Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa ada pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data dan informasi yang berharga dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan benar. Jadi, data dan informasi merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi, karena data dan informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau perkembangan organisasi tersebut. Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi dinas kesehatan kota dan Sitem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas juga merupakan pondasi dari data kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya sebuah informasi yang akurat, representatif dan reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis, dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan progam dan perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas, dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas. Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan terpadu puskesmas atau 1

Transcript of Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

Page 1: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa ada

pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan

terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data dan informasi

yang berharga dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan benar. Jadi, data dan

informasi merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi, karena data dan

informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau perkembangan organisasi tersebut.

Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi dinas kesehatan

kota dan Sitem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas juga merupakan pondasi dari

data kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya sebuah informasi yang akurat, representatif

dan reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan kesehatan. Setiap

program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis, dan dibuat

laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan progam dan

perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas,

dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas.

Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan terpadu

puskesmas atau yang disbut dengan system pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas

(SP2TP).

1.2. Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai kegiatan surveilans, pencatatan dan pelaporan data

surveilans di Puskesmas Pauh serta permasalahan yang ada dalam rangkaian kegiatan

tersebut.

1.3. Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan surveilans, pencatatan

dan pelaporan data surveilans di Puskesmas Pauh serta permasalahan yang ada dalam

rangkaian kegiatan tersebut dan sebagai salah satu syarat menjalankan kepaniteraan klinik di

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

1

Page 2: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada berbagai

literatur, analisis, dan diskusi.

2

Page 3: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

BAB II

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS

2.1. PENGERTIAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU

PUSKESMAS (SP2TP)

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) merupakan instrumen vital dalam

sistem kesehatan. Informasi tentang kesakitan, penggunaan pelayanan kesehatan di

puskesmas, kematian, dan berbagai informasi kesehatan lainnya berguna untuk pengambilan

keputusan dan pembuatan kebijakan di tingkat kabupaten atau kota maupun kecamatan.

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas adalah kegiatan pencatatan dan

pelaporan data umum, sarana, tenaga, dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang

ditetapkan melalui SK MENKES/SK/II/1981. Data SP2PT berupa Umum dan demografi,

Ketenagaan, Sarana, Kegiatan pokok Puskesmas. Menurut Yusran (2008) Sistem Pencatatan

dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan pencatatan dan pelaporan

puskesmas secara menyeluruh (terpadu) dengan konsep wilayah kerja puskesmas. Sistem

pelaporan ini ini diharapkan mampu memberikan informasi baik bagi puskesmas maupun

untuk jenjang administrasi yang lebih tinggi, guna mendukung manajemen kesehatan. SP2TP

adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan

kesehatan di Puskesmas yang bertujuan agar didapatnya semua data hasil kegiatan Puskesmas

(termasuk Puskesmas dengan tempat tidur, Puskesmas Pembantu, Puskesmas keliling, bidan

di Desa dan Posyandu) dan data yang berkaitan, serta dilaporkannya data tersebut kepada

jenjang administrasi diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna

menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas merupakan sumber

pengumpulan data dan informasi ditingkat puskesmas. Segala data dan informasi baik faktor

utama dan tenaga pendukung lain yang menyangkut puskesmas untuk dikirim ke pusat serta

sebagai bahan laporan untuk kebutuhan. Menurut Bukhari Lapau (1989) data yang dikumpul

oleh puskesmas dan dirangkum kelengkapan dan kebenaranya. Sistem Pencatatan dan

Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) ialah laporan yang dibuat semua puskesmas

pembantu, posyandu, puskesmas keliling bidan-bidan desa dan lain-lain yang termasuk dalam

wilayah kerja puskesmas. Pencatatan dan pelaporan mencangkup: b.1: Data umum dan

demografi wilayah kerja puskesmas, b.2: Data ketenagaan puskesmas, dan b.3: Data sarana

yang dimiliki puskesmas.

3

Page 4: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal: (1) pencatatan,

pelaporan, dan pengolahan; (2) analisis; dan (3) pemanfaatan. Pencatatan hasil kegiatan oleh

pelaksana dicatat dalam buku-buku register yang berlaku untuk masing-masing program.

Data tersebut kemudian direkapitulasikan ke dalam format laporan SP3 yang sudah

dibukukan. Koordinator SP3 di puskesmas menerima laporan-laporan dalam format buku tadi

dalam 2 rangkap, yaitu satu untuk arsip dan yang lainnya untuk dikirim ke koordinator SP3 di

Dinas Kesehatan Kabupaten. Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten meneruskan ke

masing-masing pengelola program di Dinas Kesehatan Kabupaten. Dari Dinas Kesehatan

Kabupaten, setelah diolah dan dianalisis dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan

Provinsi dan seterusnya dilanjutkan proses untuk pemanfaatannya. Frekuensi pelaporan

sebagai berikut: (1) bulanan; (2) tribulan; (3) tahunan. Laporan bulanan mencakup data

kesakitan, gizi, KIA, imunisasi, KB, dan penggunaan obat-obat. Laporan tribulanan meliputi

kegiatan puskesmas antara lain kunjungan puskesmas, rawat tinggal, kegiatan rujukan

puskesmas pelayanan medik kesehatan gigi. Laporan tahunan terdiri dari data dasar yang

meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan lingkungan, peran serta masyarakat dan lingkungan

kedinasan, data ketenagaan puskesmas dan puskesmas pembantu. Pengambilan keputusan di

tingkat kabupaten dan kecamatan memerlukan data yang dilaporkan dalam SP3 yang bernilai,

yaitu data atau informasi harus lengkap dan data tersebut harus diterima tepat waktu oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan diinformasikan.

Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi dinas

kesehatan kota dan Sitem Pencatatan dan Pelaporan Terpadi Puskesmas juga merupakan

fondasi dari data kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya sebuah informasi yang akurat,

representatif dan reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan

kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat,

dianalisis dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan

progam dan perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas,

dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas.

Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan terpadu

puskesmas atau yang disbut dengan system pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas

(SP2TP).

Muninjaya (2004) berpendapat bahwa “untuk pengembangan efektifitas Sistem

Informasi Manajemen Puskesmas, standar mutu (Input, Proses, Lingkungan dan Output)

perlu dikaji dan dirumuskan kembali, masing-masing komponen terutama proses pencatatan

dan pelaporannya perlu ditingkatkan”.

4

Page 5: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

2.2. TUJUAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU

PUSKESMAS (SP2TP)

Tujuan SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas) adalah agar

semua data hasil kegiatan Puskesmas dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang diatasnya

sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya

kesehatan masyarakat.

Tujuan Umum:

Meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya

guna melalui pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan informasi lain yg menunjang.

Tujuan Khusus:

Sebagai dasar penyusunan perencanaan tingkat Puskesmas.

Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas

(Lokakarya mini)

Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas

Untuk mengatasi berbagai kegiatan hambatan pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas

2.3. JENIS PENCATATAN TERPADU PUSKESMAS

Pencatatan kegiatan harian progam puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di luar

gedung.

Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas

Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas adalah semua data yang diperoleh

dari pencatatan kegiatan harian progam yang dilakukan dalam gedung puskesmas

seperti tekanan darah, laboratorium, KB dan lain-lain. Pencatatan dan pelaporan ini

menggunakan: family folder, kartu indeks penyakit, buku register dan sensus harian.

Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas

Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas adalah data yang dibuat

berdasarkan catatan harian yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas seperti

Kegiatan progam yandu, kesehatan lingkungan, UKS, dan lain-lain. Pencatatan dan

Pelaporan ini menggunakan kartu register dan kartu murid.

Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan

terpadu puskesmas atau yang disebut dengan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu

Puskesmas (SP2TP). SP2TP ini dikirim ke dinas kesehatan Kabupaten atau kota setiap awal

bulan, kemudian ke Dinas Kesehatan kabupaten atau kota mengolahnya dan mengirimkan

5

Page 6: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

umpan baliknya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan Pusat. Umpan balik

tersebut harus dikirimkan kembali secara rutin ke Puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi

keberhasilan progam. Namun sejak otonomi daerah dilaksanakan puskesmas tidak punya

kewajiban lagi mengirimkan laporan ke Departemen Kesehatan Pusat tetapi dinkes

kabupaten/kota lah yang berkewajiban menyampaikan laporan rutinnya ke Departemen

Kesehatan Pusat.

2.4. JENIS PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS

Ada beberapa jenis laporan yang dibuat oleh Puskesmas antara lain:

a. Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu.

b. Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang ditanggulangi

c. Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin progam.

Laporan jenis ini ada 4 jenis yaitu:

LB1, berisi data kesakitan

LB2, berisi data kematian

LB3, berisi data progam gizi, KIA, KB, dll

LB4, berisi data obat-obatan

Bentuk Formulir Pelaporan

a. Formulir LB: untuk data kesakitan dan obat dengan LPLPO

b. Formulir LT: untuk data kegiatan

c. Formulir LS: untuk data sarana, kegiatan dan kematian

d. LB1: laporan data kesakitan

Kasus lama

Kasus baru

e. LB2: laporan data kematian (tidak dipakai)

laporan obat-obatan (LPLPO)

f. LB3

Gizi

KB

Imunisasi

KIA

Pengamatan Penyakit Menular, seperti: diare, malaria, DBD, TB Paru, Kusta, Filaria,

ISPA, Rabies dan lain-lain.

g. LB4

6

Page 7: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

Kunjungan Puskesmas

Kehatan Olahraga

Kesehatan Sekolah

Rawat Tinggal

Dll

h. LT: laporan kegiatan Puskesmas (tribulan)

LT 1

Keadaan sarana Puskesmas

Dasar UKS

Kesehatan Lingkungan

Kesehatan Jiwa

Program Pendidikan dan Pelatihan

Program Pemberantasan Penyakit dan Gizi

LT 2 (kepegawaian)

Tenaga PNS di Puskesmas

Tenaga PTT di Puskesmas

Tenaga PNS di Puskesmas Pembantu

LT 3 (peralatan)

Linen

Peralatan Laboratorium

Peralatan untuk Kesehatan Gigi

Peralatan untuk Penyuluhan

Peralatan untuk Tindakan Medis dan Non Medis

i. Laporan data dasar Puskesmas

LSD1: data kependudukan, fasilitas pendidikan, kesehatan, lingkungan dan peran

serta)

LSD2: ketenagaan Puskesmas dan Puskesma Pembantu

LSD3: peralatan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

Ada juga jenis laporan lain seperti laporan triwulan, laporan semester, dan laporan

tahunan yang mencakup data kegiatan progam yang sifatnya lebih komprehensif disertai

penjelasan secara naratif. Yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan semua jenis data

yang telah dibuat dalam laporan sebagai masukan atau input untuk menyusun perencanaan

puskesmas (micro planning) dan lokakarya mini puskesmas (LKMP).

Analisis data hasil kegiatan progam puskesmas akan diolah dengan menggunakan statistik

7

Page 8: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

sederhana dan distribusi masalah dianalisis menggunakan pendekatan epidemiologis

deskriptif. Data tersebut akan disusun dalam bentuk tabel dan grafik informasi kesehatan dan

digunakan sebagai masukan untuk perencanaan pengembangan progam puskesmas. Data

yang digunakan dapat bersumber dari pencatatan masing-masing kegiatan progam kemudian

data dari pimpinan puskesmas yang merupakan hasil supervisi lapangan.

2.5. PROSEDUR PENGISIAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN

TERPADU PUSKESMAS (SP2TP)

Prosedur pengisian SP2TP, yaitu:

a. Formulir SP2TP mengacu pada formulir cetakan 2006 baik bulanan maupun tahunan.

b. Pada formulir SP2TP diisi oleh masing-masing penanggung jawab program.

c. Penanggung jawab program bertangung jawab penuh terhadap kebenaran data yang ada.

d. Hasil akhir pengisian data di ketahui oleh kepala puskesmas.

e. Di dalam pengentrian ke komputer dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk atau staf

pengelola program bersangkutan.

f. Data pada formulir SP2TP agar diarsipkan sebagai bukti didalam pertangungjawaban

akhir minimal 2 tahun.

g. Semua data diisi berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas.

2.6. PENGORGANISASIAN PUSKESMAS

Pengorganisasian tingkat puskesmas didefinisikan sebagai proses penetapan

pekerjaan-pekerjaan pokok untuk dikerjakan, pengelompokan pekerjaan, pendistribusian

otoritas/wewenang dan pengintegrasian semua tugas-tugas dan sumber-sumber daya untuk

mencapai tujuan puskesmas secara efektif dan efisien. Secara aplikatif pengorganisasian

tingkat puskesmas adalah pengaturan pegawai puskesmas dengan mengisi struktur organisasi

dan tata kerja (SOTK) puskesmas yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

disertai dengan pembagian tugas dan tanggung jawab serta uraian tugas pokok dan fungsi

(Tupoksi), serta pengaturan dan pengintegrasian tugas dan sumber daya puskesmas untuk

melaksanakan kegiatan dan program puskesmas dalam rangka mencapai tujuan puskesmas.

Berdasarkan definisi tersebut, fungsi pengorganisasian Puskesmas merupakan alat untuk

memadukan (sinkronisasi) dan mengatur semua kegiatan yang dihubungkan dengan

personil/pegawai, finansial, material, dan metode puskesmas untuk mencapai tujuan

8

Page 9: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

puskesmas yang telah disepakati bersama antara pimpinan dan pegawai puskesmas.

Pengorganisasian Puskesmas meliputi hal-hal berikut:

a. Cara manajemen Puskesmas merancang struktur formal Puskesmas untuk penggunaan

sumber daya Puskesmas secara efisien,

b. Bagaimana Puskesmas mengelompokkan kegiatannya, dimana setiap

pengelompokkan diikuti penugasan seorang penanggung jawab program yang diberi

wewenang mengawasi stafnya.

c. Hubungan antara fungsi, jabatan, tugas, dan pegawai Puskesmas.

d. Cara pimpinan Puskesmas membagi tugas yang harus dilaksanakan dalam unit kerja

dan mendelegasikan wewenang untuk mengerjakan tugas tersebut.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004, bahwa

untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas, perlu dilakukan pengorganisasian.

Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan. Pertama, pengorganisasian berupa

penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap

satuan wilayah kerja. Dengan perkataan lain, dilakukan pembagian habis seluruh program

kerja dan seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas puskesmas dengan

mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya. Penentuan para penanggungjawab ini

dilakukan melalui pertemuan penggalangan tim pada awal tahun kegiatan. Kedua,

pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara lintas sektoral. Ada dua bentuk

penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan:

a. Penggalangan kerjasama dalam bentuk dua pihak, yakni antara dua sektor terkait,

misalnya antara puskesmas dengan sektor tenaga kerja pada waktu menyelenggarakan

upaya kesehatan kerja.

b. Penggalangan kerjasama dalam bentuk banyak pihak, yakni antar berbagai sektor

terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor agama, sektor

kecamatan pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan sekolah.

c. Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan:

d. Secara langsung yakni antar sektor-sektor terkait.

e. Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi kecamatan

(Keputusan Menteri Kesehatan, 2004).

Ada 2 (dua) hal yang perlu pengorganisasian tingkat Puskesmas, yakni: (1)

Pengaturan berbagai kegiatan yang ada di dalam RO (Rancangan Operasional) Puskesmas,

sehingga membentuk satu kesatuan program yang terpadu dan sinergi untuk mencapai tujuan

9

Page 10: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

Puskesmas, dan (2) Pengorganisasian pegawai Puskesmas, yaitu pengaturan tugas dan

tanggung jawab setiap pegawai Puskesmas, sehingga setiap kegiatan dan program

mempunyai penanggung jawabnya. Dengan memahami fungsi pengorganisasian Puskesmas

akan lebih memudahkan mempelajari fungsi penggerakan dan pelaksanaan

(actuating/aktuasi) dan akan diketahui gambaran pembimbingan dan pengarahan yang

diperlukan oleh pegawai Puskesmas sesuai dengan pembagian tugas dan tanggung jawab

(Sulaeman, 2009).

Untuk kelancaran kegiatan SP2TP di Puskesmas, maka dibentuk pengorganisasian

yang terdiri dari:

a. Penanggung Jawab (Kepala Puskesmas)

Tugas penanggung jawab adalah memberikan bimbingan kepada koordinator SP2TP

dan para pelaksana kegiatan di Puskesmas.

b. Koordinator (Petugas yang ditunjuk Kepala Puskesmas)

Koordinator SP2TP bertugas:

Mengumpulkan laporan dari masing-masing pelaksana kegiatan.

Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan bulanan SP2TP dan

mengirimkan laporan tersebut ke DInas Kesehatan Dati II paling lambat tanggal

10 bulan berikutnya.

Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan tahunan SP2TP dan

mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Dati II paling lambat 31 Januari tahun

berikutnya.

Menyimpan arsip laporan SP2TP dari masing-masing pelaksana kegiatan.

Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan SP2TP kepada Kepala

Puskesmas.

Mempersiapkan pertemuan berkala setiap 3 bulan yang dipimpin oleh Kepala

Puskesmas dengan pelaksanaan kegiatan untuk menilai pelksanaan kegiatan

SP2TP.

c. Anggota (Pelaksana Kegiatan di Puskesmas)

d. Pelaksana kegiatan SP2TP bertugas:

Mencatat setiap kegiatan pada kartu individu dan register yang ada.

Mengadakan bimbingan terhadap Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.

Melakukan rekapitulasi data dari hasil pencatatan dan laporan Puskesmas

Pembantu serta Bidan di Desa menjadi laporan kegiatan yang menjadi tanggung

10

Page 11: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

jawabnya. Hasil dari rekapitulasi ini merupakan bahan untuk mengisi/membuat

laporan SP2TP.

Setiap tanggal 5 mengisi/membuat laporan SP2TP dari hasil kegiatan masing-

masing dalam 2 rangkap dan disampaikan kepada coordinator SP2TP Puskesmas.

Dengan rincian satu rangkap untuk arsip coordinator SP2TP Puskesmas dan satu

rangkap oleh Koordinator SP2TP Puskesmas disampaikan ke Dinas Kesehatan

Dati II.

Mengolah dan memanfaatkan data hasil rekapitulasi untuk tindak lanjut yang

diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan yang menjadi tanggung

jawabnya.

Bertanggung jawab atas kebenaran isi laporan kegiatannya.

BAB III

PEMBAHASAN

11

Page 12: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

3.1 Analisis Situasi

3.1.1 Keadaan Geografis

Puskesmas Pauh terletak di kecamatan Pauh dengan wilayah kerja meliputi 9 kelurahan

dengan luas 146,2 Km2dengan batas-batas sebagai berikut7:

Sebelah Utara : Kecamatan Koto Tangah dan Kab Solok

Sebelah Selatan : Kecamatan Lubuk Kilangan dan Lubuk Begalung

Sebelah Barat : Kecamatan Padang timur dan Kuranji

Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk kilangan dan Kab solok

3.1.2 Keadaan Demografi

Data kependudukan Kecamatan Padang Timur sebagai wilayah kerja Puskesmas

Andalas adalah7 :

Tabel 1. Distribusi Penduduk Menurut KelurahanNO KELURAHAN JUMLAH

1 Kelurahan pisang 6741

2 Kelurahan Binuang Kp Dalam 5617

3 Kelurahan Piai tangah 4405

4 Kelurahan cupak tangah 7863

5 Kelurahan Kapalo Koto 5841

6 Kelurahan Koto Luar 6955

7 Kelurahan Lambung Bukit 3123

8 Kelurahan Limau Manis Selatan 8263

9 Kelurahan Limau Manis 4861

Jumlah 53669

12

Page 13: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

3.1.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan

Wilayah Kerja Puskesmas Pauh sangat luas, oleh karena itu untuk melayani masyarakat,

Puskesmas Andalas memiliki 1 buah Puskesmas induk, dan 5 buah Puskesmas pembantu dan

3 buah Poskeskel yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Pauh, yaitu7:

1. Puskesmas Pembantu Batu Busuk

2. Puskesmas Pembantu Pisang

3. Puskesmas Pembantu Piai Tangah

4. Puskesmas Pembantu Ulu Gadut

5. Puskesmas Pembantu Jawa Gadut

6. Poskeskel Limau Manis Selatan

7. Poskeskel Koto Lua

8. Poskeskel Pisang

Untuk kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat, Puskesmas Pauh mempunyai :

1 buah kendaraan roda empat ( Puskel )

5 buah kendaraan roda dua

Sarana kesehatan lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas yaitu :

Klinik Swasta bersalin : 1

Dokter Praktek Umum : 3

Dokter Praktek Gigi : 2

Bidan Praktek Swasta : 8

Posyandu Balita : 70

Posyandu Lansia : 12

3.1.4 Tenaga Kesehatan Puskesmas Pauh

Puskesmas Pauh mempunyai tenaga kesehatan yang bertugas di dalam gedung induk

dan Puskesmas Pembantu. dengan rincian :

Tabel 2. Komposisi Ketenagaan yang ada di Puskesmas Pauh

13

Page 14: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

NO JENIS KETENAGAAN JML

1. Dokter Umum 2

2. Dokter Gigi 1

3. Sarjana Keperawatan 1

4. Rekam Medik 1

4. Akademi Perawat 12

5. Akademi Bidan 15

6. Pengatur Gizi / AKZI 4

7. Perawat 6

8. Bidan 2

9. Perawat Gigi 1

10. Sanitarian 2

11. Asisten Apoteker 3

12. Analis 1

13. SMU 4

Jumlah 54

3.2 Kegiatan Surveilans di Puskesmas Pauh

3.2.1 Tujuan Surveilans

Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan penyakit menular dan degeneratif di

Puskesmas Pauh

Tujuan Khusus

1. Untuk memonitor kecenderungan penyakit endemik

2. Mendeteksi KLB, letusan, wabah (epidemi)

3. Untuk evaluasi intervensi

4. Memonitor kemajuan pengendalian

5. Memonitor kinerja program

6. Prediksi KLB, letusan, wabah (epidemi)

7. Memperkirakan dampak masa depan dari penyakit

14

Page 15: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

Dari tujuan umum surveilans Puskesmas Pauh terlihat bahwa ruang lingkup kegiatan

surveilans di Puskesmas hanya pada surveilans penyakit menular dan penyakit tidak menular.

Surveilans belum merambah pada ruang lingkup surveilans epidemiologi kesehatan

lingkungan dan prilaku, masalah kesehatan, dan kesehatan matra.

Untuk tujuan khusus kegiatan surveilans di Puskesmas Pauh, secara umum, tujuan-

tujuan tersebut sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Kemenkes dan rumusan para

ahli, tetapi berdasarkan hasil observasi dan analisa yang dilakukan oleh penulis tidak semua

tujuan tercapai. Hal ini akan dibicarakan lebih lanjut pada pembahasan berikutnya.

3.2.2 Sumber Daya Surveilans

a. Sumber Daya Manusia ( Petugas Surveilans )

Puskesmas Pauh saat ini memiliki satu orang petugas surveilans dengan latar

belakang belakang pendidikan Diploma III (AmK). Merujuk kepada Kepmenkes

Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem

Surveilans Epidemiologi Kesehatan tenaga surveilans pada tingkat puskesmas

adalah seorang epidemiolog terampil. Petugas ini mulai bekerja di Puskesmas Pauh

menjadi pemegang program surveilans semenjak tahun 2010. Sudah lama tidak

mengikuti pelatihan surveilans.

Berdasarkan keterangan petugas yang dimaksud jumlah petugas yang

menggawangi program surveilans saat ini tidak menjadi kendala dalam menjalankan

kegiatan program surveilans. Untuk pelatihan surveilans dirasakan memang sangat

dibutuhkan, sebagai penyegaran ilmu dalam menjalankan tugas.

b. Sarana Pendukung

Jalannya kegiatan surveilans di Puskesmas Pauh sudah memiliki sarana berupa

paket pedoman pelaksanaan epidemiologi kesehatan, paket formulir pencatatan,

paket peralatan pelaksanaan surveilans epidemiologi, dan satu unit kendaraan

bermotor roda dua. Sarana tersebut sebagian besar sudah memenuhi kriteria

ketersediaan sarana surveilans untuk tingkat rumah sakit atau puskesmas

berdasarkan Kepmenkes Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003. Kepmenkes

tersebut juga mewajibkan tersedianya satu paket komputer, satu paket alat

komunikasi, dan satu paket kepustakaan.

15

Page 16: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

3.2.3 Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data surveilans di Puskesmas Pauh sebagian besar

menggunakan metoda surveilans pasif. Petugas surveilans hanya menunggu laporan

kasus baru/lama dari tenaga medis/para medis di balai pengobatan, pustu, posyandu,

atau tempat pelayanan kesehatan lainnya di wilayah kerja Puskesmas Pauh. Petugas

surveilans hanya tinggal mencatat dan menjumlahkan saja.

Metoda surveilans pasif relatif tidak akurat, walaupun dalam format pelaporan yang

dibuat sudah diuraikan tentang definisi ataupun batasan-batasan yang dibutuhkan, tetapi

seringkali para tenaga medis terlalu sibuk dan tidak merasakan kepentingannya untuk

turut berpartisipasi dalam kegiatan surveilans, sehingga sering terjadi perbedaan

persepsi ataupun tidak terlaporkan walaupun ditinjau dari aspek biaya metode ini lebih

murah8.

Apabila penyakit yang dilaporkan ditulis di formulir W1 (KLB/potensial KLB),

maka wajib hukumnya dalam waktu 1 x 24 jam dilakukan penyelidikan epidemiologi.

Pada proses pengumpulan data ini, relatif tidak ditemukan masalah yang berarti.

Pemegang program menjalankan kordinasi yang baik dengan petugas terkait lainnya

dalam mengumpulkan data. Pencatatan juga dilaksanakan dengan baik dan rapi di

formulir pencatatan yang telah ditentukan.

3.2.4 Pengolahan, Analisis, dan Interpretasi Data

Berdasarkan pedoman STP Puskesmas, untuk data yang sudah berhasil

dikumpulkan, petugas surveilans melakukan pengolahan dan analisis bulanan terhadap

penyakit potensial KLB di daerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan

grafik kecenderungan penyakit mingguan serta menginterpretasikan analisis tersebut

dalam bentuk kesimpulan sebagai landasan rekomendasi untuk dilakukannya intervensi

oleh pihak yang berwenang.

Setiap tahunnya petugas surveilans puskesmas juga wajib melaksanakan analisis

tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan faktor risiko,

perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program. Puskesmas

memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan perencanaan Puskesmas,

informasi program dan sektor terkait serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota6.

16

Page 17: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

Di Puskesmas Pauh, petugas surveilans tidak menjalankan fungsi ini dengan

memuaskan. Analisis dilakukan hanya dengan membaca data yang sudah diolah dalam

bentuk tabel, grafik, namun belum dalam bentuk peta sebaran. Analisis seperti ini akan

membingungkan dan dengan memasukkan faktor kapasitas petugas yang bukan

merupakan seorang epidemiolog terampil maka bisa diperkirakan hasil interpretasi yang

dihasilkan tidak tajam.

Grafik 1. 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Pauh tahun 2010

Grafik 2. 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Pauh semester I 2011

17

Page 18: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan

pencatatan dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh (terpadu) dengan konsep wilayah

kerja puskesmas, dengan tujuan agar semua data hasil kegiatan Puskesmas dapat dicatat serta

dilaporkan ke jenjang diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna

menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat. Pencatatan kegiatan harian progam

puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di luar gedung dan pelaporannya dapat berupa,

Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu, Laporan mingguan

untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang ditanggulangi dan Laporan bulanan untuk

melaporkan kegiatan rutin progam.

4.2. Saran

Kegiatan pencatatan dan pelaporan puskesmas yang sering terlambat

sebaiknya benar-benar menjadi perhatian khusus, yaitu dengan lebih

mendisiplinkan lagi petugas puskesmas dalam menyelesaikan laporannya.

18

ISPA

PENY.KULIT

INFE

KSI

PENY.KULIT

ALERGI

GASTRITI

S

REUM

ATIKDIA

RE

PENY.KULIT

KRN JAM

UR

PENY.PULP

A DAN JAR.PER

IAPIKAL

ASMA

HIPERTE

NSI0

500

1000

1500

2000

2500

3000

2992

631 563 488 457 363 286 285 201 184

TOTAL

TOTAL

Page 19: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

DAFTAR PUSTAKA

1. Entjang, Indan. 2000. ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. Bandung:Citra Aditya

Bakti

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1479/MENKES/SK/X/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan

Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit tidak menular

Terpadu. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2003

3. Chin, James. Manual Pemberantasan Penyakit Menular Ed.17. Jakarta: Depkes RI;

2007

4. Buchari, Lapau. Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;

2009.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan

Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia;2003

6. Kasjono, Heru Subaris. Intisari Epidemiologi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009

19

Page 20: Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu

7. Puskesmas Pauh. Laporan Puskesmas Pauh Tahun 2011. Padang: Puskesmas Pauh;

2012

8. Setiawati, Elsa Pudji. Surveilans Infeksi Nosokomial. Bandung: FK Unpad; 2009

20