Agama Islam Makalah Politik Islam by Levia

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama Islam adalah agama yang memiliki aturan hidup yang sesuai dengan dimensi kemanusiaan dan dilandasi dengan dimensi ketuhanan. Aturan-aturan tersebut disusun didalam sebuah pedoman dimana umat Islam berpegang teguh terhadap pendoman tersebut yaitu Al Qur’an dan Al Hadist. Dengan pedoman tersebut umat Islam tidak perlu mencemaskan segala persoalan hidup. Karena segala yang menjadi persoalan, solusi, peringatan, kebaikan dan ancaman sudah temuat dalam pedoman tersebut. Begitu pula dengan persoalan yang menyangkut politik. Karena Islam juga mengajari ilmu-ilmu politik yang disebut dengan sistem politik Islam. Menurut Abdul Halim Mahmud (1998) bahwa Islam juga memiliki politik luar negeri. Tujuan dari politik luar negeri tersebut adalah penyebaran dakwah kepada manusia di penjuru dunia, mengamankan batas territorial umat Islam dari fitnah agama, dan sistem jihad fisabilillah untuk menegakkan kalimat Allah SWT. Jadi politik bermakna instansi dari negara untuk keamanan kedaulatan negara dan ekonomi. Namun seiring penyebaran agama Islam di seluruh dunia ajaran politik berdasarkan agama Islam dipengaruhi oleh budaya bangsa masing-masing. Dengan masuknya unsur-unsur budaya bangsa tersebut kedalam budaya politik Islam, sehingga terjadinya perubahan ajaran politik bangsa tersebut yang sedikit berbeda dengan ajaran politik dalam

description

agama islam

Transcript of Agama Islam Makalah Politik Islam by Levia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama Islam adalah agama yang memiliki aturan hidup yang sesuai dengan dimensi kemanusiaan dan dilandasi dengan dimensi ketuhanan. Aturan-aturan tersebut disusun didalam sebuah pedoman dimana umat Islam berpegang teguh terhadap pendoman tersebut yaitu Al Quran dan Al Hadist. Dengan pedoman tersebut umat Islam tidak perlu mencemaskan segala persoalan hidup. Karena segala yang menjadi persoalan, solusi, peringatan, kebaikan dan ancaman sudah temuat dalam pedoman tersebut. Begitu pula dengan persoalan yang menyangkut politik. Karena Islam juga mengajari ilmu-ilmu politik yang disebut dengan sistem politik Islam. Menurut Abdul Halim Mahmud (1998) bahwa Islam juga memiliki politik luar negeri. Tujuan dari politik luar negeri tersebut adalah penyebaran dakwah kepada manusia di penjuru dunia, mengamankan batas territorial umat Islam dari fitnah agama, dan sistem jihad fisabilillah untuk menegakkan kalimat Allah SWT. Jadi politik bermakna instansi dari negara untuk keamanan kedaulatan negara dan ekonomi.

Namun seiring penyebaran agama Islam di seluruh dunia ajaran politik berdasarkan agama Islam dipengaruhi oleh budaya bangsa masing-masing. Dengan masuknya unsur-unsur budaya bangsa tersebut kedalam budaya politik Islam, sehingga terjadinya perubahan ajaran politik bangsa tersebut yang sedikit berbeda dengan ajaran politik dalam agama Islam baik dari segi pemikiran dan pandangan yang menimbulkan kebijaksanaan yang berbeda beda pula dalam menghadapi masalah-masalah baru. Dalam makalah ini akan mengulas kembali tentang sistem politik Islam dan prinsip-prinsip politik Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana konsep politik Islam?

1.2.2 Bagaimana prinsip politik luar negeri menurut ajaran Islam?

1.2.3 Apa saja konstribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional?

1.2.4 Bagaimana pandangan islam mengenai politik yang menghalalkan segala cara?

1.2.5 Bagaimana pendapat islam tentang pemerintahan yang otoriter?

1.2.6 Bagaimana pandangan islam tentang perang islam melawan negara Barat?

1.3 Tujuan

1.3.1 Memahami konsep politik Islam

1.3.2 Memahami prinsip politik luar negeri menurut ajaran Islam

1.3.3 Mengetahui konstribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional

1.3.4 Mengetahui pandangan islam tentang politik menghalalkan segala cara.

1.3.5 Mengetahui pandangan islam tentang pemerintah otoriter

1.3.6 Mengetahui pandangan islam tentang perang negara Islam dengan negara Barat.

1.4 Manfaat

Agar siswa lebih memahami tentang budaya sistem politik Islam dan dapat membedakan antara sistem politik bangsa Indonesia dan sistem politik Islam serta nilai-nilai politik islam yang sudah mulai hilang dari sistem politik bangsa Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN2.1 Konsep Politik Islam

Kata politik berasal dari bahasa Latin yaitu politicos atau politicus yang berarti relating to citizen (hubungan warga Negara). Kedua kata itu berasal dari kata polis yang berarti kota. Dalam bahasa Arab, politik disebut siyasah, kata ini diambil dari kata sasa-yasuusu yang diartikan mengemudi, mengendalikan, dan mengatur. Jadi kata politik diartikan mengurus, mengatur kepentingan seseorang. Fiqih siyasah adalah hukum Islam yang mengatur sistem kekuasaan dan pemerintahan. Jadi politik meliputi kebijakan mengatur segala urusan dalam dan luar negeri dari sebuah pemerintahan.

Dalam politik Islam, Negara didirikan atas prinsip-prinsip tertentu yang ditetapkan Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad saw. Adapun prinsip-prinsip pemerintahan Islam yaitu:

1. Bahwa seluruh kekuasaan di alam semesta ada pada Allah karena Ia yang menciptakannya. Maka menurut keimanan seorang muslim, hanya Allah yang harus ditaati; orang yang dapat ditaati hanya bila Allah memerintahkannya.

2. Hukum Islam ditetapkan oleh Allah dalam Al-Quran dan sunnah Nabi, sedangkan Sunnah Nabi merupakan penjelasan otoritatif tentang Al-Quran.

Kedaulatan atau kekuasaan tertinggi dalam siyasah Islam ada pada Allah SWT. Segala kekuasaan dan kehendak berada pada tangan Tuhan sehingga penguasa atau pemegang amanah tidak memiliki kekuasaan mutlak, ia hanyalah wakil (khalifah) Allah di muka bumi yang berfungsi untuk membumikan sifat-sifat Allah dalam kehidupan nyata yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rosul.

Dalam siyasah Islam juga terdapat beberapa prinsip dasar sesuai dalam Al-Quran surah An-Nisa (4): 58-59 yaitu:

Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila menetapkan hukum diantara manusia hendaknya kalian menetapkan dengan adil. (QS.An-Nisaa:58).

1. Prinsip Menunaikan Amanat

Dalam ayat ini memperkenalkan prinsip pertanggungjawaban kekuasaan politik. Prinsip pertanggungjawaban kekuasaan politik bermakna bahwa setiap orang yang mempunyai kedudukan fungsional dalam kehidupan politik dituntut agar melaksanakan kewajiban atau amanat yang disampaikan kepadanya dengan sebaik-baiknya.

2. Prinsip Keadilan

Keadilan diungkapkan Al-Quran dengan kata-kata al-adl, al-qisth, al-mizan. Adil berarti sama memberi kesan adanya dua pihak atau lebih, karena jika hanya satu pihak, tidak akan terjadi persamaan. Qisth berarti menuntut seseorang berlaku adil terhadap dirinya sendiri. Mizan adalah alat untuk menimbang.

Dalam siyasah Islam keadilan yang dibicarakan yaitu tidak hanya pada proses penetapan hukum atau terhadap pihak yang berselisih, melainkan juga keadilan terhadap diri sendiri, baik ketika berkata ataupun bertindak.

3. Prinsip ketaatan kepada Allah, Rasul, dan Ulil Amri

Prinsip ketiga ini mengandung unsur kesadaran untuk mentaati perintah dari ulul amri (pemimpin). Adanya perintah yang diikuti secara terpaksa maka bukan disebut ketaatan. Kewajiban mentaati bukan hanya kepada ulul amri saja tetapi juga mentaati Allah dan Rosul-Nya sekaligus mengandung juga kewajiban mentaati Al-Quran dan Sunnah, karena Al-Quran adalah firman Allah dan Sunnah adalah penjelasan dari firman Allah. Hal ini berimplikasi bahwa Al-Quran dan Sunnah menjadi pedoman, pegangan hukum bagi orang Islam.

4. Prinsip merujuk kepada Allah dan Rosul jika terjadi perselisihan

Prinsip ini menekankan agar perselisihan yang terjadi di antara manusia diselesaikan dengan berpedoman kepada Al-Quran dan Sunnah. Selain itu prinsip ini juga mengisyaratkan adanya penggunaan musyawarah sebagai metode pembinaan hukum dan pengambilan keputusan politik dimana keputusan tersebut diambil dari partisipasi masyarakat atau anggota untuk mnyampaikan pendapat dalam pembuatan keputusan yang mengikat.

Maka karena rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Maka maafkanlah mereka, mohonkan ampun bagi mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (Al-Imron: 159)

Adapun juga ciri-ciri politik Islam yaitu :

1. Kekuasaan dipegang penuh oleh umat .

2. Masyarakat ikut berperan dan bertanggung jawab .

3. Kebebasan adalah hak bagi semua orang .

4. Persamaan diantara semua manusia.

5. Kelompok yang berbeda juga memiliki legalitas.

6. Kezaliman mutlak tidak diperbolehkan dan usaha meluruskannya adalah wajib.

Jadi suatu konsep politik Islam adalah suatu kegiatan berpolitik yang tetap berpedoman dengan Al-Quran dan Al-hadist yang selaras dengan dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan. Karena itu sistem politik Islam menjadi suatu sistem politik yang jujur, terbuka, adil, dan damai sehingga tidak ada yang dirugikan baik pemimpin ataupun anggotanya.

2.2 Prinsip politik luar negeri menurut ajaran Islam

Dalam siyasah Islam terdapat garis-garis besar siyasah Islam yaitu; Siyasah Dusturiyah (Tata Negara dalam Islam), c, Siyasah Dauliyah (Hukum politik yang mengatur hubungan antara satu Negara dengan Negara lain).

Siyasah Dusturiyah (Tata Negara dalam Islam)

Berbicara tentang Tata Negara dalam Islam tidak jauh dengan sejarah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar dalam Kitb al-Ahkaam as-Sulthaaniyah karangan Imam Al-Mawardi disebutkan bahwa struktur pemerintahan Islam terdiri dari:

1. Khalifah

2. Kementerian

3. Gubernur Propinsi

4. Panglima tentara

5. Polisi dalam negeri

6. Qadhi/hakim

7. Petugas pemungut zakat

8. Pimpinan Ibadah Haji

9. Petugas pembagi harta rampasan perang

Siyasah Maliyah (Hukum politik yang mengatur sistem ekonomi Negara)

Pemasukan uang Negara dalam sistem ppolitik Islam bersumber dari tanah-tanah yang ditaklukan dan dari berbagai pajak.

Siyasah Dauliyah (Hukum politik yang mengatur hubungan antara satu Negara dengan Negara lain)

Siayah Dauliyah atau disebut juga dengan sistem politk luar negeri dalam ajaran Islam. Politik luar negeri tidak dapat terlepaskan dari politik islam. Hal ini dikarenakan untuk memenuhi kepentingan masyarakat di negeri sendiri serta kepentingan negara dan bangsa lain. Politik luar negeri islam menurut Ali Abdul Halim Mahmud (1998) terdiri atas dasar-dasar kuat yang mempunyai tujuan yang sudah jelas. Antara lain:

1. Menyebarkan dakwah keseluruh dunia.

2. Mengamankan batas-batas territorial negara dan umat islam dari fitnah dan gangguan-gangguan musuh.

3. Mengaplikasikan system jihad fisabilillah untuk menegakkan kalimat Allah swt.

Politik luar negeri islam yang mengatur hubungan negara dengan rakyatnya serta instansi yang ada dibawahnya dengan organisasi kenegaraan lainnya. Adapun prinsip-prisip yang digunakan dalam politik luar negeri islam:

1. Pokok dalam hubungan negara adalah perdamaian.

2. Tidak memutuskan hubungan damai antar negara kecuali karena alasan yang mendesak atau darurat.

3. Membuat kaidah-kaidah hubungan luar negeri tetap dalam keadaan damai dan menjamin kedamaian itu.

4. Membuat kaidah-kaidah hubungan luar negeri perang dengan tujuan mengurangi penderitaan.

5. Membuat syarat-syarat bila negara mau diakuai negara lain.

6. Megumumkan ketentuan-ketentuan perang bila sampai itu terjadi agar tetap pada tujuan yang benar.

Politik luar negeri islam berlangsung dalam keadaan damai dan perang. Dalam hubungan politik damai antar negara harus mampu menjaga keamanan, kepercayaan dan perdamaian. Sedangkan dalam politik luar negeri islam dalam keadan perang adalah hanya boleh terjadi apabila dalam hubungan politik tersebut ada upaya memerangi islam, menghalangi dakwah dan mereka yang menyerukan untuk tidak mendengarkan dakwah. Berikut merupakan prinsip politik luar negeri islam yang berlangsung damai: menjaga berdamaian, menegakkan keadilan, memenuhi janji, menjaga hak-hak dan kebebasan no muslim, serta melakukan tolong menolong kemanusiaan dan saling toleransi.

Sementara islam membenci peperangan. Perang hanya akan menimbulkan kesedihan, keruskan, penghancuran dan pembunuhan. Adapun prinsip-prinsip luar negeri islam dalam keadaan perang adalah:

1. Menentukan tujuan perang. Perang dalam islam bukan semata-mata adanya keinginan untuk perang namun dikarenakan oleh sebab karena ingin mencapai tujuan tertentu. Dalam islam tujuan perang itu antar lain: menahan serangan musuh dan melawan kedzaliman dan mengamankan dakwah yang membawa kebajikan untuk seluruh umat.

2. Melakukan persiapan. Suatu negara harus selalu berada dalam kekuatan dan persiapan dalam menahan perang dan mencegah perang itu terjadi.

3. Tidak meminta bantuan musuh untuk mengalahkan musuh. Umat islam harus berhati-hati agar tidak tertipu oleh musuh yang menampakkan senang dengan landasan-landasan islam, padahal sejatinya dia ingin menghancurkan landasan islam itu sendiri. Jika hal demikian terjadi maka akan berakibat lebih fatal lagi terhadap umat islam.

4. Menepati perjanjian dan persetujuan. Menepati perjanjian atau persetujuan dalam perang adalah sama dalam keadaan damai. Tidak boleh makukan pelanggaran dalam perjanjian kecuali dalam keadaan yang darurat.

5. Menjalankan hukum dan adab islam dalam perang. Islam membuat hukum-hukum, syarat serta etika yang tidak boleh dilanggar oleh umat islam dan pemimpin. Diantaranya:

a. Dilarang membunuh wanita, anak kecil dan ornag tua kecuali orang tersebut turut memerangi islam dengan tipu muslihatnya,

b. dilarang membunuh seseorang dengan khianat tanpa mengumumkan terlebih dahulu sikap perang,

c. dilarang merusak jenazah musuh sekalipun hal yang sama dilakukan terhadap jenazah orang muslim,

d. mengubur mayat-mayat musuh sebagai penghormatan terhadap kemanusiaan,

e. memperlakukan tawanan dengan baik.2.3 Konstribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional

Apabila membicarakan kontribusi pemikiran pemeluk agama dalam kehidupan politik, berbangsa dan bernegara yang mendiami Negara Republik Indonesia maka objek pokok bahasannya cukup luas.

Selain itu juga menjadi bahan perbandingan pengetahuan demokrasi secara umum dengan demokrasi dalam pengertian khusus (ISLAM). Demokrasi dalam pengertian khusus (islam) dimaksud adalah manusia sebagai khalifah allah di bumi dan bertanggung jawab kepada-Nya. Kekuasaan atau kepemimpinan adalah amanah allah yang harus diemban tidak boleh bermain-main dengan kekuasaan. Dalam sebuah hadist nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa setiap manusia adalah pemimpin dan akan diminta oleh Allah SWT pertanggung jawaban mengenai perilakunya. Sebelum adanya konsep demokrasi tanggung jawab itu hanya kepada tuhan sehingga sering disalahgunakan. Dalam sejarah jawa raja bergelar khlifatullah dan dalam sistem pengetahuan rakyat kekuasaan raja dianggap sebagai kekuasaan tuhan yang tidak bisa diganggu gugat. Oleh karena lain halnya dalam konsep pemikiran masyarakat barat ( Belanda, Inggris, Spanyol, dan sebagainya) kontemporer dan pemikiran penduduk tertentu yang mendiami Negara Republik Indonesia zama dulu, kini, dan mungkin yang akan datang, yaitu mempunyai pemahaman bahwa baik Negara maupun hukum telah dipisahkan dari agama. Sejak awal 1930-an sampai akhir 1960-an sebagian pembicaraan politik di Indonesia berkenaan dengan pertentangan antara golongan agama dengan golongan nasionalis/sekuler. Golongan agama sering dilihat sebagai golongan yang ingin menjadikan Islam sebagai dasar Negara, sementara golongan nasionalis adalah mereka yang ingin membedakan antara persoalan agama dengan persoalan Negara dengan Pancasila sebagai dasar Negara. Kenyataan sejarah juga membuktikan bahwa tahun 1973 pemerintah orde baru mengharuskan PPP yang merupakan basis Islam pada saat itu, ntuk mengganti symbol Kabah dan asasnya (Islam) dengan symbol Bintang dan asas Pancasila. Walaupun begitu, para praktisi politik Islam tetap turut mewarnai kehidupan politik melalui partai-partai Islam. Namun konstribusi umat Islam tidak bisa hanya diukur dengan banyaknya partai Islam, tetapi rasa saling percaya.2.4 Pandangan Islam Mengenai Politik Menghalalkan Segala Cara

Beberapa prinsip politik islam berisi: mewujudkan persatuan dan kesatuan bermusyawarah, menjalankan amanah dan menetapkan hukum secara adil atau dapat dikatakan bertanggung jawab, mentaati Allah, Rasulullah dan Ulill Amr (pemegang kekuasaan) dan menepati janji. Dari beberapa prinsip diatas yang berkorelasi dengan politik, menggambarkan umat islam dalam berpolitik tidak dapat lepas dari ketentan-ketentuan tersebut. Berpolitik dalam islam tidak dapat berbuat sekehendak hatinya. Maka dapat disimpulkan bahwa politik islam memiliki pengertian mengurus kepentingan rakyat yang didasari prinsip-prinsip agama. Korelasi pengertian politik islam dengan politik menghalalkan segala cara merupakan dua hal yang sangat bertentangan. Islam menolak dengan tegas mengenai politik yang menghalalkan segala cara. Terlebih apabila mementingkan kepentingan individu atau kelompok. Sedangkan islam dalam berpolitik tidak sekedar mengurusi atau mengendalikan rakyat saja, tetapi juga mengemban kebajikan untuk seluruh rakyatnya. 2.5 Pandangan Islam Mengenai Pemerintahan Otoriter

Dari prinsip-prinsip islam dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pemerintahan adalah memberi kesejahteraan kepada rakyatnya. Sehingga seluruh rakyatnya diharapkan dapat menerima hak-haknya sebagai warga negara dan turut mengawasi pemerintahan. Sedangkan pemerintah berfungsi sebagai institusi yang mengatur masyarakat demi masyarakatnya. Maka logika yang dapat diperoleh negara dalam islam merupakan kegiatan demi kesejahteraan masyarakat. Apabila suatu pemerintahan telah beralih fungsi sebagai institusi yang melayani masyarakatnya, justru menjadikan kekuasaan sebagai peyalahgunaan. Maka pemerintahan tersebut dikatakan tidak sehat.

Berbagai macam bentuk pemerintahan menjadi perdebatan diantara para pemikir. Setelah sepeninggal rasul bentuk pemerintahan di Madinah dipegang Abu Bakar sehingga yang terakhir adalah Ali bin Abi Thalib. Bentuk pemerintahan yang dijalankan oleh para sahabat ini adalah sistem khalifah. Dalam bentuk pemerintahan, sistem khalifah, bentuk kekuasaannya tidak dijalankan secara demokrasi, tetapi secara turun temurun atau penunjukan. Dari seseorang yang berkuasa disebut khalifah Ibnu Khaldum (1406M) mengatakan kekhalifahan maupun kerajaan adalah khilafah Allah diantara manusia bagi pelaksanaan segala peraturan diantara manusia. Al Mawaidi (1058M) dalam bukunya Al-Ahkam Al-Shultaniyah mengatakan bahwa pemilihan atau penunjukan khalifah mesti diikuti baiat masyarakat. Muhammad Rasyid Ridha dalam bukunya Al Khalifah Al Amanah menyatakan system khalifah perlu untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan umat.

Sebagai umat islam yang menjadikan para sahabat sebagai suri tauladan, tentunya kita harus mencontoh ajaran dan tindakan mereka. Pada inti permasalahannya setiap pemerintahan harus dapat melindungi, mengayomi masyarakat. Sedangkan penyimpangan yang terjadi adalah pemerintahan yang tidak mengabdi pada rakyatnya; menekan rakyatnya. Sehingga pemerintahan yang terjadi adalah otoriter. Yaitu bentuk pemerintahan yang menyimpang dari prinsip-prinsip islam.2.6 Pandangan Islam Tentang Perang Negara Islam Dengan Negara Barat

Sesuai dengan politik luar negeri dalam ajaran Islam, jelaslah sudah Islam sangat membenci adanya peperangan. Dengan siapapun itu kelompoknya. Karena peprangan hanya akan menimblakan adanya kerusakan, kehancuran dan penderitaan. Namun Islam juga memperbolehkan adanya perang namun dengan sebab yang sudah pasti sesuai dengan aturannya. Walaupun demikan perang yang dilakukan oleh umat muslim tetap harus berpegang teguh dengan prinsip serta hukum-hukum Islam yang berlaku. Sehingga bila perang tersebut terpaksa harus dilakakukan akan memberikan kemaslahatan bagi umat muslim itu sendiri.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Politik artinya siasah/siasat, secara bahasa bermakna mengatur politik islam dan dalam arti luas bermakna aspek ajaran islam yang mengatur sistim kekuasaaan dan pemerintah suatu Negara, dan kebijakan suatu Negara terhadap Negara lain. Pemahaman tentang demokrasi konsep pemeluk agama dan non agama dibatasi pada pemahaman/ajaran tentang agama itu sendiri. Dengan konsep agama keseimbangan, kedamaian dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat karena pelaksanaan HAM beriringan dengan pelaksanaan Tuhan, sebaliknya dengan mengenyampingkan agama berarti secara tidak langsung mengenyampingkan hak-hak tuhan.

3.2 Saran

Sebagai umat muslim yang ingin terus berpolitik hendaknya tetap berpegang teguh dan berpedoman dengan ajaran-ajaran Agama Islam melalui Al-Quran dan Al-Hadist dan tetap meletakan beberapa prinsip-prinsip politik Islam walaupun sistem politiknya yang berbeda agar sistem politik yang ada di negara kita tidak menyimpang dan berjalan harmoni karena prinsip sistem politik Islam berdimensi ketuhanan dan kemanusiaan. DAFTAR PUSTAKA

Azzura. (2011,28 Oktober). Sistem Politik Islam. Diperoleh 29 September 2013, dari http://andriekayani24.blogspot.com/2011/10/makalah-sistem-politik-islam.htmlhttp://garissinggung.blogspot.com/2013/08/makalah-sistem-politik-islam.html

Dewi(dkk.), 2012, Modul Pendidikan Agama Islam Politeknik Negeri Sriwijaya, PalembangNurhasan, Abdul (dkk.), 2011, Pendidikan Agama Islam untuk Mahasiswa, Palembang: Percetakan Universitas Sriwijaya

Syarif Iberani Jamal, 2003, Mengenal Islam, Jakarta: El-Kahfi

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang 11.2 Rumusan Masalah 21.3 Tujuan 21.4 Manfaat 2BAB II

PEMBAHASAN2.1 Konsep Politik Islam .32.2 Prinsip politik luar negeri menurut ajaran Islam 52.3 Konstribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional 82.4 Pandangan Islam Mengenai Politik Menghalalkan Segala Cara 92.5 Pandangan Islam Mengenai Pemerintahan Otoriter 102.6 Pandangan Islam Tentang Perang Negara Islam Dengan Negara Barat 11

BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan ...123.2 Saran ...12DAFTAR PUSTAKA ...13