ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan...

35
ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT IBRAHIM HAMZAH DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Transcript of ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan...

Page 1: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH

PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

SUKABUMI JAWA BARAT

IBRAHIM HAMZAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Page 2: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan
Page 3: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan

Pengusahaan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa

Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Ibrahim Hamzah

NIM E14070033

Page 4: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan
Page 5: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

ABSTRAK

IBRAHIM HAMZAH. E14070033. Analisis Kelayakan Pengusahaan Getah Pinus

di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat. Dibimbing oleh BUDI

PRIHANTO dan HANDIAN PURWAWANGSA.

Hutan saat ini lebih banyak dimanfaatkan dari segi produksi kayu. Adapun

potensi manfaat yang dimiliki oleh hutan tidak hanya hasil hutan kayu, melainkan

hasil hutan bukan kayu juga menjadi potensi yang dapat dimanfaatkan dari hutan.

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)

sudah lama dilakukan. Pengusahaan getah pinus merupakan salah satu

pemasukan terbesar dari pengelolaan HPGW.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan pengusahaan getah

pinus di HPGW, ditinjau dari aspek sosial, teknis dan ekonomi serta mengevaluasi

kontribusi pendapatan getah pinus terhadap pengelolaan HPGW. Pengambilan

data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan studi pustaka. Pada analisis

data ekonomi, analisis dilakukan dalam 2 keadaan, yaitu dengan dan tanpa

memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi.

Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai

didapatkan pendapatan rata - rata adalah sebesar Rp. 8.703/jam. Pendapatan rata -

rata ini lebih besar 65,2% dari UMR Kabupaten Sukabumi tahun 2012 yaitu

sebesar Rp. 5.268/jam. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pekerjaan

sebagai penyadap getah di HPGW layak dalam lingkungan sosial masyarakat

sekitar HPGW karena upah yang didapat penyadap lebih besar dari UMR

Kabupaten Sukabumi.

Hasil analisis kelayakan teknis dari pengambilan data dilapangan ukuran

dimensi panjang, lebar dan kedalaman penyadapan getah pinus dengan

menggunakan metode koakan terhadap 50 pohon yang masih aktif disadap oleh

penyadap getah HPGW, didapatkan nilai rata - rata ukuran dimensi penyadapan

yang hampir sama dengan standar ukuran penyadapan menggunakan metode

koakan menurut SK Perum Perhutani Nomor 792/KPTS/DIR/2005 tentang

Pedoman Penyadapan Getah Pinus Tahun 2005. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa penyadapan getah pohon pinus yang dilakukan oleh penyadap getah HPGW

layak dan sesuai dengan standar penyadapan getah pohon pinus yang ada.

Hasil analasis kelayakan ekonomi dari data tahun 2011 menunjukan bahwa,

perhitungan manfaat dan biaya dengan memperhitungkan penyusutan aset HPGW

(bangunan 15 tahun) dan amortisasi tegakan pinus (daur 50 tahun) didapatkan

hasil defisit/negatif sebesar Rp. 337.505.184, sedangkan jika dievaluasi tanpa

memperhitungkan penyusutan aset HPGW dan amortisasi tegakan pinus,

didapatkan hasil surplus/positif sebesar Rp. 546.121.438 dan persentase kontribusi

yang lebih besar dari persentase beban biaya yaitu sebesar 39,23% terhadap total

penerimaan HPGW keseluruhan pada tahun 2011. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa pendapatan getah pinus dapat membiayai operasional pengusahaan getah

tetapi belum mampu menutupi biaya penyusutan aset HPGW dan amortisasi

tegakan pinus.

Kata kunci: Analisis Kelayakan, Pengusahaan Getah, HPGW

Page 6: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

ABSTRACT

IBRAHIM HAMZAH. E14070033. Feasible Analysis of Pine Gum Cultivation in

Educational Forest Walat Mountain, Sukabumi West Java. Supervised by BUDI

PRIHANTO and HANDIAN PURWAWANGSA.

The forest was currently more utilized in terms of timber production. The

beneficial potency owned by forest was not only from timber, but also from non

timber that could became the potency utilized from forest. Utilization of non

timber from Educational Forest Walat Mountain has been conducted for a long

time. Pine gums cultivation was one of the biggest income from Educational

Forest Walat Mountain.

This research aimed to analyze the feasibility of pine gums cultivation in

Educational Forest Walat Mountain, reviewed from social aspect, technical aspect

and economic aspect and also evaluated contribution of pine gums income

through Educational Forest Walat Mountain management. Collecting the data

conducted by observation, interview, and literature study. On the economic data

analysis, analysis conducted from 2 conditions, which were with and without

depreciation cost and amortization.

The analysis result of social feasibility from the interviewed tapper

received the data that average income was Rp. 8.703/hour. This average income

was higher 65,2% from Regional Standard Rate of Sukabumi Regency in 2012

which was Rp. 5.268/hour. Therefore, it can be said that occupation as a rubber

tapper in Educational Forest Walat Mountain was feasible in social environment

around Educational Forest Walat Mountain because the salary received as the

rubber tapper was higher than Regional Standard Rate of Sukabumi Regency.

The analysis result of technical feasibility from collecting data in field

were to measure dimension of length, width, and depth of pine gums with “koakan”

method though 50 active trees tapped by rubber tapper in Educational Forest

Walat Mountain, obtained that tapped average dimension was almost equal with

standardize measurement using “koakan method” based on the decree from Perum

Perhutani Number 792/KPTS/DIR/2005 about Tapping Guideliness of pine tree

gums in 2005. Therefore, it can be said that tapping of pine tree gums conducted by

rubber tapper in Educational Forest Walat Mountain was feasible and appropriate

with tapping standard of pine tree gums that existed.

The analysis result of technical feasibility from the data in 2011 showed

that the beneficial and cost calculation with counted the asset depreciation cost of

Educational Forest Walat Mountain (15 years building) and amortization of pine

life (50 years life cycle) obtained that deficit/negative result about Rp.337.505.184,

while if evaluated without counted asset depreciation cost of Educational Forest

Walat Mountain and amortization of pine life obtained that surplus/positive result

about Rp. 546.121.438 and bigger contribution percentage than cost percentage

which was about 39,23% through total income in Educational Forest Walat

Mountain 2011. Therefore, it can be concluded that income from pine gums could

fund the operational of gums cultivation but still cannot covered asset depreciation

cost in Educational Forest Walat Mountain and amortization of pine life.

Keywords: Feasible Analysis, Gums Cultivation, Educational Forest Walat Mountain

Page 7: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH

PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

SUKABUMI JAWA BARAT

IBRAHIM HAMZAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan
Page 9: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengusahaan Getah Pinus di Hutan

Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat

Nama : Ibrahim Hamzah

NIM : E14070033

Disetujui oleh

Ir. Budi Prihanto, MS

Pembimbing I

Handian Purwawangsa, S.Hut,M.Si

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Kelayakan Pengusahaan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung

Walat Sukabumi Jawa Barat”. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir.

Budi Prihanto, MS dan Handian Purwawangsa, S.Hut, M.Si selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan

proposal penelitian ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini

menggambarkan kelayakan pengusahaan getah pinus dari aspek teknis, sosial dan

ekonomi di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat. Kelayakan

teknis dengan cara menganalisis dimensi sadapan pohon pinus, mulai dari ukuran

panjang, lebar dan kedalaman sadapan. Kelayakan sosial menganalisis kontribusi

dari pengusahaan penyadapaan getah pinus tersebut terhadap pendapatan

penyadap. Kelayakan ekonomi menganalisis manfaat dan biaya yang di berikan

dari pengusahaan getah pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa

Barat.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan karena

keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu kritikan dan saran yang membangun

untuk perbaikan penelitian ini sangat penulis harapkan. Semoga ini memberikan

manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2014

Ibrahim Hamzah

Page 11: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Lokasi 2

Alat dan Bahan 2

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 2

Metode Analisis Data 2

Metode Analisis Data Kelalayakan Sosial 2

Metode Analisis Data Kelalayakan Teknis 3

Metode Analisis Data Kelalayakan Ekonomi 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Analisis Kelayakan Sosial 4

Analisis Kelayakan Teknis 5

Analisis Kelayakan Ekonomi 6

Kontribusi dan Beban Biaya 8

Kontribusi Penerimaan Getah Pinus 8

Beban Biaya Getah Pinus 8

SIMPULAN DAN SARAN 8

Simpulan 8

Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 10

LAMPIRAN 11

Page 12: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

DAFTAR TABEL

1 Rata - rata dimensi koakan penyadap getah pohon pinus HPGW 5

2 Hasil perhitungan manfaat dan biaya dengan memperhitungkan

penyusutan inventaris dan amortisasi tegakan pinus 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil Wawancara Penyadap 12 2 Hasil Pengukuran Dimensi Sadapan 13

3 Biaya Penyusutan Bangunan (15 tahun) dan Penyusutan Inventaris

HPGW 14 4 Biaya Penyusutan Inventaris Penyadapan Getah Pinus 16

5 Rekapitulasi Biaya Pembangunan Hutan Tanaman Pinus (Amortisasi) 17

Page 13: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan sumberdaya alam dengan banyak manfaat yang

terkandung didalamnya. Hutan saat ini lebih banyak dimanfaatkan dari segi

produksi kayu. Adapun potensi manfaat yang dimiliki oleh hutan tidak hanya hasil

hutan kayu, melainkan hasil hutan bukan kayu.

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu di Hutan Pendidikan Gunung Walat

(HPGW) sudah lama dilakukan. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu tersebut

menjadi salah satu sumber pendapatan manajemen HPGW agar dapat mandiri

serta berkelanjutan. Salah satu pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang

dilakukan oleh HPGW adalah penyadapan getah pinus. Kegiatan penyadapan

getah pinus yang dikembangkan oleh HPGW juga memberikan manfaat bagi

penyadap getah untuk mendapatkan penghasilan.

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) memiliki luasan total ± 359 ha,

sekitar ± 104,003 ha merupakan hutan tanaman pinus. Pada tahun 2010

pendapatan dari getah pinus HPGW mencapai 26,29% dari total pendapatan

HPGW keseluruhan. Agar dapat mengetahui seberapa besar peran pengusahaan

getah pinus terhadap pengelolaan HPGW, maka perlu dilakukan penelitian

terhadap kelayakan pengusahaan getah pinus tersebut serta mengevaluasi sejauh

mana kontribusi pendapatan pengusahaan getah pinus terhadap pengelolaan

HPGW.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis kelayakan pengusahaan getah pinus di HPGW, ditinjau

dari aspek teknis, sosial dan ekonomi.

2. Mengevaluasi kontribusi pendapatan getah pinus terhadap pengelolaan

HPGW.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak yang

berkepentingan :

1. Bagi Pengelola, menjadikan penelitian ini sebagai masukan untuk

perbaikan pengusahaan getah pinus HPGW

2. Bagi Penulis, penelitian ini dapat dijadikan sarana belajar memahami

kelayakan pengusahaan getah hutan baik dari segi teknis, sosial dan

ekonomi.

3. Bagi Pembaca, penelitian ini dapat menambah informasi tentang

pengusahaan getah di HPGW

Page 14: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

METODE

Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilakukan di HPGW, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. HPGW adalah hutan pendidikan

yang dikelola oleh Fakultas Kehutanan IPB

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan meliputi alat tulis, komputer, pita ukur dan kamera.

Bahan yang diperlukan data primer dan sekunder. Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah laporan pendapatan dan pengeluaran tahunan HPGW tahun

2011.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data - data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dari

hasil wawancara dengan petani getah HPGW serta data dari pihak pengelola

HPGW. Selain itu data sekunder berupa penelitian terdahulu juga digunakan

dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan diperoleh dengan cara :

1. Teknik Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung dilapangan

terhadap objek penelitian seperti : pengukuran dimensi sadapan pohon

pinus HPGW.

2. Teknik Wawancara, yaitu menanyakan langsung kepada penyadap getah

pinus di HPGW tentang beberapa hal seperti : jam kerja efektif/hari,

jumlah hari kerja dalam seminggu dan rata - rata jumlah sadapan yang

dapat disadap/hari.

3. Teknik Studi Pustaka, yaitu dengan mengumpulkan data berdasarkan buku

atau bahan rujukan (literatur) seperti : laporan keuangan tahun 2011

HPGW, data aset HPGW baik berupa bangunan maupun inventaris dan

lain lain.

Metode Analisis Data

Metode analisis data dilakukan dengan 3 metode yaitu metode analisis

data kelayakan teknis, sosial dan ekonomi.

Metode Analisis Data Kelayakan Sosial

Kelayakan sosial dinilai dari seberapa besar manfaat pengusahaan getah

pinus HPGW bagi masyarakat. Pada metode ini yang dianalisis adalah pendapatan

rata - rata penyadap persatuan waktu, mulai dari jumlah getah yang dapat disadap

oleh petani sampai pada konversi jumlah getah yang dapat disadap persatuan

waktu oleh penyadap ke dalam bentuk uang/pendapatan. Jumlah uang/pendapatan

tersebut selanjutnya akan dibandingkan dengan Upah Minimum Regional (UMR)

7

2

Page 15: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

dan Upah Buruh Tani (UBT) untuk mendapatkan gambaran kelayakan sosial dari

penyadapan getah HPGW tersebut.

Metode Analisis Data Kelayakan Teknis

Kelayakan teknis pengusahaan getah pinus HPGW dinilai berdasarkan

tingkat penguasaan dan kepatuhan pelaksanaan penyadap dalam menjalankan

penyadapan getah pohon pinus yang sesuai dengan standar dimensi sadapan

pohon pinus yang ada. Pada metode ini yang dianalisis adalah nilai rataan dan

simpangan baku dimensi koakan penyadapan pinus di HPGW. Data yang

dikumpulkan adalah data dimensi koakan yang meliputi panjang, lebar,

kedalaman koakan serta diameter dan jumlah koakan dalam suatu pohon. Hasil

dari analisis data dari koakan ini dibandingkan dengan standar dimensi dan jumlah

koakan yang diperkenankan secara teori.

Metode Analisis Data Kelayakan Ekonomi

Analisis data kelayakan ekonomi adalah analisis yang berdasarkan teori

manfaat dan biaya. Agar dapat menilai dan melihat suatu usaha menghasilkan

pendapatan yang menguntungkan bagi petani ataupun bagi pihak pengelola

HPGW dibutuhkan pendekatan manfaat dan biaya. Semua data manfaat dan biaya

yang ada diolah sehingga didapatkan profit margin tertentu dengan mengurangkan

total manfaat dengan total biaya.

Biaya Penyusutan/Tahun

Biaya penyusutan/tahun didapatkan dari menghitung semua asset HPGW

mulai dari bangunan dan inventaris HPGW dengan mengasumsikan umur

pakai bangunan selama 20 tahun dan berbagai umur pakai dari inventaris.

BP = BIAYA PENGADAAN INVENTARIS

UMUR PAKAI (Tahun)

Amortisasi Tegakan/ Tahun

Menurut Andayani W (2006) Amortisasi tegakan/tahun didefiniskan

sebagai penurunan nilai tak tampak suatu tegakan tiap tahun atau dengan kata

lain penurunan nilai dari total biaya yang mencakup investasi tetap, investasi

langung dan biaya operasional suatu tegakan dalam satu daur pertahun. Luasan

hutan tanaman pinus HPGW adalah 104,003 ha (Selviana 2012), maka

perhitungan untuk amortisasi tegakan adalah sebagai berikut.

Amortisasi = Investasi Tetap + Investasi Langsung + Biaya Operasional x Luas Tegakan Pinus HPGW

(104,003 ha)

Umur Tegakan

7

3

Page 16: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan
Page 17: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan
Page 18: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kelayakan Sosial

Analisis kelayakan sosial adalah analisis berdasarkan manfaat ekonomi

terhadap pelaku dalam suatu kegiatan usaha. Dalam hal ini, pelaku dalam kegiatan

pengusahaan getah pinus HPGW adalah penyadap getah pinus di HPGW. Adapun

data yang didapatkan dari hasil wawancara di lapangan kepada 20 orang penyadap

getah pinus HPGW yaitu jam kerja efektif penyadap dalam sehari (Jam), hasil

sadapan/hari (Kg) dan hari kerja/minggu (Hari). Data hasil wawancara tersebut

diolah, sehingga didapatkan rata - rata dari jam kerja efektif dalam sehari (Jam),

jumlah hari kerja dalam seminggu/sebulan (Hari), dan besarnya pendapatan

penyadap dalam sebulan (Rupiah/Bulan). Data terlampir pada lampiran 1.

Berdasarkan lampiran 1 diketahui bahwa, rata - rata jam kerja efektif dari

20 orang responden penyadap getah HPGW bekerja selama 4,895 jam/hari dengan

rata – rata bekerja 5,65 hari dalam seminggu (hari jumat libur) atau 22,6 hari

dalam sebulan (110,6 jam/bulan). Produktivitas penyadapan getah pinus rata - rata

sebanyak 4,83 Kg/jam (23,65 Kg/hari). Selain itu, dengan upah sadap Rp.1800/Kg

diketahui pendapatan rata - rata penyadap getah pinus HPGW adalah sebesar

Rp.8.703/jam (Rp. 962.082/bulan). Adapun keberagaman pendapatan setiap

penyadap disebabkan oleh luas lokasi penyadapan dan keikutsertaan anggota

keluarga yang membantu penyadap dalam menyadap getah pinus seperti istri,

anak, sodara atau pun teman yang ikut menyadap dengan sistem bagi hasil.

Keputusan Menakertrans NOMOR KEP. 102/MEN/VI/2004 TENTANG

WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR yang dimaksud

upah lembur adalah upah yang berhak diterima oleh pekerja atau buruh diluar

waktu kerja yang telah ditentukan, yakni melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40

(empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)

minggu atau 8 (delapan) jam sehari, dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu

untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau upah yang diterima pada hari

istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah.

Berdasarkan keputusan tersebut dapat kita ketahui bahwa, jika bekerja 6 hari

dalam seminggu maka jam kerja efektif adalah selama 7 jam sedangkan jika

bekerja 5 hari dalam seminggu maka jam kerja efektif adalah selama 8 jam dalam

sehari. Berdasarkan UMR Kabupaten Sukabumi tahun 2012 yaitu sebesar

Rp.885.000, jika seorang pekerja bekerja selama 6 hari dalam seminggu atau 24

hari dalam sebulan dan dengan rata – rata jam kerja efektif adalah 7 jam sehari

(168 jam/bulan) maka didapatkan rata – rata pendapatan adalah sebesar

Rp.36.875/hari (Rp. 5.268/jam).

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa, penyadap getah pinus HPGW

bekerja selama 4.895 jam/hari (110,6 jam/bulan) dengan upah sadap sebesar

1800/kg diketahui pendapatan rata - rata penyadap getah HPGW adalah sebesar

Rp. 8.703/jam (Rp. 962.082/bulan). Sedangkan jika dibandingkan dengan

pendapatan rata - rata pekerja yang sesuai Upah Minimum Rata - rata (UMR)

sebesar Rp. 885.000/bulan, dengan jam kerja efektif 7 jam/hari (168 jam/bulan)

diketahui pendapatan rata - rata pekerja adalah sebesar Rp. 5.268/jam didapatkan

selisih sebesar Rp. 3.435/jam atau 65.2% lebih besar pendapatan penyadap getah

7

5

7

4

Page 19: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

HPGW per jam daripada pendapatan pekerja per jam yang sesuai dengan UMR

Kabupaten Sukabumi. Sehingga dapat disimpulkan pekerjaan sebagai penyadap

getah HPGW layak dalam lingkungan sosial masyarakat sekitar Hutan Pendidikan

Gunung Walat (HPGW) karena Upah yang didapat penyadap lebih besar dari

UMR Kabupaten Sukabumi.

Analisis Kelayakan Teknis

Analisis kelayakan teknis adalah analisis yang berkaitan dengan proses dan

teknologi yang nantinya akan diterapkan pada pengelolaan yang akan

dikembangkan. Dalam hal ini yang dianalisis adalah proses penyadapan getah

pinus oleh penyadap getah HPGW. Penyadapan getah pohon pinus yang

dilakukan oleh penyadap getah HPGW menggunakan kadukul dengan ukuran

lebar, panjang dan ketebalan berurutan adalah 5 cm x 8 cm x 2 mm. Adapun

standar dimensi koakan awal yang diterapkan oleh HPGW (SOP penyadapan

getah pohon pinus HPGW) berurutan panjang, lebar dan kedalaman adalah 10 cm

x 10 cm x 3 cm dan setelah 3 hari panen koakan baru akan diperpanjang 5 mm

keatas, seiring dengan itu ketebalan sadapan juga akan bertambah saat penyadap

memperpanjang sadapannya, sehingga dalam 1 bulan koakan baru tersebut bisa

mencapai panjang sadapan sampai 5 cm.

Berdasarkan SK Perum Perhutani Nomor 792/KPTS/DIR/2005 tentang

Pedoman Penyadapan Getah Pinus Tahun 2005, dimana standar ukuran atau dimensi

panjang, lebar dan kedalaman penyadapan getah pinus dengan menggunakan

metode koakan berurutan adalah 6 x 10 x 1,5 cm dengan pembaharuan koakan

setiap 3 hari sekali, dengan perpanjangan 5 mm. Pada penelitian ini dilakukan

pengambilan contoh secara random sampling terhadap 50 pohon yang masih aktif

disadap oleh penyadap getah HPGW dengan mengukur dimensi sadapan pohon

pinus mulai dari panjang, lebar dan kedalaman sadapan serta diameter pohon dan

jumlah koakan dalam satu pohon. Pengambilan contoh terhadap 50 pohon yang

dilakukan secara random sampling di sajikan pada Tabel hasil pengukuran

dimensi sadapan (Lampiran 2)

Tabel 1 Rata - rata dimensi koakan penyadap getah pohon pinus HPGW

No Dimensi

koakan

Kisaran nilai min - max

(cm)

Standar

deviasi

Rata - rata koakan

HPGW (cm)

1 Panjang 12,4 - 191,9 47,3 100,2

2 Lebar 4,6 - 13,2 1,9 8,5

3 Kedalaman 1,7 - 10,5 1,9 5,7

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa rata - rata panjang, lebar, kedalaman

dan jumlah koakan dari pohon yang di sadap oleh penyadap di HPGW berurutan

adalah sebesar 100,2 cm, 8,5 cm, 5,7 cm dan 3 koakan (Pembulatan dari rata –

rata 2,6 jumlah koakan). Jika dibandingkan SOP penyadapan getah pohon pinus

HPGW dengan standar ukuran penyadapan getah pohon pinus menurut SK Perum

Perhutani Nomor : 792/KPTS/DIR/2005 tentang Pedoman Penyadapan Getah Pinus

Tahun 2005, dimana standar ukuran atau dimensi panjang, lebar dan kedalaman

1

7

5

Page 20: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

penyadapan getah pinus dengan menggunakan metode koakan berurutan adalah 6 x

10 x 1,5 cm maka penyadapan di HPGW dapat dikatakan telah layak dan sesuai

dengan standar penyadapan getah pinus yang ada, karena hal tersebut dapat

terlihat juga dari nilai rataan dalam tabel diatas yang tidak terlalu besar variasi

nilai setiap data yang ada. Adapun angka terendah dan angka tertinggi yang di

tunjukan oleh tabel 1 dimana angka terendah panjang, lebar dan kedalaman

berurutan adalah 12,4 x 4,6 x 1,7 cm, keadaan dilapangan pohon dengan ukuran

sadap seperti panjang sadapan sebesar 12,4 cm atau lebar sadapan sebesar 4,6 cm

atau kedalaman sadapan sebesar 1,7 cm adalah pohon yang baru mulai di sadap

oleh penyadap sedangkan angka tertinggi panjang, lebar dan kedalaman berurutan

adalah 191,9 x 13,2 x 10,5 cm, keadaan pohon dilapangan pohon dengan ukuran

sadap seperti panjang sadap sebesar 119,9 cm dan kedalaman 10,5 cm adalah

termasuk dalam salah satu pohon yang sudah lama disadap oleh penyadap HPGW

dan ukuran dimensi panjang dan kedalaman yang termasuk kedalam angka ukuran

tertinggi berada dalam 1 pohon. Oleh karena itu, adapun panjang sadapan yang

mencapai angka tertinggi pada ukuran panjang sadapan yaitu sebesar 191,9 cm

dan menunjukan nilai standar deviasi dan keragaman yang tinggi, ini disebabkan

oleh, perpanjangan sadapan yang dilakukan oleh penyadap yang masih terus

melakukan perpanjangan sadapan dalam satu pohon.

Dengan demikian, berdasarkan data dimensi koakan penyadap jika

dibandingkan dengan SOP penyadapan getah pinus HPGW dengan penyadapan

getah pohon pinus menurut SK Perum Perhutani Nomor 792/KPTS/DIR/2005

tentang Pedoman Penyadapan Getah Pinus Tahun 2005 didapatkan hasil yang

hampir sama baik dari segi panjang, lebar dan kedalaman. Maka, dapat disimpulkan

penyadapan getah pinus di HPGW layak dari aspek teknis dan mengikuti standar

penyadapan getah pohon pinus.

Analisis Kelayakan Ekonomi

Pengembangan pengelolaan hutan dapat dianggap sebagai suatu investasi,

sehingga jika manfaat yang diharapkan lebih kecil dari sumber - sumber daya

yang dikeluarkan, maka pengelolaan hutan yang dikembangkan dapat dikatakan

tidak bernilai atau tidak layak. Oleh karena itu, perlu terlebih dahulu dihitung

kelayakan ekonominya. Analisis kelayakan ekonomi adalah analisis yang

berdasarkan teori manfaat dan biaya. Adapun data dari manfaat dan biaya tersebut

berdasarkan data sekunder yaitu data laporan kinerja tahunan HPGW tahun 2011,

data gaji karyawan PH (Pengelolaan Hutan) dan PSDH (Pengelolaan Sumber

Daya Hutan) serta biaya konsumsi karyawan dengan memperhitungkan

penyusutan inventaris dan amortisasi tegakan pinus. Hasil perhitungan manfaat

dan biaya dengan memperhitungkan penyusutan inventaris dan amortisasi tegakan

pinus disajikan pada Tabel 2.

7

6

Page 21: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

Tabel 2 Hasil perhitungan manfaat dan biaya dengan memperhitungkan

penyusutan inventaris dan amortisasi tegakan pinus

Manfaat (Penerimaan Getah Pinus) Tahun 2011

Rp. 996.692.500

Penjualan Getah Pinus

Rp. 996.692.500

Penjualan Getah Damar

-

Total Penerimaan Getah Pinus

Rp. 996.692.500

Biaya ( Biaya Keseluruhan dari Operasional Getah

Pinus) Tahun 2011

Rp. 450.571.062

Biaya Operasional Getah Pinus

Rp. 304.052.456

Gaji Karyawan Bagian PH dan PSDH (13 Bulan)

Rp. 89.700.000

Biaya Konsumsi Karyawan Bagian PH dan PSDH

Rp. 19.239.386

Biaya Penyusutan Inventaris

Rp. 5.550.000

Amortisasi Tegakan Pinus (Daur 50 Tahun)

Rp. 32.029.221

Total biaya keseluruhan tanpa penyusutan aset dan

amortisasi tegakan

Rp. 412.991.842

Total biaya keseluruhan dengan penyusutan aset dan

amortisasi tegakan

Rp. 450.571.062

Manfaat (Penerimaan Getah Pinus) Tahun 2011 -

Biaya ( Biaya Keseluruhan dari Operasional Getah

Pinus) Tahun 2011

Rp. 546.121.438

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa saat memperhitungkan penyusutan

inventaris dan amortisasi tegakan pinus menggunakan daur 50 tahun HPGW

memperoleh surplus/positif sebesar Rp. 546.121.438. Selain itu, persentase

kontribusi penerimaan getah pinus terhadap total penerimaan HPGW keseluruhan

tahun 2011 (Rp. 2.540.487.833) adalah sebesar 39,23%, persentase total biaya

keseluruhan tanpa penyusutan aset dan amortisasi tegakan (Rp. 412.991.842)

terhadap total biaya HPGW keseluruhan (Rp. 2.092.775.340) adalah sebesar

19,73% dan persentase total biaya keseluruhan dari operasional getah pinus

HPGW dengan memperhitungkan penyusutan aset dan amortisasi tegakan (Rp.

450.571.062) terhadap total biaya HPGW keseluruhan (Rp. 2.092.775.340) adalah

sebesar 21,53%. Dengan demikian, dari hasil perhitungan manfaat dan biaya

dengan memperhitungkan penyusutan inventaris dan amortisasi tegakan pinus

dapat dikatakan bahwa, pengusahaan getah pinus HPGW pada tahun 2011 layak

7

7

Page 22: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

untuk dilakukan karena memberikan manfaat atau penerimaan yang besar

terhadap HPGW, yaitu sebesar 39,23% dari total penerimaan HPGW tahun 2011.

Kontribusi dan Beban Biaya

Kontribusi Penerimaan Getah Pinus

Kontribusi penerimaan getah pinus terhadap total penerimaan HPGW

keseluruhan pada tahun 2011 adalah sebesar 39,23%. Persentase tersebut

didapatkan dari membandingkan total penerimaan getah pinus pada tahun 2011

dengan total penerimaan HPGW keseluruhan. Hasil persentase sebesar 39,23%

tersebut juga menunjukan bahwa lebih dari 1/3 dari total penerimaan HPGW

berasal dari pengusahaan getah pinus.

Beban Biaya Getah Pinus

Ada dua kriteria persentase beban biaya, yaitu persentase beban biaya saat

memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi tegakan dan saat tanpa

memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi tegakan. Ketika

memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi tegakan persentase yang

didapatkan adalah sebesar 21,53%, sedangkan tanpa memperhitungkan biaya

penyusutan dan amortisasi tegakan persentase yang didapatkan adalah sebesar

19,73%. Adapun persentase tersebut didapatkan dari membandingkan total biaya

operasional keseluruhan getah pinus HPGW saat atau tanpa memperhitungkan

biaya penyusutan dan amortisasi tegakan dengan total biaya pengeluaran HPGW

keseluruhan.

Berdasarkan hasil perhitungan persentase kontribusi dan beban biaya

diatas, maka dapat dikatakan bahwa pengusahaan getah pinus HPGW layak untuk

dilakukan, karena memberikan kontribusi penerimaan lebih besar dibandingkan

dengan beban biaya pengeluaran saat atau tanpa memperhitungkan biaya

penyusutan dan amortisasi tegakan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pekerjaan sebagai penyadap getah HPGW layak dalam lingkungan sosial

masyarakat sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), karena

berdasarkan hasil wawancara terhadap 20 orang penyadap dari total 26 penyadap

keseluruhan HPGW dan analisis data, didapatkan selisih pendapatan rata - rata

penyadap getah HPGW per jam dengan rata - rata pendapatan pekerja per jam

adalah sebesar Rp. 3.435/jam atau 65.2% lebih besar pendapatan penyadap getah

HPGW per jam daripada pendapatan pekerja per jam yang sesuai dengan UMR

Kabupaten Sukabumi.

7

8

Page 23: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

Hasil pengambilan data dilapangan ukuran dimensi panjang, lebar dan

kedalaman penyadapan getah pohon pinus dengan menggunakan metode koakan,

didapatkan nilai rata - rata ukuran dimensi penyadapan yang hampir sama dengan

standar ukuran penyadapan dengan menggunakan metode koakan menurut SK

Perum Perhutani Nomor 792/KPTS/DIR/2005 tentang Pedoman Penyadapan Getah

Pinus Tahun 2005 dan SOP penyadapan getah pinus HPGW. Maka, dapat

disimpulkan bahwa penyadapan di HPGW dapat dikatakan telah layak dari aspek

teknis dalam penyadapan getah pohon pinus dan sesuai dengan standar

penyadapan getah pohon pinus yang ada.

Hasil perhitungan manfaat dan biaya dengan memperhitungkan

penyusutan inventaris dan amortisasi tegakan pinus menggunakan daur 50 tahun,

dapat dikatakan bahwa pengusahaan getah pinus HPGW pada tahun 2011 layak

untuk dilakukan karena, memberikan manfaat atau penerimaan yang besar

terhadap HPGW, yaitu sebesar Rp. 546.121.438 dari total penerimaan keseluruhan

HPGW tahun 2011 sebesar Rp. 2.540.487.833 atau sebesar 39,23% dari total

penerimaan HPGW tahun 2011. Sehingga, jika dievaluasi dari kontribusi

pendapatan getah pinus terhadap pengelolaan HPGW, didapatkan hasil

Surplus/positif serta persentase kontribusi pendapatan yang lebih besar daripada

persentase beban biaya dari perhitungan manfaat dan biaya saat atau tanpa

memperhitungkan penyusutan inventaris dan amortisasi tegakan pinus. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan pengusahaan getah pinus HPGW pada tahun 2011

memberikan kontribusi besar terhadap pengelolaan HPGW dan mampu

membiayai operasional kegiatan pengusahaan getah tetapi belum mampu

menutupi biaya penyusutan aset HPGW dan amortisasi tegakan pinus.

Saran

Untuk menjaga kelestarian pengusahaan getah di HPGW perlu dilakukan

peremajaan terhadap pohon - pohon yang sudah tidak produktif dan penanaman

pengayaan pada tegakan pada lahan - lahan yang kosong atau berkerapatan

rendah.

Untuk meningkatkan kelayakan ekonomi secara keseluruhan HPGW perlu

meningkatkan kinerja pendapatan dari bidang usaha lain seperti wisata dan jasa

lingkungan.

7

9

Page 24: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

DAFTAR PUSTAKA

Andayani W. 2006. The Pine (Pinus merkusii Jung et de Vriese ) Forest Plantation

Rentability Analysis In KPH West Pekalongan. Jurnal Manajemen Hutan

Tropika Vol. XII No. 3 : 26-39

[Anonim]. 2009. Rencana Pengembangan Hutan Pendidikan Gunung Walat.

Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Badan Eksekutif HPGW. 2011. Laporan Kinerja Tahunan HPGW Tahun 2011.

Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Fakultas Kehutanan IPB. 2008. Hutan Pendidikan Gunung Walat. www.ipb.ac.id.

[14 November 2009]

Indriyati. 1995. Hasil Hutan Bukan Kayu. Departemen Kehutanan.

http://www.dephut.go.id/INFORMASI/Web%20HHBK/Home.html [11

Mei 2011]

Nurmalina R, Tintin S, Arif K. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor : Departemen

Agribisnis IPB

[PERHUTANI] Perusahaan Hutan Negara Indonesia. 2005. Surat Keputusan

Direksi Perum Perhutani Nomor 792/KPTS/DIR/2005 tentang Pedoman

Peyadapan Getah Pinus Tahun 2005. Jakarta : Perhutani.

Selviana V. 2012. Pendugaan Potensi Volume, Biomassa, Dan Cadangan Karbon

Tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi jawa barat

[skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Sudarsono. 1995 . Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta : PT. Pustaka LP3ES

Indonesia

Page 25: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

1 1 7

Page 26: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan
Page 27: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

Lampiran 1 Hasil Wawancara Penyadap

No. Parameter Satuan Rata -rata Standar Deviasi

1 Jam Kerja Jam/Hari

4,895 0,703

2

Hasil

Penyadapan Kg/Hari/Orang

23,650 12,807

3

Hari Kerja

Seminggu Hari/Minggu

5,650 1,089

4

Hari Kerja

Sebulan Hari/Bulan

22,600 4,358

5

Pendapatan

Penyadap Rupiah/Bulan

962.082,000 503.604,657

6

Pendapatan

Penyadap Rupiah/Hari

42.570,000 23.053,282

7

Pendapatan

Penyadap Rupiah/Jam

8.702,688 4.541,777

8 Upah Sadap Rupiah/Kg

1.800,000 -

1

12 7

12

Page 28: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan
Page 29: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

Lampiran 2 Hasil Pengukuran Dimensi Sadapan

No Parameter Rata - rata Standar Deviasi

1 Panjang + Pembaharuan Koakan 100,216 47,266

2 Lebar Koakan 8,538 1,863

3 Kedalaman Koakan 5,662 1,884

4 Jumlah Koakan 2,627 0,774

5 Keliling Pohon 143,200 31,245

6 Diameter Pohon 45,564 9,942

1

7

7

17

7

13

Page 30: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan
Page 31: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

Lampiran 3 Biaya Penyusutan Bangunan (15 tahun) dan Penyusutan Inventaris HPGW

1

14

Page 32: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

7

15

7

7

Page 33: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

Lampiran 4 Biaya Penyusutan Inventaris Penyadapan Getah Pinus

1 1

16

Page 34: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

Lampiran 5 Rekapitulasi Biaya Pembangunan Hutan Tanaman Pinus (Amortisasi)

1 1 1

17 1

Page 35: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI … · memperhitungkan biaya penyusutan dan amortisasi. Hasil analisis kelayakan sosial dari penyadap yang telah di wawancarai didapatkan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rumah Sakit Ibnu Sina, Kabupaten 50 Kota,

Payakumbuh pada tanggal 13 Juni 1988. Penulis adalah anak ketiga dari tiga

bersaudara pasangan Bapak Firdaus dan Ibu Afnidel. Penulis menyelesaikan

pendidikan dasar di SD PIUS lulus pada tahun 2001, pendidikan menengah

pertama di SMP FIDELIS lulus tahun 2004, dan pendidikan menengah atas di

SMA N 1 Akabiluru Piladang lulus tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis

diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di

Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Ketua Umum Panitia

Temu Manager (masa pengenalan kampus mahasiswa Departemen Manajemen

Hutan) pada tahun 2009. Selain itu, penulis juga aktif sebagai anggota dan

pengurus IPMM (Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang), anggota dan pengurus

IKMP (Ikatan Keluarga Mahasiswa Payakumbuh) periode 2009 - 2010, anggota

FMSC (Forest Management Student Club) periode 2009 - 2010. Penulis juga aktif

berpartisipasi dalam kegiatan CDA kategori Bussines Plan dan termasuk sebagai

kandidat penerima hibah sebesar 15 juta untuk pengembangan usaha mikro di

Institut Pertanian Bogor.

Selama pendidikan penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan

Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang dan Kamojang, Jawa Barat pada tahun 2009

Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)

Sukabumi dan KPH Cianjur, Jawa Barat pada tahun 2010 dan Praktek Kerja

Lapang (PKL) di PT. REKI (Restorasi Ekosistem Hutan) , Jambi pada tahun 2011.

1

19 1 1 1

18