Analisa Kasus
-
Upload
benz-zodiazepin -
Category
Documents
-
view
14 -
download
3
Transcript of Analisa Kasus
![Page 1: Analisa Kasus](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022083009/55cf94a2550346f57ba358c6/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN KASUS
Diabates Melitus type II + Hipertensi
Oleh :
Wahyuni Arifiandhani AR
09310176
![Page 2: Analisa Kasus](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022083009/55cf94a2550346f57ba358c6/html5/thumbnails/2.jpg)
ANALISA KASUS
1. Identitas pasiena. Nama : Ny. Adminib. Umur : 32 tahunc. Alamat : perumahan PGRI blok 1 no. 08d. No RM :
2. Anamnesaa. Keluhan utama
Os datang dengan keluhan pusing. Os juga mengeluh kaki kesemutan sehingga sulit untuk berjalan. Nyeri pada lutut dan pinggang. Tangan terasa baal dan nyeri.
b. RPTHipertensi sejak 6 tahun yang lalu
c. RPOObat antihipertensi
3. Vital sign Tensi : 180/90 mmHg Respirasi : 24x/menit Nadi : 80x/menit Suhu : 36,5’c
4. Pemeriksaan fisik Kepala : DBN Leher : TDP Thorax : DBN Abdomen : Nyeri uluhati Ekstremitas atas : Akral dingin Ekstremitas bawah : Akral dingin Genitalia : TDP
5. Pemeriksaan penunjangHasil lab GDS 458 mg/dL
6. Diagnose banding Diabetes Melitus type II + Hipertensi grade II Diabetes mellitus type I + Hipertensi grade II
7. Diagnose Diabetes mellitus type II + hipertensi grade II
![Page 3: Analisa Kasus](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022083009/55cf94a2550346f57ba358c6/html5/thumbnails/3.jpg)
8. Therapy Amlodipin 10mg Hidroclorotiazid 25mg Glibenklamid 5mg Metformin 500mg
9. Komplikasi Hiperglikemi Hipoglikemi Penyakit jantung koroner Stroke
10. Prognosis Dubia ad malam
![Page 4: Analisa Kasus](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022083009/55cf94a2550346f57ba358c6/html5/thumbnails/4.jpg)
PEMBAHASAN
A. Diabetes Melitus
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon) Mellitus dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu.
American Diabetes Association (ADA) 2006, mendefinisikan DM sebagai suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah (Corwin, 2009).
Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi,bahkan
mungkin tidak menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu. Pada permulaan gejala
yang ditunjukkan meliputi gejala klasik (tripoli) yaitu: banyak makan (polifagia), banyak
minum (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Bila keadaan tersebut tidak segera diobati,
akan timbul gejala nafsu makan mulai berkurang, berat badan turun dengan cepat (turun
5-10 kg dalam waktu 2– 4 minggu), dan mudah lelah. Bila tidak lekas diobati, akan timbul
rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik (Fauci, 2009).
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah kesemutan, kulit
terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, capai, mudah
mengantuk, mata kabur, gatal di sekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah goyah
dan mudah lepas,kemampuan seksual menurun bahkan impotensi (Dunning, 2009).
Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih kriteria di
bawah ini:
Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL
Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL
Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200 mg/dL
Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%
![Page 5: Analisa Kasus](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022083009/55cf94a2550346f57ba358c6/html5/thumbnails/5.jpg)
Keterangan:
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir pasien.
Puasa artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam.
TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa khusus
untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan dilakukan pemeriksaan kadar
glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam setelah meminum larutan
tersebut. Pemeriksaan ini sudah jarang dipraktekkan.
Penderita DM yang tidak dapat mengendalikan kadar gula darahnya, berisiko
mengalami komplikasi yang bersifat akut maupun kronik :
1. Komplikasi akut dapat terjadi akibat kadar glukosa darah yang mendadak meningkat
sangat tinggi (hiperglikemia) atau mendadak turun menjadi sangat rendah (hipoglikemia)
yang dapat menyebabkan koma diabetes dan memerlukan perawatan gawat darurat
2. Komplikasi kronik terjadi akibat glukosa darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka
waktu lama, sehingga menyebabkan terjadinya gangguan aliran darah, yang dapat
menyebabkan :
1. Stroke
2. Kebutaan
3. Penyakit Jantung Koroner
4. Penyakit Ginjal Kronik
5. Luka yang sulit sembuh
Dengan pengelolaan yang baik, komplikasi-komplikasi tersebut dapat dicegah.
Terdapat empat hal utama yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kadar gula darah:
1. Pola makan sehat
2. Olahraga /aktivitas fisik
3. Pengobatan yang sesuai
4. Melakukan pemeriksaan gula darah rutin
![Page 6: Analisa Kasus](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022083009/55cf94a2550346f57ba358c6/html5/thumbnails/6.jpg)
B. Hipertensi
Hipertensi merupakan penyebab yang paling sering dari gagal jantung dan
merupakan faktor resiko utama untuk aterosklerosis. Hipertensi juga merupakan risiko
utama untuk terjadinya pendarahan otak, yang merupakan salah satu penyebab kematian
di seluruh dunia (Underwood,335). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)Normal <120 Dan <80Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89Hipertensi tahap 1
140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2
≥ 160 Atau ≥ 100
Faktor risiko terjadi hipertensi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor
yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan. Faktor yang tidak
dapat dikendalikan meliputi keturunan (herediter/genetik), usia dan ras. Sedangkan faktor
yang dapat dikendalikan adalah asupan garam, obesitas, inaktivitas/jarang olah raga,
merokok, stress, minuman beralkohol dan obat-obatan. Penggunaan obat-obatan seperti
golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat
antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah
seseorang. Penting bagi penderita untuk melakukan modifikasi pada faktor yang dapat
dikendalikan tersebut.
Hipertensi yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebaban komplikasi pada
berbagai organ. Komplikasi pada organ jantung dapat mengakibatkan penyumbatan
pembuluh darah koroner ataupun gagal jantung kongestif. Pada sistem syaraf pusat/otak,
hipertensi dapat menyebabkan pelebaran dan penipisan pembuluh darah sehingga
memungkinkan terjadinya stroke. Begitu pula pembuluh darah di ginjal dapat terganggu
sehingga terjadi kerusakan ginjal dan zat-zat racun tidak dapat dibuang oleh tubuh.
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan
ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat seperti :
![Page 7: Analisa Kasus](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022083009/55cf94a2550346f57ba358c6/html5/thumbnails/7.jpg)
Membatasi asupan garam tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh (6 gr/hari)
Menurunkan berat badan
Menghindari minuman mengandung caffein, rokok, dan minuman beralkohol
Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging,
bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 x per minggu
Cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah:
Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik dan
makanan kering yang asin).
Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan
dalam kaleng, soft drink).
Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang
kering, telur asin, selai kacang).
Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang
tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu
penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.(Purwandhono,
2013)
Program Kesehatan Terkait Kasus Diabetes Melitus dan Hipertensi
a. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
Menyelenggarakan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular di masyarakat
Kegiatan pokok :
Penggalian informasi faktor resiko dengan wawancara sederhana tentang
riwayat penyakit tidak menular pada keluarga dan peserta
Melakukan anallisa lemak tubuh untuk melihat resiko
Kegiatan pemeriksaan kadar gula darah, kolesterol, asam urat secara rutin
Kegiatan penyuluhan dan konselling setiap pelaksanaan posbindu
![Page 8: Analisa Kasus](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022083009/55cf94a2550346f57ba358c6/html5/thumbnails/8.jpg)
Kegiatan aktifitas fisik atau olahraga bersama
Melakukan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar / dokter puskesmas
di wilayah kerja
b. Pos Usia Lanjut
Melaksanakan kgiatan pembinaan kesehatan usila
Kegiatan pokok :
Melakukan perawatan Puskesmas masyarakat kepada penduduk usia lanjut
dengan kunjungan rumah wreda
Melakukan pemeriksaan kesehatan usila secara berkala dan merujuk kasus
dengan resiko kepada dokter puskesmas
Memberikan penyuluhan kesehatan tentang pemeliharaan penduduk usia
lanjut
Melatih olahraga kebugaran untuk para penduduk lanjut usia