ANALISA KEBERSIHAN, KERAPIHAN dan PEMILAHAN DI AREA ...
Embed Size (px)
Transcript of ANALISA KEBERSIHAN, KERAPIHAN dan PEMILAHAN DI AREA ...

1
ANALISA KEBERSIHAN, KERAPIHAN dan PEMILAHAN DI
AREA PRODUKSI UNTUK PENGUKURAN KINERJA
KARYAWAN
PADA PERUSAHAAN YANG MEMPRODUKSI PLASTIK
YANG BERLOKASI DI BEKASI INDONESIA
BENI ASTARIO, S.Pd, M.kom
Universitas Mitra Karya
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai potret area kerja . Metode yang digunakan untuk
memotret pengaturan area kerja adalah menggunakan pendekatan dasar konsep 3S (
Seiri, Seiton, Seiso ) . Model penilaian untuk mengetahui kondisi area kerja dengan
menggunakan cara observasi . Melalui metode ini, selanjutnya area kerja akan berjalan
lebih terorganisir dan terpelihara sehingga dapat mengurangi peluang terjadinya
pemborosan pada area kerja. Metode ini juga dapat mengontrol dan mempertah ankan
agar area kerja tetap teratur. Saat ini area kerja yang ada di perusahaan berjalan tidak
teratur dan tidak terorganisir, tidak ada sistem atau kebijakan untuk menciptakan atau
pemeliharaan terhadap area kerja agar terciptanya area kerja yang efektif. Area kerja
yang saat ini masuk ke dalam kriteria sangat buruk .
Kata kunci : metode 3S, Seiri, Seiso, Seiton
I. PENDAHULUAN
Dalam suatu kegiatan proses produksi pasti dipengaruhi oleh budaya kerja.
Budaya kerja adalah suatu sifat kebiasaan dalam suatu kelompok tercermin dalam
sikap menjadi prilaku tindakan yang terwujud sebagai kerja. Budaya kerja
sebaiknya yang diterapkan untuk memperbaiki kualitas lingkungan kerja adalah
budaya kerja positif dan berpihak pada peneinkatan produktivitas diantaranya 3S
(Seiri, Seiton, Seiso). Budaya kerja 3S tidak hanya baik digunakan untuk
melakukan perbaikan di lingkungan kerja, tapi juga dapat memperbaiki cara

2
berpikir karyawan terhadap pekerjaannya. Budaya kerja 3S telah di terapkan dan
berhasil akan memberikan rasa aman dan nyaman terhadap karyawan (operator)
dalam melakukan kegiatan sehari-hari tanpa mengabaikan faktor produktifitas.
Budaya kerja 3S harus dirancang dengan memperhatikan terhadap semua
komponen sistem kerja yang ada, yaitu manusia, bahan, mesin atau peralatan dan
kondisi lingkungan. Tanpa penerapan budaya kerja yang positif bisa
mengakibatkan hubungan antar karyawan biasanya buruk, mereka tidak saling
bertegur sapa, berpenampilan loyo, angka absensi tinggi. Karyawan tidak
memberi saran untuk meningkatkan proses produksi dan tidak peduli pada
pekerjaan masing-masing. Lini kerja terdapat peralatan yang kotor dan barang
cacat, peralatan yang seharusnya ada di tempat masing-masing, berserakan di
sembarng tempat. Serta ada sejumlah besar produk cacat.
Lean manufacturing merupakan teknik produksi yang mempertimbangkan
pada pengeluaran sumber daya pada proses produksi. Teknik tersebut bertujuan
untuk mengurangi pemborosan yang dapat dihasilkan selama proses produksi.
Menurut Kilpatrick salah satu metode untuk menerapkan lean manufacturing
dalam perusahaan adalah metode 5S.
Metode 5S merupakan metode kerja dari Jepang yang menerapkan
pengaturan dan penataan lingkungan kerja. Penataan ini bertujuan untuk
menciptakan lingkungan kerja yang rapi dan nyaman sehingga efektivitas
pekerjaan dapat meningkat. Kumar dan Kumar menyatakan bahwa implementasi
5S dapat mengurangi jumlah produk cacat dan memaksimalkan pemakaian ruang
dalam lingkungan kerja. Penerapan metode 5S juga menanamkan kedisiplinan
pada pekerja sehingga pekerja memiliki keinginan untuk menjaga kerapihan
lingkungan kerja. Metode 5S terdiri dari lima metode, yaitu seiri, seiton, seiso,
seiketsu, dan shitsuke. Seiri (ringkas) bermakna bahwa lingkungan kerja yang baik
terbebas dari alat dan bahan berlebih yang tidak digunakan. Seiton (rapi)
bermakna bahwa pengaturan tata letak yang baik untuk alat dan bahan yang
diperlukan pada proses produksi dapat meningkatkan efektivitas pekerja. Seiso
(resik) bermakna bahwa lingkungan kerja yang nyaman dapat tercapai dengan
menjaga kebersihan. Seiketsu (rawat) bermakna bahwa lingkungan kerja yang

3
nyaman harus dirawat agar kondisi lingkungan kerja tetap nyaman dan optimal.
Shitsuke (rajin) bermakna bahwa penerapan seiri, seiton, dan seiso dalam suatu
perusahaanakan bertahan bila pekerja terbiasa menerapkannya pada pekerjaan
sehari - hari. Dalam penerapannya, ketiga nilai S pertama (Seiri, Seiton, dan
Seiso) merupakan nilai yang diterapkan dalam skala individual, sedangkan kedua
nilai S terakhir (Seiketsu dan Shitsuke) merupakan nilai yang diterapkan dalam
skala manajerial. Seiketsu dan shitsuke diperlukan untuk memelihara dan
meningkatkan penerapan seiri, seiton dan seiso (Pasale dan Bagi ).
5S dalam bahasa Indonesia disbut juga sebagai 5R (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin).Sikap kerja merupakan hasil penilaian atau evaluasi terhadap orang-
orang, atau kejadian-kejadian di tempat kerja, apakah tempat kerja mereka
memuaskan, baik,menyenangkan, menguntungkan atau sebaliknya. 5S pada
dasarnya merupakan proses perubahan sikap dengan menerapkan penataan dan
kebersihan tempatkerja. 5S adalah awal dari 5 kata dalam bahasa Jepang yaitu
Seiri, Seiton, Seiso,Seiketsu, dan Shitsuke.
Menurut Kristanto berpendapat bahwa 5R merupakan langkah awal dan dasar
pondasi bagu peningkatan produktivitas dan kemampuan bersaing sampai menjadi
industry kelas dunia. 5R adalah kondisi tempat keraja yang siap pakai dan siap
tumbuh dari suatu industri
Sedangkan Takashi Osada dalam buku “Sikap Kerja 5S” yang dialihbahasakan
oleh Mariani Gandamihardja, mengemukakan definisi 5S (Seiri, Seiton, Seiso,
Seiketsu, Shitsuke) merupakan suatu bentuk gerakan yang berasal dari kebulatan
tekad untuk mengadakan pemilahan di tempat kerja, mengadakan penataan,
pembersihan, memelihara kondisi yang mantap dan memelihara kebiasaan yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.
Hartono dan Sutantyo berpendapat bahwa faktor pendukung dan pendorong pada
perindustrian Jepang dengan adanya program-program yang mereka taati sampai
sekarang adalah dengan menerapkan sistem Just in Time. Just in Time adalah
salah satu inovasi yang terdapat metode 5S yaitu, Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu,
dan Shitsuke. Masalah penataan ruang dan alat produksi juga menjadi hal penting
karena bila penataan tidak dilakukan dengan mengikuti pedoman-pedoman

4
ataupun aturan-aturan penataan, maka akan berpengaruh pada kegiatan kerja para
karyawan, yang akhirnya berujung pada hasil produksi perusahaan.
Menurut Barnes perbaikan metode kerja dapat menggunakan beberapa metode
yaitu studi waktu dan gerakan serta pengukuran waktu Stopwatch Time Study.
Perbaikan metode kerja dapat dilakukan setelah 5S selesai diimplementasikan.
Tujuan utama dari perbaikan metode kerja dan implementasi 5S adalah
mengurangi waktu proses dalam pembuatan sandal batik kulit model selop bunga.
Osada menjelaskan secara rinci definisi dari 5S tersebut. Seiri yang berarti
mengatur segala sesuatu, memilah sesuai dengan aturan atau prinsip tertentu.
5Sberarti membedakan antara yang diperlukan dan tidak diperlukan, mengambil
keputusanyang tegas, dan menerapkan manajemen stratifikasi untuk membuang
yang tidakdiperlukan tersebut.
Seiton berarti menyimpan barang ditempat yang tepat atau dalamtata letak yang
benar sehingga dapat dipergunakan dalam keadaan darurat. Inimerupakan cara
untuk menghilangkan proses pencarian. Seiso adalah membersihkanbarang barang
sehingga menjadi bersih. Pembersihan merupakan bentuk pemeriksaan.Seiketsu
berarti terus-menerus dan secara berulang-ulang memelihara pemilahan,penataan,
dan pembersihannya. Shitsuke berarti pelatihan dan kemampuan untukmelakukan
apa yang ingin dilakukan meskipun hal tersebut sulit untuk dilakukan. Haltersebut
berarti menanamkan diri untuk memiliki kemampuan untuk melakukan
sesuatudengan cara yang benar.
Falkowski dan kitowski menyatakan bahwa penerapan seiri adalah mengeluarkan
alat dan barang yang tidak digunakan dalam proses produksi. Bhoi et al
menyatakan bahwa alat dan barang yang dikeluarkan melalui penerapan seiri akan
ditampung pada area karantina. Pengukuran alat dan bahan yang tidak digunakan
dapat menambah luas area kerja dan meningkatkan efektivitas pergerakan pekerja.
Kaluarachchi menyatakan bahwa Castle Street Hospital for Women (CSHW) di
Sri Langka menerapkan seiri dengan memilah alat medis berdasarkan kondisinya
dan membuat tempat untuk pengumpulan dan perbaikan alat-alat medis yang tidak
memenuhi standar pemeintah.

5
Ganesh dan Balasaraswathi menyatakan bahwa penerapan shitsuke bertujuan
untuk menjadikan 5S sebagai kebiasaan baru dalam bekerja dan mencegah
kebiasaan lama kembali muncul. Kaluarachchi menyatakan bahwa CSHW di Sri
Langka menerapkan shitsuke dengan memberikan pengenalan dan pelatihan 5S
bagi pegawai untuk menanamkan konsep 5S.
Pengertian kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan visi dan misi organisasi yang di tuangkan melalui
perencanaan strategi suatu organisasi.
Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara). Tingkat keberhasilan
suatu kinerja meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan, menurut
Siswanto (dalam Muhammad Sandy) kinerja ialah prestasi yang dicapai oleh
seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.
Menurut Henry Simamora, kinerja karyawan adalah tingkat terhadap mana para
karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan. Rivai (dalam Muhammad
Sandy) memberikan pengertian bahwa kinerja atau prestasi kerja adalah hasil atau
tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di
dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti
standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih
dahulu dan disepakati bersama.
Konsep 5S
5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan shitsuke). 5S adalah sikap kerja
yang bertujuan menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang bersih, rapi dan
aman. Dengan begitu, 5S dapat mengurangi pemborosan pada tempat kerja, yang
dapat menghambat efesiensi dan produktivitas pekerja dalam bekerja, dan juga
dapat mengurangi barang hasil produksi yang kotor, yang disebabkan aoleh
tempat kerja yang kurang bersih. Hal tersebut dapat menambah tinggi biaya
produksi, yang seharusnyabiaya yang lebih tersebut tidak perlu dikeluarkan oleh

6
perusahaan. Konsep ini berasal dari negara Jepang dan merupakan kunci sukses
bagi industri di negeri matahari terbit tersebut.
Tahapan ini mengacu pada pemilihan dan memilah elemen pada tempat kerja
menjadi 2 kategori utama, penting dan tidak penting, dalam upaya untuk
menghapus elemen yang tidak terpakai atau jarang digunakan yang menumpuk
dan menciptakan gangguan.
Tahapan ini bertujuan untuk membuat ruang bagi setiap item yang
sebelumnya telah diklasifikasikan penting, sehingga mudah untuk diakses. Untuk
membawa pesanan ke tempat kerja, item harus diklasifikasikan dengan label
penting, disusun dan ditempatkan berdasarkan frekuensi penggunaannya sehingga
operator dapat dengan cepat menemukan lokasinya, menggunakan, dan
mengembalikan ke tempat semula.
S yang ketiga bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang optimal
(termasuk mesin, peralatan, lantai, dan dinding) dalam rangka memelihara tempat
kerja berada pada kondisi yang ideal.Pembersihan secara regular pada tempat
kerja memungkinkan operator untuk mengidentifikasi dan eliminasi sumber debu
atau kekacauan.
Standardisasi mencakup kemudahan membedakan situasi normal dari yang tidak
normal dengan menerapkan aturan sederhana yang terlihat oleh semua
operator.Untuk standarisasi, setiap anggota organisasi harus mempraktekkan
secara kontinu 3S yang pertama.Untuk mencapai hal ini perlu untuk dirancang
dengan jelas dan mudah dimengerti kontrol visual (tanda-tanda) yang
memungkinkan operator untuk membedakan antara perilaku benar dan salah.
Disiplin agar setiap tahapan 5S menjadi kebiasaan terdiri dari, bekerja sesuai
dengan aturan, persetujuan, dan komitmen yang kuat untuk mengimplementasikan
metodologi ini. Salah satu faktor kunci untuk mencapai dan menjaga
implementasi yang sukses dari metodologi ini yaitu melaksanakan audit regular
untuk mengetahui status setiap tahapan. Audit harus memastikan bahwa beberapa
rutinitas dan jadwal berjalan semestinya. Audit juga harus menawarkan

7
kesempatan untuk bertanya dan menawarkan feedback untuk menstimulasi
perbaikan kedepannya.
II. METODE PENELITIAN
Dalam kegiatan penelitian ini kami melakukannya dengan observasi
langsung ke lapangan, sehIngga data yang kami peroleh adalah berupa data
primer. Kemudian kami juga menetapkan model skoring, sehingga dapat
mempernudah untuk memberikan nilai tentang kondisi dan keadaan yang kami
teliti.
Model Skoring Area Mesin Produksi.
Category Criteria Observasit Period
SEIRI/
ringkas
Membedakan antara apa yang
dibutuhkan dan tidak dibutuhkan 0 1 2 3 4
Terdapat prosedur tertulis untuk
eliminasi atau pembuangan item- item
tidak terpakai
x
Terdapat alat tidak dibutuhkan x
Terdapat Barang yang tidak dibutuhkan
pada dinding / papan buletin X
Gang, tangga, sudut bebas X
WIP atau parts di area kerja x
Semua mesin dan/atau peralatan berada
dalam kondisi terpakai secara teratur x
Semua item tidak terpakai mudah
diidentifikasi x
SEITON/
rapi
Sebuah tempat untuk segala sesuatu
dan segala sesuatu di tempatnya 0 1 2 3 4
Semua item memiliki lokasi tertentu X

8
Permukaan kerja, dan area
penyimpanan yang jelas diberi label dan
terorganisir dengan baik
x
Semua item ditempatkan di lokasi yang
tepat X
Model Skoring Area Mesin Produksi
SEITON/
rapi
Terdapat label/tanda yang mengindikasi
area penyimpanan x
Semua lokasi kerja dan parts
teridentifikasi secara jelas
menggunakan label/tanda
x
Terdapat indikator yang jelas tentang
status kualitas minimum dan maksimum
inventory
x
Tempat penyimpanan perkakas
teridentifikasi secara jelas serta mudah
diambil/dikembalikan
x
SEISO/re
sik
Disiplin rutin menjaga tempat kerja
yang bersih dan terorganisir 0 1 2 3 4
Peralatan, komputer, permukaan kerja,
dan penyimpanan daerah bersih x
Sampah dan daur ulang dikumpulkan
dan dibuang dengan benar x
Daerah bersama dibersihkan dan
dipelihara secara teratur x
Semua lantai selalu bersih dan
mengkilap x
Semua mesin - mesin selalu bersih dan
mengkilap X

9
Pembersihan selalu dilakukan
berdasarkan aktivitas checklist x
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.HASIL
Rekapitulasi Hasil Temuan
SEIRI
NO
Membedakan antara apa yang
dibutuhkan dan tidak
dibutuhkan
Catatan Temuan
1
Terdapat prosedur tertulis untuk
eliminasi atau pembuangan item-
item tidak terpakai
Tidak terdapat sama sekali prosedur
untuk proses eliminasi
2 Terdapat alat tidak dibutuhkan
Barang yang tidak dibutuhkan
adalah bekas makanan,botol
minuman, kardus tidak terpakai
3 Terdapat barang yang tidak
dibutuhkan pada dinding/ papan
Benda tidak dibutuhkan pada
dinding adalah tali pengikat bekas,
dan papan kosong
4 Gang, tangga, sudut bebas item
Pada gang, tangga, dan sudut bebas
item masih terdapat botol minuman
kosong tidak terpakai
5 WIP atau parts di area kerja Masih terdapat bnyak produk WIP
6
Semua mesin dan peralatan
berada dalam kondisi terpakai
secara teratur
Peralatan yang dipakai hanya
sewaktu-waktu adalah penggaris dan
cutting
7 Semua item tidak terpakai mudah
diidentifikasi
Barang yang tersembunyi yang tidak
terpakai adalah bungkus rokok, botol

10
minuman, dan kardus bekas
SEITON
NO
Sebuah tempat untuk segala
sesuatu dan segala sesuatu di
tempatnya
Catatan Temuan
8 Semua item memiliki lokasi
tertentu
Tools yang tidak memiliki lokasi
adalah kunci mould, palu, penggaris,
dan kunci inggris
9
Laci bersama, lemari, permukaan
kerja, dan area penyimpanan yang
jelas diberi label dan terorganisasi
dengan baik
Permukaan kerja tidak terorganisir
dengan baik:
1. Banyak kardus/bahan berserakan
di lantai
2. Tools bergeletakan
3. material berantakan
10
Terdapat indikator yang jelas
tentang status kualitas minimum
dan maksimum
Tidak terdapat indikator yg jelas
Rekapitulasi Hasil Temuan.(lanjutan)
11 Terdapat label/tanda yang
mengindikasi area penyimpanan
Masih terdapat penyimpanan yg
belum ada label atau tanda
12
Tempat penyimpanan perkakas
teridentifikasi secara jelas serta
mudah diambil/dikembalikan
Masih tidak teridentifikasi karena
tidak adanya pengarah atau tanda
SEISO
NO
Disiplin rutin menjaga tempat
kerja yang bersih dan
terorganisir
Catatan Temuan
13 Peralatan, komputer, permukaan
kerja, dan penyimpanan daerah
Masih terdapat sampah atau material
diarea pojok dinding

11
bersih
14
Sampah dan daur ulang
dikumpulkan dan dibuang dengan
benar
Sampah daur ulang menumpuk
belom adanya penjadwalan daur
ulang
15 Daerah bersama dibersihkan dan
dipelihara secara teratur
Area tidak dibersihkan dan tidak
dipelihara dgn baik
16 Semua lantai selalu bersih dan
mengkilap
Banyak material bertumpahan
dilantai
17 Pembersihan selalu dilakukan
berdasarkan aktivitas checklist
Tidak terdapat checklist
pembersihan di area kerja
18
Terdapat rotasi tanggung jawab
pembersihan dalam area kerja
yang ditentukan
Belum terjalinnya rotasi tanggung
jawab
19
Tempat kerja yang bersih dan
teratur telah menjadi kebiasaan
dari semua karyawan
Belum adanya kebiasaan untuk
menjaga kebersihan
B.PEMBAHASAN
Dari banyaknya temuan tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan dengan
cara sebagai berikut:
Menyusun prosedur 3S (seiri, seiton, seiso).
Membuat label lokasi kerja, dan parts .
Menyusun checklist pembersihan.
Merenovasi tempat penyimpanan .
Membuat sistem reward kepada karyawan.
Mengadakan rapat dengan seluruh karyawan mengenai peranan 5S.
Menyusun poster 5S dan membuat visual board .

12
IV.KESIMPULAN
Dari hasil data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
Menyusun prosedur, Membuat label lokasi kerja, dan parts, Menyusun
checklist, Merenovasi tempat penyimpanan dan membuat label Warna
LABEL KETERANGAN
Batas Area Kerja, Batas Ruangan
Kerja, Batas Jalur Lalu Lintas.
Produk Jadi.
Sarana Umum.
Barang/Bahan Baku, Sarana P3K,
Sarana Keselamatan, Sarana Darurat &
Evakuasi, JalurPejalanKaki.
Barang/Bahan yang akan diproses.
Barang/BahanInspeksi QC.
Produk/BahanDitolak (Reject), Sisa
Pekerjaan yang tidak terpakai,
TandaBerhenti.
LABEL
LABEL
LABEL
LABEL
LABEL
LABEL

13
Rak/Lemari, Meja,
Perlengkapan/Peralatan/Mesin.
Area terbatas untuk tujuan operasional.
Mesin/Alat Berbahaya, Area terbatas
untuk keselamatan, SaranaDarurat
Kebakaran.
ZonaMengandung Bahaya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Amstrong, M. And Baron, A. 1998. Performance Manajemen – The New
Realities. London: Institute of Personnel and Development.
2. Anwar Prabu Mangkunegara. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia.
Bandung: Penerbit Refika Aditama.
3. Barnes, Ralph M. 1980. Motion and Time Study : Design and Measurement
of Work. New York. John Willey and Sons
4. Edy Sutrisno. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan ke-8.
Jakarta: Prenada Media Group.
LABEL
LABEL
LABEL
LABEL

14
5. Falkowski P, Kitowski P. 2013. The 5S Methodology as a Tool For
Improving Organization of Production.[Terhubung berkala]
http://sdpg.pg.gda.pl/ pij/files/2013/10/03_2013_18-falkowski.pdf
(Diakses 20 Februari 2014).
6. Halim, Lorena. “Perancangan 5S bagian produksi dan bagian maintenance:
PT. Harapan widyatama pertiwi (unilon)”. Skripsi. Jakarta: universitas
bina nusantara. 2006
7. Hartono, Jogiyanto. 2008. Metodelogi Penelitian Sistem Informasi.
Yogyakarta: CV Andi Offset.