03. Politik Islam

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Umat muslim, dalam hidupnya berpegang teguh pada Al Qur’an dan Al Hadist sebagai pedoman hidupnya. Dari kedua pedoman tersebut, umat muslim tidak perlu khawatir dalam menjalani persoalan hidup. Segala apa yang menjadi persoalan, solusi, peringatan, kebaikan dan ancaan termuat di dalam pedoman tersebut. Bahkan dalam Al Qur’an dan Al Hadist permasalahan politik juga tertuang didalamnya. Diantaranya membahas: prinsip politik islam, prinsip politik luar negeri islam. Baik politik luar negeri dalam keadaan damai maupun dalam keadaan perang. Islam merupakan agama Allah SWT sekaligus agama yang terakhir yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan tujuan untuk mengubah akhlak manusia ke arah yang lebih baik di sisi Allah SWT. Banyak cara yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai ketakwaan di sisi-Nya atau yang disebut juga dengan kata “Politik”. Karena politik dapat dikatakan sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak sedikit masyarakat menganggap bahwa politik adalah sesuatu yang negatif yang harus dijauhi. Padahal tidak semestinya selalu begitu, bahkan politik sangat dibutuhkan dalam hidup beragama. Andai saja kita tidak mempunyai cara untuk melakukan pendekatan kepada Allah SWT, maka dapat

description

politik islam

Transcript of 03. Politik Islam

Page 1: 03. Politik Islam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Umat muslim, dalam hidupnya berpegang teguh pada Al Qur’an dan Al Hadist

sebagai pedoman hidupnya. Dari kedua pedoman tersebut, umat muslim tidak perlu

khawatir dalam menjalani persoalan hidup. Segala apa yang menjadi persoalan, solusi,

peringatan, kebaikan dan ancaan termuat di dalam pedoman tersebut. Bahkan dalam Al

Qur’an dan Al Hadist permasalahan politik juga tertuang didalamnya. Diantaranya

membahas: prinsip politik islam, prinsip politik luar negeri islam. Baik politik luar negeri

dalam keadaan damai maupun dalam keadaan perang.

Islam merupakan agama Allah SWT sekaligus agama yang terakhir yang disampaikan

kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan tujuan untuk mengubah

akhlak manusia ke arah yang lebih baik di sisi Allah SWT. Banyak cara yang dilakukan

oleh manusia untuk mencapai ketakwaan di sisi-Nya atau yang disebut juga dengan kata

“Politik”. Karena politik dapat dikatakan sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu.

Tidak sedikit masyarakat menganggap bahwa politik adalah sesuatu yang negatif yang harus

dijauhi. Padahal tidak semestinya selalu begitu, bahkan politik sangat dibutuhkan dalam

hidup beragama. Andai saja kita tidak mempunyai cara untuk melakukan pendekatan

kepada Allah SWT, maka dapat dipastikan kita sebagai manusia biasa juga tidak akan

pernah mencapai kata beriman dan takwa disisi-Nya, dikarenakan tidak akan pernah

tercapai suatu tujuan jika tidak ada usaha atau cara yang dilakukannya untuk mencapai

tujuan tersebut. Realita inilah yang harus kita ubah dikalangan masyarakat setempat,

setidaknya dimulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, kemudian untuk bangsa dan

negara kita.

Islam bukanlah suatu ilmu yang harus dipertandingnya dengan tulisan atau dengan

ceramah belaka tanpa diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Karena islam sangat identik

dengan sifat, pemikiran, tingkah laku, dan perbuatan manusia dalam kehidupan sehari- hari

untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan tujuan mencapai kebahagiaan hidup di dunia

dan akhirat. Tentunya untuk mencapai hal tersebut, kita harus mempunyai suatu cara

tertentu yang tidak melanggar ajaran agama dan tidak merugikan umat manusia. Banyak

Page 2: 03. Politik Islam

yang beranggapan bahwa jika agama dimasukkan dalam suatu politik, maka agama ini tidak

akan murni lagi. Namun ada yang beranggapan lain, karena jika agama tidak menggunakan

suatu politik atau cara, maka agama tersebut tidak akan sampai pada tujuannya. Kalaupun

pada kenyataannya banyak yang tidak berhasil, mungkin cara yang digunakan belum

sempurna dan perlu menambahan ilmu.

Untuk itulah saya sangat berharap kepada pembaca semua, semoga setelah

membaca atau membahas makalah ini, kita semua mampu menjadikan agama islam agama

yang kembali sempurna untuk mengubah akhlak manusia ke arah yang lebih baik di sisi-

Nya, Amin.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah nilai-nilai dasar sistem politik dalam Al-Qur’an?

2. Bagaimana ruang pembahasan Siasyah Dusturiyah?

3. Bagaimanakah sosok pemimpin dalam Islam?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui nilai-nilai dasar politik dalam Al-Qur’an

2. Menjelaskan ruang pembahasan Siasyah Dusturiyah

3. Mengetahui bagaimana sosok pemimpin dalam Islam

D. Manfaat Makalah

1. Agar pembaca dapat memahami bagaimana konsep politik dan apa itu politik Islam

2. M

3. Agar pembaca bisa mengetahui bagaimana sosok pemimpin dalam Islam sekaligus

menanamkan dalam dirinya dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari

mengenai sikap seorang pemimpin Islam

Page 3: 03. Politik Islam

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Politik Islam

Politik adalah 'ilmu pemerintahan' atau 'ilmu siyasah', iaitu 'ilmu tata

negara'. Pengertian dan konsep politik atau siasah dalam Islam sangat berbeza

dengan pengertian dan konsep yang digunakan oleh orangorang yang bukan Islam.

Politik dalam Islam menjuruskan kegiatan ummah kepada usaha untuk

mendukung dan melaksanakan syari'at Allah melalui sistem kenegaraan dan

pemerintahan.

  la bertujuan untuk menyimpulkan segala sudut Islam yang syumul melalui

satu institusi yang mempunyai syahksiyyah untuk menerajui dan melaksanakan

undang undang.

  Pengertian ini bertepatan dengan firman Allah yang mafhumnya: "Dan

katakanlah: Ya Tuhan ku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah

aku dengan cara yang baik dan berikanlah kepadaku daripada sisi Mu kekuasaan

yang menolong." (AI Isra': 80)

  Di atas landasan inilah para 'ulama' menyatakan bahawa: "Allah

menghapuskan sesuatu perkara melalui kekuasaan negara apa yang tidak dihapuskan

Nya meIaiui al Qur'an"

Islam bukanlah semata agama (a religion) namun juga merupakan sistem

politik (a political sistem), Islam lebih dari sekedar agama. Islam mencerminkan

teori-teori perundang-undangan dan politik. Islam merupakan  sistem peradaban yang

lengkap, yang mencakup agama dan Negara secara bersamaan (M.Dhiaduddin Rais,

2001:5).

Nabi Muhammad SAW adalah seorang politikus yang bijaksana. Di Madinah

beliau membangun Negara Islam yang pertama dan meletakkan prinsip-prinsip utama

undang-undang Islam. Nabi Muhammad pada waktu yang sama menjadi kepala

agama dan kepala Negara.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian politik sebagai kata benda

ada tiga, yaitu :

(1) pengetahuan mengenai kenegaraan (tentang sistem dan dasar pemerintahan)

Page 4: 03. Politik Islam

(2) segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai   

(3) kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah).

Politik itu identik dengan siasah, yang secara pembahasannya artinya

mengatur. Dalam fikih, siasah meliputi :

1.      Siasah Dusturiyyah (Tata Negara dalam Islam)

2.      Siasah Dauliyyah ( Politik yang mengatur hubungan antara satu negara Islam

lainnya)

3.      Siasah Maaliyah (Sistem ekonomi negara)

Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi yang dapat mempersatukan kekuatan-

kekuatan dan aliran-aliran yang berbeda-beda di masyarakat. Dalam konsep Islam,

kekuasaan tertinggi adalah Allah SWT. Ekrepesi kekuasaan dan kehendak Allah

tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul. Oleh karena itu penguasa tidaklah

memiliki kekuasaan mutlak, ia hanyalah wakil (khalifah) Allah di muka bumi yang

berfungsi untuk membumikan sifat-sifat Allah dalam kehidupan nyata. Di samping

itu, kekuasaan adalah amanah Allah yang diberikan kepada orang-orang yang berhak

memilikinya. Pemegang amanah haruslah menggunakan kekuasaan itu dengan sebaik-

baiknya. Sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang telah ditetapkan Al-Quran dan

Sunnah Rasul.

2. Nilai-nilai dasar politik dalam Al-Quran

2.1 Al-Qur’an

1. Kemestian mewujudkan persatuan dan kesatuan ummat.

   “Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu,

dan aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku.” (Al-Mu’minun:52).

2. Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah ijtihadiyah.

   “Dan Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan

menyebarkan rahmat-Nya. dan Dialah yang Maha pelindung lagi Maha Terpuji.”

(Al-Syura: 38)

  “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap

mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka

menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah

ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.

kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada

Page 5: 03. Politik Islam

Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

(Ali Imran : 159). 

3. Kemestian menunaikan amanat dan menetapkan hukum secara adil.

   “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak

menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia

supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran

yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi

Maha melihat.” (Al-Nisa : 58).

4. Kemestian mentaati Allah dan Rasulullah serta Uli al-Amri

 Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri

di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka

kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu

benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih

utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Al-Nisa : 59).

 

5. Kemestian mendamaikan konflik antar kelompok dalam Masyarakat Islam

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu

damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap

yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut

kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya

menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah

mencintai orang-orang yang Berlaku adil. (Al-Hujurat : 9).

 

6. Kemestian mempertahan kedaulatan negara dan larangan melakukan agresi

 Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah

kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

yang melampaui batas. (Al-Baqarah : 190).

 

7. Kemestian mementingkan perdamaian daripada permusuhan

 Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan

bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi

Maha mengetahui. (al-Anfal : 61).

 

8. Kemestian meningkatkan kewaspadaan dalam pertahanan dan keamanan

Page 6: 03. Politik Islam

 Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi

dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu)

kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka

yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang

kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu

dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). [Al-Anfal : 60].

 

9. Keharusan menepati janji  

Dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu

membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu

telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu).

Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (Al-Nahl : 91).

 

10. Keharusan mengutamakan perdamaian bangsa-bangsa

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujurat : 13).

 

11. Kemestian peredaran harta pada seluruh lapisan masyarakat

 Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta

benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk

rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang

dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja

di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa

yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. (Al-Hasyr : 7).

2.2 Al-Hadits

1.      Keharusan mengangkat pemimpin

Page 7: 03. Politik Islam

Dari Abu Hurairah r.a. telah bersabda Rasulullah saw.: “Apabila tiga orang

keluar untuk bepergian, maka hendaknya salah seorang diantara mereka menjadi

pemimpin mereka”. (H.R. Abu Dawud)

 

Dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Tidak boleh bagi

orang yang berada di ttempat terbuka di muka bumi ini, kecuali salah

seorang  diantara mereka menjadi pemimpinnya” . (H.R. Ahmad).

 

2.      Kemestian pemimpin untuk bertanggung jawab atas kepemimpinannya.

 

Dari Ibnu Umar r.a, telah bersabda Rasulullah saw. : “Setiap kamu adalah pemimpin

dan setiap pemimpin itu bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang imam

yang menjadi pemimpin rakyat bertanggung jawab terhadap rakyatnya dan setiap

suami bertanggung jawab atas rumah tangganya”.(H.R. Bukhari dan Muslim).

 

3.      Kemestian menjadikan kecintaan dalam persaudaraan sebagai dasar hubungan

timbal balik antara pemimpin dengan pengikut.

 

Dari Auf bin Malik, telah bersabda Rasulullah saw. : “pemimpin yang baik adalah

pemimpin yang mencintai kamu dan kamu mencintainya, mendo’akan kamu dan

kamu mendo’akan mereka, sedangkan pemimpin yang jelek adalah pemimpin yang

kamu benci dan mereka membenci kamu, kamu melaknat mereka dan mereka

melaknat kamu.” (H.R. Muslim).

 

4.      Kemestian pemimpin berfungsi sebagai perisai.

 

Dari Abu Hurairah, telah bersabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya pemimpin itu

ibarat perisai yang dibaliknya digunakan untuk berperang dan berlindung.

Apabila pemimpin memerintah berdasarkan ketakwaan terhadap Allah ‘Azza wa

Jalla dan berlaku adil, maka baginya ada pahala, apabila memerintah dengan

dasar selain itu, maka dosanya akan dibalas” . (H.R. Muslim).

5.      Kemestian pemimpin untuk berlaku adil.

 

Page 8: 03. Politik Islam

Dari Abu Hurairah, telah bersabda Rasulullah saw.: “Ada tujuh golongan yang

dinaungi Allah swt. dibawah naungan-Nya pada hari kiamat dan tidak ada

naungan kecuali naungan-Nya, yang pertama adalah imam yang adil … “. (H.R.

Bukhari Muslim).

3. Ruang Lingkup Pembahasan Siasiyah Dusturiyah

Objek pembahasan islam meliputi :

Siyasah “dusturiyah” (hukum tata negara), menjelaskan hubungan pemimpin dengan

rakyatnya serta institusi yang ada di negara itu sesuai dengan kebutuhan rakyat untuk

kemaslahatan dan pemenuhan kebutuhan rakyat itu sendiri. Seperti persoalan imamah, hak

dan kewajibannya, persoalan rakyat, status, hak dan kewajibannya, persoalan bai’at,

persoalan perwakilan, wizarah dan pembagiannya, dll.

Siyasah Dusturiyyah, adalah siyasah yang mengatur hubungan warga Negara dengan

lembaga Negara yang satu dengan warga Negara dan lembaga Negara yang lain dalam batas-

batas administrasi suatu Negara.

Permasalahan di dalam siyasah dusturiyah adalah hubungan antara pemimpin di satu

pihak dan rakyatnya di pihak lain serta kelembagaan dalam masyarakatnya. Ruang lingkup

pembahasan siyasah dusturiyah itu sendiri dibatasi hanya dalam pembahasan tentang

pengaturan dan perundang-undangan yang dituntut oleh hal ihwal kenegaraan dari segi

persesuaian dengan prinsip-prinsip agama dan merupakan realisasi kemaslahatan manusia

serta memenuhi kebutuhanya[10]. Kata “dusturi” berasal dari bahasa persia. Semula artinya

adalah seorang yang memiliki otoritas, baik dalam bidang politik maupun agama.

Sumber-sumber siyasah Dusturiyah diantaranya ialah:

a.       Al-Quran, yaitu ayat-ayat yang berhubungan dengan prinsip-prinsip kehidupan masyarakat.

b.      Hadits, terutama yang berhubungan dengan imamah dan kebijaksanaan Rasulullah dalam

menerapkan hukum Negara.

c.       Kebijakan-kebijakan khulafarasyidin dalam mengendalikan pemerintahan.

Page 9: 03. Politik Islam

d.      Ijtihad para ulama.

e.       Adat kebiasaan suatu bangsa yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip al-Quran dan

Hadits.

Prinsip-prinsip dasar politik (siyasah) islam                        :

1. Mewujudkan persatuan dan kesatuan umat (Al-Mu’minun 52)

2. Keharusan bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah ijtidaiyah (As-

Syura 38 dan Ali Imran 159)

3. Selalu amanah  dan menetapkan hukum secara adil (An-Nisa 58)

4. Mentaati Allah SWT, Rasul SAW dan ulil amri (pemegang kekuasaan) (An-Nisa 59)

5. Mendamaikan konflik antar kelompok dalam masyarakat islam (Al-Hujarat 9)

6. Mempertahankan kedaulatan negara dan larangan melakukan agresi dan invasi (Al-

Baqarah 190)

7. Mementingkan perdamaian daripada permusuhan (Al-Anfal 61 dan Al-Hujarat 13)

8. Meningkatkan kewaspadaan dalam bidang pertahanan dan keamanan (Al-Anfal 60)

9. Menepati janji (An-Nahl 91)

10.  Beredarnya harta pada seluruh lapisan masyarakat (Al-Hasyr 7)

11.  Mengikuti prinsip-prinsip pelaksanaan hukum seperti menyedikitkan beban (taqlil al-

takalif), berangsur-angsur (al-tadarruj), tidak menyulitkan (‘adam al-haraj)

4. Pemimpin dalam Islam

Islam adalah agama yang sangat memperhatikan masalah kepemimpinan (leadership).

Hal ini, disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, karena Islam memandang bahwa manusia

pada dasarnya adalah pemimpin, yaitu wakil Allah SWT di muka bumi, khalifatullah fi

al-ardh (QS. Al-Baqarah [2]: 30). Dalam hadis shahih, Rasulullah saw menegaskan

bahwa setiap orang (kamu) adalah pemimpin:

Setiap kamu adalah pemimpin, dan harus bertanggung jawab atas rakyat yang

dipimpinnya; seorang imam (kepala Negara) adalah pemimpin dan harus bertanggung

jawab atas rakyat yang dipimpinnya. (HR. Bukhari dari sahabat Ibn Umar).

Page 10: 03. Politik Islam

Dalam hadis lain, Rasulullah bahkan memberikan intsruksi (arahan), bahwa apabila tiga

orang dalam perjalanan atau bepergian, maka hendaklah ditunjuk salah seorang dari

mereka sebagai imam atau pemimpin.

Kedua, manusia sebagai makhluk social tidak akan berkembang dengan baik, tanpa

kepemimpinan yang kuat dan mencerahkan (the inspiring leader). Menurut sosiolog

Muslim Ibn Khaldun, ada 2 hal yang sangat diperlukan suatu masyarakat, (1) norma-

norma hukum, dan (2) kepemimpinan (pemimpin) yang kuat. Kedua hal ini menjadi

syarat mutlak lahirnya masyarakat yang beradab dan berbudaya tinggi. Tanpa keduanya,

suatu masyarakat akan mudah terseret ke dalam perpecahan dan permusuhan yang

berkepanjangan (chaos).

Ketiga, yang tidak kalah pentingnya adalah karena pemimpin menjadi salah satu factor

penentu kemajuan (dan juga kebangkrutan) suatu masyarakat atau bangsa. Dalam

adagium Arab ada ungkapan yang amat terkenal, yaitu: Manusia akan mengikuti agama

raja-raja mereka

Bertolak dari latar belakang pemikiran di atas, maka soal kepemimpinan, termasuk di

dalamnya memilih pemimpin menjadi hal yang sangat penting dalam pandangan Islam.

2. Arti dan Makna Kepemimpinan dalam Islam

Kepemipinan (leadership) merupakan salah satu variable penting dalam kehidupan umat,

bahkan menjadi factor penentu (determinant factor) kemajuannya. Menurut Imam

Ghazali, hakekat kepemimpinan adalah pengaruh, yakni kedudukan seseorang di mata

dan di hati umat (Ihya’ `Ulum al-Din, Tanpa Tahun, jilid 3, hal. 45). Tanpa pengaruh,

seorang tak dinamakan pemimpin meskipun ia secara formal memiliki dan memangku

jabatan penting dalam pemerintahan, organisasi, maupun korporasi (perusahan).Tak

adanya pengaruh ini diidentifikasi oleh Jeremie Kubicek sebagai matinya

kepemimpinan, dalam bukunya yang kesohor, Leadership is Dead: How Influence is

Reviving It!. (Jeremie Kubicek, New York, Howard Book, 2011), h, 12 dst.).

Hakekat kepemimpinan, seperti telah disinggung, tak lain adalah pengaruh.

Kepemimpinan adalah proses induksi [memengaruhi] orang lain agar bertindak menuju

atau mencapai tujuan umum (the process of inducing others to take action toward a

Page 11: 03. Politik Islam

common goal). (Roland J Burke dan Cary L Coper, Inspiirng Leader, New York:

Routledge, 2006, h. 6) atau tindakan memengaruhi orang lain agar mereka secara sukarela

mencapai tujuan organisasi (influencing others to voluntarily pursue organizational

goals). Pengertian lain, seperti dikemukakan Fred Smith, kepemimpinan adalah upaya

memengaruhi orang lain agar mereka secara sadar melakukan apa yang tidak ingin

mereka lakukan (Leadership is getting someone to willingly do what they don’t want to

do). (Charles A Rarick, Leadership and Motivation in the New Century,Florida: Barry

University, tt. h.2).

Bertolak dari hakekat kepemimpinan ini, maka pemimpin yang efektif dan memuaskan,

menurut John Zinger, adalah pemimpin yang inspiring [inspirasional] dalam arti

mencerahkan dan menggerakkan orang lain mencapai kemajuan dan kemuliaan. Untuk

itu, dalam pandangan Islam, kepemimpinan yang efektif dan mencerahkan itu, harus

ditunjukkan paling tidak dalam tiga hal, yaitu: (1) pelayanan (khadamat), (2), kedekatan

dan komunikasi alias keterhubungan dan ketersambungan dengan kepentingan rakyat (al-

tabligh wa al-bayan), dan (3), keteladanan (qudwah hasanah).

a. Pelayanan

Pelayanan yang baik (khadamat) adalah hal yang paling pokok dalam kepemimpinan

Islam. Dengan makna ini, maka kepemimpinan menjadi medium pengabdian yang tinggi

kepada Allah SWT. Dalam perspektif Islam, pemimpin tidak dipahami sebagai

‘penguasa’ (apalagi joraganbesar), tetapi justru pelayan yang harus bekerja keras untuk

mebantu masyarakat. Pemimpin, kata tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, H.Agus

Salim, adalah “menderita” dalam arti bekerja keras untuk rakyat, bukan bersenang-senang

di atas penderitaan orang lain.

Para Nabi dan Rasul Allah adalah pemimpi-pemimpin sejati, karena kedudukan mereka

sebagai “penggembala,” dalam arti pelayan dan pengayom umat. Diilihami oleh

kepemimpinan para Nabi itu, Raja Fahd dari Arab Saudi, menyebut dirinya sebagai

“Pelayan Dua Tanah Suci,” Mekah dan Madinah (Khadim al-Haramain), karena sebagai

Raja (pemimpin), ia harus melayani kaum muslim yang datang ke sana untuk

melaksanakan haji dan umrah dari seluruh dunia. Kakenda, Mu’assis Awwal As-

Page 12: 03. Politik Islam

Syafi`iyah, KH Abdullah Syafi`I, juga menyebut dirinya sebagai “Khadim al-

Thalabah” (pelayan para santri), karena sebagai ulama ia harus melayani dan

membimbing para santri dan jemaah yang hendak belajar kepadanya. Pendek kata, inti

dari kepemimpinan Islam adalah berjuang dan bekerja untuk kemajuan umat. Dalam

kaidah fiqih politik Islam disebutkan: Tindakan seorang pemimpin (imam) atas rakyat

terikat (tak boleh keluar) dari kemaslahatan umum.

b, Kedekatan dan Komunikasi dengan umat

Kedekatan dan komunikasi dengan umat menjadi ide dasar kedua dalam kepemimpinan

Islam.Ide ini mengajarkan bahwa tidak boleh ada jarak antara pemimpin dan umat.

Berbagai masalah yang muncul belakangan ini, seperti maraknya paham dan aliran sesat,

radikalisasi agama, anarkisme, dan lain-lain, ditengarai karena tak adanya komunikasi

antara pemimpin dan umat. Pemimpin memang wajib berkomunikasi dengan umat. Oleh

sebab itu, pemimpin dalam pandanagn Islam, tak boleh bisu, tetapi ia wajib memiliki

sifat tabligh.

Nabi Musa a.s. sebagaimana diceritakan dalam al-Qur’an, berdo’a kepada Allah swt agar

kata-kata (pikiran)-nya bisa dimengerti oleh kaumnya. "Ya Tuhanku, lapangkanlah

untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari

lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku,” (QS. Thaha [20]: 25-28). Nabi Ibrahim

a.s. malah meminta agar menjadi komunikator yang efektif, (lisana shidqin), yang kata-

katanya abadi, tetap berpengaruh bagi orang-orang kemudian. Firman Allah: Dan

Jadikanlah aku buah tutur (jurubicara) yang baik bagi orang-orang (yang datang)

Kemudian (QS. Al-Syu`ara [26]: 84).

Ini berarti, Nabi Ibrahim tak hanya menjadi pemimpin besar (great leader), tetapi juga

sekaligus komunitor besar (great communicator) sebagai wujud kepeduliannya kepada

kebaikan dan kemajuan umat.

c. Keteladanan (Uswah Hasanah)

Page 13: 03. Politik Islam

Keteladanan (qudwah dan uswah hasanah) merupakan hal yang sangat penting dalam

kepemimpinan Islam. Dalam bahasa modern keteladanan (qudwaah hasanah)

ini disebut “lead by example,” yakni memimpin dengan memberi bukti, bukan

janji. Keteladanan adalah kekuatan yang melahirkan pengaruh, aura, bahkan charisma.

Kita semua mengetahui, bahwa pengaruh adalah kekuasaan (Influence is power). Karena

berbasis keteladanan, kepemimpinan dalam perspektif Islam (leadership in the Islamic

perspective) bergerak dari dalam ke luar (in side out), bukan sebaliknya, dipaksakan dari

luar ke dalam (out side in). Inilah kepemimpinan dalam arti sebenarnya. Saya ingin

mengutip sekali lagi sabda Nabi saw di atas Setiap kamu adalah pemimpin, dan harus

bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya.

Hadis ini tak hanya menegaskan pentingnya kepemimpinan, seperti umum dipahami,

tetapi juga mengajarkan bahwa kepemimpinan harus tumbuh dari dalam, dengan latihan

untuk bisa menjadi pemimin atas diri kita sendiri. Karena, percayalah seorang tidak akan

bisa memimpin orang lain, apalagi memimpin bangsa, jika memimpin dirinya sendiri saja

ia tak mampu.

Selanjutnya, hadis ini mendorong kita agar kita tak hanya menjadi manajer,

tetapi leader.Sekali lagi leader. Dalam perspektif Islam, leader jauah lebih dipenting dan

diperlukan ketimbang hanya manajer, apalagi kalau hanya sebagai Dealer (makelar).

3. Kriteria Pemimpin

Seorang pemimpin, dengan sendirinya, perlu memiliki syarat-syarat kepemimpinan yang

kuat. Secara umum, seorang pemimpin, harus memiliki 4 sifat, yaitu: (1), memiliki

wawasan dan ilmu pengetahuan yang luas. Pemimpin tidak boleh bodoh. (QS. Al-

Baqarah [2]: 269). (2), memiliki akhlak yang mulia dan keluhuran budi pekerti, (QS. Al-

Qalam [68]: 4), karena pemimpin adalah teladan atau Role Model (QS. Al-Ahzab [33]:

21). (3), memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat

(responsible dan accountable, amanah). (QS. Al-Nisa [4]: 58), dan (4), dapat

mengkomunikasikan ide dan gagasan besarnya serta mampu mewujudkannya dalam

kenyataan (QS. Al-Sya`ara’ [26]: 84).

Page 14: 03. Politik Islam

Bila merujuk kepada kepemimpinan Nabi Muhammad saw, seorang pemimpin harus

memiliki 3 semangat dasar (mental kepemimpinan) seperti disebut oleh Allah SWT

dalam ayat ini:

Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa

olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat

belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS.At-Taubah ayat 128) .

Menunjuk ayat di atas, maka ada 3 sifat yang dimiliki oleh Rasulullah saw, dan yang

mesti dicontoh oleh setiap pemimpin. Pertama, `azizun `alaihi ma `anittum, yakni mampu

merasakan kesulitan dan penderitaan orang lain. Dalam bahasa modern, sifat ini

disebut “Sense of Crisis.”. Kedua, harishun `alaikum, yakni memiliki komitmen yang

kuat untuk mensejahterakan umat. Dalam bahasa modern sifat ini ini disebut, “Sense of

Achievement”. Ketiga, rauf dan rahim, yaitu memiliki cinta dan kasih sayang yang tinggi

alias memiliki “Sense of Love”. Dikatakan, “If You Are Not Loving, You Are Not

living.”

4. Memilih Pemimpin

Dalam kaitan ini, saya ingin mengajak kaum muslim agar memahami dan melakukan 3

hal seperti berikut ini.

Pertama, sebagai muslim kita perlu bersikap positif dan pro aktif, serta ikut serta

mengambil bagian dalam proses pembangunan bangsa, termasuk dalam menentukan dan

memilih pemimpin. Dalam pandangan Islam, memilih pemimpin merupakan bagian dari

tanggung jawab social Islam (al-mas’uliyah al-ijtima`iyah al-Islamiyah) serta merupakan

bagian tak terpisahkan dari kewajiban amar

Page 15: 03. Politik Islam

makruf dan nahi munkar. Kita tidak boleh melepaskan diri dari tanggung jawab ini demi

terciptanya masyarakat adil dan makmur yang menjadi harapan dan ciata-cita bersama.

Kedua, selanjutnya, sebagai Muslim, kita tentu harus memilih pemimpin yang sesuai

dengan criteria dan petunjuk yang diajarkan oleh agama Islam. Perhatikan firman Allah

ini:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi

wali (pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu

mengadakan alas an yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)..? (Q.S. An-Nisa ayat

144).

Perhatikan juga ayat ini:

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani

menjadi pemimpin-pemimpinmu, sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian

Page 16: 03. Politik Islam

yang lain. Barang siapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka

sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak member

petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Q.S. Al-Maidah ayat 51)

Kepemimpinan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam merupakan kepemimpinan yang

ideal. Bukan hanya pribadinya yang ideal TAPI hukum yang diterapkan juga ideal yaitu

HUKUM ISLAM yang pantas bagi manusia.

Setidaknya ada 8 ciri pemimpin yang digariskan dalam Islam:

1. Pemimpin itu hendaklah menunaikan janji-janjinya kepada orang bawahannya.

Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam , “Sesiapa yang diamanahkan oleh Allah

untuk memimpin rakyat, lalu dia mati. Pada hari dia mati dalam keadaan dia menipu

rakyatnya, maka Allah telah mengharamkan syurga untuknya”. (Hadis Riwayat Imam

Bukhari dan Muslim)

2. Pemimpin itu harus memiliki sifat takwa.

"Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat

pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka

mengetahui." (AlBaqarah:103) 

3. Pemimpin itu mestilah beramanah, adil dan tidak melakukan kezaliman atau

diskriminasi kepada mereka yang di bawah pimpinannya. (AnNisa:58)

4. Pemimpin itu hendaklah berakhlak, baik budi pekertinya dan menjadi teladan yang

baik dalam semua tindak tanduknya.

5. Pemimpin itu hendaklah tegas dan berpegang teguh kepada prinsip dalam

melaksanakan amanah.

Page 17: 03. Politik Islam

Daripada Aisyah ra bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Sekiranya

Fatimah binti Muhammad mencuri niscaya aku akan memotong tangannya”. (Hadis

Riwayat Imam Bukhari)

6. Pemimpin itu mestilah bertanggungjawab dan tidak sombong kepada mereka yang di

bawah pimpinannya. (At-Taubah:128) 

7. Pemimpin itu hendaklah orang yang mempunyai kekuatan dari semua sudut pandang

fisik, spiritual, emosi dan mental.

Daripada Abu Hurairah ra bahawa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :

“Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik

akhlaknya”. (Hadis Riwayat Imam Tirmidzi)

8. Pemimpin itu hendaklah orang yang berupaya untuk menjaga agama dan menegakkan

syariat Allah di atas muka bumi.

"(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya

mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma´ruf dan

mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan."

(AlHaj:41)

Jadi, Pecinta Al Qur'an sekalian itulah ciri-ciri pemimpin yang digariskan dalam Islam,

bukan mengatakan bahwa selain dari perkara ini tidak baik tetapi agama haruslah

diutamakan. Halalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, demi untuk

menyenangkan kepada siapa yang memberi.

Page 18: 03. Politik Islam

BAB III

PENUTUP

Politik dalam Islam menjuruskan kegiatan ummah kepada usaha untuk

mendukung dan melaksanakan syari'at Allah melalui sistem kenegaraan dan

pemerintahan. la bertujuan untuk menyimpulkan segala sudut Islam yang syumul

melalui satu institusi yang mempunyai syahksiyyah untuk menerajui dan

melaksanakan undang undang.

Islam bukanlah semata agama namun juga merupakan sistem politik,

Islam lebih dari sekedar agama. Islam mencerminkan teori-teori perundang-undangan

dan politik. Islam merupakan  sistem peradaban yang lengkap, yang mencakup agama

dan Negara secara bersamaan.