Politik Islam Jadi

download Politik Islam Jadi

of 67

Transcript of Politik Islam Jadi

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    1/67

    XV. POLITIK ISLAM

    Kompetensi DasarMemahami dan mengusai defenisi dan konsepsi dasar Politik Islam

    Indikator Pencapaian Kompetensia. Memahami definisi dan konsepsi Politik Islamb.

    Menjelaskan perbedaan Politik Islam pada masa Rasululloh dan Khulafaur Rasyidin, AbadKlasik dan Pertengahan, Masa Modern dan Politik Islam di Nusantara

    c. Menerapkan Konsep Politik Islam yang yang bersifat Rahmatan lil Alamiin.

    Abstrak

    Pemikiran politik Islam dari zaman Rasululloh S.A.W. dan para sahabat (Khulafaur-Rasyidin)hingga abad klasik/pertengahan dan modern menujukkan dinamika politik yang panjang dalam

    perjalanan umat Islam untuk merumuskan hubungan Islam dan politik ketatanegaraan. Paratokoh ulama dan pemikir Islam tersebut merumuskan pemikiran tersebut sesuai dengan latarbelakang sosial politik dan budaya yang mereka hadapi.

    Dalam masa klasik dan pertengahan, pemikiran politik para ulama diwarnai oleh kondisipolitik yang mapan pada periode awal bani Abbas, lalu mengalami disintegrasi dan akhirnyalemah dikuasai oleh Mongol. Lalu muncul tiga kerajaan besar di dunia Islam, yaitu Usmani diTurki, Mughal di India. Dalam masa-masa tersebut, para ulama tidak mempertanyakan otoritasbentuk kerajaan turun-temurun. Mereka masih berbicara sekitar otoritas suku Quraisy sebagaipemegang kekuasaan politik tertinggi dan kekhalifahan universal. Di sisi lain, wacana syurayang merupakan watak asli dari politik Islam dan bersumber langsung dari Al-Quran, ternyatatertutup oleh ambisi para petualang politik dan intrik-intrik yang terjadi antara sesama umatIslam sendiri.

    Barulah pada masa modern, ketika umat Islam sudah mulai berkenalan dengan gagasan-gagasan politik Barat yang masuk ke dunia Islam bersama penjajahan Barat, muncul wacanabaru tentang hubungan Islam dan negara. Umat Islam mulai berkenalan dengan wacanademokrasi, parlemen, pembatasan kekuasaan presiden, lembaga legislatif, dan lain-lain yangdatang dari Barat. Merespons hal tersebut, para ulama dan pemikir politik terpola pada tigaparadigma pemikiran, yaitu yang mengintegrasikan hubungan agama dan politik,memisahkannya, dan memandangnya memiliki hubungan simbiotik.

    I. POLITIK ISLAM PADA ZAMAN RASULULLOH SAW

    Kejayaan pada saat membangun kekuatan ekonomi dan politik serta melibhatkan rakyatadalah tradisi baru dalam peradaban manusia yang sebelumnya tidak ada dalam kebudayaanbangsa Arab. Kelahiran kerajaan Islam Madinah di jazirah Arab telah membawa revolusirohaniah dan pemikiran baru dunia yang diasaskan kepada kekuatan moral dan agama danmembentuk etika hubungan baru di mana kekuasaan didasarkan pada prinsip akhlak, semangatkebersamaan dan rasa hormat-menghormati antara satu dengan yang lain.

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    2/67

    Kerangka politik Islam ditakrifkan sebagai Siyasah Ilahiyyah wa Inabah Nabawiyyahs.a.w.,yang menyerahkan segala kekuasaan kepada Allah S.W.T., (Hakimiyyah Allah).Hal inimerupakann pandangan hidup yang mendasar untuk mempertahankan kesetiaan kepada AllahS.W.T., para Rasul a.s., hakim pada keadilan dan pemerintahan yang seimbang (siyasah 'adilah).

    Terwujudnya negara Islam di Madinah mempunyai hubungan yang langsung dengan cita-

    cita dan perjuangan Rasulullah s.a.w. dan para Sahabat r.a.. Terwujudnya negara tersebutdidasarkan pada idealisme dan cita-cita murni untuk melahirkan suatu masyarakat yang dapatmerealisasikan peranan seorang hamba sebagai khalifah. Kekhilafah Islam menjadi tonggakpertama yang mencetuskan kekuatan dengan didasarkan pada nilai-nilai agama dan peranannyasebagai rahmatan lil `alamn. Pengalaman mendirikan negara Islam di Madinah ini telahmemberikan inspirasi kepada golongan muda yang mempunyai akhlaqul karimah sesuai denganpanutan pada masa itu yaitu Rasullulloh saw, yang tidak dapat dibandingkan lagi ahlaqulkarimah beliau dengan manusia manapun di muka bumi ini. Hal ini sesuai dengan Firman AllohSWT dalam Al-Quran Q.S. Al-Ahzab, ayat 21:

    Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagiorang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebutAllah. (Q.S. Al-Ahzab, ayat 21).

    Sistem perundangan-undangan yang diasaskan oleh Rasulullah s.a.w. mempunyaikekuatan yang tersendiri dalam mengutarakan konsep al-mujtama'at al- madaniyyah dengandidasari oleh sistem nilai yang dihubungkan dengan tradisi al-millat al-hanifiyyah al-samhah

    yang dijadikan sebagai dasar bagi sistim keadilan dengan dasar siyasah shar'iyyah yangmeletakkan asas kemasyarakatan yang dipereratkan dengan keluasan Islam sebagai risalahuniversal.

    Madinah pada kala itu dibangun di atas sebuah konsorsium budaya Islam, Yahudi danNasrani, dan Islam menjamin kebebasan beragama dan memberi kesempatan kepada rakyatuntuk memupuk kebersamaan.

    Pembentukan ahl al-hal wa al-'aqd, ri'ayah al-maslahahdan dasar imamah olehparapemikir Islam yang telah mengemukakan pandangan yang ideal dan gagasan besar dalampemikiran siyasah seperti disebutkan oleh Imam al-Mawardi (365-450 H./991-1031 M.) dalamal-Ahkam al-Sultaniyyah wa al-Wilayah al-Diniyyah, Imam al-Ghazali (450-505 H./1058-1111M). dalam Nasihat al-Muluk,Ibn Taymiyyah (661-728 H./1263-1328 M.) dalam al-Siyasah al-Shar'iyyah fi Islah al-Ra'i wa al-Ra'iyah, Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam al-Turuq al-Hukmiyyah fi al-Siyasah al-Shar'iyyah, Ibn Khaldun (732-808/1332-1405 M.) dalam al-Muqaddimahdan Muhammad Rashid b. 'Ali Rida al-Qalmuni (1282-1354 H.) dalam Tafsir al-Manar. Kejayaan kerajaan Madinah dihubungkan dengan kekuatan sosio-politik yangmenjamin keadilan pemerintahan dan keberhasilan pembangunan yang dapat menjangkau disegala lini baik budaya, kebersamaan dalam pemahaman untuk menjadi negara maju di kalanganrakyat dengan didasarkan pada kemuliaan sebagai seorang insan nilai-nilai hidup yang beragam.Kekuatan Madinah terbentuk sebagai hasil dari tradisi pengukuhan, tarbiyah ruhiyah, pendidikan

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    3/67

    jiwa dan rohani agar selalu tunduk kepada Allah S.W.T. dan bebas dari tuntutan nafsu. Pada saatitu Rasululloh meletakkan asas yang kekuatan yang didasarkan pada penghayatan Islam secaramenyeluruh (al-din) disegala sektor kehidupan baik bidang kemasyarakatan, ekonomi, undang-undang, politik, pendidikan, kenegaraan dan kesenian.

    a. Pengaruh Politik Madinah

    Sistem Politik Islam Di Zaman Nabi Muhammad S.A.W. bersifat demokratis. Pada saatimperialisme Romawi dan Parsi (Persia) jatuh, idealisme Islam terus menyala. Pemikiran Islampada saat itu diarahkan kepada pembentukan sistem politik yang merangkul ilmu-ilmu ukhrawidan duniawi agar supaya pribadi-pribadi yang lahir sistem itu mampu menyempurnakan amanahsebagai selaku khalifah dalam batas yang wajar dan akhirnya menimbulkan suatu mekanismepengawasan diri dalam pendidikan dan pandangan Islam.

    Generasi Sahabat r.a. yang terbina oleh keghairahan mengejar pembangunan rohani danagama, adalah pejuang-pejuang tulen yang telah mencapai tahap kecemerlangan melalui sistempolitik yang tepat serta pendidikan yang melibatkan pengajian dan pengamatan yang mendalam

    mengenai ihsan; yang mendorong ke arah kecintaan terhadap kebaikan dan kebencian terhadapkemungkaran. Mereka adalah generasi awal dalam perjuangan yang menghidupkan asasreformasi demi sebuah janji masyarakat Islam yang matang, bersatu dan terbuka yang memilihjalan perjuangan yang penuh dengan cobaan untuk menjadi pewaris bumi yang memegangkekuasaan dan kepimpinan untuk seluruh umat manusia. Kelahiran kota Madinah yang megahketika awal merupakan cikal bakal dan simbol kekukuhan dan kekuatan Islam. Ini merupakanhasil dari Pembinaan dan tradisi ilmu dan pengembangan budaya yang didasarkan pada jiwakebersamaan dan kesadaran masyarakatnya.

    Pada saat itu Madinah merupakan kota yang menjadi benteng utama pertahanan Islamdalam menghadapi ancaman 4 kekuasan besar (Kerajaan Romawi, Persia, Kafir Quraisy Mekahdan Kabilah-Kabilah Arab di Semanjung Arab). Tidak sedikit dari golongan Yahudi dan Nasrani

    yang memprovokasi kabilah Arab untuk melakukan serangan yang dahsyat ke kota Madinahdengan jalan menghasut pada kaum munafiq dengan rasa cemas, korupsi, penindasan kaum danpembohongan terhadap kaum muslimin.

    Sebaliknya kerajaan Islam Madinah terus membuktikan kematangan dalam perjuanganmendaulatkan keadilan dan mampu menang dari rongrongan monopoli Quraysh Mekah. Impianpolitik baru mencapai tahap pertamanya ketika Islam menang pada saat perang Badar.Kemampuan untuk menunjukkan kesetiakawanan, kekukuhan dan kebijaksanaan telah berhasilmembuat kekuatan barisan rakyat yang padu. Madinah muncul mengambil posisi dalam politikdi jazirah Arab dengan membentuk negara baru berideologi Islam.

    b. Agenda Penyatuan UmatKota Madinah mengambil waktu kurang lebih 23 tahun untuk berdiri dengan megah.

    Keringat dan korban yang diperlukan untuk membina kota tersebut adalah hasil perjuangan dancita-cita suci untuk membina kekuatan Islam dan mengamalkan petunjuk Ilahi. Pembentukanumat yang baru memerlukan perhatian serius untuk mewujudkan suatu kebijakan dalampembangunan yang berdasarkan kepada kesatuan. Pemerintah yang diamanahkan oleh rakyatterikat dengan prinsip perjuangan yang murni untuk mengangkat martabat agama dan semangatummah dalam batas-batas moral dan kesopanan sehingga terwujud sikap menghormati

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    4/67

    kebebasan individu dan hak beragama dengan keutamaan memenuhi tuntutan Islam dankebenaran yang mutlak. Keteladanan yang ditunjukkan oleh Rasulullah s.a.w., membawa anginsegar pada kehidupan yang harmonis ilmu, budi pekerti, jiwa yang luhur dan mulia, dankorelasinya untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan umat dalam hal-hal sebagai berikut:

    1. Ikatan persaudaraan antara kaum muslimin

    Rasulullah s.a.w. mengajarkan kepada manusia bahwa persaudaraan mampu membawamenujukemakmuran dengan semangat kepercayaan agama yang suci, termasuk bersedekah,bersilaturrahim. Pada saat itu, Islam membentuk ketetapan baru dalam perjanjianpersaudaraan yang mengharuskan pewarisan dalam tradisi persaudaraan. Keharusan tersebutdilaksana untuk memenuhi wacana keadilan dan tuntutan al-'adl wa al-ihsanyang mengikatumat Madinah dengan tanggungjawab dan kesadaran akan kenyataan hidup masyarakat secaraumum, untuk mengukuhkan asas-asas ekonomi golongan masyarakat yang tertindas dandizalimi. Persaudaraan yang berlandaskan prinsip akhlak dan keluhuran agama menjadilandasan dalam membentuk suasana yang kondusif yang selanjutnya berdampak padapertumbuhan ekonomi yang baik. Hubungan persaudaraan untuk mencapai mufakat inidilakukan oleh sahabat-sahabat Rosululloh saw diantaranya: Ja'far b. Abi Talib dan Mu'adh b.

    Jabal, Hamzah b. 'Abd al-Muttalib dan Zayd b. Harithah, Abu Bakr al-Siddiq dan Kharijah b.Zahir, 'Umar ibn al-Khattab dan 'Utban b. Malik, Talhah b. 'Ubaydillah dan Zubayr al-'Awwam, 'Abd al- Rahman ibn 'Awf dan Sa'ad b. Rabi', Salman al-Farisi dan Abu Darda danRasulullah s.a.w. sendiri mengambil Sayyidina 'Ali b. Abi Talib r.a. sebagai saudara Bagindas.a.w. Hal tersebut di atas ditegaskan dalam Q.S. Al-Anfal, ayat 75, sebagai berikut:

    "Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamumaka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungankerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) didalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (Q.S. Al-Anfaal,ayat 75).

    2. Pendekatan yang konstruktif dalam menerapkan risalah dan dakwah secara menyeluruhdengan menginfaqkan dana dan mengeluarkan pembiayaan dengan tujuan pembinaan danpemanfaatan fungsi masjid dalam masyarakat Islam.Rasulullah s.a.w. merintis pembangunan Mesjid Al-Nabawi (mesjid di Quba), danmengintensifkan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti menyusun program, segala proyekyang ditujukan untuk kepentingan muslimin. Mesjid dijadikan sebagai lambang dan modelpembangunan politik yang berakhlak dan menghormati karomah insan, kebebasan manusia,pelaksanaan sistim hukum dan peradilan. Dari mesjid inilah kemudian rencana-rencana yangtelah matang kemudian dilaksanakan agenda pembangunan sosialnya, mengendalikanbantuan-bantuan kebajikan, memperlengkapkan institusi untuk warga fakir miskin, dan

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    5/67

    tempat perlindungan dan pemulihan kanak-kanak, remaja dan golongan kurang mampu dikalangan anak yatim, orang cacat, orang tua yang uzur. Keutamaan masjid sebagai bentengpertahanan moral dan keutuhan masyarakat terus diperkokoh untuk memberi pengarahandalam pembangunan masyarakat dan pendorong kepada keadilan dan kestabilan. Pembinaanmasjid yang didasarkan pada Ilahi terus diperbaiki dengan memperluas kegiatan disegala

    bidang seperti bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya dan sebagai pusat kegiatan politiknegara. Dengan perolehan dana keungan yang besar peranan mesjid diperluas menjadi pusatpersidangan yagn dapat menarik delegasi dari luar untuk berkunjung ke Madinah gunamemecahkan permasalahan-permasalahan yang menyangkut kegiatan keagamaan danpembangunan ekonomi dan persoalan-persoalan negara lainnya.Berbagai cara dilakukan untuk memperkenalkan mesjid sebagai pusat segala kegiatan, denganmempersiapkan strategi pembangunan kepemudaan dalam segala bidang, pendirianBaitulmal, pengurusan dana, aktivitas penyebaran ilmu dan pemahaman keislaman, markastentara, rumah sakit, pusat perundingan, dakwah dan penyebaran Islam.

    3. Delegasi/Utusan ke negara tetangga

    Rasululloh mengutus delegasi-delegasi/utusan-utusan yang dikirim ke hampir 70 negara,

    untuk melakukan kerjasama dengan negara Madinah, terutama rombongan dari Thaqif, BaniTamim dan Bani Asad. Islam muncul sebagai pengusa politik dunia yang membuka pintunyauntuk saudagar timur dan barat yang merantau ke semenanjung tanah Arab guna keperluanperdagangan dan membuka pasaran serta menjalin kerjasama politik dan ekonomi yang lebiherat.

    4. Membentuk badan-badan pemerintahan yang mengurus pemerintahan pusat, wilayah, badan-badan keagamaan, sistim keuangan dan strategi peperangan.

    Membentuk badan eksekutif dimana Rasulullah s.a.w. sebagai Ketua Negara mengepalaipemerintahan Madinah dengan dibandu penasehat (Mushir), Divisi Usaha (Katib), WakilKhusus (Rusul), divisi kemasyarakatan dan dawah (Shu'ara dan Khutaba), dan pegawai-pegawai. Menurut riwayat sejarah, Rasulullah s.a.w. sentiasa didampingi oleh penolong-penolong yang setia dan bersedia melaksanakan perintah dimana dibutuhkan.Sabda Rasulullah s.a.w.: Setiap Nabi a.s. yang terdahulu daripadaku dikaruniakan 5 Sahabatyang bijaksana sebagai menteri dan aku dikurniakan 14 orang yaitu Hamzah, Ja'far, 'Ali,Hasan, Husayn, Abu Bakr, 'Umar, Miqdad, Ibn Mas'ud, Abu Dhar, Hudhayfah, Salman,'Ammar dan Bilal r.a.Muttafaq 'Alayh.Sebagai instrumen tambahan, pembangunan wilayah telah diperluas untuk mencapaikeseimbangan dalam pengukuhan sosial dan ekonomi di semua wilayah dan negeri, sebagaiusaha meningkatkan keterpaduan antara budaya dan orang awam, sementara visi Islamdiperkaya dalam kehidupan masyarakat yang didasari pada moral yang tinggi. Rasulullullohmembentuk satu Kementerian Khas diwujudkan sebagai badan utama yang bertugassepenuhnya di samping Nabi s.a.w. untuk membantu dalam setiap urusan selain birokrasi,

    tugas tersebut antara lain Kearsipan Negara, Adhin (Penyeru), Bawwab (Penjaga Pintu) danHajib (Penjaga Benteng) yang bertugas mengendalikan kepentingan khusus dalam ekspedisitertentu.Rasululloh memperkenalkan sistem ekonomi pasar sebagai pusat perdagangan di jazirah Arabmelalui pengelolaan keuangan dan pengendalian ekonomi dengan membentuk perseroanperdagangan berdasarkan prinsip ketulusan dan akuntabilitas serta berasaskan penguasaanekonomi dan penghayatan Islam sebagai sistem hidup yang menyeluruh (al-din). Sumber-sumber keuangan pada saat itu diperoleh antara lain dari: Baitulmal berupa derma (sadaqah),

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    6/67

    rampasan perang ke atas semua bentuk dana di Madinah. Para Sahabat r.a. yang diberikanpeluang melakukan perniagaan termasuk Jabir b. 'Abdullah dan Abu Ayyub al-Ansari yangmengusahakan kebun kurma dan memiliki ladang pertanian di Madinah, Abu Bakr al-Siddiqyang mempunyai perusahaan kain di Sakh, dan 'Umar ibn al- Khattab yang menjadi saudagaragung di Persia. Pendirian pasar Qaynuqa, yang menjadi pusat kegiatan ekonomi dengan

    aktiviti jual-beli dan perdagangan yang berlandaskan prinsip Islam. Kalangan Sahabat r.a.yang terlibat dalam menggerakkan ekonomi pasar tersebut antara lain Sayyidina 'Ustman ibn'Affan yang menjalankan perdaganga kurma dan 'Abd al-Rahman ibn 'Awf di budak dantawanan perang.

    Pembangunan sistem pertahanan berlandaskan semangat dan dasar kemanusiaan merupakankepentingan yang paling mendesak bagi menampung dan mengarahkan kehidupan ke arahkesempurnaan. Sayyidina Hamzah b. 'Abd al-Muttalib mengetuai ekspedisi tentara yangpertama ke pantai barat, pemeriksaan keanggotaan (arz), delegasi senjata dan kuda (ashab al-silah wa al-fars),Angkatan sayap (umara al-khamis),Pengawal malam (haras), Pembawapanji (,tali'ah), mata-mata ( uyun), Pemandu arah (dalil), Pegawai rampasan dan tawananperang,dan Pengawal peribadi.

    II. POLITIK ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN

    Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah tidak dapat digantioleh siapapun (khatami al-anbiya wa al-mursalin), tetapi kedudukan beliau yang kedua sebagaipimpinan kaum muslimin mesti segera ada gantinya. Orang itulah yang dinamakan Khalifahartinya yang menggantikan Nabi menjadi kepala kaum muslimin (pimpinan komunitas Islam)dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan hukum-hukum Agama Islam.Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri diatas kebenaran. Maka setelah NabiMuhammad SAW wafat, pemuka-pemuka Islam segera bermusyawarah untuk mencari pengganti

    Rasulullah SAW. Setelah terjadi perdebatan sengit antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin,akhirnya terpilihlah sahabat Abu Bakar sebagai Khalifah, artinya pengganti Rasul SAW yangkemudian disingkat menjadi Khalifah atauAmirul Muminin.

    Keputusan Rasulullah SAW yang tidak menunjuk penggantinya sebelum beliau wafatdan menyerahkan pada forum musyawarah para sahabat merupakan produk budaya Islam yangmengajarkan bagaimana cara mengendalikan negara dan pemerintah secarabijaksana dandemokratis (Yatim,1997:35). Terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah yang pertama dalamketatanegaraan Islam merupakan salah satu refleksi dari konsep politik Islam. Abu Bakarmenerima jabatan Khalifah pada saat sejarah Islam dalam keadaan krisis dan gawat. Yaitutimbulnya perpecahan, munculnya para nabi palsu dan terjadinya berbagai pemberontakan yangmengancam eksistensi negeri Islam yang masih baru. Memang pengangkatan Abu Bakar

    berdasarkan keputusan bersama (musyawarah di balai Tsaqifah Bani Saidah) akan tetapi yangmenjadi sumber utama kekacauan ialah wafatnya nabi dianggap sebagai terputusnya ikatandengan Islam, bahkan dijadikan persepsi bahwa Islam telah berakhir.

    Abu Bakar bukan hanya dikatakan sebagai Khalifah, namun juga sebagai penyelamatIslam dari kehancuran karena beliau telah berhasil mengembalikan ummat Islam yang telahbercerai berai setelah wafatnya Rasulullah SAW. Disamping itu beliau juga berhasil memperluaswilayah kekuasaan Islam. Jadi dapat disimpulkan bahwa letak peradaban pada masa Abu Bakar

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    7/67

    adalah dalam masalah agama (penyelamat dan penegak agama Islam dari kehancuran sertaperluasan wilayah) melalui sistem pemerintahan (kekhalifahan) Islam.

    Akan tetapi konsep kekhalifahan dikalangan Syiah masih ditentang. Menurut Syiahkekhalifahan adalah warisan terhadap Ali dan kerabatnya, bukan pemilihan sebagaimana terjadipada Abu Bakar. Terlepas dari perbedaan interpretasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep

    kekhalifahan adalah produk budaya dibidang politik yang orisinil dari peradaban Islam. Sebabketika itu tidak ada lembaga manapun yang memakai konsep kekhalifahan.Menurut Fachruddin, Abu Bakar terpilih untuk memimpim kaum Muslimin setelah

    Rasulullah disebabkan beberapa hal:1. Dekat dengan Rasulullah baik dari ilmunya maupun persahabatannya.2. Sahabat yang sangat dipercaya oleh Rasulullah.3. Dipercaya oleh rakyat, sehingga beliau mendapat gelarAsSiddiq, orang yang sangat

    dipercaya.4. Seorang yang dermawan.5. Abu Bakar adalah sahabat yang diperintah Rasulullah SAW menjadi Imam Shalat

    jamaah.

    6.

    Abu Bakar adalah termasuk orang yang pertama memeluk Islam (Fachruddin, 1985:19-20).

    Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah (pengganti Nabi) sebagaimana dijelaskanpada peristiwa Tsaqifah Bani Saidah, merupakan bukti bahwa Abu Bakar menjadi Khalifahbukan atas kehendaknya sendiri, tetapi hasil dari musyawarah mufakat umat Islam. Denganterpilihnya Abu Bakar menjadi Khalifah, maka mulailah beliau menjalankan kekhalifahannya,baik sebagai pemimpin umat maupun sebagai pemimpin pemerintahan. Adapun sistem politikIslam pada masa Abu Bakar bersifat sentral, jadi kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatifterpusat ditangan Khalifah, meskipun demikian dalam memutuskan suatu masalah, Abu Bakarselalu mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Sedang kebijaksanaan politik yangdiilakukan Abu Bakar dalam mengemban kekhalifahannya yaitu:1. Mengirim pasukan dibawah pimpinan Usamah bin Zaid, untuk memerangi kaum Romawi

    sebagai realisasi dari rencana Rasulullah, ketika beliau masih hidup. Sebenarnya dikalangansahabat termasuk Umar bin Khatab banyak yang tidak setuju dengan kebijaksanaan Khalifahini. Alasan mereka, karena dalam negeri sendiri pada saat itu timbul gejala kemunafikan dankemurtadan yang merambah untuk menghancurkan Islam dari dalam. Tetapi Abu Bakartetap mengirim pasukan Usamah untuk menyerbu Romawi, sebab menurutnya hal itumerupakan perintah Nabi SAW. Pengiriman pasukan Usamah ke Romawi di bumi Syampada saat itu merupakan langkah politik yang sangat strategis dan membawa dampak positifbagi pemerintahan Islam, yaitu meskipun negara Islam dalam keadaan tegang akan tetapimuncul interprestasi dipihak lawan, bahwa kekuatan Islam cukup tangguh. Sehingga parapemberontak menjadi gentar, disamping itu juga dapat mengalihkan perhatian umat Islamdari perselisihan yang bersifat intern (Said bin al Qathani, 1994:166-167).

    2. Timbulnya kemunafikan dan kemurtadan. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa setelahNabi Muhammad SAW wafat, maka segala perjanjian dengan Nabi menjadi terputus.Adapun orang murtad pada waktu itu ada dua yaitu :a. Mereka yang mengaku nabi dan pengikutnya, termasuk di dalamnya orang yang

    meninggalkan sholat, zakat dan kembali melakukan kebiasaan jahiliyah.

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    8/67

    b. Mereka membedakan antara sholat dan zakat, tidak mau mengakui kewajiban zakat danmengeluarkannya.

    Dalam menghadapi kemunafikan dan kemurtadan ini, Abu Bakar tetap pada prinsipnya yaitumemerangi mereka sampai tuntas.

    3. Mengembangkan wilayah Islam keluar Arab. Ini ditujukan ke Syiria dan Persia. Untukperluasan Islam ke Syiria yang dikuasai Romawi (Kaisar Heraklius), Abu Bakarmenugaskan 4 panglima perang yaitu Yazid bin Abu Sufyan ditempatkan di Damaskus, AbuUbaidah di Homs, Amir bin Ash di Palestina dan Surahbil bin Hasanah di Yordan.Usaha tersebut diperkuat oleh kedatangan Khalid bin Walid dan pasukannya sertaMutsannah bin Haritsah, yang sebelumnya Khalid telah berhasil mengadakan perluasan kebeberapa daerah di Irak dan Persia (Misbach dkk., 1994:9). Dalam peperangan melawanPersia disebut sebagai pertempuran berantai. Hal ini karena perlawanan dari Persia yangberuntun dan membawa banyak korban. Adapun kebijakan di bidang pemerintahan yangdilakukan oleh Abu Bakar adalah:

    1. Pemerintahan Berdasarkan MusyawarahApabila terjadi suatu perkara, Abu Bakar selalu mencari hukumnya dalam kitab Allah. Jikabeliau tidak memperolehnya maka beliau mempelajari bagaimana Rasul bertindak dalamsuatu perkara. Dan jika tidak ditemukannya apa yang dicari, beliaupun mengumpulkan tokoh-tokoh yang terbaik dan mengajak mereka bermusyawarah. Apapun yang diputuskan merekasetelah pembahasan, diskusi, dan penelitian, beliaupun menjadikannya sebagai suatukeputusan dan suatu peraturan.

    2. Amanat Baitul MalPara sahabat Nabi beranggapan bahwa Baitul Mal adalah amanat Allah dan masyarakat kaummuslimin. Karena itu mereka tidak mengizinkan pemasukan sesuatu kedalamnya danpengeluaran sesuatu darinya yang berlawanan dengan apa yang telah ditetapkan oleh syariat.Mereka mengharamkan tindakan penguasa yang menggunakan Baitul Mal untuk mencapaitujuan-tujuan pribadi.

    3. Konsep PemerintahanPolitik dalam pemerintahan Abu Bakar telah beliau jelaskan sendiri kepada rakyat banyakdalam sebuah pidatonya : Wahai manusia ! Aku telah diangkat untuk mengendalikanurusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantara kamu. Maka jikalau aku dapatmenunaikan tugasku dengan baik, maka bantulah (ikutilah) aku, tetapi jika aku berlaku salah,maka luruskanlah ! orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapatmengambil hak daripadanya. Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuatsampai aku dapat mengembalikan hak kepadanya. Maka hendaklah kamu taat kepadakuselama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, namun bilamana aku tiada mematuhi Allah danRasul-Nya, kamu tidaklah perlu mentaatiku.

    4. Kekuasaan Undang-undangAbu Bakar tidak pernah menempatkan diri beliau diatas undang-undang. Beliau juga tidakpernah memberi sanak kerabatnya suatu kekuasaan yang lebih tinggi dari undang-undang.

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    9/67

    Dan mereka itu dihadapan undang-undang adalah sama seperti rakyat yang lain, baik kaumMuslim maupun non Muslim.

    D. Penyelesaian KaumRiddatKekhalifahan Abu Bakar yang begitu singkat sangat disibukkan dengan peperangan.

    Dalam pertempuran itu tidak hanya melawan musuh-musuh Islam dari luar, tetapi juga daridalam. Hal ini terjadi karena ada sekelompok orang yang memancangkan panji pemberontakanterhadap negara Islam di Madinah dan meninggalkan Islam (murtad) setelah Rasulullah wafat.Gerakan riddat (gerakan belot agama), bermula menjelang Nabi Muhammad jatuh sakit. Ketikatersiar berita kemangkatan Nabi Muhammad, maka gerakan belot agama itu meluas di wilayahbagian tengah, wilayah bagian t imur, wilayah bagian selatan sampai ke Madinah Al-Munawarahserta Makkah Al-Mukaramah itu sudah berada dalam keadaan terkepung. Kenyataan itu yangdihadapi Khalifah Abu Bakar.

    Gerakan riddat itu bermula dengan kemunculan tiga tokoh yang mengaku dirinya Nabi,guna menyaingi Nabi Muhammad SAW, yaitu: Musailamah, Thulhah, Aswad Al-Insa.Musailamah berasal dari suku bangsa Bani Hanifah di Arabia Tengah, Tulaiha seorang kepala

    suku Bani Asad, Sajah seorang wanita KRISTEN dari Bani Yarbu yang menikah denganMusailamah (Afandi dkk, 1995:94-95). Masing-masing orang tersebut berupaya meluaskanpengikutnya dan membelakangi agama Islam. Para nabi palsu tersebut pada umumnya menarikhati orang-orang Islam dengan membebaskan prinsip-prinsip moralis dan upacara keagamaanseperti membolehkan minum-minuman keras, berjudi, mengurangi sholat lima waktu menjaditiga, puasa Ramadhan dihapus, pengubah pembayaran zakat yang wajib menjadi suka rela danmeniadakan batasan dalam perkawinan.

    Dalam gerakannya Aswad dan kawan-kawannya berusaha menguasai dan mempengaruhimasyarakat Islam, dengan mengerahkan pasukan untuk masuk ke daerahdaerah. Akhirnyapasukan riddatpun berhasil menyebar kedaerah-daerah, diantaranya: Bahrain, Oman Mahara danHadramaut. Para panglima kaum riddat semakin gencar melaksanakan misinya. Akan tetapiKhalifah Abu Bakar tidak tinggal diam, beliau berusaha untuk memadamkan dan menumpasgerakan kaum riddat. Dengan sigap Khalifah Abu Bakar membentuk sebelas pasukan danmenyerahkan al-liwak (panji pasukan) kepada masing-masing pasukan. Di samping itu, setiappasukan dibekali al-mansyurat (pengumuman) yang harus disampaikan pada suku-suku Arabyang melibatkan dirinya dalam gerakan riddat. Kandungan isinya memanggil kembali kepadajalan yang benar. Jikalau masih berkeras kepala, maka barulah dihadapi dengan kekerasan.

    Gerakan itu dikenal sebagai gerakan murtad dibawah komando para nabi palsu antaralain, Aswad Insa yang menghimpun serdadu dengan jumlah besar di Yaman, Musailamah berasaldari suku bangsa Bani Hanifah di Arabia Tengah, Tulaiha seorang kepala suku Bani Asad, Sajahseorang wanita kriten dari Bani Yarbu yang menikah dengan Para nabi palsu tersebut padaumumnya menarik hati orang-orang Islam dengan membebaskan prinsip-prinsip moralis danupacara keagamaan seperti membolehkan minum-minuman keras, berjudi, mengurangi sholatlima waktu menjadi tiga puasa Ramadhan dihapus, penghibah pembayaran zakat dijadikan sukarela dan meniadakan batasan dalam pekawinan.

    Abu Bakar sebagai seorang Khalifah, tidak mendiamkan kejadian itu terus berlanjut.Beliau memandang gerakan murtad itu sebagai bahaya besar, kemudian beliau menghimpun paraprajurit Madinah dan membagi mereka atas sebelas batalian dengan komando masing-masingpanglima dan ditugaskan keberbagai tempat di Arabia. Abu Bakar menginstruksikan agarmengajak mereka kembali pada Islam, jika menolak maka harus perangi.

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    10/67

    Beberapa dari suku itu tunduk tanpa peperangan, sementara yang lainnya tidak maumenyerah, bahkan mengobarkan api peperangan. Oleh karena itu pecahlah peperangan melawanmereka, dalam hal ini Kholid bin Walid yang diberi tugas untuk menundukan Tulaiha, dalamperang Buzaka berhasil dengan cemerlang. Sedangkan Musailamah seorang penuntut kenabianyang paling kuat, Abu Bakar mengirim Ikrimah dan Surabil. Akan tetapi mereka gagal

    menundukan Musailamah, kemudia Abu Bakar mengutus Kholid untuk melawan nabi palsu dariYaman itu. Dalam pertempuran itu Kholid dapat mengahacurkan pasukan Musailamah danmembunuh dalam taman yang berdinding tinggi, sehingga taman disebut taman maut (Afandidkk, 1995:97).

    Adapun nabi palsu yang lainnya termasuk Tulaihah dan Sajah serta kepala suku yangmurtad, kembali masuk Islam. Dengan demikian, dalam waktu satu tahun semua perang Islamdiberkahi dengan keberhasilan. Abu Bakar dengan para panglimanya menghancurkan semuakekuatan pengacau dan kaum murtad. Oleh karena itu, beliau tidak hanya disebut sebagaiKhalifah umat Islam, tetapi juga sebagai penyelamat Islam dari kekacauan dan kehancuranbahkan telah menjadikan Islam sebagai agama Dunia.

    Keberhasilan perang melawan kelompok riddat membuat Islam memperoleh kembali

    kesetiaan dari seluruh Jazirah Arabia. Selain itu, menurut Nasir (1994:166) kemenangan tersebutdapat menunjukkan bahwa:1. Kebenaran akan menang;2. Menunjukkan akan keutamaan kekuatan moral atas kekuatan material;3. Dapat menggetarkan musuh Islam dan membuktikan bahwa Islam mempunyai cukup

    kekuatan untuk melawan para musuh-musuhnya;4.

    Umat Islam diyakinkan akan keunggulan Islam dan kekuatan moral yang menjadi sifatnya.

    Begitulah usaha Khalifah Abu Bakar, dengan perjuangan yang gigih, penuh kesabaran,kebijakan dan ketegasan, akhirnya Khalifah Abu Bakar berhasil memberantas kaum riddat,selanjutnya berakhirlah gerakan kaum riddat di belahan semenanjung Arabia, dan semuanyamenyatakan dirinya kembali sebagai pemeluk agama Islam yang setia.

    2. ISLAM MASA KHALIFAH UMAR BIN KHATTABUmar bin Khatab adalah keturunan Quraisy dari suku Bani Ady. Suku Bani Ady terkenal

    sebagai suku yang terpandang mulia dan berkedudukan tinggi pada masa Jahiliah. Umar bekerjasebagai saudagar. Beliau juga sebagai duta penghubung ketika terjadi suatu masalah antarakaumnya dengan suku Arab lain. Sebelum masuk Islam beliau adalah orang yang paling kerasmenentang Islam, tetapi setelah beliau masuk Islam dia pulalah yang paling depan dalammembela Islam tanpa rasa takut dan gentar. Sumbangsih Sahabat Umar dalam bidang politikantara lain:

    a. PembentukanAhlul Hall Wal AqdiSecara etimologi, ahlul hall wal aqdi adalah lembaga penengah dan pemberi fatwa.

    Sedangkan menurut terminologi, adalah wakil-wakil rakyat yang duduk sebagai anggota majelissyura, yang terdiri dari alim ulama dan kaum cerdik pandai (cendekiawan) yang menjadipemimpin-pemimpin rakyat dan dipilih atas mereka. Dinamakan ahlul hall wal aqdi untukmenekankan wewenang mereka guna menghapuskan dan membatalkan. Penjelasan tentangnya

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    11/67

    merupakan deskripsi umum saja, karena dalam pemerintahan Islam, badan ini belum dapatdilaksanakan.

    Anggota dewan ini terpilih karena dua hal yaitu: pertama, mereka yang telah mengabdidalam Dunia politik, militer, dan misi Islam, selama 8 sampai dengan 10 tahun. kedua, orang-orang yang terkemuka dalam hal keluasan wawasan dan dalamnya pengetahuan tentang

    yurisprudensi dan Quran (Al Maududi, 1995:261). Dalam masa pemerintahannya, Umar telahmembentuk lembaga-lembaga yang disebut juga dengan ahlul hall wal aqdi, di antaranya adalah:1.Majelis Syura (Dewan Penasihat), ada tiga bentuk :

    a. Dewan Penasihat Tinggi, yang terdiri dari para pemuka sahabat yang terkenal, antara lainAli, Utsman, Abdurrahman bin Auf, Muadz bin Jabbal, Ubay bin Kaab, Zaid bin Tsabit,Tolhah dan Zubair.

    b. Dewan Penasihat Umum, terdiri dari banyak sahabat (Anshar dan Muhajirin) dan pemukaberbagai suku, bertugas membahas masalah-masalah yang menyangkut kepentinganumum.

    c. Dewan antara Penasihat Tinggi dan Umum. Beranggotakan para sahabat (Anshar danMuhajirin) yang dipilih, hanya membahas masalah-masalah khusus.

    2.Al-Katib (Sekretaris Negara), di antaranya adalah Abdullah bin Arqam.3.Nidzamul Maly (Departemen Keuangan) mengatur masalah keuangan dengan pemasukan daripajak bumi, ghanimah,jizyah,fai dan lain-lain.

    4. Nidzamul Idary (Departemen Administrasi), bertujuan untuk memudahkan pelayanan kepadamasyarakat, di antaranya adalah diwanul jund yang bertugas menggaji pasukan perang danpegawai pemerintahan.

    5. Departemen Kepolisian dan Penjaga yang bertugas memelihara keamanan dalam negara.6. Departemen Pendidikan dan lain-lain (Ali Khan, 1978:122-123).

    Pada masa Umar, badan-badan tersebut belumlah terbentuk secara resmi, dalam arti secaradejure belum terbentuk, tapi secara de facto telah dijalankan tugas-tugas badan tersebut.Meskipun demikian, dalam menjalankan roda pemerintahannya, Umar senantiasa mengajakmusyawarah para sahabatnya.

    b. Perluasan WilayahKetika para pembangkang di dalam negeri telah dikikis habis oleh Khalifah Abu Bakar

    dan era penaklukan militer telah dimulai, maka Umar menganggap bahwa tugas utamanya adalahmensukseskan ekspedisi yang dirintis oleh pendahulunya. Belum lagi genap satu tahunmemerintah, Umar telah menorehkan tinta emas dalam sejarah perluasan wilayah kekuasaanIslam. Pada tahun 635 M, Damascus, Ibu kota Syuriah, telah ia tundukkan. Setahun kemudianseluruh wilayah Syuriah jatuh ke tangan kaum muslimin, setelah pertempuran hebat di lembahYarmuk di sebelah timur anak sungai Yordania. Keberhasilan pasukan Islam dalam penaklukanSyuriah di masa Khalifah Umar tidak lepas dari rentetan penaklukan pada masa sebelumnya.Khalifah Abu Bakar telah mengirim pasukan besar dibawah pimpinan Abu Ubaidah Ibn al-Jarrahkefront Syuriah.

    Ketika pasukan itu terdesak, Abu Bakar memerintahkan Khalid Ibn al-Walid yang sedangdikirim untuk memimpin pasukan ke front Irak, untuk membantu pasukan di Syuriah. Dengangerakan cepat, Khalid bersama pasukannya menyeberangi gurun pasir luas ke arah Syuriah. Iabersama Abu Ubaidah mendesak pasukan Romawi. Dalam keadaan genting itu, wafatlah AbuBakar dan diganti oleh Umar bin al-Khattab. Khalifah yang baru itu mempunyai kebijaksanaan

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    12/67

    lain. Khalid yang dipercaya untuk memimpin pasukan di masa Abu Bakar, diberhentikan olehUmar dan diganti oleh Abu Ubaidah Ibn al-Jarrah. Hal itu tidak diberitahukan kepada pasukanhingga selesai perang, dengan maksud supaya tidak merusak konsentrasi dalam menghadapimusuh. Damascus jatuh ke tangan kaum muslimin setelah dikepung selama tujuh hari. PasukanMuslim yang dipimpin oleh Abu Ubaidah itu melanjutkan penaklukan ke Hamah, Qinisrun,

    Laziqiyah dan Aleppo. Surahbil dan Amr bersama pasukannya meneruskan penaklukan atasBaysan dan Jerussalem di Palestina. Kota suci dan kiblat pertama bagi umat Islam itu dikepungoleh pasukan Muslim selama empat bulan. Akhirnya kota itu dapat ditaklukkan dengan syaratharus Khalifah Umar sendiri yang menerima kunci kota itu dari Uskup Agung Shoporonius,karena kekhawatiran mereka terhadap pasukan Muslim yang akan menghancurkan gereja-gereja(Mufradi, 1997: 54).

    Dari Syuriah, laskar kaum muslimin melanjutkan langkah ke Mesir dan membuatkemenangan-kemenangan di wilayah Afrika Utara. Bangsa Romawi telah menguasai Mesir sejaktahun 30 SM. Dan menjadikan wilayah subur itu sebagai sumber pemasok gandum terpentingbagi Romawi. Berbagai macam pajak naik sehingga menimbulkan kekacauan di negeri yangpernah diperintah oleh raja Firaun itu. Amr bin Ash meminta izin Khalifah Umar untuk

    menyerang wilayah itu, tetapi Khalifah masih ragu-ragu karena pasukan Islam masih terpencardibeberapa front pertempuran. Akhirnya, permintaan itu dikabulkan juga oleh Khalifah denganmengirim 4000 tentara ke Mesir untuk membantu ekspedisi itu. Tahun 18 H, pasukan musliminmencapai kota Aris dan mendudukinya tanpa perlawanan. Kemudian menundukkan Poelisium(Al-Farama), pelabuhan di pantai Laut Tengah yang merupakan pintu gerbang ke Mesir. Satubulan kota itu dikepung oleh pasukan kaum muslimin dan dapat ditaklukkan pada tahun 19 H.Satu demi satu kota-kota di Mesir ditaklukkan oleh pasukan muslimin. Kota Babylonia jugadapat ditundukkan pada tahun 20 H, setelah tujuh bulan terkepung.

    Iskandariah (ibu kota Mesir) dikepung selama empat bulan sebelum ditaklukkan olehpasukan Islam di bawah pimpinan Ubaidah Ibn as-Samit yang dikirim oleh Khalifah dariMadinah sebagai bantuan pasukan Amr bin Ash yang sudah berada di frontpeperangan Mesir.Cyrus menandatangani perjanjian damai dengan kaum muslimin. Dengan jatuhnya Iskandariahini, maka sempurnalah penaklukan atas Mesir. Ibu kota negeri itu dipindahkan ke kota Fusthatyang dibangun oleh Amr bin Ash pada tahun 20 H. Dengan Syuriah sebagai basis, gerak majupasukan ke Armenia , Mesopotamia bagian utara, Georgia, dan Azerbaijan menjadi terbuka.Demikian juga dengan serangan-serangan terhadap Asia Kecil yang dilakukan selama bertahun-tahun. Seperti halnya perang Yarmuk yang menentukan nasib Syuriah, perang Qadisia padatahun 637 M, menentukan masa depan Persia. Khalifah Umar mengirim pasukan di bawahpimpinan Saad bin Abi Waqash untuk menundukkan kota itu. Kemenangan yang diraih di daerahitu membuka jalan bagi gerakan maju tentara Muslim ke dataran Eufrat dan Tigris. Setelahdikepung selama 2 bulan, Yazdagrid III, raja Persia melarikan diri. Pasukan Islam kemudianmengepung Nahawan dan menundukkan Ahwaz tahun 22 H. Pada tahun itu pula, seluruh Persiasempurna berada dalam kekuasaan Islam, sesudah pertempuran sengit di Nahawan. Isfahan jugaditaklukan. Demikian juga dengan Jurjan (Georgia) dan Tabristan, Azerbaijan. Orang-orangPersia yang jumlahnya jauh lebih besar dari pada tentara Islam, yaitu 6 dibanding 1, menderitakerugian besar. Kaum muslimin menyebut sukses ini dengan kemenangan dari segalakemenangan (fathul futuh).(Nasution , 1985:58).

    Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kekuasaan Islam pada masa itu meliputiJazirah Arabia, Palestina, Syiria, Mesir dan sebagian besar Persia.

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    13/67

    c. Pengembangan Islam Sebagai Kekuatan PolitikPeriode kekhalifahan Umar tidak diragukan lagi merupakan abad emas Islam dalam

    segala zaman. Khalifah Umar bin Khattab mengikuti langkah-langkah Rasulullah dengansegenap kemampuannya, terutama pengembangan Islam. Ia bukan sekedar seorang pemimpinbiasa, tetapi seorang pemimpin pemerintahan yang professional. Ia adalah pendiri sesungguhnya

    dari sistem politik Islam. Ia melaksanakan hukum-hukum Ilahiyah (syariat) sebagai code (kitabundang-undang) suatu masyarakat Islam yang baru dibentuk. Maka tidak heran jika ada yangmengatakan bahwa beliaulah pendiri daulah islamiyah (tanpa mengabaikan jasa-jasa Khalifahsebelumnya).

    Banyak metode yang digunakan Umar dalam melakukan perluasan wilayah, sehinggamusuh mau menerima Islam karena perlakuan adil kaum Muslim. Di situlah letak kekuatanpolitik terjadi. Dari usahanya, pasukan kaum Muslim mendapatkan gaji dari hasil rampasansesuai dengan hukum Islam. Untuk mengurusi masalah ini, telah dibentuk Diwanul Jund (Majid,1978:86). Sedangkan untuk pegawai biasa, di samping menerima gaji tetap (rawatib), jugamenerima tunjangan (al-itha). Khusus untuk Amr bin Ash, Umar menggajinya sebesar 200dinar mengingat jasanya yang besar dalam ekspansi. Dan untuk Imar bin Yasar, diberi 60 dinar

    disamping tunjangan (al-jizyaat) karena hanya sebagai kepala daerah (al-amil).Dalam rangka desentralisasi kekuasaan, pemimpin pemerintahan pusat tetap dipegangoleh Khalifah Umar bin Khattab. Sedangkan di propinsi, ditunjuk Gubernur (oramg Islam)sebagai pembantu Khalifah untuk menjalankan roda pemerintahan. Di antaranya adalah :1. Muawiyah bin Abu Sufyan, Gubernur Syiria, dengan ibukota Damaskus.2. Nafi bin Abu Harits, Gubernur Hijaz, dengan ibu kota Mekkah.3. Abu Musa Al Asyary, Gubernur Iran, dengan ibu kota Basrah.4. Mughirah bin Subah, Gubernur Irak, dengan ibu kota Kufah.5. Amr bin Ash, Gubernur Mesir, dengan ibu kota Fustat.6. Alqamah bin Majaz, Gubernur Palestina, dengan ibu kotai Jerussalem.7. Umair bin Said, Gubernur jazirah Mesopotamia, dengan ibu kota Hims.8. Khalid bin Walid, Gubernur di Syiria Utara dan Asia Kecil.9. Khalifah sebagai penguasa pusat di Madinah (Suaib, 1979:185).

    Tentang ghanimah, harta yang didapat dari hasil perang Islam setelahmendapatkemenangan, dibagi sesuai dengan syariat Islam yang berlaku. Setelah dipisahkan dariassalb, ghanimah dimasukkan ke baitul maal. Bahkan ketika itu, peran diwanul jund, sangatberarti dalam mengelola harta tersebut, tidak seperti zaman Nabi yang membagi menurut ijtihadbeliau (Ridha, 1993:47). Khalifah Umar bukan saja menciptakan peraturan-peraturan baru,beliau juga memperbaiki dan mengadakan perbaikan terhadap peraturan-peraturan yang perludirevisi dan dirubah. Umpamanya aturan yang telah berjalan tentang sistem pertanahan, bahwakaum muslimin diberi hak menguasai tanah dan segala sesuatu yang didapat dengan berperang.Umar mengubah peraturan ini, tanah-tanah itu harus tetap dalam tangan pemiliknya semula,tetapi bertalian dengan ini diadakan pajak tanah (al-kharaj). Umar juga meninjau kembalibagian-bagian zakat yang diperuntukkan kepada orang-orang yang dijinaki hatinya (al-muallafatu qulubuhum) (Syalabi, 1997;263-264).

    Di samping itu, Umar juga mengadakan dinas malam yang nantinya mengilhamidibentuknya as-syurthah pada masa kekhalifahan Ali. Disamping itu Nidzamul Qadhi(departemen kehakiman) telah dibentuk, dengan hakim yang sangat terkenal yaitu Ali bin AbuThalib. Dalam masyarakat, yang sebelumnya terdapat penggolongan masyarakat berdasarkan

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    14/67

    kasta, setelah Islam datang, tidak ada lagi istilah kasta tersebut (thabaqatus syaby). Kedudukanwanita sangat diperhatikan dalam semua aspek kehidupan. Istana dan makanan Khalifah dikelolasesederhana mungkin. Terhadap golongan minoritas (Yahudi-Nasrani), diberikan kebebasanmenjalankan perintah agamanya. Tidak ada perbedaan kaya-miskin. Hal ini menunjukkanrealisasi ajaran Islam telah nampak pada masa Umar. Mengenai ilmu keislaman pada saat itu

    berkembang dengan pesat. Para ulama menyebarkan ke kota-kota yang berbeda, baik untukmencari ilmu maupun mengajarkannya kepada muslimin yang lainnya. Hal ini sangat berbedadengan sebelum Islam datang, dimana penduduk Arab, terutama Badui, merupakan masyarakatyang terbelakang dalam masalah ilmu pengetahuan. Buta huruf dan buta ilmu adalah sebuahfenomena yang biasa.

    Di samping ilmu pengetahuan, seni bangunan, baik itu bangunan sipil (imarahmadaniyah), bangunan agama (imarah diniyah), ataupun bangunan militer (imarah harbiyah),mengalami kemajuan yang cukup pesat pula. Kota-kota gudang ilmu, di antaranya adalahBasrah, Hijaz, Syam, dan Kuffah seakan menjadi idola ulama dalam menggali keberagaman dankedalaman ilmu pengetahuan. Ahli-ahli kebudayaan membagi ilmu Islam menjadi 3 kelompok,yait :

    1. Al ulumul islamiyah atau al adabul islamiyah atau al ulumun naqliyah atau al ulumus syariatyang meliputi ilmu-ilmu Quran, hadis, kebahasaan (lughat), fikih, dan sejarah (tarikh).2. Al adabul arabiyah atau al adabul jahiliyah yang meliputi syair dan khitabah (retorika) yang

    sebelumnya memang telah ada, tapi mengalami kemajuan pesat pada masa permulaan Islam.3. Al ulumul aqliyah yang meliputi psikologi, kedokteran, tehnik, falak, dan filsafat.

    Pada saat itu, para ulama berlomba-lomba menyusun berbagai ilmu pengetahuan karena:a. Mereka mengalami kesulitan memahami Al Quranb. Sering terjadi perkosaan terhadap hukumc. Dibutuhkan dalam istimbath (pengambilan) hukumd. Kesukaran dalam membaca Al Quran.

    Oleh karena itulah, banyak orang yang berasumsi bahwa kebangkitan Arab masa itudidorong oleh kebangkitan Islam dalam menyadari pentingnya ilmu pengetahuan. Apabila adaorang menyebut, ilmu pengetahuan Arab, pada masa permulaan Islam, berarti itu adalah ilmupengetahuan Islam.

    3. ISLAM MASA KHALIFAH USTMAN BIN AFFANDiantara Khulafaurrasyidin adalah Ustman Ibnu Affan (Khalifah ketiga) yang

    memerintah umat Islam paling lama dibandingkan ketiga Khalifah lainnya. Ia memerintahselama 12 tahun. Dalam pemerintahannya, sejarah mencatat telah banyak kemajuan dalamberbagai aspek yang dicapai untuk umat Islam. Akan tetapi juga tidak sedikit polemik yangterjadi di akhir pemerintahannya.

    Pada masa Khalifah Ustman, konsep kekhalifaan sudah mulai mundur, dalam arti interestpolitik disekitar Khalifah mulai banyak diwarnai oleh dinamika kepentingan suku dan perbedaaninterpretasi konsep kepemimpinan dalam Islam. Ketika itu sebenarnya Umar telah memilih jalandemokratis dalam menentukan penggantinya. Akan tetapi beliau berada dalam pada posisidilematis, ia diminta oleh sebagian sahabat untuk menunjukkan penggantinya. Maka jalan keluaryang ditempuh Khalifah Umar adalah memilih formatur 6 orangyang terdiri dari: Ustman bin

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    15/67

    Affan, Ali Ibnu Abi Thalib, Thalhah, Zubair, Ibnu Awwam, Saad Ibnu Abi Waqqas danAbdurrahman Ibnu Auf (Syalaby, 1982:267).

    Kemudian formatur sepakat memilih Ustman sebagai Khalifah. Terpilihnya Ustmansebagai Khalifah ternyata melahirkan perpecahan dikalangan pemerintahan Islam. Pangkalmasalahnya sebenarnya berasal dari persaingan kesukuan antara bani Umayyah dengan bani

    Hasyim atau Alawiyah yang memang bersaing sejak zaman pra Islam. Oleh karena itu, ketikaUstman terpilih masyarakat menjadi dua golongan, yaitu golongan pengikut Bani Ummayyah,pendukung Ustman dan golongan Bani Hasyim pendukung Ali. Perpecahan itu semakinmemuncak dipenghujung pemerintahan Ustman, yang menjadi simbol perpecahan kelompokelite yang menyebabkan disintegrasi masyarakat Islam pada masa berikutnya.

    a. Perluasan WilayahSetelah Khalifah Umar bin Khattab berpulang ke rahmatullah terdapat daerah-daerah

    yang membelot terhadap pemerintah Islam. Pembelotan tersebut ditimbulkan oleh pendukung-pendukung pemerintahan yang lama atau dengan perkataan lain pamong praja dari pemerintahanlama (pemerintahan sebelum daerah itu masuk ke daerah kekuasaan Islam) ingin hendak

    mengembalikan kekuasaannya. Sebagaimana yang dilakukan oleh kaisar Yazdigard yangberusaha menghasut kembali masyarakat Persia agar melakukan perlawanan terhadap penguasaIslam. Akan tetapi dengan kekuatannya, pemerintahan Islam berhasil memusnahkan gerakanpemberontakan sekaligus melanjutkan perluasan ke negeri-negeri Persia lainnya, sehinggabeberapa kota besar seperti Hisrof, Kabul, Gasna, Balkh dan Turkistan jatuh menjadi wilayahkekuasaan Islam.

    Adapun daerah-daerah lain yang melakukan pembelotan terhadap pemerintahan Islamadalah Khurosan dan Iskandariyah. Khalifah Utsman mengutus Saad bin al-Ash bersamaKhuzaifah Ibnu al-Yamaan serta beberapa sahabat Nabi lainnya pergi ke negeri Khurosan dansampai di Thabristan dan terjadi peperangan hebat, sehingga penduduk mengaku kalah danmeminta damai. Tahun 30 H/ 650 M pasukan Muslim berhasil menguasai Khurazan. Adapuntentang Iskandariyah, bermula dari kedatangan kaisar Konstan II dari Roma Timur atauBizantium yang menyerang Iskandariyah dengan mendadak, sehingga pasukan Islam tidak dapatmenguasai serangan. Panglima Abdullah bin Abi Sarroh yang menjadi wali di daerah tersebutmeminta pada Khalifah Utsman untuk mengangkat kembali panglima Amru bin Ash yang telahdiberhentikan untuk menangani masalah di Iskandariyah. Abdullah bin Abi Sarroh memandangpanglima Amru bin Ash lebih cakap dalam memimpin perang dan namanya sangat diseganioleh pikak lawan. Permohonan tersebut dikabulkan, setelah itu terjadilah perpecahan danmenyebabkan tewasnya panglima di pihak lawan.

    Selain itu, Khalifah Ustman bin Affan juga mengutus Salman Robiah Al-Baini untukberdakwah ke Armenia. Ia berhasil mengajak kerjasama penduduk Armenia, bagi yangmenentang dan memerangi terpaksa dipatahkan dan kaum muslimin dapat menguasaiArmenia.Perluasan Islam memasuki Tunisia (Afrika Utara) dipimpin oleh Abdullah bin Saad bin AbiZarrah. Tunisia sebelum kedatangan pasukan Islam sudah lama dikuasai Romawi. Tidak hanyaitu saja pada saat Syiria bergubernurkan Muawiyah, ia berhasil menguasai Asia kecil dan Cyprus(Depag,1988:26).

    Dimasa pemerintahan Utsman, negeri-negeri yang telah masuk ke dalam kekuasaan Islamantara lain: Barqoh, Tripoli Barat, sebagian Selatan negeri Nubah, Armenia dan beberapa bagianThabaristan bahkan tentara Islam telah melampaui sungai Jihun (Amu Daria), negeri Balkh(Baktria), Hara, Kabul dan Gzaznah di Turkistan. Jadi Enam tahun pertama pemerintahan

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    16/67

    Ustman bin Affan ditandai dengan perluasan kekuasaan Islam. Perluasan dan perkembanganIslam pada masa pemerintahannya telah sampai pada seluruh daerah Persia, Tebristan, Azerbizandan Armenia selanjutnya meluas pada Asia kecil dan negeri Cyprus. Atas perlindungan pasukanIslam, masyarakat Asia kecil dan Cyprus bersedia menyerahkan upeti sebagaimana yang merekalakukan sebelumnya pada masa kekuasaan Romawi atas wilayah tersebut (Ali K,1997:122-123).

    b. Pembangunan Angkatan LautPembangunan angkatan laut bermula dari adanya rencana Khalifah Ustman untuk

    mengirim pasukan ke Afrika, Mesir, Cyprus dan Konstatinopel Cyprus. Untuk sampai kedaerahtersebut harus melalui lautan. Oleh karena itu atas dasar usul Gubernur di daerah, Ustman punmenyetujui pembentukan armada laut yang dilengkapi dengan personil dan sarana yang memadai(Ali K, 1997:98).

    Pada saat itu, Muawiyah, Gubernur di Syiria harus menghadapi serangan-seranganAngkatan Laut Romawi di daerah-daerah pesisir provinsinya. Untuk itu, ia mengajukanpermohonan kepada Khalifah Utsman untuk membangun angkatan laut dan dikabulkan olehKhalifah. Sejak itu Muawiyah berhasil menyerbu Romawi. Mengenai pembangunan armada itu

    sendiri, Muawiyah tidaklah membutuhkan tenaga asing sepenuhnya, karena bangsa Kopti,begitupun juga penduduk pantai Levant yang berdarah Punikia itu, ramai-ramai menyediakandirinya untuk membuat dan memperkuat armada tersebut. Itulah pembangunan armada yangpertama dalam sejarah Dunia Islam. Selain itu,

    Keberangkatan pasukan ke Cyprus yang melalui lautan, juga mendesak ummat Islam agarmembangun armada angkatan laut. Pada saat itu, pasukan di pimpin oleh Abdullah bin QusayAl-Harisy yang ditunjuk sebagaiAmirul Bahr atau panglima Angkatan Laut. Istilah ini kemudiandiganti menjadi Admiral atau Laksamana. Ketikasampai di Amuria dan Cyprus pasukan Islam mendapat perlawanan yang sengit, tetapi semuanyadapat diatasi hingga sampai di kota Konstatinopel dapat dikuasai pula. Di samping itu, seranganyang dilakukan oleh bangsa Romawi ke Mesir melalui laut juga memaksa ummat Islam agarsegara mendirikan angkatan laut. Bahkan pada tahun 646 M, bangsa Romawi telah mendudukiAlexandria dengan penyerangan dari laut. Penyerangan itu mengakibatkan jatuhya Mesir ketangan kekuasan bangsa Romawi. Atas perintah Khalifah Ustman, Amr bin Ash dapatmengalahkan bala tentara bangsa Romawi dengan armada laut yang besar pada tahun 651 M diMesir (Misbach,1984:10-11). Berawal dari sinilah Khalifah Ustman bin Affan perlu diingatsebagai Khalifah pertama kali yang mempunyai angkatan laut yang cukup tangguh dan dapatmembahayakan kekuatan lawan.

    c. Pendewanan Mushaf UstmaniPenyebaran Islam bertambah luas dan para Qori pun tersebar di berbagai daerah, sehinga

    perbedaan bacaan pun terjadi yang diakibatkan berbedanya qiroat dari qori yang sampai padamereka. Sebagian orang Muslim merasa puas karena perbedaan tersebut disandarkan padaRasullullah SAW. Tetapi keadaan demikian bukan berarti tidak menimbulkan keraguan kepadagenerasi berikutnya yang tidak secara langsung bertemu Rasullullah.

    Ketika terjadi perang di Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk Irak, diantara orangyang ikut menyerbu kedua tempat tersebut adalah Hudzaifah bin Aliaman. Ia melihat banyakperbedaan dalam cara membaca Al-Quran. Sebagian bacaan itu tercampur dengan kesalahantetapi masing-masing berbekal dan mempertahankan bacaannya. Bahkan mereka salingmengkafirkan. Melihat hal tersebut beliau melaporkannya kepada Khalifah Ustman. Para sahabat

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    17/67

    amat khawatir kalau perbedaan tersebut akan membawa perpecahan dan penyimpangan padakaum muslimin. Mereka sepakat menyalin lembaran pertama yang telah di lakukan olehKhalifah Abu Bakar yang disimpan oleh istri Rasulullah, Siti Hafsah dan menyatukan umatIslam dengan satu bacaan yang tetap pada satu huruf (Khalil al-Qathan, 1992:192).

    Selanjutnya Ustman mengirim surat pada Hafsah yang isinya kirimkanlah pada kami

    lembaran-lembaran yang bertuliskan Al-Quran, kami akan menyalinnya dalam bentuk mushafdan setelah selesai akan kami kembalikan kepada anda. Kemudian Hafsah mengirimkannyakepada Ustman. Ustman memerintahkan para sahabat yang antara lain: Zaid Ibn Tsabit,Abdullah Ibn Zubair, Saad Ibn Al-Ash dan Abdurahman Ibnu Harist Ibn Hisyam, untukmenyalin mushaf yang telah dipinjam. Khalifah Ustman berpesan kepada kaum Quraisy bilaanda berbeda pendapat tentang hal Al-Quran maka tulislah dengan ucapan lisan Quraisy karenaAl-Quran diturunkan di kaum Quraisy. Setelah mereka menyalin ke dalam beberapa mushafKhalifah Ustman mengembalikan lembaran mushaf asli kepada Hafsah. Selanjutnya iamenyebarkan mushaf yang yang telah di salinnya ke seluruh daerah dan memerintahkan agarsemua bentuk lembaran mushaf yang lain dibakar (At-Tibyan,1984:96). Al-Mushaf ditulis limabuah, empat buah dikirimkan ke daerah-daerah Islam supaya disalin kembali dan supaya

    dipedomani, satu buah disimpan di Madinah untuk Khalifah Ustman sendiri dan mushaf inidisebut mushaf Al-Imam dan dikenal dengan mushaf Ustmani (Depag, 1987:29).Jadi langkah pengumpulan mushaf ini merupakan salah satu langkah strategis yang

    dilakukan Khalifah Ustman bin Affan yakni dengan meneruskan jejak Khalifah pendahulunyauntuk menyusun dan mengkodifikasikan ayat-ayat al-Qur an dalam sebuah mushaf. Karenaselama pemerintahan Ustman, banyak sekali bacaan dan versi al-Quran di berbagai wilayahkekuasaan Islam yang disesuaikan dengan bahasa daerah masing-masing. Dengan dibantu olehZaid bin Tsabit dan sahabat-sahabat yang lain, Khalifah berusaha menghimpun kembali ayat-ayat al-Qur an yang outentik berdasarkan salinan Kitab Suci yang terdapat pada Siti Hafsah,salah seorang isteri Nabi yang telah dicek kembali oleh para ahli dan huffadz dari berbagaikabilah yang sebelumnya telah dikumpulkan (Hasjmy,1994:133).

    Keinginan Khalifah Ustman agar kitab al-Quran tidak mempunyai banyak versi bacaandan bentuknya tercapai setelah kitab yang berdasarkan pada dialek masing-masing kabilahsemua dibakar, dan yang tersisa hanyalah mushaf yang telah disesuaikan dengan naskah al-Quran aslinya. Hal tersebut sesuai dengan keinginan Nabi Muhammad SAW yang menghendakiadanya penyusunan al-Quran secara standar (Ahmad, 1984:37-38). Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa motif pengumpulan mushaf oleh Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Ustmanberbeda. Pengumpulam mushaf yang dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar dikarenakan adanyakekhawatiran akan hilangnya Al-Quran karena banyak huffadz yang meninggal karenapeperangan, sedangkan motif Khalifah Ustman karena banyaknya perbedaan bacaan yangdikhawatirkan timbul perbedaan (Said al-Qathani, 1994:118).

    d. Konflik dan Kemelut Politik IslamPemerintahan Ustman berlangsung selama 12 tahun. Pada masa awal pemerintahannya,

    beliau berhasil memerintahan Islam dengan baik sehingga Islam mengalami kemajuan dankemakmuran dengan pesat. Namun pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaantak puas dan kecewa umat Islam terhadapnya. Khalifah Ustman adalah pemimpin yang sangat

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    18/67

    sederhana, berhati lembut dan sangat shaleh, sehingga kepemimpinan beliau dimanfaatkan olehsanak saudaranya dari keluarga besar Bani Umayah untuk menjadi pemimpin di daerah-daerah.

    Oleh karena itu, orang-orang menuduh Khalifah Ustman melakukan nepotisme,dengan mengatakan bahwa beliau menguntungkan sanak saudaranya Bani Umayyah, denganjabatan tinggi dan kekayaannya. Mereka juga menuduh pejabat-pejabat Umayyah suka menindas

    dan menyalahkan harta baitul maal. Disamping itu Khalifah Utsman dituduh sebagai orang yangboros mengeluarkan belanja, dan kebanyakan diberikan kepada kaum kerabatnya sehinggahampir semuanya menjadi orang kaya. Dalam kenyataannya, menurut Mufradi (1997:62) satupersatu kepemimpinan di daerah-daerah kekuasaan Islam diduduki oleh keluarga KhalifahUstman. Adapun pejabat-pejabat yang diangkat Ustman antara lain:1. Abdullah bin Saad (saudara susuan Ustman) sebagai wali Mesir menggantikan Amru bin

    Ash.2. Abdullah bin Amir bin Khuraiz sebagai wali Basrah menggantikan Abu Musa Al-Asyari.3. Walid bin Uqbah bin Abi Muis (saudara susuan Ustman) sebagai wali Kufah menggantikan

    Saad bin Abi Waqos.4. Marwan bin Hakam (keluarga Ustman ) sebagai sekretaris Khalifah Ustman.

    Pengangkatan pejabat di kalangan keluarga oleh Khalifah Ustman telah menimbulkan proteskeras di daerah dan menganggap Ustman telah melakukan nepotisme. Menurut Ali (1997:125),protes orang dengan tuduhan nepotisme tidaklah beralasan karena pribadi Ustman itu bersih.Pengangkatan kerabat oleh Ustman bukan tanpa pertimbangan. Hal ini ditunjukkan oleh jasayang dibuat oleh Abdullah bin Saad dalam melawan pasukan Romawi di Afrika Utara dan jugakeberhasilannya dalam mendirikan angkatan laut. Ini menunjukkan Abdullah bin Saad adalahorang yang cerdas dan cakap, sehingga pantas menggantikan Amr ibn Ash yang sudah lanjutusia. Hal lain ditunjukkan ketika diketahui Walid bin Uqbah melakukan pelanggaran berupamabuk-mabukkan, ia dihukum cambuk dan diganti oleh Sarad bin Ash. Hal tersebut tidak akandilakukan oleh Ustman, kalau beliau hanya menginginkan kerabatnya duduk di pemerintahan.

    Situasi politik di akhir masa pemerintahan Ustman benar-benar semakin mencekam bahkanusaha-usaha yang bertujuan baik untuk kamaslahatan umat disalahfahami dan melahirkanperlawanan dari masyarakat. Misalnya kodifikasi al-Quran dengan tujuan supaya tidak terjadikesimpangsiuran telah mengundang kecaman melebihi dari apa yang tidak diduga. Lawan-lawanpolitiknya menuduh Ustman bahwa ia sama sekali t idak punya otoritas untuk menetapkan edisial-Quran yang ia bukukan. Mereka mendakwa Ustman secara tidak benar telah menggunakankekuasaan keagamaan yang tidak dimilikinya (Mufradi, 1997:62).

    Tentang tuduhan pemborosan uang negara antara lain pembangunan rumah mewah lengkapdengan peralatan untuk Ustman, istrinya dan anak-anaknya ditolak keras oleh Ustman. Demikianpula terhadap tuduhan keji tentang pemborosan dan korupsi uang negara untuk dibagi-bagikanpada saudaranya. Tuduhan lain terhadap Ustman yaitu mengambil harta baitul maal adalah tidakbenar, karena beliau dan keluarga hanya makan dari hasil gajinya saja. Semua tuduhan tersebutdi bantah oleh Ustman sendiri: Ketika kendali pemerintahan dipercaya kepadaku, aku adalahpemilik unta dan kambing paling besar di Arab. Sekarang aku tidak mempunyai kambing atauunta lagi, kecuali dua ekor unta untuk menunaikan haji. Demi Allah tidak ada kota yang akukenakan pajak di luar kemampuan penduduknya sehingga aku dapat disalahkan. Dan apapunyang telah aku ambil dari rakyat aku gunakan untuk kesejahteraan mereka sendiri(Mahmudunnasir, 1981:140).

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    19/67

    Penyebab utama dari semua protes terhadap Khalifah Ustman adalah diangkatnya Marwanibnu Hakam, karena pada dasarnya dialah yang menjalankan semua roda pemerintahan,sedangkan Ustman hanya menyandang gelar Khalifah. Rasa tidak puas memuncak ketikapemberontak dari Kufah dan Basrah bertemu dan bergabung dengan pemberontak dari Mesir.Wakil-wakil mereka menuntut diangkatnya Muhammad Ibnu Abu Bakar sebagai Gubernur

    Mesir. Tuntutan dikabulkan dan mereka kembali. Akan tetapi di tengah perjalanan merekamenemukan surat yang dibawa oleh utusan khusus yang isinya bahwa wakil-wakil itu harusdibunuh ketika sampai di Mesir.

    Yang menulis surat tersebut menurut mereka adalah Marwan ibn Hakam. Mereka memintaKhalifah Ustman menyerahkan Marwan, tetapi ditolak oleh Khalifah. Ali bin Abi Tholibmencoba mendamaikan tapi pemberontak berhasil mengepung rumah Ustman dan membunuhKhalifah yang tua itu ketika membaca al-Quran pada 35 H/17 Juni 656 M. Pembunuhan inimenimbulkan berbagai gejolak pada tahun-tahun berikutnya, sehingga bermula dari kejadian inidikenal sebutan al-bab al-maftukh (terbukanya pintu bagi perang saudara).

    Menurut ahli sejarah berkebangsaan Jerman Mr. Welhausen Pembunuhan Ustman yangbermotif politik itu lebih berpengaruh terhadap lembaran sejarah Islam dibandingkan dengan

    sejarah-sejarah Islam yang lainnya. Kesatuan umat Islam yang baru terbentuk oleh dua Khalifahpendahulunya mulai sirna dan keruwetan muncul di tengah-tengah umat Islam. Selanjutnyamasyarakat Muslim terpecah menjadi dua golongan yaitu Umaiyah dan Hasyimiyah. GolonganUmaiyah menuntut pembalasan atas darah Ustman sepanjang pemerintahan Ali hinggaterbentuknya Dinasti Umaiyah. Ibnu Saba, nama lengkapnya Abdullah bin Saba, adalahseorang Yahudi dari Yaman yang masuk Islam. Ia merupakan provokator yang berada di balikpemberontakan terhadap Khalifah Ustman bin Affan. Ibnu Saba melakukan semuanya itudidasarkan motivasi dirinya untuk meruntuhkan dasar-dasar Islam yang telah dipegang teguholeh umat Islam. Niatnya masuk Islam hanyalah sebagai kedok belaka untuk merongrongkewibawaan pemerintahan Khalifah Ustman, sehingga muncullah kerusuhan yang terjadi diberbagai wilayah kekuasaan Islam di antaranya adalah Fustat (Kairo), Kufah, Basrah, danMadinah (Ali, 1995:129).

    Selain faktor dari luar tersebut (provokasi dari Ibnu Saba), dalam internal kekhalifahanUstman bin Affan terdapat konfrontasi lama yang mencuat kembali. Permasalahan tersebutsemata-mata berupa persaingan yang di antara Bani Hasyim dan Bani Umayyah. SedangkanUstman sendiri merupakan salah satu anggota dari keluarga besar Bani Umayyah. Pada kontekssejarahnya, Bani Hasyim sejak dahulu berada di atas Bani Umayyah terutama pada masalah-masalah perpolitikan orang-orang Quraisy (Ahmad, 1984:33). Lemahnya karakterkepemimpinan Ustman menjadikan kekuatan dan kekuasaanya semakin terancam. Artinya,pribadi Ustman bin Affan yang sederhana dan berhati lembut membuat para pemberontak lebihleluasa dalam melakukan provokasi dan kerusuhan di wilayah kekuasaan Islam. Sikap sederhanadan lemah lembut dalam ilmu politik sebenarnya kurang relevan diterapkan, apalagi pada saat itukondisi pemerintahan dalam saat-saat kritis. Dan lagi-lagi pada beberapa kasus, Ustman binAffan begitu mudah memaafkan orang lain, meskipun pada kenyataannya orang tersebut adalahtermasuk kelompok yang memerangi dan sangat tidak suka dengan beliau.

    4. ISLAM MASA KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB

    a. Pembaiatan Khalifah Ali bin Abi Thalib

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    20/67

    Dalam pemilihan Khalifah terdapat perbedaan pendapat antara pemilihan Abubakar,Utsman dan Ali bin Abi Thalib. Ketika kedua pemilihan Khalifah terdahulu (Khalifah Abu Bakardan Khalifah Ustman ibn Affan), meskipun mula-mula terdapat sejumlah orang yang menentang,tetapi setelah calon terpilih dan diputuskan menjadi Khalifah, semua orang menerimanya danikut berbaiat serta menyatakan kesetiaannya. Namun lain halnya ketika pemilihannya Ali bin Abi

    Thalib, justru sebaliknya.Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan, masyarakat beramai-ramai datang dan membaiatAli bin Abi Thalib sebagai Khalifah. Beliau diangkat melalui pemilihan dan pertemuan terbuka.Akan tetapi suasana pada saat itu sedang kacau, karena hanya ada beberapa tokoh seniormasyarakat Islam yang tinggal di Madinah. Sehingga keabsahan pengangkatan Ali bin AbiThalib ditolak oleh sebagian masyarakat termasuk Muawiyah bin Abi Sufyan. Meskipun hal ituterjadi, Ali masih menjadi Khalifah dalam pemerintahan Islam.

    Pro dan kontra terhadap pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah di karenakanbeberapa hal yaitu bahwa orang yang tidak menyukai Ali diangkat menjadiKhalifah, bukanlahrakyat umum yang terbanyak. Akan tetapi golongan kecil (keluarga Umaiyyah) yaitu keluargayang selama ini telah hidup bergelimang harta selama pemerintahan Khalifah Ustman. Mereka

    menentang Ali karena khawatir kekayaan dan kesenangan mereka akan hilang lenyap karenakeadilan yang akan dijalankan oleh Ali. Adapun rakyat terbanyak, mereka menantikankepemimpinan Ali dan menyambutnya dengan tangan terbuka. Beliau akan dijadikan tempatberlindung melepaskan diri dari penderitaan yang mereka alami (Syalaby, 1997:283).

    b. Permasalahan Masa Ali bin Abi ThalibTidak berfungsinya konsep kekhalifahan pada masa Ali ibn Abi Thalib, pertama

    disebabkan karena pembunuhan terhadap Khalifah Ustman masih misterius, tidak diketahui siapapembunuhnya. Karena itu ada dugaan bahwa yang membunuh adalah kelompok Ali. Keadaan inioleh sebagian pendapat dipolitisir untuk mempertajam pertentangan kesukuan antara BaniHasyim (Ali) dengan Bani Umayyah (Ustman). Kedua, elite pemerintahan khususnya darikalangan Gubenur Syiria tidak menginginkan Ali tampil sebagai Khalifah. Sebab Ali yang alimdan zuhud itu sudah barang tentu tidak suka melihat gubenurnya yang berorientasi padakemewahan Dunia. Dengan kata lain munculnya Ali sebagai Khalifah akan merugikan orangelite Islam yang cinta pada kedudukan dan kekuasaan. Sedangkan rakyat memimpikan kualitaskepemimpinan seperti pada zaman Khalifah sebelumnya. Berdasarkan skenario inilah munculkonsep pemboikotan terhadap Ali sebagai Khalifah.

    Pemerintahan Ali adalah pemerintahan yang mencoba mendasarkan pada dasar-dasarhukum agama Islam. Hal tersebut terlihat ketika Ali hendak mengembalikan umatkepadakehidupan seperti zaman Rasulullah, dimana orang-orang bekerja dan berjihad semata-mata karena Allah. Disamping itu fakta sejarah juga menunjukkan adanya klaim bahwa Aliadalah seorang pemuda yang cerdas, berani dan mempunyai pengetahuan agama yang dalam, halini juga diakui Rasulullah lewat Hadist beliau yang berbunyi: aku adalah bagaikan kota ilmudan Ali adalah pintunya Dengan pemahaman yang dalam tentang agama Islam maka langkahpertama yang ia lakukan setelah menjabat menjadi Khalifah, antara lain yaitu mengganti seluruhGubernur/wali-wali daerah yang dulu diangkat Ustman secara nepotisme dan mencabutkembalisegala fasilitas yang diberikan Ustman pada familinya. Karena hal tersebut bertentangan denganajaran agama yang memerintahkan agar berlaku adil kepada siapa saja.

    Sementara itu sejak awal berlangsungnya proses pemilihan, pembaiatan, sampai padasaat Ali menjabat sebagai Khalifah ia terus saja dihadapkan pada suasana politik yang rumit

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    21/67

    karena banyaknya rongrongan dari berbagai pihak yang bermaksud menjatuhkan kekhalifahanAli. Adapun alasan pihak-pihak yang merongrong kekhalifahan Ali adalah:1. Sebagian kaum muslimin memandang bahwa menyerahkan kursi Khalifah kepada Ali berarti

    penyerahannya turun-temurun kepada Bani Hasyim.2. Jika pemerintahan dipegang Ali maka dikhawatirkan tipe kepemimpinan Ali akan sama

    dengan tipe kepemimpinan Umar Ibn Khatab yang terkenal jujur, keras dan disiplin.Sehingga orang-orang yang pada masa Ustman merasakan kesenangan hidup enggan untukmelepas kesenangan tersebut (Syalaby, 1997:282).

    Selain adanya pihak-pihak yang tidak menyukainya, Ali juga direpotkan dengan gencarnyadesakan yang menuntut penuntasan tragedi pembunuhan Ustman, yang ternyata mereka tidaksekedar mendesak bahkan akhirnya mereka menyatakan perang dengan Ali dan merongrongnyaselama Ali belum mengabulkan tuntutannya. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka banyakorang-orang yang tidak menyukai Ali. Akan tetapi tidak ada orang yang ingin diangkat sebagaiKhalifah, karena Ali masih ada. Maka setelah memperhatikan situasi yang sulit pada waktu itudapatlah diambil kesimpulam bahwa pembaiatan Ali sebagai Khalifah tidaklah dilakukan kaum

    Muslim dengan sepenuh hati, terutama bani Umayyah, yang akhirnya mereka mempeloporiorang-orang agar tidak menyetujui Ali.

    c. Kebijaksanaan Politik Ali bin Abi ThalibMenurut Thabani yang dikutip oleh Syalaby (1982:284-296) setelah Ali dibaiat menjadi

    Khalifah, ia mengeluarkan dua kebijaksanaan politik yang sangat radikal yaitu:1. Memecat kepala daerah angkatan Ustman dan menggantikan dengan gubenur baru.2. Mengambil kembali tanah yang dibagibagikan Ustman kepada familifamilinya dan kaum

    kerabatnya tanpa jalan yang sah.

    Menanggapi kebijakan yang dilakukan oleh Ali tersebut, ada yang berpendapat bahwakebijaksanaan Ali itu terlalu radikal dan kurang persuasive, sehingga menimbulkan perlawananpolitik dari gubenur khususnya gubenur Syiria (Bani Ummayyah) yang tidak mau tunduk padaKhalifah Ali, terbukti ia menolak kehadiran gubenur yang baru diangkat Ali.

    Penulis memandang bahwa tindakan politik Ali yang radikal itu kendati strategis tapi tidaktaktis, sebab pada masa Khalifah Ustman konflik etnis antara Bani Ummayyah dan Bani Hasyimsudah ada, terbukti ketika Ustman terbunuh secara misterius. Bani Ummayyah mengeksploitasituduhan pada Ali, karena didasari Bani Umayyah yang memang ambisi menjadi Khalifah.Semestinya gerakan radikal Ali untuk mengusir elite Bani Umayyah dilakukan secara bertahap,sebab walau bagaimanapun elite baru yang telah lama berkuasa seperti Muawiyah sulitditundukkan, sedangkan Ali yang mengandalkan idealisme dan dukungan masyarakat bawahbeberapa kelompok tua terlalu intelektual tapi kurang pengalaman dalam menyelesaikan konflikdalam pemerintahan, sehingga dengan demikian yang muncul dalam pemerintahan bukanintegrasi tetapi disintegrasi yang ditandai dengan lahirnya perang saudara yang pertama kalidalam Islam, yakni perang jamal.

    d. Perang JamalSelama masa pemerintahannya, Ali menghadapi berbagai pergolakan, tidak ada

    sedikitpun dalam pemerintahannya yang dikatakan stabil. Setelah menduduki Khalifah, Alimemecat Gubernur yang diangkat oleh Khalifah Ustman. Beliau yakin bahwa pemberontakan-

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    22/67

    pemberontakan yang terjadi karena keteledoran mereka. Selain itu beliau juga menarik kembalitanah yang dihadiahkan oleh Ustman kepada penduduk dengan menyerahkan hasilpendapatannya kepada negara. Dan mememakai kembali sistem distrtibusi pajak tahunandiantara orang-orang Islam. Sebagaimana pernah diterapkan oleh Khalifah Umar bin Khatthab(Hasan, 1989:82).

    Menyikapi berbagai kebijakan dan masalah-masalah yang dihadapi Ali, kemudianpemerintahannya digoncangkan oleh pemberontakan-pemberontakan Syadzali,1993:27).Diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Muawiyah bin Abi Sufyan yangmerupakan keluarga Usman sendiri dengan alasan:1. Ali harus bertanggung jawab atas terbunuhnya Khalifah Ustman.2. Wilayah Islam telah meluas dan timbul komunitas-komunitas Islam di daerah-daerah baru.

    Oleh karena itu hak untuk menentukan pengisian jabatan tidak lagi merupakan hakpemimpin yang berada di Madinah saja. Namun karena situasi politik yang gawat pada waktu itusehingga permintaan mereka merupakan tuntutan yang tidak mungkin dipenuhi dalam waktudekat. Seperti yang telah ditulis para sejarawan suasana politik pada saat itu memanas

    dikarenakan adanya rongrongan dari berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang tidakmenyetujui dan mengakui Ali menjabat sebagai Khalifah keempat.Melihat keadaan sedemikian rumit, maka hal pertama yang memerlukan penanganan

    serius yang dilakukan Ali adalah memulihkan, mengatur dan menguatkan kembali posisinyasebagai Khalifah dan berusaha mengatasi segala kekacauan yang terjadi(Mahmudunnasir,1984:145). Setelah itu baru melakukan pengusutan atas pembunuhan Ustman.Namun sejak tahun 35 H/656 M, tahun pengangkatan Ali sebagai Khalifah sampai tahun 36H/657 M, Ali tidak juga memperlihatkan sikap yang pasti untuk menegakkan hukum syariatIslam terhadap para pembunuh Ustman. Sehingga Siti Aisyah bergabung dengan Tolhah danZubair menggerakkan kabilah-kabilah Arab untuk menuntut balas atas kematian Ustman. Setelahdirasa mempunyai kekuatan yang besar Siti Aisyah dan pasukannya memutuskan menyerangpasukan Ali di Kufah, yang sebetulnya pasukan Ali dipersiapkan untuk menghadapi tantanganMuawiyah Ibn Abi Sufyan di Syiria. Ali sebenarnya ingin menghindari peperangan. Beliaumengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar mereka mau berunding untuk menyelesaikanperkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak.

    Akhirnya pertempuran dahsyat antara keduanya pecah, yang selanjutnya dikenal denganPerang Jamal. Pertempuran tersebut dipimpin oleh Aisyah, Thalhah dan Zubair. Pertempuraninilah yang terjadi pertama kali diantara kaum muslimin. Dan yang memperoleh kemenanganpada perang jamal adalah pasukan Ali, karena pasukan Ali lebih berpengalaman dibandingpasukan Aisyah. Walaupun pasukan Aisyah mengalami kekalahan, Aisyah tetap dihormati olehAli dan pengikutnya sebagai Ummul Muminin. Bahkan setelah pertempuran usai, Khalifah Alimendirikan perkemahan khusus untuk Aisyah. Dan keesokan harinya Aisyah dipersilahkanpulang kembali ke Madinah yang dikawal oleh saudaranya sendiri, Muhammad bin Abi Bakar.Demikianlah sejarah terjadinya perang jamal yang merupakan perang pertama antara sesamaumat Islam dalam sejarah Islam.

    e. Perang ShiffinKebijaksanaan-kebijaksanaan yang dilakukan Ali mengakibatkan perlawanan dari

    Gubernur di Damaskus, Muawiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yangmerasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Selain itu, Muawiyah, Gubernur Damaskus dan

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    23/67

    keluarga dekat Ustman, seperti halnya Aisyah, mereka menuntut agar Ali mengadili pembunuhUstman. Bahkan mereka menuduh Ali turut campur dalam pembunuhan Ustman. Selain itumereka tidak mengakui kekhalifahan Ali (Nasution,1986:14).

    Hal ini bisa dilihat dari situasi kota Damaskus pada saat itu. Mereka menggantung jubahUstman yang berlumuran darah bersama potongan jari janda almarhum dimimbar masjid.

    Sehingga hal itu menjadi tontonan bagi rombongan yang berkunjung. Dengan adanya peristiwatersebut pihak umum berpendapat bahwa Khalifah Ali yang bertanggung jawab ataspembunuhan Ustman.

    Pada akhir Dzulhijjah 36 H/657 M, Khalifah Ali dengan pasukan gabungan menuju keSyiria utara. Dalam perjalanannya mereka menyusuri arus sungai Euprate, namun arus sungaitersebut telah dikuasai oleh pihak Muawiyyah dan pihak Muawiyyah tidak mengijinkan pihakAli memakai air sungai tersebut. Awalnya Khalifah Ali mengirim utusan pada Muawiyah agararus sungai bisa digunakan oleh kedua pihak, namun Muawiyah menolak. Akhirnya KhalifahAli mengirim tentaranya dibawah pimpinan panglima Asytar al Nahki dan dia berhasil merebutarus sungai tersebut. Meskipun sungai tersebut dikuasai pihak Ali, mereka ini tetap mengijinkantentara Muawiyah memenuhi kebutuhan airnya. Setelah sengketa tersebut selesai maka pihak

    Ali mendirikan garis pertahanan didataran siffin, dan Khalifah Ali masih berharap dapatmencapai penyelesaian dengan cara damai. Beliau mengirim utusan dibawah pimpinan panglimaBasyir Ibn Amru untuk melangsungkan perundingan dengan pihak Muawiyah. Pada bulanMuharram 37 H/658 M mereka mencapai persetujuan yakni menghentikan perundingan untuksementara dan masing-masing pihak akan memberi jawaban pada akhir bulan Muharram.

    Sebenarnya hal ini sangat merugikan Khalifah Ali karena akan mengurangi semangattempur tentaranya dan pihak lawan bisa memperbesar kekuatannya. Namun sebagai Khalifah iaterikat oleh ketetapan firman Allah surat al-hujurat ayat 9 dan surat Nisa ayat 59. Denganmengenali prinsip-prinsip hukum Islam itu maka dapat di fahami mengapa Khalifah Alimenempuh jalan damai dahulu. Jawaban terakhir dari pihak Muawiyah menolak untukmengangkat baiat Ali dan sebaliknya menuntut Ali mengangkat baiat terhadap dirinya. Makabulan saffar 37H/685 M terjadilah perang siffin dengan kekuatan 95 000 orang dari pihak Alidan 85 000 orang dari pihak Muawiyah. Pada saat perang, Imar Ibn Yasir (orang pertama yangmasuk Islam di kota Makkah) tewas. Tewasnya tokoh yang sangat dikultuskan inimembangkitklan semangat tempur yang tak terkirakan pada pihak pasukan Ali, sehingga banyakkorban pada pihak Muawiyah dan panglima Asytar al Nahki berhasil menebas pemegang panji-panji perang pihak Muawiyah dan merebutnya.

    Bila panji perang jatuh pada pihak lawan maka akan melumpuhkan semangat tempur.Pada saat terdesak itulah pihak Muawiyah, Amru Ibn Ash memerintahkan mengangkat al-mushaf pada ujung tombak dan berseru marilah kita bertahkim kepada kitabullah. Namun padasaat itu Khalifah Ali memerintahkan untuk tetap berperang karena beliau tahu itu hanya tipumuslihat musuh. Tapi sebagian besar tentaranya berhenti berperang dan berkata jikalau merekatelah meminta bertahkim kepada kitabullah apakah pantas untuk tidak menerimanya, bahkandiantara panglima pasukannya Musar Ibn Fuka al Tamimi mengancam: Hai Ali , mari berserahkepada kitabullah jikalau anda menolak maka kami akan berbuat terhadap anda seperti apa yangkami perbuat pada Usman (Suaib,1979:496). Akhirnya Khalifah Ali terpaksa tunduk karenabeliau menghadapi orang-orang sendiri. Sejarah mencatat korban yang tewas dalam perang ini35.000 orang dari pihak Ali dan 45.000 orang dari pihak Muawiyah.

    Peperangan ini diakhiri dengan takhkim (arbitrase). Akan tetapi hal itu tidak dapatmenyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan terpecahnya umat Islam menjadi tiga golongan

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    24/67

    (Yatim, 1998:41). Diantara ketiga golongan itu adalah golongan Ali, pengikut Muawiyah danKhawarij (orang-orang yang keluar dari golongan Ali). Akibatnya, diujung masa pemerintahanAli, Umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik.

    f. Perang Nahrawan

    Setelah terjadi tahkim sebagian tentara Ali tidak terima dengan sikap Khalifah yangmenerima arbitrase karena itulah mereka keluar dari pihak Ali yang selanjutnya dikenal dengannama Khawarij. Pihak Khawarij berkesimpulan bahwa:1. Muawiyah dan Amru bin Ash beserta pengikutnya adalah kelompok kufur karena telah

    mempermainkan nama Allah dan kitab Allah dalam perang siffin, maka mereka wajib dibasmi.

    2. Ali dan pihak-pihak yang mendukung terbentuknya majlis tahkim adalah ragu terhadapkebenaran yang telah diperjuangkan, padahal banyak korban yang jatuh untuk membelanya.Untuk itu Ali telah melakukan dosa besar, dan yang membenarkan pembentukan majlistahkim adalah mengembangkan bidah dan membasmi kaum bidah adalah kewajiban setiapMuslim.

    4. Pemuka kelompok ini adalah Abdullah Ibn Wahhab al Rasibi. Sebenarnya Khalifah Ali tidakingin memerangi kelompok Khawarij tapi karena kelompok ini keterlaluan dalam bersikapdiantaranya membunuh keluarga shahabat Abdullah Ibn Habbab dengan sadis sekali hanyakarena menolak untuk menyatakan ke empat Khalifah sepeningggal nabi adalah kufur, selainitu mereka juga membunuh utusan yang diutus oleh Khalifah Ali.

    5. Khalifah Ali menggerakkan pasukannya dan kedua pasukan bertemu pada suatu tempatbernama Nahrawan, terletak dipinggir sungai tigris (al dajlah). Sebelum perang diumumkan,Khalifah Ali masih punya harapan untuk menyadarkan kaum Khawarij. Dan diamemberikan amnesti bersyarat yang berbunyi: barang siapa pulang kembakli ke Kufah, akanmemperoleh jaminan keamanan. Sejarah mencatat setelah itu 500 orang diantara merekaber-iktijal sebagian pulang ke Kufah dan sebagian lagi pindah ke pihak Ali sehinggakelompok Khawarij tinggal 1.800 orang (Mufradi,1997:66).

    Dengan begitu pecahlah perang Nahrawan, korban berjatuhan dari pihak Ali karenakeberanian kelompok Khawarij sangatlah terkenal, walaupun demikian kemenangan beradadipihak Ali dan tokoh/pemuka Khawarij, Musar al Tamimi, Abdullah Ibn Wahab tewas dalampeperangan ini. Golongan Khawarij ( orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib)yang bermarkas di Nahrawain benar-benar merepotkan Ali sehingga memberikan kesempatanpada pihak Muawayah untuk memperkuat dan memperluas kekuasannya sampai mampumerebut Mesir. Akibatnya sangat fatal pada pihak Ali. Tentara Ali semakin lemah, sementarakekuatan Muawiyah bertambah besar, keberhasilan Muawiyah mengambil posisi Mesir berartimerampas sumber-sumber kemakmuran dan suplai ekonomi dari pihak Ali.

    g. Pengangkatan Hasan Ibn Ali dan Am al-jamaahKepemimpinan Ali bin Abi Thalib tidak pernah mengalami keadaan stabil. Tak ubahnya

    beliau sebagai seorang yang menambal kain usang, jangankan menjadi baik justru sebaliknyabertambah sobek dan rusak. Pada saat Ali bin Abi Thalib bersiap-siap hendak mengirim balatentaranya sekali lagi untuk memerangi Muawiyah, muncullah suatu komplotan untukmengakhiri hidup Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sufyan dan Amr bin al Ash yangdianggapnya penipu pada peristiwa takhkim (arbitrase).

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    25/67

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    26/67

    1. Bahwa Khalifah akan dikembalikan kepada Hasan setelah Muawiyah mati.2. Bahwa Hasan akan menerima lima juta dirham tiap tahun dari kantong negara.3. Bahwa Hasan akan menerima pendapatan tahunan dari Darabjirk.4.

    Bahwa rakyat akan dijamin untuk saling damai.

    Kemudian Muawiyah menyetujui syarat-syarat Hasan tersebut dan meminta Hasanmenuliskannya sendiri pada blanko kosong. Lalu Hasan menjawab: mengenai uang, Muawiyahtak dapat hanya menyerahkan persoalan padaku, karena masalah itu merupakan masalah Muslim(masyarakat). Sedangkan masalah Khalifah dia tak tertarik lagi. Berikut ini syarat damai Hasanbin Ali kepada Muawiyah:

    1. Bahwa Muawiyah harus memerintah menurut kitab Allah, sunnah rasulullah danperangai khulafaur rasyidin.

    2. Bahwa Muawiyah untuk selanjutnya akan menyerahkan jabatan Khalifah kepada syurakaum muslimin, bahwa rakyat akan dibiarkan damai di bumi Allah.

    3. Bahwa para sahabat dan pengikut Ali akan di jamin aman dan damai. Ini adalahpersetujuan dan perjanjian sesuai yang di buat dengan nama Allah.

    4.

    Bahwa tidak ada gangguan secara rahasia atau terbuka akan ditimpakan kepada Hasanbin Ali atau saudaranya Husain ataupun terhadap seorang dari keluarga rasulullah.

    Demikian perjanjian penyerahan kekhalifahan dibuat. Namun pengunduran diri Hasantidak disenangi para pendukungnya yang telah mendukung dirinya dan ayahnya sebelumnya,terlebih lagi karena kebencian mereka atas dominasi Syiria. Adapun sebab umum pengundurandiri Hasan didorong karena sifat cinta damai, tidak menyetujui politik dan perselisihan dan hasratmenghindari tumpah darah lebih banyak.

    III. POLITIK ISLAM PADA MASA KLASIK DAN PERTENGAHAN

    Ciri umum pemikiran politik ketatanegaraan Islam pada masa klasik dan pertengahanditandai oleh pandangan mereka yang bersifat khlifah sentris. Kepala negara atau khalifahmemegang peranan penting dan memiliki kekuasaan yang sangat luas. Rakyat dituntut untukmematuhi kepala negara, bahkan di kalangan sebagian pemikir Suni terkadang sangat berlebihan.Mereka mencari dasar legitimasi keistimewaan kepada kepala negara atas rakyatnya pada Al-Quran dan Hadits Nabi SAW. Diantaranya yang mereka jadikan landasan adalah Q.S. An-Nis,ayat 59, yang memerintahkan umat Islam untuk menaati Alloh, Rasul-Nya, dan para pemimpinmereka:

    Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantarakamu(Q.S. An- Nis ayat 59)

    serta Q.S. Al-An`m, ayat 165 yang menyatakan bahwa Alloh menjadikan manusia sebagaikhalifah-Nya di bumi dan menaikkan derajat sebagian manusia atas yang lainnya.

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    27/67

    Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan

    sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat..(Q.S. Al-An`m, ayat 165)

    Selain itu, Hadis Nabi SAW juga banyak berbicara tentang kepat han kepada kepala negara.Di antaranya pernyataan Nabi bahwa orang yang keluar dari jemaah dan ketaatan kepadapemimpin, lalu meningj dunia, maka ia meninggal dalam keadaan jahiliah. Al-Mawardi, selgaimana akan dijelaskan nanti, mengutip Hadis yang berasal dari Abu Hurairah yangmemerintahkan umat Islam mendengarkan dan menaati pemimpin setelah Nabi, baik atau buruk.Kalau pemimpin itu baik, maka kebaikannya untuk ketenteraman kalian dan ia akan mendapat

    pahala Sebaliknya, kalau pemimpin itu buruk, maka kalian mendapat pahala (dengan kesabaran

    kalian) dan mereka mendapat dosa.

    Alasan mereka menekankan ketaatan yang ketataatan rakyat terhadap kepala negara adalah

    demi menjaga stabilitas politik umat Islam sendiri, sehingga keadaan negara benar-benar amandan penegakan syariat Islam terlaksana dengan baik. Hal ini membawa pengaruh terhadapperkembangan politik Islamterutama sejak dinasti bani Abbas berkuasahingga AbadPertengahan. Terjadi perubahan konsep khalifah pasca al-Khulaf al-Rsyidn.Kalau pada masakhalifah yang empat pascawafatnya Rasulullah kepala negara (khalifah) hanyalah sebagaikhdim al-ummah(pelayan umat) yang lebih mengutamakan pelayanan kepentingan umat Islamdan dipilih tidak berdasarkan garis keturunan, maka setelah itu khalifah berubah menjadi ZhillAllh fi al- ardh(bayang-bayang Allah di muka bumi) dan diangkat secara turun-temurun.

    Perubahan konsep ini bermula dari pernyataan Abu Ja'far al- Manshur ketika berhasilmenumbangkan kekhalifahan dinasti bani Umaiyah. Ia mengklaim dirinya sebagai bayang-

    bayang Tuhan di muka bumi Zhill Allah fi al-Ardh.Konsekuensi pernyataan ini adalah bahwakekuasaan khalifah berasal dari mandat Tuhan, bukan pilihan rakyat. Memang dinasti baniAbbas berdiri melalui revolusi di atas sisa-sisa kekuatan bani Umaiyah. Untuk melegitimasikekuasaan bani Abbas, maka al-Manshur mengembangkan konsep Zhill Allh fi al-Ardh ini.Oleh karenanya, kekuasaannya dipandang suci dan mutlak serta harus dipatuhi oleh umat Islam.

    Perubahan ini juga tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh konsep dan praktik politik asing.Seperti diketahui, pada masa itu kekuasaan Islam sudah keluar Jazirah Arab. Umat Islammengalami interaksi sosial politik, dan budaya dengan masyarakat-masyarakat non-Arab.Konsep politik di luar Islam ketika itu menjadikan raja, kaisar, atau kisra sebagai titisan darahdari Tuhan. Inilah yang diakomodasi oleh penguasa-penguasa Islam ketika ituyang dimulai

    oleh Abu Ja'far al-Manshur dan diberi nuansa religius. Ini pula yang dijustifikasi oleh beberapapemikir Islam Abad Klasik dan Pertengahan (Sadjali, 1990).Konsep kepatuhan mutlak kepada kepala negara dan menganggapnya sebagai bayang-

    bayang Tuhan di muka bumi mengakibatkan lemahnya kontrol rakyat terhadap kekuasaan. Dikalangan pemikir politik Sunni terdapat pandangan tidak dibenarkannya melakukan oposisiterhadap pemerintah yang berkuasa, apalagi pemberontakan, meskipun pemerintahannya bersifatkorup dan despotik. Pandangan ini didasari oleh alasan bahwa menghindari kekacauan yang

  • 8/10/2019 Politik Islam Jadi

    28/67

    lebih besar harus lebih diutamakan. Melakukan oposisi terhadap pemerintah yang berkuasa dapatmembawa kepada kekacauan yang lebih besar daripada membiarkannya tetap berkuasa. Karenalemahnya kontrol terhadap pemerintah yang berkuasa, dalam pemikiran politik klasik danpertengahan tidak terdapat gugatan terhadap bentuk pemerintahan kerajaan (dinasti, monarki).Bahkan ada di antara pemikir yang secara eksplisit menganggap bahwa kerajaan adalah bentuk

    pemerintahan yang ideal (Iqbal dan Husein, 2010).Selain itu, pemikiran politik mereka juga ditandai oleh legitimasi otoritas suku Ouraisy

    sebagai satu-satunya pihak yang berhak memegang kekuasaan (khalifah). Dominasi Ouraisydemikian bersumber dari Hadis Nabi SAW yang menyatakan bahwa kepemimpinan politik umatIslam harus berasal dari suku Ouraisy (al-Aimmah min Ouraisy). Barulah pada AbadPertengahan, Ibn Khaldun melakukan reinterpretasi dan kontekstualisasi terhadap Hadis ini.Pemikiran tersebut tentu tidak terlepas dari realitas historis dan settingsosia