Alzheimers Dan Hipertensi
-
Upload
asmalina-azizan -
Category
Documents
-
view
231 -
download
7
description
Transcript of Alzheimers Dan Hipertensi
Dimensia Alzheimer dan Hipertensi
Kelompok D8
Caturya Windy Cita Maellya 102012054
Nur Asmalina Azizan 102012511
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara, No 6, Jakarta 11510
________________________________________________________
Pendahuluan
Gangguan kesehatan pada golongan lansia terkait erat dengan proses degenerasi
yangtidak dapat dihindari. Seluruh sistem, cepat atau lambat akan mengalami degenerasi.
Manifestasiklinik, laboratorik dan radiologik bergantung pada organ dan/atau sistem yang
terkena.Perubahan yang normal dalam bentuk dan fungsi otak yang sudah tua harus dibedakan
dari perubahan yang disebabkan oleh penyakit yang secara abnormal mengintensifkan sejumlah
proses penuaan. Salah satu manifestasi klinik yang khas adalah timbulnya demensia.
Penyakitsemacam ini sering dicirikan sebagai pelemahan fungsi kognitif atau sebagai
demensia.Memang, demensia dapat terjadi pada umur berapa saja, bergantung pada faktor
penyebabnya,namun demikian demensia sering terjadi pada lansia.
Anamnesa
Anamnesa yang dilakukan pada orang tua usia lanjut sebenarnya sama saja dengan anamnesa
yang dilakukan pada anak maupun dewasa. Tetapi anamnesa pada lansia ini lebih terperinci,
diantaranya :1
- Identitas pribadi Nama, umur, alamat tempat tinggal, perkawinan, anak ( jumlah, jenis kelamin, dan
berapa yang masih tinggal dengan penderita), pekerjaan, keadaan sosial ekonomi.
Termasuk dalam hal ini anamnesis tentang faktor risiko sakit, yaitu usia yang sangat
lanjut (> 70 tahun), duda hidup sendiri, baru berduka karena kematian orang terdekat,
baru sembuh dari penyakit atau baru pulang dari opname, gangguan mental nyata,
menderita penyakit progresif, gangguan mobilitas, dan lain-lain.
- Anamnesa tentang obat Tanyakan obat apa saja yang di minum baik sebelum atau sesudah sakit, baik yang
berasal dari resep dokter maupun yng dibeli bebas (termasuk jamu-jamuan).
- Penilaian sistem Bagian inilah yang membedakan anamnesa pada orangtua usia lanjut dengan anamnesa
pada umur yang lain, karena tidak berdasarkan “model medik” (tergantung pada keluhan
utama). Harus selalu diingat bahwa pada usia lanjut, keluhan tidak selalu
menggambarkan penyakit yang diderita, seringkali justru memberikan keluhan yang tidak
khas. Penilaian sistem dilakukkan secara urut mulai dari penilaian sistem syaraf pusat,
saluran nafas bawah dan atas dan seterusnya sampai kuit integument dan lain-lain.
Untuk mendapatkan jawaban yang baik, seringkali diperlukan aloanamnesa dari orang/ keluarga
yang merawatnya sehari-hari, yaitu: 1
- Anamnesis tentang kebiasaan yang merugikan kesehatanMerokok, mengunyah tembakau, minum alcohol, dan lain-lain.
- Anamnesis tentang berbagai gangguan yang terdapatMenelan, masalah gigi, gigi palsu, gangguan komunikasi/bicara, nyeri/gerak yang terbatas pada anggota badan, dan lain-lain.
- Kepribadian perasaan hati, kesadaran dan efek(alo-anamnesis atau pengamatan) konfusio, curiga/bermusuhan, mengembara, gangguan tidur atau keluhan malam hari, daya ingat, dan lain-lain. apabila dapatan dari anamnesis ini membingungakan atau mencurigakan, perlu dicatat untuk dapat dilaksanakan asesmen khusus kejiwaan atau bahkan konsultasi psiko-geriatrik.
- Riwayat tentang problema utama geriatri (sindrom geriatri)Pernah stroke, hipotensi ortostatik, jatuh, inkontinensia urin, dementia, dekubitus, patah tulang. Mengingat gangguan kesadaran/ konfusio sering tidak terdiagnosa sehingga tes mental harus selalu di kerjakan.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan tanda-tanda vital (seperti pada golongan umur
lain), walaupun rinciannya terdapat beberapa perbedaan, antara lain : 1
- Pemeriksaan tekanan darah, harus dilakuksanakan dalam keadaan tidur, duduk, dan
berdiri, masing-masing dengan selang waktu 1-2 menit, untuk melihat kemungkinan
terdapatnya hipotensi ortostatik.
- Pemeriksaan fisik untuk menilai sistem. pemeriksaan organ perlu dipersiapkan
menurut kemampuan pemeriksa/dokter. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk melihat
apakah ada gangguan pada organ atau sistem. terdapat urutan untuk melakukan
pemeriksaan sistem:2
Pemeriksaan syaraf kepala Pemeriksaan panca indera, saluran napas atas, gigi-mulut Pemeriksaan leher, kelenjar tiroid, bising arteri karotis Pemeriksaan dada, paru-paru, jantung, dan seterusnya sampai pada
pemeriksaan ekstremitas, reflex-refleks, kulit integument.
dengan kata lain, pemeriksaan organ-sistem adalah melakukan pemeriksaan mulai dari ujung
rambut sampai ujung kaki secara sistematis, tanpa melihat apakah terdapat keluhan pada organ
tersebut atau tidak.
Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan tambahan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi penderita, tingkat keahlian
pemeriksa (perawat/dokter umum/dokterspesialis), tetapi minimal harus mencakup pemeriksaan
rutin usia lanjut. Di Negara industri maju, yang dianggap rutin usia lanjut adalah :1
Foto toraks dan EKG
Laboratorium :
- Darah/urin/feses rutin
- Gula darah.lipid,fungsi hati ,fungsi ginjal
- Fungsi tiroid (T3,T4,TSH)
- Kadar serum B6, dan B12
Apabila didapatkan hasil yang belum jelas atau terdapat kecurigaan diperlukan tindakan
diagnostic atau terapeuik lain, dapat dilakukan konsultasi/rujukan kepada disilplin lain, yang
hailnya dapat dievaluasi oleh tim.2
Pemeriksaan fungsi
Pemeriksaan fungsi fisik atau psikis penderita dapat dibagi beberapa jenis, yaitu :1
Aktivitas hidup sehari-hari (AHS dasar)
Yang hanya memerlukan kemampuan tubuh untuk berfungsi sederhana, misalnya bangun
dari tempat tidur, berpakaian, ke kamar mandi/WC.
Aktivitas hidup sehari-hari instrumental (AHS instrumental)
Selain memerlukan kemampuan dasar, juga memerlukan berbagai koordinasi
kemampuan otot, susunan saraf yang lebih rumit, juga berbagai organ kognitif lain.
Kemampuan mental dan kognitif
Terutama menyangkut fungsi intelek, memori lama dan memori tentang hal-hal yang
baru saja terjadi. Dari ketiga fungsi diatas dapat ditentukan tiga tingkat kemampuan dari
seseorang penderita lansia, yaitu:
- Kemampuan untuk melakukan kegiatan tersebut diatas tanpa bantuan orang lain
- Kemampuan untuk melakukan kegiatan dengan sedikit bantuan
- Sama sekali tidak mampu untuk melakukan kegiatan di atas tanpa bantuan orang
lain.
Differential diagnosis
1. Dementia tipe Alzheimer
adalah suatu keadaan yang meliputi perubahan dari struktur, jumlah, dan fungsi neuron di
daerah tertentu dari korteks otak. Terjadi suatu kekusutan neuro-fibriler dan plak-plak
neurit dan perubahan aktivitas kolinergik di daerah-daerah tertentu di otak. Penyebab nya
masih beum jelas. Tetapi menurut para ahli Alzheimer kemungkinan penyebabnya
adalah: usia, genetik, riwayat keluarga, toksin amiloid, radikal bebas, pengaruh logam
alumunium, akibat infeksi virus lambat atau pengaruh lingkungan lain. gejalanya
dibedakan menjadi 3 fase :1
Fase I . ditandai dengan gangguan memori buruk, gangguan konsentrasi dan gangguan
visuo-spatial. Lingkungan yang biasa menjadi seperti asing,sukar menemukan jalan
pulang yang biasa dilalui. Penderita mungkin mengeluh agnosia kanan-kiri.
Fase II. terjadi tanda yang mengarah ke kerusakan fokal-kortikal, walaupun tidak terlihat
pola deficit yang khas.simptom yang disebabkan oleh disfungsi lobus parietalis (agnosia,
dispraksia, akalkulia) sering terdapat. Gejala neurologic yang mungkin yaitu tanggapan
ekstensor plantaris dan beberapa kelemahan fasial. Delusi dan halusinasi mungkin
terdapat, walaupun pembicaraan masih terlihat normal.
Fase III. Pembicaraan terganggu berat, mungkin sama sekali hilang. Penderita tampak
terus-menerus apatik. Banyak penderita tidak mengenali diri sendiri atau orang yang
sebenarnya dikeli oleh nya. dengan berlanjutnya penyakit penderita sering hanya
berbaring di tempat tidur, inkontinen baik urin maupun alvi. Sering disertai dengan
serangan kejang epileptic grandma. Gejala neurologic menunjukkan gangguan berat dari
gerak langkah (gait), tonus otot dan gambaran yang mengarah ke sindrom Kluver- Bucy
(apati, gangguan pengenalan, gerak mulut tak terkontrol, hiperseksualitas, amnesia, dan
bulimia).
Rata-rata lama penyakit sejak awal diagnose sampai kematian adalah 9,3 tahun antara 8-
15 tahun. penyakit degenerative primer atau Alzheimer ini adalah suatu diagnose klinik
yang dibuat dengan menyingkirkan diagnose lain. hanya dapat dibuat dengan otopsi atau
biopsy otak. Bila dilakukan MRI dan ditemuka adanya atrofi otak, maka hal tersebut
tidak bisa di tetapkan sebagai dementia karena hal itu juga bisa ditemukan pada proses
menua normal.
2. Hipertensi
Pathogenesis hipertensi pada usia lanjut berbeda dengan hipertensi yang terjadi pada
golongan umur yang lain terutama adalah :1
o Penurunan kadar rennin karena menurunnya jumlah nefron akibat proses menua.
Hal ini menyebabkan suatu hipertensi-glomerulo-slerosis-hipertensi yang
berlangsung terus-menerus.
o Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium.
o Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menuaakan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang pada akhirnya akan
meningkatkan hipertensi sistolik saja.
o Perubahan arteromatous akibat proses menua mengakibatkan disfungsi endotel
yang berlanjut pada pembentukan sitokine dn berbagai senyawa kimia lain yang
kemudian menyebabkan resorbsi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan
sclerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain yang berakibata pada
peningkatan tekanan darah.
Jenis-jenis hipertensi pada lansia :1
o Hipertensi sistolik saja
Terdapat pada 6-12% pada lansia diatas 60 tahun terutama pada wanita. Insiden
meningkat dengan bertambahnya umur.
o Hipertensi diastolik
Terdapat diantara 12-14% pada lansia diatas 60 tahun terutama pada pria. Insiden
menurun dengan bertambahnya umur.
o Hipertensi sitolik-diastolik
Terdapat 6-8% pada penderita lansia lebih dari 60 tahun lebih banyak terjadi pada
wanita. Meningkat dengan bertambahnya umur.
Hipertensi terkadang tidak memberi gejala karena terkadang timbul samar-samar
atau tersembunyi. Apabila hipertensi sudah terdeteksi, maka pemeriksaan fisik secara
menyeluruh harus dilakukan dengan baik dan berkesinambungan. Berbagai pemeriksaan
laboratorium juga harus dikerjakan seperti melihat bagaimana fungsi ginjalnya dan
saluran kemihnya (diantaranya ada-tidaknya perbesaran prostat), jantung, fungsi hati,
paru, kadar elektrolit darah, di samping pemeriksaan laboratorium rutin.
Sasaran pengobatan pada pasien hipertensi tujuannya adalah menurunkan tekanan
darah dengan memperhatikan penyakit yang lain yang sedang di derita atau
memperhatikan komplikasi organ target yang telah terjadi.
3. Gangguan kognitif ringan
Para ahli berpendapat bahwa terdapat bentuk transisi antara keadaan normal dan keadaan
dementia Alzheimer yang disebut “gangguan kognitif ringan”. Dengan criteria :
Keluhan gangguan memori, lebih baik apabila dikemukakan oleh keluarga atau
penanggungjawabnya
Adanya gangguan memori pada pemeriksaan objektifnya
Fungsi kognitif secara umum baik
Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) intak
Tidak mengalami dementia
Akhir-akhir ini kriteria yang sering dipakai untuk MCI (mild cognitive impairment)
adalah :
a) Penderita bisa normal atau dement
b) Terdapat bukti memburuknya fungsi kognitif, baik dari pemeriksaan objektif
pemburukan seiring berjalannya waktu maupun laporan subjective dari penderita
sendiri maupun informan
c) AHS dasar tetap di pertahankan dan fungsi instrumental kompleks masih intak
atau terganggu minimal.
Kebanyakan dari pasien yang menderita gangguan kognitif ringan akan menjadi penderita
Alzheimer. Dan kebanyakan yang menjadi Alzheimer adalah mereka yang dirawat di
klini dibandingkan dengan mereka yang tinggal di masyarakat.
4. Dementia multi infark
Dementia yang merupakan jenis kedua terbanyak setelah Alzheimer. Didapatkan sebagai
akibat atau gejala sisa dari stroke kortikal atau subkortikal yang berulang. Oleh karena
lesi di otak tidak terlalu besar, gejala stroke yang berupa deficit neurologic tidak jelas
terlihat. Dapatan yang khas adalah bahwa gejala dan tanda menunjukkan penurunan
bertingkat (stepwise), dimana setiap episode akut menurunkan keadaan kognitifnya. Hal
ini berbeda degan dapatan tanda yang terjadi pada Alzheimer, dimana gejala dan tanda
akan berlangsung progresif. Dengan MRI lesi akan terdeteksi. Dementia tipe lain yaitu
dementia senilis tipe Binswanger sulit dibedakan dengan dementia multi infark.
5. Benign senescent forgetfulness (sindroma amnestik dan “pelupa benigna akibat
penuaan”)
Selain gangguan kognitif ada juga gangguan fungsi intelektual. Pada sindroma amnestik
terdapat gangguan pada daya ingat akan hal yang baru terjadi. Biasanya penyebabnya
adalah :
Defisiensi tiamin ( sering terjadi karena pemakaian alcohol yang berlebihan)
Lesi pada struktur otak bagian temporal tengah (akibat trauma atau anoksia)
Iskemia global transien (sepintas) akibat insufisiensi serebrovaskulaer.
Pelupa benigna akibat penuaan, biasanya terlihat sebagai gangguan ringan daya ingat
yang tidak progresif dan tidak menggangu aktivitas hidup sehari-hari. Biasanya dikenali
oleh keluarga, kerabat atau temen, karena sering mengulang pertanyaan yang sama atau
lupa pada kejadian yang baru terjadi. Perlu observasi beberapa bulan untuk
membedakannya dengan dementia yang sebenarnya.
Apabila pada penderita memiliki hipertensi, gangguan kognitif, gangguan neurologic fokal,
mungkin mengarah pada Dimensia tipe Alzheimer. Sedangkan pada Alzheimer lebih sering
didapati tanda pelepasan lobus frontalis, , streognosis yang terganggu, grafestesia, dan
abnormalitas uji serebral.
Working diagnosis
hipertensi dan Dimensia tipe Alzheimer
DIMENSIA TIPE ALZHEIMER
Epidemiologi
Penyakit Dimensia tipe Alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang secara
epidemiologi terbagi 2 kelompok yaitu kelompok yang menderita pada usia kurang 65tahun
disebut sebagai early onset sedangkan kelompok yang menderita pada usia lebih dari 65 tahun
disebut sebagai late onset.
Sebuah penelitian pada populasi usia lanjut di AS mendapatkan lebih dari 45% mereka
yang berusia 85 tahun atau lebih menderita penyakit Alzheimer.3 Hasil ini dikonfirmasikan oleh
penelitian di Swedia yang menyebut 44% dari usia lanjut yang berusia lebih dari 85 tahun
mengalami penyakit Alzheimer. Berbagai penelitian menunjukkan laju insidensi penyakit
Alzheimer meningkat secara eksponensial seiring bertambahnya umur, walaupun terjadi
penurunan insidensi pada usia 95 tahun yang diduga karena terbatasnya jumlah subyek di atas
umur 90 tahun. Secara umum dapat dikatakan bahwa frekuensi penyakit Alzheimer meningkat
seiring usia, dan mencapai 20-40% populasi berusia 85 tahun atau lebih.
Proposi perempuan yang mengalami penyakit Alzheimer lebih tinggi dibandingkan laki-
laki( sekitar 2/3 pasien adalah perempuan), hal ini disebabkan perempuan memiliki harapan
hidup lebih baik dan bukan karena perempuan lebih mudah menderita penyakit ini. Tingkat
pendidikan yang rendah juga disebutkan berhubungan dengan risiko terjadinya penyakit
Alzheimer. Factor-faktor lain yang dari berbagai penelitian diketahui berhubungan dengan
penyakit Alzheimer adalah hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, serta berbagai factor
resiko timbulnya aterosklerosis dan gangguan sirkulasi pembuluh darah otak.4
Etiologi
Definisi Demensia menurut Whitbourne adalah suatu penyakit penurunan fungsi kognitif,
gangguan intelektual, daya ingat yang semakin lama semakin memburuk (progresif) dan tidak
dapat diubah (irreversible). Sedangkan menurut John W. Santrock,Alzheimer adalah suatu
gangguan otak yang progresif dan tidak dapat dibalik, yang dicirikan dengan kemorosotan secara
perlahan dari ingatan, penalaran, bahasa, dantentunya fungsi fisik.3,4Oleh karena itu, demensia
Alzheimer adalah demensia yang disebabkan oleh Alzheimer, yang berarti demensia yang
disertai oleh perubahan patologis di otak penderitanya dengan waktu penyebaran sekitar 5
sampai 20 tahun yang diakhiri dengan kematian.
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah dihipotesa
adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi udara/industri, trauma,
neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi heriditer. Dasar kelainan patologi
penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang
mengakibatkan gangguan fungsi kognitif dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya
defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron.
Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan
calsium intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau
terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik.
Antara faktor bisa terjadi Alzheimer adalah;
A.)Faktor genetic
Mutasi beberapa gen familial penyakit Alzheimer pada kromosom 21, kromosom 14, dan
kromosom 1 ditemukan pada kurang dari 5% pasien dengan penyakit Alzheimer. Sementara
riwayat keluarga dan munculnya alel e4 dari Apolipoprotein E pada lebih dari 30% pasien
dengan penyakit ini mengindikasikan adanya faktor genetic yang berperan pada munculnya
penyakit ini. Seseorang dengan riwayat keluarga pada anggota keluarga tingkat-pertama(first-
degree relative) mempunyai risiko dua sampai tiga kali menderita penyakit Alzheimer, walaupun
sebagian besar pasien tidak mempunyai riwayat keluarga yang positif. Walaupun alel e4 Apo E
bukan penyebab timbulnya demensia, namun munculnya alel ini merupakan faktor utama yang
mempermudahkan seseorang menderita penyakit Alzeimer.4
B.)Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga dapat berperan dalam patogenesa penyakit alzheimer. Faktor
lingkungan antara lain, aluminium, silicon, mercury, zinc. Aluminium merupakan neurotoksik
potensial pada susunan saraf pusat yang ditemukan neurofibrillary tangles (NFT) dan senile
plaque (SPINALIS). Hal tersebut diatas belum dapat dijelaskan secara pasti, apakah keberadaan
aluminum adalah penyebab degenerasi neurosal primer atau sesuatu hal yang tumpang tindih.
Pada penderita alzheimer, juga ditemukan keadaan ketidak seimbangan merkuri, nitrogen, fosfor,
sodium, dengan patogenesa yang belum jelas. Ada dugaan bahwa asam amino glutamat akan
menyebabkan depolarisasi melalui reseptor N-methy D-aspartat sehingga kalsium akan masuk ke
intraseluler (Cairan-influks) dan menyebabkan kerusakan metabolisma energi seluler dengan
akibat kerusakan dan kematian neuron.
C) Faktor Pendidikan
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi memiliki faktor pelindungdari resiko
menderita Alzheimer, tetapi hanya untuk menunda onset manifestasiklinis. Hal ini disebabkan
karena edukasi berhubungan erat dengan intelegensi,oleh karena itu ada juga penderita dengan
tingkat pendidikan yang tinggi. Tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa kemampuan linguistik
seseorang lebih baik dalam hal menjadi prediktor daripada edukasi.4
Patogenesis
Komponen utama patologi penyakit Demensia tipe Alzheimer adalah plak senilis dan
neuretik, neurofibrillary tangles, hilangnya neuron/sinaps, degenerasi granulovakuolar, dan
Hirano bodies seperti gambar 1 dan 2 dibawah. Plak neuritik mengandung b-amyloid
ekstraselular yang dikelilingi neurtitis distrofik, sementara plak difus( atau nonneuritik) adalah
istilah yang kadang digunakan untuk deposisi amyloid tanpa abnormalitas neuron. Deteksi
adanya Apo E di dalam plak beta-amyloid dan studi mengenai ikatan high-avidity antara Apo E
dengan beta-amyloid menunjukkan bukti hubungan antara amyloidogenesis dan Apo E.
Gambar 1 Plak senile atau plak amyloid Gambar 2 Gumpalan neurofibril
Plak neuritik juga mengandung protein komplemen, microglia yang teraktivasi, sitokin-
sitokin, dan protein fase-akut, sehingga komponen inflamasi juga diduga terlibat pada
pathogenesis penyakit Alzheimer. Gen yang mengkode the amyloid precursor protein( APP)
terletak pada kromosom-21, menunjukkan hubungan potential patologi penyakit Alzheimer
dengan sindrom Down( trisomi-21), yang diderita oleh semua pasien Alzheimer yang muncul
pada usia 40 tahun.4
Pembentukan amyloid merupakan pencetus berbagai proses sekunder yang terlibat pada
pathogenesis penyakit Alzheimer( hipotesis kaskade amyloid). Berbagai mekanisme yang terlibat
pada pathogenesis tersebut bila dapat dimodifikasi dengan obat yang tepat diharapkan dapat
mempengaruhi perjalanan penyakit Alzheimer. Jumlah plak senilis adalah satu gambaran
patologis utama yang penting untuk diagnose penyakit Alzheimer.
Sebenarnya, jumlah plak meningkat seiring usia, dan plak ini juga muncul di jaraingan otak
orang usia lanjut yang tidak demensia. Juga dilaporkan bahawa satu dari tiga orang berusia 85
tahun yang tidak demensia mempunyai depisti amyloid yang cukup di korteks serebri untuk
memenuhi criteria diagnosis penyakit Alzheimer, namun apakah ini mencerminkan fase
preklinik dari penyakit masih belum diketahui.4
Gambar 3: perbedaan neuron normal dan neuron tipe alzheimer
Neurofibrillary tangles merupakan struktur intraneuron yang mengandung tau yang
terhiperfosforilasi pada pasangan filament helix. Individu lanjut usia yang normal juga diketahui
mempunyai neurofibrillary tangles di beberapa lapisan hipokampus dan korteks entorhinal, tapi
struktur ini jarang ditemukan di neurokorteks pada seseorang tanpa demensia. Neurofibrillary
tangles ini tidak spesifik untuk penyakit Alzheimer dan juga timbul pada penyakit lain, seperti
subacute sclerosing panencephalitis(SSPE), demensia pugilistika(boxer’s dementia), dan the
parkinsonian dementia complex of Guam. Defisit neurotransmitter utama pada penyakit
Alzheimer, juga pada demensia tipe lain, adalah sistem kolinergik. Walaupun sistem
noradrenergic dan serotonin, somatostatin-like reactivity, dan corticotrophin-releasing faktor
juga berpengaruh pada penyakit Alzheimer, defisit asetilkolin tetap menjadi proses utama
penyakit dan menjadi target besar terapi yang tersedia saat ini untuk penyakit Alzheimer.4
Gejala Klinis
Terdapat beberapa gejala klinis yang dapat kita lihat pada penyakit Alzheimer untuk
melakukan diagnose bahwa dia menghidap Alzheimer iaitu;
Kumunduran memori jangka pendek secara bertahap merupakan tanda awal
penyakit Alzheimer.
Kemunduran kemampuan mempelajari dan mempertahankan informasi baru.
Penyandang mengulang-ulang sesuatu dan lupa pembicaraan atau janji.
Kemunduran dalam membuat alas an atau berfikir abstrak, seperti kesulitan
menunjuk waktu, tempat ( disorientasi) atau memahami sebuah lelucon, kesulitan
menghitung neraca keuangan, masak makanan atau tugas lain yang membutuhkan
tindakan berurutan.
Kemunduran dalam perencanaan, pertimbangan dan membuat keputusan.
Mengalami gangguan untuk mengantisipasi dan member bobot akibat sesuatu
peristiwa atau tindakan. Kesulitan dalam memecahkan masalah sehari-hari seperti
mengetahui apa yang perlu dilakukan apabila menghadapi makanan di kompor
yang hangus. Mengalami kesulitan untuk mengikuti arah atau jalan ke tempat
yang dikenal.
Keterampilan berbahasa terganggu. Sulit menemukan kata-kata yang tepat untuk
mengekspresikan pikiran, idea tau mengikuti pembicaraan.
Perubahan kepribadian atau perilaku. Kehilangan inhibisi dan control impuls.
Penyandang yang mulanya sabar(pasif) menjadi pemarah, agresif, mudah
tersinggung, tidak percaya diri, dan kadang-kadang tidak pantas perilakunya.
Berkurangnya inisiatif. Tidak ada motivasi untuk mengikuti aktivitas social.
Gejala-gejala tersebut tidak dengan sendirinya menetapkan diagnosis penyakit
Alzheimer. Diperlukan riwayat hidup penyandang dan keluarga, pemeriksaan fisik,
fungsional, assessment status mental, pemeriksaan penunjang, penetapan criteria dan
evaluasi diagnostic penyakit Alzheimer.5
Ciri-ciri Stadium 1(lama
penyakit 1-3 tahun)
Stadium 2( lama
penyakit 3-10 tahun)
Stadium3( lama
penyakit 8-12 tahun)
Memori Gagal mememori baru Gagal memori baru dan
lama
Gagal semuanya
Bahasa Gagal menyusun kata aphasia aphasia
Psikatri kesedihan - -
Motor sistem normal perlahan Malas bergerak
kerana sendi-sendi
sudah sakit
EEG normal Ritma perlahan Sangat perlahan
CT/MRI normal normal Pembesaran
ventricular dan
sulcal
PET/SPECT Bilateral posterior
hipometabolisma/hiperf
usion
Bilateral parietal dan
frontal
hipometabolisma/hiperf
usion
Bilateral parietal dan
frontal
hipometabolisma/hip
erfusion
Komplikasi
Infeksi.
Malnutrisi.
Kematian.
Penatalaksanaan
Terapi Farmakologi
Pengobatan Simptomatik :5
1. Inhibitor Kolinesterase
Tujuan : Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti
kolinesterase yang bekerja secara sentral.
Contoh : fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine), donepezil (Aricept),
galantamin (Razadyne), & rivastigmin.
Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama
pemberian berlangsung.
ESO : memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan penderita
Alzheimer, mual & muntah, bradikardi, ↑ HCl, dan ↓ nafsu makan.
2. Thiamin
Pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase dependent
enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan
neuronal pada nukleus basalis.
Contoh : Thiamin Hydrochloride.
Dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral,
Tujuan : Perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama
periode yang sama.6
3. Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik.
Tujuan : Memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi pemberian 4000 mg pada
penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna.
4. Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan kerusakan
noradrenergik kortikal.
Contoh: klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alfa 2 reseptor agonis
Dosis : maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu
Tujuan: kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif
5. Haloperiodol
Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi :
Gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan tingkah laku : Pemberian oral Haloperiod
1-5 mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki gejala tersebut
Depresi : tricyclic anti depresant (amitryptiline 25-100 mg/hari)
6. Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu subtrate endogen yang disintesa didalam miktokomdria dengan bantuan
enzym ALC transferase.
Tujuan: meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase.
Dosis:1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan,
Efek: memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi kognitif.6
Terapi Non Farmakologi
a. Dukungan dari keluarga.
b. Manipulasi lingkungan dan penanganan pasien (berupa latihan dan rehabilitasi).
Pencegahan
1. Intervensi psikososial.
Terdiri dari beberapa pendekatan, antara lain :
Perilaku
Emosi
Kongisi
Stimulus
2. Imunoterapi, yakni menyuntikkan vaksin toksin beta-amyloid untuk melatih sistem imun
tubuh sehingga dapat menghancurkan beta-amyloid dan menghentikan timbulnya penyakit
ini.
3. Terapi ‘pekerjaan dan gaya hidup’. Modifikasi dari lingkungan dan gaya hidup pasien
Alzheimer dapat memperbaiki kemampuan fungsional dan meringankan pekerjaan
pengasuh, seperti memberi label pada perangkat rumah tangga, mengamankan perangkat
yang berbahaya untuk mencegah terjadinya luka karena aktivitas sehari-hari, mengajak
pasien untuk berinteraksi sosial, dan stimulasi visual seperti memberi warna pada
perangkat rumah tangga, yang juga dapat menambah nafsu makan.
Prognosis
Dari pemeriksaan klinik penderita Alzheimer menunjukkan bahwa nilai prognostik
tergantung pada 3 faktor yaitu derajat beratnya penyakit, variabilitas gambar klinis, perbedaan
individual seperti usia, keluarga demensia dan jenis kelamin. Ketiga faktor ini diuji secara
statistik, ternyata faktor pertama yang paling mempengaruhi prognostik penderita alzheimer.
Pasien dengan penyakit Alzheimer mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun
sesudah diagnosis dan biasanya meninggal dunia akibat infeksi sekunder.
HIPERTENSI
Epidemiologi
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia lanjut, maka
jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah, dimana baik
hipertensi sistolok maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolic sering timbul pada lebih
dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Selainitu, laju pengendalian tekanan darah yang
dahulu terus meningkat, dalam decadeterakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva
mendatar), dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien
hipertensi.Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari negara-
negara yang sudah maju.
Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES)
menunjukkan bahwa dari tahun ke 1999 ± 2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah
sekitar 29 ± 31%, yang berarti terdapat 58 ± 65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi
peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun1988 ± 1991. Hipertensi esensial sendiri
merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi
Etiologi
Sampai saat ini penyebab hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Hipertensi dapat
disebabkan oleh faktor yang dapat dimodifikasikan seperti faktor genetika, umur, jenis kelamin,
dan etnis manakala faktor yang tidak dapat dimodifikasikan adalah faktor stress, obesitas dan
nutrisi.
Patogenesis
Hipertensi merupakan penyakit heterogen yang dapat disebabkan oleh penyebab oleh
penyebab yang spesifik (hipertensi sekunder) atau mekanisme patofisiologi yang tidak diketahui
penyebabnya (hipertensi primer atau esensial). Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE).
ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal)
akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan
tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang
diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.6
Gejala Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun
secaratidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengantekanan darah tinggi.Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan darihidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
Sakit kepala
Kelelahan
Mual
Muntah
Sesak nafas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,mata, jantung
dan ginjal.
Komplikasi
Hipertensi dalam waktu lama akan menyebabkan :
Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain, mata berupa pendarahan
retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya
pembuluh darah otak, faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke).
Penatalaksanaan
Terapi Farmakologi7
Contoh obat-obat yang dapat diberikan pada penderita hipertensi, antara lain :
1. Golongan diuretik (Thiazid).
2. Penghambat adrenergik ( golongan alfa bolker, golongan beta bolker, alfa-beta bolker
labetalol).
3. Golongan penghambat konversi rennin angiotensin.
4. Golongan antagonis kalsium.
Terapi Non Farmakologi7
Dengan melakukan modifikasi gaya hidup, antara lain :
Penurunan berat badan yang dapat menurunkan tekanan darah yang diikuti dengan
penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar aldosteron dalam plasma.
Memperbaiki pola makan.
Diet rendah sodium.
Aktifitas fisik (aerobik).
Tidak minum alkohol dan berhenti merokok.
Pencegahan
1. Kurangi berat badan.
2. Olahraga teratur misalnya lari pagi seminggu sekali.
3. Mengubah kebiasaan hidup misalnya kurangi kopi atau alkohol, menghindari stress,
berhenti merokok, dan berusaha hidup santai.
4. Mengurangi makanan yang banyak garam atau banyak lemak.
5. Kontrol teratur ke Puskesmas atau petugas kesehatan lainnya.
Prognosis
Pada penderita hipertensi semakin dini seseorang terdiagnosis hipertensi pertama kali,
maka semakin buruk perjalanan penyakitnya apalagi bila tidak ditangani.
Kesimpulan
Kesulitan pada ingatan jangka pendek dan jangka panjang, berpikir abstrak dan fungsi
kortikal yang tinggi lainnya semuanya cukup berat untuk mengganggu fungsi sosial dan
pekerjaan, terjadi dalam keadaan kesadaran yang jernih, dan tidak disebabkan olehgangguan
mental seperti gangguan depresif berat - menyatakan suatu demensia.
Selain itu hipertensi juga dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat.
Terapi dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan antihipertensi biasanyadapat
menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak akan menyebabkan kerusakan pada jantung atau
organ lain.
Daftar Pustaka
1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Geriatri. Ed. 4th. Jakarta : Balai Penerbit FKUI;2009.p. 123-45
2. Jane Dacre, Peter Kopelman, Keterampilan Klinis, Anamnesis dan pemeriksaan, Manson
Publishing. Ltd, 2005, pg 8-26,- diunduh pada 17 Januari 2011.
3.Robbins, Buku Ajar Patologi, Sistem saraf, edisi 7, vol 2, Penerbitan Buku Kedokteran ECG,
2007, pg 938-41- diunduh pada 17 Januari 2011.
4.Aru W.Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Demensia, jilid 1, edisi 5, Interna Publishing, 2009, pg 837-44,-
diunduh pada 17 Januari 2011.
5. Guberman A, Brow L, Coy. Clinical Neurology Dementia. Boston : 2003 ; 67.
6. Gilroy J. Pergamon P. Basic Neurology. New York : 2002 ; 195-201
7.Sulista Gan Gunawan, Rianto Setiabudy, Nafriandi, Elysabeth, Farmakologi dan Terapi,
Agonis dan antagonis muskarinik, edisi 5, Balai Penerbitan FKUI, Jakarta, 2009, pg 54, diunduh
pada 17 Januari 2011.