Analisa Kasus

13
LAPORAN KASUS Diabates Melitus type II + Hipertensi Oleh : Wahyuni Arifiandhani AR 09310176

Transcript of Analisa Kasus

Page 1: Analisa Kasus

LAPORAN KASUS

Diabates Melitus type II + Hipertensi

Oleh :

Wahyuni Arifiandhani AR

09310176

Page 2: Analisa Kasus

ANALISA KASUS

1. Identitas pasiena. Nama : Ny. Adminib. Umur : 32 tahunc. Alamat : perumahan PGRI blok 1 no. 08d. No RM :

2. Anamnesaa. Keluhan utama

Os datang dengan keluhan pusing. Os juga mengeluh kaki kesemutan sehingga sulit untuk berjalan. Nyeri pada lutut dan pinggang. Tangan terasa baal dan nyeri.

b. RPTHipertensi sejak 6 tahun yang lalu

c. RPOObat antihipertensi

3. Vital sign Tensi : 180/90 mmHg Respirasi : 24x/menit Nadi : 80x/menit Suhu : 36,5’c

4. Pemeriksaan fisik Kepala : DBN Leher : TDP Thorax : DBN Abdomen : Nyeri uluhati Ekstremitas atas : Akral dingin Ekstremitas bawah : Akral dingin Genitalia : TDP

5. Pemeriksaan penunjangHasil lab GDS 458 mg/dL

6. Diagnose banding Diabetes Melitus type II + Hipertensi grade II Diabetes mellitus type I + Hipertensi grade II

7. Diagnose Diabetes mellitus type II + hipertensi grade II

Page 3: Analisa Kasus

8. Therapy Amlodipin 10mg Hidroclorotiazid 25mg Glibenklamid 5mg Metformin 500mg

9. Komplikasi Hiperglikemi Hipoglikemi Penyakit jantung koroner Stroke

10. Prognosis Dubia ad malam

Page 4: Analisa Kasus

PEMBAHASAN

A. Diabetes Melitus

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”

(siphon) Mellitus dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu.

American Diabetes Association (ADA) 2006, mendefinisikan DM sebagai suatu kelompok

penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi kelainan sekresi

insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan

kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal,

saraf, jantung dan pembuluh darah (Corwin, 2009).

Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi,bahkan

mungkin tidak menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu. Pada permulaan gejala

yang ditunjukkan meliputi gejala klasik (tripoli) yaitu: banyak makan (polifagia), banyak

minum (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Bila keadaan tersebut tidak segera diobati,

akan timbul gejala nafsu makan mulai berkurang, berat badan turun dengan cepat (turun

5-10 kg dalam waktu 2– 4 minggu), dan mudah lelah. Bila tidak lekas diobati, akan timbul

rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik (Fauci, 2009).

Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah kesemutan, kulit

terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, capai, mudah

mengantuk, mata kabur, gatal di sekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah goyah

dan mudah lepas,kemampuan seksual menurun bahkan impotensi (Dunning, 2009).

Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih kriteria di

bawah ini:

Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu  ≥200 mg/dL

Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa  ≥126 mg/dL

Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200 mg/dL

Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%

Page 5: Analisa Kasus

Keterangan:

Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa

memperhatikan waktu makan terakhir pasien.

Puasa artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam.

TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa khusus

untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan dilakukan pemeriksaan kadar

glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam setelah meminum larutan

tersebut. Pemeriksaan ini sudah jarang dipraktekkan.

Penderita DM yang tidak dapat mengendalikan kadar gula darahnya, berisiko

mengalami komplikasi yang bersifat akut maupun kronik :

1. Komplikasi akut dapat terjadi akibat kadar glukosa darah yang mendadak meningkat

sangat tinggi (hiperglikemia) atau mendadak turun menjadi sangat rendah (hipoglikemia)

yang dapat menyebabkan koma diabetes dan memerlukan perawatan gawat darurat

2. Komplikasi kronik terjadi akibat glukosa darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka

waktu lama, sehingga menyebabkan terjadinya gangguan aliran darah, yang dapat

menyebabkan :

1. Stroke

2. Kebutaan

3. Penyakit Jantung Koroner

4. Penyakit Ginjal Kronik

5. Luka yang sulit sembuh

Dengan pengelolaan yang baik, komplikasi-komplikasi tersebut dapat dicegah.

Terdapat empat hal utama yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kadar gula darah:

1. Pola makan sehat

2. Olahraga /aktivitas fisik

3. Pengobatan yang sesuai

4. Melakukan pemeriksaan gula darah rutin

Page 6: Analisa Kasus

B. Hipertensi

Hipertensi merupakan penyebab yang paling sering dari gagal jantung dan

merupakan faktor resiko utama untuk aterosklerosis. Hipertensi juga merupakan risiko

utama untuk terjadinya pendarahan otak, yang merupakan salah satu penyebab kematian

di seluruh dunia (Underwood,335). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)Normal <120 Dan <80Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89Hipertensi tahap 1

140-159 Atau 90-99

Hipertensi tahap 2

≥ 160 Atau ≥ 100

Faktor risiko terjadi hipertensi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor

yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan. Faktor yang tidak

dapat dikendalikan meliputi keturunan (herediter/genetik), usia dan ras. Sedangkan faktor

yang dapat dikendalikan adalah asupan garam, obesitas, inaktivitas/jarang olah raga,

merokok, stress, minuman beralkohol dan obat-obatan. Penggunaan obat-obatan seperti

golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat

antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus  dapat meningkatkan tekanan darah

seseorang. Penting bagi penderita untuk melakukan modifikasi pada faktor yang dapat

dikendalikan tersebut.

Hipertensi yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebaban komplikasi pada

berbagai organ. Komplikasi pada organ jantung dapat mengakibatkan penyumbatan

pembuluh darah koroner ataupun gagal jantung kongestif. Pada sistem syaraf pusat/otak,

hipertensi dapat menyebabkan pelebaran dan penipisan pembuluh darah sehingga

memungkinkan terjadinya stroke. Begitu pula pembuluh darah di ginjal dapat terganggu

sehingga terjadi kerusakan ginjal dan zat-zat racun tidak dapat dibuang oleh tubuh.

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan

ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat seperti :

Page 7: Analisa Kasus

Membatasi asupan garam tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh (6 gr/hari)

Menurunkan berat badan

Menghindari minuman mengandung caffein, rokok, dan minuman beralkohol

Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging,

bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 x per minggu

Cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress

Makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah:

Makanan yang berkadar  lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).

Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik dan

makanan kering yang asin).

Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan

dalam kaleng, soft drink).

Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang

kering, telur asin, selai kacang).

Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang

tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).

Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco  serta bumbu

penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.

Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.(Purwandhono,

2013)

Program Kesehatan Terkait Kasus Diabetes Melitus dan Hipertensi

a. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular

Menyelenggarakan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular di masyarakat

Kegiatan pokok :

Penggalian informasi faktor resiko dengan wawancara sederhana tentang

riwayat penyakit tidak menular pada keluarga dan peserta

Melakukan anallisa lemak tubuh untuk melihat resiko

Kegiatan pemeriksaan kadar gula darah, kolesterol, asam urat secara rutin

Kegiatan penyuluhan dan konselling setiap pelaksanaan posbindu

Page 8: Analisa Kasus

Kegiatan aktifitas fisik atau olahraga bersama

Melakukan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar / dokter puskesmas

di wilayah kerja

b. Pos Usia Lanjut

Melaksanakan kgiatan pembinaan kesehatan usila

Kegiatan pokok :

Melakukan perawatan Puskesmas masyarakat kepada penduduk usia lanjut

dengan kunjungan rumah wreda

Melakukan pemeriksaan kesehatan usila secara berkala dan merujuk kasus

dengan resiko kepada dokter puskesmas

Memberikan penyuluhan kesehatan tentang pemeliharaan penduduk usia

lanjut

Melatih olahraga kebugaran untuk para penduduk lanjut usia