DEGRADASI BAHAN KERING, NILAI pH DAN PRODUKSI GAS … · Potensi Kulit Kakao Sebagai Pakan Ternak...
Transcript of DEGRADASI BAHAN KERING, NILAI pH DAN PRODUKSI GAS … · Potensi Kulit Kakao Sebagai Pakan Ternak...
DEGRADASI BAHAN KERING, NILAI pH DAN PRODUKSI GAS
SISTEM RUMEN IN VITRO TERHADAP KULIT BUAH KAKAO
(Theobroma cacao) YANG DIBERI PERLAKUAN BERBEDA
SKRIPSI
Oleh
MUH. ASSAKUR. S
I 211 08 283
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
DEGRADASI BAHAN KERING, NILAI pH DAN PRODUKSI GAS
SISTEM RUMEN IN VITRO TERHADAP KULIT BUAH KAKAO
(Theobroma cacao) YANG DIBERI PERLAKUAN BERBEDA
Oleh
MUH. ASSAKUR. S
I 211 08 283
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muh. Assakur. S
NIM : I 211 08 283
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
a. Karya Skripsi yang saya tulis adalah asli.
b. Apabila sebagaian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama dalam
Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia
dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar, November 2013
MUH. ASSAKUR. S
Muh. Assakur. S (I 211 08 283). Degradasi Bahan Kering, Nilai pH dan Produksi
Gas Sistem Rumen In vitro terhadap Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao) yang
diberi Perlakuan Berbeda. Di bawah Bimbingan Syahriani Syahrir (Pembimbing
Utama) dan Ismartoyo (Pembimbing Anggota)
ABSTRAK
Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia.
Ketersediaan pakan ruminansia khususnya di musim penghujan merupakan
kendala tersendiri bagi usaha peternakan. Kulit buah kakao dapat digunakan
sebagai pakan ruminansia namun diperlukan pengolahan terlebih dahulu untuk
memperbaiki kualitasnya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh
berbagai perlakuan pada kulit buah kakao terhadap degradasi bahan kering, nilai
pH dan produksi gas dalam sistem rumen in vitro. Pada penelitian ini digunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 3 perlakuan dan 5 ulangan yaitu P0
(kulit buah kakao sebagai kontrol), P1 (kulit buah kakao teramoniasi) dan P2
(kulit buah kakao terfermentasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pH
pada P0=6,7, P1=6,87 dan P2=6,93. Nilai pH mengindikasikan proses fermentasi
dalam rumen berjalan dengan baik. Degradasi bahan kering P0=33.8%, P1=41.8%
dan P2=22.8%. Kulit buah kakao yang diberi perlakuan yang berbeda menunjukan
pengaruh nyata terhadap degradasi bahan kering. Rata-rata nilai produksi gas yang
dihasilkan selama 48 jam yaitu 22.17 ml pada P0, 19.38 ml pada P1 dan 14.04 ml
pada P2. Produksi gas yang dihasilkan sejalan dengan nilai degradasi pakan yang
rendah. Dapat disimpulkan bahwa perlakuan amoniasi adalah yang terbaik untuk
memperbaiki kualitas kulit buah kakao.
Kata Kunci: Kulit Buah Kakao, Fermentasi, Amoniasi, In vitro
Muh. Assakur. S (I 211 08 283). Degradation of Dry Mater, pH and Gas
Production Rumen In vitro system with cocoa pods (Theobroma cacao) different
treatment given. With Syahriani Syahrir Guidance (as major advicer) and
Ismartoyo (as a member advicer)
ABSTRACT
Forage is the main source of feed for ruminants . Availability of feed
ruminants especially in the rainy season an obstacle to farm. Cocoa pods can be
used as ruminant feed , but needed treatment to improve its quality prior. The
research aimed to determine the effect of various treatments on cocoa pods to
degradation of dry matter, pH and gas production in rumen in vitro system. In
this research used Completely Randomized Design ( CRD ) consisting of 3
treatments and 5 replicates which is P0 (cocoa pods as a control) , P1 (cocoa pods
ammoniation) and P2 (cacao pods fermentation). The results showed that the pH
value at P0 = 6.7 , P1 = 6.87 and P2 = 6.93 . Indicated pH values in the rumen
fermentation process goes well. Degradation of dry matter = 33.8 % P0 , P1 and
P2 = 41.8 % = 22.8 % . Cocoa pods given different treatments showed significant
effect on dry matter degradation. The average value of the resulting gas
production for 48 hours ie 22.17 ml at P0 , 19.38 ml at P1 and to 14.04 ml at P2 .
The resulting gas production in line with the degradation of low feed value . It can
be concluded that the treatment is the best ammoniation to improve the quality of
cocoa pods.
Key Words: Cocoa Pads, Fermentation, Ammoniation, In vitro
Judul Skripsi : Degradasi Bahan Kering, Nilai pH dan
Produksi Gas Sistem Rumen In vitro
terhadap Kulit Buah Kakao (Theobroma
cacao) yang diberi Perlakuan Berbeda
Nama : Muh. Assakur. S
Nomor Induk Mahasiswa : I 211 08 283
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh :
Dr. Ir. Syahriani Syahrir, M.Si
Pembimbing Utama
Prof. Dr. Ir. Ismartoyo, M. Agr. S
Pembimbing Anggota
Mengetahui :
Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc
Dekan Fakultas Peternakan
Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si
Ketua Jurusan
Tanggal Lulus : Oktober 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan Rahmat, Taufiq, dan Hidayah-Nya, sehingga penulis mendapatkan
kemudahan dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Salawat
serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis menghadapi berbagai
macam halangan dan rintangan, namun berkat bimbingan, arahan dan bantuan
moril maupun materil dari berbagai pihak maka segala rintangan dapat teratasi.
Oleh karena ini melalui kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada Ibu Dr. Ir. Syahriani Syahrir, M.Si sebagai pembimbing utama dan bapak
Prof. Dr. Ir. Ismartoyo, M.Agr. S sebagai pembimbing anggota yang dengan
ikhlas meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan bantuan selama
masa penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT
menjaga keduanya dan membalas dengan kebaikan yang banyak.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku dekan Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Jasmal A.Syamsu, M.Sc selaku ketua Jurusan Nutrisi dan
Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc selaku Penasehat Akademik
4. Bapak dan Ibu dosen, yang telah membimbing dan mendidik penulis selama
di bangku kuliah, serta ucapan terima kasih kepada seluruh staf pegawai
Fakultas Peternakan yang telah banyak membantu
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
Ayahanda Muh. Sakir Kuddusa dan Ibunda Hj. Wahyu Idris yang dengan dan
penuh perjuangan dalam membesarkan, mendidik serta memberikan dorongan
moral dan materil hingga saat ini, Dan tak lupa juga ungkapan terima kasih buat
kakak Muh. Arief. S dan adik Muh. Assir. S terima kasih atas segala perhatian dan
kasih sayang dan semangat yang diberikan.
Ucapan terima kasih terkhusus untuk SPESIES 08 yang selama ini
menjadi teman, sahabat bahkan seperti saudara yang senantiasa memberi warna
setiap keseharian. Kepada rekan penelitian David Indrayanto untuk kebersamaan
serta suka duka yang kita lalui selama penelitian. Dan semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan makan
penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangung demi
kesempurnaan penulisan berikutnya. Akhir kata semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin
Makassar, November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN .................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ vi
KATA PENGANTAR ............................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................ 1
Rumusan Masalah ........................................................................... 2
Hipotesis ........................................................................................... 2
Tujuan dan Kegunaan ...................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi kulit kakao sebagai pakan ternak ....................................... 4
Prinsip pengolahan bahan pakan ..................................................... 7
Degradasi in vitro bahan kering ...................................................... 10
Nilai pH .............. ………………………………………………… 11
Produksi gas sistem rumen in vitro ................................................. 12
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat .......................................................................... 13
Materi Penelitian ............................................................................ 13
Metode Penelitian ........................................................................... 13
Pelaksanaan Penelitian …………………………………………… 14
Pengolahan Data …………………………………………………. 15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai pH ............. ............................................................................ 16
Degradasi Bahan Kering ………………………………………….. 17
Produksi Gas ……………………………………………………… 19
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ..................................................................................... 21
Saran ........................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 22
LAMPIRAN ............................................................................................. 25
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Persentase Bagian-Bagian dan Buah Kakao ................................... 4
2. Luas Areal dan Produksi Kakao di Provinsi Sulawesi Selatan ....... 5
3. Komposisi Nutrisi Kulit Buah Kakao ............................................. 6
4. Degradasi Bahan Kering Sistem Rumen in vitro terhadap Kulit
Buah Kakao yang diberi Perlakuan Berbeda .................................. 17
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Nilai pH Sistem Rumen in vitro terhadap Kulit Buah Kakao yang
Diberi Perlakuan Berbeda .............................................................. 16
2. Produksi Gas Sistem Rumen in vitro terhadap Kulit Buah Kakao
Yang diberi Perlakuan Berbeda ...................................................... 19
3. Rata-rata Produksi Gas Rumen In Vitro Selama 48 Jam Kulit Buah
Kakao yang diberi Perlakuan Berbeda …………………………… 20
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Teks
1. Analisis Sidik Ragam Degradasi Bahan Kering Sistem Rumen in vitro
Kulit Buah Kakao yang diberi Perlakuan Berbeda ......................... 25
2. Tabulasi Data Produksi Gas ……………………………………… 27
3. Foto-foto kegiatan selama penelitian ............................................... 28
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia. Untuk
meningkatkan produktivitas ternak ruminansia perlu penyediaan hijauan pakan
yang cukup baik kuantitas, kualitas maupun kontinyuitasnya. Hijauan pakan yang
umum diberikan untuk ternak ruminansia adalah rumput yang berasal dari padang
penggembalaan atau kebun rumput, tegalan, pematang serta pinggiran jalan.
Beberapa kendala dalam penyediaan hijauan adalah perubahan fungsi
lahan yang sebelumnya sebagai sumber hijauan menjadi lahan pemukiman, lahan
tanaman pangan, dan tanaman industri sehingga lahan padang penggembalaan
sebagai sumber hijauan berkurang. Disamping itu ketersediaan hijauan juga
dipengaruhi oleh musim, dimana saat musim hujan produksi hijuan tinggi dilain
pihak saat musim kemarau produksi hijauan kurang.
Pemanfaatan sumber daya pertanian tanaman pangan dalam bentuk limbah
sebagai sumber pakan ternak merupakan langkah efisien mengatasi kekurangan
produksi rumput. Sebagian besar limbah pertanian dapat dimanfaatkan untuk
bahan pakan ternak ruminansia. Limbah pertanian yang mempunyai potensi besar
untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan adalah kulit kakao.
Pemanfaatan kulit buah coklat sebagai pakan ternak belum dilakukan
secara optimal, karena rendahnya kecernaan akibat tingginya lignin yang
berikatan dengan selulosa dan hemiselulosa pada serat kasar dalam bentuk
lignohemiselulosa yang sukar dicerna oleh mikroba rumen. Untuk meningkatkan
pemanfaatan dan nilai gizi kulit buah kakao, perlu dilakukan pengolahan terhadap
2
kulit buah coklat sebelum diberikan pada ternak ruminansia. Ada beberapa cara
pengolahan yang biasa dilakukan untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan kulit
kakao diantaranya dengan cara fermentasi dan amoniasi. Setelah dilakukan
perlakuan diharapan akan lebih efektif untuk meningkatkan degradasi bahan
kering yang ditandai perubahan nilai pH dan produksi gas dalam sistem rumen.
Rumusan Masalah
Ketersediaan pakan ruminansia khususnya hijauan di musim kering
merupakan kendala tersendiri bagi usaha peternakan. Limbah pertanian yang
dapat dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia antara lain kulit buah kakao, namun
dalam pemanfaatannya diperlukan pengolahan terlebih dahulu karena kualitasnya
yang rendah.
Hipotesa
Diduga setelah mendapatkan perlakuan kulit buah kakao akan lebih baik
kualitasnya dengan melihat indikasi degradasi bahan kering, nilai pH dan
produksi gas dalam sistem rumen in vitro.
3
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh berbagai perlakuan pada
kulit kakao terhadap degradasi bahan kering, nilai pH dan produksi gas dalam
sistem rumen in vitro.
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi
masyarakat tentang pengolahan kulit kakao untuk pakan ternak agar dapat diserap
lebih baik oleh ternak.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Kulit Kakao Sebagai Pakan Ternak
Tanaman coklat merupakan tanaman yang berasal dari Lembah Amazon
dan Orinoco di Amerika Selatan. Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan
bunga dari batang atau cabang, karena itu digolongkan kedalam tanaman caufloris
(Anonim, 2004). Adapun sistematika tanaman ini adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Family : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L
Buah coklat terbagi atas kulit buah, pulp, placenta, dan biji. Kulit buah
adalah kulit bagian terluar yang menyelubungi buah kakao dengan tekstur kasar,
tebal, dan agak keras. Sedangkan kulit biji adalah kulit yang tipis, lunak dan agak
berlendir yang menyelubungi biji kakao.
Persentase bagian-bagian buah coklat dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Persentase Bagian-Bagian dan Buah Kakao
Komponen Segar (%) Kering (%)
Kulit Buah
Placenta
Biji
68.5
2.5
29.0
47.2
2.0
50.8
Sumber: Siregar, dkk, 1992.
5
Kulit buah kakao (KBK) merupakan hasil dari proses pengolahan buah
kakao yang telah dipisahkan dari buahnya dan merupakan salah satu limbah yang
sangat potensial untuk dijadikan bahan makanan ternak ruminansia. Roesmanto
(1991), menyatakan bahwa kulit buah kakao dapat menjadi salah satu bahan
dalam sistem pakan ternak.
Indonesia menduduki peringkat ke dua dunia atau utama di wilayah Asia
Oceania sebagai produsen kakao dengan produksi 425 ribu ton per tahun diikuti
Papua New Guinea dan Malaysia. Sementara dari data Dirjen Perkebunan tahun
2007 menunjukkan bahwa luas penanaman kakao mencapai 1.191.742 ha.
Proporsi kulit buah kakao (KBK) mencapai 75% dari total buah kakao, dengan
kadar air sebesar 85% (Tequia et al., 2004). Berdasarkan komposisi tersebut maka
dari produksi kakao sebesar 425 ribu ton setiap tahun akan tersedia minimal
2.287.000 ton KBK segar atau 350 ribu ton KBK kering.
Menurut Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan (2007), produksi
kakao dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini berarti produksi limbahnya
melimpah dan potensial digunakan sebagai bahan pakan ternak. Produksi kakao
di Sulawesi Selatan dapat di lihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Luas Areal (Ha) dan Produksi Kakao (Ton) di Propinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2003-2007.
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007
Luas Areal (Ha)
Produksi (Ton)
964.223
689.816
1.090.960
691.704
1.167.046
748.828
1.320.820
769.386
1.442.045
779.186
Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan, 2007
6
Roesmanto (1991) menyatakan bahwa kulit buah kakao dapat menjadi
salah satu bahan dalam sistem pakan ternak. Komposisi nutrisi kulit buah kakao
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi nutrisi kulit buah kakao
Komponen Persentase (%)
Bahan Kering
Protein Kasar
Lemak
Serat Kasar
Abu
BETN
TDN
ADF
NDF
Hemiselulosa
Selulosa
Silika
Lignin
91,33
9,71
0,90
40,33
14,80
34,26
40,00
65,12
66,26
1,14
37,17
0,7
27,15
Sumber : Amirroenas (1990)
Selain memiliki potensi produksi dan komposisi nutrien yang baik, KBK
juga memiliki faktor pembatas diantaranya memiliki kandungan lignin yang tinggi
yaitu 27,95 – 38,78% sehingga dapat mempengaruhi daya cerna. Kulit buah kakao
juga mengandung alkaloid theobromin (3,7-dimethyl xanthine) sebanyak 0,17 –
0,22% (Wong dan Hasan, 1988), kafein (1,3,7- trimetilxanthine) sebanyak 1,8 –
2,1% dan mengandung tanin sebanyak 0,84% (Rinduwati dan Ismartoyo, 2002).
Tingginya kandungan tanin dan lignin dapat menurunkan daya cerna, karena tanin
dapat mengikat protein, selulosa, dan hemiselulosa sehingga aktivitas enzim
protease dan selulase menjadi terhambat.
Kulit buah kakao merupakan bahan makanan ternak yang berserat tinggi
dan mengandung bahan lignoselulotik (Jackson, 1978). Selanjutnya dinyatakan
7
bahwa buah kakao yang masak mempunyai kulit buah yang tebal dan di dalam
setiap buah terdapat 30-50 biji, tergantung pada varietasnya. Bijinya dikelilingi
oleh pulp yang berlendir seperti getah.
Penggunaan limbah kulit buah kakao sebaiknya diolah terlebih dahulu,
terutama jika diberikan sebagai pakan tunggal. Hal ini disebabkan limbah kulit
buah kakao mengandung theobromine yang menyebabkan keracunan pada ternak.
Theobromine diduga dapat menghambat pertumbuhan mikroba rumen, sehingga
dapat menurunkan kemampuan ternak untuk mencerna dan memanfaatkan nutrisi
yang terkandung.
Meningkatkan kualitas kulit buah kakao sebagai alternatif pakan ternak
yang memiliki nilai nutrisi tinggi dapat dilakukan dengan cara a) teknologi fisik,
yaitu dilakukan dengan cara pencacahan, perendaman, pengeringan, penghalusan,
dan pelleting; b) teknologi kimia, yaitu dilakukan dengan cara amoniasi. Selain
kedua cara tersebut dapat juga dilakukan dengan teknologi fermentasi sebagai
alternatif pakan ternak (Anonim, 2011).
Prinsip pengolahan Bahan Pakan
Upaya meningkatkan kecernaan pakan serat diperlukan teknologi seperti
amoniasi dengan menggunakan urea (Van Soest, 2006). Proses amoniasi dengan
menggunakan urea lebih mudah, murah dan lebih aman dibandingkan proses
alkali lainnya dan dapat meningkatkan kadar N (nitrogen). Gransin dan Dryden
(2003) melaporkan bahwa perlakuan amoniasi dengan urea pada pakan berserat
selain mampu melonggarkan ikatan lignoselulosa sehingga lebih mudah dicerna
8
oleh bakteri rumen, juga mampu meningkatkan kandungan protein untuk
memenuhi kebutuhan nitrogen bagi pertumbuhan bakteri rumen.
Amoniasi adalah cara pengolahan pakan secara kimia menggunakan
amonia (NH3), dimana dosis amoniak yang biasa digunakan secara optimal adalah
4 – 6 % NH3 dari berat kering. Amoniasi bertujuan untuk meningkatkan daya
cerna dari bahan pakan berserat sekaligus meningkatkan kadar N (nitrogennya)
(Direktorat Jenderal Peternakan, 2011)
Amoniasi mampu meningkatkan nilai nutrisi pakan kasar melalui
peningkatan daya cerna, konsumsi, kandungan protein kasar dan memungkinkan
penyimpanan bahan pakan berkadar air tinggi dengan menghambat pertumbuhan
jamur. Sumber amonia yang digunakan dapat berupa gas amonia, amonia cair,
urea maupun urin. Daya kerja amonia dalam perlakuan amoniasi diantaranya
sebagai bahan pengawet terhadap bakteri dan fungi yang berkembang pada bahan
selama proses, sumber nitrogen yang berfiksasi dengan jaringan tanaman dan
pemecahan ikatan lignin dan karbohidrat (Anonim, 2009). Selanjutnya bahwa
selama proses amoniasi, 4 – 6% dari amonia yang digunakan akan terserap oleh
bagian lembab jaringan pakan. Amonia terserap akan berikatan dengan gugusan
asetat dan membentuk garam ammonium asetat yang mengandung nitrogen.
Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi
produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba.
Teknologi fermentasi dengan memanfaatkan kemampuan mikroba berhasil
merubah pakan berkualitas rendah menjadi suatu produk yang lebih berkualitas
(Amalia, 2004)
9
Dalam memfermentasikan bahan pakan berserat tinggi biasa digunakan
starbio. Proses fermentasi menggunakan starbio membutuhkan waktu selama 21
hari. Proses fermentasi tersebut menghasilkan bahan pakan yang memiliki tingkat
palatabilitas yang lebih tinggi dibanding sebelum difermentasikan (Abidin, 2002).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Syamsu (2001) dengan menggunakan
starbio 0.6% pada jerami padi menunjukkan bahwa komposisi nutrient jerami padi
mengalami peningkatan kualitas dibanding jerami yang tidak difermentasi.
Komposisi serat jerami padi tanpa fermentasi nyata lebih tinggi dibanding jerami
yang difermentasi dengan menggunakan starbio. Jerami yang difermentasi dengan
starbio juga mengalami peningkatan kandungan protein kasar.
Proses fermentasi bahan pakan oleh mikroorganisme menyebabkan
perubahan-perubahan yang menguntungkan seperti memperbaiki mutu bahan
pakan baik dari aspek gizi maupun daya cerna serta meningkatkan daya
simpannya. Produk fermentasi biasanya mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi
daripada bahan aslinya karena adanya enzim yang dihasilkan dari mikroba itu
sendiri (Winarno dan Fardiaz, 1980).
10
Degradasi in vitro Bahan Kering
Metode in vitro adalah suatu metode pendugaan kecernaan secara tidak
langsung yang dilakukan di laboratorium dengan meniru proses yang terjadi di
dalam saluran pencernaan ruminansia. Keuntungan metode in vitro adalah waktu
lebih singkat dan biaya lebih murah apabila dibandingkan metode in vivo,
pengaruh terhadap ternak sedikit serta dapat dikerjakan dengan menggunakan
banyak sampel pakan sekaligus. Metode in vitro bersama dengan analisis kimia
saling menunjang dalam membuat evaluasi pakan hijauan (Pell et al, 1993).
Kelebihan teknik in vitro di antaranya adalah degradasi dan fermentasi
pakan terjadi di dalam rumen dapat diukur seara cepat dalam waktu relatif singkat,
biaya ringan, jumlah sampel yang dievaluasi lebih banyak dan kondisi terkontrol.
Salah satu kelemahan dari teknik in vitro diantaranya populasi bakteri dalam
tabung fermentor selama masa pengukuran atau masa inkubasi sulit terjaga
(Johnson, 1996).
Kecernaan in vitro dipengaruhi beberapa hal yaitu pencampuran pakan,
cairan rumen dan inokulan, pH kondisi fermentasi, pengaturan suhu fermentasi,
lamanya waktu inkubasi, ukuran partikel sampel dan buffer (Selly,1994).
Tingkat degradasi pakan dapat digunakan sebagai indikator kualitas pakan.
Semakin tinggi degradasi bahan kering dan bahan organik pakan maka semakin
tinggi nutrien yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak
(Syahrir, 2012).
Degradasi bahan organik dipengaruhi adanya lignin dan silika yang
terdapat pada dinding sel secara bersama-sama membentuk senyawa kompleks
11
dengan sellulosa dan hemisellulosa. Senyawa kompleks ini sulit ditembus oleh
enzim mikroba sehingga akan menghambat kecernaan dinding sel dan selanjutnya
menurunkan kecernaan isi sel termasuk bahan organik didalamnya. Lignin
merupakan komponen yang tidak dicerna, sehingga mempengaruhi kecernaan
serat kasar (Van Soest, 1976)
Nilai pH
Proses fermentasi di dalam rumen dipertahankan oleh karena adanya
sekresi saliva yang berfungsi mempertahankan nilai pH pada kisaran 6,5 – 7,0
(Darwis, 1990). Selanjutnya dinyatakan bahwa kondisi rumen yang anaerob, suhu
rumen yang konstan dan adanya kontraksi rumen dapat menyebabkan kontak
antara enzim dan substrat menjadi meningkat dan laju pengosongan rumen diatur
sedemikian rupa sehingga setiap saat selalu mempunyai isi. Perubahan pH yang
besar dapat dicegah dengan penambahan larutan buffer bikarbonat dan fosfat
(Johnson, 1996).
Nilai pH rumen terendah umumnya dicapai antara dua sampai enam jam
setelah makan menurut Dehority dan Tirabasso (2001). Nilai pH media in vitro
yang diukur setelah 4 jam fermentasi dikategorikan ke dalam pH optimal yakni
pada kisaran 6,9 sampai 7,0. Hal tersebut menjadi salah satu indikator terjadinya
proses degradasi pakan yang baik, karena pada pH tersebut mikroba penghasil
enzim pencerna serat kasar dapat hidup secara optimum dalam
rumen (Jeanblain, 1991).
12
Produksi Gas Sistem rumen in vitro
Proses penguraian oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan
organik terjadi secara anaerob. Pada prinsipnya proses anaerob adalah proses
biologi yang berlangsung pada kondisi tanpa oksigen oleh mikroorganisme
tertentu yang mampu mengubah senyawa organik menjadi gas. Semua jenis bahan
organik yang mengandung senyawa karbohidrat, protein, lemak bisa diproses
untuk menghasilkan gas (Bahrin dkk., 2011).
Produksi gas merupakan hasil proses fermentasi yang terjadi di dalam
rumen yang dapat menunjukkan aktivitas mikrobia di dalam rumen serta
menggambarkan banyaknya bahan organik yang tercerna. Selain itu produksi gas
yang dihasilkan dari pakan yang difermentasi dapat mencerminkan kualitas pakan
tersebut (Ella et al., 1997).
13
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2013 yang terbagi
atas 2 tahap. Pelaksanaan penelitian dimulai dari proses perlakuan pakan dengan
Fermentasi dan Amoniasi di Laboratorium Herbivora, dan dilanjutkan dengan
proses analisis kualitas pakan secara in vitro di Laboratorium Herbivora Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar
Materi Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat-alat seperti kantong plastik, baskom,
parut, ember, oven, timbangan, shaker waterbath, sumbat karet, kertas saring
whatman 41, syringe dan tabung fermentor.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu kulit buah kakao, starbio,
urea, cairan rumen, aquades dan larutan buffer.
Metode Penelitian
Penelitian ini dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
(Gazperz, 1991) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 5 ulangan, dimana 3 perlakuan
terdiri dari :
P0 : Kulit Buah Kakao (kontrol)
P1 : KBK Teramoniasi
P2 : KBK Terfermentasi
14
Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini kulit buah kakao (KBK) disiapkan dengan melakukan
pemarutan. Selanjutnya KBK yang telah diparut di tentukan kadar bahan
keringnya, agar diperoleh kadar air yang optimum untuk fermentasi dan amoniasi.
Proses fermentasi dilakukan dengan mencampurkan 1 Kg bahan kering KBK (+
2,5 kg KBK segar yang sudah diparut dengan kadar air +60%) dengan starbio dan
urea masing-masing 0,6%. Hasil pencampuran tersebut disimpan dalam
wadah/nampan sambil dipadatkan kemudian ditutupi dengan kain kasa dan
disimpan untuk proses fermentasi selama 20 hari. Proses amoniasi dilakukan
dengan mencampurkan 2,5 Kg KBK yang sudah diparut dan memiliki kadar air
60% (=1 kg bahan kering KBK) dengan urea 6% dari bahan kering KBK yang
sudah dilarutkan dalam air. Hasil pencampuran tersebut disimpan dalam kantong
plastik sambil dipadatkan hingga kedap udara dan disimpan untuk proses
amoniasi selama 21 hari menurut Afrijon (2011). Penyimpanan bahan di dalam
plastic kedap udara dimaksudkan agar ammonia tidak lepas dari bahan. Setelah
fermentasi dan amoniasi berakhir, masing-masing perlakuan kemudian di ambil
sampel lalu dikeringkan dan digiling menjadi halus selanjutnya diambil sampel
untuk kemudian di uji kualitasnya dengan sistem invitro.
Degradasi bahan kering dilakukan dengan metode in vitro (Tilley & Terry,
1963) yang dimodifikasi. Pelaksanaan fermentasi dilakukan hanya pada tahap I
prosedur in vitro dengan cara, pertama-tama tabung fermentor masing-masing
diisi dengan 0,5 g sampel dari masing-masing perlakuan dan ulangan, lalu
ditambahkan dengan 40 ml larutan penyanggah dan 10 ml cairan rumen segar atau
15
perbandingan 4:1. Setelah itu tabung dialiri gas CO2 lalu ditutup dengan karet
yang disambungkan ke syringe 50 ml (di gunakan untuk mengamati produksi gas
selama fermentasi). Tabung fermentor kemudian dimasukkan ke dalam shaker
waterbath pada suhu 39 0C dan diinkubasi selama 48. Setelah proses fermentasi
berakhir syringe dilepas dari tabung fermentor dan segera diukur pH masing-
masing tabung. Pada pengukuran tingkat degradasi dalam sistem rumen,
supernatan dibuang setelah penyaringan dengan kertas whatman 41. Residu
dikeringkan menggunakan oven pada suhu 105 0C
selama 24 jam. Pengamatan
produksi gas dilakukan pada 2, 4, 8, 12, 24 dan 48 jam fermentasi (Close dan
Menke 1986).
Tingkat degradasi bahan kering dihitung sebagai berikut :
Degradasi BK = BK asal – (BK residu – BK blanko) x 100%
BK asal
Pengolahan Data
Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan analisis ragam
sesuai dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Gazperz, 1991)
Adapun model matematikanya yaitu : Yij = µ + τί + εij
Keterangan :
Yij = Hasil pengamatan dari perubah ke-i dengan ulangan ke-j.
µ = Rata-rata pengamatan
τί = Pengaruh perlakuan I (i = 1, 2, dan 3)
εij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
(j = 1, 2, 3, 4 dan 5)
16
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nilai pH
Nilai pH pada kulit buah kakao yang diberi perlakuan berbeda dapat
dilihat pada Gambar 1 di bawah ini,
Gambar 1. Nilai pH Sistem Rumen In vitro terhadap Kulit Buah Kakao yang diberi
Perlakuan Berbeda
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa pada prinsipnya proses
fermentasi yang terjadi dalam rumen dengan pemberian kulit buah kakao sudah
berlangsung dengan baik dengan indikasi nilai pH pada semua perlakuan berada
pada kisaran 6,5 sampai 7,0. Nilai pH pada kisaran 6,5-7,0 mempertahankan
proses fermentasi dalam rumen tetap berjalan. Hal ini didukung oleh pendapat
Darwis (1990) yang menyatakan bahwa proses fermentasi didalam rumen
dipertahankan oleh karena adanya sekresi saliva yang berfungsi mempertahankan
nilai pH pada kisaran 6,5-7,0.
6,5
6,6
6,7
6,8
6,9
7
P0 P1 P2
Nilai pH
17
Perlakuan pada kulit buah kakao yaitu dengan proses fermentasi dan
amoniasi ternyata dapat meningkatkan nilai pH mencapai pH optimal yaitu 6,9-
7,0. Pada kisaran nilai pH tersebut mikroba dapat hidup secara optimum sehingga
proses pencernaan pakan dalam rumen menjadi lebih baik. Hal ini didukung oleh
pendapat Dehority dan Tirabasso (2001), yang menyatakan bahwa nilai pH
dikategorikan ke dalam pH optimal yakni pada kisaran 6,9 sampai 7,0. Hal
tersebut menjadi salah satu indikator terjadinya proses degradasi pakan yang baik,
karena pada pH tersebut mikroba penghasil enzim pencerna serat kasar dapat
hidup secara optimum dalam rumen.
Nilai pH yang rendah pada P0 juga mengindikasikan proses fermentasi
yang lebih baik, yang menghasilkan asam-asam organik yang lebih banyak.
B. Degradasi Bahan Kering
Degradasi bahan kering pada kulit buah kakao dapat dilihat pada tabel di
bawah ini,
Tabel 4. Degradasi Bahan Kering (%) Sistem Rumen In vitro Kulit Buah Kakao
yang diberi Perlakuan Berbeda
Ulangan P0 P1 P2
1
2
3
4
5
35
38
34
30
32
44
35
46
47
37
26
22
20
22
24
Rata-rata 33.8b
41.8c
22.8a
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan
nyata pada taraf 5% (P<0.05)
18
Berdasarkan Tabel 4 degradasi bahan kering pada kulit buah kakao yang
diberi perlakuan berbeda menunjukkan pengaruh nyata pada taraf 5%. Hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan berbeda yang diberikan pada kulit buah kakao
masing-masing menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap degradasi bahan
kering.
Nilai degradasi bahan kering tertinggi berada pada P1, hal ini
menunjukkan bahwa dengan pengolahan kulit buah kakao secara amoniasi lebih
banyak nutrien yang dapat tercerna dalam rumen. Hal ini sesuai dengan pendapat
Syahrir (2012), yang menyatakan bahwa semakin tinggi degradasi bahan kering
dan bahan organik pakan maka semakin tinggi nutrien yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak.
Pada perlakuan secara fermentasi terlihat bahwa tingkat degradasi bahan
keringnya paling rendah. Kemungkinan pada pemakaian starbio bahan-bahan
yang mudah difermentasi sudah di degradasi oleh mikroba sehingga tertinggal
bahan-bahan yang memang sudah tidak bisa terdegradasi dengan baik. Itu
sebabnya kecernaan dalam sistem rumen in vitro menjadi rendah.
19
C. Produksi Gas
Produksi gas pada kulit buah kakao yang diberi perlakuan berbeda dapat
dilihat pada Gambar 2 di bawah ini,
Gambar 2. Produksi Gas (ml) Sistem Rumen In vitro terhadap Kulit Buah Kakao yang
diberi Perlakuan Berbeda
Pada gambar di atas terlihat bahwa laju produksi gas tertinggi selalu
berada pada P0 tetapi bila dihubungkan dengan degradasi bahan kering maka
kemungkinan produksi gas pada P1 dimanfaatkan kembali oleh mikroba dalam
rumen sehingga produksi gas yang dihasilkan lebih kecil.
Produksi gas yang dihasilkan menunjukkan aktifitas mikroba dalam
rumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Ella et all (1997) yang menyatakan bahwa
produksi gas merupakan hasil proses fermentasi yang terjadi di dalam rumen yang
dapat menunjukkan aktivitas mikroba didalam rumen serta menggambarkan
banyaknya bahan organik yang tercerna.
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
2 4 8 12 24 48
Produksi Gas
P0
P1
P2
20
Rata-rata produksi gas selama 48 jam setiap perlakuan dapat dilihat pada
Gambar 3 di bawah ini,
Gambar 3. Rataan Produksi Gas (ml) Rumen In Vitro Selama 48 Jam Terhadap Kulit
Buah Kakao yang Mendapat Perlakuan Berbeda
Rataan nilai produksi gas yang dihasilkan selama 48 jam adalah 22.17 ml
pada P0, 19.38 ml pada P1 dan 14.04 ml pada P2. Nilai ini masih dibawah dari
nilai yang didapatkan Mulyadi (2013) yaitu produksi gas 59 ml dengan nilai
degradasi 44.15% dari penambahan 30% daun murbei pada 70% jerami padi. Data
di atas memperlihatkan rataan produksi gas yang dihasilkan pada setiap perlakuan
relatif rendah. Hal ini sejalan dengan tingkat degradasinya yang juga rendah.
Produksi gas yang dihasilkan menggambarkan aktivitas mikroba rumen dalam
mencerna pakan.
0,0
10,0
20,0
Pro
du
ksi G
as (
ml)
Perlakuan
21
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa perlakuan
amoniasi adalah yang terbaik untuk memperbaiki kualitas kulit buah kakao yang
diparut sebagai pakan ternak.
Saran
Diperlukan penelitian lanjutan dengan pemberian langsung pada ternak
ruminansia sebagai perbandingan dan untuk melihat palatabilitasnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, S.A. 2002. Penggemukan Dengan Peomba. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Afrijon, 2011. Pengaruh Pemakaian Urea dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat
terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik secara In Vitro.
Jur. Embiro Akademi Pertanian Sumatera Barat.
Amalia, Y. 2004. Pemberian Tepung Isi Rumen Sapi pada Pakan dan
Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan dan Metabolisme Burung Puyuh
(Coturniz coturnix japonica) Umur 15 hingga 45 Hari. Sekolah Ilmu dan
Teknologi Hayati (SITH), Institute Pertanian, Bogor.
Amirroenas, D. E. 1990. Mutu Ransum Berbentuk Pellet Dengan Bahan Serat
Biomassa POD Coklat Untuk Pertumbuhan Sapi Perah Jantan. Tesis
Fakultas Pascasarjana, Institute Pertanian, Bogor.
Anonim, 2004. Budidaya Kakao. Jember.
______, 2009. Fermentasi dengan Amonia. http://jajo66.wordpress.com/2009/
fermentasi-dengan-amonia. Akses 28 Februari 2013
______, 2011. Kajian Pemanfaatan Limbah Sebagai Pakan Sapi Potong.
http://jakarta.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&vie
w=article&id=146:kajian-pemanfaatan-limbah-pasar-sebagai-pakan-sapi-
potong-di-dki jakarta&catid=21:peternakan&Itemid=25. Akses 28
Februari 2013
Bahrin, D., A.Destilia dan M.B.Pertiwi,. 2011. Pengaruh Jenis Sampah,
Komposisi Masukan Dan Waktu Tinggal Terhadap Komposisi Biogas Dari
Sampah Organik Pasar Di Kota Palembang. Prosiding Seminar Nasional
AVoER ke-3. Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Close W., Menke KH. 1986. Selected Topics in Animal Nutrition. A Manual
Prepared for The Third Hohenheim Course on Animal Nutristion in The
Tropics and Semi-Tropics. 2nd Ed. Stuttgart: The Insitute of Animal
Nutrition, Hohenheim University.
Darwis, A. 1990. Produksi enzim sellulase dan biomasa untuk pakan ternak dan
biokonversi coklat oleh Trichorderma viridae . Karya Ilmiah. Fakultas
Peternakan Universitas Jambi. Jambi.
Direktorat Jenderal Peternakan, 2011. Pengolahan Bahan Pakan Ternak.
http:www.ditjennak.deptan.go.id/berita-25-penolahan-bahan-pakan-ternak.
html. Akses 28 Februari 2013
23
Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan, 2007. Luas Areal Dan Produksi
Kakao di Sulawesi Selatan. Makassar.
Dehority dan Tirabasso. 2001. Effect of feeding frequency on bacterial and
fungalconcentrations, pH, and other parameters in the rumen dalam
Syahrir S,Wiryawan. K.G, Parakkasi A. Winugroho M. Dan Sari O. N. P
2009. Efektivitas Daun Murbei Sebagai Pengganti Konsentrat dalam
Sistem Rumen in Vitro.Media Peternakan. 32:2. 112-119.
Ella, A. S. Hardjosoewignya, T. R. Wiradaryadan dan M. Winugroho. 1997.
Pengukuran Produksi Gas dari Hasil Proses Fermentasi Beberapa Jenis
Leguminosa Pakan. Dalam : Prosiding Sem. Nas II-INMT Ciawi, Bogor.
Gasperz, V. 1991. Metode Rancangan Percobaan. CV. Armico, Bandung.
Granzin, B.C. and G. Dryden. 2003. Effect of alkali, oxidants and urea treatment
on the nutritive value Rhodes grass (Chloris gayana). Anim. Feed
Sci.Technol. 103: 113-122
Jackson, M.G. 1978. Rice Straw as Livestock Feed. World Animal Review, Foodd
and Agriculture Organization of The United Nation, Rome.
Jeanblain, C. 1991. Rumen Disfunctions. In: Rumen Microbial Metabolism and
Ruminant Digestion, Ed. J.P. Jouany dalam Syahrir S,Wiryawan. K.G,
Parakkasi A. Winugroho M. Dan Sari O. N. P 2009. Efektivitas Daun
Murbei Sebagai Pengganti Konsentrat dalam Sistem Rumen in Vitro.Media
Peternakan. 32:2.
Johnson, ER. 1996. Anatomical Factors Influencing Butt Shape Of Steers
Prepared For The Australian Domestic. Proc. Aust. Soc. Anim. Prod. Vol
21, Melbourne.
Mulyadi, E.Y. 2013. Degradasi Bahan Kering dan Produksi Gas Sistem Rumen In
Vitro Kombinasi Jerami Padi dan Murbei yang Ditambahkan Urea Molases
Mneral Liquid. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Pell, A.D,. J.R. Cherney and J.S. Jones. 1993. Technical note: Forage In Vitro
Dry Matter Digestibility as influenced by Fibre Source in The Donor Cow
Diet. J. Animal Sci 71
Rinduwati dan Ismartoyo, 2002. Karakteristik Degradasi Beberapa Jenis Pakan
(in sacco) dalam Rumen Ternak Kambing. Bul.Nutrisi dan Makanan Ternak
31:1-14
24
Roesmanto, J. 1991. Kakao Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media, Yogyakarta.
Syamsu, J. A. 2001. Kualitas Jerami Padi yang Difermentasi dengan Probiotik
sebagai Pakan Ruminasia. Jurnal Produksi Ternak, 3 (2) : 62-66 Fakultas
Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
Siregar, T.T.S., S. Riyadi dan L. Nuraeni. 1992. Budidaya Pengolahan Dan
Pemasaran Coklat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Selly. 1994. Peningkatan Kualitas Pakan Serat Berkualitas Rendah dengan
Amoniasi dan Inokulasi Digesta Rumen. Skripsi. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Syahrir, S., R, Islamiyati. 2010. Model Pemanfaatn Pemanfaatn Tanaman Murbei
Sebagai Sumber Pakan Berkualitas Guna Meningkatkan Pendapatan
Petani Serta Mendukung Produksi Ternak Berkelanjutan. Laporan akhir
hibah kompetatif penelitian startegis nasional, lembaga penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat universitas hasanuddin, Makassar.
Tequia, A., H.N.L. Endeley, A. Nishida and M. Ishiraha. 2004. Broiler
performance upon dietary substitution of cocoa husks for maize. Int. J.
Poult. Sci. 3: 779-782
Tilley, J. M.A.and R.A. Terry. 1963. A Two Stage Technique for The In Vitro
Digestion of Forage Crops. J Brit. Grassland. Sci. 18: 104-144.
Van Soest P. J. 1976. New Chemical Methods for Analysis of Forages for The
Purpose of Predicting Nutritive Value. Pref IX International Grassland
Cong.
. 2006. Rice Straw The Role Of Silica and Treatment to Improve Quality.
J. Anim. Feed Sci. Technol. 130: 137-171
Winarno, F.G. dan S, Fardiaz. 1980. Biofermentasi dan Biosintesa. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Wong, H.K,. and O.A. Hasan. 1988. Nutritive value and rumen fermentation
profile of sheep fed of fresh or dried cocoa pod husk based diets. J. Mardi
Res. 16: 147-154
24
LAMPIRAN
25
Lampiran 1. Analisis Sidik Ragam Degradasi Bahan Kering Sistem Rumen
Invitro terhadap Kulit Buah Kakao yang diberi Perlakuan
Berbeda
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Degradasi_Bahan_Kering
Source
TSum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected
Model
.091a 2 .046 30.952 .000
Intercept 1.614 1 1.614 1097.796 .000
Perlakuan .091 2 .046 30.952 .000
Error .018 12 .001
Total 1.722 15
Corrected Total .109 14
a. R Squared = .838 (Adjusted R Squared = .811)
Dependent Variable:Degradasi_Bahan_Kering
Perlak
uan Mean Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
P0 .338 .017 .301 .375
P1 .418 .017 .381 .455
P2 .228 .017 .191 .265
26
Multiple Comparisons
Dependent Variable:Degradasi_Bahan_Kering
(I)
Perlak
uan
(J)
Perlak
uan
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD P0 P1 -.0800* .02425 .006 -.1328 -.0272
P2 .1100* .02425 .001 .0572 .1628
P1 P0 .0800* .02425 .006 .0272 .1328
P2 .1900* .02425 .000 .1372 .2428
P2 P0 -.1100* .02425 .001 -.1628 -.0572
P1 -.1900* .02425 .000 -.2428 -.1372
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .001.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Degradasi_Bahan_Kering
Perlak
uan N
Subset
1 2 3
Duncana,,b
P2 5 .2280
P0 5 .3380
P1 5 .4180
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .001.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
b. Alpha = .05.
27
Lampiran 2. Tabulasi Data Produksi Gas
Waktu
Pengukuran
P0 P1 P2
2 Jam
4 Jam
8 Jam
12 Jam
24 Jam
48 Jam
Total
Rata-rata
18.75
21.75
24.75
22.75
19.75
25.25
133
22.17
22
22.75
21.25
18
12.75
19.5
116.25
19.38
17
18.5
17.75
15.5
8
7.5
84.25
14.04
28
Lampiran 3. Dokumentasi
PEMARUTAN KULIT KAKAO
PENIMBANGAN KULIT KAKAO
29
PENCAMPURAN KULIT KAKAO DENGAN STARBIO
PENGGILINGAN SAMPEL
30
PENGUKURAN PRODUKSI GAS
ANALISIS IN VITRO
RIWAYAT HIDUP
MUH. ASSAKUR. S. Lahir pada tanggal 12 Agustus 1990
di Pinrang. Anak kedua dari tiga bersaudara. Putra dari
pasangan Ayah Muh. Sakir Kuddusa dan Ibu Hj. Wahyu
Idris. Penulis merupakan anak Kedua dari Tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan mulai dari TK Pertiwi
kemudian melanjutkan Sekolah Dasar di SD Negeri 53 Langnga pada tahun 1997
dan lulus pada tahun 2002 kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1
Mat. Sompe tahun 2002 dan tamat pada tahun 2005. Penulis melanjutkan
pendidikannya di SMA Negeri 1 Mat. Sompe tahun 2005 dan lulus pada tahun
2008 dan ditahun yang sama Penulis diterima sebagai Mahasiswa di Jurusan
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,
Makassar melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) sebagai mahasiswa program strata 1 (S-1). Penulis juga aktif di
lembaga Internal dan Eksternal mahasiswa fakultas peternakan diantaranya, Wakil
Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HUMANIKA
– UNHAS) periode 2010-2011 dan Kordinator Bidang Pendidikan di Kerukunan
Mahasiswa Pinrang (KMP UNHAS) periode 2009-2010 dan Anggota di KPMP
Pusat cabang Mat. Sompe periode 2009 – Sekarang.