Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

19
Laporan Tahunan 2015 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Transcript of Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Page 1: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Laporan Tahunan 2015

Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Page 2: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

3Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015

Daftar IsiLatar Belakang Program Peta Cluster Pendekatan Menyeluruh 2012-2015

Hasil Program sampai dengan Desember 2015Mengukur Dampak Program Pemantauan Hasil Program Hasil Rehabilitasi PertanianHasil Program Peningkatan GiziHasil Program Utama

Praktik Pertanian yang Baik dan Sistem Transfer Teknologi Pelatihan Utama untuk Staf dan Penyuluh Pelatihan untuk Petani Kakao Pertanian Ramah Iklim dan Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca

Integrasi Nutrisi dan Sensitivitas JenderPraktik Nutrisi yang Baik Pengikutsertaan Perempuan di SCPP

Organisasi Petani, Akses Pasar dan Sertifikasi Kelompok dan Organisasi PetaniSertifikasi untuk Petani berskala kecil Teknologi Informasi Komunikasi untuk Sertifikasi dan Ketertelusuran

Fasilitas Pembiayaan Agribisnis TerpaduPelatihan Literasi Keuangan Kolaborasi dengan Institusi Keuangan Penguatan Koperasi

Manajemen Pemangku Kepentingan dan Platform Jaringan Peran dan Dukungan Pemerintah

Laporan Keuangan

468

101011121314

17171819

212123

25252627

29292931

3333

34

Page 3: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 20154 5Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015

Kementerian Dalam NegeriRepublik Indonesia

2016201520142013201220112010 2020201920182017

PEKA2010-201201

SCPP - SECO2012 - 2015 02CPQP 1 - IDH2012 - 2015 03

GNP - EKN2012 - 201505

STMF - IDH2012-201304 CPQP 2 - IDH

2013-201504

AFF - SECO2014 - 201606

READ - IFAD2015 - 201707

GP - SCPP MCA - I2015 - 201808

FASE II2016 - 2020

09

Sejak awal Program SCPP, saat ini Program telah berkembang menjadi program yang berdampak tinggi dan pengembangan dengan jangkauan yang luas yang memenuhi tujuan pembangunan dari donor dan tujuan dari mitra sektor swasta. Menciptakan lingkaran kebajikan (virtuous cycle) dari praktik pertanian yang akan meningkatkan keuntungan dan kesejahteraan dan mengarah ke penerapan cara bertani, perbaikan gizi dan pengelolaan keuangan petani yang lebih baik. Program ini telah menjadi nilai standar, bukan saja di Indonesia, namun di seluruh dunia untuk pendekatannya, metodologi, dan yang paling penting, dampak terhadap keluarga petani.

Secara rinci, Program ber-evolusi dalam tiga tahap perkembangan dengan tahap ke-empat yang direncanakan di mulai pada April 2016:

• 2010-2012 tahap pertama (12.000 petani di 5 kabupaten)• 2012-2015 tahap kedua (60.000 petani di 19 kabupaten)• 2015-2018 tahap ketiga (98.000 petani di 29 kabupaten)• 2016-2020 tahap keempat (130.000 petani di 50 kabupaten)

AFF – SECO (2014 – 2016):Maret 2014, SECO memperluas komitmen kepada SCPP dengan mengintegrasi Agribusiness Financing Facility (AFF) atau Fasilitas Pembiayaan Agribisnis sebagai komponen untuk mefasilitasi Akses ke Keuangan, terutama tabungan dan pinjaman, kepada petani dan menyediakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan petani untuk mengelola keuangan pribadi mereka. SCPP II (2016-2020):

Selama finalisasi laporan perkembangan tahunan 2015, SECO menyetujui perpanjangan dan memperluas proposal dari Swisscontact sampai 2020 dan 130.000 petani skala kecil (smallholder). Negosiasi dengan donor umum lainnya dan sektor swasta masih terus berjalan.

STMF-IDH and CPQP2-IDH (2012 – 2015):Komitmen lebih lanjut dari IDH ada-lah menambahkan dua perusahaan swasta dan memperluas jangkauan proyek ke Sulawesi.

PEKA (2010-2012):Swisscontact menerima pendanaan dari Economic Development Facility (EDFF), dikelola oleh World Bank, berdasarkan dari pengalaman Swisscontact di proyek sebelumnya di Indonesia bagian timur dan Sumatera Utara untuk memperluas kegiatan kakao di 5 kabupaten di Aceh untuk memberi manfat kepada 12.000 petani.

SCPP SECO (2012 – 2015): SCPP dimulai secara resmi pada tanggal 1 Januari 2012, sebagai kelanjutan dari Peningkatan Ekonomi Kakao Aceh (PEKA) di Aceh, berkembang ke Sulawesi.

CPQP 1 – IDH (2012 – 2015):Tiga perusahaan swasta menyatakan minat mereka un-tuk bekerja sama dengan Swisscontact di Sulawesi, yang pada akhirnya IDH berdiri sebagai mitra dana tambahan ke SECO.

READ – IFAD (2015 – 2017): Januari 2015, Swisscontact dan IFAD memulai kolaborasi untuk meneruskan memperkuat kapasi-tas kelembagaan, kepimpinan dan akses ke pasar untuk petani kakao di Sulawesi Tengah.

GNP – EKN (2012 – 2015): Desember 2012, the Embassy of the Kingdom of Netherlands (EKN) atau Kedutaan Belanda bergabung dengan Program dengan modul Praktik Gizi yang Baik (Good Nutrition Practices) , menambahkan nilai yang besar untuk kegiatan-kegiatan Program dalam meningkatkan kesejahteraan petani.

GP-SCPP MCA 1 (2015-2018): Maret 2015, konsorsium yang dipimpin oleh Swisscontact dan Millenium Challenge Account-Indonesia (MCA-Indonesia) menan-datangani kemitraan yang dinamakan Green Prosperity – Sustainable Cocoa Production Program (GP-SCPP) dengan tujuan keseluru-han untuk mengurangi angka kemiskinan dan emisi gas rumah kaca dari sektor kakao di Indonesia.

01

02

03

06

09

04

07

05

08

Latar BelakangProgram

Page 4: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 20156 7Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015

28Toli-Toli Buol29

252627

10

11

21

20

17

18

19Mamasa

SumbaBarat Daya

Ende

SikkaFlores Timur

LuwuLuwu Utara

1314

9

121011

16

24 Kolaka Utara

Kolaka Timur

22

Banggai

Luwu Timur

Investing in rural people

27

25

26 28

29

5

4

32

1

24

Sulawesi TenggaraSulawesi Tengah

2726

Sulawesi TengahAceh

Sumatera Barat

Sulawesi Barat

14

15

16

13

Nusa Tenggara Timur

17

18

Sulawesi Selatan

19

20

21

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

22

23

23PolewaliMandar 12

15

Provinsi

Peta Cluster

7Kabupaten29Mitra Sektor Swasta9

AcehBarat Daya

Aceh Tenggara

Page 5: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Praktik Pertanian Terbaikdan Sistem Alih-Teknologi Integrasi Nutrisi dan

Sensitivitas Jender

Organisasi Petani,Akses ke Pasar,dan Sertifikasi

Pembiayaan BisnisPertanian Terpadu

Koordinasi danplatform jaringan

Rp

PendekatanMenyeluruh2012-2015

Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 20158 9Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015

Page 6: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 201510 11Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015

Hasil Programsampai denganDesember 2015

Kemiskinan dan malnutrisi adalah topik yang menyertai SCPP di seluruh area implementasi program. Di beberapa provinsi dimana SCPP beroperasi, tingkat keterlambatan perkembangan anak anak dan malnutrisi lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Ini adalah tantangan yang berdampak kepada masyarakat pedesaan di Indonesia, menurunkan Produktivitas pertanian, mempengaruhi perkembangan kesehatan anak, dan memperburuk kemiskinan. Penyebab hal ini bisa terjadi di tingkat keluarga karena kurangnya pengetahuan tentang praktik nutrisi yang baik, yang juga berdampak terhadap diversifikasi tanaman.

Salah satu tujuan SCPP adalah mengevaluasi peningkatan pendapatan petani yang berpartisipasi berdasarkan dari produksi kakao mereka. Perhitungannya hanya bagi mereka para petani yang telah meningkatkan hasil panen setidaknya 75% dibandingkan dengan studi data dasar (baseline). Oleh karena itu, sampai sekarang dari 59.386 sebanyak 25.660 petani kakao (43%) telah meningkatkan pendapatan tahunan setidaknya 75% dari kegiatan pertanian kakao.

Sampai akhir 2015, Program dapat melapor-kan kenaikan pendapatan bersih

petani tahunan USD 7.586.444, yang didasari oleh peningkatan rata-rata hasil panen dari seluruh petani binaan SCPP dan harga pasar yang stabil sejak tahun 2012. Rata-rata USD 128/petani/tahun net peningkatan pendapatan dari kakao, yang berasal dar dukungan program SCPP selama dua hingga lima tahun.

Untuk memahami tingkat kemiskinan penerima manfaat Program, SCPP menggunakan Progress Out of Poverty Index (PPI) - Indeks Kemiskinan yang dikembangkan oleh Grameen Foundation, yang digunakan di 45 negara. Dengan mengum-pulkan data dengan menggunakan kuesioner se-derhana, SCPP dapat memperkirakan pendapatan harian anggota keluarga dan jika jatuh di bawah garis kemiskinan nasional (Rp. 7.893/hari) dan dua garis kemiskinan internasional USD 1,25/hari dan USD 2,50/hari.

Mengukur Dampak ProgramBanyak dari petani yang memulai menanam pohon kakao di tahun 1990 di saat kakao di Indonesia berada di masa kejayaannya. Sejak itu tidak banyak pohon yang ditanam kembali, dan hal tersebut mengundang hama dan penyakit sehingga mengakibatkan hasil panen yang lebih kecil dan penghasilan yang rendah. Hanya dengan menerapkan GAP (Praktik Pertanian yang Baik), petani dapat mengembalikan mata pencaharian mereka melalui sambung samping/sambung pucuk atau meremajakan kembali pohon yang sudah berumur. Saat memantau hasil/outcome, SCPP menyadari betapa pentingnya ada tindaklanjut setelah pelatihan. Jika petani merasa disemangati staf lapangan selain kabar keberhasilan petani lainnya, hal ini akan menumbuhkan motivasi mereka untuk mulai merawat kebun-kebun yang sudah berumur, sehingga hasil panen meningkat dan juga pendapatan mereka.

SCPP terus memantau pendekatannya dengan sering melakukan kunjungan lapangan dan mengumpulkan data berkala. Sampai akhir tahun 2015, Program telah mengumpulkan data dasar bergulir (rolling data) dari 59.386 petani

yang dilatih dan 18.435 petani data post-line (data paska intervensi) (31% sampel survei setelah dukungan Program kepada petani). Data dianalisis secara teratur untuk memberikan gambaran dari perubahan praktik dan strategi dari petani kemudian membaginya dengan mitra dan/atau publik sebagai bagian dari upaya SCPP untuk berbagi pengetahuan.

Produktivitas Pertanian Salah satu hasil paling penting menunjukkan peningkatan produktivitas petani sebesar 721 kg/ha/

tahun. Data-data tersebut diambil dari survei petani yang dilakukan setidaknya 18 bulan setelah pembinaan tahap pertama, dibandingkan dengan sampel data dasar sebesar 429 kg/ha/tahun, yang dikumpulkan selama sesi pertama pelatihan. Sesuai dengan perbandingan langsung, berdasarkan dari sampel 6.532 survei awal (11%), promosi produksi kakao berkelanjutan SCPP telah menghasilkan, antara lain, peningkatan produktivitas rata-rata sebesar 68%.

Pemantauan Hasil Program

Baseline USD 1,25/hari Post-line USD 1,25/hari

0%

2%

4%

6%

8%

Ang

ka K

emis

kina

n -

USD

1,2

5/ha

ri

10%

12%

14%

16%

18%

Aceh SulawesiBarat

SulawesiSelatan

Keluarga petani hidup dibawah garis kemiskinan USD 1,25/hari - Baseline vs. Post-line

SulawesiTengah

SulawesiTenggara

SumatraBarat SCPP

11%

6%

17%

10%

7%

4%

11%

8% 9%

6%

10%

7%

10%

7%

Perbandingan Data Baseline dan Post-line per Provinsi

Baseline Post-line Sampel

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

20%

Aceh SulawesiTengah

SulawesiTenggara

SulawesiSelatan

SulawesiBarat

0

SumatraBarat SCPP

kg/h

a/ta

hun

Uku

ran

sam

pel (

%)

366

764

568 73

5

568 73

5

565

759 55

5

638

338

395 429

721

Perbandingan Data Baseline dan Post-line per ProvinsiKeluarga petani hidup di bawah garis kemiskinan USD 1,25/hari - Baseline vs. Post-line

USD 7,586,444

peningkatan pendapatan bersih petani tahunan

721 kg/ha/tahun

Peningkatan produktivitas petani

Page 7: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 201512 13Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015

Diet yang seimbang adalah salah satu kunci utama untuk meningkatkan gizi sehingga mengurangi tingginya tingkat keterlambatan pertumbuhan dan kekurangan vitamin dan mineral. Untuk mengukur kandungan zat gizi, Program telah memakai Individual Dietary Diversity Score (IDDS) atau Skor Keanekaragaman Makanan, catatan sederhana makanan selama 24 jam, yang mencerminkan asupan makanan dari setiap peserta pelatihan Praktik Gizi yang Baik (Good Nutrition Practices - GNP), yang kebanyakan perempuan, yang dicatatkan sebelum dan sesudah pelatihan. Ini adalah alat untuk memantau dampak Program dan membandingkan asupan gizi antar area implementasi SCPP dengan proyek-proyek nasional dan internasional lainnya.

Program berasumsi dengan meningkatnya IDDS dari peserta, kandungan zat gizi yang diperoleh keluarga juga meningkat, terutama ketika Program meli-batkan anggota rumah tangga yang mempunyai tugas untuk menyiapkan makanan. Hasil terbaru menunjukkan peningkatan asupan makanan bergizi. Studi kualitatif untuk memahami alasan peserta untuk mengikuti makanan dan cara makan yang direkomendasikan akan dilakukan pada tahun 2016.

Namun, tanpa akses ke sayuran dan makanan bergizi, petani dan keluarganya memiliki opsi terrbatas untuk meningkatkan kualitas asupan makanan mereka. Oleh karena itu, selain peningkatan pengetahuan, SCPP juga mendukung pendirian kebun sayur rumahan, menyediakan starter kit (alat bantu untuk memulai usaha) termasuk pembatas/pagar, dan pupuk. Hasil panen sayur-mayur digunakan oleh rumah tangga petani untuk mempersiapkan hidangan lezat penuh nutrisi dan panen berlebih dijual atau dibagi dengan tetangga. SCPP telah berhasil meningkatkan jumlah luas kebun rata-rata 26% dan memotivasi banyak petani untuk memiliki kebun sayur sendiri.

16.936 rumah tangga petani kakao dilatih GNP (42% dari jumlah keseluruhan) mendirikan 1,71 juta meter persegi perkebunan sayur bergizi - setara dengan 213 lapangan sepak bola.

Hasil Progam Peningkatan GiziBanyak pertanian kakao di Indonesia yang sudah melebihi batas produktivitas tertingginya (pohon berumur 15-20 tahun) dan perlu di rehabilitasi, ditanam kembali dan/atau diremajakan. Oleh karena itu, ketersediaan dan akses untuk bahan tanam yang diperbarui sangat penting untuk meningkatkan produksi yang menurun. Selain pelatihan-pelatihan, SCPP mendukung petani dan organisasi yang memiliki prestasi baik dalam pendirian pembibitan kakao, Penyediaan bahan bangunan, polybag, paket pupuk untuk pemula dan terkadang sejumlah benih dan entres awal jika tidak tersedia. Sejak tahun 2012, SCPP telah berhasil mendirikan 450 pembibitan dengan kapasitas tahunan 1,85 juta bibit. Jumlah bibit tersebut mencakup kebutuhan 45.000 perkebunan (ukuran rata-rata 1 hektar dengan 800 pohon) dengan rata- rata penanaman kembali minimal 5% per tahun untuk menjaga perkebunan memproduksi hasil yang tinggi secara kontinu di masa depan. Untuk merekomendasikan klon terbaik yang cocok untuk area (implementasi) dan mengamankan ketersedian entres berkualitas tinggi, perkebunan klonal didirikan. Karena mengelola pembibitan dan kebun klonal membutuhkan banyak perhatian dan perencanaan yang baik, tim lapangan fokus pada bantuan teknis dan pemantauan berkala. Sesuai hasil pelaporan GAP

(Praktik Pertanian yang Baik), sampai dengan akhir tahun 2015, SCPP telah mencapai sebagai berikut:

Total hektar perkebunan yang telah ditanam kembali dengan bibit berkualitas tinggi men-capai 987.606 yang dihasilkan oleh pembibitan hasil binaan Program;

Total hektar perkebunan yang telah diremajakan – sambung samping atau sambung pucuk

dengan bahan tanam yang lebih baik. Rata-rata petani

telah menyambung samping-kan sekitar 80 pohon kakao

(atau rata-rata 10 % dari jumlah perkebunan mereka)

berdasarkan survei akhir SCPP;

Total hektar perkebunan yang telah direhabilitasi dengan melakukan GAP (Praktik Pertanian yang Baik) dan menghasilkan setidaknya 750 kg/ha/ tahun.

Hasil Rehabilitasi Pertanian

Hasil Program sampai dengan Desember 2015 Hasil Program sampai dengan Desember 2015

2,616hektar ditanam

kembali

7,465hektar diremajakan

18,681hektar direhabilitasi

IDDS Baseline IDDS Post-line

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

Aceh SulawesiBarat

SulawesiSelatan

Perbandingan IDDS - Baseline vs. Post-line

SulawesiTengah

SulawesiTenggara

SumatraBarat

00

Skor

IDD

S

SCPP

5.0 5.

4

4.0 4.

5

4.6

5.6

5.4 5.8

5.6

5.5

5.6

5.0 5.

3

N/A

Perbandingan Baseline dan Post-line Survey Kebun Kakao 2010-2015 Perbandingan IDDS - Baseline vs. Post-line

1.71 213= lapangan sepak bola

perkebunan sayur bergizi

mendirikanjutam2

Page 8: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 201514 15Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015

Dari segi hasil (output) yang telah dicapai, SCPP telah

mencapai target yang direncanakan, dengan beberapa

catatan penting dari keseluruhan pencapaian sejak tahun

2012 (untuk tahun 2015 dalam tanda kurung) telah

diterapkan sebagai berikut:

Petani skala kecil (smallholder farmer) dilatih selama 8 hari di Sekolah Lapang Petani (Farmer Field School) mengenai Praktik Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices - GAP), penanganan paska panen, manajemen pertanian yang profesional, manajemen pembibitan, dan sertifikasi. Sekitar 18,8% perempuan berpartisipasi.

Cocoa Producer Groups (CPG) didukung dalam pembentukan dan manajemen kelompoknya. Termasuk mengikutsertakan 16,6% perempuan pada posisi kepemimpinan CPG.

Penyuluh (pertanian, nutrisi, dan keuangan) dari Swisscontact, sektor swasta, dan lembaga pemerintah yang berpartisipasi dalam modul-modul pelatihan SCPP telah menjadi pelatih utama.

Pembibitan untuk bahan tanam memiliki kapasitas produksi terpasang sebesar 1,85 juta bibit berkualitas tinggi dan sekitar 987.000 bibit kakao telah diproduksi dan didistribusikan/ditanam pada tahun 2015 di Sumatera dan Sulawesi.

SCPP mendukung Cocoa Sustainability Partnership (CSP) atau Kemitraan Kakao Berkelanjutan dan mempromosikan forum regional di 6 provinsi. Dan juga menjadi anggota PISAgro, Grow Asia, ICCO, dan bermitra dengan World Cocoa Foundation (WCF).

Anggota rumah tangga (satu anggota keluarga) petani kakao skala kecil dilatih Praktik Gizi yang Baik (Good Nutrition Practices - GNP) dengan 78,1 % perempuan yang berpartisipasi. Pelatihan dilaksanakan selama 3 hari: 2 hari setelah pelatihan GAP-FFS dan 1 hari diselenggarakan oleh kelompok pada musim panen beberapa minggu setelah pelatihan pertama.

Anggota keluarga yang dipilih menerima pelatihan GAP dan GNP ditambah dengan peningkatan kapasitas melalui pelatihan pengelolaan keuangan pribadi di Praktik Keuangan yang Baik (Good Financial Practices - GFP) dengan 57,8% perempuan berpartisipasi.

PETANI DILATIH GAP KELOMPOK TANI KAKAO (COCOA PRODUCER GROUPS)

PETANI DILATIH GNP PENyULUHPETANI DILATIH GFP PEMBIBITAN PLATFORM JARINGAN ANTARA SEKTOR

Hasil dari Program Utama

59,386(13,367)

1,933(456)

40,177 (18,383)

732(219)

30,319(27,123)

450(110) 11

Hasil Program sampai dengan Desember 2015 Hasil Program sampai dengan Desember 2015

pencapaian hasil(output)

hingga saat ini

pencapaian hasil(output)

hingga saat ini

pencapaian hasil(output)

hingga saat ini

pencapaian hasil(output)

hingga saat ini

pencapaian hasil(output)

hingga saat ini

pencapaian hasil(output)

hingga saat ini

pencapaian hasil(output)

hingga saat ini

partisipasi perempuan

partisipasi perempuan

partisipasi perempuan

partisipasi perempuan

99% 103% 101% 97% 92% 99% 100%18.8% 78.1% 57.8% 16.6%

Farmer Field SchoolFarmer Field School

= $

Farmer Field School

Page 9: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 201516 17Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015

Praktik Pertanian yang Baik dan Sistem Transfer Teknologi

Dengan ekspansi ke daerah-daerah baru

dan topik untuk meningkatkan dampak dari

Progam dan memastikan keberlanjutan, adanya

kebutuhan untuk menciptakan modul dan

manual baru untuk para pelatih dan materi

pendukung lainnya untuk petani, anggota

keluarga mereka, dan organisasi tani. Oleh

karena itu, manual Praktik Pelatihan yang Baik

(Good Training Practices - GTP) dikembangkan

dan pelatihan-pelatihan utama diadakan

sepanjang semester kedua tahun 2015.

SCPP secara berkala mengadakan Pelatihan

Utama untuk sektor swasta dan staf lapangan

SCPP dan penyuluh pemerintah untuk

membekali mereka dengan pengetahuan

dan keterampilan fasilitasi untuk mampu

memberikan pelatihan yang bermanfaat bagi

para petani. Keterlibatan penyuluh adalah upaya

dari Program untuk mendorong pemerintah

untuk mengadopsi modul demi keberlanjutan

Program. Selama Pelatihan Utama, peserta

belajar tentang praktik budidaya pertanian

yang baik, manajemen pembibitan, cara

mengevaluasi perkebunan kakao, teknik

melakukan pembinaan untuk kelompok tani

kakao dan lainnya.

Peserta dari Pelatihan untuk Pelatih (Training

of Trainers - ToT) merasakan bahwa Pelatihan

Utama sangat bermanfaat bagi mereka. Staf

lapangan yang tadinya kurang percaya diri,

kini pengetahuannya bertambah dan menjadi

lebih percaya diri dalam melatih petani seputar

hal-hal teknis. Selama 2015, SCPP melatih 219

pelatih utama yang 199 dari pesertanya adalah

PNS dan 20 berasal dari sektor swasta. Hasil

ini telah melampaui target untuk tahun 2015

seperti yang ditunjukkan diagram di bawah ini.

Pelatihan Utama untuk Staf dan Penyuluh

Pemerintah Sektor Swasta

0

100

200

300

400

500

600

800

Tahun2015

Kumulatif2012 - 2015

700

Target Hasil Target

Penyuluh Utama Pemerintah dan Sektor Swasta

Hasil

00119199

645 679

15

20

15553

Penyuluh Utama Pemerintah dan Sektor Swasta

Page 10: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 201518 19Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015

Pelatihan

untuk Petani Kakao Climate-Smart Agriculture (Pertanian Ramah Iklim)

dan Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Mengadakan pelatihan kepada petani tetap menjadi kegiatan inti dari Program. Dikarenakan tahun 2015 adalah tahun terakhir dari tahap SCPP saat ini, Program bekerja untuk memastikan pencapaian target di area implementasi. Selain Pelatihan Utama, SCPP juga menyediakan pelatihan bagi Petani Andalan (Key Farmers - KF) sehingga mereka lebih siap sebelum memulai Sekolah Lapang Petani (Farmer Field School - FFS). Selama periode pelaporan, Program telah menjalankan Pelatihan untuk Pelatih mengenai GAP, GNP, dan Praktik Keuangan yang Baik dan topik-topik yang penting lainnya. Grafik menunjukkan jumlah petani andalan yang mengikuti setiap ToT sejak Program dimulai tahun 2015. 4.321 petani andalan yang di seleksi (dengan perhitungan ganda untuk setiap ToT berbeda) telah dilatih, 34%-nya adalah peserta perempuan. Setelah petani andalan dilatih, mereka menjalankan FFS bersama-sama dengan penyuluh dan staf lapangan.

Pada tahun 2015, 13.367 petani (termasuk Petani Andalan) dilatih GAP. Jumlah total petani kakao yang menerima pelatihan dari SCPP sejak awal Program menjadi 59.386 petani (dengan 18,8% peserta perempuan). Rata-rata petani menerima 8 hari pelatihan GAP dalam berbagai modul seperti pemangkasan, praktik pasca-panen, dan kualitas (penyortiran, fermentasi, dan pengeringan) dan manajemen pestisida. Kegiatan-kegiatan FFS meningkatkan antusiasme petani untuk merawat perkebunan kakao mereka. Pada sesi terakhir FFS, peserta petani menyepakati rencana tindak lanjut dalam kelompok mereka untuk memastikan keberlanjutan serta para anggota kelompok yang menjalankan hasil pelatihan SCPP secara berkesinambungan.

Emisi gas rumah kaca dari pertanian mengeluarkan lebih dari 15% dari total emisi global, dengan Indonesia menjadi satu di antara sepuluh negara paling tertinggi dalam pengeluaran emisi di dunia. Angka ini masih terus meningkat, terutama karena penggunaan dan penyalahgunaan pupuk kimia yang berlebih, ekspansi lahan-lahan baru yang mengakibatkan penggundulan hutan, populasi penduduk yang meningkat, perubahan preferensi pola makan (memilih memakan daging dibandingkan sayur mayur).

Meskipun kakao, dibudidayakan secara tumpang sari di perkebunan kecil, adalah tanaman yang ramah lingkungan dibandingkan misalnya tanaman monokultur dan tanaman perkebunan kelapa sawit atau karet, ada peluang besar untuk mengurangi kadar CO2 yang dikeluarkan di tingkat pertanian. Program memulai dengan menyarankan aplikasi bahan tanam kimia yang tepat, dan berlanjut dengan menunjukkan pentingnya tanah yang subur dan pohon pelindung selama pelatihan GAP.

Ketika petani menggunakan pupuk dengan benar, bahan organik dalam tanah akan meningkat dan pada saat bersamaan dengan menanam pohon pelindung seperti yang disarankan, akan mengakibatkan secara keseluruhan jejak karbon dari produksi kakao akan berkurang secara signifikan. Selain itu, modul baru

tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam sebagai bagian dari Praktik Lingkungan yang Baik sedang dikembangkan dan bertujuan untuk mengurangi dampak dari pertanian kakao terutama yang dekat dengan kawasan dilindungi.

SCPP adalah proyek pertama di Indonesia, yang me-mantau GHG/emisi gas rumah kaca dari setiap kebun yang terdaftar sebagai bagian dari Program. Untuk mengukur emisi gas rumah kaca, dua metodologi yang berbeda telah diuji, masing-masing menggu-nakan faktor yang berbeda dan mengarah ke hasil yang berbeda.

Menggunakan kalkulasi yang sederhana, SCPP mendapatkan evaluasi dari data CocoaTrace bahwa emisi yang dilepas adalah 1.216 tco2e /MT kakao yang diproduksi sebelum mengikuti pelatihan SCPP dan setelah didukung oleh program SCPP bisa mengurangi emisi sampai 0.756 Tco2e/MT kakao yang diproduksi. Ini adalah penurunan yang signifikan yang mencapai 38% jika memperhitungkan peningkatan hasil panen dari petani kakao yang dibina oleh SCPP. SCPP berbagi metodologi dan kalkulasi, termasuk data dasar dan nilai dampak, kepada mitra dan jaringan seperti CSP dan PISAgro dan berharap bisa menyusun metode umum untuk menghitung gas emisi rumah kaca di sektor kakao.

Praktik Pertanian yang Baik dan Sistem Transfer Teknologi Praktik Pertanian yang Baik dan Sistem Transfer Teknologi

Perempuan Laki-laki

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,600

1,800

2,000

1,400

GAPGood

AgriculturePractices

GFPGood

FinancialPractices

GNPGood

NutritionPractices

Groupand

CooperativeDevelopment

ICS,Traceability

andCertification

Post-Harvestand

MarketAccess

Petani Andalan pada Modul ToT

00

1,696

82

92

129

249

1,101

265

57

407

38

167

38

Peserta Pelatihan Sekolah Lapang GAP

Perempuan Laki-laki

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

Tahun2015

Kumulatif2012 - 2015

Target Hasil Target Hasil

00

10,360 10,958

48,000 48,219

2,590 2,409

12,000 11,167

Perbandingan Keseluruhan Data Baseline dan Post-line per Provinsi

Baseline Post-line

0.000

0.200

0.400

0.600

0.800

1.000

1.200

Tco2

e/M

T ka

kao

1.400

1.600

1.800

Aceh SulawesiBarat

SulawesiSelatan

SulawesiTengah

SulawesiTenggara

SumatraBarat

SeluruhProvinsi

15,2

85

0.79

7

0.71

3

1.62

5

0.98

11.27

5

1.07

5

1.17

4

1.07

5

0.74

2

0.46

2 0.77

1

0.75

6

1.21

6

0.71

0

Petani Kakao

Survei Total tCO2e tC02e/KebuntC02e/Hektar

tC02e/Kakao

59,386Baseline (32%) 42,829 0.721 0.651 1.216

Post-line (17%) 37,034 0.624 0.523 0.756

Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca

5,795 -14% -20% -38%

Jumlah emisi yang dihemat 5,795 Tco2e/MT per tahun dari petani kakao yang didukung SCPP sampai akhir 2015 setara dengan 3.555 perjalanan pulang pergi , kelas ekonomi dari Zurich ke Jakarta.

Peserta Pelatihan Sekolah Lapang GAP

Petani Andalan pada Modul ToT Perbandingan Keseluruhan Data Baseline dan Post-line per Provinsi

Page 11: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 201520 21Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015

Nutrisi dan IntegrasiKesetaraan Jender

Tanpa nutrisi yang baik, manusia tidak bisa mencapai potensi mereka dengan maksimal. Ketika status gizi masyarakat meningkat, ini akan membantu memutus siklus kemiskinan antar-generasi, menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang luas, dan mengarah ke berbagai manfaat bagi individu, keluarga, masyarakat dan negara. Nutrisi yang baik, singkatnya, adalah pendorong penting untuk pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, mengakhiri segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 adalah salah satu target baru SDG, dan hanya dapat diatasi jika pemangku kepentingan dan sektor terkait terlibat.

Di masa mendatang SCPP bertujuan untuk menjangkau seluruh keluarga petani kakao yang terlibat dalam Program untuk membantu menanggulangi tingginya tingkat malnutrisi. Pelatihan interaktif termasuk masalah kekurangan gizi setempat dan hubungannya

dengan pentingnya diet seimbang untuk seluruh keluarga, pemberian makanan anak-anak yang tepat di 1.000 hari pertama kehidupan mereka dan seterusnya, ASI eklusif pada enam bulan pertama, dan yang terakhir, pengelolaan kebun rumah dan kolam ikan. Meningkatkan kemampuan keluarga petani kakao, petani unggulan, swasta dan staf SCPP sektoral, penyuluh pemerintah, dan posyandu untuk lebih memastikan bahwa kesadaran malnutrisi menyebar di luar komunitas pertanian kakao.

Kedepannya, rekomendasi nutrisi SCPP akan berbeda untuk setiap daerahnya sesuai dengan preferensi masing-masing. Di wilayah yang miskin atau tanpa akses ke laut dan sungai, pengelolaan kolam ikan tengah dilakukan. Kegiatan baru GNP ini dirancang setelah meneliti wilayah yang kurang asupan protein dan telah diujicobakan di dua daerah: Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.

Program ini memperluas kegiatan GNP untuk semua bidang dan telah melatih 18.383 anggota rumah tangga dalam pelatihan GNP dan 76.2% peserta adalah perempuan pada tahun 2015. Hal ini menggenapkan angka total peserta pelatihan GNP sejak komponen nutrisi dijalankan mulai Desember 2012 kepada 40,177 rumah tangga yang sedikit melebihi target.

Praktik Pelatihan Nutrisi yang Baik

Peserta Pelatihan Sekolah Lapang GNP

Perempuan Laki-laki

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

Tahun2015

Kumulatif2012 - 2015

Target Hasil Target Hasil

002,400

9,600

14,003

8,000

32,000

8,785

31,392

4,380

Peserta Pelatihan Sekolah Lapang GNP

Page 12: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 201522 23Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015

Pengikutsertaan Perempuan dalam SCPP Pertanian sering disalahpahami sebagai kegiatan yang didominasi laki-laki, dan hal yang sama berlaku untuk pertanian kakao, karena melibatkan banyak pekerjaan fisik. Pada kenyataannya, pertanian kakao adalah usaha keluarga. SCPP menyadari pentingnya keterlibatan perempuan di pertanian kakao, sehingga selalu mencoba mengikutsertakan perempuan di seluruh aktivitas dan posisi. Mengacu pada tingkat kesetaraan teori Longwe, Program mencapai tujuan tersebut melalui lima tingkat kesetaraan, yaitu kesejahteraan, akses, kesadaraan, partisipasi dan kontrol:

Kesejahteraan: Program mengasumsikan dan memastikan bahwa perempuan di area sasaran memperoleh akses yang setara terhadap sumber daya seperti pasokan makanan, pendapatan

dan perawatan medis. Kegiatan ini terkait dengan GNP. Dalam rumah tangga yang dominasi oleh laki-laki, keterlibatan laki-laki dalam pelatihan GNP (21,9%) meningkatkan pemahaman tentang pentingnya gizi yang lebih baik dan seimbang untuk seluruh anggota keluarga dan memberikan kesempatan bagi anggota keluarga perempuan untuk menghabiskan lebih banyak dana untuk makanan yang lebih sehat dengan mengubah

pola makan sesuai yang diperlukan;

Akses: Menyadari bahwa pertanian di Indonesia sering dianggap sebagai sektor yang di dominasi oleh laki-laki, Program melihat pentingnya

memberikan kesempatan yang sama untuk perempuan untuk meningkatkan akses ke sektor. Sehingga, selama kegiatan pembentukan kelompok, SCPP mendorong keanggotaan serta kepemimpinan perempuan dalam kelompok. Selain itu, untuk memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan, Program mensyaratkan setidaknya 20% responden

perempuan di survei awal dan kunjungan lapangan;

Kesadaraan: Program ini merancang dan meningkatkan kesada-raan tentang isu-isu kesetaraan jender bagi petani, anggota keluar-

ga petani, kelompok tani dan masyarakat sekitar karena program percaya bahwa ini akan mem-berikan pemahaman lebih baik tentang peran

berbeda untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani kakao. Isu kesetaraan jender menjadi bagian dari modul Praktik Perilaku Sosial yang Baik (Good Social Practice - GSP) di-mana penerima manfaat akan dilatih, dan yang saat ini sedang dalam tahap pengembangan. Selain itu, studi jender akan dilaksanakan untuk menganalisa peran perempuan dan laki-laki

di area sasaran dalam kegiatan yang terkait dengan pertanian kakao;

Partisipasi: Sejalan dengan mekanisme di atas, SCPP terus melakukan upaya untuk melibatkan perempuan dalam kegiatan

pelatihan; menyasar peserta perempuan supaya lebih banyak ikut dalam pelatihan GAP, GNP dan GFP. Pada tahun 2015, partisipasi perempuan mencapai 2.409 (18%) dari 13.367 di antara peserta GAP dan ICS. Sedangkan untuk pelatihan GNP dan GFP, peserta pelatihan perempuan masing-masing mencapai 76% dan 59%. Secara kumulatif, rata-rata partisipasi perempuan dalam kegiatan pelatihan adalah 46% sejak tahun 2012 sampai 2015. Berdasarkan dari jumlah sasaran, Program berjalan sesuai rencana dan bisa mempromosikan keterlibatan perempuan sepanjang kegiatan-kegiatan Program di

level individu, dalam keluarga petani kakao skala kecil;

Kontrol: Pada tingkat kelompok, Program menekankan peran penting perempuan di dalam kelompok tani seperti ketua

kelompok, bendahara, dan sekretaris. SCPP juga mendorong perempuan untuk memegang posisi pengambil keputusan di dalam CPG (16,5%) dan organisasi petani (30%), termasuk 4% dari perempuan menjadi kepala CPG. Ini menciptakan jalur penting bagi perempuan untuk didengarkan suaranya dan partisipasi dari perempuan dalam fungsi kontrol dalam pengambilan keputusan di komunitas mereka.

Nutrisi dan Integrasi Kesetaraan Jender Nutrisi dan Integrasi Kesetaraan Jender

Perempuan Laki-laki

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

80%

90%

100%

70%

Pemangkasanringan

Sanitasisisa

pemangkasanMembuatKompos Memupuk Panen

Pembagian Kerja Pertanian Kakao dalam Keluarga

00

60

91

9

91

9

40

50

50

67

33

60

40

33

67

Sambungsamping

83

17

Sambungpucuk bibit

50

50

Mengangkatbiji

ke rumah

74

26

Mengeringkanbiji

14

86

Menyemprotpestisida

Menjualbiji

kakao

21

79

Pemangkasanbentuk

Pembagian Kerja Pertanian Kakao dalam Keluarga

Page 13: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 201524 25Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015

Organisasi Petani, Akses Pasar dan Sertifikasi

Untuk menjamin keberlanjutan Program, SCPP

bekerjasama dengan Cocoa Producer Group

(CGP) atau Kelompok Tani yang ada dan yang

baru dan kelompok tani seperti koperasi.

Pengembangan kapasitas dan bantuan teknis

secara berkesinambungan memberdayakan

mereka agar lebih erat dan mandiri. Pada tahun

2015, Program memfasilitasi pendirian 465

CPG yang baru di Sulawesi dan Sumatera. Sejak

Program berjalan pada tahun 2012, Program

telah mencatat 1.933 CPG, atau sekitar 97% dari

keseluruhan target Program.

Salah satu dari banyak koperasi yang telah

diberdayakan oleh SCPP adalah Koperasi

Perkebunan Kakao Bireuen (KPKB). Pada bulan

Oktober 2015, KPKB mampu mendapatkan

kesepakatan dengan PT. Piplitin Cocoa, pabrik

pengolahan kakao di Jakarta, untuk memasok

biji kakao fermentasi berkualitas tinggi dengan

harga Rp. 50.000/kg – dua kali lipat dari

harga kakao konvensional non-fermentasi.

Progam mendorong KPKB untuk menggunakan

sebagian dari premi mereka untuk tetap

menjadi organisasi yang aktif bagi anggotanya

dan menjadi teladan bagi petani-petani kakao

di Bireuen: dimiliki oleh anggota, dijalankan

oleh anggota, dan hasilnya didistribusikan dari

anggota ke anggota. Melihat kemajuan yang

luar biasa dan potensi pasar yang menjanjikan,

banyak koperasi mulai mengubah manajemen

pertanian mereka dan memakai klon unggul

untuk produksi kakao berkualitas tinggi yang

keberlanjutan. Semua inisiatif dan upaya

bersama ini bisa bisa menarik pasar baru

lainnya, yang pada akhirnya akan menghasilkan

kondisi keamanan keuangan yang stabil untuk

jangka panjang bagi petani.

Kelompok Tani dan Organisasi

Kelompok Tani Dampingan

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

2,000

Tahun2015

Kumulatif2012 - 2015

Target Hasil Target Hasil

00

423 456

2,000 1,933

Kelompok Tani Dampingan

Page 14: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 201526 27Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015

Sertifikasi perkebunan dan sistem ketertelusu-ran (traceability) adalah salah satu alat untuk memastikan petani telah menerima dukungan dalam hal peningkatan kapasitas dan kesadaran lingkungan. Petani, yang telah mematuhi stan-dar sertifikasi, menikmati manfaat dari produksi yang lebih tinggi, lingkungan kerja dan keluarga yang lebih baik, serta akses yang lebih mudah ke pasar.

Swisscontact sangat mendukung organisasi petani sebagai pemegang sertifikat, karena menjadi nilai tawar organisasi dalam menegosiasikan harga yang lebih baik, menciptakan nilai tambah di masyarakat, memberikan manfaat bukan hanya untuk petani kakao. Dibantu oleh SCPP, organisasi petani mengambil alih tanggung jawab untuk sertifikasi sebagai bagian dari strategi keberlanjutan (exit strategy). Ini merupakan upaya Program memastikan keberlanjutan jangka panjang.

Selama tahap pertama SCPP (2012-2015), 11.794 petani (59% dari target yang direncanakan) telah disertifikasi oleh UTZ atau berlabel sertifikasi Rainforest Alliance. Pada tahun 2015, Program mendukung 2.724 petani, diorganisir oleh dua koperasi, dengan sertifikasi pertanian di Aceh dengan sertifikat UTZ. Di Sulawesi Tenggara, Program berkolaborasi dengan ADM Cocoa (sekarang menjadi Olam Cocoa) untuk memungkinkan sertifikasi bagi petani di Sulawesi Tenggara dengan sertifikat UTZ. Di Sulawesi Selatan, dimana sertifikasi diadakan oleh organisasi petani dan/atau perusahaan petani, jumlah sertfikasi Rainforest Alliance meningkat pada tahun 2015 menjadi 4.913 petani.

Program telah memulai proses sertifikasi di Sulawesi Barat dengan BT Cocoa melalui Nestlé Cocoa Plan dan saat ini sedang menyiapkan 1.625 petani di Mamuju untuk audit eksternal. Di kabupaten Polman, SCPP telah memulai kolab-orasi baru dengan Barry Callebaut melalui Nestlé Cocoa Plan, dan pelatihan petani akan dimulai pada tahun 2016. Barry Callebaut telah men-sertifikasi lebih dari 7.000 petani di salah satu kabupaten di Sulawesi Barat dan baru-baru ini mendistribusikan sejumlah premi sertifikat UTZ ke pedagang yang terlibat dan ketua kelompok tani.

Sertifikasi untuk Petani Skala Kecil

(Smallholder Farmer)

Penghitungan premi sertifikasi dan ketelusuran berdasarkan tran-saksi yang tercatat di CocoaTrace. Laporan dan peta rantai pasokan ter-sedia daring (on-line) untuk koperasi dan pembeli.

Teknologi Informasi Komunikasi

untuk Sertifikasi dan Ketertelusuran Untuk dapat menangani tugas-tugas seperti sertifikasi, Program dan Sistem Manajemen Internal menggunakan CocoaTrace, dikembangkan oleh PT. Koltiva. CocoaTrace digunakan oleh pemangku kepentingan di setiap tingkatan. Petani mendapatkan kartu identitas bertanda QR code dan digunakan saat menjual produk bersertifikat dan dapat ditelusuri. Pembeli memindai (scan) kartu, memeriksa profil petani termasuk data perkebunan dengan lokasi yang tepat, mencatat transaksi langsung ke dalam sistem dan mencetak faktur. Proses yang serupa dilakukan jika biji dijual oleh petani atau unit pembeli kepada pemegang

sertifikat, koperasi, gudang, atau eksportir.

Penghitungan premi sertifikasi dan ketelusuran berdasarkan transaksi yang tercatat di CocoaTrace. Lapo-ran dan peta rantai pasokan terse-dia daring (online) untuk koperasi dan pembeli. Perangkat lunak ini telah sepenuhnya digunakan sela-ma distribusi premium di Sulawesi Tenggara tahun 2015, pengenalan produk ini ke wilayah lain diren-canakan pada tahun 2016.

Versi Android applikasi ini dipergunakan untuk mengumpulkan data lapangan secara digital, selain mengurangi kesalahan pada

saat menyalin formulir kertas dan menyelamatkan pohon. Semua staf lapangan dilengkapi dengan tablet, kamera, GPS, dan mengumpulkan data dari semua petani dan perkebunan.

Pada tahun 2015, SCPP memulai memetakan perkebunan di area tertentu dengan memakai polygon mapping, alih-alih titik GPS seperti sebelumnya, yang pada akhir ta-hun ini mencapai 4.089 pekebu-nan polygon. Hal ini menjadikan Program mampu memetakan batas lahan, mengukur luas perke-bunan dari hanya mengestimasi saja selain memantau kedekatan perkebunan tersebut dengan kawasan lahan yang dilindung.

Organisasi Petani, Akses Pasar dan Sertifikasi Organisasi Petani, Akses Pasar dan Sertifikasi

“Peluang untuk pertanian kakao di Indonesia sangat besar dan masa depan sektor kakao di negara ini bergantung pada produktivitas pertanian kakao serta mata pencaharian petani dan komunitas mereka, “ kata Richard Fahey, Vice President untuk Cocoa Asia Pacific dari Barry Callebaut. “Pembayaran premi untuk kakao bersertifikat memberikan insentif yang berarti bagi petani untuk meningkatkan kualitas biji kakao dalam memenuhi permintaan pasar untuk keberlanjutan sumber penghasil kakao dan coklat ”.

Page 15: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 201528 29Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015

Fasilitas PembiayaanAgribisnis Terpadu

2015 adalah tahun yang sukes untuk AFF. Bagian dari AFF dapat melanjutkan pelatihan untuk petani dan mengintensifkan kolaborasi dengan bank. AFF konsisten dikenal sebagai sumber pengetahuan bagi bank dan perusahaan asuransi. Manajer Pengembangan dan Penelitian AFF mendukung pengembangan materi pelati-han dan studi dan meningkatkan kapasitas staf pelaksana SCPP melalui pelatihan.

Sejak tahun 2014, 30.319 anggota rumah tangga petani kakao dilatih Pengelolaan Keuangan Pribadi (Praktik Keuangan yang Baik/Good Financial Practices – GFP), yang memberikan

bimbingan dalam perencanaan arus kas dan pencatatan, pinjaman dan tabungan. Anggota rumah tangga yang mengelola keuangan rumah tangga ditargetkan untuk berpartisipasi dalam pelatihan. 27.123 anggota rumah tangga, 57,8% peserta perempuan, telah dilatih pada tahun 2015, mengejar ketertinggalan dari tahun sebelumnya. Modul pelatihan disampaikan selama pelatihan satu hari. Pelatihan diadakan oleh fasilitator lapangan SCPP berkolaborasi dengan tiga Business Development Service Providers (BDSP) atau Penyedia Layanan Pengembangan Bisnis.

Kolaborasi dengan Institusi Keuangan terjalin pertama kalinya. Ada dua strategi. Sementara AFF

melakukan pendekatan kepada bank di kantor pusat, hal serupa dilakukan tim program di tingkat

regional. Pihak Bank secara rutin diundang dalam pelatihan GFP untuk memberikan informasi

produk keuangan. Pada awalnya, para petani diduga akan mengalami kesulitan dalam mencerna

materi, namun tidak disangka, ternyata banyak dari mereka membuka rekening tabungan pada saat

pelatihan berlangsung dan menanyakan persyaratan untuk pinjaman.

Pelatihan Literasi Keuangan

Kolaborasi dengan Institusi Keuangan

Peserta pelatihan Sekolah Lapang GFP

Perempuan Laki-laki

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

Tahun2015

Kumulatif2012 - 2015

Target Hasil Target Hasil

00

11,700

11,70016,008

15,000

15,000

12,797

17,522

11,115

Peserta pelatihan Sekolah Lapang GFP

Page 16: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 201530 31Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015

Penguatan

Koperasi Ada hasil yang menarik saat penguatan koperasi, terutama di Aceh dan Sulawesi Tenggara, yaitu:

6 dari 7 pinjaman yang tersedia, dipakai sebagai modal kerja untuk kegiatan usaha kakao.

Ini menunjukkan tidak hanya prioritas petani dan model bisnis yang bermanfaat, tetapi juga

menunjukkan bahwa pembentukan koperasi sebagai penyedia jasa keuangan (sebagaimana

dimaksud) tidak cocok dengan strategi anggota koperasi.

Integrated Agribusiness Financing Facility (AFF) Fasilitas Pembiayaan Agribisnis Terpadu (AFF)

5 koperasi di Sumatera dan Sulawesi mendapatkan 7 pinjaman

dari 3 peminjam yang berbeda (perbankan, penyedia kredit dan

pemeran rantai nilai), dengan jumlah 1,06 miliar Rupiah (kira-ki-

ra 80,000 USD). Jumlah berkisar sekitar 50 sampai 450 juta dan

dana tersebut digunakan untuk modal kerja, terutama untuk per-

dagangan biji kakao dan satu contoh untuk investasi truk untuk

bisnis perdagangan kakao dari koperasi tersebut;

1 kegiatan distribusi premium diadakan pada bulan April,

dimana 1,9 miliar Rupiah (kira-kira 147,800 USD) sertifikasi premi

dan ditambah dengan 300 juta Rupiah dibayarkan kepada petani,

koperasi, tempat pembeli. Dua kegiatan telah direncanakan

pada awal tahun 2016. Ini menunjukkan bahwa sektor swasta

berkomitmen untuk membeli biji bersertifikat dari petani kakao

yang didukung oleh Program. Model bisnis ini adalah salah

satu opsi untuk menghasilkan pendapatan dalam menjaga

keberlangsungan hidup koperasi;

1 koperasi telah meningkatkan jumlah anggota

dari 39 ke 916, terutama karena keberhasilan petani

memperoleh premi yang dibayarkan. Lebih dari 2.200 MT kakao

bersertifikat telah terjual, pembayaran premi diharapkan dibayar

pada kuartal kedua tahun 2016;

Page 17: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 201532 33Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2015

Manajemen Pemangku Kepentingan dan Platform Jaringan

SCPP melibatkan pemerintah daerah dan pusat dalam menjalankan kegiatan-kegiatannya. Pada saat ini, Program berkonsultasi dengan Kementrian Pertanian dan Kementrian Dalam Negeri. Keterlibatan di tingkat nasional memberikan masukan dan saran untuk meningkatkan pelaksanaan Program. Di tingkat lokal, Program bekerjasama dengan pemerintah provinsi dan kabupaten untuk menjalankan kegiatan Program. Seperti yang dijelaskan di bagian sebelumnya, SCPP merekrut penyuluh pemerintah daerah untuk menyebarkan pengetahuan dan keterampilan di luar lingkaran rumah tangga petani kakao. Sepanjang tahun, SCPP mendukung pembangunan lintas jaringan (networking plaform) termasuk:

Forum dan Mimbar (Platform) NasionalBersama dengan Cocoa Sustainability Partnership (CSP) Program telah berada di lini depan dalam memberikan masukan bagi program gerakan nasional pengembangan kakao, Program Produksi Kakao Berkelanjutan (PPKB). CSP memimpin diskusi intensif dengan Kementrian Pertanian untuk menawarkan para anggota keahlian untuk pelaksanaan PPKB. Antara Januari dan Juni 2015, Program mendukung CSP untuk meresmikan kerjasama dengan Kementrian Pertanian melalui penandatan-ganan Nota Kesepahaman yang memungkinkan CSP untuk mendapatkan posisi yang sah untuk berkoordinasi dengan pemerintah berkaitan dengan PPKB.

Lokakarya IFAD Asia Pacific Dari tanggal 26 sampai dengan tanggal 29 Oktober 2015, IFAD mengadakan Asia Pacific Workshop di Bali, dihadiri oleh pemimpin dan pemerintah, sektor swasta, dan mitra pembangunan dari negara di wiliayah Asia Pasifik. Lokakarya memberikan landasan untuk pertukaran Selatan-Selatan. Tema lokakarya adalah “Inovasi untuk Transformasi Pedesaan” dimana pembicara dengan latar belakang yang berbeda tetapi masih ada hubungannya dengan tema dari lokakarya. Swisscontact, diwakili oleh Country Director yang diundang untuk berbicara mengenai Menghidupkan Kembali Pengusaha Pedesaan. Selain aktif terlibat dalam seminar, Program membuka stan pameran selama acara.

Pertemuan dan Lokakarya ICCO Swisscontact adalah anggota dari dewan konsultasi di dalam forum kakao dunia, diwakili oleh Program Director SCPP. Dewan Konsultasi bekerjasama satu dengan yang lain untuk pembentukan pedoman umum formulasi dan implementasi dari perencanaan pembangunan kakao nasional dan platform kemitraan publik-swasta nasional. Ketua dari dewan CSP, Swisscontact, melobi International Cocoa Organization (ICCO) untuk menjadi mimbar kemitraan publik-swasta Indonesia, diterima oleh Pemerintah Indonesia dan ICCO.

Forum dan Platforms RegionalBekerjasama dengan CSP, Program bekerja untuk mendirikan dan menguatkan kapasitas forum kakao regional. Sampai dengan akhir Desember 2015, Program memfasilitasi pendirian lima forum regional di Sulawesi dan Sumatera. Program menyediakan dukungan operasional kepada forum selama satu tahun setelah pendirian sementara mengadvokasi kepada pemerintah pusat untuk mengalokasikan dana untuk biaya operasional forum.

Peran dan Dukungan Pemerintah

Page 18: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 201534

22,788,106CHF

Total Dana dari 2010-2015

Total Pembelanjaan dari 2010 -2015

Total Dana dari Masing-masing Donor per Tahun

CHF

CHF

CHF

CHF

CHF

CHF

CHF

CHF

Total Dana dari Masing-masing Donor 2010-2015

2010 2011 2012 2013 2014 2015

EDFF/PEKA

WEHU

WEIF

IDH

EKN

IFAD

MCA-I

PRIVATE SECTOR

TOTAL

1,567,725 3,566,480

1,270,140

602,664

431,409

1,667,182

1,567,725 3,566,480 4,297,416

1,158,778

785,677

62,704

623,075 833,365

1,272,640

648,112

621,226

509,713

992,445

Total Dana

30%19%

4%

1%

6%

12%

7%

21%

1,188,759

825,476

643,504

406,819

296,313

988,061

1,825,839

3,137,578 4,044,136 6,174,771

6,801,387CHF

EDFF/PEKA(2010-2012)

01

01

02

03

07

08

06

04

05

4,890,317 CHF

WEHU(2012-2015)

02

1,473,588CHF

WEIF(2014-2015)

05

2,653,071CHF

IDH(2012-2015)

04

1,410,645CHF

EKN(2012-2015)

06

296,313 CHF

IFAD(2015) 08

988,061 CHF

MCA-I(2015)

07

4,274,724CHF

PRIVATE SECTOR(2012-2015) 03

EDFF/PEKA

01

WEHU

02

WEIF

05

IDH

04

EKN

06

IFAD

08

Sektor Swasta

03

MCA-I

07

LaporanKeuangan

Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 201534

Page 19: Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia

www.swisscontact.org/indonesia

Swisscontact Indonesia Country OfficeGedung The VIDA Lantai 5 Kav. 01-04 Jl. Raya Perjuangan, No. 8

Kebon Jeruk 11530 Jakarta Barat | IndonesiaTelp. +62-21-2951-0200 | Faks. +62-21-2951-0210

Swisscontact - SCPP SulawesiGedung Graha Pena Lantai 11 Kav. 1108-1109 Jl. Urip Sumoharjo, No. 20

Makassar 90234 Sulawesi Selatan | IndonesiaTelp. | Faks. +62-411-421370

Swisscontact - SCPP SumateraKomplek Taman Setiabudi Indah Jl. Chrysant, Blok E, No. 76

Medan 20132 Sumatera Utara | IndonesiaTelp. +62-61-822-9700 | Faks. +62-61-822-9600