SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

25
SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO DENGAN TERNAK KAMBING OLEH : IR. I KETUT WARSA PARIMARTHA, MP FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

Transcript of SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

Page 1: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA

PREKEBUNAN KOPI KAKAO DENGAN

TERNAK KAMBING

OLEH :

IR. I KETUT WARSA PARIMARTHA, MP

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

Page 2: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

KATA PENGANTAR

Pada kesempatan ini puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan

Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan

paper yang berjudul “Sistem Usaha Tani Terpadu Antara Perkebunan Kopi

Kakao Dengan Ternak Kambing“, dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Sudah tentu paper ini isinya jauh dari sempurna, oleh karena itu pada

kesempatan ini mohon kritik dan saran demi sempurnanya paper ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

yang terhormat Bapak Prof. Dr. Ir. Ida Bagus Sudana, M.Rur.Sc yang banyak

memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan paper ini.

Akhirnya penulis berharap semoga paper ini memberikan informasi

dan manfaat bagi pembaca.

Denpasar, 5 Juli 2016

Penulis

Page 3: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................

DAFTAR TABEL .................................................................................

I. PENDAHULUAN .......................................................................

1.1 Latar Belakang .....................................................................

1.2 Perumusan Masalah ..............................................................

1.3 Tujuan ..................................................................................

1.4 Metode Penulisan ..................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................

2.1 Potensi dan Peranan Usaha Peternakan Kambing ...................

2.2 Potensi Hasil Tanaman Perkebunan .......................................

III. PEMANFAATAN LIMBAH USAHA TANI TERPADU

TANAMAN PERKEBUNAN DENGAN TERNAK KAMBING ....

3.1 Pemanfaatan Limbah Untuk Mengurangi Pencemaran

Lingkungan ..........................................................................

3.2 Limbah Kotoran Ternak Kambing Untuk Pupuk Organik .......

3.3 Limbah Tanaman Perkebunan Untuk Pakan Ternak Kambing.

3.4 Proses Pengolahan Limbah Perkebunan dan Proses Aktivitas

Aspergillus ...........................................................................

IV. SIMPULAN DAN SARAN ..........................................................

4.1 Simpulan ..............................................................................

4.2 Saran ...................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

DAFTAR TABEL

No. Nama Tabel Halaman

1. Populasi Ternak di Bali tahun 2003 .................................................

2. Konversi Produk (Convension of Production) Komoditas

Perkebunan .....................................................................................

3. Standar Produktivitas (Standard of Field) Beberapa Komoditas

Utama Perkebunan Rakyat...............................................................

4. Kandungan Hara Kompos Dengan Berbagai Cara Pengolahan ..........

5. Data Produksi Buah Kopi Per Pohon Dengan Berbagai Jenis

Kompos ..........................................................................................

Page 5: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah Propinsi Bali meliputi luas 5.632,86 km2,

dengan jumlah penduduk sebanyak 3.139.022 jiwa. Pemanfaatan lahan

tersebut sebagai lahan pertanian dan perkebunan seluas 215,971 Ha

(38,34%) dan tanah kering yang umumnya untuk lahan peternakan

seluas 182.520 Ha (32,40%) (Anon, 2005). Data tersebut menunjukkan

bahwa sebagian besar areal tanah di Bali (70,74%) masih sangat

potensial untuk mengembangkan pembangunan ekonomi Bali dari

sektor pertanian itu dapat dikembangkan dengan konsep sistem dan

perusahaan agribisnis secara baik, maka akan mampu meningkatkan

peranannya terhadap PDRB mendampingi perkembangan sektor

industri dan jasa (Suparta,2005)

Beberapa komoditas agribisnis perkebunan seperti kopi, kakao,

panili. sayur dan agribisnis peternakan seperti kambing, sapi potong

babi dan ayam yang memiliki prosfek pasar lokal, nasional

internasional.

Ternak kambing sampai saat ini masih merupakan peluang pasar

terbuka lebar. Di daerah Bali sendiri produksi kambing petani masih

belum dapat memenuhi kebutuhan.

Jumlah ternak kambing pada tahun 2003 sekitar 96.003 ekor

(Tabel 1), mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Sedangkan

kebutuhan daging kambing terus meningkat akibat kebutuhan lokal,

industri pengolahan dan pariwisata, sehingga untuk memenuhi

kebutuhan masih harus mendatangkan kambing hidup atau daging dari

luar daerah (Anon, 2003). Sebagai contoh pada tahun 2002 sebanyak

10.962 ekor kambing dari luar daerah masuk ke Bali (Anon, 2003).

Menurut Suparta (2005), produksi daging kambing tahun 2003 adalah

Page 6: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

dimana 134,8 ton. Di samping kebutuhan nasional masih kurang,

peluang eksport ternak kambing juga terbuka seperti negara-negara

Asean dan Timur Tengah.

Berdasarkan potensi lahan untuk pengembangan kambing di

Bali masih cukup besar, terutama di kawasan sentra perkebunan dan

lahan marginal. Di daerah Bali terdapat areal perkebunan seluas

167.892 Ha, terdiri perkebunan kelapa 72.398 Ha, kopi 43.289 Ha,

kakao 8.622 Ha, panili 367 Ha, mete 14.705 Ha, cengkeh 22.435 Ha,

Lada 63 Ha dan lain-lainnya (Anon, 2005).

Potensi sumber daya alarn di Bali, masih memiliki daya dukung

cukup besar untuk pengembangan kambing. Ternak kambing dapat

secara intensif sebagai salah satu komponen dalam diversifikasi usaha

tani bersama tanaman perkebunan. Pemeliharaan ternak kambing

dalam areal perkebunan sangat mendukung efisiensi usaha tani, karena

hasil kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai kompos untuk pupuk

tanaman perkebunan (Guntoro, dkk., 2001).

Beberapa kawasan seperti Buleleng, Jembrana dan Karangasem

merupakan kawasan terpadu yang berpotensi untuk dikembangkan

menjadi kawasan sistem terpadu antara ternak kambing dengan

tanaman perkebunan. Di kawasan perkebunan tersebut umumnya para

petani memelihara ternak kambing dengan tujuan utama sebagai

sumber pupuk, di samping untuk mendapatkan anak, daging, dan susu

sebagai sumber tambahan pendapatan (Guntoro, 2004).

Page 7: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

Tabel 1

Populasi Ternak Di Bali Tahun 2003

No Jenis Ternak Jumlah

(Ekor)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sapi Bali

Sapi Perah

Kerbau

Babi Bali

Babi Sandle Black

Babi Landrace

Kambing

Domba

Unggas

Aneka Unggas

592.074

891

7.765

298.923

320.481

939.046

96.003

96.125

10.347.164

82.817

Sumber : Guntoro, 2001

Sistem usaha tani terpadu antara perkebunan (kopi, kako, mete)

di Bali sudah cukup lama, sejak digalakkannya pengembangan

kambing PE tahun 1980-an. Tetapi pola integrasinya yang ada belum

optimal.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka diperlukan suatu

strategi keterpaduan antara usaha peternakan dengan perkebunan.

Salah satu penerapan konsep pertanian terpadu, berkelanjutan lintas

sektoral dan ramah lingkungan disebut konsep : Low External Input

Sustainable Agricultural (LEISA). Tanaman dalam suatu kawasan

perkebunan dapat sekaligus dikembangkan usaha pemeliharaan ternak

kambing dengan memanfaatkan sumber daya lokal secara optimal

(Anon, 2002). Limbah perkebunan (kopi, kakao, mete), melimpah

Page 8: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

selama musim panen, dapat diproses dan dimanfaatkan untuk pakan

kambing, dan limbah kotoran ternak kambing dijadikan kompos untuk

meningkatkan kesuburan tanah dan pada gilirannya dapat

meningkatkan produktivitas produksi perkebunan.

1.2 Perumusan Masalah

Dengan adanya perbaikan manajemen reproduksi ternak

kambing, akan dapat mempercepat peningkatan populasi ternak

kambing di suatu wilayah atau areal perkebunan, sebagai dampaknya

dapat meningkatnya produksi limbah kotoran kambing. Demikian pula

meningkatnya produksi perkebunan (kopi, kako, mete), akan

menghasilkan limbah, berupa kulit kopi, kulit kakao yang semakin

banyak, maka perlu penanganan limbah kotoran kambing dan limbah

perkebunan dengan teknologi tepat guna.

1.3. Tujuan

Tujuan daripada usaha tani terpadu perkebunan dengan ternak

kambing :

Untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha tani ternak

kambing peningkatan kemampuan reproduksi, serta integrasi

peternakan kambing dengan tanaman perkebunan.

Pemanfaatan potensi hasil ikutan berupa limbah, seperti kulit kopi,

kulit kakao sebagai sumber pakan.

Limbah kotoran ternak kambing sebagai sumber pupuk organik.

Page 9: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

1.4 Metode Penulisan

Metode dalam penulisan paper ini merupakan kajian pustaka.

Uraian-uraian berdasarkan metode kualitatif. Dan data yang diperoleh

beberapa sumber dan kasus-kasus dalam suatu penelitian.

Page 10: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Potensi dan Peranan Usaha Peternakan Kambing

Dalam kondisi sekarang ini peran ternak ruminansia kecil

khususnya ternak kambing sangatlah penting bagi petani peternak di

pedesaan. Peranan ini tergambar dalam sumbangan yang nyata

terhadap pendapatan peternak. Kesinambungan dari sistem usaha tani

dan pemenuhan akan kebutuhan daging dan susunya dalam rangka

meningkatkan gizi masyarakat (Bhinawa, 1994). Ternak kambing

ditemukan di semua zona agro-ekologi tanpa pengecualian dan

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pertanian di

wilayah ini (Huta Suit, 1986).

Keuntungan memelihara kambing menurut Monika Wodzicka

(1993), adalah :

Sebagai sumber pendapatan

Ternak kambing menyediakan protein hewani (susu, daging) yang

sangat penting pemenuhan gizi masyarakat.

Sumber rabuk, kambing ikut mempertahankan kesuburan lahan

perkebunan dengan kembalinya feces dan air seni ke tanah yang

nantinya dimanfaatkan oleh tanaman perkebunan dalam sistem

usaha tani terpadu dengan kambing.

Pemanfaatan limbah, kambing dapat memanfaatkan limbah

perkebunan (kopi, kakao) dan industri hasil pertanian menjadi

pakan ternak yang sangat berguna.

Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang makan

utamanya hijauan (Sarwono, 1999). Dedaunan salah suatu makanan

hijauan bagi ruminansia kecil terutama kambing. Kesediaan dedaunan

semakin sedikit, karena lahan yang tersedia semakin kecil.

Page 11: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

Hal ini disebabkan karena sebagian areal lahan dipakai untuk

pemukiman dan pembangunan lain. Untuk mengatasinya peternak

dapat menggunakan limbah dari hasil perkebunan seperti kulit kakao,

kopi untuk pakan kambing.

Kambing memiliki prospek pasar yang cukup besar baik di

dalam maupun luar negeri, namun daya reproduksi yang masih relatif

idah Dari aspek reproduksi menurut Haryanto, dkk., (1997), masih

diperlukan beberapa perbaikan manajemen antara lain dengan

memperlendek selang beranak, meningkatkan jumlah anak per

Hasil penelitian oleh Guntoro (2001), membuktikan bahwa melalui

Inseminasi Buatan (IB) dengan semua pejantan unggul dapat kan bobot

lahir serta pertumbuhan ternak, dan jika dipadukan teknologi lase

punktur untuk gertak berahi akan meningkatkan Jain inseminasi.

2.2. Potensi Hasil Tanaman Perkebunan

Berdasarkan Dinas Perkebunan Propinsi Bali, ada beberapa

istilah (termologi) tentang pengertian perkebunan yaitu :

Perkebunan besar, adalah perkebunan yang diselenggarakan atau

dikelola secara komersial oleh perusahaan besar yang terdiri dari

asast perkebunan besar negara atau perkebunan besar swasta.

Perkebunan besar negara, adalah perkebunan besar yang dikelola

oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD).

Perkebunan besar swasta, adalah perkebunan yang diselenggarakan

atau dikelola oleh Badan Usaha Swasta Nasional “Join Venture”

maupun swasta asing.

Page 12: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

Perkebunan rakyat, usaha tanaman perkebunan yang

diselenggarakan atau dikelola oleh perorangan (tidak berbadan

hukum).

Petani pekebun, adalah orang yang benar-benar membudidayakan

perkebunan dengan tujuan, sebagian atau seluruhnya untuk

dijual atau memperoleh pendapatan / keuntungan atas resiko

sendiri.

Luas areal tanaman perkebunan di Bali sangat luas yaitu

167,892 ha, beberapa perkebunan kopi, perkebunan kakao, perkebunan

kelapa, perkebunan panili, perkebunan cengkeh dan lain-lainnya

(Anon, 2005).

Menurut laporan statistik Dinas Perkebunan Propinsi Bali tahun

2005 bahwa, perkembangan hasil produksi beberapa perkebunan

rakyat, sangat memberikan sumbangan terhadap pendapatan daerah

Bali. Khususnya untuk tanaman perkebunan kopi, kakao, jambu mete

sudah dilakukan penelitian penerapan sistem terpadu atau integrasi

dengan ternak kambing. Sebagai contoh di Desa Bongan Cina dan

Desa Puncak Sari Kabupaten Buleleng, dan Desa Yeh Embang dan

Desa Poh Santen Kabupaten Jembrana (Guntoro, 2001). Mengenai

produksi kakao dan kopi tahun 2004 adalah 3.696 ton dan 19.064 ton.

Konvensi produksi, adalah rendemen dari wujud produksi saat

panen menjadi bentuk akhir setelah mengalami pengolahan. Rendemen

(Conversion of Production) beberapa komoditas perkebunan rakyat di

Bali disajikan dalam Tabel 2.

Page 13: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

Tabel 2

Konvensi Produksi (Conversion of Production)

Komoditas Perkebunan

No Jenis Tanaman/Kinds of

Plans

Wujud

Produksi Saat

Panen/Form

of Harvested

Bentuk Akhir

Produksi/Form

of Finished

Product

Rendemen/

Rendement

(%)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

Kelapa dalam

Kelapa hybrida/Kelapa genjah

Kopi arabika

Kopi robusta

Cengkeh

Panili

Jambu mete

Kakao

Kapok

Karet

Tembakau rakyat

Tembakau Virginia

Lada

Tebu lahan kering

Kenanga

Kayu manis

Kencur

Jahe

Lengkuas

Kunir/kunyit

Aren/enau

Lontar/siwalan

Kelapa deres

Buah kelapa

Buah kelapa

Buah basah

Buah basah

Bunga basah

Polong basah

Mentor basah

Buah basah

Buah basah

Lateks

Daun basah

Daun basah

Buah basah

Batang tebu

Bunga

Kulit basah

Rumpun segar

Rumpun segar

Rumpun segar

Rumpun segar

Air nira

Air nira

Air nira

Kopra

Kopra

Kopi beras

Kopi beras

Bunga kering

Polong kering

Mete glondong

Biji kering

Serat/biji

Lateks kebun

Rajangan

Krosok kering

Lada kering

Gula hablur

Minyak atsiri

Kulit kering

Rumpun segar

Rumpun segar

Rumpun segar

Rumpun segar

Gula merah

Gula merah

Gula merah

20

15

16-18

20-25

15-20

20

75

33-35

22/26

20-28

11

14

30

8-10

1,3

50

100

100

100

100

15

15

15

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Bali, 2005

Untuk dapat memberikan arah dan sasaran dalam pembinaan

produksi perkebunan rakyat, oleh karena itu sangat penting adanya

standar produktivitas masing-masing komoditas yang sedang

dikembangkan (Tabel 3).

Page 14: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

Tabel 3

Standar Produktivitas (Standard of Field)

Beberapa Komoditas Utama Perkebunan Rakyat

No Jenis Tanaman/Kinds of Plans Bentuk Hasil/Form

of Finished Produc

Produktivitas/

Yield (Kg/Ha/Th)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

Kelapa dalam

Kelapa hybrida

Kopi arabika

Kopi robusta

Cengkeh

Panili

Kakao

Jambu mete

Kapok

Lada

Tembakau rakyat

Tembakau Virginia

Tebu lahan kering

Kemiri

Jahe gajah

Jahe lokal

Kunir

Kencur

Kayu manis

Kopra

Kopra

Kopi beras

Kopi beras

Bunga kering

Polong kering

Biji kering

Mete glondong

Serat

Lada kering

Rajangan

Krosok kering

Batang basah

Biji kupasan

Umbi segar

Umbi segar

Umbi segar

Umbi segar

Kulit kering

1.250

600

700

800

400

100

1.100

450

200

250

750

1.700

65.000

320

7.500

6.000

11.250

5.250

17.500

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Bali, 2005

Page 15: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

Menurut laporan statistik Dinas Perkebunan Provinsi Bali tahun

2005 bahwa, perkembangan hasil produksi beberapa perkebunan

rakyat,m sangat memberikan sumbangan terhadap pendapatan daerah

Bali. Khususnya untuk tanaman perkebunan kopi, kakao, jambu mete

suah dilakukan penelitian penerapan sistem terpadu atau integrasi

dengan ternak kambing. Sebagai contoh di Desa Bongan Cina dan

Desa Puncak Sari Kabupaten Buleleng, dan Desa Yeh Embang dan

Desa Poh Santen Kabupaten Jembrana (Guntoro, 2001). Mengenai

produksi kakao dan kopi tahun 2004 adalah 3.696 ton dan 19.064 ton.

Page 16: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

III. PEMANFAATAN LIMBAH USAHA TANI TERPADU

PERKEBUNAN DENGAN TERNAK KAMBING

3.1. Pemanfaatan Limbah Untuk Mengurangi Pencemaran Lingkungan

Limbah temak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha

peternakan seperti usaha pemeliharaan, rumah potong hewan,

pengolahan produk ternak, dan lain-lain. Limbah tersebut meliputi

limbah padat dan cair seperti feces, urine, sisa makanan, bulu, darah,

tulang, dan isi rumen (Harya Putra, dkk., 1999). Semakin

berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin

meningkat.

Limbah kotoran ternak dapat diolah menjadi pupuk organik

yang mampu meningkatkan produktivitas lahan melalui peningkatan

unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Suharto, 2005).

3.2. Limhah Kotoran Ternak Kambing Untuk Pupuk Organik

Limbah berupa kotoran ternak kambing merupakan sumber

pupuk organik yang sangat berguna bagi tanaman perkebunan.

Menurut (2001), pemeliharaan ternak di kawasan perkebunan di “5

ditujukan untuk produksi daging juga diharapkan sebagai . pupuk

kompos atau pupuk organik.

Dalam pengolahan limbah dilakukan dengan tiga cara yaitu :

cara petani (tradisional), dengan mikroba Rummino Bacillus dan

dengan penggunaan cacing. Dari aspek waktu, maka proses pengolahan

tercepat dengan menggunakan mikroba (2 minggu), disusul dengan

pengomposan menggunakan cacing (6 minggu), sedang dengan cara

petani 8 minggu. Berdasarkan komposisi unsur hara yang terkandung

di dalam kompos, kandungan N tertinggi terdapat pada kompos cacing

yaitu 1.65%, dengan kompos mikroba 1,28% dan dengan cara petani

Page 17: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

kandungan N 0,090%. Sedangkan kandungan phospor tertinggi pada

kompos cacing 568,21 ppm dan kandungan kalium tertinggi pada

kompos dengan mikroba 823,68 ppm (Tabel 4).

Tabel 4

Kandungan Hara Kompos Dengan Berbagai Cara Pengolahan

No Perlakuan Kandungan Hara

N (%) P (ppm) K (ppm) Air (%)

1 Cara petani 0,90 489,71 598,57 27,72

2 Mikroba 1,28 258,48 823,68 22,28

3 Cacing 1,65 268,21 598,57 19,97

Sumber : Guntoro, 2001

Penggunaan kompos limbah kotoran kambing pada perkebunan

kopi, kakao, bahwa, jumlah dompolan yang berbuah per pohon

diperoleh tertinggi pada kompos cacing 448 buah dompolan, dengan 61

buah dompolan, dengan cara petani 282 buah dompolan. Dengan

demikian produksi kopi per pohon diperoleh tertinggi pada

penggunaan kompos cacing yaitu 9.913 biji, pada penggunaan kompos

mikroba 6.955 biji dan penggunaan kompos dengan cara petani 4.831

biji. Ini berarti penggunaan pupuk kandang dari limbah kotoran

kambing dapat meningkatkan produksi kopi dan kakao (label 5).

Page 18: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

Tabel 5

Data Produksi Buah Kopi Per Pohon

Dengan Berbagai Jenis Kompos

Jenis Kompos

Jumlah

Dompolan Yang

Berbuah (Buah)

Jumlah Buah Per

Dompolan (Biji)

Jumlah Buah

Per Pohon (Biji)

Cacing 447,95 21,78 9.913

Mikroba 361,43 18,36 9.955

Cara petani 281,79 17,60 4.835

Sumber : Guntoro. 2001

Berdasarkan data di atas, pengolahan kotoran kambing dengan

cacing (kascing) dapat meningkatkan produksi kopi yang paling tinggi.

adanya peningkatan unsur hara dan hormon auksin akan membantu

pertumbuhan tanaman (Kartini, 1998).

3.3. Limbah Tanaman Perkebunan (Kopi, Kakao) Untuk Pakan

Ternak Kambing

Produksi tanaman perkebunan seperti kopi 19.065.021 ton,

kakao 6.053.396 ton, mete 3.031.832 ton (Anon, 2005). Menurut

Guntoro (2004), limbah kulit kopi, kulit kakao, dan mete produksinya

cukup besar. Di Ball setiap tahunnya diperkirakan terdapat limbah

kopi 21.000 ton, kakao 13.000 ton, dan mete sekitar 50.000 ton, yang

selama ini masih sebagian besar masih terbuang.

Meningkatnya produksi tanaman perkebunan akan menghasilkan

limbah yang banyak, dan dengan proses pengolahan limbah kopi

maupun kakao dapat dimanfaatkan sebagai pakan penguat (Zaenudin,

dkk., 1995). Dikatakan juga oleh Kompiang (2000), penggunaan

limbah kopi maupun kakao yang telah difermentasi diharapkan akan

Page 19: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

memacu produktivitas ternak. serta mensubstitusi kebutuhan dedak

yang selama ini telah banyak digunakan sebagai pakan penguat, yang

harganya relatif mahal.

Melalui proses fermentasi, nilai gizi limbah tersebut dapat

ditingkatkan, sehingga layak untuk pakan penguat untuk kambing

maupun sapi bahkan untuk bahan ramuan babi dan ayam. Salah satu

fermentor yang cocok untuk limbah hasil perkebunan seperti kopi,

kakao adalah : Aspergillus niger (Guntoro, 2001).

Dengan menggunakan fermentor Aspergillus niger, kandungan

limbah kopi, kakao ditingkatkan dari rata-rata 7,8% menjadi 12,40%.

Menurut Suharto (2005), bahwa kandungan nutrisi limbah kopi adalah

bahan kering 91,77%, protein kasar 11,17%, serat kasar 21,74% dan

TDN 57,20%. Sedangkan kulit kakao adalah, bahan kering 89,39%,

protein kasar 14,99%, serat kasar, 2324% dan TON 55,52%.

Manfaat fermentasi dengan teknologi fermentasi dengan

aspergillus niger dapat meningkatkan kandungan protein, menurunkan

serat kasar dan menurunkan kandungan tanin. Pemberian limbah kopi,

kakao dapat meningkatkan produksi susu. Kambing yang diberikan

hijauan rata-rata 65 gram / ekor / hari, sedangkan dengan penambahan

limbah kopi 100 - 200 gram / ekor / hari selama 5 bulan pertumbuhan

berat badan mencapai 95 - 100 gram / ekor / hari. Jika diberikan

konsentrat berupa limbah kakao dengan dosis yang sama (100 - 200

gram / ekor / hari) akan memberikan pertambahan berat badan 115 -'

120 gram / ekor / hari.

3.4. Proses Pengolahan Limbah Perkebunan dan Proses Aktivasi

Aspergillus

Proses limbah perkebunan kopi dan kakao dengan Aspergillus

niger, caranya seperti pada skema I :

Page 20: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

Penjelasan :

Sebelum digunakan, limbah kakao, kopi dicincang dan difermentasi

dengan aspergillus niger selama 4-5 hari, selanjutnya dikeringkan dan

kemudian digiling hingga berbentuk tepung. limbah tepung tersebut

siap digunakan untuk pakan ternak.

LIMBAH

LIMBAH TERCINCANG

LIMBAH TERFERMENTASI

TEPUNG LIMBAH

Dicincang (kopi, kakao)

Diperas airnya

Dibasahi larutan Aspergillus

Ditutup dengan goni/plastik

Dikeringkan

TEPUNG LIMBAH

Digiling

Siap digunakan

untuk pakan

ternak kambing

Page 21: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

Penjelasan :

Sebelum aspergillus niger digunakan, perlu proses aktivasi dengan air

masak 10 liter dan ditambah dengan gula pasir, urea dan NPK,

kemudian larutan ini ditambah dengan aspergillus niger. Larutan ini

diaduk dan diaerasi sehingga aspergillus niger menjadi aktif dan siap

digunakan.

LIMBAH

+ gula pasir : 10 gram

+ urea : 50 gram

+ NPK : 50 gram

+ gula pasir : 10 gram

LARUTAN

Aspergillus : 50 gram

LARUTAN

ASPERGILLUS NIGER

ASPERGILLUS NIGER

AKTIF

(SIAP PAKAI)

Diaduk

Diaerasi : 12 – 24 minggu

Page 22: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

IV. SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut:

1. Usaha tani terpadu / integrasi perkebunan dengan ternak kambing

saling menguntungkan, limbah kotoran ternak kambing dibuat

pupuk kompos, untuk perkebunan kopi dan kakao. Limbah

perkebunan kopi dan kakao, diproses untuk pakan ternak.

2. Penggunaan fermentor Aspergillus niger dalam pengolahan limbah

kopi, kakao cukup efektif dalam meningkatkan nilai gizi limbah

tersebut untuk pakan temak kambing.

3. Penggunaan limbah kotoran ternak kambing yang telah diproses

dengan mikroba Rummino Bacillus dapat meningkatkan

produktivitas kopi dan kakao dibandingkan dengan penggunaan

kompos biasa pada dosis yang sama. Ini berarti jumlah produksi

kopi dan kakao akan meningkat

4.2. Saran

Berdasarkan uraian di atas, hal - hal yang dapat disarankan

adalah :

1. Perlu penggunaan limbah perkebunan kopi, kakao dicoba pada

ternak sapi, babi dan ayam.

2. Mengingat penggunaan limbah tanaman perkebunan, kopi dan

kakao terbukti efektif dalam meningkatkan pertumbuhan maupun

produksi susu kambing, demikian pula penggunaan kompos

Rummino Bacillus dapat meningkatkan produktivitas kopi, kakao,

kedua komponen teknologi ini perlu dipublikasikan kepada

masyarakat atau pada peternak.

Page 23: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

3. Pemerintah, melalui Dinas Peternakan perlu menyebarkan sistem

usaha tani terpadu perkebunan dengan ternak kambing kepada

peternak lain, karena dapat memberikan keuntungan.

Page 24: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

DAFTAR PUSTAKA

Anon. 2005. Statistik Perkebunan Bali. Dinas Perkebunan Propinsi Bali.

Anon. 2004. Pemanfaatan Limbah Dalam Integrasi Perkebunan Dengan

Ternak. Balai Teknologi Pertanian Bali.

Anon. 2004. Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan..

Direktorat Pengembangan Peternakan. Jakarta.

Anon. 2004. Integrasi Ternak Pada Areal Tanaman Jagung. Direktorat

Pengembangan Peternakan. Jakarta.

Bhinawa, IGN. 1994. Potensi Serta Peranan Ternak Ruminansial Kecil

Sebagai Penghasil Daging Dalam Memunjang Kebutuhan Akan

Protein Hewani Pada Masyarakat. Pidato Pengenalan Guru Besar

Tetap Dalam Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. UNUD.

Denpasar.

Guntoro, S. 2004. Pengkajian Pengembangan Sistem Usaha Agribisnis

Ternak Kambing. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.

Guntoro, S. Londra, M. Rai, P. Sriyanto, Parwati, A. 2001. Pengkajian Sistem

Usaha Tani Integrasi Ternak Kambing Dengan Tanaman Industri.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.

Hutasoit, J. H. 1986. Peternakan Di Daerah Tropis Arti Ekonomi dan

Kemampuannya. PT. Gramedia. Jakarta.

Haryanto, B. dan Sutama. 1997. Ketersediaan dan Kebutuhan Teknologi

Produksi Kambing dan Domba. Makalah Seminar Nasional dan

Veteriner. Bogor.

Harya Putra, AP. Dewi, F.F.E. Aford. 1999. Pencemaran Pada Sistem

Produksi Ternak. CV. IKIP Semarang.

Kartini, HL. 1998. Budidaya Cacing Tanah Sebagai Solusi Dalam

Peningkatan Kualitas Tanah dan Pengobatan. Fakultas Pertanian.

UNUD. Denpasar.

Page 25: SISTEM USAHA TANI TERPADU ANTARA PREKEBUNAN KOPI KAKAO ...

Kompiang, IP. 2000. Peningkatan Mutu Bahan Pakan. Majalah Seminar

Pengembangan Teknologi Pertanian Ramah Lingkungan. IP2TP.

Denpasar.

Monika Wodzicka. 1993. Produksi Kambing dan Domba Di Indonesia.

Sebelas Maret University Press.

Suparta, N. 2005. Pendekatan Holistik Membangun Agribisnis. CV. Bali

Media Adhikarsa. Denpasar.

Suharto. 2005. Manajemen Agribisnis dan Teknologi Pengolahan Limbah

Ternak Sapi Bali. Makalah Seminar Sehari. BK Fapet. UNUD.

Denpasar.

Sarwono, B. 1999. Beternak Kambing Unggul. PT. Penebar Swadaya. Bogor.

Zaenudin, D. Kompiang dan Hamid, H. 1995. Pemanfaatan Limbah Kopi

Dalam Ramsum Ayam. Balai Penelitian Ternak. Bogor.