ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PRODUKSI KAKAO DENGAN …
Transcript of ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PRODUKSI KAKAO DENGAN …
1
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PRODUKSI KAKAO
DENGAN HARGA PENJUALAN DI TINGKAT PETANI
(STUDI KASUS DI DESA BALIREJO KECAMATAN
ANGKONA KABUPATEN LUWU TIMUR)
I WAYAN ARI SUYATNA
1402405038
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
2
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PRODUKSI KAKAO DENGAN
HARGAPENJUALAN DI TINGKAT PETANI (STUDI KASUS
DI DESA BALIREJO KECAMATAN ANGKONA
KABUPATEN LUWUTIMUR)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian Pada
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Cokroaminoto palopo
I WAYAN ARI SUYATNA
1402405038
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
3
4
5
6
ABSTRAK
I Wayan Ari Suyatna,2019. Analisis Hubungan Produksi Kakao dengan Harga
Penjualan di Tingkat Petani di Desa Balirejo Kecamatan Angkona Kabupaten
Luwu Timur (dibimbing oleh Suaedi dan Dharma Fidyansari).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan produksi kakao
dengan harga terhadap pendapatan petani di Desa Balirejo. Pendapatan adalah
penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Data
yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer. Metode yang digunakan
adalah deskriptifkualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar kecilnya
pendapatan petani kakao di Desa Balirejo dipengaruhi oleh tingkat produksi,
harga rata-rata penjualan dan pemasaran kakao. Sehingga, perlu adanya kerjasama
antara petani dan pemerintah untuk lebih meningkatkan produksi dan pendapatan
kakao, serta penetapan harga kakao pada tingkat pedagang pengumpul desa.
Kata kunci:Peningkatan Hasil Produksi Kakao.
iii
7
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang
Maha Esa, karenaberkat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian, Program Studi Agribisnis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari uluran tangan dan keterkaitan antara produksi kakao terhadap harga kakao
adalah ketika hasil produksi kakao meningkat maka harga kakao cenderung
mengalami penurunan. Sebaliknya, ketika produksi menurun maka harga kakao
cenderung mengalami kenaikan. Jumlah produksi kakao berpengaruh terhadap
harga kakao di lokasi penelitian, dalam hal ini dapat dilihat dalam data yang telah
di olah dari hasil penelitian bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
semua pihak, terutama kepada kedua orang tua I Ketut Subakti dan Ni Komang
Nofianti atas dukungan kasih sayang dan pengorbanan serta doa tulus yang telah
diberikan kepada penulis, selanjutnya penulis tak lupa menyampaikan terima
kasih dan penghargaan stinggi-tingginnya kepada yang terhormat :
1. Drs. H. Hnafie Mahtika, M.S selaku Rektor Universitas Cokroaminoto
Palopo.
2. Rahman Hairuddin,S.P., M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Cokroaminoto Palopo.
3. Abdul Rais, S.Si.,M.Ling selaku Ketua Program Studi Agribisnis Universitas
Cokroaminoto Palopo.
4. Dr. Suaedi, S.Pd.,M.Si. sebagai pembimbing I dan Dharma Fidyansari, S.Pi.,
M.M. sebagai pembimbing II yang mengarahkan penulis dalam menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini.
5. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada para dosen yang telah
mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti
studi di Program Studi Agribisnis atas segala bantuannya sehingga
iv
8
memperlancar proses penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada petani kakao Desa Balirejo Kecamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur yang telah memberikan bantuan dan kerjasama
selama mengadakan penelitian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Atas segala bimbingan dan bantuan,
penulis mengucapkan banyak terima kasih. Harapan dan doa penulis semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan dan pengembangan kakao
khususnya pada Program Studi Agribisnis Universitas Cokroaminoto Palopo.
Palopo,Maret 2020
Penulis,
I Wayan Ari Suyatna
v
9
RIWAYAT HIDUP
I Wayan Ari Suyatna, lahir pada tanggal 15 Februari 1997.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Buah
hati dari pasangan I Ketut Subakti (Ayah) dan Ni Komang
Nofianti (Ibu). Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN
214 Kalaena Kiri III pada tahun 2002 sampai 2008.Pada tahun
2008, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2
Angkona dan tamat pada tahun 2011. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA
Negeri 1 Kalaena pada tahun 2011, hingga akhirnya tamat pada tahun 2014.Pada
tahun 2014, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yakni
tingkat perguruan tinggi. Penulis memilih Universitas Cokroaminoto Palopo
sebagai tempat menuntut ilmu dengan memilih Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian. Di akhir studi, penulis menyusun skripsi dengan judul“Analisis
Hubungan Produksi Kakao Dengan Harga Penjualan di Tingkat Petani Desa
Balirejo Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur.
vi
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... ii
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4
2.1 KajianTeori ................................................................................ 4
2.2 Pendapatan Usahatani ................................................................ 7
2.3 Hasil Penelitian yang Relevan ................................................... 8
2.4 Karangka Pikir ........................................................................... 9
2.5 Hipotesis .................................................................................... 11
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 12
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ....................................................... 12
3.2 Lokasi dan waktu Penelitian ...................................................... 12
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................. 13
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 13
3.5 Jenisdan Sumber Data ............................................................... 14
3.6 Definisi Operasional .................................................................. 14
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 16
4.1 Keadaan Umum di Lokasi Penelitian ........................................ 16
4.2 Pembahasan ............................................................................... 18
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 31
vii
11
5.1 Simpulan .................................................................................... 31
5.2 Saran .......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 32
LAMPIRAN ..................................................................................................... 33
viii
12
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jumlah golongan umur dan persentase di Desa Balirejo Kecamatan
Angkona Kabupaten Luwu Timur ............................................................. 17
2. Jumlah penduduk tingkat pendidikan di Desa Balirejo Kecamatan
Angkona Kabupaten Luwu Timur ................................................................ 18
3. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Balirejo
Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur .......................................... 19
4. Jumlah agama penduduk di Desa Balirejo Kecamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur ............................................................................. 20
5. Jumlah sarana dan prasarana di Desa Balirejo Kecamatan Angkona
Kabupaten LuwuTimur .............................................................................. 20
6. Jumlah penggunaan lahan dan persentase di Desa Balirejo
Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur .......................................... 21
7. Umur responden petani kakao di Desa Balirejo Kecamatan Angkona
Kabupaten LuwuTimur .............................................................................. 22
8. Pengalaman berusaha tani kakao di Desa Balirejo Kecamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur ............................................................................. 23
9. Jumlah tanggungan keluarga pada petani kakao di Desa Balirejo
Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur .......................................... 24
10. Produksi perkebunan kakao di Desa Balirejo Kecamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur ............................................................................. 24
11. Menunjukkan luas lahan responden petani kakao di Desa Balirejo
Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur .......................................... 25
12. Produksi kakao dengan harga di Desa Balirejo Kecamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur ............................................................................. 26
13. Analisis pendapatan usahatani kakao di Desa Balirejo Kecamatan
Angkona Kabupaten Luwu Timur ............................................................. 27
ix
13
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kuesioner ...................................................................................................... 33
2. Dokumentasi Penelitian ................................................................................ 34
3. Data Hasil Penelitian ..................................................................................... 35
4. Surat Pendukung penelitian .......................................................................... 36
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao (Theobrema Cacao) merupakan komoditas unggulan Provinsi
Sulawesi Selatan. Saat ini, kakao merupakan produk perkebunan terbesar ketiga
setelah kelapa sawit. Kakao berperan penting dalam mendorong perekonomian
sebagai penyumbang devisa negara serta meningkatkan perekonomian petani
Arsyad et al. (2011). Peningkatan produktivitas kakao sebelumnya tidak didukung
oleh upaya peningkatan teknologi yang sesuai untuk lokasi tertentu, termasuk
penanaman, pengolahan biji kakao kering dan pemasaran. Komoditas kakao juga
merupakan penyedia lapangan kerja karena mampu menampung tenaga kerja yang
relatif besar. Selain iitu, ikakao ijuga iberperan idalam imendorong ipembangunan
idaerah idan ipengembangan iagroindustri i(Rifin idan iNurdiyani, i2007).
Indonesia imerupakan inegara iyang itelah ilama idikenal isebagai ipenghasil iberbagai
ihasil iperkebunan iyang iandali (Setiawati, i2007). Sektor iperkebunan imemegang
iperanan iyang icukup ibesar idalam ipembangunan isektor ipertanian.iPembangunan idi
ibidang iperkebunan ijuga isemakin imeningkat, idan isalah isatu itujuan iutama
ipembangunan idi ibidang iini iadalah imeningkatkan ikualitas idan iproduksi i(Lutfiadi,
i2010).
Kakao merupakan tanaman perkebunan penting bagi negara penghasil
kakao termasuk Indonesia, karena kakao merupakan salah satu komoditas
pertanian yang paling banyak diperdagangkan di dunia (Mochtar, 2011). Kakao di
Indonesia memainkan peran utama dalam kakao dunia dan memberikan kontribusi
terbesar ketiga bagi ekspor nasional. Kakao merupakan salah satu komoditas yang
banyak digunakan dalam dunia industri dan kakao merupakan salah satu
komoditas utama perkebunan iyang iperannya isangat ipenting ibagi iperekonomian
inasional, iterutama ibagi ipenyedia ilapangan ikerja, isumber ipendapatan idan idevisa
inegara.iKakao ijuga iberperan idalam imendorong ipembangunan idaerah idan
ipengembangan iagroindustri i(Maswadi, i2011).iOleh ikarena iitu, ipetani ikakao iperlu
imemahami ipengetahuan itentang ipengelolaan ipengolahan itanaman ikakao imulai
idari iteknik ipenanaman ihingga ipemasaran ihasil ipanen.iPasalnya, iproses iproduksi
iberlangsung idalam itahapan iyang ipanjang ibahkan iberisiko.iSelanjutnya
2
itujuanipetani idalam imenjalankan iusaha ipertaniannya iadalah iuntuk imendapatkan
iproduksi iyang itinggi idengan ibiaya irendah i(Adilaga, i1993).
Budidaya kakao masih memiliki kekurangan dalam berbagai aspek, mulai
dari budidaya, panen / pasca panen, pengolahan hingga pemasaran (Iqbal dan
Dalimi, 2006).Menurut Sahardi et al. (2005) dan Anonim (2007) Secara umum,
permasalahan dalam agribisnis kakao adalah produksi, dimana jumlah dan
produktivitas kakao mengalami penurunan akibat serangan buah kakao.
Hubungan antara produksi ikakao isangat iberpengaruh iterhadap iharga ijual idi itingkat
ipetani, ikarena isetiap ikali ihasil iproduksi imeningkat imaka iharga iproduksi
iturun.iOleh ikarena iitu, ipetani ikakao iperlu imemahami ipengetahuan itentang
ipengelolaan ipengolahan ikakao, ibaik itentang iteknik ibudidaya imaupun icara
imemasarkan ihasil ipanennya.iHarga ikakao idi itingkat ipetani ibiasa ilebih imurah
idibandingkan iharga iperusahaan.iSelain iitu, itujuan ipetani idalam imelakukan
ipertaniannya iadalah imenghasilkan iproduksi itinggi idengan biaya rendah (Adilaga,
1993).
Desa Balirejo merupakan salah satu desa dengan struktur perekonomian
daerah yang kuat untuk komoditas pertanian, dengan sektor pertanian memegang
peranan penting dalam perekonomian daerah dan memberikan kontribusi terbesar
terhadap salah satu bahan baku terpenting provinsi ini yaitu kakao. Areal produksi
dan sentra produksi kakao terbesar di Desa Balirejo Kabupaten Luwu Timur. Hal
ini terlihat dari hasil kakao yang rata-rata menghasilkan sekitar 1,1 ton pada satu
hektar lahan, sedangkan total luas tanaman kakao di Kabupaten Luwu Timur
adalah 69.948 hektar.
Desa Balirejo merupakan salah satu penghasil kakao terbesar di Kabupaten
Luwu Timur. Pada tahun 2005 dan 2006 produksi kakao di Desa Balirejo
diperkirakan mencapai 2.200 ton atau 72% dari produksi, dengan luas lahan
kurang dari 1.500 hektar dan produksi 2.300 ton. Saat memasarkan biji kakao,
dibutuhkan pemasaran yang efektif.Salah isatu ifaktor ipenentu iadalah itingkat idan
istabilitas iharga.iSemakin itinggi iharga ijual ibiji ikakao imaka isemakin itermotivasi
ipetani iuntuk imeningkatkan iproduksinya.iArtinya, itidak icukup ihanya idengan
imeningkatkan iproduktivitas ikakao, itetapi iharus iada iupaya iuntuk imeningkatkan
isektor ipemasaran.iPerbaikan ipemasaran iuntuk imeningkatkan iefisiensi ipemasaran
3
iakan idiupayakan idengan imeningkatkan inilai ipetani, imengurangi ibiaya
ipemasaranidan imenciptakan iharga ijual iyang isesuai idengan idaya ibeli
ikonsumen.iMasalah yang dihadapi petani saat ini adalah harga kurang stabilnya
harga produksi kakao di setiap perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu:
1. Apakah ada hubungan produksi kakao dengan harga kakao di Desa Balirejo?
2. Apakah ada hubungan harga penjualan dengan pendapatanpetani kakao di
Desa Balirejo?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui hubungan produksi kakao dengan harga kakao di Desa Balirejo.
2. Mengetahui hubungan harga penjualan dengan pendapatan petani kakao di
Desa Balirejo.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak masyarakat sebagai
bahan pertimbangan bagi pemerintah guna membantu, mengembangkan dan
meningkatkan produksi kakao serta meningkatkan kesejahteraan petani
kakaoterutama Desa Balirejo Kecamatan Angkona dan bagi peneliti untuk
menambah pengetahuan dan pengalaman.
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Produksi adalah suatu kegiatan memproses input (faktor produksi)
menjadioutput. Produksi dapat juga didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses
atauaktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input) dengan
demikiankegiatan produksi tersebut adalah mengkombinasikan berbagai masukan
untuk menghasilkan pengeluaran sedangkan produktivitas dalam bidang pertanian
adalah produksi yang dihasilkan dibagi dengan luas lahan yang digunakan
(Agung, dkk., 2008). Faktor produksi adalah segala input produksi yang
digunakan untuk menghasilkan output atau pengeluaran. Faktor-faktor produksi
dapat dibedakan menjadi empat golongan yaitu tenaga kerja, modal, tanah, dan
keahlian usaha. Faktor-faktor produksi usahatani meliputi bibit/benih, tenaga
kerja, luas lahan, pupuk, pengendali hama penyakit dan gulma serta faktorlainnya
(Sukirno, 1996). Di dalam ilmu ekonomi dikenal dengan yang namanya fungsi
produksi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik dengan faktor-
faktor produksi, fungsi produksi digambarkan dalam persamaan yang
menunjukkan hubungan ketergantungan fungsional antara tingkat input yang
digunakan.
1. Produksi
(Sukirno,2006) menyatakan bahwa produksi adalah benda-benda yang
disediakan dari alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa.
Tingkat produksi pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca yang diluar
kemampuan para petani sehingga petani tidak dapat untuk mengendalikannya.
Pada umumnya produksi hasil pertanian selalu berubah-ubah dari satu musim ke
musim yang lainnya, produksi pertanian yang optimal adalah produksi yang
mendatangkan produk yang menguntungkan dari sudut ekonomi berarti biaya
input yang berpengaruh pada produksi jauh lebih kecil dibandingkan dengan hasil
yang diperoleh sehingga petani dapat memperoleh keuntungan dari usaha taninya.
Analisis terhadap kegiatan produksi perusahaan dikatakan berada dalam jangka
pendek apabila sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya (fixed
5
input) sedangkan dalam jangka panjang semua faktor produksi dapat mengalami
perubahanyang artinya bahwa setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya
kalau memang diperlukan.
2. Harga
Sukirno (2000) mengemukakan bahwa harga merupakan suatu barang yang
diperjualbelikan dan ditentukan dengan melihat keadaan keseimbangan dalam
suatu pasar, keseimbangan pasar tersebut terjadi apabila jumlah barang yang
ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta.
Kotler (2001) harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk
atau jumlah dari nilaiyang ditukar konsumen atas manfaat karena memiliki harga
yang baik dalam menggunakan produk tersebut.
Harga merupakan atribut paling penting yang dievaluasi oleh konsumen
sehingga manajer perusahaan perlu benar-benar menyadari peran dalam
menentukan sikap konsumen. Harga sebagai atribut dapat diartikan bahwa harga
merupakan konsep keanekaragaman yang memiliki arti berbeda bagi konsumen
tergantung karakteristik konsumen, situasi dan produk (Mowen dan Bekti
Setiawati, 2006).
Setelah mempertimbangkan harga konsumen juga mempertimbangkan
kualitas produk yang akan mereka beli. Konsumen mengharapkan adanya
kesesuaian antara harga dengan kualitas produk yang mereka terima dengan
kualitas produk yang baik konsumen akan terpenuhi keinginan dan kebutuhannya
akan suatu produk (Windoyo, 2009).
Banyak yang menganggap harga sebagai kunci kegiatan dari sistem
perdagangan bebas, harga pasar suatu produk mempengaruhi upah, sewa, bunga,
dan laba, artinya harga sebuah produk mempengaruhi biaya produksi tenaga kerja,
tanah, modal dan wiraswasta. Jadi harga adalah alat pengukur dasar sebuah sistem
ekonomi karna harga mempengaruhi alokasi produksi. Upah kerja yang tinggi
memikat tenaga kerja, tingkat bunga yang tinggi menarik modal dan seterusnya.
Dalam peranannya diproduksi (penawaran) dan siapa yang akan memperoleh
berapa banyak barang atau jasa yang diproduksi (permintaan).
6
3. Pemasaran
Pemasaran adalah aliran barang dari produsen ke konsumen. Pemasaran
merupakan salah satu kegiatan pokok pengusaha dalam mempertahankan
kelangsungan usahanya baik dalam pengembangan usaha maupun dalam
peningkatan laba. Soekartawi (1993) komoditas pertanian yang lebih cepat ke
tangan konsumen dan yang tidak mempunyai nilai ekonomi yang tinggi biasanya
mempunyai saluran pemasaran yang relatif sederhana.
4. Luas Lahan
Purwowidodo (1983) lahan merupakan suatu lingkungan fisik yang
mencakup iklim, relief tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas
tertentu akan mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan. Lahan juga diartikan
sebagai permukaan daratan dengan benda-benda padat, cair bahkan gas (Rafi’I,
1985). Definisi lain juga dikemukakan oleh Arsyad yaitu lahan diartikan sebagai
lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief tanah, air dan vegetasi serta benda
yang diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk
didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang seperti hasil
reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti yang
tersalinasi (FAO dalam Arsyad, 1989). Besarnya luas lahan usaha tani
mempengaruhi petani dalam menerapkan cara-cara berproduksi. Luas lahan yang
dikelolah memberikan pengaruh yang besar terhadap tingkat produksi kakao yang
pada akhirnya akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani.
Sifat-sifat lahan terdiri dari beberapa bagian yaitu karakteristik lahan,
kualitas lahan, pembatas lahan, persyaratan penggunaan lahan, perbaikan lahan
(Jamulya, 1991:2). (a) Karakteristik lahanadalah suatu parameter lahan yang dapat
diukur atau diestimasi, misalnya kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah dan
struktur tanah. Satuan parameter lahan dalam survey sumberdaya lahan pada
umumnya disertai deskripsi karakteristik lahan.
(b) Kualitas lahan mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan untuk penggunaan
tertentu. Kualitas lahan dinilai atas dasar karakteristik lahan yang berpengaruh,
suatu karakteristik lahan yang dapat berpengaruh pada suatu kualitas lahan
tertentu tetapi tidak dapat berpengaruh pada kualitas lahan lainnya.
7
(c) Pembatas lahan merupakan faktor pembatas jika tidak atau hampir tidak dapat
memenuhi persyaratan untuk memperoleh produksi yang optimal dan pengelolaan
dari suatu penggunaan lahan tertentu. Pembatas lahan dapat dibedakan menjadi
dua yaitu : (1) Pembatas lahan permanen, pembatas lahan yang tidak dapat
diperbaiki dengan usaha-usaha 27 perbaikan lahan (land improvement). (2)
pembatas lahan semetara, pembatas lahan yang dapat diperbaiki dengan cara
pengelolaaan lahan. Persyaratan penggunaan lahan dapat dikelompokkan menjadi
beberapa bagian yaitu: (1) Persyaratan ekologikal contohnya ketersediaan air,
ketersediaan unsur hara, ketersediaan oksigen, resiko banjir, lingkup temperatur,
kelembapan udara, dan periode kering. (2) Persyaratan pengelolaan contonya
persiapan pembibitan dan mekanisasi selama panen. (3) Persyaratan konservasi
contohnya control erosi, resiko komplen tanah, resiko pembentukan kulit tanah.
(4) Persyaratan perbaikan, contohnya pengeringan lahan, tanggap terhadap
pemupukan. (5) Perbaikan lahan adalah aktivitas yang dilakukan untuk
memperbaiki kualitas lahan pada sebidang lahan untuk mendapatkan keuntungan
dalam meningkatkan produksi pertanian. Perbaikan lahan mutlak dilakukan agar
kualitas lahan dapat terus terjaga dan bermanfaat bagi generasi yang akan datang.
2.2. Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya
yang dikeluarkan dalam sekali periode. Pendapatan usahatani secara
ekonomismempunyai dua pengertian yaitu pendapatankotor (gross farm income)
dan pendapatan bersih (net farm income). Pendapatan kotor usahataniadalah baik
yangdijual maupun yang tidak dijual, sedangkan pendapatan bersihusahatani
adalah selisih antara pendapatan kotorusahatani dan pengeluaraan usahatani.
Pendapatan petani merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan
petani dalam suatu periode tertentu. Penghasilan petani dapat diperoleh dari
pendapatan bersihhasil pertanian ditambah dengan pendapatan dari sumber
lainyang terdiri dari penghasilan buruh tani, penghasilan pekerjaan/usaha lain,
serta penghasilan anggota keluarga lain (di luar Kepala Keluarga).
Penerimaan usahatani adalah hasil perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual (Soekartawi, 1995) yang dapat dituliskan sebagai berikut :
8
a. Pendapatan Kotor
Pendapatan kotor (Gross Farm Income) merupakan pendapatan yang
diterima petani dari hasil penjualan produk tanpa adanya pengurangan dengan
biaya produksi tabungan dan pengeluaraan lainnya. Penerimaan usahatani
didefinisikan sebagai hasil produksi yang diterima petani dari penjualan produk
usahatani. Pendapatan kotor usahatani atau penerimaan usahatani adalah nilai
produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun
yang tidak dijual. Untuk menaksir komoditas atau produk yang tidak dijual, maka
digunakan nilai berdasarkan harga pasar yaitu dengan cara mengalikan produksi
usaha tani dengan harga pasar. Rumus : LabaKotor =Penjualan Bersih –
HPP(Harga Pokok Penjualan)
b. Pendapatan Bersih
Pendapatan bersih (Net Farm Income) adalah pendapatan yang diterima
petani setelah adanya pengurangan biaya produksi. Pendapatan usahatani dapat
mendorong petani untuk mengalokasikan dalam berbagai kegunaan, seperti biaya
produksi, tabungan dan pengeluaraan lainnya. Rumus :Laba Bersih = Laba Kotor-
Beban Usaha.
2.3 Penelitian yang Relevan
1. Ada beberapa peneliti yang relevan dengan penelitian ini, seperti dengan
penelitian yang di lakukan oleh Indra Jaya I.G.B(2013) dengan judul
Penelitian Analisis Skala Ekonomi dan Efisiensi Pada Usaha Perkebunan
Kakaodi Kecamatan Abiansemal Kecamatan Badung.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa luas lahan, modal, tenaga kerja secara serentak dan
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi pada
usaha perkebunan kakao di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Tahun
2013. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui secara serempak dan parsial
pengaruh faktor produksi seperti luas lahan, modal, dan tenaga kerja terhadap
jumlah produksi kakao di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Tahun
2013 disamping itu juga untuk mengetahui skala ekonomis dan efisiensi pada
usaha perkebunan kakao di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Tahun
2013. Manfaat penelitian ini yaitu agar petani perkebunan kakao di Kecamatan
Abiansemal Kabupaten Badung untuk tetap mempertahankan produktivitasnya
9
dengan memanfaatkan segala faktor-faktor produksi yang dimilikinya lebih
intensif serta lebih memberikan perhatian untuk mencapai target yang
didinginkan.
2. penelitian yang sama juga dilakukan oleh Putri I.C.K(2013). Judul Penelitian
Analisis Pendapatan Petani Kakao Di Kabupaten Parigi – Moutong. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa besar kecilnya pendapatan petani Kakao di
Kabupaten Parigi-Moutong dipengaruhi oleh tingkat produksi, harga rata-rata
penjualan dan pemasaran kakao. Tujuan menganalisis pengaruh tingkat
produksi, harga rata-rata penjualan dan pemasaran kakao terhadap pendapatan
petani kakao di Kabupaten Parigi – Moutong. Manfaat penelitian ini yaitu
diharapkan tetap meningkatkan produksi kakaonya, dengan meningkatnya
produksi kakao dapat menekan tingkat harga.
3. Fatmawati, 2013. Judul Penelitian Analisis Pendapatan Petani Padi di Desa
Teep Kecamatan Langowan Timur. Hasil menunjukan bahwa produksi dan
harga jual mempunyai pengaruh signifikan terhadap pendapatan petani di
Desa Teep Kecamatan Langowan Timur. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisa potensi produksi petani serta menganalisa tingkat pendapatan
petani padi yang ada di desa Teep. Manfaat penelitian ini diharapkan
disediakan wadah yang dapat menampung hasil produksi untuk menjaga
kestabilan harga.
4. Jenny Baroleh , 2016. Judul PenelitianAnalisis Pendapatan Usahatani Kakao
Di Desa Tikong, Kecamatan Taliabu Utara, Kabupaten Kepulauan Sula. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pendapatan petani kakao di Desa Tikong yang
memiliki luas lahan 0,5 - 1,5 Ha adalah sebesar Rp 2.392.749 dan pendapatan
petani kakao yang memiliki luas lahan >1,5 - 2 Ha adalah sebesar Rp
2.766.698. Dalam usaha meningkatkan pendapatan dari kegiatan usahatani
maka petani kakao di Desa Tikong berusaha untuk meningkatkan produksi.
Tujuan penelitian untuk mengetahui besarnya pendapatan petani dari
usahatani kakao di Desa Tikong, Kecamatan Taliabu Utara, Kabupaten
Kepulauan Sula. Manfaat penelitian ini diperlukan pengusaha atau instansi
yang terkait untuk memantau perkembangan dan budidaya kakao serta
10
memberikan informasi secara kontinu tentang inovasi baru yang akan berguna
bagi petani kakao.
5. Raihana Kaplale, 2017. Analisis Tingkat Usahatani Kakao (Theobroma
Cacao L) Studi Kasus Di Desa Latu Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram
Bagian BaratKelayakan usahatani kakao di Desa Latu Kecamatan Ama Latu
Kabupaten Seram Bagian Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-
rata tingkat pendapatan usahatani kakao adalah Rp 6,2 juta/ha/tahun.
Berdasarkan hasil analisis regeresi linier berganda, faktor-faktor utama tingkat
penentu tingkat pendapatan usahatani kakao yaitu luas lahan, biaya produksi,
produksi dan harga jual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
pendapatan petani kakao, faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
usahatani kakao, dan kelayakan usahatani kakao. Manfaat penelitian yaitu
sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah khususnya dalam
rangka pembinaan terhadap petani kakao dalam upaya peningkatan hasil
produksi dan tingkat pendapatan petani.
2.4 Kerangka Pikir
Secara umum di Indonesia masih digolongkan pendapatan rendah, hal ini
menyebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan hidup masyarakat petani.
Usahatani dari suatu daerah lain berbeda-beda tergantung kondisi alam, ekonomi
dan sosial budaya yang ada di daerah tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya pendapatan petani yaitu: (1) tingkat pendidikan petani umumnya
rendah, (2) pemakaian sarana produksi yang tidak efisien, (3). kurangnya modal
untuk mengembangkan usahataninya.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan berbagai aspek yang masih
menjadi kendala bagi petani padi dalam menjalankan usaha taninya antara lain
sebagai berikut : (1) tidak adanya pasar yang pasti, (2) ada tidaknya saprodi dan
gudang penyimpanan, (3) kurangnya modal, (4) tidak adanya
pembimbing/penyuluh. Dengan adanya kemitraan petani dengan pengusaha dalam
menjalankan usaha taninya, pengusaha memiliki berbagai kemampuan terutama
dalam hal-hal sebagai berikut : (1) persaingan dalam membeli produk pertanian
dalam pembelian produk petani dan penjualan input kepada petani, (2)
kemampuan menyediakan input (bibit, pupuk, pestisida), (3) menyediakan modal
11
usahatani dengan syarat yang telah ditentukan, (4) memberikan penyuluhan
kepada petani dengan cara bertahap. Usahatani kakao jika menggunakan input
produksi dalam jumlah tertentu dapat menghasilkan produksi kakao yang lebih
baik. Setelah produksi dikalikan dengan harga output maka diperoleh penerimaan.
Penerimaan setelah dikurangi biaya produksi diperoleh pendapatan bersih (Rahim
dan Hastuti, 2008). Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran peneliti
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
2.5 Hipotesis
Penulis mengemukakan dugaan sementara (Hipotesis) dalam penelitian ini
bahwa tingkat produksi, harga dan pemasaran kakao memiliki pengaruh positif
terhadap pendapatan petani.Berdasarkan teori yang ada, maka dirumuskan
hipotesis penelitian ini sebagai berikut :
1. Bahwa luas lahan, modal, dan tenaga kerja secara simultan berpengaruh
terhadap jumlah produksi pada usaha perkebunan kakao di Kecamatan
Angkona Kabupaten Luwu Timur Tahun 2019.
2. Bahwa luas lahan, modal dan tenaga kerja secara parsial berpengaruh terhadap
jumlah produksi pada usaha perkebunan kakao di Kecamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur Tahun 2019.
Usahatani
Kakao
KkKakao
Harga Kakao
Pendapatan
Kakao
Tingkat
Produksi Kakao
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif merupakan suatu
penelitian yang mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan suatu fenomena,
peristiwa, gejala, dan kejadian yang terjadi secara faktual, sistematis, serta akurat.
Instrumen metode penelitian deskriptif kuantitatif yang sering dipakai adalah
kuesioner (angket), wawancara dan observasi membuat analisis datanya berupa
analisis tekstual dari hasil transkrip atau catatan lapangan yang tidak terstruktur.
2. Tempat dan waktu
Penelitian dilakukan di Desa Balirejo Kecamatan Angkona Kabupaten
Luwu Timur. Penelitian ini di lakukan selama satu bulanpada awal bulan
Marethingga April 2019.
3.2 Populasi dan Sampel
1. Populasi
adalah keseluruahan objek penelitian yang terdiri atas manusia, hewan,
benda-benda, tumbuhan, peristiwa, gejala, ataupun nilai tes sebagai sumber data
yang mempunyai karakteristik tertentu dalam suatu penelitian yang dilakukan.
Dalam penelitian ini, populasi penelitian mengacu pada tingkat produksi dan
pemasaran kakao yang tidak stabil, maka dari itu dilakukan pengambilan sampel
untuk penelitian ini. Sesuai dengan survei yang saya lakukan yaitu 20 orang
petani.
2. Sampel
Sampel adalah subjek dari populasi yang terdiri dari sebagian anggota
populasi. Subjek ini diambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin kita
meneliti seluruh anggota populasi, oleh karena itu kita membentuk sebuah
perwakilan populasi yang disebut sampel (Ferdinand, 2006).
Dengan menggunakan metode simple random sampling, yaitu pengambilan
sampel dilakukan dengan sensus, memperhatikan responden yang dikehendaki
13
untuk memudahkan penelitian sehingga diambilah sampel sebanyak 20 orang
yang ingin harga kakao tetap stabil.
3.3Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara pengambilan data atau
informasi dalam suatu penelitian. Adapun teknik dalam pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara :
1. Kuesioner
Kuesioner adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan
secara tertulis guna memperolehtanggapan konsumen terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan konsumen dalam meningkatkan harga kakao.Kuesioner
juga dapat dilakukan dengan cara pengumpulan data menggunakan daftar isian
atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga
calon responden hanya tinggal mengisi atau menandainya dengan mudah.
2. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang
dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian . Metode
wawancara ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang karakteristik
responden dengan menggunakan kuesioner.
3. Observasi
Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang
ada pada obyek penelitian . Metode ini digunakan dalam rangka mencari data
awal tentang daerah penelitian, untuk mendapatkan gambaran umum daerah
penelitian dengan memperhatikan keadaan riil atau fenomena yang ada di
lapangan.
3.4 Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Pengertian jenis data adalah informasi yang di kelompokkan serta memiliki
arti bagi penggunanya. Jenis data yang dikumpulkan terdiri data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari pengisian kuisioner, wawancara langsung
14
dan observasi langsung di lapangan yang diajukan kepada responden. Wawancara
dilakukan dengan petani kakao.
2. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diambil
serta dicatat untuk pertama kalinya. Data primer yang dibutuhkan dalam
penelitian ini seperti data identitas responden.
3. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain) data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini seperti buku-buku dan
literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.5 Teknik Analisis Data
Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah
hasil penelitian guna memperoleh kesimpulan. Analisis yang digunakan untuk
mengetahui pendapatan usahatani kakao petani dilakukan analisis biaya
pendapatan sebagai berikut:
π= TR - TC
π= P.Q – ( Biaya Tetap + Biaya Variabel )
Dimana :
π = Besarnya keuntungan/pendapatan (Rp)
TC = Total Biaya yang dikeluarkan oleh petani (Rp)
TR = Total Penerimaan atau hasil penjualan kakao yang diterima petani (Rp)
Q = Jumlah Produksi (Kg)
P = Harga Produksi ( Rp/Kg )
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
deskriptif kuantitatif menggunakan SPSS 20.0 for windows untuk melihat
hubungan antara produksi kakao dengan harga penjualan di tingkat petani.
3.6 Defenisi Operasional
Defenisi operasional dapat digunakan untuk lebih mengarahkan
pelaksanaan penelitian terutama dalam pengambilan data. Adapun konsep
operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut:
15
1. Analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai,
membedakan, memilah, sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan
kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditafsirkan
maknanya.
2. Produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh
manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Produksi
pertanian yang optimal adalah produksi yang mendatangkan produk yang
menguntungkan ditinjau dari sudut ekonomi ini berarti biaya faktor-faktor
input yang berpengaruh pada produksi jauh lebih kecil bila dibandingkan
dengan hasil yang diperoleh sehingga petani dapat memperoleh keuntungan
dari usaha taninya.
3. Harga adalah nilai uang yang harus dibayarkan oleh konsumen kepada penjual
atas produk yang dibelinya. Dengan kata lain harga adalah nilai suatu barang
yang ditentukan oleh penjual.
4. Pemasaran adalah aliran barang dari produsen ke konsumen. Pemasaran
merupakan salah satu kegiatan pokok pengusaha dalam mempertahankan
kelangsungan usahanya baik dalam pengembangan usaha maupun dalam
peningkatan laba.
5. Pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh petani dari hasil produksinya.
Pendapatan usahatani secara ekonomis mempunyai dua pengertian yaitu
pendapatan kotor (gross farm income)dan pendapatan bersih (net farm
income).
16
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif
Keadaan geografis adalah keadaan tentang permukaan bumi, iklim, flora,
dan fauna serta hasil-hasil yang dapat diperoleh dari bumi. Meskipun demikian
dalam bagian ini penulis hanya akan menguraikan tentang letak dan luas wilayah
serta keadaan iklim dari lokasi penelitian.
Kecamatan Angkona merupakan salah satu kecamatan yang terletak di
sebelah barat ibu kota Kabupaten Luwu Timur, dengan luas wilayah 147,24 .
Kecamatan Angkona berbatasan dengan Kecamatan Kalaena di sebelah utara,
Kecamatan Malili sebelah timur, sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Bone,
dan di sebelah barat berbatasan dengan Tomoni Timur dan Wotu.
Desa Balirejo merupakan salah satu dari sepuluh desa yang ada di wilayah
kecamatan Angkona. Desa Balirejo memiliki jarak dari pusat pemerintahan yakni
jarak dari Kecamatan 15 km. Secara administratif batasDesa Balirejo adalah
sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sumber Makmur
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tawakua
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Solo
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Wanasari
Desa Balirejo memiliki luas wilayah 8,6 km2
yang terdiridari 5 dusun yaitu:
Dusun Kenanga, Dusun Cempaka, Dusun Jempiring, Dusun Melati, dan Dusun
Nusa Indah.
a. Keadaan Iklim
Secara hidrologis Desa Balirejo beriklim tropis dengan dua musim, yaitu
musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan biasanya terjadi antara bulan Mei
hingga bulan November. Banyaknya curah hujan yang ada pada Desa Balirejo
yakni 36,54 mm/tahun dengan suhu rata-rata pertahunnya yakni 32,5 derajat
celcius.
17
b. Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan modal dasar (asset) bagi suksesnya pembangunan,
karena itu peranannya akan menentukan bagi perkembangan satu wilayah baik
dalam skala regional maupun nasional. Untuk mengetahui keadaan penduduk di
Desa Balirejo, dapat dilihat dari segi umur, jenis kelamin, pendidikan dan jenis
mata pencaharian.
1) Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan
untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas dalam berusaha. Pada umumnya
petani yang memiliki umur yang muda dan masih sehat jasmaninya mempunyai
fisik yang lebih kuat dan lebih cepat menerima inovasi dan teknologi yang sedang
berkembang dibanding dengan petani yang telah berumur tua.
Jumlah penduduk Desa Balirejo, Kecamatan Angkona, Kabupaten Luwu
Timur berjumlah 1.860 jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk
berdasarkan umur sebagai berikut:
Tabel 1.Jumlah golongan umur dan persentase di Desa Balirejo Kecamatan
Angkona kabupaten Luwu Timur
No. Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase(%)
1. 0-24 Tahun 793 42,63
2. 25-49 Tahun 737 39,62
3. 50 -69 Tahun 254 13,65
4. >70 Tahun 76 4,08
Jumlah 1860 100,00
Sumber: Kantor Desa Balirejo(2019)
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah tertinggi penduduk di Desa Balirejo
berada pada usia 0-24 tahun sekitar 793 atau 42,63% jiwa, pada usia 24 tahun
sekitar 737 atau 39,62% jiwa, pada usia 50-69 tahun sekitar 254 atau 13,65%
jiwa dari jumlah penduduk yang ada di Desa Balirejo. Sedangkan jumlah terendah
berada pada usia >70 tahun keatas yaitu 76 jiwa atau 4,08%.
2) Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan dan pengalaman pada umumnya mempengaruhi cara berpikir
dan perilaku individu dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat. Semakin
tinggi tingkat pendidikan dan banyaknya pengalaman, individu maupun
masyarakat akan dinamis dan inovatif. Pendidikan dapat diperoleh melalui
pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Melalui pendidikan, kualitas
18
hidup seseorang dapat ditingkatkan dengan penguasaan ilmu pengetahuan. Untuk
meningkatkan tingkat intelektual, maka pendidikan sangat dibutuhkan. Jumlah
penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di desa Balirejo dapat dilihat pada tabel
2.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Tingkat Pendidikan di Desa Balirejo Kecamatan
Angkona Kabupaten Luwu Timur
No Uraian Jumlah Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1. Tamat SD 285 354 639
2. Tidak Tamat SD 424 524 949
3. Tamat SLTP 65 48 113
Tamat SMA/SMK 59 39 98
Tamat Perguruan Tinggi 33 19 52
Kejar Paket - - -
Paket A - - -
Paket B - - -
Paket C 7 2 9
Jumlah 873 986 1860
Sumber: Kantor desa Balirejo(2019)
Tabel 2 menunjukan bahwa umumnya penduduk di Desa Balirejo
Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur pada tingkat pendidikan SD, SLTP,
dan SMA yaitu sekitar 850 orang, sedangkan tingkat pendidikan diploma, S1, S2,
dan kejar paket adalah sekitar 61 orang dan penduduk yang tidak mampu
menyelesaikan pendidikan SD, SMP, dan SMA adalah sekitar 949 orang. Hal ini
terlihat bahwa tingkat pendidikan yang ada di Desa Balirejo harus di tingkatkan
karena sangat berpengaruh pada kualitas hidup seseorang yang bertujuan untuk
meningkatkan intelektual atau cara berpikir seseorang.
3) Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tingkat pendidikan biasanya erat hubungannya dengan jenis pekerjaan
seseorang. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan rendah, terkadang
melakukan pekerjaan yang banyak mengandalkan tenaga fisik. Dan sebaliknya
seseorang yang berpendidikan tinggi, maka akan memilih jenis pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan dan pendidikan yang dimiliki. Jumlah penduduk
menurut mata pencaharian di Desa Balirejo tersebar ke dalam beberapa kelompok
pekerjaan/lapangan usaha utama. Untuk lebih jelasnya rata-rata jumlah penduduk
berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 3.
19
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian di DesaBalirejo
Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur
No Pekerjaan Jumlah Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1. Petani/Pekebun 323 323
2. Ibu Rumah Tangga 450 450
3. Tukang
Bangunan/Meubel 15 15
4. Pedagang 10 74 84
5. Peternak 50 50
6. PNS
Guru 4 7 11
Tenaga Teknis 4 4
7. Tenaga
Honor/Sukarela 5 8 13
8. TNI 2 2
Sumber: Kantor Desa Balirejo(2019)
Tabel 3 menunjukkan bahwa penduduk Desa Balirejo pada umumnya
memiliki mata pencaharian sebagai ibu Rumah Tangga yaitu 450 orang sedangkan
jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai PNS/TNI/Polri merupakan
yang paling sedikit yaitu sebesar 2 orang, selain itu jumlah penduduk yang
bermata pencaharian sebagai petani yaitu 323 orang, jumlah penduduk yang
bermata pencaharian sebagai pedagang yaitu 84 orang, jumlah penduduk yang
bermata pencaharian sebagai peternak yaitu 50 orang, jumlah penduduk yang
bermata pencaharian sebagai guru yaitu 11 orang, jumlah penduduk yang bermata
pencaharian sebagai Tenaga Honor yaitu 13 orang, dan kemudian jumlah
penduduk bermata pencaharian sebagai tenaga teknis yaitu 8 orang, Hal ini
terlihat bahwa kondisi dari mata pencaharian Desa Balirejo rata-rata sebagai
Petani.
4) Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Agama yang dianut penduduk Desa Balirejo yaitu Hindu dan Islam. Jumlah
penduduk berdasarkan Agama di Desa Balirejo dapat dilihat pada Tabel 4.
20
Tabel 4. Jumlah Agama Pendudukdi Desa Balirejo Kecamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur
No. Agama Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. Hindu 1.660 89,25
2. Islam 200 10,75
Jumlah 1860 100,00
Sumber: Kantor Desa Balirejo (2019)
Tabel 4 menunjukkan bahwa penduduk di Desa Balirejo pada umumnya
beragama Hindu yaitu 1.660 orang atau 89,25% sedangkan jumlah penganut
agama Islam yakni 200 orang atau 10,75%. Dengan adanya mayoritas agama
Hindu dan agama Islam sebagai agama minoritas akan tetapi mereka mampu
hidup berdampingan antara satu sama lain.
c. Sarana dan Prasarana
Adanya sarana dan prasarana yang memadai mendukung kegiatan
masyarakat suatu daerah dalam melaksanakan kegiatan sosial ekonomi. Lebih
lanjut mengenai sarana dan prasarana yang ada di Desa Balirejo dapat dilihat
pada:
Tabel 5. Jumlah Sarana dan Prasarana di Desa Balirejo Kecamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur
No. Uraian Jumlah (Unit)
1.
Sarana Pendidikan
TK
SD
SMP
SMA
1
2
-
-
2.
Sarana Kesehatan
Puskesmas
Pustu
Posyandu
-
1
3
3.
Sarana Ibadah
Pura
Mesjid
7
1
4.
Gedung Sosial
Balai Banjar
Langgar
1
1
5 Kantor Desa 1
Sumber: Kantor Desa Balirejo(2019)
Tabel 5 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di Desa
Balirejo cukup memadai sehingga masyarakat dapat melaksanakan kegiatannya
21
sehari-hari baik kegiatan sosial dan budaya. Hal ini dapat dilihat dengan
tersedianya fasilitas seperti sarana pendidikan, sarana Ibadah,sarana kesehatan,
Gedung sosial dan kantor Desa. Masyarakat Desa Balirejo menunjukkan bahwa
dengan adanya sarana dan prasarana tersebut cukup menunjang kegiatan yang
akan dilakukan serta mempermudah menjalankan aktifitas masing-masing setiap
penduduk.
d. Struktur Penggunaan Lahan
Pola penggunaan lahan di Desa Balirejo meliputi Pekarangan, Perladangan
dan Persawahan. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur penggunaan lahan dapat
dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Jumlah Penggunaan Lahan dan Persentase di Desa Balirejo Kecamatan
Angkona Kabupaten Luwu Timur
No. LahanJumlah (Ha) Persentase (%)
1. Pekarangan 165 12,74
2. Ladang/kebun 345 26,64
3. Persawahan 785 60,62
Jumlah 1.295 100,00
Sumber: Kantor Desa Balirejo (2019)
Tabel 6 menunjukkan bahwa adanya pola penggunaan lahan yang ada di
Desa Balirejo, dimana lahan digunakan sebagai Pekarangan, Ladang/kebun, dan
Persawahan. Luas lahan yang dijadikan sebagai pekarangan yakni 165 Ha atau
12,74, dijadikan sebagai Ladang/kebun seluas 345 Ha atau 26,64, dan persawahan
mencapai 785 Ha atau 60,62.
2. Identitas Responden
Identitas seseorang menggambarkan kondisi dan status orang tersebut.
Identitas petani responden meliputi umur, tingkat pedidikan, pengalaman
berusahatani serta luas lahan dan status lahan garapan.
a. Umur Responden Petani
Umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan
bekerja dan cara berpikir seseorang. Pada umumnya petani yang berumur muda
mempunyai kemampuan fisik yang lebih kuat serta relatif lebih mudah menerima
inovasi baru dibanding petani yang berumur lebih tua. Oleh karena itu, perbedaan
umur yang dimiliki oleh seseorang dapat dijadikan salah satu indikator untuk
menilai tingkat kemampuannya kerjanya, sedangkan petani yang berumur tua
22
kemampuan fisiknya telah menurun, akan tetapi mempunyai pengalaman kerja
yang lebih banyak sehingga lebih berhati-hati dalam menerima inovasi baru.
Tabel 7. Umur Responden Petani Kakao Desa Balirejo Kecamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur No Tingkat Umur (Tahun) Orang Persentase (%)
1 30-35 5 25
2 36-41 4 20
3 42-47 6 30
4 48-53 3 15
5 >54 2 10
Jumlah 20 100
Sumber: Kantor Desa Balirejo (2019)
Tabel 7 menunjukan bahwa petani kakao umumnya merupakan tenaga kerja
yang produktif, dimana pada petani mitra kisaran umur responden antara 30-35
tahun sebanyak 5 orang atau 25 %, petani yang berumur 36-41 tahun sebanyak 4
orang atau 20 %, petani yang berumur 42-47 tahun sebanyak 6 orang atau 30%
dan petani yang berumur 48-53 tahun sebanyak 3 orang atau 15 % dengan. Untuk
umur petani berkisar 54 tahun keatas sebanyak 2 orang atau 10 % .
b. Tingkat Pendidikan Petani
Tingkat pendidikan mempengaruhi pola fikir petani dalam mengadopsi
teknologi dan keterampilan manajemen untuk mengelola usahanya. Semakin
tinggi tingkat pendidikan diharapkan pola fikir semakin rasional dan lebih
responsif menerima inovasi atau teknologi baru untuk peningkatan usahanya.
c. Pengalaman Berusahatani Petani
Pengalaman berusahatani mempengaruhi cara-cara dan perilaku petani
untuk mengelola usahataninya. Petani biasanya memiliki pengalaman
berusahatani lebih lama mempengaruhi keterampilan dan kemampuan menerima
inovasi. Petani yang berpengalaman harus lebih berhati-hati dalam menerima
suatu teknologi karena mengandalkan kemampuan yang dimilikinya. Lama
berusaha tani dapat dianggap sebagai ukuran tingkat pengalaman dan pengelolaan
usahatani kakao. Pengalaman petani responden dapat dilihat pada tabel 8.
23
Tabel 8. Pengalaman Berusahatani kakao Desa Balirejo Kecamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur
No Pengalaman Berusahatani (Tahum) Orang Persentase (%)
1 5-9 2 10
2 10-15 7 35
3 16-20 4 20
4 21-25 2 10
5 >26 5 25
Jumlah 20 100
Sumber : Kantor Desa Balirejo (2019)
Tabel 8 menunjukkan bahwa berdasarkan pengalaman berusaha tani petani
responden mitra di wilayah penelitian. Persentase tingkat pengalaman berusaha
tani petani responden memiliki jumlah persentase terbesar yaitu pada kisaran
antara 10-15 tahun sebanyak 7 orang atau 35 % dan persentase terkecil yaitu pada
kisaran 5-9 tahun dengan jumlah 2 orang atau 10 %. Dengan adanya pengalaman
berusaha tani dapat mempengaruhi keuntungan usahatani karena petani yang
sudah berpengalaman lebih pandai dari petani yang pengalamannya relatif baru,
karena lebih mengetahui seluk beluk berusahatani padi termasuk dalam hal
mengatasi kesulitan jika mendapat hambatan dalam berusaha tani.
d. Jumlah Tanggungan Petani
Jumlah tanggungan keluarga adalah semua anggota keluarga yang menjadi
beban petani termasuk petani responden itu sendiri. Jumlah tanggungan keluarga
petani merupakan tanggung jawab terhadap pemenuhan dan kesejahteraan bagi
seluruh anggota keluarganya, juga sebagai tenaga kerja keluarga yang dapat
membantu dalam usahatani padi. Tanggungan keluarga yang produktif bagi petani
merupakan sumber tenaga kerja yang utama menunjang kegiatan usahanya,
karena selama pekerjaan masih dapat dilakukan oleh keluarga akan mengurangi
pengeluaran untuk mengupah tenaga kerja. Responden di Desa Balirejo
seluruhnya sudah berkeluarga dan mempunyai tanggungan keluarga, jumlah
tanggungan keluarga yang dimiliki responden berkisar antara 2 sampai 6 orang.
Selengkapnya datamengenai tanggungan keluarga responden dapat dilihat pada
Tabel 9.
24
Tabel 9. Jumlah tanggungan keluarga pada petani kakao Desa Balirejo Kecamatan
Angkona Kabupaten Luwu Timur
No Tanggungan Keluarga (Orang) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 <2 4 20
2 3-6 16 80
Jumlah 20 100
Sumber: kantor desa Balirejo (2019)
Tabel 9 tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya responden memiliki
tanggungan keluarga sebanyak 3–6 orang atau 80 persen.
3.Produksi
Produksi sering diartikan sebagai penciptaan guna, dimana guna berarti
kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi
adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara
mengkombinasikan faktor-faktor produksi kapital, tenaga kerja, teknologi
managerial skill. Produksi merupakan usaha meningkatkan manfaat dengan cara
mengubah dan memindahkan tempat dan menyimpan (Soeharno, 2006)
Berdasarkan hasil penelitian, produksi kakao bervariasi antara 70 - 400 kg per
panen.
Hasil penelitian dari aspek produksi menunjukan bahwa : Musim panen
kakao Desa Balirejo di lakukan dalam dua musim yaitu musim panen raya yang
dilakukan antara bulan April-Juni dan panen semester (antara) dilalukan pada
bulan Agustus-November dengan rata-rata dua kali panen dalam sebulan. Dengan
luas lahan 2 Ha, sebagian besar petani kakao Desa Balirejo menggunakan pupuk
urea sebagai pupuk utama dengan rata-rata penggunaan 208 kg/Ha per tahun.
Rata-rata petani Desa Balirejo memiliki luas perkebunan kakao 2 Ha dengan lama
bertani 10-20 tahun. Rata-rata produksi kakao petani responden pada waktu
penelitian (panen raya dan panen semester) adalah 2 ton per tahun. Untuk lebih
jelasnya perhatikan tabel berikut:
Tabel 10. Produksi perkebunan kakao di Desa Balirejo Kecamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur
Tahun Produksi (ton)
2015
2016
2017
43.433
42.504
52.046
Sumber:Dinas Perkebunan Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur (2019)
25
Tabel 10 dapat dilihat bahwa produksi kakao yang tertinggi pada tahun 2019
yaitu sebanyak 52.046 ton sedangkan produksi kakao paling rendah pada tahun
2016 yaitu sebanyak 42.504 ton.
a. Luas Lahan, Produksi dan Pendapatan Petani
Karakteristik lahan dapat berpengaruh pada suatu kualitas lahan tertentu,
tetapi tidak dapat berpengaruh pada kualitas lahan lainnya. Karakteristik lahan
adalah suatu parameter lahan yang dapat diukur atau diestimasi, misalnya
kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah dan struktur tanah. Luas lahan
merupakan keseluruhan lahan yang diolah petani, sedangkan modal digunakan
oleh petani untuk memaksimalkan usaha taninya. Luas lahan keseluruhan yang
diolah petani adalah milik sendiri dan digarap oleh petani itu sendiri. Luas lahan
yang dimiliki petani sangat mempengaruhi besarkecilnya pendapatan, karena akan
berhubungan langsung dengan hasil produksi petani kakao di Desa Balirejo
Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur . Berikut data luas lahan responden
petani kakao sebagai berikut:
Tabel 11. Luas lahan responden kakao di Desa Balirejo Kecamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur
Luas Lahan (Ha) Jumlah Petani (Orang) Persentase (%)
0,5 - 1,5 70 86,67
1,5 - 2 30 13,33
Jumlah 100 100
Sumber: Diolah dari data primer (2019)
Tabel 11 di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden menanam
kakao dengan luas lahan 0,5 - 1,5 Ha sebanyak 70 petani atau 86,67% dari
keseluruhan petani yang ada dan sisanya 30 petani atau 13,33% memiliki luas
lahan sebesar >1,5 – 2 Ha. Pembagian jumlah responden berdasarkan luas lahan
dan jumlah penduduk yang ada di Desa Balirejo.
Luas lahan usahatani kakao berkisar 0,35 – 2 ha dengan status lahan milik
sendiri, besarnya luas lahan yang dimiliki petani didapat dari pembagian warisan
(tanah). Berusahatani suatu kegiatan untuk memperoleh produksi di lapangan
pertanian pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan
yang diperoleh, selisih keduanya merupakan pendapatan usahatani. Pendapatan
dalam pengertian teknisnya dikatakan sebagai selisih antara penerimaan dengan
pengeluaran dalam produksi usahatani yang dihitung dalam jangka waktu tertentu.
26
Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah
dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat.
Tabel 12. Produksi harga kakao di desa Balirejo Kecamatan Angkona Kabupaten
Luwu Timur
No Responden Produksi (Kg) Harga (Rp)
1 Ketut Karang 60 25,000
2 Wayan Suke 900 25,000
3 Wayan Sunardi 60 25,000
4 Ketut Suarna 60 25,000
5 Ketut Karsana 200 25,000
6 Gede Nganti 25 25,000
7 Wayan Mukadana 200 25,000
8 Made Sute 100 25,000
9 Wayan Budi 100 25,000
10 Komang Darmini 30 25,000
11 Wayan Sukadana 25 25,000
12 Komang Sarnawa 20 25,000
13 Putu Widnyana 100 25,000
14 Putu Sujana 20 17,000
15 Nengah Murne 15 25,000
16 Nyoman Suwirna 36 25,000
17 Wayan Suada 150 25,000
18 Wayan Sampurna 45 25,000
19 Nengah Polah 35 25,000
20 Wayan Buda 100 25,000
Sumber: Data primer setelah diolah (2019)
Tabel 12 Menunjukan bahwa hasil produksi kakao dari 20 responden
Berdasarkan hasil penelitian rata-rata produksi kakao adalah sebesar 155 kg
dengan harga Rp25.000 dan harga rata-rata Rp24.600. Dimana terlihat juga dari
tabel di atas ada produksi yang rendah adalah sebesar 15 kg harganya dapat
mencapai Rp 25.000 dilihat dari segi kualitasnya baik, sebaliknya produksi kakao
20 kg tetapi harganya sangat rendah yaitu hanya Rp17.000 karena kualitasnya
kurang baik. Jadi dapat dikatakan bahwa harga kakao di Desa Balirejo Kecamatan
Angkona dilihat dari segi kualitasnya sehingga jumlah produksi yang berbeda
akan memperoleh harga yang berbeda.
30
27
Tabel 13. Pendapatan Usahatani kakao di Desa Balirejo Kecamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur No Uraian Nilai
(Rp)/ 0,25
Ha
Nilai
(Rp)/ 0,35
Ha
Nilai
(Rp)/ 0,50
Ha
Nilai
(Rp)/ 0,75
Ha
Nilai (Rp)/
1 Ha
Nilai (Rp)/
2 Ha
1 Produksi
Kakao/Ha
60 102.5 132.5 309 1.307 900
2 Harga (Rp)/kg 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
3 Rata-rata
Penerimaan
1.500.000 2.562.500 3.312.500 7.625.000 36.627.000 22.500.000
4
Biaya Usahatani
a. Biaya tetap
Pajak lahan
Penyusutan alat
Total biaya tetap
10.000
14.000
24.000
20.000
14.000
34.000
23.000
14.000
37.000
66.000
19.000
75.000
35.000
21.000
56.000
70.000
42.000
112.000
5
b. Biaya
variabel
Pupuk
Pestisida
Upah tenaga
kerja
Total biaya
variable
209.000
550.000
300.000
1.059.000
464.250
1.050.000
250.000
1.714.250
631.000
1.065.000
400.000
2.096.000
2.187.800
1.400.000
380.000
3.967.800
6.898.500
5.926.000
398.000
13.222.500
1.046.000
1.075.000
1.000.000
3.121.000
6 Total biaya tetap
+ biaya variable
1.083.000 1.748.250 2.133.000 4.042.800 13.278.500 3.233.000
7 Rata-rata
Pendapatan
1.083.000 874.000 1.066.500 808.500 1.475.300 3.233.000
Sumber: Data primer setelah diolah (2019)
Tabel 13 menunjukan bahwa setiap luas lahan pengeluaran tidak sama,
dimana lahan yang paling sedikit pendapatannya yaitu luas lahan 0,75 Ha dengan
jumlah orang 5 orang.
b. Harga Jual
adalah besaran harga yang dikenakan/dibebankan kepada konsumen yang
didapat dari perhitungan biaya produksi ditambah dengan biaya nonproduksi serta
laba yang diharapkan. Secara keseluruhan harga kakao di kabupaten Luwu Timur
cukup bervariasi seperti pada sepanjang bulan oktober yaituRp20.000/kg –
Rp22.000/kg. Harga kakao di tingkat petani Desa Balirejo juga menurut hasil
penelitian cukup bervariasi dengan rata-rata Rp15.000/kg karena fluktuasi harga
dan rendahnya harga kakao di tingkat petani, saya mengusulkan adanya kebijakan
yang tepat dari pemerintah mengenai penetapan harga kakao sehingga petani
memiliki pendapatan yang layak melalui penetapan harga yang wajar.
c. Biaya
Biaya adalah pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah
produk tertentu dalam satu kali proses produksi. Biaya produksi dapat
28
digolongkan atas dasar hubungan perubahan volume produksi, yaitu biaya tetap
dan biaya variabel.
Komponen biaya usahatani kakao meliputi biaya tetap dan biaya variabel.
Penerimaan adalah hasil kali jumlah produksi dengan harga komoditas, sedangkan
pendapatan bersih berasal dari selisih antara penerimaan dan biaya produksi.
Biaya produksi kakao adalah biaya yang dikeluarkan petani sampel kakao selama
proses produksi sehingga menjadi produk kakao.Biaya ini meliputi biaya tetap
(fixed cost) dan biaya variabel atau biaya-biaya berubah (variabel cost).
Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa
produksi. Biaya tetap dalam usaha tani kakao ini meliputi pajak lahan, penyusutan
alat dan upah tenaga kerja dalam keluarga. Biaya variabel adalah biaya yang
penggunaannya sangat tergantung pada skala produksi dan habis dalam satu masa
produksi. Biaya variabel dari usaha tani kakao meliputi biaya untuk bibit, Pupuk
Urea, phonska, Obat- obatan,sewa tenaga kerja serta upah panen.
4.2 Pembahasan
Produksi adalah suatu kegiatan yang menggunakan berbagai sumber alam
untuk menghasilkan barang dan jasa. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata
produksi kakao adalah sebesar 155 kg dengan harga Rp25.000 dan harga rata-rata
Rp24.600.
Keterkaitan antara produksi kakao terhadap harga kakao adalah ketika hasil
produksi kakao meningkat maka harga kakao cenderung mengalami penurunan.
Sebaliknya, ketika produksi menurun maka harga kakao cenderung mengalami
kenaikan. Jumlah produksi kakao berpengaruh terhadap harga kakao di lokasi
penelitian, dalam hal ini dapat dilihat dalam data yang telah di olah dari hasil
penelitian.
Hubungan harga penjualan dengan pendapatan bahwa harga penjualan
berpengaruh positif terhadap pendapatan/penghasilan petani dengan melihat
kebutuhan. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan, harga kakao berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan pendapatan petani. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa luas lahan mempunyai
pengaruh positif terhadap pendapatan petani. Harga kakao dapat berubah-ubah
biasanya dipengaruhi oleh banyaknya hasil panen. Kakao yang dipanen dalam
29
waktu bersamaan harganya akan lebih murah dibandingkan kakao yang dipanen
tidak bersamaan harganya akan lebih mahal. Terkait dengan hukum pasar apabila
terjadi persediaan kakao lebih tinggi maka harga kakao akan mengalami
penurunan.
Pendapatan adalah keuntungan atau hasil bersih yang diperoleh petani dari
hasil produksinya, pendapatan petani responden kakao tertinggi sebesar
Rp22.500.000 dan terendah sebesar Rp1.500.000.
Harga sudah ditetapkan oleh suatu pemerintah setempat untuk pengepul kecil
atau wirausaha lainnya. Harga dapat berubah jika jumlah produksi kakao semakin
menurun.
Harga kakao merupakan aspek yang kompleks karena banyak faktor yang
saling memengaruhi terbentuknya harga. Selama ini faktor pasokan (supply)
kakao relatif paling berpengaruh terhadap terbentuknya tingkat harga di samping
faktor permintaan (demand). Penyebabnya beberapa kontrak pembelian kakao,
pengiriman dan tingkat harga sudah disetujui selama 1 tahun yang akan datang
sehingga jika pada tahun yang bersangkutan mengalami penurunan akibat faktor
iklim, hama, penyakit, atau pergolakan politik, eksportir akan panik jika tidak
mampu memenuhi volume kontraknya.
Cara yang paling mudah untuk memperkirakan tingkat harga yang akan terjadi
pada tahun mendatang adalah berdasarkan data stok kakao pada akhir tahun
kakao. Umumnya jumlah stok yang melimpah akan menekan harga (eksportir
merasa aman karena cadangan cukup). Demikian juga jika jumlah stok terbatas,
harga cenderung terdorong naik.
Kelebihannya yaitu ada hubungan positif antara harga penjualan dengan
jumlah produksi kakao, maka dari itu banyak keuntungan yang di dapat oleh
petani sedangkan kekurangannya yaitu tidak ada hubungan positif antara harga
penjualan dengan jumlah produksi kakao dan terkadang petani tidak mendapatkan
keuntungan.
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil Penelitian yang dilakukan, maka penulis menarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat produksi dan harga penjualan kakao tidak memiliki hubungan dengan
tingkat pendapatan petani kakao.
2. Tempat untuk memasarkan hasil produksi kakao juga cukup berpengaruh pada
pendapatan petani, dimana jika petani tidak tepat dalam memilih tujuan
pemasarannya maka pendapatannyaa sjauh lebih rendah. Karena jika petani
menjual hasil produksinya kepedagang pengumpul desa atau kecamatan, harga
yang akan diberikan oleh pedagang pengumpul tersebut lebih murah daripada
harga kakao pada tingkat pedagang pengumpul kabupaten.
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari penelitian ini, maka penulis
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi petani diharapkan membentuk kelompok usaha tani kakao sehingga
petani bisa langsung menjual hasil produksinya ke pengumpul besar.
2. Bagi pemerintah, dalam hal ini BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) tingkat
kecamatan, diharapkan mampu melakukan sosialisasi penggunaan pupuk
sesuai anjuran, seingga penggunaan pupuk menjadi optimal.
3. Bagi peneliti selanjutnya, di harapkan agar dapat membahas lebih lanjut
mengenai hubungan antara produksi kakao dengan harga penjualan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Adilaga, A. 1993. Ilmu Usahatani. Alumni Bandung.
Adyatma. 2013. Analisis efisiensi Penggunaan faktor Produksi Pada Usaha Tani
Cengkehdi Desa Manggisari.Vol. 2 No 9: 2303-0178. E-Jurnal EP Unud.
Ahyari. 2013. Pengertian Produksi Dalam Sektor Pertanian Kakao. Vol.1 No.4:
2195-2205. Jurnal EMBA.
Arsyad. 2011. Pengertian Kakao Secara Terperinci, Jakarta.
Bekti Setiawati. 2006.Pengertian Harga Kakao. Dalam,
http//wikimedya.blogspot.com/2009/11/pengertianhargaprice.html,
(Diakses pada 10 Januari 2019).
Dewa Nyoman Budiana.2013.Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi
pada Usahatani Cengkeh di Desa Manggisari.
I Gusti Bagus Indrajaya.2013.Analisis Skala Ekonomidan Efisiensi pada Usaha
Perkebunan Kakadi Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung.
Iqbal dan Dalimi, 2006.Pasca Panen dan Panen, Penjualan Sampai pemasaran
kakao.
Irving Clark Kaiya.2013. Analisis Pendapatan Petani Kakao Di Kabupaten Parigi
– Moutong
Jenny Baroleh.2016. Judul Penelitian. Analisis Pendapatan Usahatani Kakao di
Desa Tikong, Kecamatan Taliabu Utara, Kabupaten Kepulauan Sula.
Kotler. 2001. Pengertian Harga, Bandung.
Lumintang, Fatmawati Mentari. 2013. Analisis Pendapatan Petani Padi di Desa
Teep Kecamatan Langowan Timur.
Mochtar, A. Hasizah dan Rahim Darma. 2011. Prospek Industri Pengolahan
Kakao di Makasar: Analisis Potensi Kelayakan Usaha.
Putu Diarawati. 2011. Hubungan Luas Lahan dengan Jumlah Produksi.
Sahardi dan Anonim 2007. Permasalahan Dalam Agribisnis Kakao.
Sukirno. 2006. Pengertian Faktor Produksi.
Sukirno. 2000. Pengertian Harga Kakao.
TumokaNova. 2013. Analisis Pendapatan Usaha Tani Tomat di Kecamatan
Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa.
32
L
A
M
P
I
R
A
N
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
DOKUMENTASI
LAMPIRAN 2. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Mendata Petani Sesuai Pertanyaan
.
Gambar 2. Berkunjung keLahan Kakao
Gambar 3. Perawatan
43
Gambar 4. Proses Pemupukan
Gambar 5. Berkujung keSebuah Pabrik
Gambar 6. Proses Penjemuran
44
Tabel 14 : Identitas Petani Mitra, di Desa Balirejo, 2019
No. Nama Responden
Umur (thn) Tingkat
Pendidikan
Jumlah
Tanggungan
(Orang)
Lama
Berusahatani
(Thn)
Lama
Bermitra
(Thn)
Luas Lahan
(Ha)
Status Petani
(milik sendiri/garap/gadai)
1 Ketut Karamg 41 SMA 4 15 3 0.25 Milik Sendiri
2 Wayan Suke 47 - 1 30 3 2 Milik Sendiri
3 Wayan Sunardi 34 SMU 2 5 2 0.75 Milik Sendiri
4 Ketut Suarna 39 SMP 3 5 1 1 Milik Sendiri
5 Ketut Karsana 54 SMA 5 35 3 1 Milik Sendiri
6 Gede Nganti 46 SD 5 25 3 0.35 Milik Sendiri
7 Wayan Mukadana 48 SMP 3 30 5 1 Milik Sendiri
8 Made Sute 53 - 3 10 7 1 Milik Sendiri
9 Komang Sarnawa 39 - 5 15 3 1 Milik Sendiri
10 Wayan Budi 48 STM/SMK 3 35 6 0.75 Milik Sendiri
11 Wayan Sukadana 44 SD 3 20 3 0.50 Milik Sendiri
12 Komang Darmini 38 SD 6 20 3 0.50 Milik Sendiri
13 Putu Widnyana 35 S1 PGSD 3 20 5 1 Milik Sendiri
14 Putu Sujana 55 SD 3 30 3 1 Milik Sendiri
15 Nengah Murne 40 SD 3 15 3 0.35 Milik Sendiri
16 Nyoman Suwirna 45 SMA 4 10 2 0.75 Milik Sendiri
17 Wayan Suada 35 SD 2 10 4 1 Milik Sendiri
18 Ketut Sampurna 40 SD 3 20 3 0.75 Milik Sendiri
19 Nengah Polah 41 SD 5 25 3 0.75 Milik Sendiri
20 Wayan Buda 36 SD 2 10 2 1 Milik Sendiri
jumlah 858 68 385 67 16,35
Rata-Rata 42.9 3.4 19.25 3.35 0.86052632
Sumber Data Telah Diolah, 2019
45
Tabel 15. Luas Lahan, Produksi, dan Penerimaan Usahatani Padi petani Mitra di Desa Balirejo, 2019
No Nama Responden Luas lahan (Ha) Produksi Kakao
(Kg) Harga (Rp/Kg) Penerimaan (Rp)
1 Ketut Karang 0.25 60 25.000 1,500,000
2 Wayan Suke 2 900 25.000 22.500.000
3 Wayan Sunardi 0.75 60 25.000 1.500.000
4 Ketut Suarna 1 200 25.000 5.000.000
5 Ketut Karsana 1 200 25.000 5.000.000
6 Gede Nganti 0.35 70 25.000 1.750.000
7 Wayan Mukadana 1 200 25.000 5.000.000
8 Made Sute 1 150 25.000 3.750.000
9 Wayan Budi 1 175 25.000 4.375.000
10 Komang Darmini 0.75 95 25.000 2.375.000
11 Wayan Sukadana 0.50 90 25.000 2.250.000
12 Komang Sarnawa 0.50 85 25.000 2.125.000
13 Putu Widnyana 1 150 25.000 3.750.000
14 Putu Sujana 1 200 17.000 3.400.000
15 Nengah Murne 0.35 65 25.000 1.625.000
16 Nyoman Suwirna 0.75 65 25.000 1.625.000
17 Wayan Suada 1 150 25.000 3.750.000
18 Wayan Sampurna 0.75 75 25.000 1.875.000
19 Nengah Polah 1 70 25.000 1.750.000
20 Wayan Buda 1 145 25.000 3.625.000
Jumlah 16,35
3.095 492.000 74.275.000
Rata-Rata 0.860
155 24.600 3.909.211
Sumber Data Telah Diolah, 2019
46
47
48
49