ANALGETIK NAULI1.docx

18
Group Beleven Selasa, 25 Juni 2013 Analgetika BAB I PENDAHULUAN Farmakologi mempelajari efek-efek asing atau eksogen dan zat- zat endogen terhadap suatu organisme. Topik utamanya adalah pengamatan terhadap efek-efek farmaka, toksikologi mempelajari efek-efek merugikan. (Toksik) dari zat-zat. (Schmitz, 2009) Analgetik atau obat penghilang rasa nyeri adalah zat-zat mengurangi atau menghilangkan kesadaran ( Berbeda dengan anastesi umum ). Rasa nyeri sebenarnya merupakan gejala yang berfungsi melindungi atau merupakan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan tubuh seperti peradangan ( Rematik / Encok ), infeksi kuman maupun kejang otot. (Tim Dosen, 2013) Analgetik adalah senyawa dalam dosis terapeutik meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anastesi umum. Semua obat mirip aspirin bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Ada perbedaan aktivasi diantara obat-obat tersebut, misalnya : Paracetamol (Acetaminofen) bersifat antipiretik dan analgetik tetapi sifat antiinflamasinya lemahisekali (Gunawan,2007). Maksud dari percobaan adalah untuk mengetahui dan memahami mekanisme dari obat-obat analgsik (Antalgin, Acetosal, Paracetamol) yang dapat mengurangi rasa nyeri pada mencit (Mus musculus) Tujuan dari percobaan adalah untuk mengetahui efek farmakodinamik dari obat Acetosal, Antalgin dan Paracetamol terhadap hewan uji mencit (Mus musculus) Prinsip dari percobaan adalah berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dengan cara meletakkan mencit (Mus musculus) diatas plat panas setelah diberikan obat-obat analgesic secar oral.

Transcript of ANALGETIK NAULI1.docx

Page 1: ANALGETIK NAULI1.docx

Group Beleven

Selasa, 25 Juni 2013

Analgetika

BAB I

PENDAHULUAN

Farmakologi mempelajari efek-efek asing atau eksogen dan zat-zat endogen terhadap suatu

organisme. Topik utamanya adalah pengamatan terhadap efek-efek farmaka, toksikologi

mempelajari efek-efek merugikan. (Toksik) dari zat-zat. (Schmitz, 2009)

Analgetik atau obat penghilang rasa nyeri adalah zat-zat mengurangi atau menghilangkan

kesadaran ( Berbeda dengan anastesi umum ). Rasa nyeri sebenarnya merupakan gejala yang

berfungsi melindungi atau merupakan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan

tubuh seperti peradangan ( Rematik / Encok ), infeksi kuman maupun kejang otot. (Tim

Dosen, 2013)

Analgetik adalah senyawa dalam dosis terapeutik meringankan atau menekan rasa nyeri,

tanpa memiliki kerja anastesi umum.

Semua obat mirip aspirin bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Ada

perbedaan aktivasi diantara obat-obat tersebut, misalnya : Paracetamol (Acetaminofen)

bersifat antipiretik dan analgetik tetapi sifat antiinflamasinya lemahisekali (Gunawan,2007).

Maksud dari percobaan adalah untuk mengetahui dan memahami mekanisme dari obat-obat

analgsik (Antalgin, Acetosal, Paracetamol) yang dapat mengurangi rasa nyeri pada mencit

(Mus musculus)

Tujuan dari percobaan adalah untuk mengetahui efek farmakodinamik dari obat Acetosal,

Antalgin dan Paracetamol terhadap hewan uji mencit (Mus musculus)

Prinsip dari percobaan adalah berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dengan cara

meletakkan mencit (Mus musculus) diatas plat panas setelah diberikan obat-obat analgesic

secar oral.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.        Teori umum

Nyeri adalah gejala adanya penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun

nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi, memudahkan diagnosis. Pasien

Page 2: ANALGETIK NAULI1.docx

merasakannya sebagai hal yang mengenakkan, kebanyakan menyiksa dan dan karena itu

berusaha untuk bebas darinya. Seluruh kulit luar mukosa yang membatasi jaringan dan juga

banyak organ dalam dan tubuh peka terhadap rasa nyeri, tetapi ternyata terdapat juga organ

yang tak mempunyai reseptor nyeri, seperti misalnya otak. Nyeri timbul jika rangsangan

mekanik, termal, kimia atau listrik melampui suatu nilai ambang tertentu (Nilai ambang

nyeri) dank arena itu menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebnasan senyawa yang

disebut nyeri.

Mekanisme kerja nyeri yaitu perangsangan baik mekanik, kimiawi, panas maupun

listrik akan menimbulkan kerusakan pada jaringan sel sehingga sel-sel tersebut melepaskan

suatu  zat yang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri ini juga disebut zat autakoid yaitu

Histamin, Serotonin, Plasmakinin, Prostaglandin (asam lemak) dan ion kalium. Prostaglandin

dan brakinin menimbulkan vasodilatasi dan memperbesar permiabilitas kapiler sehingga

mudah dilewati senyawa cairan tubuh sehingga timbul radang atau udema. Selain udema

senyawa ini merupakan mediator demam ( panas )

Mekanisme penghambat rasa nyeri ada tiga yaitu :

1.    Merintangi pembentukkan rangsangan alam reseptor rasa nyeri, seperti yang terjadi pada

analgetik perifer dan anastesi local.

2.    Merintangi penyaluran rangsangan dalam saraf sensories, seperti pada anastesi local.

3.    Blockade rasa nyeri pada system saraf pusa seperti pada analgetik sentral dan anastesi

umum.

Jenis-jenis nyeri ada empat yaitu :

1.    Nyeri ringan

2.    Nyeri ringan menahun

3.    Nyeri hebat

4.    Nyeri hebat menahun

(Tim Dosen, 2013)

Reseptor nyeri (Nosiseptor) rangsangan nyeri diterima oleh reseptor nyeri khusus,

yang merupakan ujung saraf bebas juga dapat menerima rangsangan sensai lain, maka

kespesifakkan fungsional mungkin berkaitan berkaitan deng diferensiasi pada tahap molekul,

yang tidak dapat diketahui dengan pengamatan cahaya dan elektronopik secara fungsional

dibedakan menjadi dua system serabut beda :

1.     Mekanoreseptor, yang meneruskan nyeri permukaan melalui serabut A-delta bermielin

2.     Termoreseptor,  yang meneruskan nyeri kedua melalui serabut-serabut C yang tidak

bermielin.

Page 3: ANALGETIK NAULI1.docx

Neurotransmitter dapat bekerja sebagai zat nyeri pada kerusakan jaringan. Histami

pada konsentrasi relative tinggi (10-8gr/L) terbukti sebagai zat nyeri: Asetilkolin pada

konsentrasi rendah mensensibilitasi reseptor nyeri terhadap zat nyeri lain, sehingga senyawa

ini bersama-sama dengan senyawa yang dalam konsentrasi yang sesuai secara sendiri tidak

berkhasiat, dapat menimbulkan nyeri. Pada konsentrasi tinggi, asetilkolin bekerja sebagai zat

nyeri dengan obat menurut pernyataan yang disebut diatas, terdapat kemungkinan sebagai

berikut:

1.     Mencegah stabilitas reseptor dengan cara penghambatan sintesis prostaglandin

2.     Mencegah pembentukan rangsangan dalam reseptor nyeri.

3.     Mencegah pembentukan rangsangan dalam serabut saraf

4.     Menghambat penerusan rangsangan atau meniadakan nyeri melalui kerja dalam system saraf

pusat.

5.     Mempengaruhi pengalaman nyeri dengan psikofarmaka.

(Mutschler, 1991)

Kerusakan jaringan menyebabkan pelepasan zat-zat kimia (Misalnya : Bradikinin,

Prostaglandin, ATP, Proton) yang menstimulasi reseptor nyeri dengan mengionisasi letupan

pada serabut aferen primer yang bersinaps pada lamina I dan II karena posterior medulla

spinalis. (Neal, 2006)

Rasa nyeri sebenarnya merupakan gejala yang berfungsi melindungi atau merupakan

tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan tubuh seperti peradangan, infeksi kuman

maupun kejang otot.

Sebagai analgetik, obat mirip aspirin hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas

rendah sampai sedang misalnya sakit kepala, mialgia, antalgin dan nyeri lain yang berasal

dari inflamasi. Obat mirip aspirin sebaliknya nyeri ksonis pasca bedah dapat diatasi oleh obat

mirip aspirin (Gunawan, 2007).

Semua obat mirip aspirin bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Ada

perbedaan aktivasi diantara obat-obat tersebut, misalnya : Paracetamol (Acetaminofen)

bersifat antipiretik dan analgetik tetapi sifat antiinflamasinya lemah sekali.

A.     Penggolongan obat Analgetik

1.  Analgetik narkotik

Analgetik ini mempunyai efek analgetik yang kuat sekali dengan titik kerja terletak pada

ssp. Efeknya antara lain dapat mempengaruhi kesadaran dengan efek samping berupa

Page 4: ANALGETIK NAULI1.docx

timbulnya rasa nyama, toleransi, hibituasi,ketergantungan fisik dan psikis dan gejala

abstinenstia bila obat dihentikan.

Mekanisme kerja analgetik narkotika ini mulai diketahui sekitar tahun 1975. Setelah

diketahui bahwa pada otak binatang percobaan dikemukakan senyawa peptide yaitu

enikofein, endorphin, dan diodorfin yang diduga sebagai neurotransmitter seperti halnya

asetilkolin dan adrenalin dalam sso. (Tim Dosen, 2013)

2.  Analgetik non narkotik dan antiinflamasi

Pada pengobatan nyeri dengan anti radang, factor-faktor psikis turut memegang peranan

seperti yang sudah diuraikan diatas. Misalnya kesabaran individu dan daya menekan

nyerinya.

Analgetik perifer (Non narkotik) yang terdiri dari obat-obatan yang tidak bekerja sentral.

Nyeri ringan dapat ditangani dengan obat perifer seperti paracetamol, asetosal, mefenamat,

profifenazone begitupula dengan rasa nyeri dengan demam. Untuk nyeri sedang dapat

ditambahkan kofein atau kodein nyeri yang hebat perlu ditanggulangi dengan morfin atao

obat lainnya (Tjay, dan Rahardja, 2007)

Nyeri pada kanker umumnya menurut suatu skema bertingkat empat, yakni:

1.     Obat perifer (non narkotik) peroral atau rectal : paracetamol, asetosal

2.     Obat perifer bersama kodein atau tramadol

3.     Obat sentral (opioid) peroral atau rectal

4.     Obat opioid parenteral

Guna memperkuat efek analgetikum, dapat ditambahkan Co-analgetikum, seperti

psikofarmaka (amitripilin,lovepromazine,atau prednisone). ((Tjay, dan Rahardja, 2007)

C. Uraian bahan

1.    Aquadest (Depkes RI 1979, hal 96)

Nama Resmi            : AQUA DESTILLATA

Page 5: ANALGETIK NAULI1.docx

Nama Lain                : Air suling

Berat Molekul           : 18,02

Rumus Molekul       : H2O

Pe merian                 : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak    berasa,tidak berbau.

Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup rapat

2. Na. CMC  (Depkes RI 1979, hal 401)

Nama Resmi             : NATRII CARBOXIMETHYL CELLULOSUM

Nama Lain                 : Natrium Karboksimethil Selulosa

Pemerian                  : Serbuk atau butiran, putih atau putih kekuningan,   tidak berbau atau hamper tidak berbau.

Kelarutan                  : Mudah mendispersi dalam air membentuk   suspense koloid, tidak larut dalam etanol (95%)P

dalam eter P

Khasiat                      : Zat tambahan

Penyimpan               : Dalam wadah tertutup rapat

D.  Uraian obat

1.    Asetosal (Depkes RI 1979, hal 43)

Nama Resmi                           : ACIDUM ACETYLSALICYLICUM

Nama Lain                              : Asetosal, asam asetilsalisilat

Rumus Molekul                     : C9H8O4

Berat Molekul                         :          180,16

                        : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur   putih, tidak berbau atau hamper tidak   berbau,

rasa asam

                         : Agak sukar larut dalam air, mudah larut   dalam etanol, (95%)P larut dalam    kloroform P

dan dalam eter P

                       : Dalam wadah tertutup rapat

                         : Analgetikum, antipiretikum

Dosis Maksimum                   : Sekali 1 gram, sehari 8 gram (Depkes RI,   2007)

                          : Nyeri, sakit kepala, nyeri-nyeri ringan lain yang berhubungan dengan adanya inflamasi.

Nyeri ringan sampai sedang asetelah opersi, melahirkan, sakit gigi, dismenore.

Farmakologi         :IAspirinibekerjaidenganimengasetilasi enzimIprostaglandin  Hzendoperoxidesintase (PGHS)

dan menghambat kerja   enzim cox secara permanen.

Stabilitas              : Stabil pada udara kering. Lembab, panas dan perubahan   PH dapat menghidrolisis aspirin.

Aspirin stabil pada PH   rendah (2-3)

Kontra indikasi    :iAlergi terhadap aspirin dan golongan salisilat

Page 6: ANALGETIK NAULI1.docx

Efek samping      :Iritasi lambung karena bersifat asam, nyeri pada ujung  saraf, sakit kepala, epilepsy, agitasi,

perubahan mental,  pusing, demam, penurunan fungsi ginjal.

Mekanisme aksi  : Asetilasi enzim PGHS

2.  Antalgin (Depkes RI 1979, hal 369)

Nama Resmi               :  METAMPYRONUM

Nama Lain                  : Metampiron, antalgin

Berat Molekul             : 351,17

Rumus Molekul         : C13H16N3N4O4SH5H2O

Pemerian                    :  Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan

Penyimpanan            : Dalam wadah tertutup baik

Farmakologi                : Obat ini sering dikombinasikan dengan obat-oba  lain. Obat ini dapat secara mendadak dan

tak terduga menimbulkan kelainan darah yang  adakalanya fatal karena bahaya

agronologositosis. (Tjay, HT 2006)

Indikasi                        :  Meringankan rasa sakit, terutama nyeri kolik dan

sakit setelah operasi.

Kontra indikasi           :  Hipersensitif hamil dan menyusui, penderita dengan

tekanan darah sistolik <100 mmHg

Efek sampan              :  Hipersensitif, agronologositosis.i(Tim Redaksi, 2010)

3.    Paracetamol (Depkes RI 1979, hal 37)

Page 7: ANALGETIK NAULI1.docx

Nama Resmi                    : ACETAMINOPHENUM

Nama Lain                        : Asetaminofen, paracetamol

Berat Molekul                   :          151,16

Rumus Molekul               : C8H9NO2

                      : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau: rasa pahit

                       : Larut dalam 27 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)P, dalam 13 bagian bagian aseton P,

dalam 40 bagian gliserol

             : Dalam wadah tertutup baik

               : Analgetikum, antipiretikum

(Depkes RI, 2007)

                        : Nyeri ringan sampai dengan sedang dan demam

               : Hipersensivitas

Farmakologi                    : Memiliki aktifitas sebagai analgetik dan antipiretik

Efek samping                   : Efek samping dalam dosis jarang; kecuali kulit, kelainan darah, pangkreatitis akut

Mekanisme aksi               : Bekerja langsung pada system pengaturan panas dihipotalamus dengan menghambat sintesa

prostaglandin disistem saraf pusat

E.  Uraian hewan uji

1.    Klasifikasi mencit (Mus musculisI). (Anonim, 2013)

Kingdom              : Animalia

Phylum                : Chordata

Class                    : Mammalia

Page 8: ANALGETIK NAULI1.docx

Ordo                     : Rodentia

Family                  : Muridae

Genus                  : Mus

Spesies                : Mus musculus

2.    Morfologi

Mencit (Mus musculus) adalah hewan pengerat (Rodentia) yang cepat berbiak, mudah

dipelihara dalam jumlah banyak variasi genetiknya cukup besar, serta sifat anatomi dan

fisiologinya berkarakteristik dengan baik. Mencit hidup dalam daerah yang cukup luas,

penyebarannya mulai dari iklim dingin, sedang maupun panas dan dapat hidup terus menerus.

Kadang secara bebas sebagai hewan liar, mencit paling banyak digunakan adalah mencit

albino swiss yang dibagi berdasarkan sifat genetiknya dan sifat lingkungan hidup. (Malole

dan Pramono, 1989)

3.     Karakteristik mencit (Mus musculus). (Malole dan Pramono 1989)

Kriteria                                                           Nilai

Berat badan dewasa

-       Jantan                                                    :    20-40 gram

-       Betina                                                     :    25-40 gram

Berat lahir                                                         :    0,5-1,5 gram

Temperature tubuh                                         :    36,30c-38,00c

Jumlah diploid                                                 :    40

Konsumsi makanan                                       :    15 g/100 g/hari

Konsumsi air minum                                      :    15 ml/100 g/hari

Siklus birahi                                                     :    4-5 hari

Lama kebuntingan                                         :    19-21 hari

Etrus postpartum fertile

Jumlah anak kelahiran                                  :    10-12

Umur sepih                                                      :    21-28 hari

Produksi anak                                                 :    8 bulan

Tidal volume                                                    :    0.09-0,23

Detak jantung                                                  :    325-70/menit

Volume darah                                                  :    76-80 mmHg

Page 9: ANALGETIK NAULI1.docx

BAB III

METODE KERJA

A.   Alat dan bahan

1.    Alat-alat yang digunakan

a.    Batang pengaduk

b.    Botol

c.    Gelas kimia

d.    Gelas ukur

e.    Kompor listrik

f.     Lap halus

g.    Lap halus

h.    Penangas air

i.      Plat panas

j.      Sensok tanduk

k.    Stopwatch

l.      Spoit oral 1 ml

m.   Spoit injeksi 1 ml

n.    Timbangan analitik

o.    Timbangan digital

2. Bahan-bahan yang digunakana.    Aquadest

b.    Antalgin 500 mg

c.    Asetosal 100 mg

d.    Alcohol 70 %

e.    Kapas

f.     Mencit (Mus musculus)

g.    Nacmc 1 % b/v

h.    Paracetamol 500 mg

Page 10: ANALGETIK NAULI1.docx

B.   Prosedur kerja

1.    Pembuatan suspense Na.CMC 1 % b/v

a.    Disiapkan alat dan bahan

b.    Ditimbang Na.CMC 4 gram

c.    Dipanaskan air sebanyak 400 ml sampai mendidih dan dilarutkan Nacmc perlahan-lahan

diaduk ad homogeny.

d.    Dicukupkan volumenya ad 400 ml, beri label Na.CMC 1% b/v

2.    Pembuatan suspensi Antalgin

a.    Disiapkan alat dan bahan

b.    Dikalibirasi botol 100 ml

c.    Ditimbang antalgin sebanyak 29 mg kemudian dimasukkan dalam botol, yang telah

dikalibirasa

d.    Kemudian disuspensikan dengan Na.CMC hingga batas tanda lalu dihomogenkan lalu beri

label suspense antalgin.

3.    Pembuatan suspensi paracetamol

a.      Disiapkan alat dan bahan

b.        Dikalibirasi botol 100 ml

c.        Ditimbang paracetamol sebanyak 230,1 mg kemudian dimasukkan dalam botol, yang telah

dikalibirasa

d.        Kemudian disuspensikan dengan Na.CMC hingga batas tanda lalu dihomogenkan lalu beri

label suspense paracetamol

4.    Pembuatan suspensi asetosal

a.    Disiapkan alat dan bahan

b.    Dikalibirasi botol 100 ml

Page 11: ANALGETIK NAULI1.docx

c.    Ditimbang asetosal sebanyak 92 mg kemudian dimasukkan dalam botol, yang telah

dikalibirasa

d.    Kemudian disuspensikan dengan Na.CMC hingga batas tanda lalu dihomogenkan lalu beri

label suspense asetosal

5.      Cara kerja perlakuan pada hewan uji

a.    Disiapkan alat dan bahan

b.    Mencit, dipuasakan ditimbang, kemudian dikelompokan menjadi 4 kelompok

c.    Diberi perlakuan terhadap hewan uji mencit

1.    Untuk kelompok 1 diberi suspense obat Na.CMC 1% b/v secara per oral dengan berat badan

21 gram, diberi suspense obat sebanyak 0,7 ml

2.    Untuk kelompok 2 diberi suspense obat Antalgin secara per oral dengan berat badan 21

gram, diberi suspense obat sebanyak 0,7 ml

3.    Untuk kelompok 3 diberi suspense obat paracetamol secara per oral dengan berat badan 21

gram, diberi suspense obat sebanyak 0,7 ml

4.    Untuk kelompok 4 diberi suspense obat Asetosal secara per oral dengan berat badan 15

gram, diberi suspense obat sebanyak 0,5 ml

d.    Dihitung berapa kali pengangkatan kaki pada mencit (Mus musculus) pada menit 5, 10, 15

dan 20

e.    Dikumpul data dari semua kelompok

f.     Analisis data

g.    Dibuat kesimpulan

h.    Ditarik kesimpulan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   Hasil pengamatan

1.    Table hasil pengamatan

No

Suspensi obatBB mencit

Pengangkatan kaki

5 menit

10 menit 15 menit 20 menit

1 Na.CMC 1 % 21 gram 15 x 25 x 30 x 20 x

2 Asetosal 15 gram 14 x 10 x 13 x 21 x

3 Antalgin 22 gram 25 x 18 x 19 x 15 x

4 Paracetamol 21 gram 21 x 13 x 10 x 30 x

Page 12: ANALGETIK NAULI1.docx

A.   Pembahasan

Analgetik atau obat pebghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau

menghalangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri adalah perasaan sensoris dan

emosional yang tidak nyaman berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Nyeri

merupakan suatu perasaan subjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi

setiap orang. Batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni pada suhu 44o-45OC.

Reseptor yang bekerja pada analgetik ialah reseptor PGE2, reseptor ini bekerja

menekan fungsi saraf pusat. Pada pemberian obat analgetik dalam percobaan, setelah diamati

pada menit ke,5, 10, 15, dan 20 pengangkatan kakinya berbeda-beda. Hal ini disebabkan

kemungkinan kerja dari reseptor  PGE2 tidak stabil. Pada reseptor PGE2 dia menerima

partikel-partikel obat yang disalurkan lewat darah, kemudian reseptor PGE2bekerja

menghambat atau menghilangkan rasa nyeri. Reseptor  PGE2belum  bisa bekerja jikalau

partikel-partikel obat yang masuk dalam reserptor PGE2 membutuhkan waktu paruh yang

agak sedikit lama sehingga PGE2 dapat memberikan efek yang baik.

Pada percobaan ini digunakan hewan uji mencit (Mus musculus)dengan diamati

beberapa kali pengangkatan kaki mencit dari atas plat panas. Dalam percobaan analgetik ini

obat yang digunakan yaitu Asetosal 100 mg, Antalgin 500 mg, Paracetamol 500 mg, serta

Na.CMC 1 % b/v sebagai pembanding dari kerja obat analgetik.

Pada pengamatan yang dilakukan terhadap pengangkatan kaki mencit dengan

menggunakan obat analgetik dengan cara oral pada menit ke-5 berbeda-beda, begitu pula

menit ke-10 serta ke-15 dan ke-20. Hal ini dikarenakan dari indikasi atau unsure-unsur yang

terkandung didalam obat atau tiap obat berbeda-beda.

Dalam percobaan ini, seharusnya kerja obat dari kakinya yang diangkat pada interval

waktu 5, 10, 15 dan 20 menit lama kelamaan memberikan efek bahwa tidak lagi meningkat.

Pengangkatan kaki ini dikarenakan kerja daro obat analgetik berjalan baik, kerja obatnya

tidak stabil namun dalam pengangkatan tidak demikian, kerja obatnya tidak stabil hal ini

disebabkan karena lama atau lama waktu paruh yang diamati dalam percobaan ini hanya pada

menit ke-5, 10, 15 dan 20.

A.   Pembahasan

Analgetik atau obat pebghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau

menghalangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri adalah perasaan sensoris dan

emosional yang tidak nyaman berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Nyeri

Page 13: ANALGETIK NAULI1.docx

merupakan suatu perasaan subjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi

setiap orang. Batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni pada suhu 44o-45OC.

Reseptor yang bekerja pada analgetik ialah reseptor PGE2, reseptor ini bekerja

menekan fungsi saraf pusat. Pada pemberian obat analgetik dalam percobaan, setelah diamati

pada menit ke,5, 10, 15, dan 20 pengangkatan kakinya berbeda-beda. Hal ini disebabkan

kemungkinan kerja dari reseptor  PGE2 tidak stabil. Pada reseptor PGE2 dia menerima

partikel-partikel obat yang disalurkan lewat darah, kemudian reseptor PGE2bekerja

menghambat atau menghilangkan rasa nyeri. Reseptor  PGE2belum  bisa bekerja jikalau

partikel-partikel obat yang masuk dalam reserptor PGE2 membutuhkan waktu paruh yang

agak sedikit lama sehingga PGE2 dapat memberikan efek yang baik.

Pada percobaan ini digunakan hewan uji mencit (Mus musculus)dengan diamati

beberapa kali pengangkatan kaki mencit dari atas plat panas. Dalam percobaan analgetik ini

obat yang digunakan yaitu Asetosal 100 mg, Antalgin 500 mg, Paracetamol 500 mg, serta

Na.CMC 1 % b/v sebagai pembanding dari kerja obat analgetik.

Pada pengamatan yang dilakukan terhadap pengangkatan kaki mencit dengan

menggunakan obat analgetik dengan cara oral pada menit ke-5 berbeda-beda, begitu pula

menit ke-10 serta ke-15 dan ke-20. Hal ini dikarenakan dari indikasi atau unsure-unsur yang

terkandung didalam obat atau tiap obat berbeda-beda.

Dalam percobaan ini, seharusnya kerja obat dari kakinya yang diangkat pada interval

waktu 5, 10, 15 dan 20 menit lama kelamaan memberikan efek bahwa tidak lagi meningkat.

Pengangkatan kaki ini dikarenakan kerja daro obat analgetik berjalan baik, kerja obatnya

tidak stabil namun dalam pengangkatan tidak demikian, kerja obatnya tidak stabil hal ini

disebabkan karena lama atau lama waktu paruh yang diamati dalam percobaan ini hanya pada

menit ke-5, 10, 15 dan 20.

BAB V

PENUTUP

A.   Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka hasil yang didapat dapat

disimpulkan bahwa :

1.    Dengan menggunakan suspense obat Asetosal, Antalgin, Paracetamol dan Nacmc 1% b/v

sebagai control negative dianggap tidak memberikan efek kepada hewan uji mencit sebagai

obat anti nyeri. (Analgetik)

Page 14: ANALGETIK NAULI1.docx

2.    Suspensi obat yang paling memberika efek terhadap hewan uji adalah Asetosal karena

hewan uji mencit dapat menahan rasa nyeri pada saat diletakkan diatas plat panas.

B.   Saran

1.    Untuk labolatorium

Mohon agar alat dan bahan lebih diperlengkap agar praktikum bisa berjalan sesuai

dengan yang diinginkan.

2.    Untuk Asisten

Mohon agar dapat meluangkan waktunya untuk mendampingi praktikan pada saat

praktikum berjalan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Mencit. (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/mencit). Diakses pada tanggal 14 juli

Depkes RI, 1979.  Farmakope Indonesia Edisi III  Depkes RI : Jakarta

Depkes RI, 2007.  Pelayanan Informasi Obat  Direktorat bina farmasi Komunitas dan klinik : Jakarta

Gunawan, G.S. 2007.  Farmakologi dan Terapi Edisi v  Bagian Farmakologi FKUI : Jakarta

Tim Redaksi. 2010  ISO Indonesia Vol 46 Penerbit PT ISFI : Jakarta

Malole. M.B.B. dan pramono, S.C.U. 1989 Penanganan Hewan Percobaan Di Laboratorium  Universitas

biotekhnologi, ITB : Bandung

Mutschler  T. 1991.  Dinamika Oba ITB : Bandung

Neal, M.J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi V Penerbit Erlangga : Jakarta

Schmitz, G. 2009.  Farmakologi dan Toksikologi  Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Tim Dosen, 2013.  Penuntun Farmakologi dan Toksikologi  I Universitas Indonesia Timur : Makassar

Tjay, T.H. dan Rahardja, K. 2007.  Obat-Obat Penting.  PT Elex Media Kompoitindo Gramedia : Jakarta