Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

140
ANALISIS KELAYAKAN PERENCANAAN PROGRAM PENGUSAHAAN KRISAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT Oleh: BIBLIO BUTAFLIKA A14104088 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Transcript of Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

Page 1: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

ANALISIS KELAYAKAN PERENCANAAN PROGRAM PENGUSAHAAN KRISAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Oleh:

BIBLIO BUTAFLIKA A14104088

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 2: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

2

RINGKASAN

BIBLIO BUTAFLIKA. Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di Kabupaten Lampung Barat. Di bawah bimbingan FEBRIANTINA DEWI.

Pertanian memiliki peranan yang penting bagi perekonomian Indonesia. Pertanian berperan sebagai sumber ketahanan pangan, penyerap angkatan kerja, dan sebagai sumber devisa negara. Subsektor hortikultura sebagai bagian dari sektor pertanian yang dapat dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang mengingat potensi sumber daya manusia, ketersediaan teknologi, serta potensi serapan pasar dalam negeri dan pasar internasional yang terus meningkat. Subsektor hortikultura mencakup buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman hias (florikultura) dan tanaman obat-obatan (biofarmaka). Komoditi florikultura terdiri atas tanaman hias pot, tanaman hias bunga potong, tanaman hias daun dan tanaman taman.

Krisan sebagai salah satu komoditi tanaman hias yang dapat dijadikan tanaman hias pot dan bunga potong termasuk produk utama dalam produksi tanaman hias nasional dan saat ini termasuk bunga yang paling populer di Indonesia karena memiliki beberapa keunggulan yaitu bunganya kaya warna, relatif lebih tahan lama dan harganya terjangkau. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan jumlah produksi dan penambahan luas panen krisan setiap tahunnya guna memenuhi permintaan konsumen. Peningkatan produksi bunga potong krisan mengindikasikan bahwa permintaan konsumen terhadap komoditi ini juga terus meningkat. Seiring dengan permintaan krisan yang semakin meningkat maka peluang agribisnis bunga potong krisan perlu terus dikembangkan. Program pengusahaan bunga potong krisan yang akan dilaksanakan di Kabupaten Lampung Barat sebagai tindak lanjut dari rencana strategis Kabupaten Lampung Barat dalam meningkatkan dan mengembangkan agribisnis yang dititikberatkan pada komoditi tanaman hias (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Lampung Barat, 2008). Program pengusahaan bunga potong krisan di Lampung Barat yang diprakarsai oleh pemerintah daerah setempat bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani pelaksana.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis kelayakan rencana program pengusahaan bunga potong krisan di Kabupaten Lampung Barat dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, dan aspek sosial, (2) Menganalisis kelayakan finansial rencana program pengusahaan bunga potong krisan, apabila usaha dilakukan dalam dua skenario yaitu skenario I adalah penanaman tanpa pembibitan dan skenario II adalah penanaman dengan pembibitan, dan (3) Menganalisis sensitivitas rencana program pengusahaan bunga potong krisan terhadap perubahan harga input produksi, harga jual krisan dan volume produksi krisan. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Balik Bukit dan Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung pada bulan Februari sampai dengan Maret 2008. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut akan dijadikan lokasi pengusahaan bunga potong krisan di Kabupaten Lampung Barat.

Page 3: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

3

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek-aspek pengusahaan bunga potong krisan di Kabupaten Lampung Barat yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, dan aspek sosial. Analisis kuantitatif meliputi analisis kelayakan finansial pengusahaan bunga potong krisan dengan menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Discounted Payback Period (PP) dan analisis sensitivitas.

Besarnya jumlah permintaan dari para pedagang pengumpul di Bandar Lampung seringkali tidak dapat dipenuhi oleh pasokan dari pasar bunga Rawa Belong terutama pada hari-hari besar. Greenhouse sebagai tempat budidaya bunga potong krisan akan didirikan di wilayah dengan ketinggian berkisar 700-1100 meter di atas permukaan laut sesuai dengan syarat ketinggian tempat yang dibutuhkan krisan yaitu 700-1200 meter di atas permukaan laut. Lokasi usaha berada di wilayah dengan kelembaban 60-90 persen dan curah hujan tahunan rata-rata 1.985-3.632 milimeter per tahun dengan 9 bulan basah setiap tahunnya sehingga cukup banyak tersedia air di lokasi budidaya. Krisan termasuk tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah cukup banyak. Pengusahaan bunga potong krisan yang akan dilaksanakan di Kabupaten Lampung Barat sebagai program pemerintah daerah dalam meningkatkan dan mengembangkan agribisnis tanaman hias melibatkan sejumlah kelompok wanita tani (KWT) sebagai pelaksana. Adanya pengusahaan bunga potong krisan akan memberikan kesempatan bagi wanita-wanita tani tersebut untuk memiliki pekerjaan yang dapat memberikan tambahan penghasilan. Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada skenario I (penanaman tanpa pembibitan) diperoleh NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp 17.604.865,13 angka ini menunjukkan nilai sekarang (present value) dari penerimaan bersih yang akan diterima selama 5 tahun yang akan datang pada tingkat diskonto 8 persen. Sedangkan nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 26 persen, nilai ini berada di atas tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 8 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan bahwa pada saat tingkat diskonto sebesar 26 persen, maka nilai NPV proyek sama dengan nol. Selain itu, nilai Net B/C yang diperoleh besarnya lebih dari satu yaitu sebesar 1,5 nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih (net benefit) sebesar Rp 1,5. Discounted Payback Period (PP) yang diperoleh dari usaha ini adalah 4 tahun 3 bulan. NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga deposito, serta Net B/C nilainya lebih besar dari satu, maka dapat disimpulkan bahwa pengusahaaan bunga potong krisan pada skenario I layak untuk dilaksanakan.

Skenario II (penanaman dengan pembibitan) menghasilkan NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp 89.094.324,85 angka ini menunjukkan nilai sekarang (present value) dari penerimaan bersih yang akan diterima selama 5 tahun yang akan datang pada tingkat diskonto 8 persen. Sedangkan nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 69 persen, nilai ini berada di atas tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 8 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan bahwa pada saat tingkat diskonto sebesar 69 persen, maka nilai NPV proyek sama dengan nol. Selain itu, nilai Net B/C yang diperoleh besarnya lebih dari satu yaitu sebesar 2,7

Page 4: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

4

nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih (net benefit) sebesar Rp 2,7. Discounted Payback Period (PP) yang diperoleh dari usaha ini adalah 2 tahun 11 bulan. NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga deposito, serta Net B/C nilainya lebih besar dari satu, maka dapat disimpulkan bahwa pengusahaan bunga potong krisan pada skenario II layak untuk dilaksanakan. Analisis switching value dilakukan untuk mengetahui besar perubahan maksimum yang masih menunjukkan kriteria layak apabila terjadi perubahan pada komponen inflow dan outflow. Hasil dari switching value menunjukkan bahwa pengusahaan bunga potong krisan skenario I masih layak untuk dilaksanakan jika mengalami kenaikan harga beli bibit maksimal sebesar 13,5 persen. Budidaya krisan juga masih layak diusahakan jika harga jual bunga potong krisan maksimal mengalami penurunan sebesar 6,5 persen dan penurunan volume produksi bunga potong maksimal sebesar 6,5 persen. Pengusahaan bunga potong krisan skenario II masih layak untuk dilaksanakan apabila harga beli pupuk dan pestisida mengalami maksimal kenaikan sebesar 400 persen. Pengusahaan bunga potong krisan juga masih layak untuk dilaksanakan jika harga jual bunga potong krisan maksimal mengalami penurunan sebesar 38 persen dan bunga potong krisan mengalami penurunan volume produksi maksimal sebesar 38 persen.

Page 5: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

5

ANALISIS KELAYAKAN PERENCANAAN PROGRAM PENGUSAHAAN KRISAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Oleh:

BIBLIO BUTAFLIKA A14104088

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 6: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

6

Judul : Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan

di Kabupaten Lampung Barat

Nama : Biblio Butaflika

NRP : A14104088

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Febriantina Dewi, S.E., M.Sc. NIP. 132149312

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131124019

Tanggal Lulus :

Page 7: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

7

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL "ANALISIS KELAYAKAN PERENCANAAN PROGRAM

PENGUSAHAAN KRISAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT" BENAR-

BENAR HASIL PENELITIAN SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA TULIS ILMIAH PADA

SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2008

BIBLIO BUTAFLIKA A14104088

Page 8: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

8

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjungkarang, Provinsi Lampung pada tanggal 3

November 1982 sebagai anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan

Drs. H. Akrimi Muslik (alm) dan Hj. Sumiyati. Pendidikan dasar di tempuh pada

tahun 1989-1995 di Yayasan Al-Azhar, kemudian tahun 1995-1998 melanjutkan

pendidikan di SLTP 2 Bandar Lampung dan menempuh pendidikan sekolah

menengah umum tahun 1998-2001 di SMU 2 Bandar Lampung. Tahun 2001

penulis diterima di Universitas Lampung pada Fakultas Pertanian Program Studi

Teknologi Hasil Pertanian. Kemudian penulis diterima sebagai Pegawai Negeri

Sipil pada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat tahun 2002. Pada Tahun

2004 penulis mendapatkan kesempatan tugas belajar di Institut Pertanian Bogor

melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD).

Page 9: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

9

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, rangkaian puji dan syukur yang tidak pernah putus penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT yang terus menerus melimpahkan kasih sayang,

melimpahkan berkah dan rahmat-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah

kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat. Atas izin Allah

SWT pula penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul analisis kelayakan perencanaan program pengusahaan

krisan di Kabupaten Lampung Barat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat

apakah program pengusahaan krisan di Kabupaten Lampung Barat layak atau

tidak untuk dilaksanakan.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga

penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak

yang memerlukan. Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya

kepada kita semua amin.

Bogor, Mei 2008

Penulis

Page 10: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

10

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, doa, serta

dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Mama Hj. Sumiyati yang selalu menjadi inspirasi dalam hidup dan

kehidupanku, Papa Drs. H. Akrimi Muslik (Alm) yang selalu memberikan

doa dari ”atas sana”.

2. Kakak-kakakku: Noviska Patrisia, S.Pd dan Bunawar Holil Roni, S.P;

Tahura Malagano, S.H dan Singgih Atmojo, S.Sos; Maretha Deboraribka,

S.Fil.I; adikku Briptu Joilos Rifki Bavaria dan keponakan yang tercinta

Maharani Maulidina Bunnov, Khairunnisa Aulia Arsy. Terima kasih atas

dukungan, semangat dan doa untukku dan menjadi motivator dalam

penyelesaian skripsi ini.

3. Febriantina Dewi, S.E., M.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi. Terima

kasih atas kesabaran dan bimbingannya.

4. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS yang telah bersedia menjadi dosen penguji

utama dan pembimbing akademik. Terima kasih atas bimbingan, masukan

dan kritik yang membangun sehingga skripsi ini dapat lebih

disempurnakan.

5. Ir. Popong Nurhayati, MM atas kesediaannya menjadi penguji komisi

pendidikan. Terima kasih atas saran-sarannya kepada penulis.

6. Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan tugas belajar di Institut

Pertanian Bogor.

7. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Lampung Barat atas

kerjasamanya.

8. Penyuluh Pertanian wilayah Kecamatan Balik Bukit dan Sekincau atas

bantuan, waktu dan kerjasamanya.

Page 11: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

11

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 7 1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................. 8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 9

2.1 Definisi Tanaman Hias Bunga Potong ...................................... 9 2.2 Pengelompokkan Tanaman Hias ............................................... 10 2.3 Krisan ........................................................................................ 12 2.3.1 Morfologi dan Taksonomi ................................................ 12 2.3.2 Syarat Tumbuh ................................................................. 13 2.3.3 Budidaya ........................................................................... 14 2.3.4 Panen dan Pasca Panen .................................................... 14 2.4 Peranan Tanaman Hias Bunga Potong ...................................... 15 2.5 Hasil Penelitian Terdahulu ........................................................ 17

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................... 22

3.1 Studi Kelayakan Proyek ............................................................ 22 3.2 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Proyek ..................................... 23

3.2.1 Aspek Pasar ...................................................................... 23 3.2.2 Aspek Teknis .................................................................... 25 3.2.3 Aspek Institusional-Organisasi-Manajerial ...................... 27 3.2.4 Aspek Sosial ..................................................................... 28 3.2.5 Aspek Finansial ................................................................ 28

3.3 Cashflow .................................................................................... 31 3.3.1 Inflow ............................................................................... 31 3.3.2 Outflow ............................................................................. 32 3.4 Analisis Sensitivitas ................................................................... 33 3.5 Kerangka Pemikiran Operasional .............................................. 34

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................ 37

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 37 4.2 Jenis dan Sumber Data .............................................................. 37 4.3 Calon Pelaksana Program ........................................................... 37

Page 12: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

12

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 38 4.4.1 Analisis Aspek Pasar ........................................................ 38 4.4.2 Analisis Aspek Teknis ...................................................... 38 4.4.3 Analisis Aspek Institusional-Organisasi-Manajerial ........ 39 4.4.4 Analisis Aspek Sosial ....................................................... 39 4.4.5 Analisis Kelayakan Investasi ............................................ 39 4.4.5.1 Net Present Value (NPV) ..................................... 39 4.4.5.2 Internal Rate of Return (IRR) .............................. 40 4.4.5.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ......................... 41 4.4.5.4 Discounted Payback Period ................................. 41 4.4.6 Analisis Sensitivitas ......................................................... 42

4.5 Asumsi Dasar .............................................................................. 42 BAB V KARAKTERISTIK UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK CALON PELAKSANA PROGRAM ... 45

5.1 Karakteristik Umum Daerah Penelitian ..................................... 45 5.1.1 Kondisi Geografis ............................................................ 45 5.1.2 Topografi .......................................................................... 46 5.1.3 Iklim .................................................................................. 46 5.1.4 Luas Lahan Potensial ....................................................... 47 5.1.5 Luas Wilayah dan Penduduk ............................................ 48 5.1.6 Perekonomian ................................................................... 50 5.1.7 Sosial Kemasyarakatan .................................................... 51 5.2 Karakteristik Umum Calon Pelaksana Program ......................... 52

BAB VI ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL ............... 55

6.1 Aspek Pasar ............................................................................... 55 6.1.1 Peluang Pasar ................................................................... 55 6.1.2 Saluran Pemasaran ........................................................... 56 6.1.3 Bauran Pemasaran ............................................................ 58 6.2 Aspek Teknis ............................................................................. 59 6.2.1 Lokasi Usaha ..................................................................... 59 6.2.2 Skala Usaha ...................................................................... 60 6.2.3 Proses Produksi ................................................................ 61 6.3 Aspek Institusional-Organisasi-Manajerial ............................... 65 6.4 Aspek Sosial .............................................................................. 66

BAB VII ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL ......................... 68

7.1 Analisis Finansial Skenario I ..................................................... 68 7.1.1 Analisis Manfaat .............................................................. 68 7.1.1.1 Penerimaan Penjualan .......................................... 69 7.1.1.2 Nilai Sisa (Salvage Value) ................................... 71 7.1.2 Analisis Biaya .................................................................. 72 7.1.2.1 Biaya Investasi ..................................................... 72 7.1.2.2 Biaya Operasional ................................................ 74 7.2 Analisis Finansial Skenario II ................................................... 78 7.2.1 Analisis Manfaat .............................................................. 78 7.2.1.1 Penerimaan Penjualan Krisan .............................. 78

Page 13: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

13

7.2.1.2 Penerimaan Penjualan Bibit ................................. 79 7.2.1.3 Nilai Sisa (Salvage Value) ................................... 80 7.2.2. Analisis Biaya ................................................................. 81 7.2.2.1 Biaya Investasi ..................................................... 81 7.2.2.2 Biaya Operasional ................................................ 83 7.3 Analisis Kelayakan Finansial .................................................... 88 7.3.1 Kelayakan Finansial Skenario I ......................................... 88 7.3.2 Kelayakan Finansial Skenario II ....................................... 89 7.3.3 Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial ............ 90 7.4 Analisis Switching Value ........................................................... 90

7.4.1 Analisis Switching Value Skenario I ................................. 90 7.4.2 Analisis Switching Value Skenario II ............................... 91 7.4.3 Perbandingan Hasil Analisis Switching Value ................. 92

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 94

8.1 Kesimpulan ................................................................................ 94 8.2 Saran .......................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 97 LAMPIRAN .................................................................................................... 100

Page 14: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

14

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perkembangan nilai PDB hortikultura tahun 2002-2004 ...................... 2

2. Volume penjualan tanaman hias Indonesia tahun 2001-2002 .............. 3

3. Luas panen dan produksi krisan Provinsi Lampung 2005-2007 .......... 4

4. Penggunaan lahan di Kecamatan Balik Bukit ...................................... 47

5. Penggunaan lahan di Kecamatan Sekincau .......................................... 48

6. Luas wilayah dan jumlah penduduk Kecamatan Balik Bukit ............... 49

7. Luas wilayah dan jumlah penduduk Kecamatan Sekincau ................... 49

8. Persentase angkatan kerja menurut lapangan usaha utama .................. 50

9. PDRB adhk sektoral Kabupaten Lampung Barat 2001-2006 ............... 51

10. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan umur ................. 53

11. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan pendidikan

terakhir .................................................................................................. 53

12. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan jumlah

tanggungan keluarga ............................................................................. 54

13. Produksi dan penerimaan per tahun skenario I (penanaman tanpa

pembibitan) ........................................................................................... 71

14. Nilai sisa skenario I (penanaman tanpa pembibitan) ............................. 71

15. Biaya investasi skenario I (penanaman tanpa pembibitan) ................... 73

16. Reinvestasi tahun ketiga dan kelima skenario I pengusahaan krisan

di Kabupaten Lampung Barat ............................................................... 73

17. Reinvestasi tahun keempat skenario I .................................................... 74

18. Biaya tetap per tahun skenario I (penanaman tanpa pembibitan) ......... 75

19. Kebutuhan pupuk dan pestisida per tahun skenario I

(penanaman tanpa pembibitan) .............................................................. 76

20. Penggunaan tenaga kerja skenario I (penanaman tanpa pembibitan) .... 77

21. Biaya pasca panen skenario I (penanaman tanpa pembibitan) .............. 77

22. Produksi dan penerimaan per tahun skenario II

(penanaman dengan pembibitan) ........................................................... 78

Page 15: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

15

23. Produksi dan penerimaan bibit per tahun .............................................. 80

24. Nilai sisa skenario II (penanaman dengan pembibitan) ......................... 81

25. Biaya investasi skenario II (penanaman dengan pembibitan) ............... 82

26. Reinvestasi tahun ketiga dan kelima skenario II .................................. 82

27. Reinvestasi tahun keempat skenario II ................................................. 83

28. Biaya tetap per tahun skenario II (penanaman dengan pembibitan) ...... 83

29. Kebutuhan pupuk dan pestisida tahun pertama skenario II

(penanaman dengan pembibitan) ........................................................... 85

30. Kebutuhan pupuk dan pestisida tahun kedua dst skenario II

(penanaman dengan pembibitan) ........................................................... 85

31. Penggunaan tenaga kerja skenario II ..................................................... 86

32. Penggunaan tenaga kerja tahun kedua dst skenario II

(penanaman dengan pembibitan) ........................................................... 87

33. Biaya pasca panen skenario II (penanaman dengan pembibitan) .......... 87

34. Kelayakan finansial skenario I (penanaman tanpa pembibitan) ............ 88

35. Kelayakan finansial skenario II (penanaman dengan pembibitan) ........ 89

36. Perbandingan hasil analisis kelayakan finansial .................................... 90

37. Analisis switching value penanaman tanpa pembibitan ....................... 91

38. Analisis switching value penanaman dengan pembibitan .................... 92

39. Perbandingan hasil analisis switching value .......................................... 93

Page 16: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

16

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Alur pemikiran operasional ..................................................................... 36

2. Saluran pemasaran bunga potong krisan ................................................. 58

Page 17: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

17

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Luas panen dan produksi krisan nasional 2002- 2006 .......................... 101

2. PDRB, jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita ........................... 101

3. Kios saprodi di Kecamatan Balik Bukit dan Sekincau ......................... 102

4. Biaya pembuatan satu unit greenhouse ................................................ 102

5. Daftar KWT Calon Pelaksana Program Pengusahaan Bunga Potong

Krisan di Kabupaten Lampung Barat .................................................... 103

6. Jadwal kegiatan penanaman skenario I dalam setahun .......................... 105

7. Jadwal kegiatan penanaman skenario II tahun pertama......................... 106

8. Jadwal kegiatan penanaman skenario II tahun kedua dst ...................... 107

9. Cashflow pengusahaan krisan skenario I ............................................... 108

10. Cashflow pengusahaan krisan skenario II .............................................. 110

11. Switching value penurunan harga jual krisan pada skenario I .............. 112

12. Switching value kenaikan harga beli bibit pada skenario I .................... 114

13. Switching value penurunan volume produksi krisan pada skenario I ... 116

14. Switching value penurunan harga jual krisan pada skenario II .............. 118

15. Switching value kenaikan harga beli pupuk pada skenario II ............... 120

16. Switching value penurunan volume produksi krisan pada skenario II .. 122

Page 18: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian memiliki peranan yang penting bagi perekonomian Indonesia.

Pertanian berperan sebagai sumber ketahanan pangan, penyerap angkatan kerja,

dan sebagai sumber devisa negara. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

mencatat jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2006

sebesar 42.323.190 jiwa dan terjadi penambahan sebesar 285.570 jiwa pada tahun

2007 sehingga jumlahnya menjadi 42.608.760 jiwa. Jumlah angkatan kerja

tersebut adalah 44 persen dari seluruh angkatan kerja di Indonesia.

Subsektor hortikultura sebagai bagian dari sektor pertanian yang dapat

dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang

mengingat potensi sumber daya manusia, ketersediaan teknologi, serta potensi

serapan pasar dalam negeri dan pasar internasional yang terus meningkat.

Perhitungan PDB (produk domestik bruto) produk hortikultura memperlihatkan

kecenderungan yang terus meningkat baik secara total maupun per jenis komoditi.

Subsektor hortikultura mencakup buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman hias

(florikultura) dan tanaman obat-obatan (biofarmaka).

Secara umum keadaan perkembangan PDB hortikultura pada tahun 2002

sampai 2004 diperlihatkan dalam Tabel 1. PDB komoditi buah-buahan memiliki

komposisi sebesar 54 persen dari total PDB hortikultura sedangkan komoditi

tanaman hias sebesar 8 persen pada tahun 2004. Komoditi tanaman hias

mengalami peningkatan PDB dari tahun 2002 sampai 2004 di mana

Page 19: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

19

peningkatannya cukup besar yaitu 25 persen. Kondisi tersebut menunjukkan

bahwa komoditi tanaman hias memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan

di Indonesia.

Tabel 1. Perkembangan Nilai PDB Hortikultura Tahun 2002-2004 Kelompok Komoditas

Nilai PDB (Miliar Rp) 2002 2003 2004

Buah-buahan 29.167,74 28.245,84 30.764,56Sayur-sayuran 17.867,34 20.573,48 20.748,70Tanaman Hias 3.458,02 4.500,94 4.608,55Tanaman Biofarmaka 506,49 564,92 722,23Total 51.001,00 53.885,18 56.854,94

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian, 2007

Komoditi florikultura terdiri atas tanaman hias pot, tanaman hias bunga

potong, tanaman hias daun dan tanaman taman. Bunga potong banyak digunakan

untuk hiasan rumah ataupun untuk rangkaian dan digunakan dalam acara formal,

budaya ataupun acara keagamaan serta ritual lainnya. Bunga potong merupakan

produk florikultura yang banyak diminati masyarakat saat ini. Hal ini dapat dilihat

pada Tabel 2 yang menunjukkan volume penjualan masing-masing komoditi, di

mana volume penjualan bunga potong memiliki volume penjualan terbesar

dibandingkan volume penjualan dari komoditi florikultura lainnya.

Volume penjualan bunga potong di Indonesia tahun 2000 sebesar 94,38

persen dari total penjualan tanaman hias. Tahun 2001 volume penjualan bunga

potong menurun dari 94,38 persen dengan volume penjualan Rp 24,17 M menjadi

87,94 persen dengan volume penjualan Rp 15,33 M, meskipun terjadi penurunan

volume penjualan, bunga potong tetap memberikan kontribusi terbesar dalam

volume penjualan tanaman hias secara keseluruhan.

Page 20: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

20

Tabel 2. Volume Penjualan Tanaman Hias Indonesia Tahun 2001-2002 No. Jenis

Komoditi Volume Penjualan

2000 2001 Rp % Rp %

1. Bunga Potong 24.172.712.150 94,38 15.330.986.350 87,942. Bunga Potong

Pengisi 748.030.000 2,92 1.270.955.000 7,29

3. Daun Potong 101.139.200 0,39 183.967.100 1,054. Ranting 17.550.000 0,07 17.550.000 0,105. Tanaman Hias

Daun (Pot) 53.346.000 0,21 21.465.000 0,12

6. Tanaman Taman

520.069.500 2,03 608.418.000 3,49

Total 25.612.846.850 100 17.433.341.450 100Sumber : Asosiasi Bunga Indonesia, 2007

Krisan sebagai salah satu komoditi tanaman hias yang dapat dijadikan

tanaman hias pot dan bunga potong, termasuk produk utama dalam produksi

tanaman hias nasional dan saat ini termasuk bunga yang paling populer di

Indonesia karena memiliki beberapa keunggulan yaitu bunganya kaya warna,

relatif lebih tahan lama dan harganya terjangkau. Direktorat Tanaman Hias

Departemen Pertanian menyatakan bahwa krisan adalah komoditi tanaman hias

yang disukai oleh banyak konsumen sehingga komoditi ini mempunyai nilai

ekonomis yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan jumlah produksi

dan penambahan luas panen krisan setiap tahunnya guna memenuhi permintaan

konsumen. Peningkatan jumlah produksi dan penambahan luas panen bunga

potong krisan secara nasional diperlihatkan dalam Lampiran 1.

Peningkatan produksi dan penambahan luas panen bunga potong krisan

juga terjadi di Provinsi Lampung yang diperlihatkan dalam Tabel 3. Berdasarkan

tabel tersebut dapat dilihat bahwa produksi dan luas panen bunga potong krisan di

Provinsi Lampung setiap tahunnya cenderung terus meningkat. Tahun 2005

produksi krisan hanya sebesar 42.580 tangkai dan terjadi peningkatan produksi

Page 21: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

21

dalam kurun waktu dua tahun sebesar 616.670 tangkai menjadi 659.250 tangkai di

tahun 2007.

Tabel 3. Luas Panen dan Produksi Krisan Provinsi Lampung 2005-2007 Tahun Krisan

Luas Panen (m2) Produksi (tangkai) 2005 2.129 42.580 2006 2.910 69.840 2007 26.370 659.250

Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, 2008 Peningkatan produksi bunga potong krisan mengindikasikan bahwa

permintaan konsumen terhadap komoditi ini juga terus meningkat. Seiring dengan

permintaan krisan yang semakin meningkat maka peluang agribisnis bunga

potong krisan perlu terus dikembangkan.

Kabupaten Lampung Barat sebagai salah satu kabupaten di Provinsi

Lampung mempunyai karakteristik daerah yang terdiri atas dataran tinggi dan

dataran rendah yang sangat subur sehingga berpotensi dalam sektor pertanian.

Sampai saat ini sektor pertanian tetap menjadi prioritas pembangunan Kabupaten

Lampung Barat, lebih dari 62 persen dari total PDRB Kabupaten Lampung Barat

berasal dari sektor ini1.

Jumlah rumah tangga petani di Kabupaten Lampung Barat sampai tahun

2007 adalah 82.595 rumah tangga di mana jumlah tersebut merupakan 77 persen

dari keseluruhan rumah tangga yang ada di kabupaten ini. Sektor pertanian yang

menjadi tulang punggung perekonomian Kabupaten Lampung Barat diarahkan

pada peningkatan pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas lapangan kerja

dan kesempatan usaha, serta mengisi dan memperluas pasar, (Dinas Tanaman

Pangan dan Hortikultura Kabupaten Lampung Barat, 2008).

1 PDRB Kabupaten Lampung Barat Tahun 2006

Page 22: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

22

1.2 Perumusan Masalah

Program pengusahaan bunga potong krisan yang akan dilaksanakan di

Kabupaten Lampung Barat sebagai tindak lanjut dari rencana strategis Kabupaten

Lampung Barat dalam meningkatkan dan mengembangkan agribisnis yang

dititikberatkan pada komoditi tanaman hias (Dinas Tanaman Pangan dan

Hortikultura Kabupaten Lampung Barat, 2008). Program pengusahaan bunga

potong krisan di Lampung Barat yang diprakarsai oleh pemerintah daerah

setempat bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani pelaksana.

Pengusahaan bunga potong krisan sebagai program Pemerintah Kabupaten

Lampung Barat melalui dinas tanaman pangan dan hortikultura akan melibatkan

sejumlah kelompok wanita tani (KWT) yang tersebar di beberapa wilayah

Kabupaten Lampung Barat. Keberhasilan dalam pengusahaan bunga potong

krisan oleh kelompok tani tersebut nantinya akan dijadikan contoh bagi kelompok

tani lain agar turut serta dalam pengusahaan bunga potong krisan di wilayah ini.

Pemerintah Kabupaten Lampung Barat mengharapkan petani yang nantinya

berhasil dalam usaha bunga potong krisan dapat memotivasi petani lain untuk

melakukan hal yang sama sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteran

petani di wilayah ini dapat tercapai.

Pelibatan masyarakat Kabupaten Lampung Barat dalam hal ini petani

nantinya dalam pelaksanaan program pengusahaan bunga potong krisan

mengharuskan dilakukan berbagai kajian guna melihat program pemerintah

daerah tersebut benar-benar dapat mencapai tujuan utamanya yaitu peningkatan

pendapatan petani yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan para

petani di wilayah Kabupaten Lampung Barat. Salah satu kajian penelitian yang

Page 23: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

23

dapat dilakukan untuk melihat program pengusahaan bunga potong krisan tersebut

layak atau tidak untuk dilaksanakan adalah kajian analisis kelayakan.

Tujuan dilakukan analisis kelayakan adalah agar program yang akan

dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat tersebut tepat sasaran.

Apabila dari hasil analisis kelayakan menunjukkan bahwa rencana pengusahaan

bunga potong krisan layak dilaksanakan maka usaha bunga potong krisan dapat

dilaksanakan dan dikembangkan. Apabila hasil analisis kelayakan menunjukkan

bahwa rencana pengusahaan bunga potong krisan di Kabupaten Lampung Barat

tidak layak dilaksanakan maka perlu dilakukan efisiensi biaya dan perbaikan

dalam pelaksanaan program tersebut.

Perencanaan pengusahaan bunga potong krisan terdiri atas dua skenario.

Skenario I adalah penanaman tanpa pembibitan dan skenario II penanaman

dengan pembibitan. Skenario penanaman tanpa pembibitan memiliki kelebihan

yaitu proses budidaya yang dilakukan cukup penanaman tanaman produksi saja

sehingga penghematan input produksi seperti pupuk, pestisida, dan tenaga kerja

dapat dilakukan. Namun kelemahan dari skenario ini adalah ketergantungan

produksi terhadap ketersediaan bibit, karena itu skenario lain yaitu skenario II

dilakukan juga dalam perencanaan program pengusahaan bunga potong krisan di

mana penanaman tanaman produksi dilakukan bersamaan dengan pembibitan.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam

penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana kelayakan rencana program pengusahaan bunga potong

krisan di Kabupaten Lampung Barat dilihat dari aspek pasar, aspek

teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, dan aspek sosial?

Page 24: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

24

2. Bagaimana kelayakan finansial rencana program pengusahaan bunga

potong krisan, apabila usaha dilakukan dalam dua skenario yaitu

skenario I adalah penanaman tanpa pembibitan dan skenario II adalah

penanaman dengan pembibitan?

3. Bagaimana sensitivitas rencana program pengusahaan bunga potong

krisan terhadap perubahan harga input produksi, harga jual krisan dan

volume produksi krisan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk menjawab perumusan masalah yang

sudah dikemukakan sebagai berikut:

1. Menganalisis kelayakan rencana program pengusahaan bunga potong

krisan di Kabupaten Lampung Barat dilihat dari aspek pasar, aspek

teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, dan aspek sosial.

2. Menganalisis kelayakan finansial rencana program pengusahaan bunga

potong krisan, apabila usaha dilakukan dalam dua skenario yaitu

skenario I adalah penanaman tanpa pembibitan dan skenario II adalah

penanaman dengan pembibitan.

3. Menganalisis sensitivitas rencana program pengusahaan bunga potong

krisan terhadap perubahan harga input produksi, harga jual krisan dan

volume produksi krisan.

Page 25: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

25

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi berbagai pihak

yang berkepentingan, yaitu:

1. Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat khususnya Dinas Tanaman

Pangan dan Hortikultura sebagai informasi dalam menyusun strategi

pengembangan agribisnis di Kabupaten Lampung Barat.

2. Petani sebagai upaya peningkatan pendapatan yang diharapkan nantinya

dapat meningkatkan kesejahteraannya.

3. Peneliti sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian analisis kelayakan pengusahaan bunga potong

krisan di Kabupaten Lampung Barat mengkaji aspek pasar, aspek teknis, aspek

institusional-organisasi-manajerial, dan aspek sosial. Kriteria evaluasi aspek

finansial yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of

Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Discounted Payback Period

(PP).

Page 26: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tanaman Hias Bunga Potong

Tanaman hias merupakan komoditi hortikultura non pangan yang

digolongkan florikultura. Tanaman hias dapat ditanam pada areal yang relatif

sempit, mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan diterima masyarakat. Dalam

kehidupan sehari-hari, komoditi ini dibudidayakan untuk dinikmati keindahannya.

Keindahan tanaman hias tersebut dapat dipancarkan dari keseluruhan tajuk

tanaman juga bentuk, warna bunga, dan kerangka tanaman.

Menurut Sudarmono (1997), tanaman hias merupakan jenis tanaman

tertentu baik yang berasal dari tanaman daun atau bunga yang dapat ditata untuk

memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik.

Sedangkan Rahardi (1997), berpendapat bahwa tanaman hias merupakan tanaman

yang mempunyai nilai keindahan dan daya tarik tertentu, serta mempunyai nilai

ekonomis untuk keperluan hiasan di dalam dan di luar ruangan.

Bunga adalah bagian dari tumbuhan berbiji yang berfungsi sebagai alat

reproduksi yang mempunyai empat bagian utama, yaitu sepal (daun kelopak),

petal (daun mahkota), pistil (putik), dan stamen (benang sari). Daun kelopak

merupakan bagian bunga yang terletak pada lingkaran terluar dan berwarna hijau.

Sedangkan daun mahkota merupakan bagian bunga yang biasanya mempunyai

warna-warni cerah. Warna-warni bunga ini untuk menarik serangga atau binatang

lain guna membantu penyerbukan. Benang sari dan putik merupakan organ

Page 27: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

27

reproduksi yang biasanya bergabung dengan daun mahkota dan daun kelopak,

(Widyawan, 1994).

Menurut Widyawan (1994) bunga potong adalah bunga yang

dimanfaatkan sebagai bahan dalam rangkaian bunga untuk berbagai keperluan

dalam daur hidup manusia. Beberapa orang percaya bahwa dengan merangkai

bunga mampu mengekspresikan kemampuan estetika mereka.

2.2 Pengelompokkan Tanaman Hias

Palungkun (2002) menyatakan bahwa tanaman yang dapat digolongkan ke

dalam tanaman hias bunga apabila tanaman tersebut mempunyai bunga yang

menarik. Sedangkan menurut Endah (2001), jenis tanaman hias dapat digolongkan

atas tiga dasar utama, yaitu :

1. Jenis tanaman hias berdasarkan bagian tanaman yang dinikmati

a. Tanaman hias daun, adalah tanaman hias yang memiliki warna-

warni daun yang indah dengan bentuk tajuk daun bervariasi, unik,

dan eksotik, sehingga meskipun tidak berbunga, tetapi keindahan

warna dan bentuk daunnya mampu menghadirkan keasrian di

lingkungan sekitar rumah, perkantoran atau apartemen. Contohnya:

Lili paris, Palem, Kuping gajah, Sri rejeki, Adam hawa, Sambang

darah, dan Balanceng.

b. Tanaman hias bunga, adalah tanaman hias yang memiliki

kemampuan menghasilkan bunga dengan aneka bentuk, warna,

ukuran, dan keharuman yang unik. Misalnya: Gerbera jamesonii,

Chrysanthemum sp, dan Hibiscus rosasinensis.

Page 28: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

28

2. Jenis tanaman hias berdasarkan lokasi penanamannya

a. Tanaman hias dalam taman, yaitu tanaman hias sebagai komponen

utama untuk mempercantik dan memperindah taman di lingkungan

rumah, kantor, atau apartemen. Contohnya: bugenvil, heliconia,

dan kembang sepatu.

b. Bunga potong, yaitu tanaman hias yang ditanam untuk diambil

bunga beserta tangkainya. Misalnya: berbagai jenis krisan, mawar,

dan anyelir.

c. Bunga dalam pot, yaitu jenis tanaman hias yang ditanam dalam

pot.

3. Jenis tanaman hias berdasarkan panjang harinya

a. Tanaman hias hari panjang, yaitu tanaman hias yang proses

pembungaannya terjadi bila memperoleh penyinaran lebih dari 14

jam sehari. Contohnya adalah Spathiphyllum dan Anthurium.

b. Tanaman hias hari pendek, yaitu tanaman hias yang proses

pembungaannya terjadi dengan penyinaran kurang dari 12 jam

sehari, misalnya krisan.

c. Tanaman hias hari netral, yaitu tanaman hias yang proses

pembungaannya tidak dipengaruhi oleh lama tidaknya penyinaran.

Misalnya kembang sepatu dan alamanda.

Palungkun (2002) menyatakan tanaman hias dapat dimasukkan ke dalam

tiga golongan besar, yaitu tanaman hias bunga, daun, dan batang. Sedangkan

Rahardi (1997) mengelompokkan berbagai tanaman hias yang memiliki sifat

Page 29: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

29

komersial, yaitu berbagai jenis tanaman hias yang mempunyai pasaran (daya jual)

dan nilai ekonomi tinggi ke dalam beberapa golongan sebagai berikut:

1. Tanaman anggrek yang dijual dalam bentuk bibit, tanaman dewasa dan

anggrek botolan.

2. Bunga potong, yang dipasaran dikelompokkan menjadi bunga potong non

anggrek dan bunga potong anggrek.

3. Tanaman hias pot, yang dibedakan menjadi tanaman hias dalam ruangan

(indoor) dan tanaman hias luar ruangan (outdoor).

4. Tanaman hias hidroponik.

5. Bonsai, tanaman hias dengan ukuran yang kerdil.

6. Bunga kering dan bunga tabur.

2.3 Krisan

Krisan merupakan tanaman hias bunga berupa perdu dengan sebutan lain

seruni atau bunga emas (golden flower) yang berasal dari dataran Cina. Bunga

krisan tumbuh menyemak dengan daur hidup sebagai tanaman semusim ataupun

tahunan.

2.3.1 Morfologi dan Taksonomi

Bunga krisan tumbuh tegak dengan batang yang lunak dan berwarna hijau.

Bagian tepi dari daun memiliki celah, bergerigi, dan tersusun dengan berselang

seling pada batang. Perakaran menyebar hingga kedalaman 30-40 cm.

Berdasarkan jumlah bunga yang dipelihara dalam satu tangkai, bunga krisan

dibagi ke dalam dua tipe yaitu tipe standar dan tipe spray. Tipe standar hanya

memiliki satu bunga pada satu tangkai dengan ukuran bunga yang lebih besar,

Page 30: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

30

sedangkan tipe spray memiliki 10-20 kuntum bunga dalam tiap tangkainya dengan

ukuran bunga yang kecil. Taksonomi bunga krisan menurut beberapa ahli botani

dikelompokkan ke dalam:

Kingdom : Plantae

Diviso : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa (ordo) : Asterales

Suku (famili) : Asteraceae

Marga (genus) : Chrysanthemum

Jenis (species) : Chrysanthemum, sp

2.3.2 Syarat Tumbuh

Krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap

terpaan air hujan. Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah

antara 20-26°C, masih toleran terhadap suhu udara sekitar 17-30°C. Krisan

membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit stek

yaitu 90-95 persen. Tanaman muda sampai dewasa antara 70-80 persen,

diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai. Kadar CO2 di alam sekitar 300

ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosintesa antara 600-900 ppm.

Pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup seperti greenhouse,

dapat ditambahkan CO2 hingga mencapai kadar yang dianjurkan (Karyatiningsih

et al., 2001). Tanah yang ideal untuk bunga krisan adalah bertekstur liat berpasir,

subur, gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama dan penyakit,

Page 31: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

31

memiliki derajat keasaman tanah sekitar 5,5-6,7, dan memiliki ketinggian tempat

antara 700-1200 m dpl.

2.3.3 Budidaya

Pembibitan krisan dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan anakan,

stek pucuk dan kultur jaringan. Penyemaian bibit bisa dilakukan dalam bak

ataupun melalui penyemaian kultur jaringan. Pemeliharaan untuk bibit yaitu

penyiraman dengan sprayer 2-3 kali sehari, memasang lampu untuk pertumbuhan

vegetatif dan penyemprotan pestisida apabila tanaman diserang hama atau

penyakit. Bibit stek pucuk siap dipindahtanamkan ke areal penanaman pada umur

10-14 hari setelah semai dan bibit dari kultur jaringan yang sudah berdaun 5-7

helai dan setinggi 7,5-10 cm juga siap dipindahtanamkan.

Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm atau 20 cm x 20 cm. Waktu tanam

yang baik antara pagi atau sore hari. Setelah penanaman siram dengan air dan

pasang naungan sementara dari sungkup plastik transparan. Pengairan yang paling

baik adalah pada pagi atau sore hari, pengairan dilakukan kontinyu 1-2 kali sehari,

tergantung cuaca atau media tumbuh. Hama bunga krisan terdiri atas ulat tanah

(Agrotis ipsilon), thrips (Thrips tabacci), tungau merah (Tetranycus sp) dan

penggerek daun (Liriomyza sp). Sedangkan penyakit yang biasanya terdapat pada

bunga krisan yaitu karat/rust, tepung oidium dan virus kerdil mozaik.

2.3.4 Panen dan Pasca Panen

Umur tanaman siap panen yaitu 3-4 bulan setelah tanam. Panen sebaiknya

dilakukan pagi hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi dan saat bunga krisan

berturgor optimum. Pemanenan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dipotong

tangkainya dan dicabut seluruh tanaman.

Page 32: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

32

Tata cara memanen bunga potong krisan antara lain yaitu dengan

memotong bunga sepanjang 60-80 cm dengan menyisakan tunggul batang setinggi

20-30 cm dari permukaan tanah. Setelah dipanen, kumpulkan bunga hasil panen,

lalu ikat tangkai bunga berisi sekitar 10 tangkai. Kriteria utama bunga potong

meliputi penampilan yang baik, menarik, sehat serta bebas hama dan penyakit.

2.4 Peranan Tanaman Hias Bunga Potong

Bunga potong memiliki banyak kegunaan antara lain sebagai bahan

industri makanan, minuman, obat, kosmetika, dan minyak wangi. Menurut

Soekartawi (1996) tanaman hias khususnya bunga potong mempunyai peranan,

yaitu: (a) sebagai filter (penyerap) udara kotor, (b) sumber estetika, dan (c)

mengurangi stres.

Tanaman hias dapat memberikan suasana indah mempesona, melembutkan

pandangan, dan memberikan kecemerlangan sepanjang waktu. Kehadiran tanaman

hias di tengah-tengah penghuni rumah juga memberikan kesejukan dan rasa

nyaman. Tanaman hias juga mampu menurunkan suhu pada saat udara panas dan

sekaligus mencuci udara karena tanaman merupakan sumber oksigen (Sudarmono,

1997).

Menurut Endah (2001), tanaman hias akan membuat suasana sekitar

rumah menjadi lebih hijau, memperindah komposisi warna lingkungan sekitar,

dan membuat keberadaan taman dan lingkungan sekitar rumah menjadi lebih

semarak. Tanaman hias juga dapat menciptakan kesegaran, kesejukan dan

keindahan maupun kesehatan lingkungan, selain merupakan suatu upaya dalam

pelestarian sumberdaya hayati.

Page 33: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

33

Berbagai ragam tanaman hias umumnya ditanam untuk menghijaukan dan

mempercantik suatu taman ataupun sebagai tanaman hias dalam pot yang

ditempatkan di meja ataupun di areal/ruang rumah, perkantoran, hotel, restoran

atau apartemen. Tanaman hias dengan keanekaragamannya itu tidak semata-mata

digunakan sebagai pelengkap saja, tanaman hias juga mempunyai beberapa fungsi

lain seperti (Rukmana, 1997):

1. Keindahan (estetis), tanaman yang diatur menurut komposisinya dapat

membuahkan rasa indah dan puas pada orang yang memandangnya.

Tanaman hias yang dirangkai dapat digunakan sebagai penyaluran jiwa

seni.

2. Stabilisator atau pemelihara lingkungan, keberadaan tanaman hias dapat

meredam suara, menyaring debu, menyerap gas-gas beracun, memelihara

suhu udara, dan kelembaban. Tanaman hias juga menghasilkan udara yang

sejuk dan nyaman walaupun udara bebas sebenarnya sedang amat terik.

3. Pendidikan (edukatif), tanaman dapat menumbuhkan rasa cinta pada alam

dan membentuk watak seseorang, hal ini dapat dilihat pada penataan

taman di sekolah taman kanak-kanak dan playgroup.

4. Pemeliharaan kesehatan, keindahan tanaman hias dapat menumbuhkan

rasa puas, tentram dan tenang sehingga dapat memelihara kesehatan jiwa

manusia. Proses asimilasi yang dilakukan tanaman menghasilkan O2 dari

zat asam arang sehingga udara menjadi segar.

5. Ekonomi dan sosial, tanaman hias merupakan komoditi yang

dikomersialkan dan telah mendatangkan penghasilan bagi beberapa orang.

Keteraturan penataan tanaman hias akan menimbulkan citra yang berbeda

Page 34: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

34

terhadap manusia yang berada di sekitarnya. Penataan tanaman dalam

ruangan dapat menutupi atau menyembunyikan sudut atau bagian yang

terkesan luang dan kaku atau dapat digunakan sebagai alat penyekat antar

ruang. Sedangkan kehadiran tanaman hias di kantor dapat berperan untuk

meredam pikiran yang tegang, menciptakan suasana tenang, dan secara

alami memerangi Sick Building Syndrom.

6. Tanaman obat, tanaman hias merupakan salah satu dari tanaman yang

ternyata juga bermanfaat sebagai tanaman obat. Misalnya kembang sepatu

(Hibiscus rosasinensis). Perasan kuntum bunganya dicampur sedikit

garam dan madu, diminum secara teratur sebagai obat tubercolosa dan

bronchitis. Bunga mawar (Rosa sp), tapak doro, daun dan akar tanaman ini

digunakan untuk obat diabetes dan encok.

2.5 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dimaksudkan untuk mengkaji penelitian-penelitian

yang telah dilakukan dengan mengangkat topik, produk, komoditi, maupun alat

analisis yang sama. Dari penelitian terdahulu ini, dapat diketahui kelebihan dan

kekurangan penelitian yang telah dilakukan sehingga dapat dijadikan bahan

pembelajaran. Selain itu, diharapkan peneliti dapat mencari sesuatu yang

membedakan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian-penelitian

terdahulu. Analisis kelayakan suatu usaha telah cukup banyak diteliti dengan

menggunakan berbagai alat analisis dan metode yang dinilai cukup untuk

mengukur apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan.

Page 35: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

35

Atmoko (2006) melakukan penelitian dengan menganalisis kelayakan

usahatani pembesaran dan pemasaran ikan mas (Cyprinus carpio) budidaya jaring

apung (kasus di Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Penelitian

ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaan dan kelayakan usahatani

pembesaran ikan mas, menganalisis sensitivitas dari usahatani pembesaran ikan

mas, melihat saluran, fungsi, dan lembaga pemasaran yang terkait dalam kegiatan

pemasaran produk ikan mas serta mengidentifikasi marjin pemasaran.

Berdasarkan nilai kriteria kelayakan finansial, dihasilkan nilai kriteria investasi

yang masih layak. Dalam menganalisis kepekaan usaha dicoba dengan

perhitungan kriteria investasi saat terjadi perubahan dalam harga pakan, harga

benih, biaya tenaga kerja, harga jual, dan volume produksi menunjukkan bahwa

usaha masih layak untuk dijalankan. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa

saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran ikan mas ke

pasar konsumen Sukabumi.

Samak (2006) melakukan penelitian yang berjudul analisis kelayakan

usahatani manggis (studi kasus: Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

tingkat kelayakan investasi usahatani manggis dan menganalisis tingkat kepekaan

kelayakan investasi pengusahaan manggis. Hasil analisis aspek teknis, aspek

pasar, dan aspek manajemen menunjukkan bahwa usahatani manggis di Desa

Karacak layak untuk dilaksanakan. Kriteria kelayakan investasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return

(IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan analisis sensitivitas. Hasil penelitian

menunjukkan nilai NPV Rp 65.972.779, IRR sebesar 30,99 persen di mana tingkat

Page 36: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

36

suku bunga yang digunakan adalah 8 persen, Net B/C yang diperoleh sebesar

6,483. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usahatani manggis tidak

sensitif terhadap kenaikan biaya operasional, penurunan produksi, kenaikan harga

jual, maupun kenaikan suku bunga.

Ashari (2006) menganalisis kelayakan finansial konversi tanaman kayu

manis menjadi kakao di Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci Provinsi

Jambi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan konversi tanaman

perkebunan kayu manis menjadi kakao dari segi finansial dan menganalisis

tingkat sensitivitas akibat perubahan biaya dan manfaat selama usaha perkebunan

dilaksanakan. Alat analisis yang digunakan berdasarkan kriteria investasi yaitu

NPV, IRR dan Net B/C. Berdasarkan analisis kelayakan finansial menunjukkan

bahwa konversi kayu manis menjadi kakao layak dilaksanakan. Nilai kriteria

investasi dari kakao yang lebih besar dibandingkan dengan nilai kriteria investasi

kayu manis menghasilkan kesimpulan bahwa kakao layak untuk menggantikan

kayu manis. Analisis sensitivias yang dilakukan dengan menggunakan tiga

komponen yaitu penurunan hasil produksi, penurunan harga output dan

peningkatan harga pupuk meunjukkan konversi tetap layak untuk dilaksanakan.

Affandy (2007) menganalisis kelayakan finansial usahatani gambir di

Desa Toman Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi

Sumatera Selatan. Tujuan dari penelitian ini ialah mengkaji keragaan usahatani

gambir, menganalisis kelayakan finansial usahatani gambir, serta menganalisis

tingkat kepekaan (sensitivitas) dari usahatani gambir. Hasil perhitungan analisis

kelayakan menghasilkan NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp 99.830.191.

Sedangkan nilai IRR diperoleh sebesar 77,54 persen, nilai ini berada di atas

Page 37: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

37

tingkat suku bunga yang digunakan yaitu 12,5 persen. Nilai Net B/C yang didapat

adalah 7,25. Hasil dari analisis switching value menunjukkan bahwa usahatani

gambir masih layak untuk dilaksanakan jika harga jual getah gambir kering

maksimal mengalami penurunan sebesar 53 persen. Usahatani gambir juga masih

layak jika mengalami kenaikan biaya kayu bakar maksimal sebesar 924 persen

dan kenaikan biaya tenaga kerja maksimal sebesar 93 persen. Payback period

(PP) yang diperoleh dari usaha ini adalah 1 tahun 11,6 bulan.

Wahyuni (2007), melakukan penelitian analisis kelayakan investasi

pengusahaan terong belanda (kasus di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara).

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan usaha terong belanda secara

deskriptif yang meliputi aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial,

aspek sosial dan aspek pasar, menganalisis kelayakan finansial dalam

pengusahaan terong belanda baik secara monokultur maupun tumpangsari, dan

menganalisis sensitivitas pengusahaan terong belanda terhadap beberapa faktor

seperti output produksi, harga input produksi dan harga penjualan. Analisis yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang dilakukan di

Kabupaten Karo yang meliputi analisis aspek teknis, aspek institusional-

organisasi-manajerial, aspek sosial, aspek pasar. Skenario satu di mana budidaya

terong belanda dilakukan secara monokultur menghasilkan nilai NPV sebesar

Rp 72.854.485, Net B/C sebesar 1,67, IRR sebesar 12 persen, dan Payback Period

selama 2 tahun 9 bulan. Penanaman terong belanda secara tumpangsari sebagai

skenario dua menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 70.630.390, Net B/C sebesar

2,09, IRR sebesar 15 persen, dan Payback Period selama 2 tahun 11 bulan.

Page 38: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

38

Penelitian yang dilakukan peneliti kali ini memiliki persamaan dan

perbedaan bila dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Kesamaan

penelitian dengan penelitian terdahulu adalah menganalisis kelayakan suatu usaha.

Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti bila dibandingkan dengan penelitian

terdahulu adalah kelayakan yang dianalisis dalam penelitian ini sebagai usaha

yang baru akan dilaksanakan dalam lingkup wilayah yang cukup luas yaitu

kabupaten. Komoditi yang akan diteliti adalah tanaman hias bunga potong krisan.

Aspek-aspek kelayakan yang akan dikaji adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek

institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, dan aspek finansial.

Page 39: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

39

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Studi Kelayakan Proyek

Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-

biaya dengan harapan akan memperoleh hasil, yang secara logika merupakan

wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan

pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan

pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri atas tahap-tahap identifikasi,

persiapan dan analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi (Gittinger, 1986).

Evaluasi proyek sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama

pelaksanaan proyek.

Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu

proyek biasanya merupakan proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil

(Husnan dan Suwarsono, 2000). Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa

ditafsirkan berbeda-beda. Pihak swasta lebih berminat tentang manfaat ekonomis

suatu investasi. Sedangkan pemerintah dan lembaga non profit melihat apakah

bermanfaat bagi masyarakat luas yang berupa penyerapan tenaga kerja,

pemanfaatan sumberdaya yang melimpah, dan penghematan devisa. Semakin luas

skala proyek maka dampak yang dirasakan baik secara ekonomi maupun sosial

semakin luas, karena itu studi kelayakan dilengkapi dengan analisa yang disebut

analisa manfaat dan pengorbanan (cost and benefit analysis).

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) analisis kelayakan proyek

memberikan manfaat kepada:

Page 40: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

40

1. Manfaat ekonomi proyek tersebut bagi proyek itu sendiri/manfaat finansial.

Artinya adalah apakah proyek tersebut cukup menguntungkan bila

dibandingkan dengan risiko proyek.

2. Manfaat ekonomi proyek tersebut bagi negara temspat proyek tersebut

dilaksanakan, yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi

makro suatu negara.

3. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek.

3.2 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Proyek

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), sampai saat ini belum ada

kesepakatan tentang aspek-aspek apa saja yang perlu diteliti dalam studi

kelayakan. Hal ini bergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam

investasi tersebut. Pada umumnya penelitian-penelitian melakukan kajian

terhadap aspek pasar, teknis, bahan baku dan keuangan, ada juga yang

ditambah dengan aspek sosial.

3.2.1 Aspek Pasar

Aspek pasar dan pemasaran mempelajari tentang: (1) permintaan, baik

secara total maupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar

pemakai; (2) penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri;

(3) harga, yang dilakukan dengan membandingkannya dengan produksi lainnya;

(4) program pemasaran, mencakup pemasaran yang akan dipergunakan.

Page 41: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

41

1. Permintaan

Jumlah suatu komoditi yang akan dibeli oleh suatu rumah tangga disebut

banyaknya komoditi yang diminta (Lipsey, 1995). Banyaknya komoditi

yang akan dibeli oleh rumah tangga pada periode waktu tertentu

dipengaruhi oleh variabel penting yaitu; (a) harga komoditi itu sendiri, (b)

rata-rata penghasilan rumah tangga, (c) harga-harga dari komoditi yang

berkaitan, (d) selera, dan (e) distribusi pendapatan diantara rumah tangga

dan besarnya populasi.

2. Penawaran

Penawaran merupakan banyaknya komoditi yang dijual oleh perusahaan

(Lipsey, 1995). Banyaknya komoditi yang ditawarkan oleh perusahaan

dipengaruhi oleh beberapa variabel penting diantaranya; (a) harga

komoditi tersebut, (b) harga-harga input, (c) tujuan perusahaan, dan (d)

perkembangan teknologi.

3. Harga

Berdasarkan hipotesa ekonomi, jumlah barang yang diminta berkorelasi

negatif dengan harga barang tersebut, dengan asumsi faktor lain dianggap

tetap (Lipsey, 1995). Semakin rendah harga suatu barang, maka semakin

besar pula permintaannya dan juga sebaliknya. Untuk penawaran, jumlah

barang yang ditawarkan berbanding lurus dengan harga barang tersebut,

dengan asumsi faktor lain dianggap tetap. Semakin tinggi harga suatu

barang, maka semakin besar pula penawarannya akan barang tersebut.

Tetapi sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang, maka semakin

rendah pula penawaran untuk barang tersebut.

Page 42: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

42

4. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh perusahaan

dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian

hasil produksinya. Usaha-usaha pemasaran yang dilakukan biasanya

disesuaikan dengan kedudukan produknya dalam persaingan dan siklus

produk, baik itu ketika penetrasi pasar maupun pada siklus selanjutnya.

3.2.2 Aspek Teknis

Aspek teknis adalah aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan

proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai

dibangun. Komponen aspek teknis adalah penyediaan infrastruktur dan prasarana

produksi berikut saluran pemasaran hasil produksi. Dari sini bisa dihitung

rancangan awal penaksiran biaya investasi, termasuk biaya eksploitasinya.

Biasanya pelaksanaan dan evaluasi aspek ini seringkali tidak dapat memberikan

suatu keputusan yang baku, dengan kata lain bisa terdapat beberapa alternatif

jawaban.

Dalam aspek teknis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1)

lokasi proyek, (2) besar skala operasi atau luas produksi diperhitungkan untuk

mancapai skala ekonomi, (3) kriteria pemilihan mesin dan peralatan utama serta

alat pembantu mesin dan peralatan, (4) proses produksi dan layout pabrik yang

dipilih, termasuk layout bangunan dan fasilitas lain, dan (5) jenis teknologi yang

diusulkan, termasuk didalamnya pertimbangan variabel sosial (Husnan dan

Suwarsono, 2000).

Page 43: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

43

1. Lokasi Proyek

Lokasi proyek untuk suatu perusahaan industri adalah lokasi dan lahan

pabrik serta lokasi bukan pabrik. Pengertian kedua menunjuk pada lokasi

untuk kegiatan yang secara langsung tidak berkaitan dengan proses

produksi, yakni meliputi bangunan administrasi perkantoran dan

pemasaran (Husnan dan Suwarsono, 2000).

Ada beberapa variabel yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi

proyek, yaitu variabel utama dan variabel bukan utama. Penggolongan ke

dalam kedua kelompok ini tidak bersifat baku, dalam artian masih

dimungkinkan untuk mengubah golongan sesuai dengan ciri utama output

dan proyek yang bersangkutan. Yang termasuk ke dalam variabel utama

adalah: (1) ketersediaan bahan mentah, (2) letak pasar yang dituju, (3)

tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi.

Variabel bukan utama adalah: (1) hukum dan peraturan yang berlaku di

Indonesia maupun ditingkat lokal pada rencana lokasi, (2) iklim, keadaan

tanah, (3) sikap dari masyarakat setempat (adat istiadat), dan (4) rencana

masa depan perusahaan dalam kaitannya dengan perluasan.

2. Luas Produksi

Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk

mencapai keuntungan yang optimal. Dalam penentuan luas produksi ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) batasan permintaan yang

telah diketahui terlebih dahulu dalam perhitungan market share (pangsa

pasar), (2) tersedianya kapasitas mesin-mesin, yang dalam hal ini dibatasi

oleh kapasitas teknis atau kapasitas ekonomis, (3) jumlah dan kemampuan

Page 44: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

44

tenaga kerja pengelola proses produksi, (4) kemampuan finansial dan

manajemen, serta (5) kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi

di masa yang akan datang.

3. Layout

Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan

fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan, yang meliputi layout site

(layout lahan lokasi pabrik), layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik

dan fasilitas lainnya.

4. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment

Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi

adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang dinginkan dan manfaat

ekonomi yang diharapkan, dan juga kritreria lainnya seperti: ketepatan

jenis teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang digunakan,

keberhasilan penggunaan teknologi tersebut di tempat lain yang memiliki

ciri-ciri yang hampir sama dengan lokasi proyek, tingkat pengetahuan

penduduk (tenaga kerja) setempat dan kemungkinan pengembangannya,

juga kemungkinan penggunaan tenaga kerja asing, dan pertimbangan

kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang

akan dipilih sebagai akibat keusangan.

3.2.3 Aspek Institusional-Organisasi-Manajerial

Aspek ini membicarakan tentang bagaimana merencanakan pengelolaan

proyek tersebut dalam operasinya nanti. Analisis berkaitan dengan hal-hal yang

berkenaan dengan pertimbangan mengenai sesuai tidaknya proyek dengan pola

Page 45: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

45

sosial budaya masyarakat setempat, susunan organisasi proyek agar sesuai dengan

prosedur organisasi setempat, kesanggupan/keahlian staf yang ada untuk

mengelola proyek.

3.2.4 Aspek Sosial

Analisis sosial berkenaan dengan implikasi sosial yang lebih luas dari

investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial yang harus

dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek tanggap

(responsive) terhadap keadaan sosial (Gittinger, 1986). Contoh pengaruh proyek

terhadap kondisi sosial diantaranya seperti kesempatan kerja, peningkatan

kesejahteraan petani, dan dampaknya terhadap lingkungan.

3.2.5 Aspek Finansial

Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam aspek keuangan,

yaitu: (1) aktiva tetap, (2) modal kerja, dan (3) sumber dana untuk modal kerja

dan investasi aktiva tetap. Aktiva tetap dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu

aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud. Aktiva tetap berwujud

adalah tanah dan pengembangan lokasi, bangunan dan perlengkapan, pabrik dan

mesin serta aktiva lainnya. Aktiva tetap tidak berwujud adalah biaya pendahuluan

dan biaya sebelum operasi (Husnan dan Suwarsono, 2000).

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) modal kerja dapat dibagi menjadi

dua, yaitu modal kerja netto dan modal kerja bruto. Modal kerja netto merupakan

selisih antara aktiva lancar dengan utang jangka pendek. Modal kerja bruto

Page 46: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

46

menunjukkan semua investasi yang diperlukan untuk aktiva lancar, yang terdiri

atas kas, surat-surat berharga, piutang, persedian, dan lain-lain.

Sumber dana yang dibutuhkan untuk membiayai aktiva tetap dan modal

kerja bisa dari milik sendiri, saham, obligasi, kredit bank, leasing dan project

finance. Piihak perusahaan harus mancari kombinasi sumber dana yang

mempunyai biaya terendah dan tidak menimbulkan kesulitan likuiditas bagi

proyek atau perusahaan yang mensponsori proyek tersebut selama jangka waktu

pengembalian dan penggunaan dana.

Kriteria kelayakan investasi secara finansial yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain meliputi:

1. Net Present Value (NPV)

Merupakan nilai sekarang dari selisih antara penerimaan dan biaya pada

tingkat diskonto tertentu. Penggunaan kriteria NPV ditujukan untuk

mengetahui gambaran nilai bersih suatu proyek. Suatu bisnis dikatakan

layak bila NPV lebih besar dari nol dan semakin besar NPV menunjukkan

semakin layak bisnis tersebut untuk dilaksanakan. Sebaliknya apabila

NPV di bawah nol, maka menunjukkan bahwa bisnis tidak layak untuk

diusahakan karena kegiatan usaha tersebut tidak menguntungkan.

2. Internal Rate Return (IRR)

Merupakan tingkat diskonto pada saat NPV sama dengan nol. Perhitungan

IRR dimaksudkan untuk mengetahui nilai tingkat suku bunga sosial yang

membuat NPV proyek sama dengan nol. Tingkat suku bunga tersebut

adalah tingkat suku bunga maksimum apabila modal yang digunakan

didepositokan ke bank. Adapun pembanding yang digunakan untuk

Page 47: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

47

mengukur kelayakan berdasarkan IRR adalah tingkat suku bunga yang

telah ditentukan. Suatu bisnis dikatakan layak bila dapat memberikan nilai

IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Sebaliknya

suatu bisnis dinyatakan tidak layak bila nilai IRR lebih kecil dari tingkat

suku bunga yang berlaku.

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Merupakan angka pembanding antara jumlah present value yang bernilai

positif dengan jumlah present value yang bernilai negatif. Kriteria

investasi Net B/C digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana

manfaat yang diterima oleh bisnis dapat menutup seluruh biaya yang

dikeluarkan dan mempunyai modal lagi bagi kelanjutannya. Suatu bisnis

dikatakan layak berdasarkan kriteria investasi ini, apabila nilai Net

B/C > 1, sebaliknya nilai Net B/C < 1 menunjukkan bahwa manfaat yang

diperoleh adalah lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan. Net B/C = 1

berarti besarnya manfaat yang diperoleh adalah sama besarnya dengan

biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan mnafaat tersebut.

4. Masa Pengembalian Investasi ( Discounted Payback Period)

Merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan untuk melihat

periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran

investasi. Kriteria payback period digunakan untuk mengetahui tingkat

kecepatan modal investasi yang dikeluarkan dapat kembali. Semakin cepat

modal dapat kembali semakin baik untuk membiayai kegiatan lain. Dalam

kriteria ini, suatu bisnis dikatakan layak apabila bisnis tersebut dapat

mengembalikan modal sebelum berakhirnya umur proyek tersebut.

Page 48: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

48

Sebaliknya, suatu bisnis dikatakan tidak layak jika bisnis tersebut tidak

dapat mengembalikan modal sampai saat proyek berakhir.

3.3 Cashflow

Cashflow adalah susunan arus manfaat bersih tambahan sebagai hasil

pengurangan arus biaya tambahan terhadap arus manfaat. Arus tersebut

menggambarkan keadaan dari tahun ke tahun selama jangka hidup dari suatu

proyek (Kuntjoro, 2002). Dalam penyusunan cashflow hal-hal ini harus

ditetapkan, yaitu:

1. Apakah dipergunakan harga yang tetap, artinya tidak berubah selama proyek

berjalan.

2. Harga yang dipakai adalah harga yang berlaku di pasar, jadi di sini dipakai

harga yang benar-benar diterima atau dikeluarkan petani, sedangkan harga

bahan-bahan input dipakai harga yang benar-benar dibayar oleh petani.

3. Sarana produksi selalu tersedia tepat pada waktu dan jumlah yang diperlukan

termasuk pinjaman bagi petani.

4. Pada saat proyek dimulai petani telah memiliki keterampilan dalam teknologi

yang akan dipakai

5. Setiap kegiatan dari suatu proyek harus dapat dibuat pentahapannya berikut

dengan ukuran nilainya.

3.3.1 Inflow

Inflow atau arus penerimaan dimasukkan setiap komponen yang

merupakan pemasukan bagi petani, pada saat permulaan atau selama proyek

berjalan. Komponen-komponen yang termasuk dalam inflow terdiri atas:

Page 49: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

49

1. Nilai produksi total

Nilai produksi total berasal dari produksi total yang dihasilkan

dikalikan dengan harga per satuan produk tersebut ke dalam komponen ini

termasuk semua produksi baik yang dijual maupun tidak dijual. Untuk

menilai besarnya nilai produksi total diperhitungkan semua penggunaan

produksi, yaitu nilai bagian produksi yang dijual, nilai dari bagian

produksi yang dikonsumsi sendiri, nilai dari bagian produksi untuk upah

kerja, nilai dari bagian produksi untuk barang perantara, dan nilai dari

bagian produksi untuk lain-lain. Semua harga yang dipergunakan adalah

harga di tingkat petani.

2. Nilai Sisa (Salvage Value)

Nilai sisa dimaksudkan sebagai nilai dari barang modal yang tidak

habis terpakai. Pada akhir proyek sering terjadi masih ada barang modal

yang tidak habis terpakai, terhadap barang-barang tersebut harus dinilai

harganya pada saat proyek selesai. Penaksiran nilai tersebut dilakukan

pada saat menyusun cashflow. Penentuan besarnya nilai sisa ditaksir

berdasarkan harga barang pada keadaan atau kondisi setelah proyek

berakhir.

3.3.2 Outflow

Analisis finansial komponen outflow yang diperhitungkan dalam cashflow

terdiri atas biaya barang modal, biaya beban, upah tenaga kerja, tanah, pajak, dan

lain-lain. Biaya operasional yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel juga

sebagai komponen outflow.

Page 50: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

50

3.4 Analisis Sensitivitas

Kadariah et al., (1999) mengemukakan bahwa tujuan analisis sensitivitas

adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada

suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau

manfaat. Setiap kemungkinan yang akan terjadi harus dicoba yang berarti harus

diadakan analisis kembali. Hal ini perlu karena analisis proyek didasarkan pada

proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi

diwaktu yang akan datang.

Analisis nilai pengganti (switching value) merupakan salah satu variasi

dari analisis sensitivitas. Analisis ini digunakan untuk menghitung kepekaan

investasi pada pengusahaan proyek terhadap perubahan-perubahan.

Proyek dalam sektor pertanian dapat berubah-ubah sebagai akibat dari tiga

permasalahan utama :

1. Perubahan harga jual produk

2. Kenaikan biaya

3. Perubahan volume produksi

Variabel harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan

tetap setiap tahunnya. Analisis finansial menggunakan harga produk dan biaya

pada tahun pertama analisis sebagai nilai tetap. Walaupun dalam keadaan nyata

kedua variabel dapat berubah-ubah sejalan dengan penambahan waktu. Jadi

analisis kepekaan dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga

atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria

investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak untuk dilaksanakan (Gittinger,

1986).

Page 51: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

51

3.5 Kerangka Pemikiran Operasional

Perencanaan program pengusahaan bunga potong krisan di Kabupaten

Lampung Barat adalah sebagai komitmen pemerintah daerah dalam meningkatkan

dan mengembangkan agribisnis tanaman hias di wilayah Kabupaten Lampung

Barat. Komitmen tersebut ditindaklanjuti melalui rencana staregis Pemerintah

Daerah Kabupaten Lampung Barat melalui dinas tanaman pangan dan hortikultura

untuk merencanakan program pengusahaan bunga potong krisan dengan

melibatkan kelompok wanita tani setempat. Program pengusahaan bunga potong

krisan tersebut akan dibantu dan didukung sepenuhnya oleh Pemerintah

Kabupaten Lampung Barat.

Pemerintah Kabupaten Lampung Barat dalam perencanaan program ini

melibatkan sejumlah petani yang berada di beberapa wilayah. Kelompok tani yang

nantinya berhasil dalam pengusahaan budidaya krisan ini akan dijadikan contoh

bagi petani-petani lain agar mereka melakukan hal yang sama yaitu

pembudidayaan krisan. Tujuan utama dari program pengusahaan bunga potong

krisan ialah peningkatan pendapatan petani yang arah akhirnya adalah

peningkatan kesejahteraan petani.

Pelibatan petani setempat dalam pelaksanaan program Pemerintah

Kabupaten Lampung Barat mengharuskan dilakukannya suatu kajian yang dapat

melihat bahwa program yang dilaksanakan benar-benar dapat mencapai tujuan

yaitu peningkatan pendapatan dari petani yang melaksanakan. Suatu kajian yang

dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah analisis kelayakan.

Apabila analisis kelayakan menunjukkan bahwa pengusahaan bunga potong

Page 52: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

52

krisan layak, maka rencana program pengusahaan krisan dapat dilaksanakan dan

dikembangkan.

Perhitungan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yang

digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha yaitu NPV, IRR,

Net B/C, dan Discounted Payback Period. Selain kriteria investasi, juga

digunakan analisis switching value untuk mengetahui tingkat kepekaan usahatani

terhadap keadaan yang berubah-ubah. Dari hasil analisis aspek finansial akan

diketahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh petani. Alur pemikiran dapat

digambarkan pada Gambar 1.

Page 53: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

53

Gambar 1. Alur Pemikiran Operasional

Aspek Finansial • Cashflow • NPV • IRR • Net B/C • PP

Tidak Layak Layak

Budidaya Krisan Terus

Dikembangkan

Analisis Kelayakan Usaha

• Pengembangan Agribisnis Tanaman Hias Kabupaten Lampung Barat

• Perencanaan Program Pengusahaan Bunga Potong

Krisan di Lampung Barat oleh Lima KWT Calon Pelaksana Program dengan Bantuan dan Dukungan Pemerintah Kabupaten Lampung Barat

Efisiensi Biaya dan Perbaikan

Aspek Non Finansial • Aspek Pasar • Aspek Teknis • Institusional-

Organisasi-Manajerial • Aspek Sosial

Analisis Sensitivitas

Page 54: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

54

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Balik Bukit dan Kecamatan

Sekincau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Penentuan lokasi

penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa

wilayah tersebut akan dijadikan lokasi pengusahaan bunga potong krisan di

Kabupaten Lampung Barat. Pengambilan data di lapang dilaksanakan pada Bulan

Februari-Maret 2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara peneliti dengan staf dinas

tanaman pangan dan hortikultura, penyuluh, penjual sarana produksi pertanian,

dan petani calon pelaksana program. Data primer yang diperoleh mencakup proses

produksi dan harga sarana produksi. Data sekunder diperoleh dari studi literatur

beberapa skripsi, internet, dan buku-buku yang berkaitan dengan materi

penelitian.

4.3 Calon Pelaksana Program

Populasi petani calon pelaksana program pengusahaan bunga potong

krisan berjumlah 87 orang. Petani calon pelaksana program pengusahaan bunga

potong krisan yang diamati dalam penelitian ini sejumlah 35 orang. Jumlah

Page 55: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

55

tersebut dapat memberikan gambaran umum karakteristik dari petani calon

pelaksana program pengusahaan bunga potong krisan di Kabupaten Lampung

Barat.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan

kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang

aspek-aspek pengusahaan bunga potong krisan di Kabupaten Lampung Barat yang

meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, dan

aspek sosial.

Data kuantitatif dalam aspek finansial diolah dengan menggunakan

kalkulator dan program komputer Microsoft Excel yang disajikan dalam bentuk

tabulasi guna memudahkan pemahaman. Analisis kuantitatif meliputi analisis

kelayakan finansial pengusahaan bunga potong krisan dengan menggunakan

perhitungan kriteria-kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal

Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Discounted Payback Period

(PP), dan analisis sensitivitas.

4.4.1 Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar dapat dilihat dari tersedianya pupuk dan bibit,

distribusi, kapasitas, kontinuitas, dan tingkat harga.

4.4.2 Analisis Aspek Teknis

Aspek teknis dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran

mengenai lokasi proyek, besar skala operasi/luas produksi, kriteria pemilihan

mesin dan peralatan yang digunakan, serta proses produksi yang dilakukan.

Page 56: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

56

4.4.3 Analisis Aspek Institusional-Organisasi-Manajerial

Analisis ini dapat dilihat berdasarkan sesuai tidaknya proyek dengan pola

sosial budaya masyarakat setempat dan kesanggupan atau keahlian staf yang ada

untuk mengelola proyek.

4.4.4 Analisis Aspek Sosial

Aspek sosial dapat dilakukan dengan menganalisis perkiraan dampak yang

ditimbulkan dari proyek budidaya bunga potong krisan terhadap kondisi sosial

masyarakat, lingkungan maupun terhadap manfaat kegiatan pengusahaan secara

menyeluruh.

4.4.5 Analisis Kelayakan Investasi

Analisis kelayakan investasi bertujuan untuk melihat apakah perencanaan

program pengusahaan bunga potong krisan layak atau tidak untuk dilaksanakan

secara finansial. Kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit

Cost Ratio (Net B/C), dan Discounted Payback Period.

4.4.5.1 Net Present Value (NPV)

Nilai bersih sekarang (Net Present Value) adalah selisih antara total

present value dari manfaat dan biaya pada setiap tahun kegiatan usaha. Rumus

perhitungan sebagai berikut:

∑= +

−=

n

tttt

iCBNPV

0 )1(

Page 57: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

57

Keterangan :

Bt = manfaat (benefit) dari usaha pada tahun ke-t

i = tingkat suku bunga yang berlaku

Ct = biaya (cost) dari usaha pada tahun ke-t

t = umur ekonomis proyek

Kriteria dan keputusan diambil dalam analisis ini adalah layak jika NPV > 0,

sedangkan bila NPV < 0 usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan.

4.4.5.2 Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol. Nilai IRR

yang lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang telah ditentukan,

maka usaha layak untuk diusahakan. Rumus perhitungannya adalah:

)( 121

11

2

iiNPVNPV

NPViIRR −−

+=

Keterangan:

NPV1 = NPV yang bernilai positif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif

i1 = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV positif

i2 = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV negatif

Jika ternyata IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang telah ditentukan,

maka usaha layak untuk dilakukan, sedangkan jika tingkat diskonto lebih kecil

dari tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha tidak layak untuk

diusahakan.

Page 58: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

58

4.4.5.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih

terhadap total dari biaya bersih (Gray et al., 1997).

=

=

+−+−

= n

tttt

n

tttt

iCB

iCB

CBNet

0

0

)1(

)1(/

Keterangan :

Bt = manfaat (benefit) dari usaha pada tahun ke-t

i = tingkat suku bunga yang berlaku

Ct = biaya (cost) dari usaha pada tahun ke-t

t = umur ekonomis proyek

Net B/C digunakan untuk mengukur efisiensi dalam penggunaan modal.

Bila net B/C > 1 usaha dianggap layak untuk diusahakan, jika net B/C < 1 usaha

tidak layak untuk diusahakan, dan jika net B/C = 1 maka biaya yang dikeluarkan

sama dengan keuntungan yang didapatkan.

4.4.5.4 Discounted Payback Period

Payback period merupakan jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah

investasi yang ditanamkan. Jangka waktu ini dihitung mulai dari permulaan

proyek sampai dengan arus nilai netto produksi tambahan sehingga mencapai

jumlah keseluruhan investasi yang ditanamkan (Gittinger, 1986). Metode ini

mempunyai kelemahan, yaitu diabaikannya nilai waktu uang. Untuk mengatasi

kelemahan tersebut digunakan discounted payback period. Sebelum

di mana Bt – Ct > 0 Bt – Ct < 0

Page 59: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

59

dikumulatifkan, nilai net benefit setiap tahunnya didiskontokan terlebih dahulu

sehingga diperoleh present value dari net benefit setiap tahun (Husan dan

Suwarsono, 2000). Semakin kecil angka yang dihasilkan mempunyai arti semakin

cepat tingkat pengembalian investasinya, maka usaha tersebut semakin baik untuk

dilaksanakan.

4.4.6 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan

yang berubah-ubah terhadap suatu analisis. Analisis switching value adalah salah

satu pendekatan analisis sensitivitas. Analisis switching value akan melihat apa

yang akan terjadi dengan hasil kegiatan usaha jika terjadi perubahan-perubahan

dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan pendapatan. Dalam penelitian ini

analisis switching value digunakan untuk melihat sejauh mana perubahan pada

harga input, harga output, dan volume produksi yang dapat mengakibatkan nilai

NPV sama dengan nol.

4.5 Asumsi Dasar

Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian kelayakan perencanaan

program pengusahaan bunga potong krisan ini antara lain :

1. Dilakukan dua skenario dalam penelitian ini, skenario I yaitu analisis

kelayakan pengusahaan bunga potong krisan tanpa pembibitan dan

skenario II pengusahaan bunga potong krisan dengan pembibitan.

2. Umur proyek 5 tahun berdasarkan pada umur ekonomis dari greenhouse.

Hal ini dengan pertimbangan bahwa greenhouse merupakan aset penting

Page 60: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

60

dalam budidaya bunga potong krisan dan merupakan komponen terbesar

dari biaya investasi yang dikeluarkan.

3. Harga yang digunakan adalah harga input dan output yang berlaku pada

tahun 2008.

4. Biaya yang akan dikeluarkan untuk pengusahaan bunga potong krisan

terdiri atas biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi pada

skenario I terdiri atas biaya pembangunan greenhouse, pembelian

peralatan, dan instalasi penerangan. Sedangkan pengeluaran untuk biaya

operasional tiap musim tanam seperti pembelian bibit, perlengkapan

pengemasan, pupuk, dan transportasi. Skenario II, biaya pembelian bibit

tidak dimasukkan ke dalam biaya operasional karena pada skenario ini

dilakukan pembibitan.

5. Penyusutan investasi dihitung dengan menggunakan metode garis lurus.

Nilai sisa ditetapkan untuk aset-aset yang masih memiliki umur ekonomis

ketika umur proyek telah berakhir.

6. Biaya investasi dan biaya operasional tahun pertama adalah bantuan dari

Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat.

7. Tingkat diskonto (discount rate) yang digunakan merupakan tingkat suku

bunga deposito periode April 2008 yaitu sebesar 8 persen. Pemakaian suku

bunga deposito dengan alasan bantuan yang diberikan oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten Lampung Barat adalah hibah (grants) yang tidak

dikembalikan.

8. Penghasilan yang diperoleh tidak dikenakan pajak karena pengelolaan

proyek dilakukan oleh kelompok wanita tani yang tidak berbadan hukum.

Page 61: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

61

9. Musim tanam pada skenario I sama setiap tahunnya, yaitu tiga kali musim

tanam dalam setahun. Skenario II pada tahun pertama dilakukan dua kali

pembibitan dan satu kali penanaman, sedangkan tahun kedua sampai umur

proyek berakhir dilakukan dua kali pembibitan dan tiga kali penanaman

setiap tahunnya.

10. Daya tumbuh bibit krisan pada areal penanaman adalah sebesar 95 persen.

Bunga potong krisan layak jual pada tahun pertama hanya 70 persen dari

total produksi. Tahun kedua hingga tahun kelima bunga potong krisan

layak jual sebesar 90 persen dari seluruh produksi.

11. Tiap greenhouse terdiri atas empat bedengan, di mana dua bedengan

ditanami krisan tipe spray dan dua bedengan lain ditanami krisan tipe

standar.

Page 62: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

62

BAB V

KARAKTERISTIK UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK CALON PELAKSANA PROGRAM

5.1 Karakteristik Umum Daerah Penelitian

Pengusahaan bunga potong krisan yang akan dilaksanakan di wilayah

Kabupaten Lampung Barat memilih Kecamatan Balik Bukit dan Kecamatan

Sekincau sebagai lokasi usaha. Pemilihan lokasi berdasarkan pada pertimbangan

kesesuaian agroklimat yang dibutuhkan bagi tumbuh kembangnya krisan dan

sumberdaya petani yang akan menjadi pelaksana program tersebut.

5.1.1 Kondisi Geografis

Kabupaten Lampung Barat ditinjau dari segi geografis secara umum

terletak pada 44°7’16”- 55°6’42” Lintang Selatan dan 103°35’- 104°33’35” Bujur

Timur. Wilayah Kabupaten Lampung Barat dengan luas 495.040 Ha yang terdiri

atas 17 kecamatan.

a. Kecamatan Balik Bukit

Kecamatan Balik Bukit dengan Liwa sebagai ibukotanya, merupakan salah

satu dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Barat yang memiliki

batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Kecamatan Sukau dan Provinsi Sumatera Selatan

• Sebelah Selatan : Kecamatan Pesisir Selatan

• Sebelah Barat : Kecamatan Pesisir Tengah

• Sebelah Timur : Kecamatan Batu Brak

Page 63: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

63

b. Kecamatan Sekincau

Kecamatan Sekincau dengan ibukota Giham memiliki batas administratif

sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Kabupaten Tanggamus

• Sebelah Selatan : Kecamatan Suoh

• Sebelah Barat : Kecamatan Belalau

• Sebelah Timur : Kecamatan Way Tenong

5.1.2 Topografi

Bentuk wilayah Kabupaten Lampung Barat cukup bervariasi, mulai dari

daerah datar di sebelah barat hingga daerah bergunung di sebelah timur dengan

kemiringan lahan mulai dari relatif landai hingga curam. Jenis tanahnya

didominasi oleh jenis entisol, inceptisol, dan ultisol. Secara keseluruhan letak

wilayah Kabupaten Lampung Barat berada pada ketinggian atau elevasi antara

0 sampai 2.100 meter di atas permukaan laut.

Kecamatan Balik Bukit secara keseluruhan merupakan wilayah perbukitan

dengan ketinggian 600-960 meter di atas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan

Sekincau merupakan kecamatan yang terletak di wilayah perbukitan paling tinggi

dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kabupaten Lampung Barat

dengan kisaran ketinggian antara 800-1200 meter di atas permukaan laut.

5.1.3 Iklim

Menurut klasifikasi Oldeman, akibat pengaruh dari rangkaian Pegunungan

Bukit Barisan, maka Lampung Barat memiliki dua Zone iklim :

Page 64: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

64

a. Zone A (Jumlah bulan basah ± 9 bulan), terdapat di bagian barat Taman

Nasional Bukit Barisan Selatan termasuk Krui dan Bintuhan.

b. Zone B1 (Jumlah bulan basah 7-9 bulan) terdapat di bagian timur Taman

Nasional Bukit Barisan Selatan.

Kisaran curah hujan rata-rata bulanan selama tahun 2007 berada pada selang

antara 150-350 milimeter. Kabupaten Lampung Barat memiliki curah hujan

tahunan rata-rata 1.985-3.632 milimeter per tahun dengan 9 bulan basah. Wilayah

Kabupaten Lampung Barat sebagian besar memiliki kelembaban 60-90 persen.

5.1.4 Luas Lahan Potensial

a. Kecamatan Balik Bukit

Penggunaan lahan kering di Kecamatan Balik Bukit sebesar 96,5 persen

atau 18.868 Ha dari keseluruhan penggunaan lahan di wilayah ini. Lahan yang

diperuntukkan bagi persawahan adalah seluas 682 Ha atau 3,5 persen.

Tabel 4. Penggunaan Lahan di Kecamatan Balik Bukit

No. Desa Luas Lahan Sawah Luas Lahan Kering (Ha) % (Ha) %

1. Pasar Liwa 28 4.11 1944 10.30 2. Way Mengaku 68 9.97 1758 9.32 3. Kubu Perahu 40 5.87 3356 17.79 4. Padang Cahya 31 4.55 2034 10.78 5. Sebarus 74 10.85 1647 8.73 6. Way Empula Ulu 239 35.04 1971 10.45 7. Gunung Sugih 29 4.25 732 3.88 8. Wates 40 5.87 1322 7.01 9. Padang Dalom 30 4.39 1498 7.94

10. Sukarame 31 4.55 1414 7.49 11. Bahway 72 10.56 1192 6.32 Total 682 100 18868 100

Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Lambar, 2007

Page 65: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

65

b. Kecamatan Sekincau

Lahan kering yang digunakan oleh penduduk di Kecamatan Sekincau

seluas 26.782 Ha atau 98,8 persen. Luasan penggunaan lahan sawah di wilayah ini

hanya 308 Ha sekitar 1,2 persen dari seluruh lahan yang digunakan oleh

penduduk.

Tabel 5. Penggunaan Lahan di Kecamatan Sekincau

No. Desa Luas Lahan Sawah Luas Lahan Kering (Ha) % (Ha) %

1. Pampangan 29 9.42 3117 11.64 2. Mekar Sari 58 18.83 1835.5 6.85 3. Pahayu Jaya 141.5 45.94 3033.5 11.33 4. Basungan 27.5 8.93 5088.5 18.99 5. Sekincau 0 0 2398 8.95 6. Waspada 5 1.62 1294.5 4.83 7. Tigajaya 2 0.65 2623 9.79 8. Giham Sukamaju 21 6.82 1804 6.74 9. Sidomulyo 11 3.57 2614 9.76

10. Sidodadi 13 4.22 2974 11.10 Total 308 100 26782 100

Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Lambar, 2007

5.1.5 Luas Wilayah dan Penduduk

a. Kecamatan Balik Bukit

Kecamatan Balik Bukit terdiri atas 11 desa dengan luas wilayah 19.550 Ha

atau 3,95 persen dari luas wilayah Kabupaten Lampung Barat. Kubu Perahu

dengan luas 3.396 Ha adalah desa terluas yang ada pada kecamatan ini. Jumlah

penduduk yang bermukim di kecamatan Balik Bukit sebanyak 33.645 jiwa.

Page 66: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

66

Tabel 6. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kecamatan Balik Bukit No. Desa Luas Wilayah (Ha) Jumlah Penduduk (Jiwa) 1. Pasar Liwa 1972 5527 2. Way Mengaku 1826 4939 3. Kubu Perahu 3396 1578 4. Padang Cahya 2065 5518 5. Sebarus 1721 2377 6. Way Empula Ulu 2210 1993 7. Gunung Sugih 761 900 8. Wates 1362 1786 9. Padang Dalom 1528 1100

10. Sukarame 1445 1927 11. Bahway 1264 6000 Total 19550 33645

Sumber : BPS, Lampung Barat dalam Angka 2006

b. Kecamatan Sekincau

Kecamatan Sekincau dengan luas wilayah 27.090 Ha terdiri atas 10 desa.

Desa terluas yang ada di kecamatan ini adalah Basungan dengan luas 5.116 Ha.

Jumlah penduduk yang bermukim di Kecamatan Sekincau sebanyak 37.350 jiwa.

Tabel 7. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kecamatan Sekincau No. Desa Luas Wilayah (Ha) Jumlah Penduduk (Jiwa) 1. Pampangan 3146 3052 2. Mekar Sari 1893,5 3217 3. Pahayu Jaya 3175 6625 4. Basungan 5116 4908 5. Sekincau 2398 4803 6. Waspada 1299,5 1484 7. Tigajaya 2625 2583 8. Giham Sukamaju 1825 4250 9. Sidomulyo 2625 4728

10. Sidodadi 2987 1700 Total 27090 37350

Sumber : BPS, Lampung Barat dalam Angka 2006

Tabel 8 memperlihatkan sektor pertanian menjadi lapangan usaha utama

yang digeluti oleh 79,79 persen dari keseluruhan angkatan kerja yang ada di

Kabupaten Lampung Barat. Persentase tersebut menunjukkan bahwa sebagian

Page 67: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

67

besar penduduk di kabupaten ini menggantungkan kehidupannya di sektor

pertanian. Kondisi ini disebabkan oleh wilayah Lampung Barat yang memang

didominasi oleh perbukitan yang subur sehingga cocok untuk lahan pertanian.

Tabel 8. Persentase Angkatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Utama No. Lapangan Usaha Jumlah (%) 1. Pertanian 79,79 2. Pertambangan 0,00 3. Industri Pengolahan 1,23 4. Listrik, Gas dan Air Minum 0,00 5. Konstruksi 1,75 6. Perdagangan, Restoran, dan Hotel 8,09 7. Angkutan dan Komunikasi 3,04 8. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 0,59 9. Jasa 5,34

10. Lainnya 0,16 Total 100

Sumber : BPS, Lampung Barat dalam Angka 2006

5.1.6 Perekonomian

Kabupaten Lampung Barat menjadikan sektor pertanian sebagai tulang

punggung perekonomian wilayahnya. Tabel 9 memperlihatkan kontribusi tiap

lapangan usaha bagi PDRB Kabupaten Lampung Barat. Sejak tahun 2001 hingga

2006 sektor pertanian memberikan sumbangan terbesar bagi PDRB kabupaten ini.

Sumbangan sektor pertanian pada tahun 2006 sebesar 62,09 persen yang sedikit

menurun bila dibandingkan tahun 2005 yaitu sebesar 64,68 persen, meskipun

terjadi penurunan sektor ini tetap memberikan kontribusi terbesar bagi PDRB

Kabupaten Lampung Barat.

Page 68: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

68

Tabel 9. PDRB Sektoral Kabupaten Lampung Barat 2001-2006 No. Lapangan Usaha Tahun (Persen)

2001 2002 2003 2004 2005 2006 1. Pertanian 64.46 65.01 64.30 65.29 64.68 62.09 2. Pertambangan&Penggalian 1.10 1.12 1.30 1.25 1.31 1.56 3. Industri Pengolahan 2.76 2.76 2.72 2.61 2.59 2.83 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0.27 0.18 0.23 0.25 0.24 0.24 5. Bangunan 3.63 3.72 3.72 3.55 3.75 3.77 6. Perdagangan,

Hotel&Restoran 19.82 19.22 19.31 18.78 18.51 20.02

7. Pengangkutan&Komunikasi 2.30 2.35 2.84 2.88 2.87 3.14 8. Keuangan, Sewa dan Jasa 1.68 1.68 1.65 1.62 2.33 2.62 9. Jasa-jasa 3.99 3.96 3.94 3.78 3.72 3.73

Total 100 100 100 100 100 100 Sumber : BPS, Lampung Barat dalam Angka 2006

5.1.7 Sosial Kemasyarakatan

Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting guna

meningkatkan kualitas hidup. Kebutuhan pendidikan merupakan suatu hal yang

harus dijalankan. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan semakin

berkualitas sumberdaya manusianya. Kecamatan Balik Bukit memiliki 22 unit SD

dengan 4.303 siswa, 3 unit SMP dengan 1.342 siswa, dan 1 unit SMA dengan 874

siswa. Kecamatan Sekincau memiliki 25 unit SD dengan 4.168 siswa, 3 unit SMP

dengan 871 siswa, dan 1 unit SMA dengan 348 siswa, (BPS, Lampung Barat

dalam Angka 2006)

Selain pendidikan, kesehatan juga merupakan faktor yang harus menjadi

perhatian dari pemerintah daerah setempat. Peningkatan kualitas kesehatan

masyarakat dapat diupayakan dengan penyediaan fasilitas kesehatan yang tersebar

merata dan memadai di setiap kecamatan di wilayah Kabupaten Lampung Barat

dengan biaya yang cukup terjangkau dan jarak yang mudah ditempuh.

Puskesmas yang ada di Kabupaten Lampung Barat sampai tahun 2006

adalah sebanyak 83 unit yang tersebar cukup merata di setiap wilayah kecamatan,

Page 69: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

69

(BPS, Lampung Barat dalam Angka 2006). Puskesmas yang tersebar hampir

merata memungkinkan dan memudahkan masyarakat untuk memanfaatkannya

guna menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan. Kecamatan Balik Bukit dan

Kecamatan Sekincau masing-masing memiliki delapan puskesmas di wilayahnya.

5.2 Karakteristik Umum Calon Pelaksana Program

Karakteristik petani calon pelaksana program pengusahaan bunga potong

krisan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi umur petani, pendidikan

terakhir, dan jumlah tanggungan keluarga. Pengalaman bertani, luas lahan dan

status kepemilikan lahan dalam pengusahaan bunga potong krisan tidak menjadi

bahasan dalam karakteristik petani calon pelaksana program karena karakteristik

tersebut relatif sama untuk semua calon pelaksana. Pengusahaan bunga potong

krisan yang akan dilaksanakan di Kabupaten Lampung Barat tidak hanya menjadi

pengalaman baru bagi para petani calon pelaksana tetapi juga menjadi hal baru

bagi kabupaten ini.

Jumlah dan persentase petani calon pelaksana program berdasarkan umur

diperlihatkan pada Tabel 10. Petani yang akan dilibatkan dalam pengusahaan

bunga potong krisan memiliki jumlah dan persentase terbanyak pada kisaran umur

31-40 tahun sebesar 68 persen atau sebanyak 24 orang. Dilihat dari sebaran umur

petani dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani yang akan dilibatkan dalam

pengusahaan bunga potong krisan adalah usia produktif. Petani dengan usia

produktif diharapkan mampu menghasilkan produktivitas yang optimal.

Page 70: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

70

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Calon Pelaksana Program Berdasarkan Umur

Kelompok Umur Petani (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 20-30 9 26 31-40 24 68 41-50 2 6 Total 35 100

Pendidikan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja petani dalam

transfer teknologi pengusahaan bunga potong krisan. Jumlah dan persentase

petani berdasarkan pendidikan terakhir diperlihatkan pada Tabel 11. Sebaran

terbanyak dari pendidikan terakhir petani calon pelaksana program pengusahaan

bunga potong krisan adalah tamat SMP sebesar 51 persen atau sejumlah 18 orang.

Seluruh petani calon peserta program pernah mengenyam pendidikan sehingga

tidak ada yang buta huruf yang dapat menjadi kendala dalam transfer teknologi.

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Calon Pelaksana Program Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Jumlah (orang) Persentase (%) SD 10 29

SMP 18 51 SMA 7 20 Total 35 100

Tanggungan keluarga dapat memotivasi petani untuk memperoleh

pendapatan yang lebih besar. Hal ini wajar sebab semakin besar jumlah keluarga

yang ditanggung maka semakin besar pula beban atau biaya yang dikeluarkan

petani. Jumlah dan persentase petani berdasarkan tanggungan keluarga

diperlihatkan oleh Tabel 12. Sebaran jumlah tanggungan yang paling banyak

adalah 3 sampai 4 tanggungan sebesar 66 persen atau sebanyak 23 orang.

Page 71: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

71

Tabel 12. Jumlah dan Persentase Calon Pelaksana Program Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga

Tanggungan Keluarga (orang) Jumlah (orang) Persentase (%) 1-2 8 23 3-4 23 66 >4 4 11

Total 35 100

Page 72: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

72

BAB VI

ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

6.1 Aspek Pasar

Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek

yeng berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan oleh

proyek tersebut. Pada penelitian ini aspek pasar yang akan dianalisis meliputi

peluang pasar, saluran pemasaran, dan bauran pemasaran.

6.1.1 Peluang Pasar

Pasar tujuan yang akan dimasuki oleh bunga potong krisan hasil budidaya

Kabupaten Lampung Barat adalah pusat pasar bunga di wilayah Bandar Lampung.

Pedagang pengumpul bunga potong yang ada di pusat pasar bunga tersebut

berjumlah lima orang. Informasi yang diperoleh dari wawancara dengan para

pedagang pengumpul tersebut adalah volume perdagangan bunga potong krisan di

wilayah Bandar Lampung.

Setiap pedagang pengumpul rata-rata setiap harinya dapat menjual 50 ikat

bunga potong krisan atau setara dengan 500 tangkai. Volume perdagangan bunga

potong krisan berdasarkan informasi tersebut adalah sebesar 750.000 tangkai

dalam setahun dengan asumsi 300 hari kerja dalam setahun. Bunga potong yang

diperdagangkan di wilayah tersebut sampai saat ini sebagian besar berasal dari

pasar bunga Rawa Belong Jakarta. Selama ini jumlah pasokan yang dapat

dipenuhi oleh pasar bunga Rawa Belong berkisar 60 persen dari kebutuhan pasar

bunga Bandar Lampung. Besarnya jumlah permintaan dari para pedagang

Page 73: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

73

pengumpul di Bandar Lampung seringkali tidak dapat dipenuhi oleh pasokan dari

pasar bunga Rawa Belong terutama pada hari-hari besar. Kondisi tersebut coba

dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat melalui

pengusahaan bunga potong krisan. Adanya keterbatasan dan kekurangan pasokan

bunga potong krisan pada pasar bunga di wilayah Bandar Lampung dapat menjadi

peluang pasar bagi bunga potong krisan hasil budidaya petani di Kabupaten

Lampung Barat. Bunga potong krisan yang akan dipasarkan di wilayah Bandar

Lampung dari proyek di Kabupaten Lampung Barat diperkirakan sebanyak 80

persen dari total produksi per tahun (62.208 tangkai) di mana jumlah ini hanya 8,3

persen dari keseluruhan volume perdagangan bunga potong krisan dalam setahun

di wilayah Bandar Lampung. Sehingga bunga potong krisan hasil budidaya

Lampung Barat masih memiliki kesempatan untuk diterima pasar.

Selain adanya peluang pada pasar bunga di wilayah Bandar Lampung,

pasar bunga potong krisan juga diarahkan pada konsumen di Kabupaten Lampung

Barat. Konsumen yang akan dijadikan pasar adalah konsumen non rumah tangga

seperti kantor, rumah makan, dan penginapan yang berada di wilayah Kabupaten

Lampung Barat. Adaya potensi pasar tersebut sebagai wujud nyata dukungan

Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat dalam mengembangkan agribisnis

tanaman hias khususnya bunga potong krisan yang akhirnya diharapkan dapat

meningkatkan kesejahteraan para petani pelaksana.

6.1.2 Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran yang direncanakan akan dilalui oleh bunga potong

krisan hasil budidaya Kabupaten Lampung Barat terdiri atas tiga jenis saluran.

Page 74: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

74

Ketiga jenis saluran tersebut adalah jenis saluran yang dilalui oleh bunga potong

yang diperdagangkan di wilayah Bandar Lampung.

Saluran pertama adalah bunga potong krisan dijual langsung ke pedagang

pengumpul yang berada di wilayah Bandar Lampung. Pedagang pengumpul

tersebut akan meneruskan pemasarannya ke pedagang pengecer. Selanjutnya

pedagang pengecer menjual bunga potong krisan tersebut kepada konsumen akhir.

Umumnya konsumen akhir pada pola pemasaran ini adalah konsumen rumah

tangga yang biasanya membeli dalam jumlah kecil. Perkiraan penjualan bunga

potong krisan hasil pengusahaan di Kabupaten Lampung Barat yang

menggunakan saluran ini sekitar 70 persen dari jumlah bunga potong krisan yang

akan dipasarkan ke wilayah Bandar Lampung.

Saluran pemasaran kedua dari bunga potong krisan adalah pedagang

pengumpul langsung menjual kepada konsumen akhir. Karakteristik konsumen

pada saluran kedua ini umumnya adalah konsumen non rumah tangga. Mereka

biasanya melakukan pembelian dalam partai besar. Konsumen-konsumen tersebut

seperti hotel, kantor, florist, decorator, dan restoran. Bunga potong krisan yang

menggunakan saluran ini diperkirakan sebesar 30 persen dari jumlah bunga

potong krisan yang akan dipasarkan ke wilayah Bandar Lampung.

Jenis saluran pemasaran yang terakhir yaitu petani menjual langsung

kepada konsumen, di mana saluran pemasaran ini dikhususkan untuk konsumen

yang berlokasi di wilayah Kabupaten Lampung Barat. Konsumen tersebut adalah

kantor, rumah makan, dan penginapan yang berada di wilayah kabupaten tersebut.

Pemasaran bunga potong krisan yang menggunakan saluruan pemasaran jenis

terakhir ini diperkirakan sebesar 20 persen dari total produksi. Gambar 2

Page 75: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

75

memperlihatkan saluran pemasaran bunga potong krisan hasil budidaya

Kabupaten Lampung Barat.

Gambar 2. Saluran Pemasaran Bunga Potong Krisan

6.1.3 Bauran Pemasaran

Bunga potong krisan hasil dari budidaya yang akan dilaksanakan di

Kabupaten Lampung Barat akan dijual tanpa mengalami perlakuan tambahan.

Krisan yang telah dipanen akan dibungkus menggunakan koran dan selanjutnya

akan dikemas dalam kardus untuk diteruskan kepada pedagang pengumpul.

Kemasan kardus bertujuan untuk mencegah kerusakan pada bunga potong krisan

selama dalam perjalanan. Harga jual bunga potong krisan hasil budidaya tersebut

adalah Rp 1.000 tiap tangkai untuk tipe standar dan Rp 800 per tangkai untuk tipe

spray. Harga ini sesuai dengan harga krisan di pasaran. Media yang akan

digunakan dalam mempromosikan krisan adalah mengikuti pameran yang

dilaksanakan baik dalam skala kabupaten, provinsi, maupun nasional.

Petani

Pedagang Pengumpul

Pengecer

Konsumen

Page 76: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

76

6.2 Aspek Teknis

6.2.1 Lokasi Usaha

Wilayah yang akan dijadikan lokasi pengusahaan bunga potong krisan di

Kabupaten Lampung Barat, yaitu Kecamatan Balik Bukit dan Kecamatan

Sekincau telah memenuhi syarat agroklimat yang dibutuhkan bagi tumbuh

kembangnya krisan. Greenhouse sebagai tempat budidaya bunga potong krisan

akan didirikan di wilayah dengan ketinggian berkisar 700-1100 meter di atas

permukaan laut sesuai dengan syarat ketinggian tempat yang dibutuhkan krisan

yaitu 700-1200 meter di atas permukaan laut. Lokasi usaha berada di wilayah

dengan kelembaban 60-90 persen dan curah hujan tahunan rata-rata 1.985-3.632

milimeter per tahun dengan 9 bulan basah setiap tahunnya sehingga cukup banyak

tersedia air di lokasi budidaya. Krisan termasuk tanaman yang membutuhkan air

dalam jumlah cukup banyak.

Lokasi usaha di mana budidaya krisan akan dilaksanakan telah dilengkapi

dengan sarana dan prasarana pendukung. Sarana produksi seperti pupuk, pestisida,

dan peralatan pertanian lainnya secara lengkap telah tersedia di toko-toko yang

letaknya berdekatan dengan lokasi usaha. Jumlah toko yang menyediakan sarana

produksi pertanian berjumlah 26 unit toko yang tersebar pada Kecamatan Balik

Bukit dan Kecamatan Sekincau (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2006).

Adanya jalan beraspal dan angkutan umum yang lancar dan memadai juga sebagai

fasilitas yang akan menunjang operasional pengusahaan bunga potong krisan di

Kabupaten Lampung Barat. Transportasi yang lancar dan jalan beraspal

memudahkan para petani melakukan pembelian sarana produksi pertanian dan

penjualan hasil panen.

Page 77: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

77

6.2.2 Skala Usaha

Pengusahaan bunga potong krisan yang akan dilaksanakan di Kabupaten

Lampung Barat menggunakan lima unit greenhouse. Luasan setiap unit

greenhouse adalah 96 m2 dengan lebar 8 meter dan panjang 12 meter.

Jumlah bedengan yang ada dalam tiap unit greenhouse sebanyak empat

bedengan dengan lebar 1.2 meter dan panjang 12 meter sehingga luas tiap

bedengan adalah 14.4 m2. Jarak tanam tanaman produksi krisan adalah 10 cm x 10

cm sehingga tiap bedengan berkapasitas produksi sebesar 1.440 tangkai atau

5.760 tangkai bunga potong krisan dalam satu unit greenhouse untuk satu musim

tanam. Keseluruhan kapasitas produksi dari lima unit greenhouse dalam setahun

adalah 77.760 tangkai bunga potong krisan.

Penanaman tanaman induk juga dilakukan pada greenhouse yang memiliki

luasan bedengan yang sama dengan tanaman produksi. Perbedaan terletak pada

jarak tanam, jika tanaman produksi jarak tanamnya 10 cm x 10 cm, maka jarak

tanam pada tanaman induk adalah 20 cm x 20 cm. Setiap tanaman induk dapat

menghasilkan 10 stek setiap bulannya. Pemanenan stek untuk satu kali penanaman

tanaman induk dapat dilakukan selama empat bulan. Waktu yang diperlukan

untuk satu kali pembibitan adalah lima bulan. Stek yang dapat dihasilkan untuk

satu kali pembibitan adalah 57.600 stek.

Page 78: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

78

6.2.3 Proses Produksi

a. Penanaman tanpa Pembibitan

1. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan bertujuan untuk menciptakan kondisi penanaman yang

ideal bagi tanaman, yakni lahan yang gembur sehingga memudahkan tanaman

menyerap unsur hara dari dalam tanah. Lahan yang akan digunakan dibersihkan

kemudian dicangkul dan diratakan. Setelah lahan selesai dicangkul kemudian

dilakukan pemupukan dasar dan penyiraman kemudian lahan didiamkan selama

seminggu. Setelah satu minggu, lahan dicangkul kembali dan dibuatkan bedengan.

Setelah dibuatkan bedengan masing-masing bedengan digemburkan kembali.

Tujuan dari pembuatan bedengan adalah sebagai drainase air karena tanaman akan

menjadi busuk jika tergenang air. Lebar bedengan 1.2 meter, dengan tinggi 30

centimeter dan panjangnya 12 meter. Bedengan satu dengan lainnya diberi jarak

50 centimeter sebagai jalan kebun. Jumlah bedengan yang dibuat sebanyak empat

bedengan di tiap unit greenhouse.

2. Penanaman Bibit

Penanaman bibit dilakukan pada pagi hari. Penanaman diawali dengan

memasang terlebih dahulu wire mesh, kemudian penanaman bibit dilakukan

sesuai jarak tanam wire mesh. Setiap bedengan ditanami oleh bibit dengan

varietas dan warna yang sama. Pemberian Furadan sebanyak 6-10 butir per lubang

tanam dilakukan sebelum bibit ditanam. Setelah bibit ditanam dilakukan

penyiraman dengan tujuan tanaman mendapatkan cukup air.

Page 79: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

79

3. Penyulaman

Penyulaman dilakukan seminggu setelah penanaman bibit krisan

dilakukan. Penyulaman dilakukan pada bibit-bibit yang gagal tumbuh. Bibit-bibit

krisan yang harus disulam berkisar 5 persen dari keseluruhan populasi.

4. Pemupukan

Pemupukan dasar menggunakan pupuk kandang, urea, KCL, dan SP36

dilakukan setelah lahan selesai diolah. Pemupukan urea dan KCL kembali

dilakukan setiap dua minggu dimulai pada saat tanaman berumur dua minggu

hingga menjelang panen. Saat tanaman berumur delapan minggu dilakukan

pemupukan urea, KCL, dan SP36.

5. Penyinaran

Penyinaran atau pencahayaan buatan sangat penting dilakukan dalam

kurun waktu 0-2 bulan umur tanaman. Penyinaran bertujuan untuk

memperpanjang fase vegetatif, memperkuat batang sehingga kuat untuk

mendukung pembungaan, dan mengatur ketinggian tanaman. Penyinaran

dilakukan dengan menggunakan lampu TL 40 watt selama 4 jam dimulai pukul

22.00 WIB sampai pukul 2 pagi. Pengaturan waktu penyinaran dengan

menggunakan timer.

6. Penyiraman

Penyiraman yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari, penyiraman

dilakukan kontinyu 1-2 kali sehari, tergantung cuaca atau media tumbuh.

Penyiraman dilakukan dengan cara menyiramkan air ke bagian-bagian tanaman

secara merata hingga tanah basah.

Page 80: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

80

7. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan dengan tujuan merangsang pembungaan pada

tanaman krisan agar hasil yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan pasar.

Pemangkasan dilakukan oleh petani yang telah terampil untuk mencegah

kerusakan pada tanaman krisan.

8. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang sering menyerang bunga krisan adalah kutu thrips (Thrips

tabaci) dengan species thrips hitam. Sedangkan penyakit yang sering menyerang

ialah karat daun dan busuk batang. Keduanya mengakibatkan menurunnya

kualitas krisan ketika dipanen. Pengendalian yang dilakukan petani ialah

melakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida Agrimex dan Antracol,

di mana penggunaannya dilakukan secara bergantian.

9. Panen dan Pasca Panen

Pemanenan dapat dilakukan ketika umur tanaman 100-110 hari. Panen

dilakukan saat tinggi tangkai krisan telah mencapai 80-100 centimeter, mahkota

bunga 80 persen telah mekar penuh. Teknik pemanenan yang dilakukan adalah

dengan melakukan pengguntingan tangkai di atas akar.

Bunga-bunga krisan yang telah dipanen terlebih dahulu direndam dalam

larutan air dan vetsin sebelum dilakukan pengemasan. Bunga-bunga tersebut

diletakkan dalam ember besar yang memungkinkan sebagian besar tangkai krisan

terendam. Perendaman dilakukan selama 30 menit.

Setelah proses perendaman, krisan terlebih dahulu dikeringanginkan

sebelum dikemas. Setelah krisan cukup kering dapat dilakukan pengemasan.

Krisan-krisan tersebut dibungkus koran terlebih dahulu. Setiap bungkus atau

Page 81: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

81

ikatan terdiri atas 10 tangkai krisan. Krisan yang telah dibungkus koran tersebut

dimasukkan ke dalam kardus, kapasitas tiap kardusnya 500 tangkai atau 50 ikat,

dengan tujuan mencegah kerusakan selama perjalanan sehingga krisan tetap

terjaga kualitasnya.

b. Penanaman dengan Pembibitan

Proses produksi penanaman dengan pembibitan sama halnya dengan

proses produksi yang terjadi pada penanaman tanpa pembibitan. Proses diawali

dengan penanaman tanaman induk. Pemanenan stek pertama kali dapat dilakukan

ketika tanaman induk telah berumur dua minggu. Tiap tanaman induk mampu

menghasilkan sepuluh stek dalam satu bulan. Pemanenan stek dapat dilakukan dua

minggu sekali.

Stek yang telah dipanen terlebih dahulu menjalani proses pengakaran

sebelum digunakan sebagai bibit bagi tanaman produksi dan tanaman induk.

Proses pengakaran dilakukan pada bak pengakaran yang telah diisi arang sekam

sebagai media tanam. Jarak tanam stek adalah 4 cm x 4 cm. Penanaman stek pada

bak pengakaran diawali dengan mencelupkan stek pada larutan Rootone-F, yaitu

zat perangsang akar pada setiap pangkal stek. Konsentrasi larutan Rootone-F

adalah 10 gram untuk setiap 50 cc air. Tahap selanjutnya adalah penanaman stek

pada bak pengakaran yang telah dibasahi terlebih dahulu. Pemeliharaan dilakukan

dengan penyinaran dan penyiraman stek setiap hari hingga umur 10 hari. Panen

bibit dapat dilakukan setelah stek berumur 10 hari di mana stek telah

mengeluarkan akar dan siap dipindahkan pada areal penanaman.

Page 82: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

82

6.3 Aspek Intitusional-Organisasi-Manajerial

Kelompok wanita tani yang akan melaksanakan pengusahaan bunga

potong krisan masing-masing dipimpin oleh seorang ketua yang berperan sebagai

koordinator dalam operasional pengusahaan krisan. Ketua kelompok tani akan

malakukan koordinasi dengan penyuluh dan kelompok wanita tani lain yang juga

mengusahakan bunga potong krisan. Peran lain ketua kelompok tani adalah

melakukan pembagian tugas dan tanggung jawab dalam pengusahaan bunga

potong krisan. Tugas dan tangung jawab yang akan dibagi dalam kelompok tani

meliputi pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, panen dan

pasca panen, hingga pemasaran. Pembagian tugas dan tanggung jawab dalam

pengelolaan budidaya bunga potong krisan sangat perlu dilakukan. Tujuan dari

adanya pembagian tugas dan tanggung jawab adalah agar setiap anggota

mengetahui, menyadari, dan melaksanakan tugas dan tangggung jawab masing-

masing sehingga operasional pengusahaan bunga potong krisan dapat berjalan

lancar dan memberikan hasil yang optimal.

Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat selain menyalurkan

bantuan juga melakukan pembinaan dan pendampingan pada petani pelaksana

melalui penyuluh lapangan. Penyuluh sebagai tenaga lapangan akan melakukan

pembinaan secara rutin kepada para petani pelaksana budidaya bunga potong

krisan. Pembinaan yang dilakukan oleh penyuluh meliputi pengajaran teknik

budidaya krisan yang benar serta penanganan panen dan pasca panen yang tepat.

Pembinaan tersebut penting untuk dilakukan karena budidaya bunga dalam hal ini

bunga potong krisan adalah sesuatu yang baru bagi para petani. Selain pembinaan

yang dilakukan oleh penyuluh, pelatihan juga akan diberikan kepada perwakilan

Page 83: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

83

dari tiap kelompok tani. Pertemuan tiap anggota dalam satu kelompok dan antar

kelompok wanita tani pelaksana pengusahaan bunga potong krisan juga akan

diadakan secara rutin sebagai wadah diskusi dan tempat berbagi informasi yang

berkaitan dengan pelaksanaan budidaya krisan. Penyuluh lapangan berperan

sebagai narasumber dalam pertemuan yang diadakan baik dalam satu kelompok

tani maupun antar kelompok tani.

6.4 Aspek Sosial

Pengusahaan bunga potong krisan yang akan dilaksanakan di Kabupaten

Lampung Barat sebagai program pemerintah daerah dalam meningkatkan dan

mengembangkan agribisnis tanaman hias yang melibatkan sejumlah kelompok

wanita tani (KWT) sebagai pelaksana.

KWT tersebut terdiri atas istri-istri petani yang secara umum anggotanya

tidak memiliki pekerjaan tetap. Aktivitas sehari-hari anggota KWT adalah

membantu suami di lahan ataupun hanya tinggal di rumah. Adanya pengusahaan

bunga potong krisan akan memberikan kesempatan bagi wanita-wanita tani

tersebut untuk memiliki pekerjaan yang dapat memberikan tambahan penghasilan.

Keuntungan yang akan diperoleh dari pengusahaan bunga potong krisan

rencananya digunakan sebagai modal simpan pinjam bagi para anggota. Sehingga

keuntungan yang akan diperoleh kelompok selain keuntungan dari pengusahaan

bunga potong krisan, juga berasal dari pembayaran bunga pinjaman. Jumlah dan

lama peminjaman disesuaikan dengan kondisi anggota dan dana yang tersedia.

Keuntungan yang akan dibagikan di akhir tahun kepada anggota adalah sisa hasil

usaha.

Page 84: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

84

Manfaat yang akan diperoleh oleh para petani pelaksana proyek selain

tambahan penghasilan adalah pengetahuan dan keterampilan tentang budidaya

tanaman hias khususnya bunga potong krisan yang tidak dimiliki sebelumnya.

Selain itu pengembangan usaha ini juga diharapkan akan memberikan contoh

positif bagi sistem usahatani yang intensif dan lebih maju kepada masyarakat

sekitar lokasi proyek, yang bersifat praktis yaitu melalui learning by doing dan

seeing is believing.

Adat istiadat dan budaya masyarakat di sekitar lokasi usaha mendukung

dilaksanakannya budidaya krisan. Masyarakat setempat menerima dengan baik

rencana pengusahaan bunga potong krisan dan siap membantu jika diperlukan.

Dampak makro dari adanya pengusahaan bunga potong krisan adalah

menambah lapangan pekerjaan di wilayah Kabupaten Lampung Barat yang

diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Peningkatan penghasilan masyarakat diharapkan turut meningkatkan gerak laju

perekonomian di kabupaten ini.

Page 85: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

85

BAB VII

ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu

proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis finansial dilakukan dengan

menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value (NPV),

Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Discounted

Payback Period (PP). Dalam melakukan analisis dengan empat kriteria tersebut

digunakan arus kas (cash flow) untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima

dan biaya yang dikeluarkan dari pengusahaan bunga potong krisan selama umur

proyek yaitu lima tahun. Sebelum membuat arus kas (cash flow) terlebih dahulu

dilakukan analisis terhadap manfaat dan biaya.

Analisis finansial pengusahaan bunga potong krisan di Kabupaten

Lampung Barat dibedakan ke dalam dua skenario. Skenario I yaitu pengusahaan

bunga potong krisan tanpa melakukan pembibitan dan skenario II yaitu

pengusahaan bunga potong krisan dengan melakukan pembibitan.

7.1 Analisis Finansial Skenario I (Penanaman tanpa Pembibitan)

7.1.1 Analisis Manfaat

Manfaat adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan

sebuah proyek. Arus manfaat yang diterima dari pengusahaan bunga potong

krisan pada skenario I adalah penerimaan dari penjualan bunga potong krisan dan

nilai sisa.

Page 86: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

86

7.1.1.1 Penerimaan Penjualan

Produksi bunga potong krisan dihasilkan dari lima unit greenhouse dengan

tiga kali musim tanam setiap tahunnya. Tiap unit greenhouse terdiri atas empat

bedengan dengan pola tanam dua bedengan diperuntukkan bagi krisan tipe standar

dan dua bedengan lagi diperuntukkan bagi krisan tipe spray. Bunga potong krisan

yang layak jual setiap tahunnya tidak sama, produksi bunga potong krisan layak

jual pada tahun pertama adalah sebesar 70 persen dan baru pada tahun kedua

sampai umur proyek habis produksi bunga potong krisan layak jual telah optimal

sebesar 90 persen.

Kapasitas per bedengan diperoleh dari luas bedengan dibagi dengan jarak

tanam krisan. Bedengan dengan lebar 1,2 m dan panjang 12 m dengan jarak tanam

krisan 10 cm x 10 cm berkapasitas 1.440 tangkai bunga potong krisan untuk satu

musim tanam. Setiap unit greenhouse memiliki empat bedengan sehingga dalam

satu musim tanam tiap unit greenhouse mampu berproduksi sebesar 5.760

tangkai. Keseluruhan bunga potong krisan yang dapat diproduksi dengan tiga

musim tanam dalam setahun dari lima unit greenhouse yang didirikan adalah

sebanyak 86.400 tangkai. Namun hasil produksi tersebut tidak semua layak jual,

sesuai dengan asumsi yang digunakan bahwa pada tahun pertama produksi bunga

potong krisan layak jual sebesar 70 persen dan pada tahun kedua hingga berakhir

umur proyek bunga potong krisan layak jual sebesar 90 persen dari keseluruhan

produksi. Sehingga pada tahun pertama bunga potong krisan layak jual untuk

masing-masing tipe adalah sebesar 30.240 tangkai, sedangkan tahun kedua dan

seterusnya jumlah bunga potong krisan layak jual sebanyak 38.880 tangkai untuk

masing-masing tipe krisan.

Page 87: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

87

Penerimaan dari penjualan bunga potong krisan dalam setahun dihasilkan

dari perkalian antara harga masing-masing tipe krisan dengan jumlah produksi

selama setahun. Tipe standar dengan harga Rp 1.000 per tangkai dan tipe spray

seharga Rp 800 tiap tangkainya. Kisaran harga krisan tipe standar di wilayah

Bandar Lampung adalah Rp 1.000 - Rp 1.200, penggunaan harga dalam analisis

finansial ini adalah harga papan bawah (Rp 1.000). Untuk krisan tipe spray di

Bandar Lampung memiliki kisaran harga Rp 800 – Rp 1.000, harga yang

digunakan dalam menganalisis aspek finansial adalah harga papan bawah sebesar

Rp 800.

Tahun pertama program dihasilkan penerimaan dari seluruh greenhouse

yang ada sebesar Rp 54.432.000 di mana jumlah ini lebih kecil bila dibandingkan

dengan penerimaan tahun-tahun selanjutnya yaitu sebesar Rp 69.984.000. Jumlah

keseluruhan penerimaan yang diperoleh dari penjualan bunga potong krisan

selama umur proyek adalah sebesar Rp 334.368.000.

Perkiraan penerimaan dari penjualan bunga potong krisan yang diperoleh

masing-masing kelompok tani adalah sebesar Rp 13.374.720 per tahun atau Rp

800.000 per orang per tahun. Penerimaan yang akan diperoleh tiap kelompok tani

pelaksana dari rata-rata penerimaan tiap tahun dibagi jumlah kelompok tani

pelaksana, sedangkan perkiraan penerimaan yang diperoleh tiap anggota

kelompok tani dihasilkan dari rata-rata penerimaan tiap tahun dibagi jumlah

anggota kelompok tani. Rincian perkiraan produksi dan penerimaan dari

penjualan bunga potong krisan disajikan dalam Tabel 13.

Page 88: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

88

Tabel 13. Produksi dan Penerimaan per Tahun Skenario I (Penanaman tanpa Pembibitan)

Tahun Produksi (Tangkai) Harga (Rp) Pendapatan (Rp)

Total (Rp) Standar Spray Standar Spray Standar Spray 1 30240 30240 1000 800 30.240.000 24.192.000 54.432.000 2 38880 38880 1000 800 38.880.000 31.104.000 69.984.000 3 38880 38880 1000 800 38.880.000 31.104.000 69.984.000 4 38880 38880 1000 800 38.880.000 31.104.000 69.984.000 5 38880 38880 1000 800 38.880.000 31.104.000 69.984.000

Total 334.368.000

7.1.1.2 Nilai Sisa (Salvage Value)

Salvage value merupakan nilai sisa dari barang-barang modal (investasi)

yang tidak habis terpakai selama umur proyek berlangsung dan dinilai pada saat

umur proyek berakhir. Nilai sisa yang diperoleh dari pengusahaan bunga potong

krisan pada skenario I adalah sebesar Rp 9.082.500 sebagai hasil keseluruhan dari

barang-barang modal yang masih memiliki nilai ketika umur proyek telah

berakhir. Rincian besarnya nilai sisa pada akhir umur proyek diperlihatkan dalam

Tabel 14.

Tabel 14. Nilai Sisa Skenario I (Penanaman tanpa Pembibitan) No. Jenis Pengeluaran Nilai Sisa (Rp) 1. Engsel dan Gembok 37.5002. Lampu 375.0003. Steker 15.0004. Drum Plastik 150.0005. Gunting Pangkas 76.6676. Gunting Kertas 21.6677. Cangkul 116.6668. Kored 25.0009. Ember 85.000

10. Gembor 160.00011. Straples 20.00012. Sumur 5.000.00013. Pompa air 3.000.000

Total 9.082.500

Page 89: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

89

7.1.2 Analisis Biaya

Komponen biaya pada pengusahaan bunga potong krisan dikelompokkan

menjadi dua jenis biaya yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya

investasi adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan faktor-faktor

produksi yang digunakan dalam proses produksi. Biaya operasional adalah

sejumlah dana yang dikeluarkan agar proses produksi berlangsung.

7.1.2.1 Biaya Investasi

Biaya investasi pada pengusahaan bunga potong krisan dikeluarkan pada

tahun pertama. Investasi yang dikeluarkan meliputi pembangunan greenhouse,

pembelian peralatan, sumur dan instalasi penerangan. Pada penelitian ini terdapat

biaya reinvestasi, yaitu biaya yang dikeluarkan ketika nilai ekonomis dari suatu

aset kurang dari umur proyek.

Perhitungan biaya pembangunan satu unit greenhouse dijabarkan secara

rinci dalam Lampiran 4. Biaya pembangunan lima unit greenhouse adalah sebesar

Rp 24.912.500 atau 55,84 persen dari keseluruhan biaya investasi yang

dikeluarkan. Pembangunan seluruh unit greenhouse merupakan komponen

terbesar dari seluruh biaya investasi sehinga dijadikan perkiraan umur proyek.

Jumlah seluruh biaya investasi yang dikeluarkan pada pengusahaan bunga potong

krisan skenario I adalah sebesar Rp 44.612.500. Rincian biaya investasi

diperlihatkan dalam Tabel 15.

Page 90: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

90

Tabel 15. Biaya Investasi Skenario I (Penanaman tanpa Pembibitan)

No. Jenis

Pengeluaran Umur Teknis Jumlah

Harga (Rp)

Total (Rp) Persentase

1. Greenhouse 5 5 4.982.500 24.912.500 55,842. Pompa Air 10 5 1.200.000 6.000.000 13,453. Sumur 10 5 2.000.000 10.000.000 22,424. Selang Air 5 50 7.500 375.000 0,845. Cangkul 3 10 35.000 350.000 0,786. Kored 3 5 15.000 75.000 0,177. Handsprayer 5 5 325.000 1.625.000 3,648. Ember 2 20 8.500 170.000 0,389. Drum Plastik 3 5 90.000 450.000 1,01

10. Gembor 2 10 32.000 320.000 0,7211. Gunting Pangkas 3 10 23.000 230.000 0,5212. Gunting Kertas 3 10 6.500 65.000 0,1513. Straples 2 10 4.000 40.000 0,09Total 44.612.500 100

Selain untuk biaya tersebut, investasi juga dikeluarkan untuk pembelian

peralatan-peralatan yang diperlukan bagi proses budidaya bunga potong krisan.

Peralatan dan perlengkapan diganti sesuai dengan umur teknisnya dan dilakukan

reinvestasi pada tahun peralatan tersebut diganti. Reinvestasi pada pengusahaan

bunga potong krisan dilakukan pada tahun ketiga, keempat dan kelima. Biaya

reinvestasi yang dilakukan pada tahun ketiga memiliki besaran yang sama dengan

biaya reinvestasi pada tahun kelima yaitu sebesar Rp 530.000 yang secara rinci

diperlihatkan oleh Tabel 16.

Tabel 16. Reinvestasi Tahun Ketiga dan Kelima Skenario I (Penanaman tanpa Pembibitan)

No. Jenis Pengeluaran Satuan Jumlah Harga (Rp) Total (Rp) 1. Ember Buah 20 8.500 170.0002. Gembor Buah 10 32.000 320.0003. Straples Buah 10 4.000 40.000

Total 530.000

Page 91: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

91

Tahun keempat biaya reinvestasi yang dikeluarkan adalah sebesar

Rp 2.452.500. Biaya reinvestasi pada tahun tersebut mencakup biaya reinvestasi

komponen greenhouse dan peralatan. Rincian biaya reinvestasi tahun keempat

dijabarkan secara rinci dalam Tabel 17.

Tabel 17. Reinvestasi Tahun Keempat Skenario I (Penanaman tanpa Pembibitan)

No. Jenis Pengeluaran Satuan Jumlah Harga (Rp) Total (Rp) 1. Engsel dan Gembok Set 5 22.500 112.5002. Lampu Buah 90 12.500 1.125.0003. Steker Buah 5 9.000 45.0004. Drum Plastik Buah 5 90.000 450.0005. Gunting Pangkas Buah 10 23.000 230.0006. Gunting Kertas Buah 10 6.500 65.0007. Cangkul Buah 10 35.000 350.0008. Kored Buah 5 15.000 75.000

Total 2.452.500

7.1.2.2 Biaya Operasional

Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama

proyek berjalan. Biaya ini meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya

operasional dikeluarkan pada tahun kesatu sampai tahun kelima.

1. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah

produk yang dihasilkan dan nilainya sama setiap tahun. Biaya tetap yang

dikeluarkan dari pengusahaan bunga potong krisan skenario I meliputi sewa lahan,

sewa gudang dan pembayaran listrik. Sewa lahan untuk lima unit greenhouse

adalah sebesar Rp 1.000.000 per tahun dan pembayaran listrik untuk seluruh

greenhouse setiap tahunnya sebesar Rp 4.500.000 (Tabel 18).

Page 92: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

92

Tabel 18. Biaya Tetap per Tahun Skenario I (Penanaman tanpa Pembibitan) No. Biaya Jumlah 1. Sewa Lahan 1.000.0002. Sewa Gudang 1.500.0003. Listrik 4.500.000

Total 7.000.000

2. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah

produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Unsur-unsur yang termasuk ke

dalam biaya variabel pada pengusahaan bunga potong krisan skenario I

(penanaman tanpa pembibitan) adalah biaya pembelian bibit, pupuk dan pestisida,

pasca panen dan transportasi, serta tenaga kerja.

A. Bibit

Pengusahaan bunga potong krisan pada skenario I hanya dilakukan

penanaman. Bibit yang digunakan berasal dari pembelian seharga Rp 350 per

bibit. Kebutuhan bibit untuk seluruh greenhouse pada satu musim tanam adalah

30.240 bibit. Jumlah kebutuhan bibit tersebut berdasarkan pada perhitungan luas

satu unit bedengan dibagi jarak tanam krisan dikali dengan jumlah seluruh

bedengan ditambah lima persen untuk penyulaman. Musim tanam pada skenario I

dalam setiap tahunnya sama yaitu tiga kali musim tanam, sehingga kebutuhan

bibit dalam setahun sebayak 90.720 bibit. Sehingga biaya pembelian bibit untuk

setiap tahun adalah sebesar Rp 31.752.000.

B. Pupuk dan Pestisida

Pemupukan susulan yang dilakukan pada skenario I sebanyak empat kali.

Pupuk diberikan saat tanaman berumur 2 minggu dan pemupukan ulang setiap dua

Page 93: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

93

minggu sekali hingga tanaman berumur 8 minggu. Pemupukan yang dilakukan

dimulai dari pemupukan dasar hingga pemupukan susulan yang diberikan tiap dua

minggu sekali hingga menjelang panen. Kebutuhan pupuk dasar untuk satu musim

tanam pada satu unit greenhouse ialah pupuk kandang 300 kg, urea 2 kg, KCL 3,5

kg, dan SP36 3 kg. Pupuk susulan yang diberikan pada setiap unit greenhouse

untuk satu musim tanam adalah 0,6 kg urea, 2,4 kg KCL, dan 0,6 kg SP36.

Pestisida yang digunakan adalah agrimex, antracol, dan furadan. Kebutuhan

pestisida tiap unit greenhouse untuk satu musim tanam adalah 0,2 antracol, 100 cc

agrimex, dan 1 kg furadan. Jumlah keseluruhan biaya dikeluarkan untuk pupuk

dan pestisida setiap tahun untuk seluruh greenhouse adalah sebesar Rp 5.455.800.

Rincian biaya pemupukan disajikan dalam Tabel 19.

Tabel 19. Kebutuhan Pupuk dan Pestisida per Tahun Skenario I (Penanaman tanpa Pembibitan)

No. Pupuk dan Pestisida Satuan Kebutuhan

(Tahun) Harga (Rp)

Jumlah (Rp/Tahun)

1. Pupuk Urea Kg 39 1.700 66.3002. Pupuk KCL Kg 89 6.000 534.0003. Pupuk SP36 Kg 54 2.500 135.0004. Pupuk Kandang Kg 4500 500 2.250.0005. Agrimex Cc 1500 1.400 2.100.0006. Antracol Kg 3 76.000 228.0007. Furadan Kg 15 9.500 142.500

Total 5.455.800

C. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam pengusahaan bunga potong krisan

adalah para anggota kelompok tani. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja

selama setahun untuk semua unit greenhouse adalah Rp 4.500.000 dengan upah

Rp 20.000 per HOK (hari orang kerja). Penggunaan tenaga kerja untuk lima

greenhouse selama setahun dapat dilihat pada Tabel 20.

Page 94: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

94

Tabel 20. Penggunaan Tenaga Kerja per Tahun Skenario I (Penanaman tanpa Pembibitan)

No. Uraian HOK 1. Persiapan Lahan 30 2. Penanaman dan Penyulaman 30 3. Penyiraman dan Penyiangan 60 4. Pemupukan 30 5. Pengendalian HPT 30 6. Disbudding 60 7. Panen dan Pasca Panen 60

Total 225

D. Pasca Panen

Biaya pasca panen meliputi biaya pengemasan dan biaya pengiriman

bunga potong krisan. Biaya panen dan pasca panen antara tahun pertama dan

tahun kedua hingga seterusnya memiliki perbedaan. Tahun pertama bunga potong

krisan layak jual hanya sebesar 70 persen sedangkan pada tahun kedua hingga

berakhirnya umur proyek bunga potong krisan layak jual sebesar 90 persen.

Perbedaan jumlah produksi tersebut berimplikasi pada perbedaan biaya yang

dikeluarkan untuk pengemasan dan pengiriman bunga potong krisan. Tabel 21

memperlihatkan rincian biaya pasca panen pada skenario I.

Tabel 21. Biaya Pasca Panen Skenario I (Penanaman tanpa Pembibitan)

No. Jenis Pengeluaran Biaya Pasca Panen

Tahun Pertama Tahun Kedua dst 1. Koran 60.000 75.0002. Isi Straples 15.000 20.0003. Selotip 22.000 25.0004. Vetsin 3.000 4.0005. Kardus 1.210.000 1.560.0006. Transportasi 1.815.000 2.340.000

Total 3.125.000 4.024.000

Page 95: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

95

7.2 Analisis Finansial Skenario II (Penanaman dengan Pembibitan)

7.2.1 Analisis Manfaat

Arus manfaat pada skenario II meliputi penerimaan dari penjualan bunga

potong krisan, penjualan bibit krisan, dan nilai sisa. Produksi bunga potong krisan

maupun bibit krisan tidak sama setiap tahunnya.

7.2.1.1 Penerimaan Penjualan Krisan

Penanaman tanaman produksi pada skenario ini dalam tahun pertama

hanya dilakukan satu kali musim tanam. Bunga potong krisan layak jual pada

tahun pertama hanya 70 persen atau sebanyak 10.080 tangkai untuk tipe standar

maupun tipe spray, sedangkan untuk tahun kedua hingga tahun kelima bunga

potong krisan layak jual adalah sebanyak 90 persen dari keseluruhan produksi.

Tahun pertama diperoleh penerimaan sebesar Rp 18.144.000, sedangkan

penerimaan pada tahun kedua hingga berakhirnya umur proyek sebesar

Rp 69.984.000 untuk setiap tahunnya. Penerimaan yang diperoleh selama umur

proyek dari penjualan bunga potong krisan pada skenario II (penanaman dengan

pembibitan) adalah sebesar Rp 298.080.000.

Tabel 22. Produksi dan Penerimaan per Tahun Skenario II (Penanaman dengan Pembibitan)

Tahun Produksi (Tangkai) Harga (Rp) Penerimaan (Rp)

Total (Rp) Standar Spray Standar Spray Standar Spray 1 10080 10080 1000 800 10.080.000 8.064.000 18.144.0002 38880 38880 1000 800 38.880.000 31.104.000 69.984.0003 38880 38880 1000 800 38.880.000 31.104.000 69.984.0004 38880 38880 1000 800 38.880.000 31.104.000 69.984.0005 38880 38880 1000 800 38.880.000 31.104.000 69.984.000

Total 298.080.000

Page 96: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

96

7.2.1.2 Penerimaan Penjualan Bibit

Pembibitan dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun. Bibit yang dapat

diproduksi setiap tahunnya digunakan selain sebagai bibit pada tanaman produksi

juga digunakan sebagai bibit bagi tanaman induk. Apabila persedian bibit telah

memenuhi kebutuhan, maka persediaan yang berlebih tersebut dapat dijual. Bibit

yang diproduksi dan dapat digunakan sebagai bibit pada tanaman produksi dan

tanaman induk dalam tahun pertama hanya sebesar 70 persen. Tahun kedua

hingga berakhirnya umur proyek, jumlah bibit yang dapat digunakan adalah

sebesar 90 persen dari total bibit yang diproduksi.

Tanaman induk yang dapat ditanam dalam satu bedengan dengan luas

bedangan 14,4 m2 dan jarak tanam 20 cm x 20 cm adalah sebanyak 360 tanaman

induk. Setiap tanaman induk mampu berproduksi 10 stek per bulan, di mana

pemanenan stek dilakukan selama 4 bulan.

Berdasarkan uraian di atas, bibit yang dapat dihasilkan pada tahun pertama

adalah 80.640 bibit dan produksi bibit tahun kedua hingga tahun kelima sebesar

103.680 bibit. Tahun pertama kelebihan bibit sejumlah 48.888 bibit. Jumlah

tersebut diperoleh dari produksi bibit selama setahun dikurangi kebutuhan bibit

untuk tanaman produksi dan tanaman induk. Tahun kedua dan seterusnya jumlah

bibit yang berlebih sebanyak 9.936 bibit. Harga tiap bibit adalah Rp 350 sehingga

penerimaan yang diperoleh dari penjualan bibit selama umur proyek yaitu sebesar

Rp 31.021.200. Tabel 23 memperlihatkan secara rinci produksi dan penerimaan

yang diperoleh dari penjualan bibit per tahun.

Page 97: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

97

Tabel 23. Produksi dan Penerimaan per Tahun Penjualan Bibit

Tahun

Produksi Bibit

(Tangkai)

Kebutuhan Bibit Surplus

(Tangkai)Harga (Rp)

Penerimaan (Rp)

Tanaman Produksi

Tanaman Induk

1 80640 30240 1512 48888 350 17.110.8002 103680 90720 3024 9936 350 3.477.6003 103680 90720 3024 9936 350 3.477.6004 103680 90720 3024 9936 350 3.477.6005 103680 90720 3024 9936 350 3.477.600

Total 31.021.200

Penerimaan yang diperoleh masing-masing kelompok tani dari penjualan

bunga potong dan bibit krisan (skenario II) adalah sebesar Rp 13.164.048 per

tahun atau sebesar Rp 760.000 per orang per tahun. Penerimaan per tahun yang

diperoleh tiap kelompok tani tersebut berasal dari penerimaan penjualan bunga

potong krisan dan penjualan bibit krisan per tahun dibagi dengan jumlah

kelompok tani yang ada. Sedangkan penerimaan per orang per tahun berasal dari

total penerimaan per tahun dibagi jumlah anggota kelompok tani.

7.2.1.3 Nilai Sisa (Salvage Value)

Nilai sisa diperoleh pada akhir program yaitu pada tahun kelima. Aset

yang masih memiliki umur teknis ketika program telah berakhir perlu

diperhitungkan nilai sisanya. Nilai sisa pada skenario II (penanaman dengan

pembibitan) diperoleh sebesar Rp 16.434.166,67. Tabel 24 memperlihatkan

beberapa aset yang memiliki nilai sisa yang relatif besar saat program telah

berakhir. Aset-aset tersebut adalah sumur, pompa air, bak pengakaran, dan air

conditioner.

Page 98: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

98

Tabel 24. Nilai Sisa Skenario II (Penanaman dengan Pembibitan) No. Jenis Pengeluaran Nilai Sisa (Rp) 1. Ember 85.0002. Gembor 192.0003. Straples 20.0004. Drum Plastik 180.0005. Gunting Pangkas 92.0006. Gunting Kertas 21.666,677. Engsel dan Gembok 52.5008. Lampu 550.0009. Steker 21.000

10. Cangkul 140.00011. Kored 30.00012. Sumur 6.000.00013. Pompa Air 3.600.00014. Bak Pengakaran 3.000.00015. Rak Penyimpanan 450.00016. Air Conditioner 2.000.000

Total 16.434.166,67

7.2.2 Analisis Biaya

Komponen biaya pada skenario II yaitu penanaman dengan pembibitan

terdiri atas biaya investasi dan biaya operasional. Biaya tetap dan biaya variabel

adalah bagian dari biaya operasional.

7.2.2.1 Biaya Investasi

Biaya investasi pada skenario II lebih besar apabila dibandingkan dengan

biaya investasi skenario I. Biaya investasi yang lebih besar pada skenario II

disebabkan adanya dua unit greenhouse tambahan yang digunakan sebagai tempat

pembibitan. Komponen biaya investasi terbesar adalah pembuatan greenhouse

yaitu sebesar Rp 34.877.500 atau sebesar 50,23 persen dari total biaya investasi

yang dikeluarkan. Keseluruhan biaya investasi yang dikeluarkan sebesar Rp

69.437.500, biaya investasi secara rinci disajikan dalam Tabel 25.

Page 99: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

99

Tabel 25. Biaya Investasi Skenario II (Penanaman dengan Pembibitan)

No. Jenis

Pengeluaran Umur Teknis Jumlah

Harga (Rp)

Total (Rp) Persentase

1. Greenhouse 5 7 4982.500 34.877.500 50,23 2. Pompa Air 10 6 1200.000 7.200.000 10,37 3. Sumur 10 6 2000.000 12.000.000 17,28 4. Selang Air 5 60 7.500 450.000 0,65 5. Cangkul 3 12 35.000 420.000 0,60 6. Kored 3 6 15.000 90.000 0,13 7. Handsprayer 5 6 325.000 1.950.000 2,81 8. Ember 2 20 8.500 170.000 0,24 9. Drum Plastik 3 6 90.000 540.000 0,78

10. Gembor 2 12 32.000 384.000 0,55 11. Gunting Pangkas 3 12 23.000 276.000 0,40 12. Gunting Kertas 3 10 6.500 65.000 0,09 13. Straples 2 10 4.000 40.000 0,06 14. Bak Pengakaran 10 12 500.000 6.000.000 8,64 15. Air Conditioner 10 2 2000.000 4.000.000 5,76 16. Rak Penyimpanan 10 3 300.000 900.000 1,30 17. Lampu 3 6 12.500 75.000 0,11 Total 69.437.500 100

Reinvestasi dilakukan pada peralatan pertanian yang umur ekonomisnya

telah habis sebelum proyek berakhir. Reinvestasi dilakukan pada tahun ketiga,

keempat, dan kelima. Tahun ketiga dan kelima membutuhkan dana reinvestasi

yang besarnya sama yaitu sejumlah Rp 594.000.

Tabel 26. Reinvestasi Tahun Ketiga dan Kelima Skenario II (Penanaman dengan Pembibitan)

No. Jenis Pengeluaran Satuan Jumlah Harga (Rp) Total (Rp) 1. Ember buah 20 8.500 170.0002. Gembor buah 12 32.000 384.0003. Straples buah 10 4.000 40.000

Total 594.000

Reinvestasi pada tahun keempat meliputi reinvestasi peralatan pertanian

dan komponen greenhouse. Jumlah biaya reinvesatsi pada tahun keempat sebesar

Page 100: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

100

Rp 3.261.500, jumlah ini lebih besar dibandingkan reinvestasi yang dilakukan

pada tahun ketiga dan kelima disebabkan adanya reinvestasi komponen

greenhouse.

Tabel 27. Reinvestasi Tahun Keempat Skenario II (Penanaman dengan Pembibitan)

No. Jenis Pengeluaran Satuan Jumlah Harga (Rp) Total (Rp) 1. Engsel dan Gembok Set 7 22.500 157.5002. Lampu Buah 132 12.500 1.650.0003. Steker Buah 7 9.000 63.0004. Drum Plastik Buah 6 90.000 540.0005. Gunting Pangkas Buah 12 23.000 276.0006. Gunting Kertas Buah 10 6.500 65.0007. Cangkul Buah 12 35.000 420.0008. Kored Buah 6 15.000 90.000

Total 3.261.500

7.2.2.2 Biaya Operasional

1. Biaya Tetap

Biaya tetap yang dikeluarkan pada skenario II meliputi pembayaran listrik,

sewa lahan, sewa gudang dan sewa ruangan. Ruangan tersebut digunakan sebagai

ruang penyimpan stek sebelum proses pengakaran dilakukan. Biaya tetap

besarnya sama selama umur proyek. Penanaman dengan pembibitan (skenario II)

membutuhkan biaya tetap Rp 12.000.000 untuk setiap tahun. Rincian biaya tetap

disajikan dalam Tabel 28.

Tabel 28. Biaya Tetap per Tahun Skenario II (Penanaman dengan Pembibitan)

No. Jenis Pengeluaran Jumlah 1. Sewa Lahan 1.400.000 2. Sewa Gudang 1.500.000 3. Sewa Ruangan 1.500.000 4. Listrik 7.600.000

Total 12.000.000

Page 101: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

101

2. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah

produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Biaya yang termasuk ke dalam

biaya variabel pada pengusahaan bunga potong krisan skenario II adalah biaya

pembelian bibit, pupuk dan pestisida, pasca panen dan transportasi, serta tenaga

kerja.

A. Bibit

Biaya pembelian bibit pada skenario II hanya dilakukan pada musim

tanam pertama dari tanaman induk pada tahun pertama. Biaya bibit ini

dikeluarkan karena proses pembibitan mandiri belum dilakukan. Kebutuhan bibit

selanjutnya baik untuk tanaman induk maupun tanaman produksi berasal dari bibit

hasil pembibitan mandiri. Biaya pembelian bibit adalah hasil kali antara harga

bibit (Rp 350) dengan kebutuhan bibit (1.512 bibit) yaitu sebesar Rp 529.200.

B. Pupuk dan Pestisida

Pemupukan susulan yang dilakukan pada skenario II sebanyak delapan

kali. Pupuk diberikan saat tanaman berumur 2 minggu dan dilakukan pemupukan

ulang dua minggu sekali sampai tanaman berumur 16 minggu. Kebutuhan pupuk

dan pestisida untuk semua unit greenhouse pada tahun pertama di mana hanya ada

satu kali musim tanam bagi tanaman produksi dan dua kali pembibitan dapat

dilihat dalam Tabel 29. Tahun pertama biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan

adalah sebesar Rp 4.563.900.

Page 102: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

102

Tabel 29. Kebutuhan Pupuk dan Pestisida Tahun Pertama Skenario II (Penanaman dengan Pembibitan)

No. Pupuk dan Pestisida Satuan Kebutuhan

(Tahun) Harga (Rp)

Jumlah (Rp/Tahun)

1. Pupuk Urea Kg 20 1.700 34.0002. Pupuk KCL Kg 47 6.000 282.0003. Pupuk SP36 Kg 18 2.500 45.0004. Pupuk Kandang Kg 2100 500 1.050.0005. Agrimex Cc 700 1.400 980.0006. Antracol Kg 1.4 76.000 106.4007. Furadan Kg 7 9.500 66.5008. Rootone-F Kg 1 200.000 200.0009. Arang Sekam Kg 600 3.000 1.800.000

Total 4.563.900

Pupuk dan pestisida yang dibutuhkan untuk semua greenhouse pada tahun

kedua hingga berakhirnya umur proyek di mana terdapat tiga kali penanaman

tanaman produksi dan dua kali pembibitan disajikan dalam Tabel 30. Biaya yang

dikeluarkan untuk pemupukan pada tahun kedua dan seterusnya sama yaitu

sebesar Rp 8.199.100.

Tabel 30. Kebutuhan Pupuk dan Pestisida Tahun Kedua hingga Tahun Kelima Skenario II (Penanaman dengan Pembibitan)

No. Pupuk dan Pestisida Satuan Kebutuhan

(Tahun) Harga (Rp)

Jumlah (Rp/Tahun)

1. Pupuk Urea Kg 46 1.700 78.2002. Pupuk KCL Kg 106 6.000 636.0003. Pupuk SP36 Kg 54 2.500 135.0004. Pupuk Kandang Kg 5100 500 2.550.0005. Agrimex Cc 1700 1.400 2.380.0006. Antracol Kg 3.4 76.000 258.4007. Furadan Kg 17 9.500 161.5008. Rootone-F Kg 1 200.000 200.0009. Arang Sekam Kg 600 3.000 1.800.000

Total 8.199.100

Page 103: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

103

C. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam pengusahaan bunga potong krisan

adalah anggota kelompok tani. Penggunaan tenaga kerja pada akenario II terjadi

perbedaan antara tahun pertama dengan tahun berikutnya. Frekuensi pembibitan

dan penanaman tanaman produksi sebagai peyebab perbedaan dalam penggunaan

tenaga kerja. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pada tahun pertama

adalah sebesar Rp 2.500.000 dengan upah per HOK Rp 20.000. Rincian

penggunaan tenaga kerja pada tahun pertama dalam skenario II disajikan dalam

Tabel 31.

Tabel 31. Penggunaan Tenaga Kerja Tahun Pertama Skenario II (Penanaman dengan Pembibitan)

No. Uraian HOK 1. Persiapan Lahan 14 2. Penanaman dan Penyulaman 14 3. Penyiraman dan Penyiangan 28 4. Pemupukan 14 5. Pengendalian HPT 7 6. Disbudding 10 7. Panen Stek 16 8. Pengakaran 10 9. Panen dan Pasca Panen 12

Total 125

Jumlah tenaga kerja dalam setahun yang digunakan pada tahun kedua dan

seterusnya adalah sebanyak 275 HOK sehingga biaya yang dikeluarkan untuk

tenaga kerja dengan upah Rp 20.000 per HOK adalah Rp 5.500.000. Rincian

penggunaan tenaga kerja tersebut dijabarkan dalam Tabel 32.

Page 104: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

104

Tabel 32. Penggunaan Tenaga Kerja Tahun Kedua hingga Tahun Kelima Skenario II (Penanaman dengan Pembibitan)

No. Uraian HOK 1. Persiapan Lahan 34 2. Penanaman dan Penyulaman 34 3. Penyiraman dan Penyiangan 68 4. Pemupukan 34 5. Pengendalian HPT 17 6. Disbudding 30 7. Panen Stek 16 8. Pengakaran 10 9. Panen dan Pasca Panen 32

Total 275

D. Pasca Panen

Biaya pasca panen meliputi biaya pengemasan dan biaya pengiriman

bunga potong dan bibit krisan. Tahun pertama bunga potong krisan yang layak

jual dan bibit krisan yang layak pakai hanya sebesar 70 persen sedangkan pada

tahun kedua hingga berakhirnya umur proyek sebesar 90 persen. Perbedaan

jumlah bunga potong krisan layak jual dan bibit layak pakai tersebut

menyebabkan adanya perbedaan biaya yang dikeluarkan untuk pengemasan dan

pengiriman. Rincian biaya pasca panen skenario II disajikan pada Tabel 33.

Tabel 33. Biaya Pasca Panen Skenario II (Penanaman dengan Pembibitan)

No. Jenis Pengeluaran Biaya Pasca Panen

Tahun Pertama Tahun Kedua dst 1. Koran 25.000 75.0002. Isi Straples 5.000 20.0003. Plastik 50.000 50.0004. Tisu 20.000 20.0005. Selotip 10.000 30.0006. Vetsin 3.000 4.0007. Kardus 890.000 1.660.0008. Transportasi 1.335.000 2.490.000

Total 2.338.000 4.349.000

Page 105: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

105

7.3 Analisis Kelayakan Finansial

7.3.1 Kelayakan Finansial Penanaman tanpa Pembibitan (Skenario I)

Kriteria kelayakan pengusahaan bunga potong krisan dilihat dari nilai Net

Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return

(IRR), dan Discounted Payback Period (PP). Nilai dari kriteria tersebut diperoleh

dengan memperhitungkan selisih antara manfaat bersih yang diperoleh dengan

biaya yang dikeluarkan. Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dihitung

dengan nilai sekarang (present value) dengan menggunakan nilai tingkat diskonto

yang berlaku.

Tabel 34. Kelayakan Finansial Skenario I (Penanaman tanpa Pembibitan) Kriteri Investasi Nilai

NPV 17.604.865,13 IRR 26%

Net B/C 1,5 PP 4 Tahun 3 Bulan

Berdasarkan Tabel 34 terlihat bahwa hasil perhitungan analisis kelayakan

menghasilkan NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp 17.604.865,13 angka ini

menunjukkan nilai sekarang (present value) dari penerimaan bersih yang akan

diterima selama 5 tahun yang akan datang pada tingkat diskonto 8 persen.

Sedangkan nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 26 persen, nilai ini berada di

atas tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 8 persen. Nilai IRR tersebut

menunjukkan bahwa pada saat tingkat diskonto sebesar 26 persen, maka nilai

NPV proyek sama dengan nol. Selain itu, nilai Net B/C yang diperoleh besarnya

lebih dari satu yaitu sebesar 1,5, nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00

biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih (net benefit) sebesar

Rp 1,5. Discounted Payback Period (PP) yang diperoleh dari usaha ini adalah 4

Page 106: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

106

tahun 3 bulan. NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga

deposito, serta Net B/C nilainya lebih besar dari satu, maka dapat disimpulkan

bahwa pengusahaaan bunga potong krisan pada skenario I (penanaman tanpa

pembibitan) layak untuk dilaksanakan.

7.3.2 Kelayakan Finansial Penanaman dengan Pembibitan (Skenario II)

Kelayakan finansial pengusahaan bunga potong krisan pada skenario II

juga menggunakan kriteria NPV, IRR, Net B/C, dan Discounted Payback Period.

Tingkat diskonto yang digunakan sama dengan tingkat diskonto pada skenario I.

Tabel 35. Kelayakan Finansial Skenario II (Penanaman dengan Pembibitan) Kriteri Investasi Nilai

NPV 89.094.324,85 IRR 69%

Net B/C 2,7 PP 2 Tahun 11 Bulan

Berdasarkan Tabel 35 terlihat bahwa hasil perhitungan analisis kelayakan

menghasilkan NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp 89.094.324,85 angka ini

menunjukkan nilai sekarang (present value) dari penerimaan bersih yang akan

diterima selama 5 tahun yang akan datang pada tingkat diskonto 8 persen.

Sedangkan nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 69 persen, nilai ini berada di

atas tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 8 persen. Nilai IRR tersebut

menunjukkan bahwa pada saat tingkat diskonto sebesar 69 persen, maka nilai

NPV proyek sama dengan nol. Selain itu, nilai Net B/C yang diperoleh besarnya

lebih dari satu yaitu sebesar 2,7, nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00

biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih (net benefit) sebesar

Rp 2,7. Discounted Payback Period (PP) yang diperoleh dari usaha ini adalah 2

Page 107: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

107

tahun 11 bulan. NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga

deposito, serta Net B/C nilainya lebih besar dari satu, maka dapat disimpulkan

bahwa pengusahaan bunga potong krisan pada skenario II (penanaman dengan

pembibitan) layak untuk dilaksanakan.

7.3.3 Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Kedua Skenario

Perbandingan analisis kelayakan finansial antara penanaman tanpa

pembibitan (skenario I) dan penanaman dengan pembibitan (skenario II) dapat

dilihat pada Tabel 36. Analisis kelayakan finansial skenario II menunjukkan

kriteria investasi yang nilainya lebih besar dibandingkan dengan skenario I.

Berdasarkan perbandingan analisis kelayakan finansial dari kedua skenario yang

digunakan didapatkan hasil bahwa pengusahaan bunga potong krisan dengan

melakukan pembibitan (skenario II) lebih memberikan keuntungan.

Tabel 36. Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Kedua Skenario

Kriteri Kelayakan Nilai Skenario I Skenario II

NPV 17.604.865,13 89.094.324,85 IRR 26% 69%

Net B/C 1,5 2,7 PP 4 Tahun 3 Bulan 2 Tahun 11 Bulan

7.4 Analisis Switching Value

7.4.1 Analisis Switching Value Penanaman tanpa Pembibitan (Skenario I)

Analisis switching value dilakukan untuk mengetahui besar perubahan

maksimum yang masih menunjukkan kriteria layak apabila terjadi perubahan-

perubahan pada komponen inflow atau outflow. Analisis switching value yang

Page 108: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

108

dilakukan dalam skenario I adalah kenaikan harga beli bibit, penurunan harga jual

bunga potong krisan, dan penurunan volume produksi bunga potong krisan pada

tingkat diskonto 8 persen. Switching value yang dilakukan terhadap faktor input

yaitu kenaikan harga bibit dengan pertimbangan bahwa biaya pembelian bibit

sebagai komponen terbesar dalam biaya variabel pada skenario I (penanaman

tanpa pembibitan). Pengusahaan bunga potong krisan pada skenario I masih layak

untuk dilaksanakan jika mengalami kenaikan harga beli bibit maksimal sebesar

13,5 persen. Budidaya krisan juga masih layak diusahakan jika harga jual bunga

potong krisan maksimal mengalami penurunan sebesar 6,5 persen dan penurunan

volume produksi bunga potong maksimal sebesar 6,5 persen. Rincian switching

value pada skenario I dapat dilihat pada Tabel 37.

Tabel 37. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario I (Penanaman tanpa Pembibitan)

No. Parameter Persentase (%) 1. Kenaikan Harga Beli Bibit 13,5 2. Penurunan Harga Jual Krisan 6,5 3. Penurunan Volume Produksi Krisan 6,5

7.4.2 Analisis Switching Value Penanaman dengan Pembibitan (Skenario II)

Analisis switching value juga dilakukan pada skenario II. Analisis

switching value yang dilakukan dalam skenario ini adalah kenaikan harga beli

pupuk dan pestisida, penurunan harga jual bunga potong krisan, dan penurunan

volume produksi bunga potong krisan pada tingkat diskonto 8 persen. Switching

value yang dilakukan terhadap faktor input pada skenario ini (penanaman dengan

pembibitan) adalah kenaikan harga beli pupuk dan pestisida. Harga beli pupuk

dan pestisida sebagai komponen terbesar dalam biaya variabel pada skenario II

sebagai pertimbangan dilakukannya switching value, agar apabila terjadi

Page 109: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

109

perubahan berupa kenaikan harga beli pupuk dan pestisida, hasil analisis

switching value tetap dapat memberikan gambaran kelayakan. Pengusahaan bunga

potong krisan skenario II (penanaman dengan pembibitan) masih layak untuk

dilaksanakan apabila harga beli pupuk dan pestisida mengalami maksimal

kenaikan sebesar 400 persen. Pengusahaan bunga potong krisan juga masih layak

untuk dilaksankan jika harga jual bunga potong krisan maksimal mengalami

penurunan sebesar 38 persen dan mengalami penurunan volume produksi bunga

potong krisan maksimal sebesar 38 persen. Rincian switching value pada skenario

II dapat dilihat pada Tabel 38.

Tabel 38. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario II (Penanaman dengan Pembibitan)

No. Parameter Persentase (%) 1. Kenaikan Harga Beli Pupuk dan Pestisida 400 2. Penurunan Harga Jual Krisan 38 3. Penurunan Volume Produksi Krisan 38

7.4.3 Perbandingan Hasil Analisis Switching Value

Tabel 39 membandingkan switching value yang dilakukan pada setiap

skenario. Skenario I (penanaman tanpa pembibitan) masih layak untuk diusahakan

apabila terjadi penurunan maksimal 6,5 persen pada harga dan volume bunga

potong krisan. Sedangkan skenario II (penanaman dengan pembibitan) masih

layak diusahakan apabila terjadi penurunan maksimal 38 persen pada harga dan

volume produksi bunga potong krisan. Analisis switching value menunjukkan

bahwa pengusahaan bunga potong krisan tanpa pembibitan (skenario I) lebih peka

terhadap perubahan yang terjadi baik pada penurunan harga jual maupun

penurunan volume produksi apabila dibandingkan dengan skenario II (penanaman

dengan pembibitan).

Page 110: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

110

Tabel 39. Perbandingan Hasil Analisis Switching Value pada Kedua Skenario Parameter Persentase (%)

Skenario I Skenario II Penurunan Harga Jual Krisan 6,5 38 Penurunan Volume Produksi Krisan 6,5 38

Page 111: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

111

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

1. Hasil analisis aspek pasar menyimpulkan perencanaan program

pengusahaan bunga potong krisan di Kabupaten Lampung Barat layak

dilaksanakan. Hal ini berdasarkan adanya peluang pasar dan potensi pasar

bagi bunga potong krisan hasil budidaya Kabupaten Lampung Barat.

Lokasi usaha yang relatif memenuhi syarat pertumbuhan dan

perkembangan krisan sebagai indikator rencana program pengusahaan

bunga potong krisan layak dari aspek teknis. Adanya manfaat yang akan

diperoleh oleh kelompok wanita tani pelaksana menjadikan rencana

program pengusahaan bunga potong krisan layak dilaksanakan dari aspek

sosial. Kelayakan dari aspek institusional-organisasi-manajerial dapat

dilihat dari pengelolaan usaha bunga potong krisan yang akan

dilaksanakan oleh kelompok tani dengan pendampingan penyuluh.

2. Analisis finansial menunjukkan rencana program pengusahaan bunga

potong krisan dengan atau tanpa pembibitan sama-sama memberikan

keuntungan. Namun jenis pengusahaan yang lebih menguntungkan adalah

skenario II (penanaman dengan pembibitan). Hal ini dilihat dari hasil

analisis finansial yang menunjukkan bahwa NPV, IRR, Net B/C, dan

discouted payback period yang lebih baik dibandingkan pengusahaan

skenario I (penanaman tanpa pembibitan).

Page 112: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

112

3. Hasil switching value menunjukkan bahwa pengusahaan bunga potong

krisan skenario I (penanaman tanpa pembibitan) lebih sensitif

dibandingkan skenario II (penanaman dengan pembibitan) terhadap

perubahan baik pada penurunan harga jual maupun volume produksi

bunga potong krisan.

8.2 Saran

1. Pengusahaan bunga potong krisan yang sebaiknya dilaksanakan di

Kabupaten Lampung Barat adalah penanaman tanpa pembibitan

berdasarkan pada karakteristik dari petani calon pelaksana yang belum

memiliki pengalaman, meskipun berdasarkan analisis finansial penanaman

dengan pembibitan memberikan keuntungan yang lebih baik. Apabila

skenario II (penanaman dengan pembibitan) yang dipilih untuk

dilaksanakan, pemerintah daerah setempat melalui penyuluh dituntut

memberikan bimbingan secara intensif pada pelaksana karena proses

pembibitan membutuhkan kemampuan dan keterampilan yang relatif

tinggi.

2. Pemerintah Kabupaten Lampung Barat sebaiknya melakukan monitoring

dan evaluasi secara berkala saat program pengusahaan bunga potong

krisan sedang berjalan guna menilai kinerja pengusahaan bunga potong

krisan.

3. Petani pelaksana program pengusahaan bunga potong krisan sebaiknya

diikutsertakan dalam pelatihan secara rutin guna meningkatkan

Page 113: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

113

kemampuan dan keterampilan mereka baik dalam budidaya maupun

pemasaran.

4. Pengusahaan bunga potong krisan di Kabupaten Lampung Barat sebaiknya

dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga misi Kabupaten

Lampung Barat untuk meningkatkan dan mengembangkan agribisnis

tanaman hias dapat tercapai, serta peningkatkan kesejahteraan petani pun

dapat terwujud.

Page 114: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

114

DAFTAR PUSTAKA

Affandy, Medy. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Gambir di Desa Toman Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Agung, I.G.N. 2005. Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Raja

Grafindo Persada. Jakarta. Ashari, S.N. 2006. Analisis Kelayakan Finansial Konversi Tanaman Kayu Manis

Menjadi Kakao di Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Asosiasi Bunga Indonesia. 2007. Daftar Produk Asbindo.

http://www.asbindo.com [25 Oktober 2007]. Atmoko, G.D. 2006. Analisis Kelayakan Usahatani Pembesaran dan Pemasaran

Ikan Mas (Cyprinus carpio) Budidaya Jaring Apung (Kasus di Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia. http://www.bps.go.id [3 November 2007]. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Barat. 2007. Lampung Barat

Dalam Angka. Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat. Lampung Barat.

[Deptan] Departemen Pertanian. 2007. PDB Subsektor Hortikultura 2004.

http://www.deptan.go.id [5 Oktober 2007]. [Depnakertrans] Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2008. Angkatan

Kerja Berdasarkan Lapangan Kerja Utama dan Jenis Kelamin. http://www.nakertrans.go.id [14 Januari 2008].

Page 115: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

115

Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Lampung Barat. 2007. Potensi Sektor Pertanian Kabupaten Lampung Barat. Lampung Barat.

Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung. 2008. Luas Panen

dan Produksi Krisan Provinsi Lampung. Lampung. Endah, H. Joesi. 2001. Membuat Tanaman Hias Rajin Berbunga. Cetakan Pertama. PT. Agro Media Pustaka. Tangerang. Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta. Gray, et al. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi kedua. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta. Husnan, S. dan Suwarsono, M. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi keempat AMP YKPN. Yogyakarta.

Kadariah, et al. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. LPFE. Universitas Indonesia. Jakarta.

Karyatiningsih, et al. 2001. Pedoman Budidaya Tanaman Sehat (Anggrek, Krisan,

Jahe). Direktorat Perlindungan Hortikultura, Dirjen Bina Produksi Hortikutura. Jakarta.

Kuntjoro. 2002. Kelayakan Finansial Proyek. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi.

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lipsey, R.G. 1995. Pengantar Mikroekonomi (terjemahan). Edisi Kesepuluh. Jilid

Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. Palungkun, Rony., Yovita Hety Indriani., dan Yustina Erna Widyastuti. 2002.

Menghijaukan Ruangan. Penebar Swadaya. Jakarta. Rahardi, F., Sri Wahyuni., dan Eko M. Nurcahyo. 1997. Agribisnis Tanaman

Hias. Cetakan keempat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Page 116: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

116

Rukmana, H. Rahmat. 1997. Teknik Perbanyakan Tanaman Hias. Cetakan Pertama. Kanisius. Yogyakarta.

Samak, Kasim. 2006. Analisis Kelayakan Usahatani Manggis (Studi Kasus: Desa

Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Soekartawi. 1996. Manajemen Agribisnis Bunga Potong. Universitas Indonesia

(UI Press). Jakarta. Singarimbun, M. dan Efendi, S. 2006. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta. Sudarmono, AS. 1997. Tanaman Hias Ruangan: Mengenal dan Merawat.

Kanisisus. Yogyakarta. Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Kedua. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wahyuni, Enda. 2007. Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Terong Belanda

(Kasus di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara). Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Widyawan, Rosa. 1994. Bunga Potong: Tinjauan Literatur. Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Page 117: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

117

LAMPIRAN

Page 118: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

118

Lampiran 1. Luas Panen dan Produksi Krisan Nasional 2002- 2006 Tahun Luas Panen (m2) Produksi (tangkai) 2002 3.251.556 25.804.630 2003 2.089.780 27.406.464 2004 1.542.812 27.683.449 2005 2.076.546 47.465.794 2006 1.939.039 63.716.256

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura 2005, data diolah

Lampiran 2. PDRB, Jumlah Penduduk, dan Pendapatan Perkapita Tahun 2002-2006

Tahun PDRB Jumlah Penduduk (Orang)

Pendapatan Perkapita (Rp)

2002 1.039.184,65 377.298,00 2.958.619,26 2003 1.066.213,16 382.706,00 3.107.108,30 2004 1.123.285,93 388.113,00 3.274.492,43 2005 1.174.761,95 393.520,00 3.465.298,62 2006 1.203.905,67 407.008,00 3.686.254,16

Sumber : BPS, Lampung Barat dalam Angka 2006

Page 119: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

119

Lampiran 3. Kios Saprodi di Kecamatan Balik Bukit dan Sekincau No. Desa Jumlah 1. Mekar Sari 6 2. Pahayu Jaya 1 3. Basungan 2 4. Sekincau 4 5. Waspada 2 6. Tiga Jaya 1 7. Giham Sukamaju 3 8. Sidomulyo 6 9. Pasar Liwa 1

Total 26 Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2006

Lampiran 4. Biaya Pembuatan Satu Unit Greenhouse

No. Jenis Biaya SatuanUmur

Ekonomis JumlahHarga Satuan

Harga Total

1. Bambu Batang 5 20 15.000 300.0002. Plastik UV Kg 5 18 27.000 486.0003. Net Meter 5 80 20.000 1.600.0004. Engsel dan Gembok Set 3 1 22.500 22.5005. Paku Kg 5 2 15.000 30.0006. Kawat Meter 5 180 1.000 180.0007. Lampu Buah 3 18 12.500 225.0008. Instalasi Listrik Unit 5 1 1.500.000 1.500.0009. Steker Buah 3 1 9.000 9.000

10. Timer Set 3 1 130.000 130.00011. Tenaga Kerja Hok 25 20.000 500.000Total 4.982.500

Page 120: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

Lampiran 5. Daftar KWT Calon Pelaksana Program Pengusahaan Bunga Potong Krisan di Kabupaten Lampung Barat No. Nama Umur (tahun) Alamat Pendidikan Terakhir Tanggungan 1. Khodariyah 29 Desa Sekincau, Kecamatan Sekincau SD 3 2. Marlena 30 Desa Sekincau, Kecamatan Sekincau SMP 3 3. Sri Resmini 31 Desa Sekincau, Kecamatan Sekincau SMA 2 4. Endang 42 Desa Sekincau, Kecamatan Sekincau SMA 3 5. Suliyati 37 Desa Sekincau, Kecamatan Sekincau SMP 4 6. Supriyatin 32 Desa Sekincau, Kecamatan Sekincau SD 4 7. Ipah 35 Desa Sekincau, Kecamatan Sekincau SD 5 8. Kristianing 35 Desa Giham Sukamaju, Kecamatan Sekincau SMP 3 9. Puji 30 Desa Giham Sukamaju, Kecamatan Sekincau SMP 2

10. Maryani 35 Desa Giham Sukamaju, Kecamatan Sekincau SD 4 11. Riris 29 Desa Giham Sukamaju, Kecamatan Sekincau SMP 1 12. Siti 40 Desa Giham Sukamaju, Kecamatan Sekincau SD 3 13. Mujiati 40 Desa Giham Sukamaju, Kecamatan Sekincau SMA 3 14. Hartinah 22 Desa Giham Sukamaju, Kecamatan Sekincau SMP 1 15. Wasilatun 40 Desa Waspada, Kecamatan Sekincau SD 5 16. Kartini 32 Desa Waspada, Kecamatan Sekincau SMP 2 17. Wahyunah 25 Desa Waspada, Kecamatan Sekincau SMP 2 18. Masitoh 27 Desa Waspada, Kecamatan Sekincau SMA 1 19. Dwi 33 Desa Waspada, Kecamatan Sekincau SMP 3 20. Laila 31 Desa Waspada, Kecamatan Sekincau SMP 4 21. Siswanti 36 Desa Waspada, Kecamatan Sekincau SMP 3 22. Jumen 28 Desa Sebarus, Kecamatan Balik Bukit SD 3 23. Sugi 36 Desa Sebarus, Kecamatan Balik Bukit SD 4 24. Sukinem 34 Desa Sebarus, Kecamatan Balik Bukit SMA 2 25. Aryati 39 Desa Sebarus, Kecamatan Balik Bukit SMP 4 26. Eliyanti 35 Desa Sebarus, Kecamatan Balik Bukit SMP 3 27. Katimah 38 Desa Sebarus, Kecamatan Balik Bukit SD 4 28. Yana 37 Desa Sebarus, Kecamatan Balik Bukit SMP 3 29. Sumiatun 30 Desa Way Empulau Ulu, Kecamatan Balik Bukit SD 5

Page 121: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

2

30. Khoiriah 36 Desa Way Empulau Ulu, Kecamatan Balik Bukit SMP 3 31. Duaya 46 Desa Way Empulau Ulu, Kecamatan Balik Bukit SMP 6 32. Winda 36 Desa Way Empulau Ulu, Kecamatan Balik Bukit SMA 3 33. Suprihatin 37 Desa Way Empulau Ulu, Kecamatan Balik Bukit SMP 3 34. Suhari 34 Desa Way Empulau Ulu, Kecamatan Balik Bukit SMA 3 35. Giyati 38 Desa Way Empulau Ulu, Kecamatan Balik Bukit SMP 4

Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2006

Page 122: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

3

Lampiran 6. Jadwal Kegiatan Penanaman tanpa Pembibitan (Skenario I) dalam Setahun Waktu

Aktivitas BULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Persiapan proyek Pengolahan Lahan Penanaman Bibit Penyulaman Pemupukan Penyinaran Penyiraman Pemangkasan Pengendalian HPT Panen dan Pasca Panen Pemasaran

Page 123: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

4

Lampiran 7. Jadwal Kegiatan Penanaman dengan Pembibitan (Skenario II) Tahun Pertama Waktu

Aktivitas BULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 A. Pembibitan Persiapan Proyek Pengolahan Lahan Penanaman Bibit Penyulaman Pemupukan Penyinaran Penyiraman Pengendalian HPT Panen stek Pengakaran Panen Bibit Penyimpanan Pembongkaran Tanaman B. Penanaman Pengolahan Lahan Penanaman Bibit Penyulaman Pemupukan Penyinaran Penyiraman Pemangkasan Pengendalian HPT Panen dan Pasca Panen Pemasaran

Page 124: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

5

Lampiran 8. Jadwal Kegiatan Penanaman dengan Pembibitan (Skenario II) Tahun Kedua dst Waktu

Aktivitas BULAN

A. Pembibitan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Pengolahan Lahan Penanaman Bibit Penyulaman Pemupukan Penyinaran Penyiraman Pengendalian HPT Panen stek Pengakaran Panen Bibit Penyimpanan Stek Pembongkaran Tanaman B. Penanaman Pengolahan Lahan Penanaman Bibit Penyulaman Pemupukan Penyinaran Penyiraman Pemangkasan Pengendalian HPT Panen dan Pasca Panen Pemasaran

Page 125: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

6

Lampiran 9. Cashflow Pengusahaan Bunga Potong Krisan Skenario I (Penanaman tanpa Pembibitan) No. Uraian 1 2 3 4 5 1. Inflow Penerimaan Bunga Krisan 54432000 69984000 69984000 69984000 69984000 Nilai Sisa 0 0 0 0 9082500 Total Inflow 54432000 69984000 69984000 69984000 79066500

2. Outflow Biaya Investasi Greenhouse 24912500 1282500 Pompa Air 6000000 Sumur 10000000 Selang Air 375000 Cangkul 350000 350000 Kored 75000 75000 Handsprayer 1625000 Ember 170000 170000 170000 Drum Plastik 450000 450000 Gembor 320000 320000 320000 Gunting Pangkas 230000 230000 Gunting Kertas 65000 65000 Straples 40000 40000 40000 Total Biaya Investasi 44612500 530000 2452500 530000 Biaya Operasional Biaya Tetap Beban Listrik 4500000 4500000 4500000 4500000 4500000 Sewa Lahan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000 Sewa Gudang 1500000 1500000 1500000 1500000 1500000 Total Biaya Tetap 7000000 7000000 7000000 7000000 7000000

Page 126: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

7

Biaya Variabel Bibit 31752000 31752000 31752000 31752000 31752000 Pupuk dan Pestisida 5455800 5455800 5455800 5455800 5455800 Pasca Panen 3125000 4024000 4024000 4024000 4024000 Tenaga Kerja 4500000 4500000 4500000 4500000 4500000 Total Biaya Variabel 44832800 45731800 45731800 45731800 45731800 Total Biaya Operasional 51832800 52731800 52731800 52731800 52731800 Total Outflow 96445300 52731800 53261800 55184300 53261800

3. Net Benefit -42013300 17252200 16722200 14799700 25804700 Discount Faktor 8% 0.925925926 0.857338820 0.793832241 0.735029853 0.680583197 Present Value -38901203.70 14790980.80 13274621.50 10878221.31 17562245.22

4. NPV 17604865.13 5. IRR 26% 6. NPV+ 56506068.83 7. NPV- -38901203.70 8. Net B/C 1.5 9. PP 4 Tahun 3 Bulan

Page 127: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

8

Lampiran 10. Cashflow Pengusahaan Bunga Potong Krisan Skenario II (Penanaman dengan Pembibitan) No. Uraian 1 2 3 4 5 1. Inflow Penerimaan Bunga Krisan 18144000 69984000 69984000 69984000 69984000 Penerimaan Bibit 17110800 3477600 3477600 3477600 3477600 Nilai Sisa 0 0 0 0 16434166.67 Total Inflow 35254800 73461600 73461600 73461600 89895766.67

2. Outflow Biaya Investasi Greenhouse 34877500 1795500 Pompa Air 7200000 Sumur 12000000 Selang Air 450000 Cangkul 420000 420000 Kored 90000 90000 Handsprayer 1950000 Ember 170000 170000 170000 Drum Plastik 540000 540000 Gembor 384000 384000 384000 Gunting Pangkas 276000 276000 Gunting Kertas 65000 65000 Straples 40000 40000 40000 Bak Pengakaran 6000000 Air Conditioner 4000000 Rak Penyimpanan 900000 Lampu 75000 75000 Total Biaya Investasi 69437500 594000 3261500 594000 Biaya Operasional

Page 128: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

9

Biaya Tetap Beban Listrik 7600000 7600000 7600000 7600000 7600000 Sewa Lahan 1400000 1400000 1400000 1400000 1400000 Sewa Gudang 1500000 1500000 1500000 1500000 1500000 Sewa Ruangan 1500000 1500000 1500000 1500000 1500000 Total Biaya Tetap 12000000 12000000 12000000 12000000 12000000 Biaya Variabel Bibit 529200 Pupuk dan Pestisida 4563900 8199100 8199100 8199100 8199100 Pasca Panen 2338000 4349000 4349000 4349000 4349000 Tenaga Kerja 2500000 5500000 5500000 5500000 5500000 Total Biaya Variabel 9931100 18048100 18048100 18048100 18048100 Total Biaya Operasional 21931100 30048100 30048100 30048100 30048100 Total Outflow 91368600 30048100 30642100 33309600 30642100

3. Net Benefit -56113800 43413500 42819500 40152000 59253666.67 Discount Faktor 8% 0.925925926 0.857338820 0.793832241 0.735029853 0.680583197 Present Value -51957222.22 37220078.88 33991499.64 29512918.65 40327049.9

4. NPV 89094324.85 5. IRR 69% 6. NPV+ 141051547.07 7. NPV- -51957222.22 8. Net B/C 2.7 9. PP 2 Tahun 11 Bulan

Page 129: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

10

Lampiran 11. Switching Value Penurunan 6.5% Harga Jual Krisan pada Skenario I (Penanaman tanpa Pembibitan) No. Uraian 1 2 3 4 5 1. Inflow Penerimaan Bunga Krisan 50893920 65435040 65435040 65435040 65435040 Nilai Sisa 0 0 0 0 9082500 Total Inflow 50893920 65435040 65435040 65435040 74517540

2. Outflow Biaya Investasi Greenhouse 24912500 1282500 Pompa Air 6000000 Sumur 10000000 Selang Air 375000 Cangkul 350000 350000 Kored 75000 75000 Handsprayer 1625000 Ember 170000 170000 170000 Drum Plastik 450000 450000 Gembor 320000 320000 320000 Gunting Pangkas 230000 230000 Gunting Kertas 65000 65000 Straples 40000 40000 40000 Total Biaya Investasi 44612500 530000 2452500 530000 Biaya Operasional Biaya Tetap Beban Listrik 4500000 4500000 4500000 4500000 4500000 Sewa Lahan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000 Sewa Gudang 1500000 1500000 1500000 1500000 1500000 Total Biaya Tetap 7000000 7000000 7000000 7000000 7000000

Page 130: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

11

Biaya Variabel Bibit 31752000 31752000 31752000 31752000 31752000 Pupuk dan Pestisida 5455800 5455800 5455800 5455800 5455800 Pasca Panen 3125000 4024000 4024000 4024000 4024000 Tenaga Kerja 4500000 4500000 4500000 4500000 4500000 Total Biaya Variabel 44832800 45731800 45731800 45731800 45731800 Total Biaya Operasional 51832800 52731800 52731800 52731800 52731800 Total Outflow 96445300 52731800 53261800 55184300 53261800

3. Net Benefit -45551380 12703240 12173240 10250740 21255740 Discount Faktor 8% 0.925925926 0.857338820 0.793832241 0.735029853 0.680583197 Present Value -42177203.70 10890980.80 9663510.39 7534599.91 14466299.48

4. NPV 378186.88 5. IRR 8% 6. NPV+ 42555390.58 7. NPV- -42177203.70 8. Net B/C 1.0 9. PP 5 Tahun 2 Bulan

Page 131: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

12

Lampiran 12. Switching Value Kenaikan 13.5% Harga Beli Bibit pada Skenario I (Penanaman tanpa Pembibitan) No. Uraian 1 2 3 4 5 1. Inflow Penerimaan Bunga Krisan 54432000 69984000 69984000 69984000 69984000 Nilai Sisa 0 0 0 0 9082500 Total Inflow 54432000 69984000 69984000 69984000 79066500

2. Outflow Biaya Investasi Greenhouse 24912500 1282500 Pompa Air 6000000 Sumur 10000000 Selang Air 375000 Cangkul 350000 350000 Kored 75000 75000 Handsprayer 1625000 Ember 170000 170000 170000 Drum Plastik 450000 450000 Gembor 320000 320000 320000 Gunting Pangkas 230000 230000 Gunting Kertas 65000 65000 Straples 40000 40000 40000 Total Biaya Investasi 44612500 530000 2452500 530000 Biaya Operasional Biaya Tetap Beban Listrik 4500000 4500000 4500000 4500000 4500000 Sewa Lahan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000 Sewa Gudang 1500000 1500000 1500000 1500000 1500000 Total Biaya Tetap 7000000 7000000 7000000 7000000 7000000

Page 132: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

13

Biaya Variabel Bibit 36038520 36038520 36038520 36038520 36038520 Pupuk dan Pestisida 5455800 5455800 5455800 5455800 5455800 Pasca Panen 3125000 4024000 4024000 4024000 4024000 Tenaga Kerja 4500000 4500000 4500000 4500000 4500000 Total Biaya Variabel 49119320 50018320 50018320 50018320 50018320 Total Biaya Operasional 56119320 57018320 57018320 57018320 57018320 Total Outflow 100731820 57018320 57548320 59470820 57548320

3. Net Benefit -46299820 12965680 12435680 10513180 21518180 Discount Faktor 8% 0.925925926 0.857338820 0.793832241 0.735029853 0.680583197 Present Value -42870203.70 11115980.80 9871843.72 7727501.15 14644911.74

4. NPV 490033.70 5. IRR 8% 6. NPV+ 43360237.41 7. NPV- -42870203.70 8. Net B/C 1.0 9. PP 5 Tahun 1 Bulan

Page 133: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

14

Lampiran 13. Switching Value Penurunan 6.5% Volume Produksi Krisan pada Skenario I (Penanaman tanpa Pembibitan) No. Uraian 1 2 3 4 5 1. Inflow Penerimaan Bunga Krisan 50893920 65435040 65435040 65435040 65435040 Nilai Sisa 0 0 0 0 9082500 Total Inflow 50893920 65435040 65435040 65435040 74517540

2. Outflow Biaya Investasi Greenhouse 24912500 1282500 Pompa Air 6000000 Sumur 10000000 Selang Air 375000 Cangkul 350000 350000 Kored 75000 75000 Handsprayer 1625000 Ember 170000 170000 170000 Drum Plastik 450000 450000 Gembor 320000 320000 320000 Gunting Pangkas 230000 230000 Gunting Kertas 65000 65000 Straples 40000 40000 40000 Total Biaya Investasi 44612500 530000 2452500 530000 Biaya Operasional Biaya Tetap Beban Listrik 4500000 4500000 4500000 4500000 4500000 Sewa Lahan 1000000 1000000 1000000 1000000 1000000 Sewa Gudang 1500000 1500000 1500000 1500000 1500000 Total Biaya Tetap 7000000 7000000 7000000 7000000 7000000

Page 134: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

15

Biaya Variabel Bibit 31752000 31752000 31752000 31752000 31752000 Pupuk dan Pestisida 5455800 5455800 5455800 5455800 5455800 Pasca Panen 3125000 4024000 4024000 4024000 4024000 Tenaga Kerja 4500000 4500000 4500000 4500000 4500000 Total Biaya Variabel 44832800 45731800 45731800 45731800 45731800 Total Biaya Operasional 51832800 52731800 52731800 52731800 52731800 Total Outflow 96445300 52731800 53261800 55184300 53261800

3. Net Benefit -45551380 12703240 12173240 10250740 21255740 Discount Faktor 8% 0.925925926 0.857338820 0.793832241 0.735029853 0.680583197 Present Value -42177203.70 10890980.80 9663510.39 7534599.91 14466299.48

4. NPV 378186.88 5. IRR 8% 6. NPV+ 42555390.58 7. NPV- -42177203.70 8. Net B/C 1.0 9. PP 5 Tahun 2 Bulan

Page 135: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

16

Lampiran 14. Switching Value Penurunan 38% Harga Jual Krisan pada Skenario II (Penanaman dengan Pembibitan) No. Uraian 1 2 3 4 5 1. Inflow Penerimaan Bunga Krisan 11249280 43390080 43390080 43390080 43390080 Penerimaan Bibit 17110800 3477600 3477600 3477600 3477600 Nilai Sisa 0 0 0 0 16434166.67 Total Inflow 28360080 46867680 46867680 46867680 63301846.67

2. Outflow Biaya Investasi Greenhouse 34877500 1795500 Pompa Air 7200000 Sumur 12000000 Selang Air 450000 Cangkul 420000 420000 Kored 90000 90000 Handsprayer 1950000 Ember 170000 170000 170000 Drum Plastik 540000 540000 Gembor 384000 384000 384000 Gunting Pangkas 276000 276000 Gunting Kertas 65000 65000 Straples 40000 40000 40000 Bak Pengakaran 6000000 Air Conditioner 4000000 Rak Penyimpanan 900000 Lampu 75000 75000 Total Biaya Investasi 69437500 594000 3261500 594000 Biaya Operasional

Page 136: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

17

Biaya Tetap Beban Listrik 7600000 7600000 7600000 7600000 7600000 Sewa Lahan 1400000 1400000 1400000 1400000 1400000 Sewa Gudang 1500000 1500000 1500000 1500000 1500000 Sewa Ruangan 1500000 1500000 1500000 1500000 1500000 Total Biaya Tetap 12000000 12000000 12000000 12000000 12000000 Biaya Variabel Bibit 529200 Pupuk dan Pestisida 4563900 8199100 8199100 8199100 8199100 Pasca Panen 2338000 4349000 4349000 4349000 4349000 Tenaga Kerja 2500000 5500000 5500000 5500000 5500000 Total Biaya Variabel 9931100 18048100 18048100 18048100 18048100 Total Biaya Operasional 21931100 30048100 30048100 30048100 30048100 Total Outflow 91368600 30048100 30642100 33309600 30642100

3. Net Benefit -63008520 16819580 16225580 13558080 32659746.67 Discount Faktor 8% 0.925925926 0.857338820 0.793832241 0.735029853 0.680583197 Present Value -58341222.22 14420078.88 12880388.53 9965593.547 22227674.8

4. NPV 1152513.54 5. IRR 9% 6. NPV+ 59493735.76 7. NPV- -58341222.22 8. Net B/C 1.0 9. PP 5 Tahun 8 Bulan

Page 137: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

18

Lampiran 15. Switching Value Kenaikan 400% Harga Beli Pupuk dan Pestisida pada Skenario II (Penanaman dengan Pembibitan) No. Uraian 1 2 3 4 5 1. Inflow Penerimaan Bunga Krisan 18144000 69984000 69984000 69984000 69984000 Penerimaan Bibit 17110800 3477600 3477600 3477600 3477600 Nilai Sisa 0 0 0 0 16434166.67 Total Inflow 35254800 73461600 73461600 73461600 89895766.67

2. Outflow Biaya Investasi Greenhouse 34877500 1795500 Pompa Air 7200000 Sumur 12000000 Selang Air 450000 Cangkul 420000 420000 Kored 90000 90000 Handsprayer 1950000 Ember 170000 170000 170000 Drum Plastik 540000 540000 Gembor 384000 384000 384000 Gunting Pangkas 276000 276000 Gunting Kertas 65000 65000 Straples 40000 40000 40000 Bak Pengakaran 6000000 Air Conditioner 4000000 Rak Penyimpanan 900000 Lampu 75000 75000 Total Biaya Investasi 69437500 594000 3261500 594000 Biaya Operasional

Page 138: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

19

Biaya Tetap Beban Listrik 7600000 7600000 7600000 7600000 9600000 Sewa Lahan 1400000 1400000 1400000 1400000 1400000 Sewa Gudang 1500000 1500000 1500000 1500000 Sewa Ruangan 1500000 1500000 1500000 1500000 1000000 Total Biaya Tetap 12000000 12000000 12000000 12000000 12000000 Biaya Variabel Bibit 529200 Pupuk dan Pestisida 18255600 32796400 32796400 32796400 32796400 Pasca Panen 2338000 4349000 4349000 4349000 4349000 Tenaga Kerja 2500000 5500000 5500000 5500000 5500000 Total Biaya Variabel 23622800 42645400 42645400 42645400 42645400 Total Biaya Operasional 35622800 54645400 54645400 54645400 54645400 Total Outflow 105060300 54645400 55239400 57906900 55239400

3. Net Benefit -69805500 18816200 18222200 15554700 34656366.67 Discount Faktor 8% 0.925925926 0.857338820 0.793832241 0.735029853 0.680583197 Present Value -64634722.22 16131858.71 14465369.86 11433168.85 23586540.83

4. NPV 982216.03 5. IRR 9% 6. NPV+ 65616938.25 7. NPV- -64634722.22 8. Net B/C 1.0 9. PP 5 Tahun 3 Bulan

Page 139: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

20

Lampiran 16. Switching Value Penurunan 38% Volume Produksi Krisan pada Skenario II (Penanaman dengan Pembibitan) No. Uraian 1 2 3 4 5 1. Inflow Penerimaan Bunga Krisan 11249280 43390080 43390080 43390080 43390080 Penerimaan Bibit 17110800 3477600 3477600 3477600 3477600 Nilai Sisa 0 0 0 0 16434166.67 Total Inflow 28360080 46867680 46867680 46867680 63301846.67

2. Outflow Biaya Investasi Greenhouse 34877500 1795500 Pompa Air 7200000 Sumur 12000000 Selang Air 450000 Cangkul 420000 420000 Kored 90000 90000 Handsprayer 1950000 Ember 170000 170000 170000 Drum Plastik 540000 540000 Gembor 384000 384000 384000 Gunting Pangkas 276000 276000 Gunting Kertas 65000 65000 Straples 40000 40000 40000 Bak Pengakaran 6000000 Air Conditioner 4000000 Rak Penyimpanan 900000 Lampu 75000 75000 Total Biaya Investasi 69437500 594000 3261500 594000 Biaya Operasional

Page 140: Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di ...

21

Biaya Tetap Beban Listrik 7600000 7600000 7600000 7600000 7600000 Sewa Lahan 1400000 1400000 1400000 1400000 1400000 Sewa Gudang 1500000 1500000 1500000 1500000 1500000 Sewa Ruangan 1500000 1500000 1500000 1500000 1500000 Total Biaya Tetap 12000000 12000000 12000000 12000000 12000000 Biaya Variabel Bibit 529200 Pupuk dan Pestisida 4563900 8199100 8199100 8199100 8199100 Pasca Panen 2338000 4349000 4349000 4349000 4349000 Tenaga Kerja 2500000 5500000 5500000 5500000 5500000 Total Biaya Variabel 9931100 18048100 18048100 18048100 18048100 Total Biaya Operasional 21931100 30048100 30048100 30048100 30048100 Total Outflow 91368600 30048100 30642100 33309600 30642100

3. Net Benefit -63008520 16819580 16225580 13558080 32659746.67 Discount Faktor 8% 0.925925926 0.857338820 0.793832241 0.735029853 0.680583197 Present Value -58341222.22 14420078.88 12880388.53 9965593.547 22227674.8

4. NPV 1152513.54 5. IRR 9% 6. NPV+ 59493735.76 7. NPV- -58341222.22 8. Net B/C 1.0 9. PP 5 Tahun 8 Bulan