.
60 Pengakuan tanah diluar negeri
PSAP 07 paragraf 62-63 Pengakuan tanah di luar negeri hanya dimungkinkan apabila perjanjian penguasaan dan hukum serta perundang-undangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan Republik Indonesia berada mengindikasikan adanya penguasaan yang bersifat permanen.
Pemerintah Kabupaten Takalar tidak memiliki tanah diluar negeri.
√
78
No Unsur PP No 71 tahun 2010
Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Takalar tahun 2017
Sama
Berbeda
Tidak Releva
n 62 Aset
infrastruktur
PSAP 07 paragraf 72-74 Aset infrastruktur yang memenuhi definisi aset tetap harus diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada pernyataan ini.
Aset infrastruktur terdiri dari jalan, irigasi, dan jaringan, pada prinsipnya diakui dan diukur mengikuti ketentuan seperti yang diatur dalam pernyataan tentang akuntansi aset tetap dan hal ini telah dijelaskan sebelumnya dalam PSAP 07 paragraf 16-28.
√
64 Penyajian aset tetap yang dihentikan penggunaannya
PSAP 07 paragraf 76-78 Aset tetap yang dihentikan penggunaannya, dipindahkan ke pos aset lainnya.
Dalam catatan atas laporan keuangan, aset tetap Pemerintah Kabupaten Takalar yang dihentikan penggunaannya, dipindahkan ke pos aset lainnya.
√
79
No Unsur PP No 71 tahun 2010
Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Takalar tahun 2017
Sama Berbeda Tidak
Relevan
66 Pengungkapan informasi lainnya tentang aset tetap
PSAP 07 paragraf 80 Laporan keuangan juga harus mengungkapkan: a. Eksistensi dan
batasan hak milik atas aset tetap;
b. Kebijakan akuntansi untuk
kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap;
c. Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan
d. Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.
Laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Takalar tidak mengungkapkan mengenai eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap, kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap, dan jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap. Mengenai kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi aset tetap diungkapkan dalam kebijakan akuntansi di Peraturan Bupati Pemerintah Kabupaten Takalar. Laporan keuangan hanya mengungkapkan jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi.
√
67 Pengungkapan aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali
PSAP 07 paragraf 81 Jika aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, hal-hal berikut harus diungkapkan: 1. Dasar peraturan
untuk menilai kembali aset tetap;
2. Tanggal efektif penilaian kembali; 3. Jika ada, nama penilai independen;
Semua hal yang disebutkan dalam PSAP 07 paragraf 81 tidak diungkapkan oleh Pemerintah Kabupaten Takalar, karena Pemerintah Kabupaten Takalar tidak melakukan revaluasi aset tetap.
√
80
No Unsur PP No 71 tahun 2010
Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten
Takalar tahun 2019
Sama
Berbeda
Tidak Releva
n
4) Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukkan biaya pengganti;
5) Nilai tercatat setiap jenis aset tetap.
68 Penyajian aset tetap yang masih dalam masa konstruksi
PSAP 08 paragraf 6 Konstruksidalam pengeijaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai. Perolehan melalui kontrak konstruksi pada umumnya memerlukan suatu periode waktu tertentu. Periode waktu perolehan tersebut bisa kurang atau lebih dari satu periode akuntansi.
Pemerintah Kabupaten Takalar menggolongkan semua pembangunan aset tetap yang melebihi satu periode akuntansi ke dalam konstruksi dalam pengerjaan.
81
No Unsur PP No 71 tahun 2010
Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Takalar tahun 2017
Sama
Berbeda
Tidak Releva
n 19 Pengungkapan
informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas
PSAP 04 paragraf 58-61 Entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan berbasis akrual atas pendapatan dan belanja harus mengungkapkan pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual dan menyajikan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, dan tujuan dari rekonsiliasi adalah untuk menyajikan hubungan antara laporan kinerja keuangan dengan laporan realisasi anggaran.
Informasi mengenai pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungandengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanjadan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas tidak diungkapkan karena Pemerintah Kabupaten Takalar tidak membuat laporan kinerja keuangan yang didalamnya harus menyajikan laporan berbasis akrual atas pendapatan dan belanja. Lagi pula, laporan kinerja keuangan bukan merupakan laporan keuangan pokok yang wajib disajikan, seperti tertuang dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan paragraf 25, yakni laporan keuangan pokok terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
82
Rekap Unsur Keterangan
Sama 1. Penyajian posisi keuangan dalam aset,kewajiban, dan ekuitas dana.
2. Penyajian klasifikasi aset dan kewajiban.
3. Penyajian klasifikasi untuk masing-masing pos dalam aset lancar.
4. Penyajian klasifikasi aset non lancar.
5. Penyajian klasifikasi investasi jangka panjang.
6. Penyajian investasi non permanen.
7. Penyajian klasifikasi investasi permanen.
8. Penyajian dana cadangan. 9. Penyajian klasifikasi aset non
lancar lainnya. 10. Pengakuan aset tetap. 11. Pengukuran aset tetap. 12. Penyajian aset tetap. 13. Penyajian klasifikasi aset
tetap. 14. Biaya perolehan aset
tetap. 15. Penyajian klasifikasi pos-
pos aset tetap. 16. Penilaian awal aset
tetap. 17. Penyajian aset yang
dalam masa konstruksi 18. Pengukuran aset tetap
yang diperoleh dari hibah/sumbangan/donasi.
19. Aset infrastruktur. 20. Penyajian aset tetap
yang dihentikan penggunaannya.
21. Pengungkapan informasi lainnya tentang aset tetap.
22. Penyajian aset tetap yang masih dalam masa konstruksi.
23. Pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul.
Peraturan Pemerintah dan penyajian laporan keuangan tahun 2017 sesuai pencatatannya yang diletakkan dalam kategori yang sama.
83
Berbeda 1. Pengukuran untuk aset tetap
2. Pengakuan aset tetap yang diperoleh dari hibah/sumbangan/donasi
Pada Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010
menyebutkan bahwa selain
tanah dan konstruksi dalam
pengerjaan seluruh aset tetap
disusutkan sedangkan pada
laporan akun akumulasi
penyusutan bersaldo nol
rupiah.
Pada Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010
perolehan dari donasi/hibah
diakui sebagai pendapatan,
sedangkan dilaporan tidak di
akui.
Tidak Relevan 1. Penyajian klasifikasi investasi non permanen.
2. Perolehan aset tetap dengan cara gabungan
Pada Peraturan Pemerintah
disebutkan bahwa investasi
non permanen terdiri dari
pembelian surat utang
Negara, penanaman modal
proyek pembangunan yang
dapat dialihkan kepada pihak
ketiga, sedangkan laporan
keuangan pemerintah
Kabupaten Takalar tidak
memiliki investasi non
permanen.
Pada Peraturan Pemerintah
perolehan dari masing-
masing aset tetap yang
84
3. Perolehan aset tetap melalui pertukaran
4. Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap
5. Pengakuan tanah luar negeri
diperoleh secara gabungan
ditentukan mengalokasikan
harga gabungan, sedangkan
pada laporan keuangan tidak
secara gabungan.
Pada Peraturan Pemerintah
Aset tetap dapat diperoleh
melalui pertukaran atau
pertukaran sebagai aset tetap
yang tidak serupa,
sedangkan pada laporan
keuangan tidak ada yang
diperoleh dari hasil
pertukaran.
Pada Peraturan Pemerintah
penilaian kembali/revaluasi
aset tetap, sedangkan pada
pemerintah kabupaten takalar
tidak dilakukan revaluasi.
Pada Peraturan Pemerintah
pengakuan tanah diluar
negeri hanya dimungkinkan
apabila perjanjiaan
penguasaan, sedangkan
pada pemerintah kabupaten
takalar tidak memiliki tanah
luar negeri.
85
Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas diperoleh bahwa dalam
penyajian akuntansi laporan pertanggungjawaban keuangan Kabupaten Takalar
Tahun 2017 terdapat 23 item yang disajikan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 maka item yang disajikan pada laporan
keuangan Kabupaten takalar adalah sama.
Selanjutnya dalam penyajian laporan keuangan diperoleh ada 2 item
yang penyajiannya berbeda dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 diantaranya yaitu (1) pada PSAP 01 paragraf 66 menyatakan bahwa selain
tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan,
sedangkan pada penyajian laporan keuangan pemerintah Kabupaten takalar
dalam akun akumulasi penyusutan bersaldo nol rupiah. (2) pada PSAP 07
paragraf 49 menyatakan bahwa perolehan aset tetap donasi/hibah diakui sebagai
pendapatan, sedangkan pada penyajian laporan keuangan pemerintah
Kabupaten Takalar tidak mengakui dalam pendapatan aset tetap yg diperoleh
dari donasi/hibah.
Sedangkan yang tidak relevan dengan penyajian akuntansi berdasar
pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 sebanyak 5 item, yaitu: (1)
PSAP 01 paragraf 55, (2) PSAP 07 paragraf 42, (3) PSAP 07 paragraf 43-45, (4)
PSAP 07 paragraf 62-63, (5) PSAP 07 paragraf 58-59.
86
Berikut uraian akuntansi pencatatan pada asset Kabupaten Takalar per
31 Desember 2017 sebagai berikut:
Jumlah di bawah ini merupakan saldo aset tetap per 31 Desember 2017
dengan rincian saldo untuk setiap jenis aset tetap per 31 Desember 2017 dan 31
Desember 2016:
31 Desember 2017
(Rp)
31 Desember 2016
(Rp)
5.A.3.1 Tanah 280.106.544.110,00 250.040.873.156,00
5.A.3.2 Peralatan dan Mesin 260.860.017.683,52 221.696.078.069,05
5.A.3.3 Gedung dan Bangunan 588.512.406.347,44 539.787.236.854,91
5.A.3.4 Jalan, Irigasi dan Jaringan 416.907.436.923,97 456.259.656.455,36
5.A.3.5 Aset Tetap Lainnya 25.246.153.219,01 23.045.876.906,97
5.A.3.6 Konstruksi Dalam
Pengerjaan 10.320.171.631,03 975.107.255,68
5.A.3.7 Akumulasi Penyusutan 0,00 0,00
Jumlah 1.581.952.729.914.97 1.491.804.828.697.97
Pemerintah Kabupaten Takalar melalui Badan Pengelolaan Keuangan
Daerah (BPKD) melakukan rekonsiliasi untuk menentukan nilai aset tetap.
Rekonsiliasi Aset Tetap per 31 Desember 2016 Audit, dilaksanakan dengan
melakukan cross chek antara Laporan Aset SKPD dengan data Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah setelah audit sebagai dasar untuk pencatatan
dalam KIB dan Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2017.
Saldo akhir aset tetap per 31 Desember 2016 Audit sebesar
Rp1.491.804.828.697,97 kemudian setelah dilakukan rekonsiliasi aset tetap
terdapat mutasi tambah dari hasil rekonsiliasi sebesar Rp2.215.969.484,87 dan
87
mutasi kurang dari hasil rekonsiliasi Rp1.640.003.684,87 sehingga diperoleh
saldo awal aset tetap setelah hasil rekonsiliasi sebesar Rp1.492.380.794.497,97.
Adapun rekapitulasi atas rincian mutasi hasil rekonsiliasi Aset Tetap
adalah sebagai berikut:
Aset Tetap Saldo Akhir 2016 Audited (Rp)
Mutasi Tambah Rekonsiliasi (Rp)
Mutasi Kurang Rekonsiliasi(Rp)
Saldo Awal Setetah Rekonsiliasi (Rp)
Tanah 250.040.873.156,00 0,00 0,00 250.040.873.156,00 Peralatan dan Mesin 221.696.078.069,05 1.246.283.567,58 659.366.813,31 222.282.994.823,32 Gedung dan Bangunan 539.787.236.854,91 873.601.516,62 258.291.000,00 540.402.547.371,53
Jalan, Irigasi dan Jaringan
456.259.656.455,36 96.084.400,67 717.213.371,56 455.638.527.484,47
Aset Tetap Lainnya 23.045.876.906,97 0,00 5.132.500,00 23.040.744.406,97 Konstruksi Dalam Pengerjaan
975.107.255,68 0,00 0,00 975.107.255,68
Akumulasi Penyusutan 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah 1.491.804.828.697,97 2.215.969.484,87 1.640.003.684,87 1.492.380.794.497,97
Atas hasil rekonsiliasi tersebut terdapat perbedaan angka antara saldo
aset tetap per 31 Desember 2016 Audit pada 10 SKPD diantaranya Dinas
Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan,
Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
serta Dinas Peternakan, berikut ini rinciannya:
88
No Nama SKPD Saldo Akhir 2016 Audited (Rp)
Mutasi Tambah Rekonsiliasi (Rp)
Mutasi Kurang Rekonsiliasi(Rp)
Saldo Awal Setetah Rekonsiliasi (Rp)
1 Disdikpora 454.389.874.101,83 657.530.000,00 106.165.000,00 454.941.239.101,83
2 DPU 668.429.316.993,52 748.244.110,02 748.244.110,02 668.429.316.993,52
3 Disdukcapil 4.409.662.302,50 35.000.000,00 22.250.000,00 4.422.412.302,50
4 Disbudpar 8.896.481.630,17 8.503.854,94 8.503.854,94 8.896.481.630,17
5 Setda 77.321.985.277,00 13.990.000,00 1.916.700,00 77.334.058.577,00
6 Set DPRD 8.299.834.820,00 145.671.248,00 145.671.248,00 8.299.834.820,00
7 Kec.
Patalassang 756.611.537,00 30.000,00 30.000,00 756.611.537,00 8
Kec. Galesong 851.179.287,00 3.500.000,00 3.500.000,00 851.179.287,00
9 Dinas TPH 3.587.316.799,00 375.847.771,91 381.070.271,91 3.582.094.299,00
10 Dinas
Peternakan 4.604.264.919,33 227.652.500,00 222.652.500,00 4.609.264.919,33
Jumlah
2.215.969.484,87 1.640.003.684,87
Perbedaan angka saldo aset tetap pada Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Kebudayaan dan Kepariwisataan, Sekretariat DPRD, Kecamatan Galesong,
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura serta Dinas Peternakan dikarenakan
adanya reklasifikasi aset tetap. Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
serta Sekretariat Daerah perbedaan angka dikarenakan adanya mutasi antar
SKPD yang belum tercatat. Selain itu terdapat pula perbedaan angka
dikarenakan adanya koreksi pencatatan pada Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Kecamatan Patalassang,
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura serta Dinas Peternakan.
Saldo Aset Tetap per 31 Desember 2017 sebesar
Rp1.581.952.729.914,97 diperoleh dari saldo awal aset tetap hasil rekonsiliasi
ditambah dengan belanja modal, belanja barang dan jasa yang dapat
dikapitalisasi, serta hibah setelah dikurangi adanya mutasi antar SKPD serta
koreksi pencatatan maupun reklasifikasi aset tetap.
89
Adapun rekapitulasi atas rincian mutasi Aset Tetap selama Tahun 2017
adalah sebagai berikut :
Aset Tetap Saldo Awal Setetah
Rekonsiliasi (Rp) Mutasi Tambah 2017
(Rp) Mutasi Kurang 2017
(Rp) Saldo Akhir 2017
(Rp)
Tanah 250.040.873.156,00 32.445.102.565,00 2.379.431.611,00 280.106.544.110,00
Peralatan dan Mesin 222.282.994.823,32 59.176.859.255,26 20.599.836.395,06 260.860.017.683,52
Gedung dan Bangunan 540.402.547.371,53 113.416.163.038,85 65.306.304.062,94 588.512.406.347,44 Jalan, Irigasi dan Jaringan
455.638.527.484,47 41.441.207.548,09 80.172.298.108,59 416.907.436.923,97
Aset Tetap Lainnya 23.040.744.406,97 3.088.827.059,00 883.418.246,96 25.246.153.219,01
Konstruksi Dalam Pengerjaan
975.107.255,68 10.937.795.243,35 1.592.730.868,00 10.320.171.631,03
Jumlah 1.492.380.794.497,97 260.505.954.709,55 170.934.019.292,55 1.581.952.729.914,97
Pada tahun 2017 terdapat Penambahan Aset Tetap sebesar
Rp260.505.954.709,55 diantaranya berasal dari:
- Realisasi belanja modal yang menjadi
aset tetap Tahun 2017. Rp 126.577.282.848,00
- Biaya atribusi selain dari belanja modal Rp 6.109.000,00
- Mutasi masuk antar SKPD Rp 58.866.763.313,49
- Realisasi belanja barang dan jasa Tahun
2017 yang dapat dikapitalisas menjadi aset tetap. Rp 2.848.070.250,00
- Koreksi pencatatan serta reklasifikasi Rp 66.553.065.501,06
- Hibah Rp 5.654.663.797,00
Penambahan aset tetap yang berasal dari hibah terdapat pada 9 SKPD
antara lain Dinas Pekerjaan Umum, BAPPEDA, Dinas Kebudayaan dan
Kepariwisataan, DPPKAD, Kecamatan Patalassang, Kecamatan Galesong,
90
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Kehutanan dan Perkebunan
serta Dinas Kelautan dan Perikanan. Realisasi belanja modal pada tahun 2017
adalah sebesar Rp127.289.721.490,61 dari jumlah tersebut yang dapat diakui
sebagai aset tetap adalah sebesar Rp126.577.282.848,00 selisih sebesar
Rp712.438.642,61 tidak dapat diakui menjadi aset tetap terdapat pada 19 SKPD.
Koreksi tambah pencatatan serta reklasifikasi sebesar
Rp66.553.065.501,06 terdiri dari hasil penilaian sebesar Rp50.938.853.913,00
dari aset yang rusak berat sebesar Rp48.800.000,00 dari aset dalam
penguasaan sebesar Rp642.710.300,00 dari persediaan sebesar
Rp33.720.000,00 dari hasil reklasifikasi sebesar Rp9.250.955.528,32, dan
koreksi pencatatan sebesar Rp5.638.025.759,74. Sedangkan Pengurangan Aset
Tetap pada tahun 2017 sebesar Rp170.934.019.292,55 terdiri dari:
- Mutasi keluar antar SKPD Rp 58.866.592.813,49
- Koreksi pencatatan serta reklasifikasi Rp 28.261.072.844,89
- Hibah Rp 83.806.353.634,17
Pengurangan aset tetap yang berasal dari hibah sebesar
Rp83.806.353.634,17 terdapat pada Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
sebesar Rp5.685.765.368,00 dan Dinas Pekerjaan Umum sebesar
Rp78.120.588.266,17 yang terdiri dari hibah kepada masyarakat sebesar
Rp77.389.496.246,17 berupa jalan dan jembatan dan hibah kepada PDAM
sebesar Rp333.000.000,00 berupa jaringan pipa air minum dan bangunan
gedung sebesar Rp398.092.020,00.
Pada tahun 2017 mekanisme penghapusan atas aset tetap yang rusak
berat adalah melalui proses reklasifikasi aset tetap yang rusak berat ke aset
lainnya, dan jumlah aset tetap yang rusak berat yang direklasifikasi ke aset
91
lainnya sebesar Rp6.750.952.506,61. Pengurangan aset tetap sebesar
Rp249.849.744,00 merupakan aset tetap yang tidak memenuhi batasan minimal
kapitalisasi, tidak dapat diakui dan disajikan sebagai aset tetap sehingga
pencatatannya secara ekstrakomptabel atau barang ekstrakomptabel adalah
mencangkup BMN berupa aset tetap yang tidak memenuhi kriteria kapitalisasi.
Aset Tetap Aset Tetap Rusak Berat/Reklas Ke
Aset Lainnya (Rp)
Reklas Ke Aset Ekstrakomptabel
(Rp)
Koreksi (Rp) Jumlah (Rp)
Tanah 0,00 0,00 1.810.250.011,00 1.810.250.011,00
Peralatan dan Mesin 4.566.752.544,06 48.600.394,00 3.744.734.907,00 8.360.087.845,06
Gedung dan Bangunan 2.044.658.762,55 195.006.300,00 12.559.262.511,89 14.798.927.574,44
Jalan, Irigasi dan Jaringan
125.958.000,00 0,00 517.450.056,43 643.408.056,43
Aset Tetap Lainnya 13.583.200,00 6.243.050,00 863.591.996,96 883.418.246,96
Konstruksi Dalam Pengerjaan
0,00 0,00 1.592.730.868,00 1.592.730.868,00
Jumlah 6.750.952.506,61 249.849.744,00 21.088.020.351,28 28.088.822.601,89
Koreksi kurang sebesar Rp21.088.020.351,28 terdiri dari koreksi kurang
atas hasil penilaian sebesar Rp8.050.345.278,00 koreksi kurang ke aset tak
berwujud sebesar Rp121.068.000,00 koreksi kurang ke persediaan sebesar
Rp2.500.000,00 reklasifikasi sebesar Rp6.249.423.743,32 serta koreksi
pencatatan sebesar Rp6.664.683.329,96.
92
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dari hasil analisis, terdapat 23 paragraf yang sama dengan penyajian
neraca Pemerintah Kabupaten Takalar artinya 23 paragraf ini sesuai, dan
terdapat 2 paragraf yang berbeda penyajiannya dengan neraca Pemerintah
Kabupaten Takalar, yaitu paragraf 49, paragraf 66, artinya 2 paragraf ini tidak
sesuai. Sisanya adalah paragraf yang tidak relevan yang berjumlah 5 paragraf,
yaitu paragraf 42, paragraf 43-45, paragraph 55, paragraf 58-59, paragraf 62-63.
Ketidaksesuaian yang pertama ada pada paragraf 49 yaitu, perolehan
aset tetap melalui donasi/hibah tidak diakui sebagai pendapatan pemerintah
dalam laporan realisasi anggaran, dan pengeluaran aset tetap sebagai hibah dari
Pemerintah Kabupaten Takalar kepada pihak lain juga tidak diakui sebagai
belanja modal dalam laporan realisasi anggaran, karena dalam paragraf 49
disebutkan bahwa perolehan aset tetap melalui donasi/hibah diakui sebagai
pendapatan pemerintah dan jumlah yang sama juga diakui sebagai belanja
modal dalam laporan realisasi anggaran.
Ketidaksesuaian kedua adalah paragraf 50-52 yang mengatur tentang
pengungkapan kebijakan kapitalisasi biaya. Paragraf 50-52 berbunyi
pengeluaran yang dapat dikapitalisasi merupakan pengeluaran setelah
perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang
kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dan
mengenai batasan jumlah biaya kapitalisasi harus diterapkan secara konsisten
dan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, namun dalam catatan
atas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Takalar terdapat realisasi belanja
barang dan jasa tahun 2017 yang dapat dikapitalisasi menjadi aset tetap yang
nilainya ditambahkan pada nilai aset tetap, namun kebijakan mengenai batasan
93
kapitalisasi biaya tidak diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
Pemerintah Kabupaten Takalar, tetapi diungkapkan dalam kebijakan akuntansi di
Peraturan Bupati Pemerintah Kabupaten Takalar.
Ketidaksesuaian ketiga terdapat pada paragraf 53-57 yang mengatur
tentang pengukuran berikutnya untuk aset tetap. Inti paragraf 53-57 adalah aset
tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi
akumulasi penyusutan, karena selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan,
seluruh aset tetap disusutkan, namun dalam neraca akun akumulasi penyusutan
tahun 2017 bersaldo nol rupiah, dan dalam catatan atas laporan keuangan
Pemerintah Kabupaten Takalar disebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten
Takalar tidak menerapkan aturan mengenai penyusutan.
Ketidaksesuaian yang selanjutnya ada di paragraf 79 dan 80. PSAP 07
paragraf 80 menjelaskan bahwa laporan keuangan juga harus mengungkapkan
eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap.
Paragraf yang tidak relevan dalam PSAP 07 adalah paragraf 42, paragraf
43-45, paragraph 55, paragraf 58-59, paragraf 62-63, penjelelasanya adalah
sebagai berikut:
1. Paragraf 42 tentang perolehan aset tetap dengan cara gabungan, namun
semua aset tetap Pemerintah Kabupaten Takalar yang diperoleh dalam tahun
2017 tidak secara gabungan, artinya paragraf 42 tidak relevan.
2. Paragraf 43-45 tentang perolehan aset tetap melalui pertukaran, tetapi aset
tetap Pemerintah Kabupaten Takalar dalam tahun 2017 tidak ada yang
diperoleh dari hasil pertukaran, maka paragraf 43-45 tidak relevan.
3. Paragraf 58-59 tentang penilaian kembali atau revaluasi aset tetap, namun
Pemerintah Kabupaten Takalar tidak melakukan revaluasi aset tetap dalam
94
tahun 2017, maka mengenai hal ini tidak diungkapkan oleh Pemerintah
Kabupaten Takalar l, berarti paragraf 58-59.
4. Paragraf 62-63 tentang pengakuan tanah diluar negeri, namun Pemerintah
Kabupaten Takalar tidak memiliki tanah diluar negeri, hal ini juga tidak
relevan.
5. Paragraf 64-71 tentang aset bersejarah, Pemerintah Kabupaten Takalar
sebenarnya memiliki aset bersejarah, namun pengelolaannya dilakukan oleh
Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten Takalar juga belum
mengakui kepemilikan aset bersejarah yang ada dikawasan Takalar, dengan
kata lain aturan ini tidak relevan.
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data laporan keuangan
Pemerintah Kabupaten Takalar tahun 2017 dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Kabupaten Takalar dalam
melakukan pencatatan dan pelaporan belanja modal aset tetap berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 terdapat 2 penyajian akuntansi
yang berbeda diantaranya paragraf 49 dan paragraf 66. Selanjutnya Item yang
tidak relevan dalam penyajian akuntansi terdapat 5 item yaitu paragraf 42,
paragraf 43-45, paragraf 55, paragraf 58-59, dan paragraf 62-63. Selebihnya
penyajian akuntansi pada laporan keuangan sudah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No.71 tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis
Akrual.
96
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah ditemukan
diatas, maka dapat diberikan saran-saran yang nantinya diharapkan dapat
memperbaiki ataupun menyempurnakan penerapan SAP Berbasis Akrual pada
BPKD kabupaten Takalar. Adapun saran-saran yang dimaksud adalah:
1. Untuk tahun-tahun berikutnya hendaknya Badan Pengelola Keuangan
Daerah Kabupaten Takalar dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah
berpedoman sepenuhnya pada peraturan-peraturan pemerintah yang
berlaku, agar pengelolaan keuangan daerah dapat terwujud dengan efektif
dan laporan keuangan yang disajikan dapat berguna bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dengan laporan keuangan tersebut.
2. Perlu adanya Sumber Daya Manusia pada Badan Pengelola Keuangan
Daerah Kabuptaen Takalar yang memiliki spesialisasi dan kemampuan
dalam rangka pengelolaan pencatatan dan pelaporan keuangan. Sumber
Daya Manusia ini dapat diperoleh melalui penerimaan pegawai dengan
kualifikasi dibidang akuntansi yang memadai serta mengikuti pelatihan-
pelatiahan dan bimbingan teknis untuk pegawai yang sudah ada.
97
DAFTAR PUSTAKA
Arif, S.D. 2018. Pelaksanaan Akuntansi Aset Tetap Pada Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (Bpkad) Kota Palopo, (Online), Vol.3, No.4, (http://lp3m.stieamkop.ac.id, diakses 14 Maret 2019)
Bastian, Indra. 2010 Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Erlangga: Jakarta
Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah, 2005, Standar Akuntansi Pemerintah, Sinar Garfika: Jakarta
Mardiasmo. 2018 Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Edisi 3. IKAPI: Yogyakarta
Mahsun,Moh., Sulistyowati, Firma., Purwanugraha, H.A. 2015 Akuntansi Sektor Publik, BPFE: Yogyakarta
Massie, J.B. 2016. Analisis Pencatatan dan Pelaporan Belanja Langsung dan Beban Pada Dinas Tenaga Kerja, (Online), Vol.4, No.2, (https//ejournal.unsrat.ac.id, diakses 14 Maret 2019)
Nadya,. Susanti.E., Juanda.D. 2018. Analisis Pencatatan dan Pelaporan Belanja Modal Pada Unit Pelaksana Teknis dinas Pusat Pengembangan Mutu Guru (PPMG), (Online), Vol.6, No.1, (http://download.garuda.ristekdikti.go.id, diakses 17 Maret 2019)
Nazir,M., 2014. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia
Pajouw, R.V. 2015. Analisis Pencatatan dan Pelaporan Keuangan Pada Unit Pelaksana Teknis, (Online), Vol.3, No.1, (https://media.neliti.com,diakses 15 Maret 2019)
Peraturan Menteri Dalam Nomor 21 Tahun 2011, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Jakarta
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Standar akuntansi Pemerintah, Jakarta
Rumbaru,S., Elim,I., Kalalo, M.Y. 2018. Penerapan Akuntansi Penyusutan Aset Tetap Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 07 Pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Suawesi Utara, (Online), Vol.13, No.2, (https//ejournal.unsrat.ac.id, diakses 16 Maret 2019)
98
Sugiyono., 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Bandung
Sugiyono., 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Bandung
Suwanda, Dadang. 2015. Sistem Pemerintahan Akuntansi Daerah. PPM: Jakarta
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Jakarta.
99
BIOGRAFI PENULIS
SYAMSINAR panggilan Inhar lahir di Takalar pada tanggal
02 juli 1997 dari pasangan suami istri Bapak Syamsuddin
dan Ibu Sawiah. Peneliti adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara.
Peneliti sekarang bertempat tinggal di jl. H. Burhan Dg.
Takko Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu SD Inpres 104 Maradekaya
lulus Pada Tahun 2009, SMP Negeri 2 Takalar lulus pada tahun 2012, SMA
Negeri 3 Takalar lulus pada tahun 2015, dan mulai tahun 2015 penulis
melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi di Kampus Universitas
Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program
Studi Akuntansi. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Makassar selama 4 tahun 6 bulan dan selesai pada tahun 2020.